Harmonisasi Pengaturan Hukum PENGATURAN DAN PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DI KOTA BANDAR LAMPUNG

b. Menyelaraskan kedua rencana dengan menggunakan bagian masing-masing agar membentuk sistem; c. Proses atau upaya untuk merealisasi keselarasan, kesesuaian, keserasian, kecocokan, dan keseimbangan; d. Kerja sama antara berbagai faktor yang sedemikian rupa, hingga faktor-faktor tersebut menghasilkan kesatuan yang luhur. Makna harmonisasi menurut Kusnu Goesniadhie, sebagai upaya maupun sebagai proses, yaitu sebagai upaya atau proses yang hendak mengatasi batasan-batasan perbedaan, hal-hal yang bertentangan, dan kejanggalan. Upaya atau proses untuk merealisasikan keselarasan, keserasian, kecocokan dan keseimbangan, antara berbagai faktor yang sedemikian rupa hingga faktor-faktor tersebut menghasilkan kesatuan atau membentuk satu keseluruhan yang luhur sebagai bagian dari sistem. 31 Jadi istilah harmonisasi dapat diartikan sebagai proses atau upaya untuk menyelaraskan, menyerasikan, atau menyesuaikan sesuatu yang dianggap tidak atau kurang sesuai, kurang atau tidak pantas atau tidak serasi, sehingga menghasilkan sesuatu yang baik atau harmonis di berbagai hal. Oleh karena itu, yang dimaksud harmonisasi perundang-undangan adalah upaya atau proses untuk merealisasi keselarasan dan keserasian asas dan sistem hukum sehingga menghasilkan peraturan yang harmonis. Dengan kata lain pengharmonisan merupakan upaya untuk menyelaraskan, menyesuaikan, menetapkan dan membulatkan konsepsi suatu peraturan perundang-undangan lain 31 Ibid. baik yang lebih tinggi superior, sederajat, maupun yang lebih rendah inferior dan lain-lain selain peraturan perundang-undangan, sehingga tersusun secara sistematis, tidak saling bertentangan atau tumpang tindih overlaping. Hal ini merupakan konsekuensi dari adanya hirarki peraturan perundang-undangan. Dengan dilakukan harmonisasi akan tergambar dengan jelas dalam pemikiran atau pengertian bahwa suatu peraturan perundang-undangan merupakan bagian integral yang utuh dari keseluruhan sistem peraturan perundang-undangan. Pengertian harmonisasi hukum, sering pula diidentikkan dengan pengertian sinkronisasi hukum. Sinkronisasi berasal dari kata sinkron yang berarti terjadi atau berlaku pada waktu yang sama secara serentak, sedangkan sinkronisasi diartikan sebagai “penyerentakan”, “keserentakan” atau “penyesuaian”. Secara literal dikenal dengan istilah “koherensi”, “konsistensi” dan “comptabiliti”. Pranqois Rigaux mendefinisikan coherence is a state of peace of the mind, of logical mind which is disturbed when two competing concept or rules or two different meaning of the same concepts are conflicting. 32 Menurut Josef M. Monteiro koherensi adalah ketenangan pikiran dari suatu pikiran logis yang diganggu oleh dua konsep atau dua aturan atau dua makna dari konsep yang sama berbenturan bertentangan, namun demikian, terdapat perbedaan pendapat mengenai koherensi dan konsistensi dalam sistem hukum. Jika koherensi diibaratkan sebagai himpunan ketetapan maka konsistensi merupakan suatu kondisi yang penting bagi koherensi dan sistem hukum yang koheren juga merupakan suatu sistem yang konsisten. Hal ini disebabkan tuntutan 32 Franqois Riaux,The Meaning of Concept of Coherence in Law, Coherence and Conflict in Law, Seri Rechtsfilosofie Rechtstheori, 1992, hlm. 109-110. sifat sistematik dari aturan hukum menjadi konsisten sebagai kondisi yang diperlukan koherensi. 33 Pengertian antara harmonisasi dan sinkronisasi, secara hakiki terdapat perbedaan. Pengertian harmonisasi lebih luas dari pengertian sinkronisasi. Sinkronisasi hanya merupakan bagian dari kegiatan harmonisasi hukum. Dalam harmonisasi terdapat berbagai elemen yang didalamnya terkandung koheransi, konsistensi dan korespondensi, masing-masing elemen ini dalam teori menjadi dasar untuk mengungkapkan sesuatu adanya hubungan harmonis satu sama lain. 34 33 Josef M. Monteiro, Sinkronisasi Pengaturan Kewenangan Pengelolaan Sumber Daya Alam Kelautan, Jurnal Hukum Pro Justitia, April 2008, Volume 26 No. 2, hlm. 135. 34 Ibid III. METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Masalah

Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah secara yuridis normatif dan yuridis empiris. Pendekatan yuridis normatif dilakukan dengan cara mempelajari buku-buku, bahan-bahan bacaan literatur peraturan perundang-undangan yang menunjang dan sebagai penelaahan hukum terhadap kaidah yang dianggap sesuai dengan penelitian hukum tertulis. Penelitian normatif dilakukan terhadap hal-hal bersifat teoritis peraturan hukum, dasar hukum dan konsep-konsep hukum. Pendekatan yuridis empiris adalah menelaah hukum terhadap objek penelitian sebagai pola perilaku yang nyata dalam masyarakat yang ditujukan kepada penerapan hukum yang berkaitan dengan harmonisasi pengaturan penyelenggaraan administrasi kependudukan di Kota Bandar Lampung.

B. Sumber Data

Sumber data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data lapangan dan data kumulatif. Sedangkan jenis data meliputi: 1. Data Primer adalah data yang diperoleh langsung dari objek penelitian lapangan yang berkaitan dengan permasalahan yang ada dalam penelitian ini yang dilakukan di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Bandar Lampung. 2. Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari studi kepustakaan terhadap bahan-bahan hukum yang terdiri dari: a. Bahan hukum primer yaitu antara lain: 1 Undang-Undang No. 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan. 2 Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah. 3 Peraturan Pemerintah No. 37 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan Undang-Undang No. 23 Tahun 2006. 4 Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah KabupatenKota. 5 Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung No. 3 Tahun 2008 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kota Bandar Lampung. 6 Peraturan Walikota Bandar Lampung No. 9 Tahun 2008 tentang Tugas, Fungsi, dan Tata Kerja Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Bandar Lampung. b. Bahan hukum sekunder yaitu meliputi buku-buku, literatur dan karya ilmiah yang berkaitan dengan permasalahan. c. Bahan hukum tersier antara lain meliputi surat kabar, Kamus Besar Bahasa Indonesia dan Kamus Hukum.

C. Penentuan Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan dari objek pengamatan atau objek penelitian. 34 Dalam hubungannya dengan penelitian ini, maka dalam populasi yang diambil adalah Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Bandar Lampung. Dari populasi tersebut ditentukan sampel yang akan diteliti dengan menggunakan purposive sampling, yaitu sampel yang disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai dan dianggap telah mewakili terhadap permasalahan yang hendak digambarkan dan dicapai. Responden yang akan dijadikan sampel sejumlah 1 satu orang penduduk Kota Bandar Lampung.

D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data

1. Prosedur Pengumpulan Data

Dalam pelaksanaan pengumpulan data digunakan cara dengan studi kepustakaan dan studi lapangan, yaitu sebagai berikut: a. Studi Pustaka Studi pustaka digunakan untuk memperoleh data sekunder melalui serangkaian studi kepustakaan dengan cara membaca, menelaah, mencatat dan mengutip buku-buku dan beberapa ketentuan-ketentuan serta literatur lain yang berhubungan dengan pokok permasalahan yang akan diteliti atau dibahas. b. Studi Lapangan Untuk memperoleh data primer, dilakukan dengan penelitian lapangan dengan melakukan wawancara menggunakan daftar pertanyaan secara 34 Burhan Ashofa. Metodelogi Penelitian Hukum. PT.Rineka Cipta, Bandung. 1996 . Hlm 79 terbuka sebagai pedoman terhadap pihak yang berhubungan dengan permasalahan yang akan diteliti atau dibahas.

2. Prosedur Pengolahan Data

Dalam melaksanakan pengolahan data yang telah diperoleh maka penulis melakukan kegiatan antara lain: a. Seleksi, yaitu memeriksa kembali mengenai, kelengkapan, kejelasan dan kebenaran data yang telah diterima serta relevasinya sebagai peneliti. b. Klasifikasi, yaitu mengklasifikasikan jawaban para responden menurut jenisnya. Klasifikasi ini dilakukan dengan kode tertentu agar memudahkan dalam menganalisis data. c. Sistematika, yaitu menyusun data sesuai dengan bidang telaah atau pokok bahasan dengan makna memudahkan dalam menganalis data.

E. Analisis Data

Data yang telah diperoleh kemudian dianalisis secara kualitatif yaitu dilakukan dengan menggambarkan data yang dihasilkan dalam bentuk uraian kalimat atau penjelasan. Dari analisis data tersebut dilanjutkan dengan menarik kesimpulan secara deduktif, yaitu suatu cara berfikir yang didasarkan pada fakta-fakta yang bersifat umum, kemudian dilanjutkan dengan pengambilan kesimpulan yang bersifat khusus yang merupakan jawaban dari permasalahan berdasarkan hasil penelitian dan selanjutnya diberikan beberapa saran.