atau gula aren kelapa. Pemanis buatan yang diizinkan oleh Depkes Departemen Kesehatan adalah sakarin, aspartam, dan sorbitol.
Sakarin adalah senyawa turunan benzena berupa kristal putih yang hampir tidak berbau. Rasa manis sakarin 800 kali dari rasa manis gula tebu. Sakarin ditambahkan ke dalam minuman atau
biskuit dengan dosis tidak melebihi 1 g per hari.
Aspartam berupa serbuk berwarna putih, tidak berbau, dan bersifat higroskopis. Rasa manis aspartam
sama dengan 200 kali dibandingkan gula tebu. Untuk setiap kg berat badan, jumlah aspartam yang
boleh dikonsumsi setiap harinya adalah 40 mg. Aspartam sangat dianjurkan untuk tidak ditambahkan ke dalam
makanan anak-anak, terutama yang sudah mengandung sodium glutamat vetsin. Bahan pemanis lain yang
dibolehkan pemakaiannya antara lain adalah siklamat dan sorbitol. Di Amerika Serikat, garam-garam siklamat
sudah dilarang penggunaannya sebab berpotensi karsinogen penyebab kanker. Hasil metabolisme siklamat merupakan senyawa yang bersifat karsinogen.
b. Pengawet Buatan
Penambahan zat pengawet pada makanan berguna untuk melindungi makanan agar tidak cepat membusuk dan dapat bertahan dalam kurun waktu lama tanpa mengurangi nilai gizi
maupun rasanya. Jenis bahan pengawet dapat berupa zat organik maupun zat anorganik. Bahan pengawet berperan dalam menghambat proses fermentasi, pengasaman, dan proses
penguraian lain akibat adanya mikroorganisme dalam makanan.
Bahan-bahan pengawet yang banyak digunakan adalah belerang dioksida, asam benzoat, asam propionat, asam sorbat, senyawa kalium dan natrium dari nitrat atau nitrit. Kuantitas bahan
kimia pengawet yang diizinkan bergantung pada jenis makanan yang diawetkan. Asam benzoat berfungsi mengendalikan pertumbuhan jamur dan bakteri. Pemakaian asam benzoat dengan
kadar 250 ppm dapat memberikan efek samping berupa alergi. Pada konsentrasi tinggi dapat mengakibatkan iritasi pada lambung dan saluran pencernaan.
Asam propionat dapat digunakan untuk mencegah hama berupa binatang kapang yang menyerang roti dan kue kering, sedangkan
asam sorbat digunakan untuk mencegah kapang dalam keju.
c. Antioksidan
Bahan tambahan makanan yang lain adalah zat yang berperan sebagai antioksidan dan
anti kempal atau penstabil. Zat antioksidan adalah zat yang berfungsi untuk mencegah oksidasi pada makanan. Contoh
zat antioksidan: asam askorbat, asam sitrat, butilated hidroksi anisol BHA, butilated hidroksi toulena BHT, paraben p-hidroksibenzoat, dan propilgalat.
Makanan pada umumnya tidak stabil. Contoh, jika lemak atau minyak dibiarkan di udara terbuka maka akan teroksidasi dan menimbulkan bau tengik. Reaksi oksidasi ini menguraikan
makanan menjadi molekul-molekul kecil sehingga merusak bahan makanan. Bahkan dapat menimbulkan racun terhadap makanan. Masalah oksidasi dapat diatasi dengan menambahkan zat
antioksidan ke dalam bahan makanan. Bahan tersebut berfungsi menghambat oksidasi pada makanan.
Zat anti kempal adalah zat yang mampu mencegah terjadinya penggumpalan bahan makanan berbentuk serbuk. Contoh zat anti kempal yaitu kalium silikat, silikon dioksida, dan
kalsium fosfat. Beberapa zat tertentu pada masa lalu pernah digunakan sebagai bahan tambahan makanan, tetapi setelah dikaji lebih banyak bahayanya dibandingkan manfaatnya sehingga zat-
zat tambahan makanan tersebut dilarang penggunaannya.
Beberapa zat tambahan yang dilarang, yaitu boraks dan turunannya; asam salisilat dan garamnya; formalin; kalium klorat; dulsin; minyak nabati yang dibrominasi; dietil pirokarbonat;
nitropirazon; dan klorampenikol.
d. Pewarna Makanan