13 dengan kata “penampungan sementara” karena sesudah pasar Dinoyo selesai
di pugar mereka akan kembali lagi kepasar terpadu Dinoyo di jalan MT
Haryono.
Dari uraian fenomena diatas, menarik peneliti untuk mengetahui bentuk resitensi paguyuban pasar tradisional Dinoyo dalam mewakili
kepentingan pedagangan pasar Dinoyo terhadap pembangunan pasar modern mall Dinoyo. Sehingga judul dalam
penelitian ini yaitu “Resistensi Paguyuban Pedagang Pasar Tradisional Terhadap Pembangunan Mall
Dinoyo City ”. studi di paguyuban pedagang pasar Dinoyo kota Malang
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar belakang tersebut diatas maka dapat di rumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah bentuk resistensi paguyuban pedagang pasar tradisional
terhadap pembangunan mall Dinoyo?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk memgetahui bentuk-bentuk resistensi paguyubanpedagang pasar
tradisional terhadap pembangunan mall Dinoyo.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Manfaat Akademis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaaat dan pengetahuan mahasiswa khususnya Jurusan Sosiologi tentang peran
paguyuban pasar tradisional dalam mengadvokasi pedagang pasar Dinoyo dan bagi peneliti lain yang berminat untuk mengembangkan
penelitian sejenis.
14 2.
Manfaat Empirik Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan dan
menyumbangkan pemikiran kepada paguyuban pasar tradisional Dinoyo sebagai salah satu pertimbangan tentang perannya dalam mengadvokasi
para pedagang.
1.5 Definisi Konsep
1.5.1 Pasar
Pasar adalah suatu tempat dimana pembeli dan penjual bertemu untuk membeli atau menjual barang dan jasa atau faktor-faktor produksi.
Pasar mempunyai lima fungsi utama. Kelima fungsi tersebut menurut
Sudarman 1989 adalah:
a. Pasar menetapkan nilai sets value. Dalam ekonomi pasar, harga
merupakan ukuran nilai. b.
Pasar mengorganisir produksi. Dengan adanya harga-harga faktor produksi di pasar, maka akan mendorong produsen entrepreneur
memilih metode produksi yang efisien. c.
Pasar mendistribusikan barang. Kemampuan seseorang untuk membeli barang tergantung pada penghasilannya.
d. Pasar berfungsi menyelenggarakan penjatahan rationing.
Penjatahan adalah inti dari adanya harga. e.
Pasar mempertahankan dan mempersiapkan keperluan di masa yang akan datang
f. Istitah pasar banyak mendapatkan perhatian selama bertahun-tahun.
Pada dasarnya pasar adalah tempat bertemunya penjual dan pembeli
15 untuk melakukan pertukaran atas barang dan jasa. Selain itu, pasar
dapat pula diartikan sebagai himpunan para pembeli aktual dan potensial dari suatu produk. Dalam hal demikian pasar terdiri dari
semua pelanggan potensial yang memiliki kebutuhan dan keinginan tertentu yang sama.
Dimana setiap konsumen bersedia dan mampu melaksanakan pertukaran untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka
Rismayani, 1999.Pasar secara fisik adalah tempat pemusatan beberapa pedagang tetap dan tidak tetap yang terdapat pada suatu ruangan terbuka
atau tertutup atau sebagian badan jalan.Selanjutnya pengelompokkan para pedagang eceran tersebut menempati bangunan-bangunan dengan
kondisi bangunan temporer, semi permanen ataupun permanen Sujarto dalam Sulistyowati, 1999.
Berdasarkan pengertian pasar sebagaimana telah dikemukakan di awal, yakni tempat bertemunya pembeli dan penjual, maka dapat dilihat
secara umum instrumen pasar terdiri dari perspektif pengelola, maka pasar di satu sisi dapat dilaksanakan oleh pemerintah dan dapat juga
dilaksakan oleh pihak swasta. Dilihat dari instrument pengelolaan ini, yang digolongkan dengan pasar modem adalah seperti Mall, Plaza,
Supermarket maupun Mega Market. Baik pemerintah maupun swasta sebagai pengelola pasar, menawarkan tempat berjualan dimaksud kepada
pedagang dan melaksanakan perawatan pasar Bustaman, 1999.
16
1. Pasar tradisional
Pasar tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Swasta, Badan Usaha Milik Negara dan
Badan Usaha Milik Daerah termasuk kerjasama dengan swasta dengan tempat usaha berupa toko, kios, los dan tenda yang dimilikidikelola oleh
pedagang kecil, menengah, swadaya masyarakat atau koperasi dengan usaha skala kecil, modal kecil dan dengan proses jual beli barang
dagangan melalui tawar menawar.
1
Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi, dalam hal mana organisasi pasar
yang ada masih sangat sederhana, tingkat efisiensi dan spesialisasi yang rendah, lingkungan fisik yang kotor dan pola bangunan yang sempit
Agustiar, dalam Fitri, 1999.Pasar tradisional dibangun dan dikelola olehpemerintah, pemerintah daerah, swasta, Badan Usaha Milik Negara
dan Badan Usaha Milik Daerah. Dalam penelitian ini juga dipaparkan beberapa potensi dan ciri pasar tradisional, yaitu:
a. Kemampuan pasar tradisional dalam menyerap komoditi lokal dari
kawasan sekitarnya. b.
Berfungsi sebagai supplier untuk berbagai input pertanian, perumahan, serta kebutuhan pokok masyarakat secara luas.
c. Pasar tradisional memiliki segmentasi pacar tersendiri, yang
membedakannya dari pasar modern. d.
Para pedagang yang beroperasi di pasar umumnya kaum wanita
1
Presiden Republik Indonesia. 1960. Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria. Jakarta
17 sehingga sangat bermanfaat bagi peningkatan kesempatan berusaha
untuk kaum wanita, dalam arti wanita umumnya memiliki keunggulan dibandingkan dengan pria dalam melayani konsumen.
e. Potensi pasar akan semakin penting karena market turn over yang
cukup cepat dengan sistem pembayaran tunai. Kekuatan pasar tradisional dapat ditihat dari beberapa aspek.
Aspek-aspek tersebut di antaranya harganya yang lebih murah dan bisa ditawar, dekat dengan permukiman, dan memberikan banyak pilihan
produk yang segar. Kelebihan lainnya adalah pengalaman berbelanja yang luar biasa, dimana kita bisa melihat dan memegang secara langsung
produk yang umumnya masih sangat segar. Akan tetapi dengan adanya hal
tersebut bukan
berarti pasar
tradisional bukan
tanpa kelemahan.Selama
ini justru
pasar tradisional
lebih dikenal
kelemahannya.Kelemahan itu antaralain adalah kesan bahwa pasar terlihat becek, kotor, terlalu padat lalu lintas pembelinya.Ditambah lagi
ancaman bahwa keadaan sosial masyarakat yang berubah, di mana wanita di perkotaan umumnya berkarir sehingga hampir tidak memiliki
waktu untuk berbelanja ke pasar tradisional Esther dan Didik, 2003. Selain kelemahan-kelemahan di atas, faktor desain dan tampilan
pasar, atmosfir, tata ruang, tata letak, keragaman dan kualitas barang, promosi pengeluaran, jam operasional pasar yang terbatas, serta
optimalisasi pemanfaatan n,iang jual merupakan kelemahan terbesar pasar tradisional dalam menghadapi persaingan dengan pasar modem
Ekapribadi. W, 2007.
18 Dalam hal mata rantai pasokan, 40 pedagang menggunakan
pemasok profesional, sementara 60 lainnya mendapatkan barangnya dari pusat-pusat perkulakan. Hampir 90 pedagang membayar tunai
kepada pemasok.Keadaan ini berarti bahwa pedagang di pasar tradisional sepenuhnya menanggung resiko kerugian dari usaha dagangnya.Ini
berbeda dengan supermarket yang umumnya menggunakan metode konsinyasi atau kredit.Terkait dengan modal usaha, 88 pedagang
menggunakan modal sendiri yang berarti minimnya akses atau keinginan untuk memanfaatkan pinjaman komersial untuk mendanai bisnisnya.Hal
ini bisa menjadi hambatan terbesar dalam memperluas kegiatan bisnis mereka Suryadarma, dkk. 2007.
1.5.2Pedagang
Pedagang adalah orang yang melakukan usaha dengan modal relatif sedikit, berusaha di
bidang produksi dan penjualan barang atau jasa untuk
memenuhi kebutuhan kelompok tertentu dan dilaksanakan pada tempat- tempat strategis dalam suasana lingkungan yang informal di dalam
masyarakat.
2
Dalam aktivitas perdagangan atau dalam istilah ekonomi, pedagang adalah orang atau institusi yang memperjualbelikan produk atau
barang kepada konsumen baik secara langsung maupun tidak langsung.
3
Dari perspektif Sosiologi Ekonomi, membedakan pedagang berdasarkan penggunaan dan pengeolaan pendapatan yang dihasilkan dari
perdagangan dan hubungannya dengan ekonomi keluarga. Menurut Geertz
2
Siwarini, Aryati. 2009. Kajian Pedagang di Pasar Sore dan Kontribusi Hasil Terhadap Pendapatan Keluarga di Kelurahan Dupak Kecamatan Krembangan Kota Surabaya.Skripsi tidak
diterbitkan. Surabaya : Universitas Negeri Surabaya hal.20
3
Dmsar.2009. Pengantar Sosiologi Ekonomi. Jakarta: Prenada Media Group. Hlm. 106
19 dkk, dari studi Sosiologi ekonomi tentang pedagang dapat disimpulkan
pedagang terbagi atas:4[23] 1. Pedagang Profesional yaitu pedagang yang menganggap hasil dari
aktivitas perdagangan merupakan sumber utama dan satu-satunya bagi ekonomi keluarga. Pedagang distributor, pedagang eceran termasuk
didalam kategori pedagang profesional. 2. Pedagang Semi Profesional adalah pedagang yang menganggap hasil
dari aktivitas perdagangan merupakan sumber tambahan bagi ekonomi keluarga. Namun, jika pada lapisan masyarakat yang sedang
berkembang menengah kebawah aktivitas perdagangan tersebut tidak dilakukan, maka bisa saja akan mengganggu, menggoncang stabilitas
ekonomi keluarga. 3. Pedagang subsistensi merupakan pedagang yang menjual produk atau
barang dari hasil aktivitas atas subsistensi untuk memenuhi ekonomi rumah tangga. Atau dengan kata lain, pedagang seperti ini menjual
sebuah produk sesuai dengan pekerjaan yang terpengaruhi lingkungan atau daerah tempat tinggal. Hasil dari aktivitas perdagangan tersebut
adalah untuk memenuhi kebutuhan sandang dan pangan rumah tangga. 4. Pedagang Semu adalah orang yang melakukan kegiatan perdagangan
karena hobi atau hanya untuk mengisi waktu luang. Pedagang jenis ini tidak mengharapkan kegiatan perdagangan sebagai sarana memperoleh
uang, mungkin saja sebaliknya pedagang tersebut memperoleh kerugian dalam berdagang.
4[23]
Ibid. Hlm. 107
20
1.5.3 Gemeinschaft paguyuban
Gemeinschaft adalah suatu bentuk kehidupan bersama yang anggota- anggotanya diikat oleh hubungan batin yang murni dan bersifat alamiah
serta bersifat kekal. Gemeinschaft digambarkan sebagai kehidupan bersama yang intim, pribadi, dan eksklusif, dan juga merupakan keterikatan sejak
lahir. contoh: keluarga, kelompok kekerabatan, rukun tetangga, dll Gemeinschaft ada 3 jenis menurut Tonnies:
a. Paguyuban karena ikatan darah gemeinschaft by blood
b. Paguyuban karena tempat gemeinschaft by place
c. Paguyuban karena jiwa pikiran gemeinschaft of mind
1.5.4 Gesellschaft patembayan
Gesellschaft merupakan ikatan lahir yang bersifat pokok untuk jangka waktu yang pendek, bersifat sebagai suatu bentuk dalam pikiran belaka
imaginary, serta bersifat mekanis sebagaimana dapat diumpamakan dengan sebuah mesin. Contoh: hubungan perjanjian yang berdasarkan
ikatan timbal-balik
berdasarkan keahlian
perbedaannya adalah,
gemeinschaft, individu tetap bersatu meskipun terdapat berbagai faktor yang memisahkan mereka, sedangkan dalam gesellschaft individu pada dasarnya
terpisah kendatipun banyak faktor pemersatu.
1.5.5 Pembangunan
Pembangunan adalah suatu proses yang dilakukan secara terus- menerus dalam rangka memperbaiki indikator sosial maupun ekonomi pada
suatu wilayah dari waktu ke waktu Gunawan Sumodiningrat, 2009: 6. Disamping itu pembangunan juga merupakan suatu proses yang multi
21 dimensional yang menyangkut perubahan-perubahan penting dalam suatu
struktur, sistem sosial, ekonomi, sikap masyarakat, dan lembaga-lembaga nasional,
akselerasi pertumbuhan
ekonomi, pengurangan
angka pengangguran, dan pemberantasan kemiskinan Todaro,1997.
Sebelumnya, perencanaan pembangunan dan seluruh agenda pembangunan ditentukan oleh pemerintah berdasarkan asumsi pejabat atas
prioritas dan kebutuhan masyarakat. Keadaan ini membuat masyarakat cenderung bersikap pasif terhadap berbagai permasalahan pembangunan dan
cenderung melahirkan anemo masyarakat yang tidak terlalu peduli akan masalah pembangunan sehingga ada anggapan bahwa perencanaan
pembangunan daerah hanya merupakan tanggungjawab pemerintah saja dan kalau pun ada aspirasi masyarakat, itu hanya dianggap sebagai sumbang
saran yang tidak mengikat. Akibat dari strategi perencanaan yang bersifat sentralistik tersebut,
berbagai masalah timbul kehadapan masyarakat antara lain pembangunan yang dilaksananakan tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat, sehingga
selain hasilnya masih dirasakan kurang mengangkat kualitas hidup masyarakat dan menjadi terbengkalai karena kurang mendapat respon positif
dari mayarakat. Seperti yang dikemukakan oleh Mo
chtar Mas’ud dalam Afifuddin: 70. bahwa pada era orde baru strategi pembangunan bertumpu pada
pengejaran efisiensi daripada partisipasi. Sehingga pada saat itu perencanaan pembangunan atau pemerintah dihadapkan kepada dua pilihan
strategi pembangunan yang dilematis, prioritas produktivitas atau prioritas
22 demokrasi.Yang mana keduanya bersifat “zero sum game”, artinya jika
salah satu yang dipilih yang satunya harus dipinggirkan. Pemerintah pada saat itupun memilih produktivitas dengan keyakinan
bahwa demokrasi akan tercapai dengan sendirinya tatkala produktivitas menghasilkan tingkat kemakmuran tertentu bagi rakyat seperti halnya yang
diterapkan di negara Jepang, Korea selatan, dan Singapura.Namun, strategi tersebut terbukti gagal total.
Pembangunan yang menekan partisipasi dan demokrasi bukan hanya menyebabkan implosi ledakan ke dalam namun juga eksplosi ledakan
keluar.Akibat riilnyaadalah krisis yang berlangsung 1997 yang disusul dengan jatuhnya rejim orde baru.
Seiring dengan gerakan reformasi yang bergulir di Indonesia pada pertengahan tahun 1998, pemerintah dituntut untuk melakukan perombakan
sistem penyelenggaraan pemerintahan yang dulunya bersifat sentralistik menuju pada desentralisasi.Mulai dari kelembagaan, manajemen, serta
perilaku para aparatur pemerintahan. Salah satu kebijakan yang kemudian diterapkan adalah dengan menerapkan sistem otonomi daerah dimana
daerah diberikan pelimpahan kewenangan untuk mengurus, menata, dan mengatur daerahnya sendiri dengan asumsi bahwa daerah lebih
mengetahuimemahami potensi, kebutuhan dan segala permasalahan yang ada di daerah yang bersangkutan serta dalam rangka percepatan pelayanan
kepada masyarakat dan menyerap aspirasi masyarakat setempat. Pelaksanaan otonomi daerah dimulai ditetapkannya UU No. 22 tahun
1999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No.25 tentang Perimbangan
23 Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah yang berlaku sejak 1 Januari
2001. Dan untuk saat ini kedua undang-undang yang sangat penting dan strategis sifatnya bagi sistem pemerintahan di daerah tersebut kemudian
diubah sebagaimana yang telah diundangkan dalam UU No.32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No.33 tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah yang pada dasarnya tetap mempertahankan format umum otonomi daerah, namun
memberikan kekuasaan yang lebih besar kepada pemerintah provinsi dan pemerintah pusat untuk menjamin konsistensi kebijakan secara nasional.
Dengan adanya undang-undang tersebut sebagai payung hukum dari pelaksanaan
pemerintahan di
daerah maka
diharapkan bahwa
penyelenggaraan pemerintahan dapat berjalan dengan lebih cepat dalam hal pemberian pelayanan kepada masyarakat, efektif dan efisien.Salah satu
wujud dari penyelenggaraan pemerintahan itu adalah melalui pelaksanaan pembangunan daerah.
Melalui UU No.32 tahun 2004 ini, bangsa Indonesia secara tegas menghendaki agar ditengah euforia reformasi, sistem yang sentralistik
menuju desentralistik, pemerintah daerah harus mengarahkan berbagai hal dalam rangka implementasi kebijakan otonomi daerah pada percepatan
perwujudan kesejahteraan masyarakat melalui kualitas pelayanan publik, pemberdayaan masyarakat, dan optimalisasi pembangunan peran serta dan
tanggungjawab masyarakat terhadap pembangunan partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Suatu skema baru otonomi daerah, yang di dalamnya
termuat semangat melibatkan masyarakat, dengan menekankan bahwa
24 kualitas otonomi akan ditentukan oleh sejauh mana keterlibatan masyarakat.
Maka dengan sendirinya harus ditunjukkan adanya saluran aspirasi masyarakat sejak dini. Dari sini dapat kita lihat bahwa sudah seharusnya
bahwa ide awal dari proses pembangunan harus menyertakan masyarakat dalam perumusannya.
Makna perumusan ini merupakan proses perumusan yang umum, dimana pada rakyat diberikan kesempatan untuk mengajukan pokok-pokok
harapan, dan kepentingan dasarnya.
1.5.6 Tinjuan Umum Tentang Resistensi
Perlawanan merupakan simbol dan realitas keberdayaan pedagang pasar sebagai masyarakat sipil menghadapi ketidakpekaan pemerintah kota
dalam mengelola ruang dan kebijakan. Secara harfiah resistensi adalah “perlawanan atau menentang”. Berasal dari bahasa Inggris yaitu Resist.
Dalam hal ini yang dimaksud adalah semua tindakan yang menolak atau melawan baik itu bersifat formal atau non formal jika tidak menyetujui apa
yang sudah berjalan bisa dikatakan resistensi. Resistensi terhadap pemerintah artinya merupakan penentangan atau perlawanan terhadap
kebijakan pemerintah.
1.6 Metode Penelitian
Tipe penetitian ini adalah tipe penelitian deskriptif.Menurut Moleong dalam buku Metode Penelitian Kualitatif disebutkan bahwa tipe penelitian
deskriptif data-data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka.Hal itu disebabkan oleh adanya penerapan metode
kualitatif. Selain itu semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi
25 kunci terhadap apa yang sudah diteliti. Moleong, 2007:11
1.6.1 Jenis Penelitian
Pada penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif. Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk
meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, sebagai lawannya eksperimen dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data
dilakukan secara triangulasi gabungan, analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi
Sugiyono, 2008:1
1.6.2 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah tempat peneliti menemukan keadaan yang sebernarnya dari objek yang diteliti.Dalam penelitian ini lokasi yang ditentukan di
kediaman atau lokasi kerja pedagang yang dijadikan sebagai responden atau informan dalam penelitian ini. Lokasi kerja pedagang berada kelurahan Dinoyo di
kecamatan Lowokwaru Kota malang.
1.6.3 Subjek Penelitian
Unit analisis adalah satuan yang diteliti yang bisa berupa individu, kelompok, benda atau suatu latar peristiwa sosial. Hamidi, 2004:75. Unitanalisis
dalam penelitian ini adalah anggota dan perangkat paguyuban pasar tradisional Dinoyo.Dalam penelitian kualitatif ini peneliti memilih tehnik Purposive
Sampling, yaitu , yaitu pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu yang disesuaikan dengan tujuan penelitian, dimaksudkan agar tidak
terjadi pelebaran pertanyaan ataupun data yang diberikan sesuai dengan tujuan penelitian. Dimana dalam penelitian yang akan dilakukan, sudah menentukan
26 sasaran informan yang ingin digali informasinya untuk memenuhi atau
melengkapi data penelitian ini. Hal ini dilakukan agar dalam aplikasinya dilapangan tidak mengalami pelebaran dalam mencari data dan juga data yang
diberikan sesuai dengan tujuan dari penelitian.
1.6.4 Sumber Data
Sumber data dapat dibedakan menjadi dua, data primer dan data sekunder yaitu :
1. Data primer, yaitu sumber data yang diperoleh secara langsung dari
subyek yang diteliti, dengan cara wawancara langsung dan observasi langsung di lokasi penelitian. Peneliti menggunakan data primer
dikarenakan jika informasi yang didapat secara langsung akan lebih aktual, dalam hal ini data yang diperoleh sesuai kenyataan yang
sebenar-benarnya. Alasan peneliti menggunakan sumber data primer adalah untu memperoleh informasi langsung dan aktual, dalam hal ini
peneliti mengambil data dari masyarakat sekitar Gang Dolly demi memperoleh kebenaran data yang diinginkan.hasil data primer yang
didapatkan dari subjek dilapangan, merupakan data yang didapat melalui wawancara langsung kepada subjek yang bersangkutan.
Subjek-subjek ini didapatkan melalui proses snow ball, dimana teknik snow ball ini digunakan dikarenakan peneliti tidak berdomisili di
lingkungan tersebut, sehingga akan mengalami kesulitan jika tidak menggunakan taknik snow ball sebagai alat untuk menetukan subjek
penelitian.
27 2.
Data Sekunder Pengumpulan data sekunder dilakukan melalui pengumpulan
dokumen-dokumen yang dianggap penting dan berkaitan dengan penelitian ini.Dokumen-dokumen dalam penelitian ini berupa teks -
teks yang dapat ditafsirkan lebih lanjut. Teks- teks ini berbentuk arsip, statistik, hasil laporan, buku- buku, koran harian, website, ataupun
hasil penelitian yang pernah dilakukan terhadap permasalahan berkaitan dengan penelitian ini.
Dokumen- dokumen berupa buku berguna untuk mendapatkan data tentang sejarah kota Makassar dan sejarah Pasar Pa’beng-baeng
yang berada di Kelurahan Jongaya itu. Untuk mengisi data- data statistik yang diperlukan dalam penelitian ini, digunakan buku- buku
yang berasal dari Biro Pusat Statistik sebagai penunjangnya. Selain itu, juga terdapat data dari koran harian dan website yang digunakan
sebagai penunjang kekuatan informasi dalam penelitian ini.
1.7 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah cara- cara yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini untuk memperoleh informasi atau data yang akurat sehingga
dapat dipertanggungjawabkan sebagai suatu penelitian sosial yang ilmiah. Adapun cara- cara tersebut dapat dibagai atas tiga bagian, yakni melalui: wawancara
mendalam atau indept interview , observasi atau pengamatan, dan dokumentasi.
a. Wawancara
Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini merupakan wawancara tidak terstruktur, sesuai dengan urutan wawancara, dan tidak
28 memakai sistem angket atau kuesioner.Teknik wawancara mendalam
berguna untuk memperoleh data dengan jalan mengajukan pertanyaan- pertanyaan tentang segala sesuatu kepada informan untuk mendapatkan
penafsiran yang utuh tentang suatu informasi.Dalam teknik ini, yang paling ditekankan adalah komunikasi antara peneliti dengan informan
berjalan lancer dan tidak terkesan formal. Untuk memperoleh validitas data, wawancara dilakukan secara berulang terhadap informan yang
berbeda dengan item atau masalah yang sama. Dengan demikian, diharapkan data- data yang diperoleh dapat dipertanggungjawabkan
kevaliditasannya. Selain itu, untuk mendukung kevaliditan data, dalam pengertian yang diungkapkan oleh K. Yin 2003, penelitian ini
menggunakan dua tipe wawancara, yaitu: wawancara yang bertipe open - ended dan wawancara terfokus. Wawancara openended dilakukan dengan
bertanya secara langsung kepada informan kunci tentang suatu peristiwa tertentu dan opini atau pendapat mereka tentang hal tertentu
tersebut.Seperti pendapat pedagang secara individu tentang pihak pemerintah, investor, ataupun tentang masyarakat Makassar Khususnya
Kelurahan Jongaya Kecamatan Tamalate. Sedangkan wawancara terfokus dilakukan dalam jangka waktu terbatas
satu jam atau dua jam, walaupun masih bersifat open- ended tetapi tidak mengikuti serangkaian daftar pertanyaan tertentu dari protokol wawancara
yang telah disiapkan.Tujuan wawancara ini adalah untuk mendapatkan data pendukung terhadap fakta- fakta tertentu K. Yin, 2003. Dengan
teknik ini, peneliti dapat memperoleh komentar-komentar yang segar dari
29 informan tentang sesuatu hal yang mendukung data, seperti perbandingan
tipe pemerintahan daerah Makassar dengan Sulbar-Sultar atau antara karekteristik orang Makassar asli yang selama ini dipahami oleh para
pedagang. Selain itu peneliti juga menggunakan teknik ini untuk mendapatkan data yang valid.
Dengan berpura- pura tidak mengerti tentang kondisi pendapat pemerintah tentang pedagang, peneliti mendapatkan data tentang apa yang
dirasakan pedagang dan pendapat mereka pedagang tentang pemerintah dan investor, misalnya sulitnya mendapatkan informasi dari pihak
pemerintah dan investor. Hal serupa juga dilakukan peneliti terhadap pemerintah dan investor sebagai subyek dan pedagang sebagai obyek.
b. Observasi