Pemerintahan Antara Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah KabupatenKota.
Tujuan otonomi daerah, berdasarkan Pasal 2 ayat 3 UU No. 32 Tahun 2004
adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum, dan daya saing daerah.
Prinsip otonomi daerah yang dianut oleh UU No. 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah adalah otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggung jawab. Dengan prinsip otonomi luas, nyata dan bertanggung jawab, maka
memberikan kewenangan yang lebih banyak kepada daerah KabupatenKota yang didasarkan atas asas desentralisasi.
Kewenangan otonomi luas, nyata dan bertanggung jawab sebagaimana dimaksud
dalam penjelasan umum UU No. 32 Tahun 2004 adalah: a.
Otonomi luas adalah keleluasaan daerah untuk menyelenggarakan pemerintah yang mencakup kewenangan semua bidang kecuali kewenangan politik luar
negeri, pertahanan, keamanan, peradilan, moneter, fiskal, agama serta kewenangan bidang lainnya, yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah.
Di samping itu keleluasaan otonomi daerah mencakup pula kewenangan yang utuh dan bulat dalam penyelenggaraan mulai dari perencanaan, pelaksanaan,
pengawasan, pengadilan dan evaluasi.
b. Otonomi nyata adalah keleluasaan daerah untuk menyelenggarakan
kewenangan pemerintah di bidang tertentu yang secara nyata dan diperlukan serta tumbuh dan berkembang di daerah.
c. Otonomi yang bertanggung jawab adalah merupakan perwujudan
pertanggungjawaban sebagai konsekuensi pemberian hak dan berkembang di daerah.
Kewenangan yang diberikan kepada daerah dengan sistem yang luas didasarkan
pada satu pembagian yang berdasarkan pada tiga kriteria yaitu eksternalitas, akuntabilitas, efisiensi.
Berdasarkan Pasal 11 UU No. 32 tahun 2004 disebutkan:
1 Penyelenggaraan urusan pemerintahan dibagi berdasarkan kriteria
eksternalitas, akuntabilitas, dan efisiensi dengan memperhatikan keserasian hubungan antar susunan pemerintahan.
2 Penyelenggaraan urusan pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat 1
merupakan pelaksanaan hubungan kewenangan antara Pemerintah dan pemerintahan daerah Provinsi, Kabupaten dan Kota atau antar pemerintahan.
Daerah yang saling terkait, tergantung, dan sinergis sebagai satu sistem pemerintahan.
3 Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah, yang
diselenggarakan berdasarkan kriteria sebagaimana dimaksud pada ayat 1, terdiri atas urusan wajib dan urusan pilihan.
4 Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang bersifat wajib yang berpedoman
pada standar pelayanan minimal dilaksanakan secara bertahap dan ditetapkan oleh Pemerintah.
Dengan sistem otonomi luas, UU No. 32 Tahun 2004 menentukan apa yang menjadi kewenangan pusat, kewenangan provinsi, dan kewenangan daerah yang
diatur dalam Pasal 14 UU tersebut yang diterjemahkan kembali dalam PP No. 38 Tahun 2007.
Ditingkatan daerah sesuai Pasal 12 PP No. 38 Tahun 2007, dijelaskan bahwa:
1 Urusan pemerintahan wajib dan pilihan yang menjadi kewenangan
pemerintahan daerah sebagaimana dinyatakan dalam lampiran Peraturan Pemerintah ini ditetapkan dalam peraturan daerah selambat-lambatnya 1
satu tahun setelah ditetapkannya Peraturan Pemerintah ini.
2 Urusan pemerintahan wajib dan pilihan sebagaimana dimaksud pada ayat 1
menjadi dasar penyusunan susunan organisasi dan tata kerja perangkat daerah.
Dua urusan dalam Perda kewenangan daerah adalah urusan wajib dan pilihan.
Berdasarkan Pasal 7 PP No. 38 Tahun 2007 yang dimaksud urusan wajib adalah urusan pemerintahan yang wajib diselenggarakan oleh pemerintahan daerah
Provinsi dan pemerintahan daerah KabupatenKota, berkaitan dengan pelayanan dasar. Sedangkan yang dimaksud urusan pilihan adalah urusan pemerintahan yang
secara nyata dan berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kondisi, kekhasan, dan potensi unggulan daerah yang bersangkutan.
Salah satu yang menjadi urusan wajib bagi pemerintah adalah bidang administrasi
kependudukan dan catatan sipil. Sehingga mengimplikasikan dan merupakan kewajiban bagi daerah dalam hal ini adalah Kota Bandar Lampung melalui Perda
yang mengatur kewenangan untuk melakukan pelayanan di bidang kependudukan.
B. Kewenangan Pemerintah Daerah Dalam Penyelenggaraan Pelayanan
Administrasi Kependudukan
Penduduk adalah Warga Negara Indonesia dan Orang Asing yang bertempat tinggal di Indonesia, yang mana Warga Negara Indonesia adalah orang-orang
Bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan Undang-Undang sebagai Warga Negara Indonesia. Sedangkan Orang Asing
adalah orang bukan Warga Negara Indonesia. Kependudukan adalah hal ihwal yang berkaitan dengan jumlah, struktur,
umur, jenis kelamin, agama, kelahiran, perkawinan, kehamilan, kematian, persebaran, mobilitas dan kualitas serta ketahanannya yang menyangkut
politik, ekonomi, sosial, dan budaya.
20
Peristiwa Kependudukan, antara lain perubahan alamat, pindah datang untuk
menetap, tinggal terbatas, serta perubahan status orang asing tinggal terbatas menjadi tinggal tetap dan peristiwa penting, antara lain kelahiran, lahir mati,
kematian, perkawinan, dan perceraian, termasuk pengangkatan, pengakuan, dan pengesahan anak, serta perubahan status kewarganegaraan, ganti nama dan
peristiwa penting lainnya yang dialami oleh seseorang merupakan kejadian yang harus dilaporkan karena membawa implikasi perubahan data identitas atau surat
keterangan kependudukan. Untuk itu, setiap peristiwa kependudukan dan
20
Widyago, Pengertian Kependudukan, dalam http:widyago.wordpress.compengertian- kependudukan
peristiwa penting memerlukan bukti yang sah untuk dilakukan pengadministrasian dan pencatatan sesuai dengan ketentuan Undang-Undang.
Dalam pemenuhan hak penduduk, terutama di bidang pencatatan sipil, masih
ditemukan penggolongan penduduk yang didasarkan pada perlakuan diskriminatif yang membeda-bedakan suku, keturunan, dan agama sebagaimana diatur dalam
berbagai peraturan produk kolonial Belanda. Penggolongan penduduk dan pelayanan diskriminatif yang demikian itu tidak sesuai dengan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Kondisi tersebut mengakibatkan pengadministrasian kependudukan mengalami kendala yang
mendasar sebab sumber data kependudukan belum terkoordinasi dan terintegrasi, serta terbatasnya cakupan pelaporan yang belum terwujud dalam suatu sistem
administrasi kependudukan yang utuh dan optimal. Administrasi kependudukan adalah rangkaian kegiatan penataan dan penertiban
dalam penerbitan dokumen dan data kependudukan melalui pendaftaran penduduk, pencatatan sipil, pengelolaan informasi administrasi kependudukan
serta pendayagunaan hasilnya untuk pelayanan publik dan pembangunan sektor lain.
Berdasarkan penjelasan umum pada UU No. 23 Tahun 2006 penyelenggaraan
administrasi kependudukan bertujuan untuk: 1.
Memberikan keabsahan identitas dan kepastian hukum atas dokumen penduduk untuk setiap peristiwa kependudukan dan peristiwa penting yang
dialami oleh penduduk;
2. Memberikan perlindungan status hak sipil penduduk;
3. Menyediakan data dan informasi kependudukan secara nasional mengenai
pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil pada berbagai tingkatan secara akurat, lengkap, mutakhir, dan mudah diakses sehingga menjadi acuan bagi
perumusan kebijakan dan pembangunan pada umumnya;
4. Mewujudkan tertib administrasi kependudukan secara nasional dan terpadu;
dan
5. Menyediakan data penduduk yang menjadi rujukan dasar bagi sektor terkait
dalam penyelenggaraan setiap kegiatan pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan. Prinsip-prinsip tersebut di atas menjadi dasar terjaminnya
penyelenggaraan administrasi kependudukan sebagaimana yang dikehendaki oleh Undang-Undang ini melalui penerapan Sistem Informasi Administrasi
Kependudukan.
Politik hukum adalah kebijakan penyelenggara negara tentang apa yang dijadikan kriteria untuk menghukumkan sesuatu. Dalam hal ini kebijakan tersebut dapat
berkaitan dengan pembentukan hukum, penerapan hukum dan penegakan hukum tersebut dalam penyelenggaraan dan pelayanan administrasi kependudukan
ditingkat Pusat, Provinsi, dan KabupatenKota. Hak dan kewajiban penduduk dalam administrasi kependudukan diatur dalam
Pasal 2 dan 3 UU No. 23 Tahun 2006, menyatakan bahwa, setiap penduduk mempunyai hak untuk memperoleh:
a. Dokumen kependudukan;
b. Pelayanan yang sama dalam pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil;
c. Perlindungan atas data pribadi;
d. Kepastian hukum atas kepemilikan dokumen;
e. Informasi mengenai data hasil pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil atas
dirinya danatau keluarganya; dan f.
Ganti rugi dan pemulihan nama baik sebagai akibat kesalahan dalam pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil serta penyalahgunaan data pribadi
oleh instansi pelaksana.
Pasal 3 UU No. 23 Tahun 2006 menyatakan bahwa, setiap penduduk wajib melaporkan peristiwa kependudukan dan peristiwa penting yang dialaminya
kepada instansi pelaksana dengan memenuhi persyaratan yang diperlukan dalam pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil.
Berdasarkan hak dan kewajiban yang dimiliki setiap penduduk, maka pemerintah
berkewajiban untuk melakukan dan memberikan pelayanan kependudukan. Penyelenggara yang berwenang membidangi administrasi kependudukan adalah
Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah KabupatenKota yang bertanggung jawab dan berwenang dalam urusan administrasi kependudukan.
Wewenang pemerintah berasal dari peraturan perundang-undangan yang diperoleh
melalui tiga cara yaitu; atribusi, delegasi, dan mandat. Pada delegasi terjadilah pelimpahan suatu wewenang yang telah ada oleh badan atau jabatan Tata Usaha
Negara yang telah memperoleh wewenang pemerintahan secara atributif kepada badan atau jabatan Tata Usaha Negara lainnya. Jadi suatu delegasi selalu
didahului oleh adanya suatu atribusi wewenang.
21
21
Ridwan HR, op.cit, hlm 101