Analisis Faktor Memengaruhi Kehamilan Usia Muda di Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat Tahun 2012

(1)

ANALISIS FAKTOR MEMENGARUHI KEHAMILAN USIA MUDA DI KECAMATAN BINJAI KABUPATEN LANGKAT

TAHUN 2012

TESIS

Oleh DAHLIA ROSA 107032172/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

ANALISIS FAKTOR MEMENGARUHI KEHAMILAN USIA MUDA DI KECAMATAN BINJAI KABUPATEN LANGKAT

TAHUN 2012

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Kesehatan Reproduksi pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Oleh

DAHLIA ROSA 107032172/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

Judul Tesis : ANALISIS FAKTOR MEMENGARUHI

KEHAMILAN USIA MUDA DI KECAMATAN BINJAI KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2012 Nama Mahasiswa : Dahlia Rosa

Nomor Induk Mahasiswa : 107032172

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi : Kesehatan Reproduksi

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. dr. Delfi Lutan, M.Sc, Sp.OG (K)) (

Ketua Anggota

Drs. Abdul Jalil Amri Arma, M.Kes)

Dekan

(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)


(4)

Telah diuji

Pada tanggal : 03 Juli 2012

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. dr. Delfi Lutan, M.Sc, Sp.OG (K) Anggota : 1. Drs. Abdul Jalil Amri Arma, M.Kes

2. dr. Muhammad Rusda, Sp.OG 3. Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes


(5)

PERNYATAAN

ANALISIS FAKTOR MEMENGARUHI KEHAMILAN USIA MUDA DI KECAMATAN BINJAI KABUPATEN LANGKAT

TAHUN 2012

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Juli 2012

(Dahlia Rosa)


(6)

ABSTRAK

Kehamilan yang terjadi pada usia muda ≤ 20 tahun akan menyebabkan kematian ibu dan bayi 2-4 kali lebih besar dibandingkan kehamilan dan persalinan pada usia reproduksi sehat yaitu 20-35 tahun. Banyak hal yang dapat mendorong remaja untuk melakukan hubungan seksual pra nikah yang berdampak terhadap terjadinya kehamilan di usia muda. Kehamilan usia muda pada hakekatnya kurang mempunyai persiapan atau kematangan baik secara biologis, psikologis maupun sosial ekonomi. Sehingga dapat merugikan kesehatan ibu maupun perkembangan dan pertumbuhan janin.

Untuk itu dilakukan penelitian kuantitatif tentang “ Analisis Faktor Yang Memengaruhi Kehamilan Usia Muda di Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat Tahun 2012 “ yang bertujuan untuk mengetahui faktor (tingkat pendidikan, ekonomi, dorongan biologis, pengetahuan tentang kesehatan reproduksi, kesempatan, kepatuhan terhadap orang tua, adat istiadat atau pandangan masyarakat, hukum dan peraturan, pandangan terhadap konsep cinta) yang memengaruhi kehamilan usia muda dengan cara mengelompokkan variabel yang diteliti menjadi faktor 1, faktor 2, dan seterusnya. Menggunakan metode survey analitik melalui explanatory reseach

dan pendekatan secara cross sectional. Dengan menggunakan data primer melaui

kuesioner. Seluruh populasi digunakan sebagai sampel sebanyak 87 orang wanita hamil dan melahirkan.

Setelah dilakukan penelitian tentang Analisis Faktor ditemukan 87 responden (75 orang hamil dan 12 orang sudah melahirkan) dengan responden terbanyak di desa sambirejo yaitu 30 orang (34.48%) dari 7 (tujuh) desa yang ada, rata-rata pada usia 16-19 tahun yaitu 49 orang (56,32%). Berdasarkan hasil analisis faktor dari 9 (sembilan) variabel yang ada menjadi 7 (tujuh) variabel dengan proses factoring hanya bisa direduksi menjadi 2 (dua) faktor yaitu faktor 1 terdiri variabel dorongan biologis, pengetahuan tentang kesehatan reproduksi, kesempatan dan pandangan terhadap konsep cinta dinamakan faktor internal,berarti ada sekelompok wanita yang hamil diusia muda lebih disebabkan karena adanya dorongan dari dalam diri wanita itu sendiri. Dan faktor 2 terdiri variabel pendidikan, ekonomi dan adat istiadat atau pandangan masyarakat yang dinamakan faktor eksternal, berarti ada sekelompok wanita yang hamil diusia muda lebih disebabkan karena adanya dorongan dari luar diri wanita itu sendiri.

Dengan diketahuinya faktor internal dan eksternal yang menjadi penyebab kehamilan usia muda di Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat diharapkan dapat disebarluaskan dan diberikan pemahaman kepada masyarakat sehingga tidak terjadi lagi kehamilan diusia muda yang dapat menurunkan angka kematian ibu dan janin.


(7)

ABSTRACT

Pregnancy occurs in the age of ≤ 20 years will result in maternal and neonatal mortality 2 – 4 times bigger compared to those who are pregnant in their healthy reproductive ages of 20 – 35 years. Many factors that drive the teenagers to do premarital sexual intercourse cause the incident of pregnancy in young age. This kind of pregnancy basically lacks biological, psychological and socio-economic preparation and maturity that can inflict poor health to the mothers and fetal growth and development.

The purpose of this explanatory analytical quantitative study with cross-sectional-approach entitled “The Analysis of Factors Influencing Pregnancy in Young Age in Binjai Subdistrict, Langkat District, in 2012” was to find out the factors (levels of education and economy, biological drive, knowledge of reproductive health, opportunity, obedience to parents, customs or public opinion, laws and regulations, and views on the concept of love) influencing the incident of pregnancy in young age by grouping the variables studied into factor 1, factor 2 and so forth. The population of this study was 87 pregnant women and those who have given birth and all of them were selected to be the samples for this study. The primary data for this study were obtained through questionnaire distribution.

The result of Factor Analysis showed that of the 87 respondents (75 pregnant women and 12 women who have given birth), the most respondents (30 respondents = 34.48%) live in Sambirejo Village. Of the 7 (seven) villages studied, 49 respondents (56.32%) were in average of 16 -19 years of age. The result of Factor Analysis on 9 (nine) variables, only 2 (two) variables that could be reduced through factoring process such as Factor 1 consisted of the variables of biological drive and knowledge of reproductive health, the variables of opportunity and views on the concept of love were called Internal Factor which means that there was a group of women who were pregnant in young age caused by the drive within themselves. Factor 2 consisted of the variables of education and economy, and customs or public opinion was called Internal Factor which meant that there was a group of women who were pregnant in young age caused by the drive from outside of them.

By knowing the Internal and External Factors causing the incident of pregnancy in young age in Binjai Subdistrict, Langkat District, it is expected that this information can be widely socialized to the community members that pregnancy in young age will not occur any more that the rate of maternal and neonatal mortality can be minimized.


(8)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan tesis ini dengan judul “Analisis Faktor Memengaruhi Kehamilan Usia Muda di Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat Tahun 2012”

Penulisan tesis ini merupakan salah satu persyaratan akademik untuk menyelesaikan pendidikan pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Kesehatan Reproduksi Universitas Sumatera Utara.

Penulis, dalam menyusun tesis ini mendapat bantuan, dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada :

1. Rektor Universitas Sumatera Utara, Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM & H, M.Sc (CTM), Sp.A(K) dan Dr. Drs. Surya Utama, M.S selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatra Utara.

2. Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu

Kesehatan Masyarakat.

3. Prof. Dr. Delfi Lutan, MSc, SpOG (K) selaku Ketua Komisi Pembimbing dan

Drs. Abdul Jalil Amri Arma, M.Kes selaku Anggota Komisi Pembimbing dengan penuh perhatian dan kesabaran dalam memberikan bimbingan sehingga tesis ini dapat terselesaikan.


(9)

4. Dr. Muhammad Rusda, SpOG dan Drs. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes selaku penguji tesis yang dengan penuh perhatian dan kesabaran membimbing dan meluangkan waktu untuk membimbing penulis mulai dari proposal hingga penulisan tesis ini.

5. Terima kasih kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat dr. Herman

Sadeck, M.Kes beserta staff dan dr. Harry Abdullah beserta staff sebagai Kepala Puskesmas Sambirejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat yang telah memberikan ijin dan dukungan moril kepada penulis dalam rangka menyelesaikan penelitian.

6. Terima kasih kepada Camat Retti Yanti, BA beserta Staff Kecamatan Binjai

beserta staff yang sudah membantu dalam proses pengumpulan data dilokasi penelitian.

7. Ucapan terima kasih yang tulus dan ikhlas kepada Ayahanda Alm. Arwin A.R.

dan Ibunda Deliana serta mertua Ayahanda (alm) Lettu Purn. Murad Aziz dan Ibunda Roidah Panjaitan telah membantu dan member dukungan moril serta restu dan doa.

8. Teristimewa buat suami tercinta, Benny Feryanto, SH dan buah hatiku M. Ferly

Alzajirah, Adinda Muhardinata, SE dan Murdeli Akbar, Amd beserta istri dan teman-teman tercinta yang penuh pengertian, dorongan pengorbanan serta kesabaran dan doa restu memotivasi dalam penyelesaian pendidikan ini.


(10)

9. Rekan- rekan dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak memberikan bantuan moril dan materil selama mengikuti pendidikan, penelitian dan penulisan tesis.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan, sehingga saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak sangat di harapkan dan diucapkan terimakasih.

Medan, Juli 2012 Penulis


(11)

RIWAYAT HIDUP

Dahlia Rosa, lahir tanggal 09 Juli 1976 di daerah Rd. Panjang Peureulak Aceh Timur, anak pertama dari 3 (tiga) bersaudara, pada pasangan Arwin AR dan Deliana. Menikah dengan Benny Feryanto, SH Tahun 2003. Anak pertama dari 2 (dua) bersaudara pada pasangan (alm) Lettu Purn. Murad Aziz dan Ibunda Roidah Panjaitan dengan dikarunia 1 (satu) orang anak bernama M. Ferly Alzajirah.

Pendidikan formal penulis dimulai dari TK Pertamina Rantau Panjang Peureulak, SD Negeri Pertamina, SMP Negeri Rantau Panjang Peureulak, Sekolah Perawat Kesehatan (SPK) Yayasan Dayah Bustanul Ulum Langsa Tahun 1994, Program Pendidikan Bidan-A Yayasan Dayah Bustanul Ulum Langsa Tahun 1995, Akademi Kebidanan Depkes Medan Tahun 2001, Diploma IV Bidan Pendidik USU Medan Tahun 2003.

Mulai bekerja sebagai Bidan PTT Tahun 1995 – 1998 di Desa Kampung Bakti Kota Cane, Praktek Bidan secara Mandiri Tahun 2000 – 2005, Bekerja di Akbid Nusantara 2000 Medan Tahun 2000 – 2003 sebagai Dosen dan Pudir I, di Akbid Pemkab Langkat sebagai Dosen Tahun 2002 – Sekarang dan Direktur Tahun 2004 – Sekarang.

Penulis mengikuti Pendidikan Lanjutan di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Minat Studi Kesehatan Reproduksi Universitas Sumatera Utara Tahun 2010 – hingga saat ini.


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Permasalahan ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Hipotesis ... 9

1.5 Manfaat Penelitian ... 9

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1 Kehamilan Usia Muda ... 10

2.1.1 Pengertian ... 10

2.1.2 Faktor yang Memengaruhi Perkawinan Usia Muda…… ... 11

2.1.3 Kerugian Remaja Melakukan Seks Pranikah ... 15

2.1.4 Gejala Awal Kehamilan ... 15

2.1.5 Dampak yang Terjadi Pada Kehamilan Usia Muda ... 17

2.1.6 Penanggulangan ... 19

2.2 Analisis Faktor ... 24

2.2.1 Pengertian ... 24

2.2.2 Model Analis Faktor dan Statistik yang Relevan ... 25

2.2.3 Model Matematik dalam Analisis Faktor ... 26

2.2.4 Langkah-langkah Analisis Faktor ... 27

2.3 Landasan Teori ... 34

2.4 Kerangka Konsep ... 37

BAB 3. METODE PENELITIAN ... 38

3.1 Jenis Penelitian ... 38

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 38

3.2.1 Lokasi Penelitian ... 39

3.2.2 Waktu Penelitian ... 39

3.3 Populasi dan Sampel ... 39


(13)

3.3.2 Sampel ... 39

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 39

3.4.1 Data Primer... 39

3.4.2 Data Skunder ... 39

3.4.3 Data Tertier... 40

3.4.4 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 40

3.5 Variabel dan Definisi Operasional ... 42

3.6 Metode Pengukuran ... 43

3.6.1 Variabel Dependen ... 43

3.6.2 Variabel Independen ... 44

3.6.3 Asfek Pengukuran ... 44

3.7 Metode Analisis Data ... 47

BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 49

4.1 Gambaran Umum Kecamatan Binjai ... 49

4.2 Distribusi Karakteristik Responden ... 53

4.3 Uji Kelayakan Faktor ... 54

4.3.1 Uji Kelayakan I ... 56

4.3.2 Uji Kelayakan II ... 57

4.3.3 Uji Kelayakan III ... 58

4.4 Analisis Faktor (Faktoring, Ekstraksi dan Rotasi) ... 59

4.4.1 Communilities ... 60

4.4.2 Total Variance Explained ... 60

4.4.3 Scree Plot ... 61

4.4.4 Component Matrix ... 62

4.4.5 Rotated Component Matrix ... 63

4.4.6 Component Transformation Matrix... 64

4.4.7 Penamaan Faktor yang Terbentuk ... 64

BAB 5. PEMBAHASAN ... 67

5.1 Analisis Uji Kelayakan ... 67

5.1.1 Analisis Uji Kelayakan I ... 67

5.1.2 Analisis Uji Kelayakan II ... 68

5.1.3 Analisis Uji Kelayakan III ... 69

5.2 Analisis Faktor (Faktoring, Ekstraksi dan Rotasi) ... 69

5.2.1 Communalities ... 69

5.2.2 Total Varians Explained ... 70

5.2.3 Scree Plot ... 71

5.2.4 Component Matrix ... 71

5.2.5 Rotated Component Matrix ... 74

5.2.6 Component TransformationMatrix... 75

5.3 Interpretasi dan Penamaan Faktor ... 75


(14)

5.3.2 Faktor Eksternal ... 79

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 82

6.1 Kesimpulan ... 82

6.2 Saran ... 82

DAFTAR PUSTAKA ... 84


(15)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

3.1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur………... 41

3.2. Rincian Pertanyaan dari Variabel yang Diteliti………... 45

4.1. Jumlah Penduduk Kecamatan Binjai Berdasarkan Desa/ Kelurahan di

Kabupaten Langkat Tahun 2010 ... 51

4.2. Banyaknya Penduduk Dirinci Menurut Kelompok Umur dan Jenis

Kelamin Tahun 2010 ... 52 4.3. Karakteristik Wanita yang Hamil dan Melahirkan yang Berusia ≤ 20

Tahun di Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat Tahun 2011 ... 53

4.4. Distribusi Korelasi Faktor Kelayakan Pertama Pada Variabel yang

Memengaruhi Kehamilan Usia Muda di Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat Tahun 2012 ... 56

4.5. Distribusi Korelasi Faktor Kelayakan Kedua Pada Variabel yang

Memengaruhi Kehamilan Usia Muda di Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat Tahun 2012 ... 57

4.6. Distribusi Korelasi Faktor Kelayakan Ketiga Pada Variabel yang

Memengaruhi Kehamilan Usia Muda di Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat Tahun 2012 ... 59

4.7 Distribusi Besarnya Hubungan Variabel yang Memengaruhi Kehamilan

Usia Muda Berdasarkan Jumlah Varians dari Faktor yang Terbentuk di Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat Tahun 2012 ... 60

4.8 Distribusi Variabel yang Memengaruhi Kehamilan Usia Muda

Berdasarkan Faktor yang Terbentuk di Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat Tahun 2012 ... 61

4.9. Distribusi Proses Penentuan Variabel yang Memengaruhi Kehamilan Usia


(16)

4.10. Distribusi Penentuan Variabel yang Lebih Jelas dan Nyata Memengaruhi Kehamilan Usia Muda di Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat Tahun

2012 ... 63

4.11. Distribusi Validasi Faktor yang Terbentuk ... 64

4.12. Distribusi Faktor Internal yang Memengaruhi Kehamilan Usia Muda ... 64


(17)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman 2.1. Landasan Teori Faktor-Faktor yang Memengaruhi Terjadinya Kehamilan

Usia Muda ≤ 20 Tahun (Modifikasi dari Roumauli, S. 2011, Aryani, R. 2009, Manuaba, IBG. 2010 Lesnapurnawan, 2009 dan Dianawati, 2005, Lawrence Green dalam Notoatmodjo, 2007) ... 37 2.2. Kerangka Konsep Penelitian ... 38 4.3. Peta Wilayah Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat ... 49

4.4. Distribusi Penduduk Kecamatan Binjai Berdasarkan Desa/ Kelurahan

di Kabupaten Langkat Tahun 2010 ... 50 4.5. Grafik Scree Plot terhadap Jumlah Faktor yang Terbentuk ... 62


(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman 1. Kuesioner Penelitian ... 87 2. Hasil Pengolahan Data ... 94 3. Surat Izin Penelitian ... 126


(19)

ABSTRAK

Kehamilan yang terjadi pada usia muda ≤ 20 tahun akan menyebabkan kematian ibu dan bayi 2-4 kali lebih besar dibandingkan kehamilan dan persalinan pada usia reproduksi sehat yaitu 20-35 tahun. Banyak hal yang dapat mendorong remaja untuk melakukan hubungan seksual pra nikah yang berdampak terhadap terjadinya kehamilan di usia muda. Kehamilan usia muda pada hakekatnya kurang mempunyai persiapan atau kematangan baik secara biologis, psikologis maupun sosial ekonomi. Sehingga dapat merugikan kesehatan ibu maupun perkembangan dan pertumbuhan janin.

Untuk itu dilakukan penelitian kuantitatif tentang “ Analisis Faktor Yang Memengaruhi Kehamilan Usia Muda di Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat Tahun 2012 “ yang bertujuan untuk mengetahui faktor (tingkat pendidikan, ekonomi, dorongan biologis, pengetahuan tentang kesehatan reproduksi, kesempatan, kepatuhan terhadap orang tua, adat istiadat atau pandangan masyarakat, hukum dan peraturan, pandangan terhadap konsep cinta) yang memengaruhi kehamilan usia muda dengan cara mengelompokkan variabel yang diteliti menjadi faktor 1, faktor 2, dan seterusnya. Menggunakan metode survey analitik melalui explanatory reseach

dan pendekatan secara cross sectional. Dengan menggunakan data primer melaui

kuesioner. Seluruh populasi digunakan sebagai sampel sebanyak 87 orang wanita hamil dan melahirkan.

Setelah dilakukan penelitian tentang Analisis Faktor ditemukan 87 responden (75 orang hamil dan 12 orang sudah melahirkan) dengan responden terbanyak di desa sambirejo yaitu 30 orang (34.48%) dari 7 (tujuh) desa yang ada, rata-rata pada usia 16-19 tahun yaitu 49 orang (56,32%). Berdasarkan hasil analisis faktor dari 9 (sembilan) variabel yang ada menjadi 7 (tujuh) variabel dengan proses factoring hanya bisa direduksi menjadi 2 (dua) faktor yaitu faktor 1 terdiri variabel dorongan biologis, pengetahuan tentang kesehatan reproduksi, kesempatan dan pandangan terhadap konsep cinta dinamakan faktor internal,berarti ada sekelompok wanita yang hamil diusia muda lebih disebabkan karena adanya dorongan dari dalam diri wanita itu sendiri. Dan faktor 2 terdiri variabel pendidikan, ekonomi dan adat istiadat atau pandangan masyarakat yang dinamakan faktor eksternal, berarti ada sekelompok wanita yang hamil diusia muda lebih disebabkan karena adanya dorongan dari luar diri wanita itu sendiri.

Dengan diketahuinya faktor internal dan eksternal yang menjadi penyebab kehamilan usia muda di Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat diharapkan dapat disebarluaskan dan diberikan pemahaman kepada masyarakat sehingga tidak terjadi lagi kehamilan diusia muda yang dapat menurunkan angka kematian ibu dan janin.


(20)

ABSTRACT

Pregnancy occurs in the age of ≤ 20 years will result in maternal and neonatal mortality 2 – 4 times bigger compared to those who are pregnant in their healthy reproductive ages of 20 – 35 years. Many factors that drive the teenagers to do premarital sexual intercourse cause the incident of pregnancy in young age. This kind of pregnancy basically lacks biological, psychological and socio-economic preparation and maturity that can inflict poor health to the mothers and fetal growth and development.

The purpose of this explanatory analytical quantitative study with cross-sectional-approach entitled “The Analysis of Factors Influencing Pregnancy in Young Age in Binjai Subdistrict, Langkat District, in 2012” was to find out the factors (levels of education and economy, biological drive, knowledge of reproductive health, opportunity, obedience to parents, customs or public opinion, laws and regulations, and views on the concept of love) influencing the incident of pregnancy in young age by grouping the variables studied into factor 1, factor 2 and so forth. The population of this study was 87 pregnant women and those who have given birth and all of them were selected to be the samples for this study. The primary data for this study were obtained through questionnaire distribution.

The result of Factor Analysis showed that of the 87 respondents (75 pregnant women and 12 women who have given birth), the most respondents (30 respondents = 34.48%) live in Sambirejo Village. Of the 7 (seven) villages studied, 49 respondents (56.32%) were in average of 16 -19 years of age. The result of Factor Analysis on 9 (nine) variables, only 2 (two) variables that could be reduced through factoring process such as Factor 1 consisted of the variables of biological drive and knowledge of reproductive health, the variables of opportunity and views on the concept of love were called Internal Factor which means that there was a group of women who were pregnant in young age caused by the drive within themselves. Factor 2 consisted of the variables of education and economy, and customs or public opinion was called Internal Factor which meant that there was a group of women who were pregnant in young age caused by the drive from outside of them.

By knowing the Internal and External Factors causing the incident of pregnancy in young age in Binjai Subdistrict, Langkat District, it is expected that this information can be widely socialized to the community members that pregnancy in young age will not occur any more that the rate of maternal and neonatal mortality can be minimized.


(21)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Masa remaja adalah masa transisi antara masa kanak-kanak dengan dewasa dan relatif belum mencapai tahap kematangan mental dan sosial dimana terjadi perubahan fhisik mental, psikososial yang cepat dan berdampak pada berbagai asfek kehidupan. Remaja harus menghadapi tekanan-tekanan emosi dan sosial yang kadang saling bertentangan. Banyak sekali kejadian hidup yang akan terjadi, yang tidak saja akan menentukan kehidupan masa dewasa, namun juga kualitas generasi berikutnya sehingga menempatkan masa ini sebagai masa kritis. Perubahan fhisik yang dialami remaja berhubungan dengan produksi hormon seksual dalam tubuh yang mengakibatkan timbulnya dorongan emosi dan seksual. Hal ini menjadi titik rawan karena remaja mempunyai sifat selalu ingin tahu dan mempunyai kecendrungan mencoba halhal baru (Heriana, dkk, 2008).

Di mana perubahan ini juga akan berdampak pada perilaku remaja tersebut. Perkembangan fisik ditandai dengan semakin matang dan mulai berfungsinya organ– organ tubuh termasuk organ reproduksinya. Perubahan psikis yang dialami pada masa pubertas adalah perhatian yang lebih terhadap diri sendiri dan lawan jenis, dengan menjaga penampilanya. Hal inilah yang membuat manjadi mandiri tanpa harus diatur–atur lagi oleh orang tua. Sedangkan perubahan sosial yang dialaminya


(22)

adalah remaja pada fase ini akan lebih dekat dengan teman sebaya dibandingkan dengan orang tuanya sendiri. Hal ini tentu banyak sekali akibatnya, salah satunya adalah sumber informasi, karena remaja cenderung lebih dekat dengan teman sebayanya maka kemungkinan iapun akan lebih percaya pada informasi yang berasal dari teman–temannya, termasuk informasi tentang seksualitas. Padahal informasi seperti itu belum tentu dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya (Hurlock, 2003).

Banyak mitos-mitos diseputar seksualitas, sebuah informasi yang belum pasti kebenarannya, namun sudah terlanjur dipercaya oleh remaja. Mitos yang paling ngetren di kalangan remaja adalah hubungan seks (HUS) sekali nggak bakalan bikin hamil. Atau HUS adalah tanda cinta dan sayang khususnya di hari-hari spesial seperti ‘hari jadian’, ulang tahun ataupun valentine day. Namun ternyata dari kejadian inilah angka kehamilan yang tidak diinginkan (KTD) membengkak setiap tahunnya. Salah satu cara menyikapi mitos-mitos tersebut adalah dengan memberikan informasi atau pendidikan tentang kesehatan reproduksi yang tepat dan benar. Pendidikan seksualitas bukan sekedar memberi informasi yang lengkap mengenai seksualitas, misalnya dari sudut pandang bilogis yaitu tentang organ reproduksi tetapi juga mengajarkan ketrampilan untuk memilih dan mengkomunikasikan pilihannya, serta mengajarkan laki-laki untuk lebih menghormati perempuan dengan demikian pendidikan seksualitas justru melindungi remaja dari resiko hubungan seks yang tidak terlindungi. Mengingat rasa ingin tahu remaja yang besar maka diperlukan strategi pengambilan keputusan tentang pendidikan seks sehingga tidak terjadi kehamilan remaja atau kehamilan di usia muda (Sarwono, 2006).


(23)

Menurut laporan Organisasi Badan Dunia Bidang Kependudukan (United Nation Population Fund/ UNPFA, 2000) 1 dari 6 penduduk dunia adalah remaja yang 85% hidup di negara berkembang yang rata-rata sudah aktif seksual, sebagiannya sudah menikah sehingga menimbulkan tantangan resiko masalah kesehatan reproduksi seperti kehamilan, aborsi yang tidak aman, penyakit menular seksual (PMS) dan HIV/ AIDS. Setiap tahun ± 15 juta remaja (15-19 tahun) melahirkan, 4 juta aborsi, hampir 100 juta menderita PMS yang dapat disembuhkan, ± 7000 remaja terinfeksi HIV/ hari, hal ini dipengaruhi oleh tuntutan kawin muda dan hubungan seksual, akses pendidikan dan pekerjaan terbatas, ketidaksetaraan gender, kekerasan seksual, pengaruh media massa dan gaya hidup populer. Di Inggris Raya angka kehamilan usia 15-19 tahun tertinggi di Eropa Barat yaitu empat kali lebih besar daripada Prancis dan tujuh kali lipat angka yang sama di Belanda. Sementara itu, angka konsepsi remaja di bawah usia 20 tahun menurun di seluruh Eropa, kecuali di Inggris Raya (Andrews, G.2009)

Menurut data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 jumlah Angka Kematian Ibu (AKI) 228/ 100.000 KH , Angka Kematian Bayi (AKB) 34/ 1000 KH dan Angka Kematian Neonatus (AKN) 19/1000 KH hal ini masih jauh dari target MDGs tahun 2015 yaitu AKI mencapai 102/ 100.000 KH. Dimana AKI dan AKB di Indonesia masih cukup tinggi dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya. Untuk menurunkan jumlah AKI dan AKB perlu akses layanan kesehatan reproduksi dan kontrasepsi. Penyebabnya antara lain tingginya angka kematian akibat


(24)

komplikasi paada waktu hamil dan bersalin, aborsi tidak aman, PMS dan kanker reproduktif.

Menurut profil kesehatan Provinsi Sumatera Utara tahun 2010 jumlah AKI 116/100.000 KH dan AKB 7,73/1000 KH. Sedangkan hasil survei yang dilaksanakan oleh FKM USU ditemukan AKI 268/100.000 KH dan AKB 23/1000 KH. Hal ini berarti AKI dan AKB untuk Sumatera Utara masih cukup tinggi.

Menurut data Riset Kesehatan Daerah (RISKESDA) tahun 2010 ditemukan Jumlah remaja (laki dan perempuan) 63.048 dengan status belum menikah 86,7 % menjawab pernah melakukan hubungan seksual laki-laki 3.0% dan perempuan 1.1%. Usia menikah : umur 10–14 tahun 4,8 % dan usia 15–19 tahun 41,9%. Hal ini berarti prilaku seksual sebelum menikah sudah mulai terjadi pada usia yang sangat muda.

Menurut profil kesehatan Kabupaten Langkat tahun 2010 ditemukan AKI 83,02/ 100.000 dan AKB 6,20/1000 KH . Angka ini jauh di bawah angka nasional dan provinsi sehingga angka ini belum dapat dijadikan standar, karena kemungkinan masih banyak kematian yang tidak terlaporkan. Oleh karena itu diperlukan pencatatan dan pelaporan yang lebih teliti dari sarana yang paling dasar seperti Posyandu atau Bidan di desa.

Penyebab langsung kematian ibu di Indonesia seperti halnya dengan negara lain yaitu perdarahan, infeksi, dan eklampsi. Sedangkan penyebab tidak langsung yaitu anemia, kurang energi kronis (KEK), dan keadaan “4 terlalu” yaitu terlalu muda, terlalu tua, terlalu banyak dan terlalu rapat ( Manuaba, 2010).


(25)

Salah satu dampak dari penurunan TFR (Total Fertility Rate) dan IMR (Infant Mortality Rate) adalah perubahan struktur umur penduduk, diantaranya adalah terjadinya peningkatan jumlah penduduk usia remaja. Remaja yang berumur 15-24 tahun pada tahun 2000 adalah seperlima dari seluruh penduduk Indonesia. Kesehatan reproduksi pada masa remaja menjadi penting karena akan berkaitan dengan kesehatan reproduksi di masa dewasanya. Oleh karena itu penting untuk mempelajari perilaku reproduksi remaja, seperti dalam perilaku pacaran berisiko, yang dapat berdampak pada kondisi kesehatan reproduksi (Kusumayarni, dkk. 2002).

Menurut Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKKR) tahun 2007 ditemukan 1% wanita pernah melakukan hubungan seksual sedangkan pria 6%. Selain itu juga terdapat hubungan yang kuat antara sikap responden terhadap hubungan seksual pra nikah dan prilaku seksual antara 22 % wanita dan 45% pria yang menerima hubungan seksual pra nikah ternyata telah secara aktif pernah melakukan hubungan seksual. Salah satu resiko dari seks pra nikah atau seks bebas adalah terjadinya kehamilan yang tidak diharapkan (KTD) yang terjadi pada masa remaja.

Proses kehamilan yang awalnya menjadi hal yang bahagia bagi pasangan yang terikat oleh jalinan perkawinan namun sebaliknya proses kehamilan itu akan menjadi malapetaka bagi pasangan yang belum terikat oleh jalinan perkawinan yang sah atau bisa di sebut hubungan seksual pranikah. Istilah “hubungan seksual pranikah” sudah merupakan hal yang asing lagi, baik di kalangan masyarakat ilmuan maupun di kalangan masyarakat awam. Bila diperhatikan istilah ini satu persatu, yang


(26)

dimaksud dengan hubungan seksual pranikah adalah hubungan seksual yang dilakukan oleh sepasang insan sebelum mereka diikat oleh tali perkawinan. Kartono (1996) yaitu kehamilan pranikah pada umumnya tidak direncanakan dan menimbulkan perasaan bersalah, berdosa dan malu pada remaja yang mengalaminya, ditambah lagi dengan adanya sanksi sosial dari masyarakat terhadap kehamilan dan kelahiran anak tanpa ikatan pernikahan (Lesnapurnawan, 2009).

Menurut Sarwono (2006), ada beberapa faktor yang dianggap berperan dalam munculnya permasalahan seksual pada remaja, diantaranya perubahan-perubahan hormonal yang dapat meningkatkan hasrat seksual remaja, penyebaran informasi yang salah misalnya dari buku-buku dan VCD porno, rasa ingin tahu (curiousity). yang sangat besar, serta kurangnya pengetahuan yang didapat dari orang tua dikarenakan orang tua menganggap hal tersebut tabu untuk dibicarakan sehingga dapat menyebabkan terjadinya kehamilan diusia muda.. Pendidikan seks atau seksualitas pendidikan adalah proses perolehan informasi dan pembentukan sikap dan keyakinan tentang seks, identitas seksual, hubungan dan keintiman. Oleh sebab itu setiap orang mendapatkan informasi tentang seks dari sumber yang berbeda melalui media, dari teman, orang tua, sekolah dan lembaga kesehatan.

Di Kalimantan Selatan dalam studi Wahyu dkk (1999) mengatakan bahwa perkawinan usia muda masih tinggi yaitu rata-rata di bawah 18 tahun. Hal ini disebabkan tentang pemahaman perkawinan yang rendah yang disebabkan oleh putus sekolah, tidak memiliki pekerjaan yang jelas. Dan adanya pandangan bahwa dengan menikah dapat meringankan beban keluarga dan adanya paksaan orang tua karena


(27)

masyarakat setempat memiliki budaya lebih baik kawin muda daripada jadi perawan tua. Selain itu karena kedua remaja terlanjur jatuh cinta atau married by accident (Kementrian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional, 2007)

Menurut data Badan Penasehat Perkawinan dan Penyelesaian Perceraian (BP-4) Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat ditemukan 92 pernikahan yang terjadi di usia ≤ 20 tahun (21%) dari 442 pernikahan yang terjadi pada tahun 2010. Sedangkan tahun 2011 ditemukan 120 pernikahan yang terjadi di usia muda < 20 tahun (25%) dari 480 pernikahan. Hal ini terlihat adanya peningkatan jumlah perkawinan usia muda ≤ 20 tahun di Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat untuk tahun 2010 dan 2011. Dari jumlah tersebut sekitar 50-60% remaja putri tersebut telah hamil di luar nikah. Dimana pernikahan yang terjadi di usia muda tersebut memberikan kontribusi yang besar untuk terjadinya kehamilan pada usia muda yaitu ≤ 20 tahun.

Menurut data laporan Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA) Puskesmas Sambirejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat di tahun 2011 jumlah ibu hamil yang berusia ≤ 20 tahun berjumlah 44 orang (31%) dari 140 orang ibu hamil yang ada di wilayah tersebut.

Kehamilan yang terjadi pada usia muda ≤ 20 tahun akan menyebabkan kematian ibu dan bayi 2-4 kali lebih besar dibandingkan kehamilan dan persalinan pada usia reproduksi sehat yaitu 20-35 tahun. Kehamilan usia muda atau remaja akan mengakibatkan berbagai risiko seperti kelahiran prematur, BBLR (Berat Badan Bayi Lahir Rendah), perdarahan persalinan, dan melakukan aborsi tidak aman sehingga akan meningkatkan angka kematian ibu dan bayi yang disebabkan oleh hal tersebut.


(28)

Keadaan ini disebabkan belum matangnya alat reproduksi untuk hamil, sehingga dapat merugikan kesehatan ibu maupun perkembangan dan pertumbuhan janin (Heriana,dkk. 2008).

Menurut Fullerton et al, (1997) Kehamilan remaja dan peran ibu merupakan dua isu yang penting karena wanita muda berisiko tinggi memiliki kesehatan buruk, pendidikan rendah, tingkat sosial ekonomi yang rendah. Sedangkan menurut Westall (1997) bolos sekolah, prestasi akademik rendah, dan pendidikan seks yang kurang memadai adlah faktor pemicu tingginya angka kehamilan ini (Andrews, 2009)

Dengan melihat tingginya angka perkawinan di usia muda ≤ 20 tahun dan banyak hal yang dapat mendorong remaja untuk melakukan hubungan seksual pra nikah yang berdampak terhadap terjadinya kehamilan di usia muda yang merupakan salah satu penyebab tidak langsung kematian ibu pada masa hamil. Yang mana kehamilan usia muda adalah kehaamilan yang pada hakekatnya kurang mempunyai persiapan atau kematangan baik secara biologis, psikologis maupun sosial ekonomi.

Penelitian ini menggunakan analisis faktor bukan dengan regresi karena analisis faktor memiliki variabel dependen tidak ada hanya satu jenis saja yaitu kehamilan diusia muda sedangkan secara regresi memiliki variabel dependen kehamilan dengan usia muda dan tidak usia muda keduanya diukur. Agar mendapatkan faktor apa yang paling mempengaruhi maka peneliti tertarik meneliti tentang “ Analisis Faktor Yang Memengaruhi Kehamilan Usia Muda Di Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat Tahun 2012 “.


(29)

1.2. Permasalahan

Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah karena tingginya angka wanita hamil di usia muda ≤ 20 tahun.

1.3. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui faktor (tingkat pendidikan, ekonomi, dorongan biologis, pengetahuan tentang kesehatan reproduksi, kesempatan, kepatuhan terhadap orang tua, adat istiadat atau pandangan masyarakat, hukum dan peraturan, pandangan terhadap konsep cinta) yang memengaruhi kehamilan usia muda dengan cara mengelompokkan variabel yang diteliti menjadi faktor 1, faktor 2, dan seterusnya.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah : 1.4.1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan tentang analisis faktor yang memengaruhi kehamilan usia muda.

1.4.2. Manfaat Aplikatif

Dengan diperolehnya faktor 1, 2, 3, dan seterusnya yang memengaruhi kehamilan usia muda sehingga dapat sebagai dasar untuk membuat suatu kebijakan.


(30)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kehamilan Usia Muda

2.1.1 Pengertian

Menurut Monks (1999) dalam Nasution (2007) batasan usia secara global berlangsung antara umur 12 dan 21 tahun dengan pembagian 12-15 tahun masa muda awal, 15-18 tahun masa muda pertengahan, 18-21 tahun masa muda akhir.

Menurut Hurlock (2003) menyatakan secara tradisional masa muda dianggap sebagai “badai dan tekanan” yaitu suatu masa dimana ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar.

Masa kehamilan dimulai dari pembuahan sampai lahirnya janin, lamanya 280 hari (40 mgg atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir (Manuaba, IBG. 2010).

Reproduksi sehat untuk hamil dan melahirkan adalah usia 20-30 tahun, jika terjadi kehamilan di bawah atau di atas usia tersebut maka akan dikatakan beresiko akan menyebabkan terjadinya kematian 2-4x lebih tinggi dari reproduksi sehat (Manuaba, IBG. 2010) .

Kehamilan yang terjadi diusia muda merupakan salah satu resiko seks pranikah atau sesk bebas (kehamilan yang tidak diharapkan (KTD). Menurut Kartono (1996) kehamilan pranikah adalah kehamilan yang pada umumnya tidak direncanakan dan menimbulkan perasaan bersalah, berdosa dan malu pada remaja


(31)

yang mengalaminya, ditambah lagi dengan adanya sangsi sosial dari masyarakat terhadap kehamilan dan kelahiran anak tanpa ikatan pernikahan (Lesnapurnawan. 2009).

2.1.2 Faktor yang Memengaruhi Perkawinan Usia Muda

Menurut Undang-Undang Perkawinan No.1 tahun 1974 Pasal 7 bahwa perkawinan diizinkan bila laki-laki berumur 19 tahun dan wanita berumur 16 tahun. Namun Pemerintah mempunyai kebijakan tentang prilaku reproduksi manusia yang ditegaskan dalam UU No.10 tahun1992 yang menyebutkan bahwa Pemerintah menetapkan kebijakan upaya penyelenggaraan Keluarga Berencana. Banyak resiko kehamilan yang akan dihadapi pada usia muda, untuk perkawinan diizinkan pada usia 21 tahun bagi laki-laki dan perempuan berumur 19 tahun. Sehingga perkawinan usia muda adalah perkawinan yang dilakukan pada laki-laki yang berusia kurang dari 21 tahun dan perempuan berusia kurang 19 tahun (Widyastuti, dkk.2009).

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi remaja untuk menikah di usia muda, yang selanjutnya akan hamil dan melahirkan diusia muda antara lain :

a. Tingkat Pendidikan

Makin rendah tingkat pendidikan, makin mendorong cepatnya perkawinan usia muda (Romauli, S.dkk.2011).

b. Ekonomi

Apabila anak perempuan telah menikah, berarti orang tua bebas dari tanggung jawab sehingga secara ekonomi mengurangi beban dengan kata lain sebagai jalan keluar dari berbagai kesulitan (Romauli, S.dkk.2009). Kemiskinan


(32)

mendorong terbukanya kesempatan bagi remaja khususnya wanita untuk melakukan hubungan seksual pra nikah. Karena kemiskinan ini , remaja putri terpaksa bekerja. Namun sering kali mereka tereksploitasi, bekerja lebih dari 12 jam sehari, bekerja di perumahan tanpa di bayar hanya diberi makan dan pakaian, bahkan beberapa mengalami kekerasan seksual (Aryani, R. 2010). c. Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi

Kurangnya pengetahuan atau mempunyai konsep yang salah tentang kesehatan reproduksi pada remaja dapat disebabkan karena masyarakat tempat remaja tumbuh memberikan gambaran sempit tentang kesehatan reproduksi sebagai hubungan seksual. Biasanya topik terkait reproduksi dianggap tabu dibicarakan dengan anak (remaja). Sehingga saluran informasi yang benar tentang kesehatan reproduksi menjadi sangat kurang (Manuaba, IBG.dkk.2009 dan Aryani, R.2010). d. Hukum atau Peraturan

Dalam agama Islam, menikah diisyaratkan oleh beberapa pemeluknya dianggap sesuatu yang harus disegerakan agar terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan yaitu wanita umur 16 tahu dan pria umur 19 tahun. Dari segi lain makin mudah orang bercerai dalam suatu masyarakat makin banyak perkawinan usia muda (UU. Pernikahan tahun1974).

e. Adat Istiadat atau Pandangan Masyarakat

Adanya anggapan lingkungan dan adat istiadat jika anak gadis belum menikah di anggap sebagai aib keluarga. Banyak di daerah ditemukan pandangan dan


(33)

kepercayaan yang salah, kedewasaan seseorang dinilai dari status perkawinan, status janda lebih baik daripada perawan tua (Romauli, S.2011).

f. Dorongan Biologis

Adanya dorongan biologis untuk melakukan hubungan seksual merupakan insting alamiah dari berfungsinya organ sistem reproduksi dan kerja hormon. Dorongan dapat meningkat karena pengaruh dari luar, misalnya dengan membaca buku atau melihat film/ majalah yang menanpilkan gambar–gambar yang membangkitkan erotisme. Di era teknologi informasi yang tinggi sekarang ini, remaja sangat mudah mengakses gambar tersebut melalui telepon genggam dan akan selalu di bawa dalam setiap langkah remaja (Aryani, R. 2009 dan Manuaba, IBG.2010).

g. Kepatuhan Terhadap Orang Tua

Perkawinan dapat berlangsung karena adanya kepatuhan remaja terhadap orang tua atau sifat menentang ( Romauli, S. 2011).

h. Ketidakmampuan Mengendalikan Dorongan Biologis

Kemampuan mengendalikan dorongan biologis dipengaruhi oleh nilai–nilai moral dan keimanan seseorang. Remaja yang memiliki keimanan kuat tidak akan melakukan seks pra nikah, karena mengingat ini adalah dosa besar yang harus dipertanggung jawabkan dihadapan Tuhan Yang Maha Esa. Namun keimanan ini dapat sirna tanpa tersisa bila remaja dipengaruhi obat–obatan misalnya psikotropika. Obat ini akan mempengarui pikiran remaja sehingga


(34)

pelanggaran terhadap nilai–nilai agama dan moral dinikmati dengan tanpa rasa bersalah (Aryani, R.2009)

i. Adanya Kesempatan Melakukan Hubungan Seks Pra Nikah

Faktor kesempatan melakukan hubungan seks pra nikah sangat penting untuk dipertimbangkan, karena bila tidak ada kesempatan baik ruang maupun waktu maka hubungan seks pra nikah tidak akan terjadi. Terbukanya kesempatan pada remaja untuk melakukan hubungan seks didukung oleh kesibukan orang tua yang menyebabkan kurangnya perhatian pada remaja. Tuntutan kebutuhan hidup sering menjadi alasan suami istri bekerja di luar rumah dan menghabiskan hari–harinya dengan kesibukan masing – masing sehingga perhatian terhadap anak remajanya terabaikan.

Selain itu pemberian fasilitas (termasuk uang) pada remaja secara berlebihan. Adanya ruang yang berlebihan membuka peluang bagi remaja untuk membeli fasilitas, misalnya menginap di hotel/ motel atau ke night club sampai larut malam. Situasi ini sangat mendukung terjadinya hubungan seksual pra nikah(Aryani, R. 2009).

j. Pandangan terhadap Konsep Cinta

Menyalahartikan atau kebingungan dalam mengartikan konsep cinta, keintiman, dan tingkah laku seksual sehingga remaja awal cenderung berfikir bahwa seks adalah cara untuk mendapatkan pasangan, sedangkan remaja akhir cenderung melakukan tingkah laku seksual jika telah ada ikatan dan saling pengertian dengan pasangan. Seks sering dijadikan sarana untuk


(35)

berkomunikasi dengan pasangan (Lesnapurnawan, 2009 dan Dianawati, 2005).

2.1.3 Kerugian Remaja Melakukan Seks Pra Nikah

Kerugian remaja bila melakukan hubungan seksual pra nikah adalah sebagai berikut :

a. Resiko menderita penyakit menular seksual, misalnya gonorhoe, sifilis, HIV/ AIDS. Herpes simplek, herpes genitalis dan lain sebagainya.

b. Remaja putri berisiko mengalami kehamilan yang tidak diinginkan. Bila ini terjadi, maka beresiko terhadap tindakan aborsi yang tidak aman dan resiko infeksi atau kematian perdarahan, Bila kehamilan diteruskan, maka beresiko melahirkan bayi yang kurang/ tidak sehat.

c. Trauma kejiwaan (depresi,rasa rendah diri, dan rasa berdosa karena berzina).

d. Remaja putri yang hamil berisiko kehilangan kesempatan untuk melanjutkan

pendidikan.

2.1.4 Gejala Awal Kehamilan

Menurut Dianawati (2002) gejala-gejala awal yang terjadi pada proses kehamilan diantaranya ditandai dengan (Lesnapurnawan, 2009) :

a. Tidak Datangnya Menstruasi

Seseorang yang telah melakukan hubungan seksual wajib memeriksakan diri ke dokter jika dalam waktu satu minggu atau lebih tidak mendapatkan menstruasi dari jadwal yang seharusnya. Kemungkinan besar dia telah hamil.


(36)

b. Perubahan pada Payudara

Biasanya, menjelang menstruasi, payudara perempuan akan terasa kencang dan padat. Penyebabnya, jumlah hormon estrogen dalam tubuh meningkat. Kondisi seperti itu akan hilang dengan sendirinya bersamaan dengan berakhirnya masa menstruasi. Lain lagi jika terjadinya kehamilan, memadat dan mengencangnya payudara akan berlangsung lama dan akan semakin membesar disertai dengan rasa kesemutan. Semua perubahan ini terjadi karena pengaruh hormon estrogen dan progeteron, yang sudah berfungsi untuk memproduksi air susu. Selain itu, saluran-saluran jaringan payudara telah dialiri darah.

c. Sering Buang Air Kecil

Hal ini biasanya terjadinya pada awal kehamilan. Penyebabnya adalah ginjal bekerja terlalu berlebihan sehingga kantung kencing pun akan cepat terisi.

d. Mual-mual dan Muntah

Gejala ini biasanya terjadi pada pagi hari. Dari gejala ini dapat diketahui bahwa ia hamil, setelah lebih dari 1 minggu menstruasinya tidak datang. Gejala ini akan hilang setelah memasuki 12 minggu sejak masa hamilan. Tidak setiap perempuan mengalami gejala ini. Faktor yang menjadi penyebab timbulnya gejala ini masih tidak jelas kemungkinan faktor emosi dan kecemasan.


(37)

2.1.5 Dampak yang Terjadi Pada Kehamilan Usia Muda

Perkawinan dan kehamilan yang dilangsungkan pada usia muda (remaja)

umumnya akan menimbulkan masalahmasalah sebagai berikut : (Lesnapurnawan,

2009. Manuaba, IBG.2010. Romauli, S. 2011). a. Masalah Kesehatan Reproduksi

Remaja yang akan menikah kelak akan menjadi orang tua sebaiknya mempunyai kesehatan reproduksi yang sehat sehingga dapat menurunkan generasi penerus yang sehat. Untuk itu memerlukan perhatian karena belum siapnya alat reproduksi untuk menerima kehamilan yang akhirnya akan menimbulkan berbagai bentuk komplikasi. Selain itu kematian maternal pada wanita hamil dan melahirkan pada usia di bawah 20 tahun ternyata 25 kali lebih tinggi dari pada kematian maternal yang terjadi pada usia 20-29 tahun.

b. Masalah Psikologis

Umumnya para pasangan muda keadaan psikologisnya masih belum matang, sehingga masih lebih dalam menghadapi masalah yang timbul dalam perkawinan. Dampak yang dapat terjadi seperti perceraian, karena kawin cerai biasanya terjadi pada pasangan yang umurnya pada waktu kawin relatif masih muda. Tetapi untuk remaja yang hamil di luar nikah menghadapi masalah psikologi seperti rasa takut, kecewa, menyesal, rendah diri dan lain-lain, terlebih lagi masyarakat belum dapat menerima anak yang orang tuanya belum jelas.


(38)

c. Masalah Sosial Ekonomi

Makin bertambahnya umur seseorang, kemungkinan untuk kematangan dalam bidang sosial ekonomi juga akan makin nyata. Pada umumnya dengan bertambahnya umur akan makin kuatlah dorongan mencari nafkah sebagai penopang. Ketergantungan sosial ekonomi pada keluarga menimbulkan stress (tekanan batin).

Dampak kebidanan yang terjadi pada kehamilan usia muda adalah (Asfriyanti, 2009 dan Manuba, IBG. 2010) :

a. Abortus (Keguguran)

Keguguran sebagian dilakukan dengan sengaja untuk menghilangkan kehamilan remaja yang tidak dikehendaki. Abortus yang dilakukan oleh tenaga non-profesional dapat menimbulkan tingginya angka kematian dan infeksi alat reproduksi yang pada akhirnya dapat menimbulkan kemandulan.

b. Persalinan Prematur, Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dan Kelainan Bawaan

Kekurangan berbagai zat yang dibutuhkan saat pertumbuhan dapat mengakibatkan tingginya prematur, BBLR dan cacat bawaan.

c. Mudah Terinfeksi

Keadaan gizi yang buruk, tingkat sosial ekonomi yang rendah dan stres memudahkan terjadinya infeksi saat hamil, terlebih pada kala nifas.

d. Anemia Kehamilan


(39)

Merupakan kombinasi keadaan alat reproduksi yang belum siap hamil dan anemia makin meningkatkan terjadinya keracunan saat hamil dalam bemtuk eklampsi dan pre eklampsi sehingga dapat menimbulkan kematian. Dimana keracunan kehamilan merupakan penyebab kematian ibu yang terbesar ketiga.

f. Kematian Ibu yang Tinggi

Remaja yang stres pada kehamilannya sering mengambil jalan yang pintas untuk melakukan abortus oleh tenaga non-profesional. Angka kematian abortus yang dilakukan oleh dukun cukup tinggi, tetapi angka pasti tidak diketahui. Kematian ibu terutama karena perdarahan dan infeksi. Penyebab kematian ibu dikenal dengan trias klasik yaitu perdarahan, infeksi dan gestosis.

2.1.6 Penanggulangan

Manuaba, IBG. dkk. 2010 penanggulangan masalah kehamilan usia muda atau remaja sangat sukar dan kompleks yang menyangkut berbagai segi kehidupan masyarakat diantaranya :

a. Pengaruh Globalisasi

Dengan derasnya arus informasi yang mendorong remaja mempunyai prilaku seks yang bebas dan jumlah anak dalam suatu keluarga tidak terbatas sehingga kualitas pendidikan rohani kurang mendapat perhatian. Untuk itu perlu ditanamkan nilai-nilai moral dan etika agama yang baik mulai dari masa anak-anak, karena semua agama berpendapat bahwa kehamilan dan anak harus bersumber dari perkawinan yang syah menurut adat agama dan bahkan hukum


(40)

yang disaksikan masyarakat. Untuk itu diperlukan sikap dan prilaku orang tua yang dapat dijadikan panutan dan suri tauladan bagi remaja.

b. Pendidikan Seks

Pendidikan seks pada remaja sangat berguna untuk memberikan pengetahuan tentang seks dan penyakit hubungan seks. Program pendidikan seks ini lebih besar kemungkinannya berhasil apabila terdapat pendekatan terpadu antara sekolah dan layanan kesehatan. Staf layanan kesehatan dapat dilibatkan dalam penyampaian pendidikan seks, dan sekolah dapat mengatur kunjungan kelompok ke klinik sebagai pengenalan dan untuk meningkatkan rasa percaya diri dari para remaja yang mungkin ingin mendapatkan layanan klinik tersebut.

c. Keluarga Berencana untuk Remaja

Kenyataannya prilaku seks remaja menjurus kearah liberal, tidak dapat dibendung, dan hanya mungkin mengendalikannya sehingga penyebaran penyakit hubungan seks dan kehamilan dikalangan remaja dapat dibatasi. Untuk itu perlu dicanangkan program keluarga berencana dikalangan remaja sehingga pengendalian prilaku seks dapat tercapai.

d. Pelayanan Gugur Kandungan

Pelayanan gugur kandungan pada remaja banyak dilakukan oleh lembaga tertentu atau dilakukan secara perorangan untuk menghilangkan keadaan dalam persimpangan jalan pada remaja. Melakukan gugur kandungan merupakan tindakan yang paling rasional untuk menyelesaikan masalah hamil remaja dengan keuntungan :


(41)

(1). Bebas dari stres hamil yang tidak dikehendaki (2). Bebas dari tekanan stres dan masyarakat (3). Masih dapat melanjutkan sekolah atau bekerja

(4). Bila dilakukan secara legalitas penyulit sangat minimal dan tidak mengganggu fungsi reproduksi

(5). Biaya ringan, dibandingkan bila kehamilan diteruskan.

Walaupun pelaksanaan gugur kandungan merupakan tindakan yang paling rasional dan menguntungkan kedua belah pihak tetapi bukanlah dapat dilakukan begitu saja karena undang-undang kesehatan telah menetapkan petunjuk pelaksanaannya dan disertai sangsi hukum. Dengan demikian melakukan gugur kandungan bukan berarti bebas dari tuntutan hukum dan tuntutan moral pelaku dan yang meminta dilakukannya.

Penanggulangan kehamilan pra nikah adalah (Asfriyanti, 2010) : a. Pencegahan

Pencegahan hubungan seksual pra nikah memerlukan waktu yang sangat lama

dan bertahap. Dengan memperhatikan faktorfaktor yang dapat menyebabkan

timbulnya hubungan seksual pra nikah maka langkahlangkah yang perlu

dilakukan adalah :

(1). Melakukan pendidikan seksual pada anak dan remaja

Penyampaian materi pendidikan seksual dapat dilakukan di rumah maupun di sekolah. Di sini peranan orang tua dan masyarakat sangat


(42)

diharapkan, terutama untuk dapat memberikan informasi yang dibutuhkan para remaja mengenai kesehatan reproduksinya dan juga apa saja yang harus dilakukan untuk menjaga kesehatan reproduksinya. Sebelum usia 10 tahun pendidikan seksual bisa diberikan secara bergantian tetapi ibu umumnya lebih berperan, menjelang akil baligh, saat sudah terjadi proses diferensiasi jenis kelamin dan muncul rasa malu, sebaiknya ibu memberikan penjelasan kepada anak perempuan dan ayah kepada anak lakilaki.

Menurut dr.Paat dan dr.Yulia pendidikan seks di sekolah hendaknya tidak terpisah dari pendidikan pada umumnya dan bersifat terpadu. Bisa dimasukkan pada pelajaran Biologi, Kesehatan, Moral dan

Etika secara bertahap dan terusmenerus. Sekali waktu penyuluhan

seksual perlu diadakan misalnya tentang menghadapi masa haid dan mimpi basah yang diberikan pada murid kelas VI.

(2). Meningkatkan pengetahuan agama bagi remaja.

Penegakan norma agama dan norma sosial lainnya juga harus diupayakan secara maksimal untuk mencegah para remaja untuk melakukan hubungan yang terlalu bebas yang dapat menyebabkan kehamilan. Pemberian pengetahuan agama pada anak sejak usia dini sampai akil baligh akan sangat besar pengaruhnya dalam mencegah terjadinya hubungan seksual pra nikah.


(43)

(3). Meningkatkan perhatian kedua orang tua terhadap anakanaknya.

Pada saat ini hubungan antara orang tua dan anak mulai kurang karena keduanya sibuk bekerja dari pagi hingga sore, sehingga sedikit sekali waktu yang bisa digunakan untuk berkomunikasi dengan anak. Untuk orang tua diharapkan khususnya yang bekerja agar bisa

menyisihkan waktunya dalam membina anakanaknya, minimal pada

waktu makan malam bersama dapat dimanfaatkan untuk berkomunikasi. (4). Menunda hubungan seks bagi remaja yang terlibat pacaran.

Remaja juga harus dituntut untuk mengisi kegiatan sehariharinya dengan kegiatan yang bermanfaat seperti olah raga, kesenian dan juga belajar. Selama pacaran remaja harus dihindarkan untuk bercumbu secara berlebihan, karena hal itu juga akan memancing mereka untuk melakukan tindakan yang lebih jauh lagi dan akhirnya melakukan persenggamaan. b. Pengobatan

Kehamilan yang dialami remaja adalah kehamilan yang beresiko tinggi. Karena itu remaja yang hamil harus memeriksakan kehamilannya secara intensif. Dengan demikian kelainan dan halhal yang menyulitkan nantinya dapat segera dicegah dan diobati, sehingga proses kehamilan dan persalinan dapat dilalui dengan baik.


(44)

2.2 Analisis Faktor 2.2.1 Pengertian

Analisis faktor merupakan nama umum yang menunjukkan suatu kelas prosedur, utamanya dipergunakan untuk mereduksi data atau meringkas dari variabel yang banyak menjadi sedikit variabel, misalnya dari 15 variabel yang lama diubah menjadi 4 atau 5 variabel baru yang disebut faktor dan masih memuat sebagian besar informasi yang terkandung dalam variabel asli (original variabel) (Supranto, 2010). Selain itu analisis faktor dapat juga berfungsi sebagai alat uji validasi internal dari alat ukur yang dipergunakan (Ridwan, 2002).

Analisis faktor merupakan salah satu tekhnik analisis statistik multivariat, dengan titik berat yang diminati adalah hubungan secara seksama bersama pada semua variabel tanpa membedakan variabel tergantung dan variabel bebas atau disebut sebagai metode antar ketergantungan (interdependence methode) tersebut. Proses analisis faktor mencoba menemukan hubungan antar variabel yang saling interdependen tersebut, sehingga bisa dibuat satu atau beberapa kumpulan varibel yang lebih sedikit jumlah varibel awal sehingga memudahkan analisis statistik selanjutnya (Wibowo, A. 2006).

Tujuan yang penting dari analisis faktor adalah menyederhanakan hubungan yang beragam dan kompleks pada beberapa variabel yang diamati dengan menyatukan faktor atau dimensi yang saling berhubungan pada suatu struktur data baru yang mempunyai beberapa faktor yang lebih kecil (Wibisono, 2003).


(45)

Analisis faktor yang dipergunakan di dalam situasi sebagai berikut (Supranto,2010) :

a. Mengenali atau mengidentifikasi dimensi yang mendasari (underlying

dimensions) atau faktor, yang menjelaskan korelasi antara suatu set variabel.

b. Mengenali atau mengidentifikasi suatu set variabel baru yang tidak

berkorelasi (independent) yang lebih sedikit jumlahnya untuk menggantikan suatu set variabel asli yang saling berkorelasi di dalam analisis multivariate selanjutnya, misalnya analisis regresi berganda dan analisis diskriminan. c. Mengenali atau mengidentifikasi suatu set varibel yang penting dari suatu set

variabel yang lebih banyak jumlahnya untuk dipergunakan di dalam analisis multivariate selanjutnya.

2.2.2. Model Analisis Faktor dan Statistik yang Relevan

Secara matematis, analisis faktor agak mirip dengan regresi linier berganda, yaitu setiap variabel dinyatakan sebagai suatu kombinasi linear dari faktor yang mendasari (underlying factors) (Supranto, 2010).

Jumlah varian yang disumbangkan oleh suatu varabel dengan variabel yang lainnya tercakup dalam analisis disebut communality. Hubungan antara variabel yang

dinyatakan dalam suatu common factors yang sedikit jumlahnya ditambah dengan

faktor yang unik untuk setiap variabel. Faktor yang unik tidak berkorelasi dengan sesama faktor unik dan juga tidak berkorelasi dengan common faktor.

Common factor dinyatakan sebagai kombinasi linier dari variabel-variabel yang terlihat/ terobservasi (the observed variabels) hasil penelitian lapangan atau hubungan yang tidak berkorelasi dengan faktor unik. Faktor unik biasanya juga


(46)

dianggap saling tidak berkorelasi, akan tetapi mungkin atau tidak mungkin berkorelasi satu sama lain. Masing-masing faktor dapat diekspresikan dengan persamaan sebagai berikut :

F1 = Wi1X1 + Wi2X2 + Wi3X3 + …..+ WikX Dimana : F

k 1

Wi adalah : timbangan atau koefisien nilai faktor ke i

adalah : perkiraan faktor ke i (didasarkan pada nilai variabel X dengan koefisiennya Wi)

k adalah : banyaknya variabel

Semakin besar bobot Wi suatu variabel terhadap faktor, maka pengaruh variabel terhadap faktor tersebut semakin erat, yang berarti perubahan variabel memberikan kontribusi yang semakin besar pada nilai faktor. Hal ini berlaku untuk keadaan sebaliknya (Supranto, 2010).

Statistik kunci yang relevan dengan analisis dengan analisis faktor adalah : Bartlett’s tes of sphericity yaitu suatu uji statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis bahwa variabel tidak saling berkorelasi (uncorrelated) dalam populasi. 2.2.3. Model Matematik dalam Analisis Faktor

Di dalam model analisis faktor, komponen hipotesis diturunkan dari hubungan antara variabel terobservasi. Model analisis faktor mensyaratkan bahwa hubungan antar variabel terobservasi harus linier dan nilai koefisien korelasi tak boleh nol, artinya benar-benar harus ada hubungan. Komponen hipotesis yang diturunkan harus memiliki sifat sebagai berikut :


(47)

b. Variabel komponen hipotesis yang disebut faktor bisa dikelompokkan menjadi dua yaitu common faktor dan unique faktor. Dua komponen ini bisa dibedakan kalau dinyatakan dalam timbangan di dalam persamaan linier, yang menurunkan variabel terobservasi dari variabel komponen hipotesis. Common factor mempunyai lebih dari satu variabel dengan timbangan yang bukan nol nilainya. Suatu faktor unik hanya mempunyai satu variabel dengan timbangan yang tidak nol terikat dengan faktor. Jadi hanya satu variabel yang tergantung pada satu faktor unik.

c. Common faktor selalu dianggap tidak berkorelasi dengan faktor unik.

Faktor unik biasanya juga dianggap saling tidak berkorelasi satu sama lainnya.

d. Umumnya dianggap bahwa jumlah common factor lebih sedikit dari jumlah

variabel asli, akan tetapi banyaknya faktor unik biasanya dianggap sama dengan banyaknya variabel asli (Supranto, 2010)

2.2.4. Langkah-Langkah Analisis Faktor

Menurut Supranto (2010), langkah-langkah yang diperlukan dalam analis faktor adalah :

a. Merumuskan Masalah

Merumuskan masalah faktor analisis dan mengidentifikasi/ mengenali variabel-variabel asli yang akan dianalisis faktor.

Merumuskan masalah meliputi beberapa hal : (1). Tujuan analisis faktor harus diidentifikasi.


(48)

(2). Variabel yang akan dipergunakn di dalam analisis faktor harus dispesifikasi berdasarkan penelitian sebelumnya, teori dan pertimbangan dari peneliti.

(3). Pengukuran variabel berdasarkan skala interval atau ratio.

(4). Banyaknya elemen sampel (n) harus cukup/ memadai sebagai petunjuk kasar, kalau k sebagai banyaknya jenis variabel (atribut) maka n=4 atau 5 kali k. Artinya kalau variabel 5, banyaknya responden minimal 20 atau 25 orang sebagai sampel acak.

b. Membentuk Matriks Korelasi

Proses analisis di dasarkan pada suatu matriks korelasi agar variabel pendalaman yang berguna bisa diperoleh dari penelitian matriks ini. Agar analisis faktor bisa tepat dipergunakan, varaiabel-variabel yang akan dianalisis harus berkorelasi. Apabila koefisien korelasi antar-variabel terlalu kecil, hubungan lemah, analisis faktor tidak tepat.

Prinsip utama analisis faktor adalah korelasi, maka asumsi-asumsi akan terkait dengan metode statistik korelasi yaitu :

(1) Besar korelasi atau korelasi independen variabel yang cukup kuat,

misalnya > 0,5 atau bila dilihat tingkat signifikansinya adalah < dari 0,5. (2) Besar korelasi partial, korelasi antar dua variabel dengan menganggap

variabel dengan mengganggap variabel lain adalah tetap (konstan) harus

kecil. Pada SPSS deteksi korelasi parsial diberikan pada Anti Image


(49)

Statistik formal tersedia untuk menguji ketepatan model faktor yaitu Barlett’s Test of Sphericity bisa digunakan untuk menguji hipotesis bahwa variabel tak berkorelasi di dalam populasi. Nilai yang besar untuk uji statistik, berarti hipotesis nol harus ditolak (berarti ada korelasi yang signifikan diantara beberapa variabel). Kalau hipotesis nol terima, ketepatan analisis faktor harus dipertanyakan.

Statistik lainnya yang berguna adalah KMO (Kaiser-Meyer-Olkin)

mengukur kecukupan sampling (sampling adequancy). Indeks ini

membandingkan besarnya koefisien korelasi terobservasi dengan besarnya koefisien korelasi parsial. Nilai KMO yang kecil menunjukkan korelasi antar pasangan variabel tidak bisa diterangkan oleh variabel lain dan analisis faktor mungkin tidak tepat.

(1). Harga KMO sebesar 0,9 adalah sangat memuaskan (2). Harga KMO sebesar 0,8 adalah memuaskan

(3). Harga KMO sebesar 0,7 adalah harga menengah (4). Harga KMO sebesar 0,6 adalah cukup

(5). Harga KMO sebesar 0,5 adalah kurang memuaskan (6). Harga KMO sebesar 0,4 adalah tidak dapat diterima

Measure of Sampling Adequacy (MSA) ukuran dihitung untuk seluruh matriks korelasi dan setiap variabel yang layak untuk diaplikasikan pada analisis faktor. Nilai MSA yang rendah merupakan pertimbangan untuk membuang variabel tersebut pada tahap analisis selanjutnya (Wibisono,


(50)

2003). Angka MSA berkisar 0-1 menunjukkan apakah sampel bisa dianalisis lebih lanjut (Wibowo, 2006).

(1) MSA = 1, variabel tersebut dapat diprediksi tanpa kesalahan oleh variabel lain.

(2) MSA > 0,5 variabel masih dapat diprediksi dan dapat dianalisis lebih lanjut.

(3) MSA < 0,5 variabel tidak dapat diprediksi dan tidak dapat dianalisis lebih lanjut.

c. Menentukan Metode Analisis Faktor

Segera setelah ditetapkan bahwa analisis faktor merupakan tekhnik yang tepat untuk menganalisis data yang sudah dikumpulkan, kemudian ditentukan atau dipilih metode yang tepat untuk analisis faktor. Ada dua cara metode yang bisa digunakan dalam analisis faktor, khususnya untuk menghitung timbangan atau koefisien skor faktor, yaitu principal components analysis dan common factor analysis.

Di dalam principal component analysis, jumlah varian dalam data

dipertimbangkan. principal component analysis direkomendasikan kalau hal yang pokok ialah menentukan bahwa banyaknya faktor minimum yang harus

memperhitungkan faktor maksimum tersebut dinamakan principal

components.

Di dalam common factor analysis, faktor diestimasi didasarkan pada common variance, communalities dimasukkan di dalam matriks korelasi.


(51)

Metode ini dianggap tidak tepat kalau tujuan utamanya ialah mengenali/ mengidentifikasi dimensi yang mendasari dan common variance yang menarik perhatian. Metode ini juga dikenal sebagai principal axis factoring (Supranto,2010).

Communalities ialah jumlah varian yang sumbangkan oleh suatu variabel dengan seluruh variabel lainnya dalam analisis. Bisa juga disebut proporsi atau bagian varian yang dijelaskan common factor , atau besarnya sumbangan suatu faktor terhadap varian seluruh variabel. Semakin besar communalities sebuah variabel, berarti semakin kuat hubungannya dengan faktor yang dibentuknya.

Eigenvalue merupakan jumlah varian yang dijelaskan oleh setiap

faktor. Eigenvalue akan menunjukkan kepentingan relatif masing-masing

faktor dalam menghitung varian yang dianalisis (Wibowo, 2006). d. Rotasi Faktor-Faktor

Suatu hasil atau out put yang penting dari analisis faktor ialah apa yang disebut matriks faktor pola (faktor pattern matrix). Matriks faktor berisi koefisien yang dipergunakan untuk mengekspresikan variabel yang dibakukan dinyatakan dalam faktor. Koefisien ini disebut muatan faktor, mewakili korelasi antar-variabel dan faktor.

Di dalam melakukan rotasi faktor, kita menginginkan agar setiap faktor mempunyai muatan atau koefisien yang tidak nol atau yang signif ikan untuk beberapa variabel saja. Guna rotasi ini adalah untuk mengontrol/


(52)

memeriksa variabel yang belum layak dimasukkan menjadi layak dimasukkan dalam buat penamaan. Demikian halnya kita juga menginginkan agar setiap variabel mempunyai muatan yang tidak nol atau signifikan dengan beberapa saja, kalau mungkin dengan satu faktor saja. Kalau terjadi beberapa faktor mempunyai muatan tinggi dengan variabel yang sama, sangat sulit untuk membuat interpretasi tentang seluruh varian (dari seluruh variabel asli) mengalami perubahan.

e. Interpretasi Faktor

Interpretasi faktor dipermudah dengan mengidentifikasi variabel yang muatannya besar pada faktor yang sama. Faktor tersebut kemudian bisa diinterpretasikan, dinyatakan dalam variabel yang mempunyai muatan tinggi padanya. Variabel yang tidak dengan sumbu salah satu faktorberarti berkorelasi dengan kedua faktor tersebut .

f. Menghitung Skor dan Nilai Faktor

Nilai faktor adalah ukuran yang mengatakan representasi suatu variabel oleh masing masing faktor. Nilai faktor menunjukkan bahwa suatu data mewakili karakteristik khusus yang dipresentasikan oleh faktor. Nilai faktor ini selanjutnya digunakan untuk analisis lanjutan. Sebenarnya analisis faktor tidak harus dilanjutkan dengan menghitung skor atau nlai faktor, sebab tanpa menghitungpun hasil analisis faktor sudah bermanfaat yaitu mereduksi variabel yang banyak menjadi variabel baru yang lebih sedikit dari variabel aslinya.


(53)

g. Memilih Surrogate Variabels

Surrogate variabel adalah suatu bagian dari variabel asli yang dipilih untuk digunakan di dalam analisis selanjutnya.

h. Proses Analisis Faktor

Secara garis besar tahapan pada analisis faktor adalah sebagai berikut Supranto (2010) dan Riyanto,A.(2011) :

(1). Memilih variabel yang layak dimasukkan dalam analisis faktor.

(2). Menguji variabel yang ditentukan, menggunakan metode Barlett Test of Sphericity Sera pengukuran MSA (Measure Sampling Adequacy).

(3). Setelah sejumlah variabel terpilih, maka dilakukan “ekstraksi” variabel tersebut hingga menjadi satu atau beberapa faktor.

(4). Faktor yang terbentuk pada banyak kasus kurang menggambarkan perbedaan diantara faktor-faktor yang ada. Hal tersebut akan mengganggu analisis, karena justru sebuah faktor harus berbeda secara nyata dengan faktor lain.

(5). Kemudian interpretasikan hasil penemuan (artinya faktor-faktor tersebut mewakili variabel yang mana saja), dan memberi nama atas faktor yang terbentuk.

(6). Validasi atas hasil faktor untuk mengetahui apakah faktor yang terbentuk telah valid. Validitas dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti :


(54)

a. Membagi sampel awal menjadi dua bagian kemudian membandingkan hasil faktor sampel satu dengan sampel dua. Jika hasil tidak banyak perbedaan, bisa dikatakan faktor yang terbentuk telah valid.

b. Dengan melakukan metode Comfirmatory Faktor Analysis (CFA)

dengan cara Structural Equation Modelling (SEM). Proses ini bisa

dibantu dengan Software khusus, seperti Lisrel atau Amos.

2.3. Landasan Teori

Menurut BKKBN usia yang ideal untuk hamil dan melahirkan yaitu 20-30 tahun, lebih atau kurang dari usia tersebut adalah beresiko. Dengan kata lain disebut reproduksi yang sehat untuk wanita saat hamil dan melahirkan, karena pada masa hamil banyak terjadi perubahan-perubahan baik secara fisik maupun psikologi untuk itu diperlukan persiapan dalam menghadapi masa kehamilan tersebut. Persiapan tersebut ada tiga hal yaitu persiapan phisik, persiapan mental/ emosi/ psikologi dan persiapan sosial/ ekonomi (Manuaba, IBG. 2010).

Pada umumnya proses kehamilan menjadi hal yang bahagia bagi pasangan yang terikat oleh jalinan perkawinan namun sebaliknya proses kehamilan itu akan menjadi malapetaka bagi pasangan yang belum terikat perkawinan yang sah atau bisa di sebut hubungan seksual pranikah. Istilah “hubungan seksual pranikah” sudah merupakan hal yang tidak asing lagi, baik di kalangan masyarakat ilmuan maupun di kalangan masyarakat awam. Yang dimaksud dengan hubungan seksual


(55)

pranikah adalah hubungan seksual yang dilakukan oleh sepasang insan sebelum mereka diikat oleh tali perkawinan (Lesnapurnawan, 2009).

Faktor-faktor yang mempengaruhi kehamilan usia muda ≤ 20 tahun dapat menggunakan pendekatan faktor prilaku pada kerangka kerja. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi prilaku menurut Lawrence Green ( 1980 ) dalam Notoatmojo (2007) ada 3 faktor utama yaitu :

a. Faktor predisposisi (predisposing factor) di dalamnya termasuk pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, tradisi, nilai–nilai, tingkat sosial ekonomi dan lain sebagainya.

b. Faktor pemungkin (enabling factor) yang terwujud dalam lingkungan phisik,

sumber daya, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas dan sarana kesehatan.

c. Faktor penguat (reinforcing factor) yang terwujud di dalam sikap dan prilaku petugas kesehatan, maupun petugas lain, teman, tokoh yang semuanya bisa menjadi kelompok referensi dari prilaku masyarakat termasuk juga undang-undang, peraturan-peraturan.

Dari faktor–faktor di atas dapat disimpulkan bahwa prilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan (kehamilan usia muda) ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi dari orang yang bersangkutan. Di samping itu ketersediaan fasilitas kesehatan dan prilaku petugas kesehatan juga mendukung dan memperkuat terbentuknya prilaku. Berarti secara umum prilaku tergantung faktor intern (dari dalam individu) dan faktor ekstern (dari luar individu) yang saling memperkuat. Jadi


(56)

kalau kita ingin merubah prilaku kita harus memperhatikan faktor–faktor tersebut di atas.

Dengan demikian landasan teori dari faktor-faktor yang memengaruhi kehamilan usia muda tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :

Lesnapurnawan, 2009 dan Dianawati, 2005

Gambar 2.1. Landasan Teori Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kehamilan Usia Muda ≤ 20 Tahun. Modifikasi dari Romauli, S. 2011, Aryani, R. 2009, Manuaba, IBG.2010 Lesnapurnawan, 2009 dan Dianawati, 2005, Lawrence Green dalam Notoatmojo, 2007)

Faktor Predisposisi :

− Tingkat pendidikan

− Ekonomi

− Kurangnya pengetahuan tentang

kesehatan reproduksi (tabu)

− Adat istiadat atau pandangan

masyarakat

− Pandangan terhadap konsep cinta

Kehamilan di Usia

Muda ≤ 20 Tahun

Faktor Pemungkin :

− Dorongan biologis (melakukan

hubungan seksual karena pengaruh buku, film, majalah yang

menampilkan gambargambar erotis

yang mudah diakses melalui telepon genggam atau internet)

− Kesempatan (kesibukan orang tua,

kurang perhatian terhadap anak, fasilitas yang berlebih/ uang)

Faktor Penguat :

− Keimanan dan etika moral yang

dimiliki remaja

− Kepatuhan terhadap orang tua


(57)

2.4. Kerangka konsep

Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas dan arah dari alur penelitian ini adalah seperti tergambar dalam kerangka konsep di bawah ini :

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian Faktor yang memengaruhi :

1. Tingkat pendidikan

2. Ekonomi

3. Dorongan biologis

4. Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi

5. Kesempatan

6. Kepatuhan terhadap orang tua 7. Adat istiadat atau pandangan

masyarakat

8. Hukum dan peraturan

9. Pandangan terhadap konsep cinta

Kehamilan Usia Muda


(58)

BAB 3

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode survey analitik melalui explanatory reseach yaitu penelitian yang mencoba untuk menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kehamilan usia muda di

Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat tahun 2012. Survey explanatory reseach

adalah penjelasan hubungan kausal antara variabelvariabel melalui pengujian

hipotesis. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional yaitu suatu

penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara variabel bebas dan terikat dengan model pendekatan point time atau satu kali pengumpulan data secara observasi.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat tahun 2012 dengan alasan :

a. Banyaknya perkawinan yang terjadi di usia muda. b. Banyaknya ibu hamil yang berusia ≤ 20 tahun. c. Populasi atau sampel yang cukup untuk diteliti.


(59)

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan dari proses pengajuan judul, pencarian literatur, konsultasi dengan pembimbing, proposal, penelitian, pengolahan data, penyajian data, pembahasan, kesimpulan dan saran. Keseluruhan proses penelitian tersebut direncanakan akan dilakukan pada bulan MaretMei 2012.

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh wanita yang hamil dan

melahirkan yang berusia ≤ 20 tahun di Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat tahun

2011.

3.3.2. Sampel

Penentuan sampel pada penelitian ini adalah dengan seluruh anggota populasi diangkat menjadi sampel berjumlah 87 orang.

3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer

Pengumpulan data diperoleh secara langsung dari responden melalui kuesioner yang akan dilakukan dengan wawancara langsung kepada responden.

3.4.2. Data Skunder

Data skunder adalah data atau dokumen yang diperoleh dari data demografi Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat, data Puskesmas Sambirejo, Profil Dinas


(60)

Kesehatan Kabupaten Langkat, Data Badan Pusat Statistik Kabupaten Langkat, Data Operasional pelaksanaan BP-4 Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat.

3.4.3. Data Tertier

Data tertier diperoleh dari jurnal penelitian, makalah publikasi, hasil penelitian terdahulu, thesis baik dari internet maupun perpustakaan yang dapat dipergunakan untuk mendukung pembahasan.

3.4.4. Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas dan reliabilitas dilakukan di kecamatan Hinai Kabupaten Langkat dengan karakteristik yang sama dengan responden. Uji Validitas bertujuan untuk mengetahui sejauh mana suatu ukuran atau skor menunjukkan tingkat kehandalan atau kesahihan suatu alat ukur dengan cara mengukur korelasi antara variabel atau

item dengan skor total variabel yang ditunjukkan dengan skor item correct

correlation pada analisis reliability statistics. Jika scor r hitung > r tabel, maka dinyatakan valid dan jika scor r hitung < r tabel, maka dinyatakan tidak valid.

Reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Dalam penelitian ini tekhnik untuk menghitung indeks reliabilitas yaitu menggunakan metode Cronbach”s Alpha, yaitu menganalisis reliabilitas alat ukur dari satu kali pengukuran. Koefisien yang akan dihasilkan akan bervariasi antara 0 hingga 1, jika nilai alpha menunjukkan lebih besar dari 0,361 maka dapat dikatakan bahwa alat ukur dalam hal ini kuesioner dinyatakan reliabel, dan jika kurang dari 0,361 maka alat ukur dinyatakan memiliki karakteristik yang sama dengan subyek penelitian.


(61)

Tabel 3.1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur

No. Pertanyaan Corrected

Item-Total Correlation Keterangan

1. Kekayaan mempengaruhi wanita

hamil muda 0,8887 Valid

2. Kemiskinan mempengaruhi wanita

hamil muda 0,8749 Valid

3. Buku porno menimbulkan dorongan

biologis untuk hamilan usia muda 0,8990 Valid

4. Majalah porno menimbulkan dorongan

biologis untuk hamilan usia muda 0,7116 Valid

5.

Handphone pengakses situs porno menimbulkan dorongan biologis untuk hamilan usia muda

0,8493 Valid

6.

Novel romantis menimbulkan

dorongan biologis untuk hamilan usia muda

0,6015 Valid

7. Film porno menimbulkan dorongan

biologis untuk hamilan usia muda 0,6970 Valid

8. Televisi menimbulkan dorongan

biologis untuk hamilan usia muda 0,5443 Valid

9. Perbedaan anggota tubuh antara

laki-laki dan perempuan 0,8918 Valid

10. Hubungan seksual 0,8867 Valid

11. Menstruasi 0,9033 Valid

12. Kehamilan 0,8895 Valid

13. Datangnya anak 0,8918 Valid

14. Hubungan seksual sekali saja tidak

hamil 0,9074 Valid

15. Perhatian orang tua kurang 0,6859 Valid

16. Kesibukan orang tua bekerja di luar

rumah 0,7090 Valid

17. Pemberian uang saku yang berlebihan 0,6796 Valid

18. Menerima dijodohkan orang tua 0,7001 Valid

19. Menolak perjodohan karena memiliki

pacar 0,7000 Valid

20. Perempuan yang lama menikah

dianggap aib keluarga 0,7032 Valid


(62)

Tabel 3.1. (Lanjutan)

No. Pertanyaan Corrected

Item-Total Correlation Keterangan 22. Tingkah laku seksual untuk

menunjukkan perasaan cinta 0,6487 Valid

23. Hubungan seks untuk mendapatkan

pacar 0,6419 Valid

24. Ciuman dan pelukan merupakan hal

biasa 0,6390 Valid

25. KB dianggap risih dan tidak nikmat 0,6321 Valid

Alpha Cronbach 0,9715 Reliabel

Berdasarkan tabel 3.1 di atas dapat diketahui bahwa secara keseluruhan variabel penelitian dikatakan valid, karena nilai hasil pengujian pada Corrected item-total Correlation menunjukkan nilai > 0,361, demikian juga dengan reliabilitas alat ukur juga dapat dikatakan reliabel, karena diperoleh hasil Alpha Cronbach > 0,361.

3.5. Definisi Operasional Variabel

Adapun defenisi operasional dari variabel yang diteliti adalah :

1. Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan formal tertinggi yang pernah ditamatkan dan memiliki surat tanda tamat belajar (ijazah).

2. Ekonomi adalah penghasilan/ pendapatan orang tua wanita yang sedang hamil berusia ≤ 20 tahun.

3. Dorongan biologis adalah insting alamiah dari berfungsinya organ sistem reproduksi dan kerja hormon untuk melakukan hubungan seksual seperti membaca buku atau melihat film/ majalah yang menanpilkan gambar–gambar yang membangkitkan erotisme.


(1)

Tabel 4.6.

Inverse of Correlation Matrix

1.794 -.473 -.686 -.310 .550 -.489 -.073

-.473 1.488 .022 -.024 -.220 -.348 -.170

-.686 .022 1.828 .223 -.950 .080 -.302

-.310 -.024 .223 1.676 -.964 -.152 -.178

.550 -.220 -.950 -.964 2.090 .011 -.098

-.489 -.348 .080 -.152 .011 1.425 -.073

-.073 -.170 -.302 -.178 -.098 -.073 1.300

TOTAL Pendidikan mempengaruhi wanita hamil muda

TOTAL Faktor Ekonomi TOTAL Faktor Biologi TOTAL Faktor Pengetahuan TOTAL Faktor Kesempatan TOTAL Faktor Adat TOTAL Faktor Cinta

TOTAL Pendidikan mempengar

uhi wanita hamil muda

TOTAL Faktor Ekonomi

TOTAL Faktor Biologi

TOTAL Faktor Pengetahuan

TOTAL Faktor Kesempatan

TOTAL Faktor Adat

TOTAL Faktor Cinta

KMO and Bartlett's Test

.703

164.325 21 .000 Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling

Adequacy.

Approx. Chi-Square df

Sig. Bartlett's Test of


(2)

Anti-image Matrices

.557 -.177 -.209 -.103 .147 -.191 -.031

-.177 .672 .008 -.010 -.071 -.164 -.088

-.209 .008 .547 .073 -.249 .031 -.127

-.103 -.010 .073 .597 -.275 -.064 -.082

.147 -.071 -.249 -.275 .478 .004 -.036

-.191 -.164 .031 -.064 .004 .702 -.039

-.031 -.088 -.127 -.082 -.036 -.039 .770

.653a -.289 -.379 -.179 .284 -.305 -.048

-.289 .814a .013 -.015 -.125 -.239 -.122

-.379 .013 .664a .128 -.486 .050 -.196

-.179 -.015 .128 .695a -.515 -.099 -.121

.284 -.125 -.486 -.515 .581a .006 -.060

-.305 -.239 .050 -.099 .006 .787a -.053

-.048 -.122 -.196 -.121 -.060 -.053 .887a

TOTAL Pendidikan mempengaruhi wanita hamil muda TOTAL Faktor Ekonomi TOTAL Faktor Biologi TOTAL Faktor Pengetahuan TOTAL Faktor Kesempatan TOTAL Faktor Adat TOTAL Faktor Cinta TOTAL Pendidikan mempengaruhi wanita hamil muda TOTAL Faktor Ekonomi TOTAL Faktor Biologi TOTAL Faktor Pengetahuan TOTAL Faktor Kesempatan TOTAL Faktor Adat TOTAL Faktor Cinta Anti-image Covariance

Anti-image Correlation

TOTAL Pendidikan mempengar

uhi wanita hamil muda

TOTAL Faktor Ekonomi

TOTAL Faktor Biologi

TOTAL Faktor Pengetahuan

TOTAL Faktor Kesempatan

TOTAL Faktor Adat

TOTAL Faktor Cinta

Measures of Sampling Adequacy(MSA) a.


(3)

Tabel 4.7

Tabel 4.8

Communa lities

1.000 .690

1.000 .588

1.000 .564

1.000 .575

1.000 .801

1.000 .632

1.000 .403

TOTAL Pendidikan mempengaruhi wanita hamil muda

TOTAL Faktor Ekonomi TOTAL Faktor Biologi TOTAL Faktor

Pengetahuan TOTAL Faktor Kesempatan

TOTAL Faktor Adat TOTAL Faktor Cinta

Initial Extraction

Extraction Method: Principal Component Analysis.

Total Variance Explained

3.009 42.983 42.983 3.009 42.983 42.983 2.230 31.859 31.859

1.245 17.788 60.772 1.245 17.788 60.772 2.024 28.913 60.772

.761 10.872 71.643

.668 9.539 81.182

.562 8.033 89.215

.496 7.083 96.298

.259 3.702 100.000 Component

1 2 3 4 5 6 7

Total % of Variance Cumulative % Total % of Variance Cumulative % Total % of Variance Cumulative % Initial Eigenvalues Extraction Sums of Squared Loadings Rotation Sums of Squared Loadings


(4)

Gambar 4.1 Tabel 4.9

Scree Plot

Component Number

7 6 5 4 3 2 1

E

igenva

lue

3.5

3.0

2.5

2.0

1.5

1.0

.5

0.0

Component Matrixa

.673 .488

.669 .376 .708 -.249 .667 -.361

.653 -.612 .590 .533 .623 -.124 TOTAL Pendidikan

mempengaruhi wanita hamil muda

TOTAL Faktor Ekonomi TOTAL Faktor Biologi TOTAL Faktor Pengetahuan TOTAL Faktor Kesempatan TOTAL Faktor Adat TOTAL Faktor Cinta

1 2

Component

Extraction Method: Principal Component Analysis. 2 components extracted.


(5)

Reproduced Correlations

.690b .633 .355 .273 .141 .657 .359

.633 .588b .380 .311 .207 .595 .370

.355 .380 .564b .562 .615 .285 .472

.273 .311 .562 .575b .656 .201 .460

.141 .207 .615 .656 .801b .059 .483

.657 .595 .285 .201 .059 .632b .301

.359 .370 .472 .460 .483 .301 .403b

-.154 .070 .006 -.020 -.177 -.067

-.154 -.081 -.026 .052 -.159 -.060

.070 -.081 -.241 -.075 -.072 -.080

.006 -.026 -.241 -.079 .065 -.137

-.020 .052 -.075 -.079 .086 -.154

-.177 -.159 -.072 .065 .086 -.065

-.067 -.060 -.080 -.137 -.154 -.065

TOTAL Pendidikan mempengaruhi wanita hamil muda TOTAL Faktor Ekonomi TOTAL Faktor Biologi TOTAL Faktor Pengetahuan TOTAL Faktor Kesempatan TOTAL Faktor Adat TOTAL Faktor Cinta TOTAL Pendidikan mempengaruhi wanita hamil muda TOTAL Faktor Ekonomi TOTAL Faktor Biologi TOTAL Faktor Pengetahuan TOTAL Faktor Kesempatan TOTAL Faktor Adat TOTAL Faktor Cinta Reproduced Correlation

Residuala

TOTAL Pendidikan mempengar uhi wanita hamil muda

TOTAL Faktor Ekonomi

TOTAL Faktor Biologi

TOTAL Faktor Pengetahuan

TOTAL Faktor Kesempatan

TOTAL Faktor Adat

TOTAL Faktor Cinta

Extraction Method: Principal Component Analysis.

Residuals are computed between observed and reproduced correlations. There are 18 (85.0%) nonredundant residuals with absolute values greater than 0.05. a.

Reproduced communalities b.


(6)

Tabel 4.10

Tabel 4.11

Rotated Component Matrixa

.179 .811

.250 .725

.695 .285

.738 .174

.895 -.024

.086 .790

.548 .321

TOTAL Pendidikan mempengaruhi wanita hamil muda

TOTAL Faktor Ekonomi TOTAL Faktor Biologi TOTAL Faktor

Pengetahuan TOTAL Faktor Kesempatan

TOTAL Faktor Adat TOTAL Faktor Cinta

1 2

Component

Extraction Method: Principal Component Analysis. Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization.

Rotation converged in 3 iterations. a.

Component Transformation Matrix

.747 .664

-.664 .747

Component 1

2

1 2

Extraction Method: Principal Component Analysis. Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization.