Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Teknik Pengumpulan Data Wawancara

13 dengan kata “penampungan sementara” karena sesudah pasar Dinoyo selesai di pugar mereka akan kembali lagi kepasar terpadu Dinoyo di jalan MT Haryono. Dari uraian fenomena diatas, menarik peneliti untuk mengetahui bentuk resitensi paguyuban pasar tradisional Dinoyo dalam mewakili kepentingan pedagangan pasar Dinoyo terhadap pembangunan pasar modern mall Dinoyo. Sehingga judul dalam penelitian ini yaitu “Resistensi Paguyuban Pedagang Pasar Tradisional Terhadap Pembangunan Mall Dinoyo City ”. studi di paguyuban pedagang pasar Dinoyo kota Malang

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan Latar belakang tersebut diatas maka dapat di rumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimanakah bentuk resistensi paguyuban pedagang pasar tradisional terhadap pembangunan mall Dinoyo?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk memgetahui bentuk-bentuk resistensi paguyubanpedagang pasar tradisional terhadap pembangunan mall Dinoyo.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Manfaat Akademis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaaat dan pengetahuan mahasiswa khususnya Jurusan Sosiologi tentang peran paguyuban pasar tradisional dalam mengadvokasi pedagang pasar Dinoyo dan bagi peneliti lain yang berminat untuk mengembangkan penelitian sejenis. 14 2. Manfaat Empirik Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan dan menyumbangkan pemikiran kepada paguyuban pasar tradisional Dinoyo sebagai salah satu pertimbangan tentang perannya dalam mengadvokasi para pedagang.

1.5 Definisi Konsep

1.5.1 Pasar

Pasar adalah suatu tempat dimana pembeli dan penjual bertemu untuk membeli atau menjual barang dan jasa atau faktor-faktor produksi. Pasar mempunyai lima fungsi utama. Kelima fungsi tersebut menurut Sudarman 1989 adalah: a. Pasar menetapkan nilai sets value. Dalam ekonomi pasar, harga merupakan ukuran nilai. b. Pasar mengorganisir produksi. Dengan adanya harga-harga faktor produksi di pasar, maka akan mendorong produsen entrepreneur memilih metode produksi yang efisien. c. Pasar mendistribusikan barang. Kemampuan seseorang untuk membeli barang tergantung pada penghasilannya. d. Pasar berfungsi menyelenggarakan penjatahan rationing. Penjatahan adalah inti dari adanya harga. e. Pasar mempertahankan dan mempersiapkan keperluan di masa yang akan datang f. Istitah pasar banyak mendapatkan perhatian selama bertahun-tahun. Pada dasarnya pasar adalah tempat bertemunya penjual dan pembeli 15 untuk melakukan pertukaran atas barang dan jasa. Selain itu, pasar dapat pula diartikan sebagai himpunan para pembeli aktual dan potensial dari suatu produk. Dalam hal demikian pasar terdiri dari semua pelanggan potensial yang memiliki kebutuhan dan keinginan tertentu yang sama. Dimana setiap konsumen bersedia dan mampu melaksanakan pertukaran untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka Rismayani, 1999.Pasar secara fisik adalah tempat pemusatan beberapa pedagang tetap dan tidak tetap yang terdapat pada suatu ruangan terbuka atau tertutup atau sebagian badan jalan.Selanjutnya pengelompokkan para pedagang eceran tersebut menempati bangunan-bangunan dengan kondisi bangunan temporer, semi permanen ataupun permanen Sujarto dalam Sulistyowati, 1999. Berdasarkan pengertian pasar sebagaimana telah dikemukakan di awal, yakni tempat bertemunya pembeli dan penjual, maka dapat dilihat secara umum instrumen pasar terdiri dari perspektif pengelola, maka pasar di satu sisi dapat dilaksanakan oleh pemerintah dan dapat juga dilaksakan oleh pihak swasta. Dilihat dari instrument pengelolaan ini, yang digolongkan dengan pasar modem adalah seperti Mall, Plaza, Supermarket maupun Mega Market. Baik pemerintah maupun swasta sebagai pengelola pasar, menawarkan tempat berjualan dimaksud kepada pedagang dan melaksanakan perawatan pasar Bustaman, 1999. 16

1. Pasar tradisional

Pasar tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Swasta, Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah termasuk kerjasama dengan swasta dengan tempat usaha berupa toko, kios, los dan tenda yang dimilikidikelola oleh pedagang kecil, menengah, swadaya masyarakat atau koperasi dengan usaha skala kecil, modal kecil dan dengan proses jual beli barang dagangan melalui tawar menawar. 1 Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi, dalam hal mana organisasi pasar yang ada masih sangat sederhana, tingkat efisiensi dan spesialisasi yang rendah, lingkungan fisik yang kotor dan pola bangunan yang sempit Agustiar, dalam Fitri, 1999.Pasar tradisional dibangun dan dikelola olehpemerintah, pemerintah daerah, swasta, Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah. Dalam penelitian ini juga dipaparkan beberapa potensi dan ciri pasar tradisional, yaitu: a. Kemampuan pasar tradisional dalam menyerap komoditi lokal dari kawasan sekitarnya. b. Berfungsi sebagai supplier untuk berbagai input pertanian, perumahan, serta kebutuhan pokok masyarakat secara luas. c. Pasar tradisional memiliki segmentasi pacar tersendiri, yang membedakannya dari pasar modern. d. Para pedagang yang beroperasi di pasar umumnya kaum wanita 1 Presiden Republik Indonesia. 1960. Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria. Jakarta 17 sehingga sangat bermanfaat bagi peningkatan kesempatan berusaha untuk kaum wanita, dalam arti wanita umumnya memiliki keunggulan dibandingkan dengan pria dalam melayani konsumen. e. Potensi pasar akan semakin penting karena market turn over yang cukup cepat dengan sistem pembayaran tunai. Kekuatan pasar tradisional dapat ditihat dari beberapa aspek. Aspek-aspek tersebut di antaranya harganya yang lebih murah dan bisa ditawar, dekat dengan permukiman, dan memberikan banyak pilihan produk yang segar. Kelebihan lainnya adalah pengalaman berbelanja yang luar biasa, dimana kita bisa melihat dan memegang secara langsung produk yang umumnya masih sangat segar. Akan tetapi dengan adanya hal tersebut bukan berarti pasar tradisional bukan tanpa kelemahan.Selama ini justru pasar tradisional lebih dikenal kelemahannya.Kelemahan itu antaralain adalah kesan bahwa pasar terlihat becek, kotor, terlalu padat lalu lintas pembelinya.Ditambah lagi ancaman bahwa keadaan sosial masyarakat yang berubah, di mana wanita di perkotaan umumnya berkarir sehingga hampir tidak memiliki waktu untuk berbelanja ke pasar tradisional Esther dan Didik, 2003. Selain kelemahan-kelemahan di atas, faktor desain dan tampilan pasar, atmosfir, tata ruang, tata letak, keragaman dan kualitas barang, promosi pengeluaran, jam operasional pasar yang terbatas, serta optimalisasi pemanfaatan n,iang jual merupakan kelemahan terbesar pasar tradisional dalam menghadapi persaingan dengan pasar modem Ekapribadi. W, 2007. 18 Dalam hal mata rantai pasokan, 40 pedagang menggunakan pemasok profesional, sementara 60 lainnya mendapatkan barangnya dari pusat-pusat perkulakan. Hampir 90 pedagang membayar tunai kepada pemasok.Keadaan ini berarti bahwa pedagang di pasar tradisional sepenuhnya menanggung resiko kerugian dari usaha dagangnya.Ini berbeda dengan supermarket yang umumnya menggunakan metode konsinyasi atau kredit.Terkait dengan modal usaha, 88 pedagang menggunakan modal sendiri yang berarti minimnya akses atau keinginan untuk memanfaatkan pinjaman komersial untuk mendanai bisnisnya.Hal ini bisa menjadi hambatan terbesar dalam memperluas kegiatan bisnis mereka Suryadarma, dkk. 2007. 1.5.2Pedagang Pedagang adalah orang yang melakukan usaha dengan modal relatif sedikit, berusaha di bidang produksi dan penjualan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan kelompok tertentu dan dilaksanakan pada tempat- tempat strategis dalam suasana lingkungan yang informal di dalam masyarakat. 2 Dalam aktivitas perdagangan atau dalam istilah ekonomi, pedagang adalah orang atau institusi yang memperjualbelikan produk atau barang kepada konsumen baik secara langsung maupun tidak langsung. 3 Dari perspektif Sosiologi Ekonomi, membedakan pedagang berdasarkan penggunaan dan pengeolaan pendapatan yang dihasilkan dari perdagangan dan hubungannya dengan ekonomi keluarga. Menurut Geertz 2 Siwarini, Aryati. 2009. Kajian Pedagang di Pasar Sore dan Kontribusi Hasil Terhadap Pendapatan Keluarga di Kelurahan Dupak Kecamatan Krembangan Kota Surabaya.Skripsi tidak diterbitkan. Surabaya : Universitas Negeri Surabaya hal.20 3 Dmsar.2009. Pengantar Sosiologi Ekonomi. Jakarta: Prenada Media Group. Hlm. 106 19 dkk, dari studi Sosiologi ekonomi tentang pedagang dapat disimpulkan pedagang terbagi atas:4[23] 1. Pedagang Profesional yaitu pedagang yang menganggap hasil dari aktivitas perdagangan merupakan sumber utama dan satu-satunya bagi ekonomi keluarga. Pedagang distributor, pedagang eceran termasuk didalam kategori pedagang profesional. 2. Pedagang Semi Profesional adalah pedagang yang menganggap hasil dari aktivitas perdagangan merupakan sumber tambahan bagi ekonomi keluarga. Namun, jika pada lapisan masyarakat yang sedang berkembang menengah kebawah aktivitas perdagangan tersebut tidak dilakukan, maka bisa saja akan mengganggu, menggoncang stabilitas ekonomi keluarga. 3. Pedagang subsistensi merupakan pedagang yang menjual produk atau barang dari hasil aktivitas atas subsistensi untuk memenuhi ekonomi rumah tangga. Atau dengan kata lain, pedagang seperti ini menjual sebuah produk sesuai dengan pekerjaan yang terpengaruhi lingkungan atau daerah tempat tinggal. Hasil dari aktivitas perdagangan tersebut adalah untuk memenuhi kebutuhan sandang dan pangan rumah tangga. 4. Pedagang Semu adalah orang yang melakukan kegiatan perdagangan karena hobi atau hanya untuk mengisi waktu luang. Pedagang jenis ini tidak mengharapkan kegiatan perdagangan sebagai sarana memperoleh uang, mungkin saja sebaliknya pedagang tersebut memperoleh kerugian dalam berdagang. 4[23] Ibid. Hlm. 107 20

1.5.3 Gemeinschaft paguyuban

Gemeinschaft adalah suatu bentuk kehidupan bersama yang anggota- anggotanya diikat oleh hubungan batin yang murni dan bersifat alamiah serta bersifat kekal. Gemeinschaft digambarkan sebagai kehidupan bersama yang intim, pribadi, dan eksklusif, dan juga merupakan keterikatan sejak lahir. contoh: keluarga, kelompok kekerabatan, rukun tetangga, dll Gemeinschaft ada 3 jenis menurut Tonnies: a. Paguyuban karena ikatan darah gemeinschaft by blood b. Paguyuban karena tempat gemeinschaft by place c. Paguyuban karena jiwa pikiran gemeinschaft of mind

1.5.4 Gesellschaft patembayan

Gesellschaft merupakan ikatan lahir yang bersifat pokok untuk jangka waktu yang pendek, bersifat sebagai suatu bentuk dalam pikiran belaka imaginary, serta bersifat mekanis sebagaimana dapat diumpamakan dengan sebuah mesin. Contoh: hubungan perjanjian yang berdasarkan ikatan timbal-balik berdasarkan keahlian perbedaannya adalah, gemeinschaft, individu tetap bersatu meskipun terdapat berbagai faktor yang memisahkan mereka, sedangkan dalam gesellschaft individu pada dasarnya terpisah kendatipun banyak faktor pemersatu.

1.5.5 Pembangunan

Pembangunan adalah suatu proses yang dilakukan secara terus- menerus dalam rangka memperbaiki indikator sosial maupun ekonomi pada suatu wilayah dari waktu ke waktu Gunawan Sumodiningrat, 2009: 6. Disamping itu pembangunan juga merupakan suatu proses yang multi 21 dimensional yang menyangkut perubahan-perubahan penting dalam suatu struktur, sistem sosial, ekonomi, sikap masyarakat, dan lembaga-lembaga nasional, akselerasi pertumbuhan ekonomi, pengurangan angka pengangguran, dan pemberantasan kemiskinan Todaro,1997. Sebelumnya, perencanaan pembangunan dan seluruh agenda pembangunan ditentukan oleh pemerintah berdasarkan asumsi pejabat atas prioritas dan kebutuhan masyarakat. Keadaan ini membuat masyarakat cenderung bersikap pasif terhadap berbagai permasalahan pembangunan dan cenderung melahirkan anemo masyarakat yang tidak terlalu peduli akan masalah pembangunan sehingga ada anggapan bahwa perencanaan pembangunan daerah hanya merupakan tanggungjawab pemerintah saja dan kalau pun ada aspirasi masyarakat, itu hanya dianggap sebagai sumbang saran yang tidak mengikat. Akibat dari strategi perencanaan yang bersifat sentralistik tersebut, berbagai masalah timbul kehadapan masyarakat antara lain pembangunan yang dilaksananakan tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat, sehingga selain hasilnya masih dirasakan kurang mengangkat kualitas hidup masyarakat dan menjadi terbengkalai karena kurang mendapat respon positif dari mayarakat. Seperti yang dikemukakan oleh Mo chtar Mas’ud dalam Afifuddin: 70. bahwa pada era orde baru strategi pembangunan bertumpu pada pengejaran efisiensi daripada partisipasi. Sehingga pada saat itu perencanaan pembangunan atau pemerintah dihadapkan kepada dua pilihan strategi pembangunan yang dilematis, prioritas produktivitas atau prioritas 22 demokrasi.Yang mana keduanya bersifat “zero sum game”, artinya jika salah satu yang dipilih yang satunya harus dipinggirkan. Pemerintah pada saat itupun memilih produktivitas dengan keyakinan bahwa demokrasi akan tercapai dengan sendirinya tatkala produktivitas menghasilkan tingkat kemakmuran tertentu bagi rakyat seperti halnya yang diterapkan di negara Jepang, Korea selatan, dan Singapura.Namun, strategi tersebut terbukti gagal total. Pembangunan yang menekan partisipasi dan demokrasi bukan hanya menyebabkan implosi ledakan ke dalam namun juga eksplosi ledakan keluar.Akibat riilnyaadalah krisis yang berlangsung 1997 yang disusul dengan jatuhnya rejim orde baru. Seiring dengan gerakan reformasi yang bergulir di Indonesia pada pertengahan tahun 1998, pemerintah dituntut untuk melakukan perombakan sistem penyelenggaraan pemerintahan yang dulunya bersifat sentralistik menuju pada desentralisasi.Mulai dari kelembagaan, manajemen, serta perilaku para aparatur pemerintahan. Salah satu kebijakan yang kemudian diterapkan adalah dengan menerapkan sistem otonomi daerah dimana daerah diberikan pelimpahan kewenangan untuk mengurus, menata, dan mengatur daerahnya sendiri dengan asumsi bahwa daerah lebih mengetahuimemahami potensi, kebutuhan dan segala permasalahan yang ada di daerah yang bersangkutan serta dalam rangka percepatan pelayanan kepada masyarakat dan menyerap aspirasi masyarakat setempat. Pelaksanaan otonomi daerah dimulai ditetapkannya UU No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No.25 tentang Perimbangan 23 Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah yang berlaku sejak 1 Januari 2001. Dan untuk saat ini kedua undang-undang yang sangat penting dan strategis sifatnya bagi sistem pemerintahan di daerah tersebut kemudian diubah sebagaimana yang telah diundangkan dalam UU No.32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No.33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah yang pada dasarnya tetap mempertahankan format umum otonomi daerah, namun memberikan kekuasaan yang lebih besar kepada pemerintah provinsi dan pemerintah pusat untuk menjamin konsistensi kebijakan secara nasional. Dengan adanya undang-undang tersebut sebagai payung hukum dari pelaksanaan pemerintahan di daerah maka diharapkan bahwa penyelenggaraan pemerintahan dapat berjalan dengan lebih cepat dalam hal pemberian pelayanan kepada masyarakat, efektif dan efisien.Salah satu wujud dari penyelenggaraan pemerintahan itu adalah melalui pelaksanaan pembangunan daerah. Melalui UU No.32 tahun 2004 ini, bangsa Indonesia secara tegas menghendaki agar ditengah euforia reformasi, sistem yang sentralistik menuju desentralistik, pemerintah daerah harus mengarahkan berbagai hal dalam rangka implementasi kebijakan otonomi daerah pada percepatan perwujudan kesejahteraan masyarakat melalui kualitas pelayanan publik, pemberdayaan masyarakat, dan optimalisasi pembangunan peran serta dan tanggungjawab masyarakat terhadap pembangunan partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Suatu skema baru otonomi daerah, yang di dalamnya termuat semangat melibatkan masyarakat, dengan menekankan bahwa 24 kualitas otonomi akan ditentukan oleh sejauh mana keterlibatan masyarakat. Maka dengan sendirinya harus ditunjukkan adanya saluran aspirasi masyarakat sejak dini. Dari sini dapat kita lihat bahwa sudah seharusnya bahwa ide awal dari proses pembangunan harus menyertakan masyarakat dalam perumusannya. Makna perumusan ini merupakan proses perumusan yang umum, dimana pada rakyat diberikan kesempatan untuk mengajukan pokok-pokok harapan, dan kepentingan dasarnya.

1.5.6 Tinjuan Umum Tentang Resistensi

Perlawanan merupakan simbol dan realitas keberdayaan pedagang pasar sebagai masyarakat sipil menghadapi ketidakpekaan pemerintah kota dalam mengelola ruang dan kebijakan. Secara harfiah resistensi adalah “perlawanan atau menentang”. Berasal dari bahasa Inggris yaitu Resist. Dalam hal ini yang dimaksud adalah semua tindakan yang menolak atau melawan baik itu bersifat formal atau non formal jika tidak menyetujui apa yang sudah berjalan bisa dikatakan resistensi. Resistensi terhadap pemerintah artinya merupakan penentangan atau perlawanan terhadap kebijakan pemerintah.

1.6 Metode Penelitian

Tipe penetitian ini adalah tipe penelitian deskriptif.Menurut Moleong dalam buku Metode Penelitian Kualitatif disebutkan bahwa tipe penelitian deskriptif data-data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka.Hal itu disebabkan oleh adanya penerapan metode kualitatif. Selain itu semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi 25 kunci terhadap apa yang sudah diteliti. Moleong, 2007:11

1.6.1 Jenis Penelitian

Pada penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif. Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, sebagai lawannya eksperimen dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi gabungan, analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi Sugiyono, 2008:1

1.6.2 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat peneliti menemukan keadaan yang sebernarnya dari objek yang diteliti.Dalam penelitian ini lokasi yang ditentukan di kediaman atau lokasi kerja pedagang yang dijadikan sebagai responden atau informan dalam penelitian ini. Lokasi kerja pedagang berada kelurahan Dinoyo di kecamatan Lowokwaru Kota malang.

1.6.3 Subjek Penelitian

Unit analisis adalah satuan yang diteliti yang bisa berupa individu, kelompok, benda atau suatu latar peristiwa sosial. Hamidi, 2004:75. Unitanalisis dalam penelitian ini adalah anggota dan perangkat paguyuban pasar tradisional Dinoyo.Dalam penelitian kualitatif ini peneliti memilih tehnik Purposive Sampling, yaitu , yaitu pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu yang disesuaikan dengan tujuan penelitian, dimaksudkan agar tidak terjadi pelebaran pertanyaan ataupun data yang diberikan sesuai dengan tujuan penelitian. Dimana dalam penelitian yang akan dilakukan, sudah menentukan 26 sasaran informan yang ingin digali informasinya untuk memenuhi atau melengkapi data penelitian ini. Hal ini dilakukan agar dalam aplikasinya dilapangan tidak mengalami pelebaran dalam mencari data dan juga data yang diberikan sesuai dengan tujuan dari penelitian.

1.6.4 Sumber Data

Sumber data dapat dibedakan menjadi dua, data primer dan data sekunder yaitu : 1. Data primer, yaitu sumber data yang diperoleh secara langsung dari subyek yang diteliti, dengan cara wawancara langsung dan observasi langsung di lokasi penelitian. Peneliti menggunakan data primer dikarenakan jika informasi yang didapat secara langsung akan lebih aktual, dalam hal ini data yang diperoleh sesuai kenyataan yang sebenar-benarnya. Alasan peneliti menggunakan sumber data primer adalah untu memperoleh informasi langsung dan aktual, dalam hal ini peneliti mengambil data dari masyarakat sekitar Gang Dolly demi memperoleh kebenaran data yang diinginkan.hasil data primer yang didapatkan dari subjek dilapangan, merupakan data yang didapat melalui wawancara langsung kepada subjek yang bersangkutan. Subjek-subjek ini didapatkan melalui proses snow ball, dimana teknik snow ball ini digunakan dikarenakan peneliti tidak berdomisili di lingkungan tersebut, sehingga akan mengalami kesulitan jika tidak menggunakan taknik snow ball sebagai alat untuk menetukan subjek penelitian. 27 2. Data Sekunder Pengumpulan data sekunder dilakukan melalui pengumpulan dokumen-dokumen yang dianggap penting dan berkaitan dengan penelitian ini.Dokumen-dokumen dalam penelitian ini berupa teks - teks yang dapat ditafsirkan lebih lanjut. Teks- teks ini berbentuk arsip, statistik, hasil laporan, buku- buku, koran harian, website, ataupun hasil penelitian yang pernah dilakukan terhadap permasalahan berkaitan dengan penelitian ini. Dokumen- dokumen berupa buku berguna untuk mendapatkan data tentang sejarah kota Makassar dan sejarah Pasar Pa’beng-baeng yang berada di Kelurahan Jongaya itu. Untuk mengisi data- data statistik yang diperlukan dalam penelitian ini, digunakan buku- buku yang berasal dari Biro Pusat Statistik sebagai penunjangnya. Selain itu, juga terdapat data dari koran harian dan website yang digunakan sebagai penunjang kekuatan informasi dalam penelitian ini.

1.7 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara- cara yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini untuk memperoleh informasi atau data yang akurat sehingga dapat dipertanggungjawabkan sebagai suatu penelitian sosial yang ilmiah. Adapun cara- cara tersebut dapat dibagai atas tiga bagian, yakni melalui: wawancara mendalam atau indept interview , observasi atau pengamatan, dan dokumentasi.

a. Wawancara

Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini merupakan wawancara tidak terstruktur, sesuai dengan urutan wawancara, dan tidak 28 memakai sistem angket atau kuesioner.Teknik wawancara mendalam berguna untuk memperoleh data dengan jalan mengajukan pertanyaan- pertanyaan tentang segala sesuatu kepada informan untuk mendapatkan penafsiran yang utuh tentang suatu informasi.Dalam teknik ini, yang paling ditekankan adalah komunikasi antara peneliti dengan informan berjalan lancer dan tidak terkesan formal. Untuk memperoleh validitas data, wawancara dilakukan secara berulang terhadap informan yang berbeda dengan item atau masalah yang sama. Dengan demikian, diharapkan data- data yang diperoleh dapat dipertanggungjawabkan kevaliditasannya. Selain itu, untuk mendukung kevaliditan data, dalam pengertian yang diungkapkan oleh K. Yin 2003, penelitian ini menggunakan dua tipe wawancara, yaitu: wawancara yang bertipe open - ended dan wawancara terfokus. Wawancara openended dilakukan dengan bertanya secara langsung kepada informan kunci tentang suatu peristiwa tertentu dan opini atau pendapat mereka tentang hal tertentu tersebut.Seperti pendapat pedagang secara individu tentang pihak pemerintah, investor, ataupun tentang masyarakat Makassar Khususnya Kelurahan Jongaya Kecamatan Tamalate. Sedangkan wawancara terfokus dilakukan dalam jangka waktu terbatas satu jam atau dua jam, walaupun masih bersifat open- ended tetapi tidak mengikuti serangkaian daftar pertanyaan tertentu dari protokol wawancara yang telah disiapkan.Tujuan wawancara ini adalah untuk mendapatkan data pendukung terhadap fakta- fakta tertentu K. Yin, 2003. Dengan teknik ini, peneliti dapat memperoleh komentar-komentar yang segar dari 29 informan tentang sesuatu hal yang mendukung data, seperti perbandingan tipe pemerintahan daerah Makassar dengan Sulbar-Sultar atau antara karekteristik orang Makassar asli yang selama ini dipahami oleh para pedagang. Selain itu peneliti juga menggunakan teknik ini untuk mendapatkan data yang valid. Dengan berpura- pura tidak mengerti tentang kondisi pendapat pemerintah tentang pedagang, peneliti mendapatkan data tentang apa yang dirasakan pedagang dan pendapat mereka pedagang tentang pemerintah dan investor, misalnya sulitnya mendapatkan informasi dari pihak pemerintah dan investor. Hal serupa juga dilakukan peneliti terhadap pemerintah dan investor sebagai subyek dan pedagang sebagai obyek.

b. Observasi