Evaluasi Peranan Rumah Kompos Terhadap Kebutuhan Usahatani Padi Sawah (Rumah Kompos UP3HP Bersatu Kita Maju Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat)

(1)

EVALUASI PERANAN RUMAH KOMPOS TERHADAP

KEBUTUHAN USAHATANI PADI SAWAH

(Rumah Kompos UP3HP Bersatu Kita Maju Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat)

SKRIPSI

OLEH :

FIRRA OKTA FELLA

040309027

SEP / PKP

DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

EVALUASI PERANAN RUMAH KOMPOS TERHADAP

KEBUTUHAN USAHATANI PADI SAWAH

(Rumah Kompos UP3HP Bersatu Kita Maju Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat)

SKRIPSI

OLEH :

FIRRA OKTA FELLA 040309027 SEP / PKP

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan

Disetujui oleh :

Ketua Komisi Pembimbing Anggota Komisi Pembimbing

(Ir. H. Hasman Hasyim, MSi) (Emalisa, SP, MSi)

DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

ABSTRAK

FIRRA OKTA FELLA (040309027) dengan judul “ EVALUASI PERANAN RUMAH KOMPOS TERHADAP KEBUTUHAN USAHATANI PADI SAWAH (Rumah Kompos UP3HP Bersatu Kita Maju Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat)”. Penelitian ini dibimbing oleh Bapak Ir. H. Hasman Hasyim, MSi dan Ibu Emalisa, SP, MSi.

Kegunaan budidaya organik pada dasarnya ialah meniadakan atau membatasi kemungkinan dampak negatif yang ditimbulkan oleh budidaya kimiawi. Sumber pupuk organik dapat berasal dari kotoran hewan, bahan tanaman dan limbah, misalkan pupuk kandang (ternak besar dan kecil), hijauan tanaman rerumputan, semak, perdu dan pohon, limbah pertanaman (jerami padi, batang, jagung, sekam padi, dll), dan limbah agroindustri.

Metode Penentuan Sampel yang digunakan adalah secara sensus. Jumlah populasi petani padi sawah di daerah penelitian sebanak 2603 petani dan hanya 20 petani padi sawah yang menggunakan pupuk kompos, dan seluruh petani tersebut menjadi subjek penelitian. Metode analisis data yang digunakan hádala dengan menggunakan metode deskriptif, uji beda rata rata dan rank spearman (dengan menggunakan SPSS 15).

Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah rumah kompos sangat berkembang dala 3 tahun terakhir ini dengan dilihat dari perkembangan jumlah lumbung, jumlah produksi dan pendapatannya yang setiap tahun mengalami peningkatan. Rumah kompos juga memberikan peranan kepada petani padi sawah dengan mengadakan pembinaan berupa pelatihan pembuatan pupuk kompos lepada petani padi sawah sehingga akhirnya dapat mengusahakan sendiri pupuk kompos yang akan digunakan untuk usahatani mereka. Rumah kompos tidak memberikan peranan terhadap peningkatan pendapatan. Pendapatan petani sebelum menggunakan pupuk kompos lebih besar dari pada pendapatan petani sesudah menggunakan pupuk kompos namun tidak ada perbedaan yang nyata. Tidak ada satu pun faktor sosial ekonomi yang berhubungan dengan jumlah penggunaan pupuk kompos. Adapun faktor sosial ekonomi yang berhubungan dengan pendapatan petani padi sawah estela menggunakan pupuk kompos adalah umur, lama bertani, luas lahan, produksi.

Kata kunci : Kotoran ternak, Rumah Kompos, Pupuk Kompos, Pembinaan Terhadap Petani Padi Sawah


(4)

ABSTRACT

FIRRA OKTA FELLA (040309027) with the title "The Role EVALUATION OF THE HOUSING NEEDS compost USAHATANI PADI SAWAH (Rumah compost UP3HP Bersatu Kita Maju District Stabat Langkat District)." This research is led by Mr. Ir. H. Hasyim Hasman, MSi and Mrs.

Emalisa, SP, MSi. Use of organic cultivation is basically negate or limit the possible negative

impact caused by chemical farming. Source of organic fertilizer can be derived from animal feces, plant material and waste, eg manure (cattle large and small), hijauan plant rerumputan, bushes, trees and perdu, pertanaman waste (rice straw, stem, maize, rice bran, etc.), and agro-industry waste.

Method of sample used is the census. A population of rice farmers in the rice field area of research 2603 only 20 farmers and paddy rice farmers who use compost, and all farmers will be the subject of research. Data analysis methods are used by using descriptive method, test, and different average spearman rank (using the SPSS 15).

Results obtained in this research is very home grown compost in last 3 years with the views of this development the number of barns, the number of production and the incomes have increased each year. Compost is also home to give the role of rice paddy farmers with a form of training on compost lepada rice so that rice farmers can finally organize your own compost that will be used to usahatani them. Home compost does not give the role of the income increase. Farmers' income before using the compost more than the income of farmers in the compost after use but there is no real difference. No one is socio-economic factors related to the amount of compost. The socio-economic factors related to the income of farmers paddy field estela use compost is aged, old farm, area, production.


(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tanjung Morawa, pada tanggal 19 April 1987. Penulis merupakan anak pertama dari Bapak H. Suratman, SP dan Ibu Hj. Faridah, SPd. Pendidikan yang ditempuh penulis adalah sebagai berikut:

1. Tahun 1992 masuk Sekolah Dasar di SDN 050669 Ulu Brayun, tamat tahun 1998

2. Tahun 1998 masuk Sekolah Menengah Pertama di SMPN 1 Binjai, tamat tahun 2001

3. Tahun 2001 masuk Sekolah Menengah Atas di SMAN 1 Binjai, tamat tahun 2004

4. Tahun 2004 diterima di Universitas Sumatera Utara, Fakultas Pertanian, Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian melalui jalur SPMB

5. Bulan Januari s/d Februari 2009 melakukan penelitian di Kecamatan Stabat, Kabupaten Langkat

6. Tanggal 20 Juni s/d 20 Juli 2008 melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Kecamatan Tiga Runggu, Kabupaten Simalungun.


(6)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmat serta kemudahann yang diberikanNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik. Salawat beserta salam selalu tercurah kepada Rasulullah SAW, para sahabat dan keluarga beliau.

Ungkapan terimakasih penulis sampaikan kepada:

1. Bapak Ir. H. Hasman Hasyim, MSi, selaku ketua komisi pembimbing sekaligus ketua Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara yang telah mencurahkan ilmunya kepada penulis.

2. Ibu Emalisa, SP, MSi, selaku anggota komisi pembimbing yang juga telah berkenan memberikan ilmunya kepada Penulis.

3. Bapak Ir. Luhut Sihombing, MP, selaku ketua Departemen Sosial Ekonomi Pertanian beserta seluruh Dosen, Staf dan Pegawai di Departemen Sosial Ekonomi Pertanian yang telah mencurahkan ilmunya dan bersedia membantu Penulis dalam segala urusan akademis

4. Bapak H. Rusmin, selaku Ketua Kelompok Tani UP3HP Bersatu Kita Maju, yang telah bersedia memberikan keterangan keterangan yang dibutuhkan oleh Penulis

5. Seluruh petani padi sawah sampel yang juga telah bersedia meluangkan waktunya untuk membantu Penulis dalam melengkapi data data yang dibutuhkan selama penelitian


(7)

Segala hormat dan terima kasih Penulis ucapkan kepada kedua orang tua saya,

H. Suratman, SP dan Hj. Faridah, SPd. Kepada adik adik saya H. Robby Anangga, Hj. Ecia Meilonna Koka dan H. Okky Alparessi atas motivasi, kasih sayang dan dukungan baik secara materi maupun do’a yang diberikan kepada Penulis

Terima kasih juga Penulis ucapkan untuk yang tersayang

Letda CPM H. Adrian Syapri Putra Nasution atas segala rasa sayang, perhatian dan semangat yang diberikan kepada Penulis. Kepada Uncu dan Om mo’ d cornet,

Tante Hana, Papa Syahrial dan sahabat sahabat terbaik “SEPLERMUN” (Bebet, Een dan Batz) serta teman teman SEP ’04 yang selalu memberikan saran dan dukungan dalam penyelesaian skripsi ini.

Semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi pihak pihak yang membutuhkan

Medan, Mei 2009


(8)

ABSTRAK

FIRRA OKTA FELLA (040309027) dengan judul “ EVALUASI PERANAN RUMAH KOMPOS TERHADAP KEBUTUHAN USAHATANI PADI SAWAH (Rumah Kompos UP3HP Bersatu Kita Maju Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat)”. Penelitian ini dibimbing oleh Bapak Ir. H. Hasman Hasyim, MSi dan Ibu Emalisa, SP, MSi.

Kegunaan budidaya organik pada dasarnya ialah meniadakan atau membatasi kemungkinan dampak negatif yang ditimbulkan oleh budidaya kimiawi. Sumber pupuk organik dapat berasal dari kotoran hewan, bahan tanaman dan limbah, misalkan pupuk kandang (ternak besar dan kecil), hijauan tanaman rerumputan, semak, perdu dan pohon, limbah pertanaman (jerami padi, batang, jagung, sekam padi, dll), dan limbah agroindustri.

Metode Penentuan Sampel yang digunakan adalah secara sensus. Jumlah populasi petani padi sawah di daerah penelitian sebanak 2603 petani dan hanya 20 petani padi sawah yang menggunakan pupuk kompos, dan seluruh petani tersebut menjadi subjek penelitian. Metode analisis data yang digunakan hádala dengan menggunakan metode deskriptif, uji beda rata rata dan rank spearman (dengan menggunakan SPSS 15).

Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah rumah kompos sangat berkembang dala 3 tahun terakhir ini dengan dilihat dari perkembangan jumlah lumbung, jumlah produksi dan pendapatannya yang setiap tahun mengalami peningkatan. Rumah kompos juga memberikan peranan kepada petani padi sawah dengan mengadakan pembinaan berupa pelatihan pembuatan pupuk kompos lepada petani padi sawah sehingga akhirnya dapat mengusahakan sendiri pupuk kompos yang akan digunakan untuk usahatani mereka. Rumah kompos tidak memberikan peranan terhadap peningkatan pendapatan. Pendapatan petani sebelum menggunakan pupuk kompos lebih besar dari pada pendapatan petani sesudah menggunakan pupuk kompos namun tidak ada perbedaan yang nyata. Tidak ada satu pun faktor sosial ekonomi yang berhubungan dengan jumlah penggunaan pupuk kompos. Adapun faktor sosial ekonomi yang berhubungan dengan pendapatan petani padi sawah estela menggunakan pupuk kompos adalah umur, lama bertani, luas lahan, produksi.

Kata kunci : Kotoran ternak, Rumah Kompos, Pupuk Kompos, Pembinaan Terhadap Petani Padi Sawah


(9)

ABSTRACT

FIRRA OKTA FELLA (040309027) with the title "The Role EVALUATION OF THE HOUSING NEEDS compost USAHATANI PADI SAWAH (Rumah compost UP3HP Bersatu Kita Maju District Stabat Langkat District)." This research is led by Mr. Ir. H. Hasyim Hasman, MSi and Mrs.

Emalisa, SP, MSi. Use of organic cultivation is basically negate or limit the possible negative

impact caused by chemical farming. Source of organic fertilizer can be derived from animal feces, plant material and waste, eg manure (cattle large and small), hijauan plant rerumputan, bushes, trees and perdu, pertanaman waste (rice straw, stem, maize, rice bran, etc.), and agro-industry waste.

Method of sample used is the census. A population of rice farmers in the rice field area of research 2603 only 20 farmers and paddy rice farmers who use compost, and all farmers will be the subject of research. Data analysis methods are used by using descriptive method, test, and different average spearman rank (using the SPSS 15).

Results obtained in this research is very home grown compost in last 3 years with the views of this development the number of barns, the number of production and the incomes have increased each year. Compost is also home to give the role of rice paddy farmers with a form of training on compost lepada rice so that rice farmers can finally organize your own compost that will be used to usahatani them. Home compost does not give the role of the income increase. Farmers' income before using the compost more than the income of farmers in the compost after use but there is no real difference. No one is socio-economic factors related to the amount of compost. The socio-economic factors related to the income of farmers paddy field estela use compost is aged, old farm, area, production.


(10)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sektor pertanian dalam tatanan pembangunan nasional memegang peranan penting karena selain bertujuan menyediakan pangan bagi seluruh penduduk, juga merupakan sektor andalan penyumbang devisa Negara dari sektor non migas. Besarnya kesempatan kerja yang dapat diserap dan besarnya jumlah penduduk masih bergantung pada sektor pertanian memberikan arti bahwa dimasa mendatang sektor pertanian masih perlu ditumbuh kembangkan (Noor,1996).

Negara negara sedang berkembang seperti Indonesia yang secara tradisional

kehidupan ekonomi, sosial dan budaya bertumpu pada pertanian, atau inspirasi dari pertanian, maka pembangunan ekonomi untuk tinggal landas memang

harus bertumpu pada pertanian. Industrialisasi tidak mungkin berhasil kalau pertanian tidak lebih dulu dimajukan dan didinamiskan (Notohadiprawiro, 1993).

Pertanian adalah suatu sistem ekologi, sistem lingkungan yang rumit dan kompleks yang berkaitan langsung dengan tumbuhan, hewan, alam, serta manusia. Pertanian modern dihadapkan pada dua kepentingan yang berbeda yaitu produktivitas sekaligus harus menjaga kelestarian alam. Dalam meningkatkan produktivitas petani berhadapan langsung dengan penyakit, hama, dan gulma yang menyerang tanaman pertanian yang berpotensi menurunkan hasil. Yang menjadi tantangan terberat adalah bagaimana usaha untuk dapat memenangkan persaingan dengan hama dan penyakit serta gulma itu, tetapi tanpa harus mencederai dan merusak ekosistem alam. Seakan menjadi dua pilihan sulit ibarat buah simalakama, tidak panen dan hancur tanpa pestisida atau panen berlimpah tetapi penuh racun yang mematikan (Isnaini, 2006).

Kegunaan budidaya organik pada dasarnya ialah meniadakan atau membatasi kemungkinan dampak negatif yang ditimbulkan oleh budidaya kimiawi. Pupuk


(11)

organik dan pupuk hayati mempunyai berbagai keunggulan nyata dibanding dengan pupuk kimia. Pupuk organik dengan sendirinya merupakan keluaran setiap budidaya pertanian, sehingga merupakan sumber hara makro dan mikro yang dapat dikatakan cuma-cuma. Pupuk organik dan pupuk hayati berdaya ameliorasi ganda dengan bermacam macam proses yang saling mendukung, bekerja menyuburkan tanah dan sekaligus mengkonservasikan dan menyehatkan ekosistem tanah serta menghindarkan kemungkinan terjadinya pencemaran lingkungan.

Di Kecamatan Stabat, rata rata penduduknya adalah sebagai peternak, baik itu sebagai peternak sapi maupun kambing. Selama ini ternak ternak tersebut digembala bebas berkeliaran di padang rumput atau di daerah yang banyak rerumputannya sehingga kotoran ternak tersebut berserakan dimana mana dan menimbulkan bau yang tidak sedap. Walaupun pada saat ini juga banyak peternak yang tidak mengembalakan ternak mereka ke padang rumput melainkan si peternak sendiri yang mencarikan rumput untuk ternaknya. Namun para peternak banyak yang tidak mengetahui manfaat dari kotoran ternak tersebut, sehingga kotoran tadi menumpuk dan menimbulkan bau yang menyebabkan pencemaran udara.

Sumber pupuk organik dapat berasal dari kotoran hewan, bahan tanaman dan limbah, misalkan pupuk kandang (ternak besar dan kecil), hijauan tanaman rerumputan, semak, perdu dan pohon, limbah pertanaman (jerami padi, batang, jagung, sekam padi dll.), dan limbah agroindustri. Tanah yang dibenahi dengan pupuk organik mempunyai struktur yang baik dan tanah yang kecukupan bahan organik mempunyai kemampuan mengikat air lebih besar daripada tanah yang kandungan bahan organiknya rendah (Sutanto, 2002).

Pemerintah sangat memperhatikan kehidupan para petani agar dapat memperbaiki usahataninya yaitu dengan meningkatkan produktivitas tanah tanah


(12)

pertanian karena umumnya rata rata tanah yang dimiliki para petani sekitar 0,5 hektar dan meningkatkan pendapatan serta kesejahteraan hidupnya. Pemerintah dalam hal ini tidak hanya terbatas pada menganjurkan agar usaha bercocok tanam dikaitkan pula dengan usaha peternakan, melainkan juga membantu para petani dengan bantuan bantuan berbagai ternak dan lain lain agar dapat dikembangkan oleh para petani. Maksud dari bantuan bantuan itu tidak hanya terbatas pada:

a. peningkatan pendapatan dan kesejahteraan para petani dengan keluarganya b. mencukupi kebutuhan pangan hasil usaha tani dan peternakan bagi para

petani dan masyarakat umumnya.

Melainkan juga agar para petani dapat memanfaatkan pupuk kandang untuk memperbaiki sifat fisik dan kimiawi sehingga tingkat kesuburan tanahnya dapat dipertahankan guna keberlangsungan usaha usaha pertaniannya.

Pemberian bahan organik lebih banyak ditujukan untuk perbaikan struktur tanah terutama di lahan kering, karena tanah menjadi gembur, mudah diolah, infiltrasi air lebih cepat dan daya pegang air dari tanah lebih besar ( Fagi, 2005).

Dalam usaha untuk mengembalikan pada kesehatan tanah yang normal diperlukan tidak kurang dari 2 (dua) kali lipat tambahan bahan organik dari kondisi sebelumnya. Hal ini berarti diperlukan pupuk organik yang cukup banyak untuk mengembalikan keadaan kesehatan tanah normal tersebut. Dilain pihak usaha peternakan memberikan peluang yang besar untuk menghasilkan kotoran yang dapat diproses menjadi pupuk organik (Pramudyati, 1997).

Petani nasional harus siap mengikuti kompetisi sistem pertanian organik seiring dengan permintaan konsumen di pasar internasional menginginkan produksi pertanian bebas pestisida. Pertanian organik bukan merupakan salah satu tantangan yang harus dihindari tetapi justru dipelajari karena penduduk duniapun sudah


(13)

menghendaki bahan pangan bebas zat kimia. Sedangkan untuk membantu petani mengikuti sistem pertanian organik. Dinas Pertanian memfasilitasi pembangunan rumah kompos di tiga kabupaten, masing masing di kabupaten Simalungun, Tanah Karo, dan Langkat ( Anonimous, 2005)

Pada tahun 2005 melalui Dana Pemerintah (APBN) juga telah dialokasikan kegiatan pengembangan pupuk organik. Kegiatan ini memfasilitasi pengadaan RP3O (Rumah Percontohan Pembuatan Pupuk Organik) atau yang biasa disebut rumah kompos yang akan diberikan pada kelompok tani yang aktif. Salah satunya yaitu kelompok tani UP3HP (Unit Pengolahan Pengembangan Pemasaran Hasil Pertanian) Bersatu Kita Maju di Kelurahan Sei Dendang Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat yang diketuai oleh H. Rusmin.

Adapun alasan utama didirikan rumah kompos di kelurahan Perdamaian adalah melihat bahwa sebagian besar penduduk di kelurahan Perdamaian ini adalah sebagai peternak. Menurut Pramudyati (1997) usaha peternakan memberikan peluang besar untuk menghasilkan kotoran yang dapat diproses menjadi pupuk organik Teknologi dalam pembuatan pupuk kompos banyak membutuhkan bahan baku dari limbah ternak, dimana di Kelurahan Perdamaian banyak terdapat limbah ternak yang dapat dimanfaatkan untuk pembuatan kompos. Dahulu sebelum adanya program pembuatan rumah kompos ini limbah kotoran ternak tadi terbuang sia sia tidak termanfaatkan sehingga terkadang berserakan dan menimbulkan polusi atau pencemaran udara.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan, antara lain gambaran umum keadaan rumah kompos selama 3 tahun


(14)

terakhir di daerah penelitian, peranan rumah kompos dengan adanya pembinaan terhadap petani padi sawah di daerah penelitian, peranan rumah kompos terhadap pendapatan petani padi sawah sebelum dan sesudah menggunakan pupuk kompos di daerah penelitian, hubungan faktor sosial ekonomi (umur, lama bertani, tingkat pendidikan, produktivitas, luas lahan, jumlah tanggungan, jumlah ternak, dan produksi) petani padi sawah terhadap penggunaan pupuk kompos serta hubungan faktor sosial ekonomi (umur, lama bertani, tingkat pendidikan, produktivitas, luas lahan, jumlah tanggungan, jumlah ternak, dan produksi) petani padi sawah terhadap pendapatan petani padi sawah di daerah penelitian.

Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan maka penelitian bertujuan untuk mengidentifikasi gambaran umum keadaan rumah kompos selama 3 tahun terakhir di daerah penelitian, mengetahui peranan rumah kompos dengan adanya pembinaan terhadap petani padi sawah di daerah penelitian, menganalisis peranan rumah kompos terhadap pendapatan petani padi sawah sebelum dan sesudah menggunakan pupuk kompos di daerah penelitian, menganalisis hubungan faktor sosial ekonomi (umur, lama bertani, tingkat pendidikan, produktivitas, luas lahan, jumlah tanggungan, jumlah ternak, dan produksi) petani padi sawah terhadap penggunaan pupuk kompos serta menganalisis hubungan faktor sosial ekonomi (umur, lama bertani, tingkat pendidikan, produktivitas, luas lahan, jumlah tanggungan, jumlah ternak, dan produksi) petani padi sawah terhadap pendapatan petani padi sawah di daerah penelitian


(15)

Hipotesis Penelitian

Adapun hipotesis dari penelitian ini adalah terdapat peranan rumah kompos terhadap peningkatan pendapatan yaitu pendapatan rata rata petani padi sawah sesudah menggunakan pupuk kompos lebih besar pendapatannya daripada sebelum menggunakan pupuk kompos di daerah penelitian, terdapat hubungan hubungan faktor sosial ekonomi (umur, lama bertani, tingkat pendidikan, produktivitas, luas lahan, jumlah tanggungan, jumlah ternak, dan produksi) petani padi sawah terhadap penggunaan pupuk kompos serta terdapat hubungan faktor sosial ekonomi (umur, lama bertani, tingkat pendidikan, produktivitas, luas lahan, jumlah tanggungan, jumlah ternak, dan produksi) petani padi sawah terhadap pendapatan petani padi sawah di daerah penelitian

Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai bahan informasi bagi petani untuk mengetahui kegunaan dari kompos untuk kebutuhan usahataninya, sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi pemerintah dan lembaga lainnya dalam mengembangkan rumah kompos, sebagai bahan informasi dan referensi bagi peneliti lainnya yang ada hubungannya dengan penelitian ini.


(16)

TINJAUAN PUSTAKA

Pupuk Organik

Dewasa ini pemerintah menggalakknan penggunaan bahan bahan yang ramah lingkungan. Untuk meningkatkan pertumbuhan maka perlu dilakukan pemberian pupk hayati yang bersifat ramah lingkungan yaitu pupuk organik. Pupuk organik bila digunakan dalam tanah akan merangsang mikrobia, meningkatkan aktivitas biologis, memperbaiki struktur tanah, memperbaiki struktur penyimpanan air tanah dengan begitu meningkatkan kesuburan (Rosmarkam dan Yuwono, 2003).

Bahan organik merupakan bahan yang berasal dari tumbuhan yang dapat digunakan sebagai pupuk. Bahan organik yang berasal dari hewan merupakan kotoran hewan yang memiliki kandungan unsur hara sehingga dapat menyuburkan tanah. Hasilnya dapat mengembalikan kesuburan tanah (Musnamar, 2002)

Bahan Organik yang berasal dari hewan mengandung unsur hara yang bervariasi tergantung pada makanan hewan tersebut. Menurut Sutedjo (1966) hewan yang banyak diberi makan biji bijian menyebabkan kotorannya mengandung unsur hara yang lebih tinggi.

Rumah Kompos

Rumah kompos berguna dalam pengembangan unit unit pengolahan kompos, sehingga dapat memberikan manfaat tambahan terhadap sampah sampah yang selama ini hanya dibuang begitu saja.

Pada dasarnya rumah kompos adalah sebagai tempat pembuatan kompos. Namun dalam peranannya rumah kompos melakukan pembinaan terhadap petani padi sawah dengan mengadakan pelatihan pembuatan pupuk kompos. Bangunannya berupa saung kecil, dimana tiangnya dapat terbuat dari bambu, dengan atap yang


(17)

terbuat dari daun rumbia. Namun perlu diperhatikan bahwa lantai dari rumah kompos ini harus beralaskan tanah. Karena dalam proses pembuatannya, kotoran ternak ini sifatnya panas jadi harus menggunakan lantai tanah agar mendapatkan rongga udara dari pori pori tanah.

Adapun pembuatan pupuk kompos dari kotoran sapi dan kambing yang dipelihara dengan sistem kereman atau lumbung fermentasi

a. Bahan dan Alat

1. Lumbung fermentasi ukuran 1 x 1 m untuk kapasitas 1 ton per periode pembuatan. Dasar atu alas bangunan dari tanah dengan tujuan agar kotoran sapi dan kambing agar dapat menyerap panas karea kotoran sapi dan kambing sifatnya yang panas. Dinding setinggi satu meter yang terbuat dari bambu dengan tujuan agar memberikan rongga udara melalui celah celah anyaman bambu. Atap terbuat dari daun rumbia atau bahan lainnya yang tersedia.

2. Alat alat yang diperlukan seperti cangkul, angkong dan sekop

3. Bahan bahan yang digunakan adalah bahan aktivator yaitu Com A sebanyak 1 ltr, Urea 2 kg, Gula Merah 1 kg.

b. Cara Pembuatan

- Kotoran ternak dikumpulkan dan ditebarkan atau diserak di lapangan yang beralaskan semen, kemudian diratakan.

- Setelah terkumpul kemudian kotoran ternak tadi dimasukkan ke dalam lumbung fermentasi dan dicampur dengan air + gula merah + urea + Com A. Pencampuran antara kotoran ternak dengan bahan aktivator dilakukan sedikit demi sedikit agar merata. Kemudian diadakan pembalikan secara terus menerus hingga merata.


(18)

- Kotoran ternak yang telah dicampur dengan bahan aktivator kemudian didiamkan selama kurang lebih 4 minggu.

- Setelah empat minggu pupuk kompos telah matang. Untuk mendapatkan partikel pupuk organik yang reatif sama maka perlu dikeringkan dibawah sinar matahari secukupnya kemudian digiling dan dilakukan pengayakan dengan mesin Coper. Pupuk kompos yang sudah siap in selanjutnya disimpan dan siap didistribusikan.

Evaluasi Peranan Rumah Kompos

Sistem perencanaan mengharuskan adanya evaluasi atau penilaian hasil pelaksanaannya, yang kemudian dapat dipergunakan sebagai masukan balik ( feed-back) guna memperbaiki atau merencanakan kembali. Untuk keperluan ini diadakan pemantauan atau monitoring dan selanjutnya dilaporkan perkembangannya. Kegiatan ini dibuat pada waktu rencana dilaksanakan. Masukan kembali dapat dibentuk laporan-laporan resmi yaitu melalui daftar daftar isian atau formulir yang telah disusun sebelumnya, berita acara, memorandum dan sebagainya atau dapat berbentuk cara cara yang lebih santai (informal) melalui rapat-rapat staf berkala dimana dibicarakan dan diadakan pertukaran fikiran mengenai apa yang gagal atau tidak berhasil dicapai. Dalam evaluasi atau penilaian dicoba untuk mendapatkan informasi dan mencapai hasil suatu program atau dampak dari suatu kegiatan, bagaimana keadaan sebelum dan sesudah dilaksanakan suatu program/proyek. Disamping mencari informasi mengenai apa, juga dicari jawaban dari mengapa atau sebabnya hal-hal positif maupun negatif telah terjadi.evaluasi dapat dihubungkan dengan pengawasan. Dengan menentukan norma-norma atau kriteria mengenai hasil yang


(19)

harus dicapai, sekaligus pelaksana pelaksana diawasi melalui norma norma tersebut (Reksopoetranto,1992).

Evaluasi adalah kegiatan untuk menilai relevansi, efisiensi, efektifitas dan dampak dari kegiatan dalam kaitannya dengan pencapaian tujuan. Dengan demikian, kegiatan ini merupakan proses untuk memperbaiki dan menyempurnakan aktivitas yang sedang berjalan. Evaluasi juga dimaksud untuk membantu manajemen dalam merumuskan program dan pengambilan keputusan (Suryana,2007).

Landasan Teori

Pupuk kompos organik merupakan pupuk tanaman hasil dekomposisi bahan-bahan organik dengan proses penguraian dan perombakan struktur organik dengan memanfaatkan mikroorganisme pengurai secara alami ( Pramudyati, 2002).

Secara alami bahan bahan organik akan mengalami penguraian di alam dengan bantuan mikroba maupun biota tanah lainnya. Namun proses pengomposan yang terjadi secara alami berlangsung lama dan lambat. Untuk mempercepat proses pengomposan ini telah banyak dikembangkan teknologi teknologi pengomposan. Baik pengomposan dengan teknologi sederhana, sedang, maupun teknologi tinggi.

Pada prinsipnya pengembangan teknologi pengomposan didasarkan pada proses penguraian bahan organic yang terjadi secara alami. Proses penguraian dioptimalkan sedemikian rupa sehingga pengomposan dapat berjalan dengan lebih cepat dan efisien. Teknologi pengomposan saat ini menjadi sangat penting artinya terutama untuk mengatasi permasalahan limbah organik, seperti untuk mengatasi masalah sampah di kota kota besar, limbah organik industry, serta limbah pertanian dan perkebunan.


(20)

Teknologi pengomposan sampah sangat beragam, baik secara aerobik maupun

anaerobik, dengan atau tanpa aktivator pengomposan. Aktivator pengomposan yang

sudah banyak beredar antara lain PROMI (Promoting Microbes), OrgaDec,

SuperDec, ActiComp, BioPos, EM4, Green Phoskko Organic Decomposer dan

SUPERFARM (Effective Microorganism) atau menggunakan cacing guna

mendapatkan kompos (vermicompost). Setiap aktivator memiliki keunggulan sendiri sendiri.

Gabungan dari mikroorganisme tersebut secara fisiologis mempunyai kecocokan untuk dapat hidup bersama dalam kultur campuran. Sewaktu kultur campuran tersebut dikembalikan ke dalam lingkungan alaminya, terdapat pengaruh yang paling menguntungkan pada setiap individu mikroorganisme itu secara cepat bertambah dalam aksi yang saling menunjang. Kultur campuran dari mikroorganisme yang saling menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman, meningkatkan produksi tanaman, kesehatan tanaman, lebih tahan terhadap hama dan penyakit memperbaiki dan menguraikan bahan organik dan residu tanaman serta mempercepat daur ulang hara tersebut (Tamba, 1999).

Pupuk organik (pupuk kandang merupakan bahan pembenah tanan yang paling baik dibanding bahan pembenah lainnya. Pada umumnya nilai pupuk yang dikandung pupuk organik terutama unsur makro nitrogen (N), fosfor (P) dan kalium (K) rendah, tetapi pupuk organik juga mengandung unsur mikro esensial yang lain. Sebagai bahan pembenah tanah, pupuk organik membantu dalam mencergah terjadinya erosi dan mengurangi etrjadinya retakan tanah. Pemberian bahan organik mampu meningkatkan kelembapan tanah (Sutanto, 2002)


(21)

a. Pada Sifat Fisik Tanah

- Meningkatkan kemampuan tanah menahan air. Air tanah mempengaruhi mikroorganisme tanah dan tanaman diatasnya.

- Warna tanah menjadi coklat hingga hitam. Hal ini meningkatkan penyerapan energi radiasi matahari yang kemudian mempengaruhi struktur tanah.

- Merangsang granulasi agregat (perbaikan struktur tanah) dan memantapkannya.

- Menurunkan plastisitas, ohesi dan sifat sifat buruk lainnya dari liat b. Pada Sifat Kimia Tanah

Kelebihan pupuk organik pada sifat kimia tanah adalah meningkatkan daya serap dan Kapasitas Tukar Kation (KTK). Bahan organik dapat meningkatkan Kapasitas Tukar Kation (KTK) dua sampai tiga puluh kali lebih besar daripada kolodi mineral yang meliputi 30 – 90% dari tenaga serap suatu tanah mineral. Peningkatan KTK dapat menambah kemampuan tanah untuk menahan unsur unsur hara.

c. Pada Sifat Biologi Tanah

Secara umum, pemberian pupuk organik dapat meningkatkan pertumbuhan aktivitas mikroorganisme karena bahan organik merupakan sumber energi dan bahan makanan bagi mikroorganisme yang hidup di dalam tanah. Kegiatan jasad mikro ni dengan sendirinya membantu peningkatan dekomposisi adalah bentuk senyawa yang lebih stabil yang disebut humus.

d. Pada Tanah

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa beberapa zat tumbuh dan vitamin dapat diserap langsung dari pupuk organik dan dapat merangsang pertumbuhan tanaman. Penambahan bahan organik kedalam tanah akan menambah unsur hara, baik makro maupun mikro yang dibutuhkan tanaman sehingga


(22)

pemupukan dengan pupuk organik yang biasa dilakukan oleh para petani dapat dikurangi jumlahnya karena unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman sudah diperoleh dari pupuk organik (Dinas Pertanian, 2008).

Faktor Sosial-Ekonomi

Petani berkepentingan untuk meningkatkan penghasilan usahatani dan keluarga sehingga tidak mengherankan apabila ada teknologi baru, petani akan mempertimbangkan untung ruginya. Setelah secara teknis dan ekonomi dianggap menguntungkan barulah petani memutuskan untuk menerima dan mempraktekkan ide-ide baru tersebut.

Umur

Petani yang berumur 50 tahun ke atas biasanya fanatik terhadap tradisi dan sulit untuk diberikan pengertian-pengertian yang mengubah cara berpikir, cara kerja dan cara hidupnya. Mereka bersikap apatis terhadap inovasi. Semakin muda umur petani maka makin semangat untuk mengetahui hal baru, sehingga dengan demikian mereka berusaha untuk cepat melakukan adopsi walaupun sebenarnya mereka masih belum berpengalaman soal adopsi tersebut (Kartasapoetra, 1994).

Tingkat Pendidikan

Pendidikan rendah mengakibatkan kurangnya pengetahuan dalam memanfatkn sumber sumber daya alam yang tersedia. Usaha-usah petani berakibat hanya mampu menghasilkan pendapatan yang rendah (Kartasapoetra, 1994).


(23)

Petani yang sudah lama bertania akan lebih mudah menerapkan inovasi baru daripada petani pemula, karena pengalaman yang lebih banyak sehingga sudah dapat membuat perbandingan dalam mengambil keputusan.

Luas Lahan

Semakin besar luas lahan yang dimiliki petani, maka diharapkan dapat meningkatkan produktivitas dari usahataninya.

Produktivitas

Produktivitas merupakan nilai perbandingan antara produksi padi dengan luas lahan petani. Jadi semakin besar produksi yang diperoleh maka semakin besar produktivitasnya.

Jumlah Tanggungan

Semakin banyak anggota keluarga maka biaya hidup juga semakin bertambah, namun semakinbanyak anggota keluarga yang aktif berusahatani maka akan berpeluang memperoleh pendapatan yang lebih tinggi.

Jumlah Ternak

Semakinbanyak jumlah ternak yang dimiliki petani maka semakin banyak pula bahan baku pupuk dalam membuat pupuk kompos.

Produksi

Produksi merupakan suatu kegiatan yang dikerjakan untuk menambah nilai guna suatu benda. Segala yang dihasilkan dari benda tersebut akan memiliki nilai jual.


(24)

Jadi semakin banyak produksi yang diperoleh, maka semakin besar pula pendapatan yang kita terima (Wikipedia, 2008).

Kerangka Berfikir

Pada tahun 2005 Dinas Pertanian Langkat mengadakan program pembuatan rumah kompos untuk setiap daerah sebagai usaha dam mempertahankan dan meningkatkan produktivitas tanah melalui penggunaan hara yang berasal dari pupuk organik. Salah satunya didirikan rumah kompos di Kelurahan Perdamaian Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat dengan bimbingan dari BBP Perdamaian yang dikelola oleh kelompok tani UP3HP Bersatu Kita Maju degan di ketuai oleh H. Rusmin.

Rumah kompos adalah merupakan sebuah program tekhnik pembuatan kompos yang diberikan oleh Dinas Pertanian yang disosialisasikan melalui penyuluh penyuluh lapangan yang kemudian diberikan pelatihan kepada kelompok kelompok tani untuk mengembangkan pembuatan kompos ini. Rumah kompos merupakan tempat pembuatan kompos. Tidak hanya sebagai tempat pembuatan kompos, rumah kompos juga bisa digunakan sebagai tempat pelatihan pembuatan kompos, tempat pertemuan antar petani serta sebagai tempat sumber informasi yang berguna bagi petani.

Rumah kompos juga berperan dalam membina masyarakat sekitar dengan memberikan pelatihan pelatihan berupa pelatihan pembuatan kompos. Dimana dengan adanya pelatihan ini memberikan peranan terhadap peningkatan pendapatan petani di sekitar daerah penelitian. Karena petani yang mengikuti pelatihan ini kemudian nantinya akan bisa membuat kompos untuk memenuhi kebutuhan untuk usahatani mereka sendiri. Sebagian besar petani yang mengikuti pelatihan ini adalah petani yang sekaligus sebagai peternak. Jadi mereka dapat memanfaatkan kotoran ternak mereka yang dapat dijadikan sebagai bahan baku dalam membuat kompos.


(25)

Rumah kompos juga banyak memberikan peranan terhadap petani padi sawah. Sejak mereka menggunakan kompos untuk lahan pertaniannya maka produktivitasnya juga turut mengalami peningkatan sehingga memberi dampak ikutan terhadap peningkatan pendapatan petani. Beberapa faktor sosial petani meliputi umur, tingkat pendidikan, dan pengalaman bertani maupun faktor ekonomi petani meliputi luas lahan, jumlah tanggungan, dan total pendapatan akan mempengaruhi petani padi sawah terhadap penggunaan pupuk kompos.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat dilihat dalam skema kerangka pemikiran sebagai berikut:

Rumah kompos

Pelatihan

Petani Padi Sawah

Faktor Sosial Ekonomi Petani: - Umur

- Tingkat Pendidikan - Lamanya Bertani

- Produktivitas Luas Lahan - Jumlah Tanggungan - Total Pendapatan

Gambar 2.1. Skema Kerangka Berfikir Evaluasi Peranan Rumah Kompos Bagi Kebutuhan Usahatani Padi Sawah


(26)

METODOLOGI PENELITIAN

Metode Penentuan Daerah Penelitian

Daerah penelitian ini ditentukan secara purposive (sengaja) di Kelurahan Perdamaian Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat. Adapun alasan peneliti memilih daerah tersebut adalah karena daerah ini merupakan daerah pertama yang mengembangkan dan membuat kompos di Kabupaten Langkat (dapat dilihat pada tabel 1).

Tabel 1. Data Pembuat Pupuk Organik/ Kompos di Kabupaten Langkat Tahun 2008

No Kecamatan Desa/Kelurahan Tahun Berdiri Produksi/Bulan

1. Satabat Desa Perdamaian 2005 15 Ton

2. Stabat Kel. Sidomulyo 2006 10 Ton

3. Hinai Desa Suka Jadi 2007 6 Ton

4. Wampu Desa Stabat Lama 2007 6 Ton

5. Besitang Desa Halaban 2006 10 Ton

6. Pematang Jaya Desa Pematang

Tengah 2006 12 Ton

7. Kuala Desa Aman Damai 2006 10 Ton

8. Serapit Desa Sidorejo 2007 9 Ton

9. Secanggang Desa Tanjung Ibus 2006 10 Ton

Sumber: Kantor Dinas Pertanian Kabupaten Langkat, 2008

Metode Penentuan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah petani yang melakukan usahatani padi sawah sebelum dan sesudah menggunakan kompos di Kecamatan Stabat. Metode yang digunakan dalam penentuan sampel adalah dengan menggunakan metode

sensus. Dimana dari 2603 petani padi sawah di Kecamatan Stabat hanya ada 20 petani yang menggunakan pupuk kompos dan seluruh petani tersebut menjadi subjek penelitian.


(27)

Tabel 2. Populasi dan Sampel Petani Padi Sawah yang Menggunakan Kompos di Kecamatan Stabat.

No Desa/Kelurahan Sampel

1. Sei Dendang 4

2. Ara Condong 2

3. Kwala Bingai 2

4. Mangga 4

5. Banyumas 2

6. Sidomulyo 2

7. Karang Rejo 4

Total 20

Sumber : PPL Kecamatan Stabat Tahun 2008

Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung kepada responden melalui survei dan daftar kuisioner yang telah disiapkan terlebih dahulu. Data sekunder diperoleh dari lembaga instansi yang terkait serta literatur yang berhubungan dengan penelitian.

Metode Analisis Data

Dianalisis dengan menghitung pendapatan petani padi sawah di daerah penelitian.

- Pendapatan dianalisis dengan metode perhitungan :

Pd = TR – TC

Keterangan :

Pd = Pendapatan usahatani padi sawah R = Total Penerimaan usahatani padi sawah

TC = Total Biaya usahatani padi sawah, (Soekartawi, 1995).


(28)

dianalisis dengan menggunakan analisis uji beda rata-rata atau dengan uji 2 arah petani padi sawah sebelum menggunakan kompos dan petani padi sawah setelah menggunakan kompos dengan alat bantu SPSS 15.

Jika :

H0 : µ1 = µ2 atau µ1 - µ2 = 0 H1 : µ1 > µ2 atau µ1 - µ2 > 0 Keterangan:

µ1 = Rata-rata variable I (petani padi sawah sebelum menggunakan kompos) µ2 = Rata-rata variable I (petani padi sawah setelah menggunakan kompos) Rumus:

t

h

=

(

1

)

1

(

2

)

2 2

1

1

1S n S

n X X − + − − − −

(

)

(

2 1 2 1 2 1 2 n n n n n n + − + Dengan: 2 1 1 1 2 1 1 1

⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛

= X X

n S i 2 2 2 2 2 2 1 1

⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛

= X X

n

S i

Kriteria Uji dengan 2 pihak:

t-hitung < t-tabel Hipotesis H1 diterima t-hitung = t-tabel Hipotesis H0 diterima Dimana:

Ho = Total pendapatan rata-rata petani padi sawah sesudah menggunakan kompos sama dengan total pendapatan rata-rata petani padi sawah sebelum menggunakan kompos.


(29)

H1 = Total pendapatan rata-rata petani padi sawah sesudah menggunakan kompos lebih besar dari pada total pendapatan rata-rata petani padi sawah sebelum menggunakan kompos.

Keterangan:

1

X = Rata-rata (mean) jumlah total pendapatan petani padi sawah sebelum menggunakan kompos

2

X = Rata-rata (mean) jumlah total pendapatan petani padi sawah sebelum menggunakan kompos

n1 = Banyaknya sampel petani padi sawah sebelum menggunakan kompos n2 = Banyaknya sampel petani padi sawah setelah menggunakan kompos S1 = Standar deviasi petani padi sawah sebelum menggunakan kompos S2 = Standar deviasi petani padi sawah setelah menggunakan kompos Xi1 = Nilai individu petani padi sawah setelah menggunakan kompos Xi2 = Nilai individu petani padi sawah setelah menggunakan kompos (Djarwanto, 1996).

Dianalisis dengan menggunakan metode korelasi range spearman dengan alat bantu SPSS 15:

Dengan kriteria sebagai berikut:

Sig < α (0.05)...Ho ditolak Sig > α (0.05)...Ho diterima Dengan rumus :

r

s =

1

-N N

di

n i

=

3 2 1

6

th = rs 1 2

2

rs N


(30)

tα = α ; db (n – 2)

dimana range rs = -1≤ 0 ≥ 1 - rs = koefisien korelasi

-di = selisih antara rangking nilai faktor petani dengan penggunaan pupuk kompos

-N = jumlah pasangan rangking -db= derajat bebas

Dengan kriteria sebagai berikut:

t-hitung ≤ tα(0,05)………. Ho diterima, atau tidak terima H1 t-hitung > tα(0,05)………. Ho ditolak, atau terima H1

H0: Tidak terdapat hubungan faktor sosial ekonomi petani terhadap penggunaan pupuk kompos

H1: Terdapat hubungan faktor sosial ekonomi petani terhadap penggunaan pupuk kompos

(Siegel, 1997).

Defenisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalah pahaman dan kekeliruan atas pengertian dalam penelitian ini, maka diberikan beberapa defenisi dan batasan operasional.

Defenisi

1. Evaluasi adalah kegiatan untuk menilai relevansi, efisiensi, efektifitas dan dampak dari kegiatan dalam kaitannya dengan pencapaian tujuan.

2. Usahatani adalah himpunan dari sumber sumber alam yang terdapat di tempat itu yang diperlukan untuk produksi pertanian yang dapat berupa usaha bercocok tanam atau memelihara ternak.


(31)

3. Rumah kompos adalah tempat pembuatan kompos, namun selain itu juga sebagai tempat pelatihan pembuatan kompos, tempat berkumpul dan berdiskusi serta sumber informasi bagi petani.

4. Pelatihan adalah segala aktivitas pengajaran tekhnik pembuatan kompos bagi petani di daerah penelitian.

5. Petani pemakai kompos adalah petani yang memakai dan membuat sendiri komposnya untuk usahatani mereka.

6. Sistem usaha tani mengandung pengertian pola pelaksanaan usaha tani masyarakat yang berkaitan dengan tujuannya. Secara umum, tujuan utama pertanian atau usaha tani yang diterapkan sebagian besar petani adalah memenuhi kebutuhan keluarga (subsistence).

7. Umur adalah usia petani pada saat penelitian yang diukur berdasarkan usia kerja produktif yaitu 14-64 tahun.

8. Tingkat pendidikan petani adalah pendidikan formal terakhir yang pernah ditempuh oleh petani.

9. Lamanya bertani adalah pengalaman bertani dalam usahatani dinyatakan dalam tahun.

10.Luas lahan adalah luas area yang diusahakan petani yang dinyatakan dalam satuan Ha.

11.Pendapatan petani adalah hasil yang diperoleh petani dalam usahanya sebagai petani.

12.Jumlah tanggungan keluarga adalah jumlah seluruh anggota keluarga yang belum berpenghasilan dan menjadi tanggung jawab.

13.Jumlah Ternak adalah jumlah seluruh ternak sapi dan kambing yang dimiliki petani


(32)

14.Produktivitas adalah nilai perbandingan antara produksi padi dengan luas lahan petani

15.Produksi adalah seluruh hasil yang didapat dari sebuah usahatani

Batasan Operasional

1. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2009 pada Rumah Kompos UP3HP Bersatu Kita Maju Kelurahan Perdamaian Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat.

2. Sampel adalah petani yang menggunakan dan membuat sendiri kompos dalam usaha taninya di Kelurahan Perdamaian Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat.

3. Evaluasi dilakukan pada petani padi sawah yang menggunakan kompos untuk kebutuhan usaha taninya.


(33)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Daerah Penelitian Keadan Fisik dan Geografi

Penelitian dilakukan di Kecamatan Stabat, Kabupaten Langkat. Luas Kecamatan Stabat adalah 12.887,5 Ha yang terdiri dari 10 Desa /Kelurahan, yaitu: Desa Karang Rejo, Desa Kuala Begumit, Desa Mangga, Kelurahan Perdamaian, Kelurahan Kuala Bingai, Kelurahan Sidomulyo, Desa Banyumas, Desa Pantai Gemi, Desa Ara Condong dan Kelurahan Stabat Baru.Adapun batas-batas wilayah Kecamatan Stabat adalah sebagai berikut :

• Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Wampu dan Kecamatan Secanggang

• Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Binjai dan Kecamatan Wampu

• Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang

• Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Wampu

Kondisi Wilayah Kecamatan Stabat berada pada ketinggian 4-20 m di atas permukaan laut, dengan suhu maksimum berkisar 350C dan suhu minimum 210C, curah hujan per tahun 15 mm,

Keadaan Penduduk

Jumlah penduduk Kecamatan Stabat sebanyak 73.025 jiwa, terdiri dari 36.015 orang laki-laki dan 37.010 orang perempuan dengan total kepala keluarga 15.520 KK. Keadaan penduduk menurut jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel berikut :


(34)

Tabel 3. Keadaan Penduduk Menurut Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1 Laki-laki 36015 49,32

2 Perempuan 37010 50,68

Total 73025 100

Sumber : Kantor Camat Kecamatan Stabat, Tahun 2009

Dari Tabel 3 menunjukkan bahwa jumlah penduduk terbanyak adalah dengan jenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 37010 jiwa dengan persentase 50,68%.

Mayoritas penduduk di Kecamatan Stabat merupakan suku Jawa. Namun masih banyak suku-suku lain yang ada di Kecamatan Stabat ini seperti Melayu, Karo, Batak, Mandailing, Minang, Kalimantan, dll.

Sebagai gambaran tentang keadaan penduduk menurut kesukuan dapat dilihat pada Tabel 4:

Tabel 4. Keadaan Penduduk Menurut Kesukuan

No Suku Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1 Jawa 49634 67,97

2 Melayu 9804 13,43

3 Karo 1768 2,42

4 Batak 1586 2,17

5 Mandailing 598 0,82

6 Minang 1788 2,45

7 Banjar 4676 6,40

8 dll 3171 4,34

Total 73025 100

Sumber : Kantor Camat Kecamatan Stabat, Tahun 2009

Pada Tabel 4 menunjukkan bahwa mayoritas penduduk di Kecamatan Stabat adalah suku jawa yaitu sebanyak 49.634 jiwa. Namun Kecamatan Stabat lebih di identikkan dengan suku Melayu. Hal ini karena pada zaman dahulu penduduk asli Kabupaten Langkat adalah suku Melayu namun seiring waktu berjalan masyarakat asli kini terpinggirkan karena banyaknya pendatang

Mata pencaharian utama penduduk Kecamatan Stabat ini adalah bertani. Selain bertani, ada juga penduduk yang bekerja sebagai pegawai, pedagang dan lain-lan.


(35)

Keadaan penduduk manurut mata pencahariannya dapat dilihan pada Tabel 5:

Tabel 5. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian

No Mata Pencaharian Jumlah (orang) Persentase (%)

1 Petani 10216 56,35

2 PNS 3397 18,74

3 TNI/POLRI 413 2,27

4 Wiraswasta 3020 16,66

5 Pedagang 1085 5,98

Total 18131 100

Sumber : Kantor Camat Kecamatan Stabat, Tahun 2009

Pada Tabel 5 menunjukkan mata pencaharian penduduk Kecamatan Stabat sebagian besar bersumber dari sektor pertanian yaitu sebagai petani sebanyak 10216 orang dengan persentase 56,35% yang pada umumnya mengusahakan tanaman pangan berupa tanaman padi, kacang-kacangan, jagung dan sayur-sayuran.

Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana yang tersedia dengan baik akan memperlancar jalannya pembangunan sehingga mempengaruhi perkembangan masyarakat untuk meraih kehidupan yang lebih baik.

Sarana dan prasarana yang ada di daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel 6:

Tabel 6. Sarana dan Prasarana di Kecamatan Stabat

No Sarana dan Prasarana Jumlah (unit) 1 Rumah Ibadah

- Mesjid - Mushalla - Gereja - Vihara - Pesantren 59 86 5 2 3 2 Sarana Kesehatan

- Rumah Sakit - Puskesmas

5 2 3 Sarana Pendidikan

- TK - SD - MI - SMP - MTs 1 29 1 3 3


(36)

- SMK - MAN

1 1 4 Kantor Desa/Kelurahan 10

5 Pasar 1

Sumber : Kantor Camat Kecamatan Stabat, Tahun 2009

Dari Tabel 6 menunjukkan bahwa sarana dan prasarana di Kecamatan Stabat sangat lengkap,baik dalam bidang pendidikan, kesehatan maupun sosial budaya. Sehingga masyarakat tidak sulit lagi dalam memperoleh segala jenis pelayanan.

Karakteristik Petani Sampel

Karakteristik petani sample dalam penelitian ini terdiri dari umur, tingkat pendidikan, lama bertani, produktivitas luas lahan, jumlah tanggungan dan total pendapatan berdasarkan petani padi sawah sebelum menggunakan pupuk kompos dan petani padi sawah setelah menggunakan pupuk kompos.

Karakteristik dari petani sebelum menggunakan kompos dan petani setelah memakai kompos tersebut dapat dilihat pada Tabel 7:

Tabel 7. Karakteristik Petani Sampel Usahatani Padi Sawah di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat Tahun 2008

No Karakteristik Rentang Rata-rata

1 Umur 32-65 thn 50 thn

2 Tingkat Pendidikan 6-16 thn 10 thn

3 Lama Bertani 12-40 thn 30 thn

4 Luas Lahan 0,23-0,6 ha 0,39 ha

Produktivitas:

- Sebelum menggunakan pupuk kompos

8.036-22.571 kg 15.928,8 kg 5

- Setelah menggunakan pupuk kompos 7.143-20833 kg 14.533,31 kg

6 Jumlah Tanggungan 3-6 jiwa 4 jiwa

7 Jumlah Ternak 6-15 ekor 11 ekor

8 Produksi 4000-8200 kg 5487,5 kg

Sumber Data : Diolah dari Lampiran 15a dan 15b

Umur

Dilihat dari umur, rata-rata umur petani sample adalah 50 tahun dengan rentang umur 32-65 tahun. Dari data di stas dapat dilihat bahwa petani sample maih


(37)

berada dalam kategori usia produktif sehingga masih besar potensi tenaga kerja yang dimiliki petani sample dalam mengelola usahataninya untuk beberapa waktu yang akan dating.

Tingkat Pendidikan

Pendidikan yang minim mengakibatkan kurangnya pengetahuan dalam memanfaatkan sumber-sumber daya alam yang tersedia. Dari Tabel 7 dapat diketahui bahwa rentang tingkat pendidikan formal petani sampel adalah 6-16 tahun dengan rata-rata 10 tahun.

Lama Bertani

Faktor yang sangat mempengaruhi kemampuan pengelolaan dalam usahatani adalah lama bertani. Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa rata-rata lama bertani petani sampel adalah 30 tahun dengan rentang 12-40 tahun. Semakin besar pengalaman bertani petani dalam mengelola usahataninya maka semakin besar atau tinggi pula pengetahuan dan wawasan terhadap pengelolaan usahataninya.

Luas Lahan

Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa rata rata luas lahan untuk petani sample adalah 0,24-0,6 hektar dengan rentang 0,39 hekar. Dilihat dari rata rata luas lahan tersebut dapat diketahui bahwa luas lahan yang diusahakan petani masih tergolong rendah.


(38)

Produktivitas

Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa rata-rata produktivitas untuk petani padi sawah sebelum menggunakan pupuk kompos adalah 15.928,8 kg per hektar dengan rentang 8.036-22.571 kg per hektar dan rata-rata produktivitas luas lahan untu petani padi sawah setelah menggunakan pupuk kompos adalah 14.533,31 kg per hetar dengan rentang 7.143-20833 kg per hektar.

Jumlah Tanggungan Keluarga

Rata-rata jumlah tanggungan untuk petani sample adalah 4 jiwa dengan rentang 3-6 jiwa. Dimana jumlah tanggunagn keluarga ini akan berpengaruh pada pengeluaran petani. Dengan rata rata tersebut dapat diketahui bahwa jumlah tanggungan keluarga tergolong sedang.

Jumlah Ternak

Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa rata rata jumlah ternak untuk petani sampel adalah 10 ekor dengan rentang 6-15 ekor ternak baik ternak sapi maupun ternak kambing. Dilihat dari rata rata jumlah ternak yang dimiliki petani dapat diketahui bahwa mata pencaharian utama petani sampel adalah sebagai peternak.

Produksi

Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa rata rata produksi untuk petani sampel adalah 5487,5 kg dengan rentang 4000-8200 kg. dilihat dari produksi tersebut dapat diketahui bahwa produksi petani tergolong sedang.


(39)

Pembahasan

Penelitian dilakukan pada petani yang menggunakan pupuk kompos, yang diteliti adalah bagaimana peranan rumah kompos terhadap kebutuhan usahatani padi sawah terhadap penggunaan pupuk kompos dimana dilihat dari perbandingan antara petani padi sawah sebelum menggunakan pupuk kompos dengan petani padi sawah setelah menggunakan pupuk kompos di Kecamatan Stabat, Kabupaten Langkat. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2009.

Perkembangan Rumah Kompos Selama 3 (tiga) Tahun Terakhir

Rumah Kompos UP3HP (Unit Pengolahan Pengembangan Pemasaran Hasil Pertanian) Bersatu Kita Maju didirikan pada tahun 2005 melalui dana APBN yang memfasilitasi pembuatan RP3O (Rumah Percontohan Pembuatan Pupuk Organik). Kemudian dibentuk sebuah kelompok yang terdiri dari 18 orang dengan membayar iuran masing-masing Rp. 20.000. Uang tersebut untuk membeli bahan bahan membuat pupuk kompos seperti urea, gula merah dan bahan aktivator.

Gambar 1. Keadaan Rumah Kompos UP3HP Bersatu Kita Maju Kecamatan Stabat

Pada tahap awal yaitu pada tahun 2005 rumah kompos ini hanya memiliki 1 lumbung tempat fermentasi dengan kapasitas 1 ton kotoran ternak. Kotoran ternak


(40)

didapat dari limbah kotoran ternak dari masing-masin anggota yang memiliki ternak. Dari kapasitas 1 ton ini akan menghasilkan kurang lebih 600 kg pupuk kompos. Setiap tahun jumlah lumbung ini pun terus bertambah. Hingga tahun 2008 Rumah kompos ini telah memiliki 4 buah lumbung fermentasi dengan kapasitas 4 ton permasing-masing lumbung yang akan menghasilkan kurang lebih 2400 kg pupuk kompos siap pakai.

Untuk melihat perkembangan rumah kompos UP3HP Bersatu Kita Maju dilihat dari perkembangan jumlah lumbung dari tahun ketahun dapat dilihat pada Tabel 8:

Tabel 8. Perkembangan Rumah Kompos UP3HP Bersatu Kita Maju Tahun 2005-2008 Dilihat Dari Perkembangan Jumlah Lumbung

Lumbung Tahun Jumlah Lumbung

(unit)

Kapasitas Bahan Baku

(kg)

Produksi (kg)

2005 1 1000 600

2006 2 2000 1200

2007 3 3000 1800

2008 4 4000 2400

(Sumber: Rumah Kompos UP3HP Bersatu Kita Maju)

Pada Tabel 8 menunjukkan bahwa pada tahun 2005 Rumah Kompos UP3HP Bersatu Kita Maju hanya memiliki 1 buah lumbung fermentasi dengan kapasitas bahan baku sebanyak 1000 kg dan produksi sebanyak 600 kg dalam satu kali produksi. Dalam 1 bulan rumah kompos ini membuat pupuk kompos sebanyak 4 kali. Berarti rumah kompos ini memproduksi pupuk kompos 4 kali dalam sebulan, yaitu yang dilaksanakan setiap hari Jum'at. Hal ini dikarenakan hari Jum'at adalah hari yang pendek karena para petani mayoritas beraga muslim sehingga mereka mengerjakan shalat Jum'at setelah mereka melakukan kegiatan pembuatan pupuk kompos. Sampai


(41)

pada tahun 2008 kini Rumah Kompos UP3HP Bersatu Kita Maju telah memiliki 4 lumbung fermentasi dengan kapasitas 4000 kg bahan baku dan produksi sebanyak 2400 kg dalam satu kali produksi yaitu satu minggu sekali. Berarti dalam 1 minggu mereka memproduksi kurang lebih 2400 kg pupuk kompos dan dalam sebulan mereka dapat memproduksi kurang lebih 10 ton pupuk kompos perbulannya.

Untuk melihat perkembangan rumah kompos yang dilihat dari perkembangan produksi dan pendapatan per tahunnya dapat dilihat pada Tabel 9:

Tabel 9. Perkembangan Rumah Kompos UP3HP Bersatu Kita Maju Tahun 2005-2008 Dilihat Dari Perkembangan Produksi, Penerimaan dan Pendapatan per Tahun.

Tahun Produksi (kg)

Harga Jual/Kg

(Rp)

Penerimaan (Rp)

Pendapatan (Rp)

2005 31,200 1500 46,800,000 38,485,200 2006 62,400 1500 93,600,000 74,110,400 2007 93,600 1500 140,400,000 112,049,600 2008 124,800 1500 187,200,000 148,948,800

(Sumber: Rumah Kompos UP3HP Bersatu Kita Maju)

Dari Tabel 9 dapat dilihat bahwa dalam setahun rumah kompos mampu memproduksi sekitar 124,800 kg pupuk kompos yaitu sebanyak 52 kali produksi selama 1 tahun. Jumlah lumbung setiap tahun bertambah sebanyak 1 unit. Perkembangan rumah kompos yang dilihat dari jumlah produksi dan pendapatan terus meningkat. Harga jual pupuk kompos ini pun tidak berubah dari tahun ketahun. Ini dikarenakan rumah kompos ini ingin agar pupuk kompos dapat dibeli dengan harga yang terjangkau. Sampai tahun 2008 rumah kompos ini dapat memproduksi sekitar 124,800 kg pupuk kompos pertahunnya dengan penerimaan Rp. 187.200.000 dan pendapatan sebanyak Rp. 148,948,800,- dari hasil ini akan dimasukkan ke kas rumah kompos dan juga dipakai untuk terus mengembangkan rumah kompos ini.


(42)

Produksinya bisa saja bertambah apabila terdapat kelebihan pemesanan. Karena rumah kompos ini banyak menerima pesanan pupuk dari luar daerah seperti Serdang Bedagai, Brastagi, Tanah Karo, Pekan Baru, dan aceh. Belum lagi rumah kompos ini menjadi langganan para pemilik perkebunan swasta serta para pedagang bunga. Dari penjelasan tersebut dapat kita ketahui bahwa rumah kompos sangat berkembang dalam 3 tahun terakhir yang dilihat dari perkembangan jumlah lumbung, jumlah produksi dan pendapatannya yang setiap tahun mengalami peningkatan.

Peranan Rumah Kompos Dengan Adanya Pembinaan Terhadap Petani Padi Sawah Berupa Pelatihan Pembuatan Pupuk Kompos di Daerah Penelitian.

Untuk melihat peranan rumah kompos dengan adanya pembinaan terhadap petani padi sawah berupa pelatihan pembuatan pupuk kompos dilakukan dengan tabulasi sederhana seperti yang ditunjukkan pada Tabel 10:

Tabel 10. Peranan Rumah Kompos Terhadap Petani Padi Sawah Jumlah Sampel Uraian

Orang %

Mengetahui Pelatihan 20 100

Mengikuti Pelatihan 9 45

Membuat Sendiri Pupuk Kompos 20 100

Menggunakan Pupuk Kompos 20 100

(Sumber : Analisis Data Primer Lampiran 3)

Berdasarkan Tabel 10 dapat dilihat bahwa rumah kompos memberikan peranan kepada petani padi sawah dengan mengadakan pembinaan terhadap petani padi sawah berupa pelatihan pembuatan pupuk kompos yakni dengan tujuan agar petani dapat mengusahakan sendiri komposnya. Terdapat 20 orang petani yang mengetahui adanya pelatihan pembuatan kompos atau sebanyak 100%, namun hanya sebanyak 9 orang petani atau sebanyak 45% saja yang mengikuti pelatihan pembuatan


(43)

pupuk kompos. Hal ini dikarenakan kesibukan para petani terhadap aktivitas lain sehingga sebagian dari mereka tidak dapat mengikuti pelatihan pembuatan pupuk kompos. Namun walaupun hanya 9 orang petani yang mengikuti pelatihan pembuatan pupuk kompos ternyata terdapat 20 orang petani atau sebanyak 100% yang membuat dan menggunakan sendiri pupuk komposnya. Hal ini disebabkan karena ternyata sebagian petani yang tidak mengikuti pelatihan pembuatan pupuk kompos tadi belajar membuat pupuk kompos dari petani yang mengikuti pelatihan pembuatan pupuk kompos. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di lapangan, yang menyebabkan petani mengikuti pelatihan pembuatan pupuk kompos adalah disebabkan oleh berkurangnya subsidi pupuk kimia yang diberikan pemerintah dan diberlakukannya pasar bebas bagi penggunaan pupuk non pertanian, maka pupuk anorganik atau pupuk kimia sulit diperoleh dan harganya terus meningkat. Inilah yang menimbulkan sikap antusiasme dari petani yang menyambut baik pemanfaatan

Peranan rumah kompos terhadap pendapatan petani padi sawah sebelum menggunakan pupuk kompos dan sesudah menggunakan pupuk kompos.

Tabel 11. Perbedaan Pendapatan Rata rata Petani Padi Sawah Sebelum Menggunakan Pupuk Kompos dan Sesudah Menggunakan Pupuk Kompos Per Hektar/Tahun Tahun 2008

No Perbedaan Satuan n

u os

telah gun Pupuk

mpos

i g 6 4

erimaan p 13,45 .625

Produksi

0.153,6 5.982.037,35

(Sumber : Analisis Data Primer Lampiran 13a dan 13b)

Sebelum Menggu n Pup

a k

Se Meng

akan ka

Komp

Ko

1 Produks K 236 221

2 Pen R 16.298.3 15.025

3 Biaya Rp 6.48


(44)

Dari Tabel 11 memperlihatkan bahwa produksi rata rata tertinggi diperoleh dari usahatani sebelum menggunakan pupuk kompos sebesar 2.366 kg/ha dengan tingkat pendapatan rata rata Rp. 9.818.159,85, sedangkan produksi rata rata usahatani setelah menggunakan pupuk kompos adalah sebesar 2.214 kg/ha dengan tingkat pendapatan rata rata Rp. 9.043.587,65. Hal ini dikarenakan diperlukan waktu yang cukup lama untuk mengembalikan pada keadaan tanah yang normal sehingga

k kompos yang diberikan untuk setiap 1 rante. Namun dosis ini dapat

dengan tanpa pupuk kompos. Hal ini tentunya apabila didukung oleh ondisi tanah yang telah kembali normal serta terdapat kepastian harga untuk jenis padi organik.

produksi yang didapat pun hampir sama atau tidak bebeda jauh dengan produksi sebelum menggunakan pupuk kompos.

Menurut Haryanto (2003), bahwa untuk mengembalikan pada keadaan kesehatan tanah yang normal diperlukan tidak kurang dari 2 kali lipat tambahan bahan organic dari kondisi sebelumnya. Perbedaan produksi dan pendapatan dari kedua perlakuan ini tidak jauh berbeda, namun dari segi manfaat menunjukkan perbedaan yang sangat menonjol yakni dengan mempertimbangkan prospek pemabangunan pertanian ke depan yang berorientasi dengan pertanian organic yang berwawasan lingkungan, maka berusahatani dengan menggunakan pupuk dari sumber bahan organic dapat dianggap lebih baik, karena bahan bakunya cukup tersedia di sekitar usahataninya. Dalam pengaplikasian di lapangan, dalam tahap awal diperlukan sekitar 150 kg pupu

berkurang dengan pemakaian pupuk kompos secara teratur dan terus menerus hingga 80 kg/rante.

Menurut Diwyanto (2001) ternyata terdapat peningkatan pendapatan tunai sebesar 47% lebih tinggi pada padi sawah yang diberi dengan pupuk kompos dibandingkan


(45)

Analisis uji beda rata-rata (Paired t-test Sample) digunakan untuk mengetahui perbedaan total pendapatan rata-rata petani padi sawah sebelum memakai pupuk kompos dan petani padi sawah sesudah memakai kompos

Tabel 12.

kompos dan petani padi sawah sesudah mema ai pupuk k

Paired Differences

enc

Difference M

Analisis Perbedaan total pendapatan rata-rata petani padi sawah sebelum memakai pupuk

k ompos.

95% Confid e Interval of the e a n De via tio . E r o r Std. n Std r M e L a n o w e r U p p e r t dap m ko Pen me ko 23 S Pen atan seb elu me mak ai mp os – dap atan sete lah mak ai mp os 1 3 6 2 . 5 10471 34. 234 1 . -01 7 4 6 3 2 5 8 7 1 1 72 1 4 3 6 . 3 . .

(Sumber : Analisis Data Primer lampiran 16)

Berdasarkan hasil analisis uji beda rata perbedaan total pendapatan rata-rata petani padi sawah sebelum menggunakan pupuk kompos dan petani padi sawah setelah menggunakan pupuk kompos diketahui t-hitung = 0,988 lebih kecil dari pada t-tabel = 1,734 yang berarti menerima H1 dan menolak H0. Secara uji statistik tidak ada perbedaan yang nyata antara pendapatan petani padi sawah sebelum menggunakan pupuk kompos dengan pendapatan petani padi sawah setelah menggnakan pupuk kompos.

Sehingga Hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat peranan rumah kompos terhadap peningkatan pendapatan adah ditolak. Ternyata pendapatan rata rata petani padi sawah sebelum menggunakan pupuk kompos lebih besar daripada pendapatan petani padi sawah setelah menggunakan pupuk kompos di daerah penelitian.

Alasan mengapa tidak ada perbedaan yang nyata antara pendapatan petani padi sawah sebelum menggunakan pupuk kompos dengan petani padi sawah setelah


(46)

tidak jauh berbeda. Hanya saja petani padi sawah setelah menggunakan pupuk kompos biaya produksinya lebih kecil dibandingkan biaya produksi petani padi sawah sebelum menggunakan pupuk kompos. Namun bila dilihat dari produksinya memang lebih besar produksi petani padi sawah sebelum menggunakan pupuk kompos tetapi tidak jauh berbeda. Hal ini sesuai dengan Doberman, (2007) yang menyatakan bahwa ternyata hasil panen dari perlakuan yang mendapat pupuk organic maupun pupuk kimia mencapai kestabilan pada tingkat yang serupa yakni ini membuktikan tidak terdapat perbedaan keberlanjutan produksi padi antara perlakuan yang diberi pupuk organik dan pupuk kimia.

Hubungan Faktor Sosial Ekonomi Petani Padi Sawah dengan Jumlah Penggunaan Pupuk Kompos

Dalam penelitian ini akan dilihat apakah terdapat hubungan antara Faktor Sosial Ekonomi dengan jumlah penggunaan pupuk kompos. Gambaran hubungan Faktor Sosial Ekonomidengan jumlah penggunaan pupuk kompos, dapat dilihat pada Tabel 13:

Tabel 13.Hubungan Faktor Sosial Ekonomi Petani Padi Sawah dengan Jumlah Penggunaan Pupuk Kompos

Karakteristi k ang e ta-rata Rs t-hi tu ng t-ta be l

-65 49,5 0,0

1 0,30 1 2,10 1 Pendidika 6-16 thn ,3 - 0, 0 7 0,32 7 2,10 1

a Bertan -40 thn 30,1 0,0 0 0,34 0 2,10 1 Lahan 4-0,6 ha 39 -0, 62 8 1,18 0 2,10 1

0,17 0,76 2,10

R Ra Umur 32 thn 7 Tingkat n 10 7

Lam i 12 8

Luas 0,2 0,


(47)

-833

1 8 7 1

Jumlah an

3-6 a

4,3 0,06 0,28 2,10

Ternak eko

20. kg

Tanggung jiw 6 0 1

Jumlah 6-15

r 10,6 -0, 34 1,53 8 2,10 1 Produksi 4000-0

5487,5 0,10 0,46 2,10

Pupuk 900

-0K

1.667,5 - -

(Sumber : Analisis Data Primer Lampiran 17b)

Dari Tabel 13 dapat dilihat jumlah terendah untuk pupuk kompos yang digunakan adalah 900 Kg dan jumlah tertinggi pupuk kompos yang digunakan adalah 2.400 Kg dengan rata-rata jumlah penggunaan pupuk kompos yaitu 1.667,5 kg. Sedangkan range umur petani adalah 32-65 tahun, umur terendah 32 tahun dan yang tertinggi 65 tahun dengan rat-rata 49,5 tahun.

Untuk melihat apakah terdapat hubungan umur dengan jumlah penggunaan pupuk kompos maka diuji dengan uji korelasi Range Spearman. Berdasarkan hasil analisis statistik diperoleh nilai rs = 0,071 menunjukkan bahwa umur tersebut tidak ada hubungannya dengan jumlah penggunaan pupuk kompos sebesar 7,1% dan secara statistik nilai thitung = 0,301 serta t tabel = 2,101. Data ini menunjukkan bahwa thitung < ttabel. Hal ini berarti H0 diterima dan H1 ditolak, artinya tidak ada hubungan umur dengan jumlah penggunaan pupuk kompos. Maka Hipotesis yang menyatakan bahwa ada hubungan antara umur dengan jumlah penggunaan pupuk kompos adalah ditolak.

1 820

Kg

Kg 9 5 1

Kompos Kg

240 g


(48)

Tingkat pendidikan formal yang dimiliki petani akan menunjukkan tingkat pengetahuan serta wawasan yang luas untuk petani menerapkan apa yang diperolehnya untuk peningkatan usahataninya.

Untuk melihat apakah terdapat hubungan tingkat pendidikan dengan jumlah penggunaan pupuk kompos maka diuji dengan uji korelasi Range Spearman. Berdasarkan hasil analisis statistik diperoleh nilai rs = - 0,077 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan tersebut tidak ada hubungannya dengan jumlah penggunaan pupuk kompos sebesar -7,7% dan secara statistik nilai t hitung = 0,327 serta t tabel = 2,101. Data ini menunjukkan bahwa thitung < ttabel. Hal ini berarti H0 diterima dan H1 ditolak, artinya tidak ada hubungan tingkat pendidikan dengan jumlah penggunaan pupuk kompos. Maka Hipotesis yang menyatakan bahwa ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan jumlah penggunaan pupuk kompos adalah ditolak.

berarti H0 diterima dan H1 Hal ini dikarenakan bahwa bukanlah dari pendidikan formal para petani mengetahui guna dan manfaat dari pupuk kompos melainkan dari pendidikan non formal seperti kegiatan pelatihan dalam pemuatan pupuk kompos.

Untuk melihat apakah terdapat hubungan lama bertani dengan jumlah penggunaan pupuk kompos maka diuji dengan uji korelasi Range Spearman. Berdasarkan hasil analisis statistik diperoleh nilai rs = 0,080 menunjukkan bahwa lamanya bertani tersebut tidak ada hubungannya dengan jumlah penggunaan pupuk kompos sebesar 8% dan secara statistik nilai t hitung = 0,340 serta t tabel = 2,101. Data ini menunjukkan bahwa thitung < ttabel. Hal ini

ditolak, artinya tidak ada hubungan lama bertani dengan jumlah penggunaan pupuk kompos. Maka Hipotesis yang menyatakan bahwa ada hubungan antara lama bertani dengan jumlah penggunaan pupuk kompos adalah ditolak.


(49)

Untuk melihat apakah terdapat hubungan luas lahan padi sawah dengan jumlah penggunaan pupuk kompos maka dianalisis dengan menggunakan Korelasi Range Spearman. Dari hasil analisis diperoleh rs = -0,268 menunjukkan bahwa luas lahan tersebut tidak ada hubungannya dengan jumlah penggunaan pupuk kompos sebesar -26,8% dan secara statistik thitung = 1,180 serta ttabel = 2,101 . Data ini menunjukkan bahwa thitung < ttabel. Hal ini berarti H0 diterima dan H1 ditolak, artinya tidak ada hubungan luas lahan dengan jumlah penggunaan pupuk kompos. Maka

Hipotesis yang menyatakan bahwa ada hubungan antara luas lahan padi sawah dengan jumlah penggunaan pupuk kompos adalah ditolak.

enggunaan pupuk kompos adalah ditolak. Hal ini dikarenakan pada tahap Produktivitas adalah merupakan perbandingan antara produksi dengan luas lahan. Untuk melihat apakah terdapat hubungan produktivitas luas lahan padi sawah dengan jumlah penggunaan pupuk kompos maka dianalisis dengan menggunakan Korelasi Range Spearman. Dari hasil analisis diperoleh rs = 0,178 menunjukkan bahwa produktivitas tersebut tidak ada hubungannya dengan jumlah penggunaan pupuk kompos sebesar 17,8% dan secara statistik thitung = 0,767 serta ttabel = 2,101 . Data ini menunjukkan bahwa thitung < ttabel. Hal ini berarti H0 diterima dan H1 ditolak, artinya tidak ada hubungan produktivitas dengan jumlah penggunaan pupuk kompos. Maka Hipotesis yang menyatakan bahwa ada hubungan antara produktivitas dengan jumlah p

awal diperlukan sekitar 150 kg/rante pupuk kompos yang diberikan pada tanah dengan tujuan untuk menetralkan keasaman tanah sehingga tanah dapat kembali pada keadaan ormal dan dapat berproduksi dengan baik.

Untuk melihat ada tidaknya hubungan jumlah tanggungan keluarga dengan jumlah penggunaan pupuk kompos maka dianalisis dengan menggunakan Korelasi Range Spearman. Dari hasil analisis diperoleh rs = 0,066 menunjukkan bahwa jumlah


(50)

tanggungan keluarga tersebut tidak ada hubungannya dengan jumlah penggunaan pupuk kompos sebesar 6,6% dan secara statistik thitung = 0,280 serta ttabel = 2,101. Data ini menunjukkan bahwa thitung < ttabel. Hal ini berarti H0 diterima dan H1

ngan antara jumlah ternak dengan jumlah enggunaan pupuk kompos adalah ditolak.

si dengan jumlah penggunaan pupuk

ttabel.

dengan jum naan pupuk kompos. Maka Hipotesis yang menyatakan bahwa

a ungan antar dengan j pengg up pos

ditolak. Hal ini diungkapkan oleh Dobermann (2007) bahwa pengaruh bahan organik ditolak, artinya tidak ada hubungan jumlah tanggungan keluarga dengan jumlah penggunaan pupuk kompos. Maka Hipotesis yang menyatakan bahwa ada hubungan antara jumlah tanggungan keluarga dengan jumlah penggunaan pupuk kompos adalah ditolak.

Untuk melihat ada tidaknya hubungan jumlah ternak dengan jumlah penggunaan pupuk kompos maka dianalisis dengan menggunakan Korelasi Range Spearman. Dari hasil analisis diperoleh rs = -0,341 menunjukkan bahwa jumlah ternak tersebut tidak ada hubungannya dengan jumlah penggunaan pupuk kompos sebesar -34,1% dan secara statistik thitung = 0,280 serta ttabel = 2,101. Data ini menunjukkan bahwa thitung < ttabel. Hal ini berarti diterima H0 dan H1 ditolak, artinya tida ada hubungan jumlah ternak dengan jumlah penggunaan pupuk kompos. Maka

Hipotesis yang menyatakan bahwa ada hubu p

Untuk melihat ada tidaknya hubungan produk

kompos maka dianalisis dengan menggunakan Korelasi Range Spearman. Dari hasil analisis diperoleh rs = 0,109 menunjukkan bahwa produksi tersebut tidak ada hubungannya dengan jumlah penggunaan pupuk kompos sebesar 10,9% dan secara statistik thitung = 0,465 serta ttabel = 2,101. Data ini menunjukkan bahwa thitung < Hal ini berarti diterima H0 dan H1 ditolak, artinya tidak ada hubungan produksi

lah penggu


(51)

t itas ta il tanam sanya a rliha h b

tahun dengan pemakaian yang terus menerus dengan sistem yang dikelola secara baik dan dengan penggunaan pupuk berimbang.

H Fakto i P awa an P atan

P ete n

ah terdapat hubungan antara Faktor Sosial

Pendapatan Petani Padi Sawah Setelah Menggunakan Pupuk Karakter Range Rata-rata Rs

t-h i u g t-t a e 0 6 0 3 7

Pendidi 9 2 0

Lama 12-40 thn 30,1

-, 7 4,4 7 2,8 8

Luas 0,24-0,6 ha 0,39 0,4

6

2,2 4

2,1 1

tas 20.833

kg

0 ,

0 9

erhadap kual nah dan has an bia kan te t setela eberapa

ubungan r Sosial Ekonom etani Padi S h deng endap Petani adi Sawah S lah Menggunaka Pupuk Kompos

Dalam penelitian ini akan dilihat apak

Ekonomi dengan pendapatan petani padi sawah setelah menggunakan pupuk kompos. Gambaran hubunganFaktor Sosial Ekonomidengan pendapatan petani padi sawah setelah menggunakan pupuk kompos, dapat dilihat pada Tabel 14 berikut:

Tabel 14. Hubungan Faktor Sosial Ekonomi Petani Padi Sawah dengan Kompos istik t n b l

Umur 32-65 thn 49,5

-, 4 3,5 3 2,8 8 Tingkat kan

6-16 thn 10,3 0,3

5

1,8 4

2,1 1

Bertani 0

6 3

1 7

Lahan 6 3 0


(52)

5

Jumlah 3-6 jiwa 4,3 - 0,4

3 Tanggu 0 1 3 3 2,1 0 Ternak

,6 0,3

5

1,6 3

2,1 0

Produksi 4000-8200 5487,5 Kg 0,9

3

4,0 8

2,8 8

n

16,7-7.000

87,65

enunjukkan bahwa thitung > ttabel. Hal ini berarti 1 dite

ngan ,

0

9 1

Jumlah 6-15 ekor 10

9 1 1

Kg 6 7 7

Pendapata Rp.5.095.4 Rp.14.59

Rp.9.043.5 - -

(Sumber : Analisis Data Primer Lampiran 18b)

Dari Tabel 14 dapat dilihat jumlah pendapatan terendah petani padi sawah setelah menggunakan pupuk kompos adalah Rp.5.095.416,7 dan pendapatan tertinggi petani padi sawah setelah menggunakan pupuk kompos adalah Rp.14.597.000 dengan rata-rata pendapatan petani padi sawah setlah menggunakan pupuk kompos yaitu Rp.9.043.587,65. Sedangkan range umur petani adalah 32-65 tahun, umur terendah 32 tahun dan yang tertinggi 65 tahun dengan rat-rata 49,5 tahun.

Untuk melihat apakah terdapat hubungan umur dengan pendapatan petani padi sawah setelah menggunakan pupuk kompos maka diuji dengan uji korelasi Range Spearman. Berdasarkan hasil analisis statistik diperoleh nilai rs = -0,640 menunjukkan bahwa umur tersebut tidak ada hubungannya dengan pendapatan petani padi sawah setelah menggunakan pupuk kompos sebesar -64% dan secara statistik nilai thitung = 3,533 serta t tabel = 2,878. Data ini m

H rima dan H0 ditolak, artinya ada hubungan umur dengan pendapatan petani padi sawah setelah menggunakan pupuk kompos. Maka Hipotesis yang menyatakan bahwa ada hubungan antara umur dengan pendapatan petani padi sawah setelah


(53)

menggunakan pupuk kompos adalah diterima. Hal ini ikarenakan bahwa dari umur dari seseorang mempengaruhi potensi kerjanya, apakah bisa bekerja semaksimal mungkin atau sebaliknya. Dengan kondisi umur yang masih produktif biasanya bisa bekerja lebih maksimal daripada yang tidak produktif. Dengan bekerja maksimal hasil yang dicapai juga baik dan secara otomatis pendapatan juga menjadi lebih besar.

Tingkat pendidikan formal yang dimiliki petani akan menunjukkan tingkat pengetahuan serta wawasan yang luas untuk petani menerapkan apa yang diperolehnya untuk peningkatan usahataninya.

i tingkat SMP. Petani memili

Untuk melihat apakah terdapat hubungan tingkat pendidikan dengan pendapatan petani padi sawah setelah menggunakan pupuk kompos maka diuji dengan uji korelasi Range Spearman. Berdasarkan hasil analisis statistik diperoleh nilai rs = 0,395 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan tersebut tidak ada hubungannya dengan pendapatan petani padi sawah setelah menggunakan pupuk kompos sebesar 39,5% dan secara statistik nilai t hitung = 1,824 serta t tabel = 2,101. Data ini menunjukkan bahwa thitung < ttabel. Hal ini berarti H0 diterima dan H1 ditolak, artinya tidak ada hubungan tingkat pendidikan dengan pendapatan petani padi sawah setelah menggunakan pupuk kompos. Maka Hipotesis yang menyatakan bahwa ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan pendapatan petani padi sawah setelah menggunakan pupuk kompos adalah ditolak. Hal ini disebabkan karena tingkat pendidikan petani sampel rata rata adalah d

ki pengetahuan yang masih kurang dalam hal mendapatkan informasi, sehingga mereka menjalankan usahatani secara sederhana. Petani yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi memiliki kemampuan yang lebih baik dalam memahami dan menerapkan teknologi produktif sehingga produktivitasnya dan pendapatannya menjadi lebih tinggi.


(54)

Untuk melihat apakah terdapat hubungan lama bertani dengan pendapatan petani padi sawah setelah menggunakan pupuk kompos maka diuji dengan uji korelasi Range Spearman. Berdasarkan hasil analisis statistik diperoleh nilai rs = -0,673 menunjukkan bahwa lamanya bertani tersebut tidak ada hubungannya dengan pendapatan petani padi sawah setelah menggunakan pupuk kompos sebesar -67,3% dan secara statistik nilai t hitung = 4,417 serta t tabel = 2,878. Data ini menunjukkan bahwa thitung > ttabel. Hal ini berarti H1 diterima dan H0 ditolak, artinya ada hubungan

ma b

a ada hubungan luas la ertani dengan pendapatan petani padi sawah setelah menggunakan pupuk kompos. Maka Hipotesis yang menyatakan bahwa ada hubungan antara lama bertani dengan pendapatan petani padi sawah setelah menggunakan pupuk kompos adalah diterima.

Untuk melihat apakah terdapat hubungan luas lahan padi sawah dengan pendapatan petani padi sawah setelah menggunakan pupuk kompos maka dianalisis dengan menggunakan Korelasi Range Spearman. Dari hasil analisis diperoleh rs = 0,466 menunjukkan bahwa luas lahan tersebut tidak ada hubungannya dengan pendapatan petani padi sawah setelah menggunakan pupuk kompos sebesar 46,6% dan secara statistik thitung = 2,234 serta ttabel = 2,101 . Data ini menunjukkan bahwa thitung > ttabel. Hal ini berarti H1 diterima dan H0 ditolak, artiny

lahan dengan pendapatan petani padi sawah setelah menggunakan pupuk kompos. Maka Hipotesis yang menyatakan bahwa ada hubungan antara luas lahan padi sawah dengan pendapatan petani padi sawah setelah menggunakan pupuk kompos adalah diterima. Tingkat luasan usahatani menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat petani, semakin tinggi produksi dan pendapatan yang diterima

Produktivitas adalah merupakan perbandingan antara produksi dengan luas lahan. Untuk melihat apakah terdapat hubungan produktivitas luas lahan padi sawah


(1)

dengan pendapatan petani padi sawah setelah menggunakan pupuk kompos maka dianalisis dengan menggunakan Korelasi Range Spearman. Dari hasil analisis diperoleh rs = -0,253 menunjukkan bahwa produktivitas tersebut tidak ada hubungannya dengan pendapatan petani padi sawah setelah menggunakan pupuk

mpo

arga tersebut tidak ada ubungannya dengan pendapatan petani padi sawah setelah menggunakan pupuk ompos sebesar -10,3% dan secara statistik thitung = 0,349 serta ttabel = 2,101. Data ini

enunjukkan bahwa thitung < ttabel. Hal ini berarti H0 diterima dan H1 ditolak, artinya dak ada hubungan jumlah tanggungan keluarga dengan pendapatan petani padi

wah setelah menggunakan pupuk kompos. Maka Hipotesis yang menyatakan ahwa ada hubungan antara jumlah tanggungan keluarga dengan pendapatan petani ko s sebesar -25,3% dan secara statistik thitung = 1,109 serta ttabel = 2,101 . Data ini menunjukkan bahwa thitung < ttabel. Hal ini berarti H0 diterima dan H1 ditolak, artinya tidak ada hubungan produktivitas dengan pendapatan petani padi sawah setelah menggunakan pupuk kompos. Maka Hipotesis yang menyatakan bahwa ada hubungan antara produktivitas dengan pendapatan petani padi sawah setelah menggunakan pupuk kompos adalah ditolak.

Untuk melihat ada tidaknya hubungan jumlah tanggungan keluarga dengan pendapatan petani padi sawah setelah menggunakan pupuk kompos maka dianalisis dengan menggunakan Korelasi Range Spearman. Dari hasil analisis diperoleh rs = -0,103 menunjukkan bahwa jumlah tanggungan kelu

h k m ti sa b


(2)

pendapatan petani padi saw kompos sebesar -5,9% dan secara statistik thitung = 1,631 serta ttabel = 2,101. Data ini menunjukkan

< ttabel. Hal ini berarti diterima H0 dan H1 ditolak, artinya tida ada hubung

atakan bahwa ada hubungan antara produksi dengan pendapatan petani adi sawah setelah menggunakan pupuk kompos diterima.

ah setelah menggunakan pupuk 3

bahwa thitung

an jumlah ternak dengan pendapatan petani padi sawah setelah menggunakan pupuk kompos. Maka Hipotesis yang menyatakan bahwa ada hubungan antara jumlah ternak dengan pendapatan petani padi sawah setelah menggunakan pupuk kompos adalah ditolak.

Untuk melihat ada tidaknya hubungan produksi dengan pendapatan petani padi sawah setelah menggunakan pupuk kompos maka dianalisis dengan menggunakan Korelasi Range Spearman. Dari hasil analisis diperoleh rs = 0,963 menunjukkan bahwa produksi tersebut tidak ada hubungannya dengan pendapatan petani padi sawah setelah menggunakan pupuk kompos sebesar 96,3% dan secara statistik thitung = 4,078 serta ttabel = 2,878. Data ini menunjukkan bahwa thitung > ttabel. Hal ini berarti diterima H1 dan H0 ditolak, artinya ada hubungan produksi dengan pendapatan petani padi sawah setelah menggunakan pupuk kompos. Maka Hipotesis yang meny


(3)

Rumah kompos sangat berkembang dalam 3 tahun terakhir ini dengan dilihat

dari pe h produksi dan pendapatannya yang setiap

engusahakan sendiri upuk kompos yang akan digunakan untuk usahatani mereka. Rumah kompos tidak emberikan peranan terhadap peningkatan pendapatan. Pendapatan petani sebelum enggu

ng berhubungan dengan jumlah penggunaan pupuk ompos. Adapun faktor sosial ekonomi yang berhubungan dengan pendapatan petani adi sawah estela menggunakan pupuk kompos adalah umur, lama bertani, luas lahan, roduksi.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

rkembangan jumlah lumbung, jumla

tahun mengalami peningkatan. Rumah kompos juga memberikan peranan kepada petani padi sawah dengan mengadakan pembinaan berupa pelatihan pembuatan pupuk kompos lepada petani padi sawah sehingga akhirnya dapat m

p m

m nakan pupuk kompos lebih besar dari pada pendapatan petani sesudah menggunakan pupuk kompos namun tidak ada perbedaan yang nyata. Tidak ada satu pun faktor sosial ekonomi ya

k p p


(4)

organik serta memberikan du g keputusan birokrasi dalam embantu akselerasi pengembangan pupuk organik.

Kepada Petani Padi Sawah

kan pupuk kompos dari pada

imia namun dalam dosis yang sedikit, karena pemakaian pupuk kompos dapat mempe

rdapat perbedaan yang signifikan terhadap pendapatan.

asyarakat/Petani Lain

da pertanian ang dapat merusak

Agar diteliti mengenai faktor faktor sosial ekonomi lainnya yang berhubungan dengan

enggunakan pupuk kompos.

kungan selaku pemegan m

Hendaknya petani padi sawah lebih mengguna

dengan menggunakan pupuk kimia, walaupun dalam aturannya tetap memakai pupuk k

rbaiki struktur tanah dan dapat mengurangi biaya produksi, meskipun tidak te

Kepada M

Sebaiknya petani kembali lagi pada pertanian yang alami yaitu pa yang organik untuk mengurangi dampak pemakaian pupuk kimia y struktur tanah dan meracuni lingkungan.

Kepada Peneliti Selanjutnya

jumlah penggunaan pupuk kompos dan pendapatan petani padi sawah setelah m


(5)

DAFTAR PUSTAKA

ian Provinsi Sumatera Utara.

iwyanti, K dan E. Masbulan, 2001. Pengembangan Sistem Agribisnis Peternakan Ramah Lingkungan. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Pertanian. obermann, A, 2007. Can Organic Agriculture Or SRI feed Asia? Unpublished Paper

For Internal Used. IRRI, Los Banos, Philipines.

Fagi, A. M, 2005. Menyikapi Gagasan dan Pengembangan Pertanian Organik di Indonesia. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

Isnaini, 2006. Inovasi Pembelajaran Melalui e-learning Untuk Meningkatkan Prestasi

Belajar Mahasiswa Pada Mata Kuliah Fisikologi Tumbuhan, Medan : FMIPA

USU.

Kartasapoetra, A. G, 1994. Teknologi Penyuluhan Pertanian, Jakarta: Bumi Aksara. Musnamar, 2002. Pupuk Organik Padat: Pembuatan dan Aplikasi, Jakarta: Penebar

Swadaya.

Nazir, Mohammad, 1998. Metode Penelitian. Jakarta. Ghalia Indonesia. Noor, M, 1996. Padi Lahan Marginal. Penebar Swadaya. Jakarta.

Notohadiprawiro, 1993. Tanah dan Lingkungan. Jakarta. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Dinas Pertanian, 2008. Kebijakan Pengembangan Limbah Sebagai Pupuk Organik. Dinas Pertan

D


(6)

638B

Rosmarkam, A. dan N. W. Yuwono, 2003. Ilmu Kesuburan Tanah. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

639B

Soekartawi, 1995. Analisis Usahatani. UI-Press. Jakarta.

640B

Suryana, A, 2007. Produksi Benih Sumber Padi. Badan Penelitian dan Pengembangan Teknologi Sumatera Utara.

641B

Sutanto, 2002. Pemupukan Pertanian Organik. Yogyakarta: Kanisius.

642B

Sutedjo, M. M, A. G. Kartasapoetra, dan R. D. S. Sastroatmodjo, 1996. Mikrobiologi Tanah. Penerbit Kanisius. Jakarta.

643B

Tamba. M, 1999. Teknik Pembuatan Pupuk Bokashi. Balai Informasi dan Penyuluhan Pertanian Kabupaten Daerah Simalungun Tingkat II Simalungun. Panei Tongah.

644BHU

http://id.wikipwdia.org/wiki/produksiUH.

645B

Wirartha, I Made, 2006. Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi. Penerbit Abadi. Yogyakarta