Identifikasi Sistem Transportasi Tebu d PTP. Nusantara II Kebun Helvetia Wilayah Helvetia

(1)

IDENTIFIKASI SISTEM TRANSPORTASI TEBU

DI PTP. NUSANTARA II KEBUN HELVETIA

WILAYAH HELVETIA

SKRIPSI

MERLYN YOSEVA BODAMER

DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2009


(2)

IDENTIFIKASI SISTEM TRANSPORTASI TEBU

DI PTP. NUSANTARA II KEBUN HELVETIA

WILAYAH HELVETIA

SKRIPSI

Oleh

MERLYN YOSEVA BODAMER 040308043/TEKNIK PERTANIAN

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Departemen Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2009


(3)

IDENTIFIKASI SISTEM TRANSPORTASI TEBU

DI PTP. NUSANTARA II KEBUN HELVETIA

WILAYAH HELVETIA

SKRIPSI Oleh

MERLYN YOSEVA BODAMER 040308043

TEKNIK PERTANIAN

Disetujui Oleh, Komisi Pembimbing

Ir. Saipul Bahri Daulay, M.Si Achwil Putra Munir, STP, M.Si

Ketua Anggota

DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2009


(4)

Judul Skripsi : Identifikasi Sistem Transportasi Tebu d PTP. Nusantara II Kebun Helvetia Wilayah Helvetia

Nama : Merlyn Yoseva Bodamer

NIM : 040308043

Departemen : Teknologi Pertanian Program Studi : Teknik Pertanian

Disetujui Oleh, Komisi Pembimbing

Ir. Saipul Bahri Daulay, M.Si Achwil Putra Munir, STP, M.Si

Ketua Anggota

Mengetahui,

Ir. Saipul Bahri Daulay, M.Si Ketua Departemen


(5)

ABSTRAK

Tebu (Saccharum officinarum Linn) adalah tanaman untuk bahan baku gula. Kualitas dari tebu ini akan menentukan kualitas gula. Transportasi tebu yang cepat dan aman dapat menentukan kualitas tebu untuk diolah di pabrik. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis sistem budidaya tebu di PTP. Nusantara II Kebun Helvetia Wilayah Helvetia dan faktor-faktor dominan yang terjadi dan dibutuhkan oleh seluruh stakeholder. Metode penelitian ini dilakukan dengan pendekatan sistem dengan menggunakan beberapa metode pengambilan data yaitu kuisioner, wawancara, diskusi dan observasi kondisi lingkungan di lokasi penelitian. Dalam pendekatan sistem, identifikasi sistem transportasi tebu dilakukan dengan evaluasi tiga aspek yaitu, aspek sumber daya manusia, aspek teknis dan aspek sosial ekonomi. Aspek sumber daya manusia mengevaluasi tentang minimnya minat para pekerja. Aspek teknis mengevaluasi tentang alat penebangan dan pemuatan tebu. Aspek sosial mengevaluasi tentang perubahan cara pandang masyarakat tentang keberadaan sistem dan tingkat kesejahteraan pekerja. Hasil dari identifikasi ditunjukkan dalam diagram kotak hitam.

Kata kunci: transportasi tebu, pendekatan sistem, identifikasi sistem

ABSTRACK

Sugar cane (Saccharum Officinarum Linn) is crop for the raw material of sugar. Quality of sugar cane will determine the quality of sugar. Transportation of sugar cane which quickly and peaceful can determine the quality of sugar cane to be processed in factory. Intention of this research is to sugar cane conducting systems analysis in PTP. Nusantara II Garden of Helvetia Regional of Helvetia and dominant factors that happened and required by all stakeholder. This research method is done with approach of system by using some method intake of data that is quisioner, interview, discussion and observation of condition of environment in research location. In approach of system, identify sugar cane transportation system done with evaluation three aspect, that is, human resource aspect, technical aspect and social economics aspect. Aspect human resource evaluate about its minim of enthusiasm all worker. Technical aspect evaluate about hewing appliance and loading of sugar cane. Social aspect evaluate about change of is way of society approach about existence of system and prosperity level of worker. Result of identifying to be shown in black box diagram.


(6)

DAFTAR TABEL

1. Kerangka sistem transportasi ... 11

2. Uraian pengertian komponen kotak gelap suatu sistem ... 22

3. Tarif panggul/muat dan angkut tebu per ton tebu ... 34


(7)

DAFTAR GAMBAR

1. Komponen dasar sistem transportasi... 10

2. Diagram kotak gelap ... 21

3. Model umum suatu sistem ... 24

4. Grafik hasil ton tebu yang diangkut ... 34

5. Frekuensi pendidikan terakhir para pekerja ... 42

6. Frekuensi keinginan pekerja melakukan pekerjaan ... 43

7. Frekuensi umur para pekerja sistem transportasi tebu ... 45


(8)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Peta Lokasi Lahan ... 53

2. Struktur organisasi parusahaan ... 54

3. Diagram alir sistem transportasi tebu ... 55


(9)

ABSTRAK

Tebu (Saccharum officinarum Linn) adalah tanaman untuk bahan baku gula. Kualitas dari tebu ini akan menentukan kualitas gula. Transportasi tebu yang cepat dan aman dapat menentukan kualitas tebu untuk diolah di pabrik. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis sistem budidaya tebu di PTP. Nusantara II Kebun Helvetia Wilayah Helvetia dan faktor-faktor dominan yang terjadi dan dibutuhkan oleh seluruh stakeholder. Metode penelitian ini dilakukan dengan pendekatan sistem dengan menggunakan beberapa metode pengambilan data yaitu kuisioner, wawancara, diskusi dan observasi kondisi lingkungan di lokasi penelitian. Dalam pendekatan sistem, identifikasi sistem transportasi tebu dilakukan dengan evaluasi tiga aspek yaitu, aspek sumber daya manusia, aspek teknis dan aspek sosial ekonomi. Aspek sumber daya manusia mengevaluasi tentang minimnya minat para pekerja. Aspek teknis mengevaluasi tentang alat penebangan dan pemuatan tebu. Aspek sosial mengevaluasi tentang perubahan cara pandang masyarakat tentang keberadaan sistem dan tingkat kesejahteraan pekerja. Hasil dari identifikasi ditunjukkan dalam diagram kotak hitam.

Kata kunci: transportasi tebu, pendekatan sistem, identifikasi sistem

ABSTRACK

Sugar cane (Saccharum Officinarum Linn) is crop for the raw material of sugar. Quality of sugar cane will determine the quality of sugar. Transportation of sugar cane which quickly and peaceful can determine the quality of sugar cane to be processed in factory. Intention of this research is to sugar cane conducting systems analysis in PTP. Nusantara II Garden of Helvetia Regional of Helvetia and dominant factors that happened and required by all stakeholder. This research method is done with approach of system by using some method intake of data that is quisioner, interview, discussion and observation of condition of environment in research location. In approach of system, identify sugar cane transportation system done with evaluation three aspect, that is, human resource aspect, technical aspect and social economics aspect. Aspect human resource evaluate about its minim of enthusiasm all worker. Technical aspect evaluate about hewing appliance and loading of sugar cane. Social aspect evaluate about change of is way of society approach about existence of system and prosperity level of worker. Result of identifying to be shown in black box diagram.


(10)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Penemuan dua terbesar setelah alfabet (tulisan) yang telah membawa kemajuan dalam kebudayaan dan kesejahteraan manusia adalah penemuan peralatan transportasi. Kemajuan pengangkutan adalah sebagai akibat kebutuhan manusia untuk berpergian ke lokasi atau tempat yang lain guna mencari barang yang dibutuhkan atau melakukan aktivitas, dan mengirim barang ke tempat lain yang membutuhkan sesuatu barang.

Proses pengangkutan merupakan gerakan dari tempat asal, dari mana kegiatan angkutan dimulai, ke tempat tujuan, ke mana kegiatan pengangkutan

diakhiri. Dalam hal ini terlihat bahwa unsur-unsur transportasi meliputi atas :

(a) ada muatan yang diangkut, (b) tersedia kendaraan sebagai alat angkutnya, (c) ada jalanan yang dapat dilalui, (d) ada terminal asal dan terminal tujuan, (e) sumber daya manusia dan organisasi atau manajemen yang menggerakkan

kegiatan transportasi tersebut(Nasution, 2004).

Fungsi sistem transportasi adalah untuk dapat memindahkan suatu benda. Objek yang akan dipindahkan mungkin mencakup benda tak bernyawa seperti sumber alam, hasil produksi pabrik, bahan makanan, dan benda hidup seperti

manusia, hewan, dan tanaman. Salah satu objek yang dipindahkan dari PTP. Nusantara II Kebun Helvetia ke pabrik gula Sei Semayang adalah tanaman

tebu.


(11)

Dalam menganalisis dan mengidentifikasi sistem transportasi tebu, penulis menggunakan metode pendekatan sistem dengan cara menggali informasi dan pengetahuan dari para stakeholder pakar dalam hal pengangkutan tebu dengan

menggunakan beberapa metode pengambilan data yaitu kuisioner, wawancara, diskusi dan observasi kondisi lingkungan di lokasi penelitian. Penggunaan pendekatan sistem dalam penelitian ini diharapkan akan menghasilkan keputusan yang efektif dan operasional yang sesuai dengan tujuan pengangkutan perusahaan itu sendiri.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengenal sistem transportasi tebu dan kegiatannya untuk mendukung tujuan sistem transportasi tebu di PTP. Nusantara II Kebun Helvetia Wilayah Helvetia.

Kegunaan Penelitian

1. Penulis

Sebagai salah satu syarat dalam penyusunan skripsi di Departemen Teknologi Pertanian Program Studi Teknik Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

2. Manajemen perusahaan

Sebagai bahan pertimbangan dalam pengawasan dan evaluasi manajemen transportasi tebu.

3. Pihak lain


(12)

Batasan Penelitian

Penelitian mengenai transportasi tebu dibatasi hanya untuk mengenal dan memahami sistem transportasi tebu ditinjau dari empat elemen dasar sistem transportasi dimana pengangkutan tebu berawal dari kebun Helvetia sampai ke pabrik gula Sei Semayang.


(13)

TINJAUAN LITERATUR

Sejarah Tebu

Pada awalnya gula tebu dikenal oleh orang-orang Polinesia, kemudian menyebar ke India. Pada tahun 510 SM, ketika menguasai India, Raja Darius dari Persia menemukan ”batang rerumputan yang menghasilkan madu tanpa lebah”. Seperti halnya pada berbagai penemuan manusia lainnya, keberadaan tebu sangat dirahasiakan dan dijaga ketat, sedangkan produk olahannya diekspor dan untuk menghasilkan keuntungan yang sangat besar.

Rahasia tanaman tebu akhirnya terbongkar setelah terjadi ekspansi besar-besaran oleh orang-orang Arab pada abad ketujuh sebelum sesudah masehi. Ketika mereka menguasai Persia pada tahun 642 mereka menemukan tanaman tebu yang sedang tumbuh dan kemudian mempelajari cara pembuatan gula. Selama ekspansi berlanjut mereka mendirikan pengolahan-pengolahan gula di berbagai daratan lain yang mereka kuasai, termasuk di Afrika Utara dan Spanyol.

Gula dikenal oleh orang-orang barat Eropa sebagai hasil dari Perang Salib pada abad ke-11. Para prajurit yang pulang menceritakan keberadaan “rempah baru” yang enak ini. Gula pertama diketahui tercatat di Inggris pada tahun 1099. Abad-abad berikutnya merupakan periode ekspansi besar-besaran perdagangan barat Eropa dengan dunia timur, termasuk di dalamnya adalah impor gula. Sebagai contoh, dalam sebuah catatan pada tahun 1319 harga gula di London sebesar “dua shilling tiap pound”. Nilai ini setara dengan beberapa bulan upah buruh rata-rata, sehingga dapat dikatakan gula sangatlah mewah pada waktu itu.


(14)

Orang-orang kaya menyukai pembuatan patung-patung dari gula sebagai penghias meja-meja mereka. Ketika Henry III dari Perancis mengunjungi Venice, sebuah pesta diadakan untuk menghormatinya dengan menampilkan piring-piring, barang-barang perak, dan kain linen yang semuanya terbuat dari gula.

Karena merupakan barang mahal, gula seringkali dianggap sebagai obat. Banyak petunjuk kesehatan dari abad ke-13 hingga abad ke-15 yang merekomendasikan pemberian gula kepada orang-orang cacat untuk memperkokoh kekuatan mereka.

Pada abad ke-15, pemurnian gula Eropa umumnya dilakukan di Venice. Venice tidak bisa lagi melakukan monopoli ketika Vasco da Gama berlayar ke India pada tahun 1498 dan mendirikan perdagangan di sana. Meskipun demikian, penemuan orang-orang Amerika lah yang telah mengubah konsumsi gula di dunia.

Dalam salah satu perjalanan pertamanya, Columbus membawa tanaman tebu untuk ditanam di kawasan Karibia. Iklim yang sangat menguntungkan untuk pertumbuhan tanaman tebu menyebabkan berdirinya sebuah industri dengan cepat. Kebutuhan terhadap gula yang besar bagi Eropa menyebabkan banyak kawasan hutan di kepulauan Karibia menjadi hampir seluruhnya hilang digantikan perkebunan tebu, seperti misalnya di Barbados, Antigua dan separuh dari Tobago. Tanaman tebu dibudidayakan secara massal. Jutaan orang dikirim dari Afrika dan India untuk bekerja di penggilingan tebu. Oleh karenanya, produksi gula sangat erat kaitannya dengan perdagangan budak di dunia barat.

Secara ekonomi gula sangatlah penting sehingga seluruh kekuatan Eropa membangun atau berusaha membangun jajahan di pulau-pulau


(15)

kecil Karibia dan berbagai pertempuran terjadi untuk menguasai pulau-pulau tersebut. Selanjutnya tanaman tebu dibudidayakan di berbagai perkebunan besar

di kawasan-kawasan lain di dunia (India, Indonesia, Filipina dan kawasan Pasifik) untuk memenuhi kebutuhan pasar Eropa dan lokal

(Food Info, 2008).

Tebu

Tebu merupakan salah satu sumber energi ‘tua’ yang dikenal manusia sekaligus komoditas penting di dunia yang menghasilkan serat, biofuel, pupuk,

selain produk utamanya : gula.

Tebu (Saccharum officinarum Linn) adalah tanaman yang ditanam untuk

bahan baku gula. Tanaman ini hanya dapat tumbuh di daerah beriklim tropis. Tanaman ini termasuk jenis rumput-rumputan. Umur tanaman sejak ditanam sampai bisa dipanen mencapai kurang lebih 1 tahun. Di Indonesia tebu banyak dibudidayakan di pulau Jawa dan Sumatera (Wikipedia, 2007).

Bentuk fisik tanaman tebu dicirikan oleh terdapatnya bulu-bulu dan duri di sekitar pelepah dan helai daun. Banyaknya bulu dan duri beragam tergantung varietas. Jika disentuh akan menyebabkan rasa gatal. Kondisi ini kadang menjadi salah satu penyebab kurang berminatnya petani berbudidaya tebu jika masih ada alternatif tanaman lain. Tinggi tanaman bervariasi tergantung daya dukung lingkungan dan varietas, antara 2,5-4 meter dengan diameter batang antara 2-4 cm (Dinas Perkebunan, 2004).


(16)

Daur kehidupan tanaman tebu melalui 5 fase, yaitu :

1. Perkecambahan

Dimulai dengan pembentukan taji pendek dan akar stek pada umur 1 minggu dan diakhiri pada fase kecambah pada umur 5 minggu.

2. Pertunasan

Dimulai dari umur 5 minggu sampai 3,5 bulan.

3. Pemanjangan Batang

Dimulai dari umur 3,5 bulan sampai 9 bulan.

4. Kemasakan

Merupakan fase yang terjadi setelah pertumbuhan vegetatif menurun dan sebelum batang tebu mati. Pada fase ini gula di dalam batang tebu mulai terbentuk hingga titik optimal hingga berangsur-angsur menurun. Fase ini disebut juga fase penimbunan rendemen gula.

5. Kematian

(KPPBUMN, 2007).

Arti Transportasi

Pengertian transportasi berasal dari kata Latin yaitu transportare, dimana

trans berarti seberang atau sebelah lain dan portare berarti mengangkut atau

membawa. Jadi, transportasi berarti mengangkut atau membawa (sesuatu) ke sebelah lain atau dari suatu tempat ke tempat lainnya. Ini berarti transportasi merupakan suatu jasa yang diberikan, guna menolong orang dan barang untuk dibawa dari suatu tempat ke tempat lainnya. Dengan demikian, transportasi dapat diberi defenisi sebagai usaha dan kegiatan mengangkut atau membawa barang dan/atau penumpang dari suatu tempat ke tempat lainnya (Kamaluddin, 2003).


(17)

Transportasi merupakan “suatu tindakan, proses, atau hal mentransportasikan atau sedang ditransportasikan”, dan kata kerja to transport

berarti “memindahkan dari suatu tempat ke tempat lain” (Morlok, 1991).

Transportasi dapat diartikan sebagai usaha memindahkan, menggerakkan,

mengangkut, atau mengalihkan suatu objek dari suatu tempat ke tempat lain, di mana di tempat lain objek tersebut lebih bermanfaat atau dapat berguna untuk tujuan-tujuan tertentu. Karena dalam pengertian di atas terdapat kata-kata

usaha, berarti transportasi juga merupakan sebuah proses, yakni proses pindah, proses gerak, proses mengangkut dan mengalihkan, di mana proses ini tidak bisa dilepaskan dari keperluan akan alat pendukung untuk menjamin lancarnya proses perpindahan sesuai waktu yang diinginkan

( Miro, 2005).

Peranan Transportasi

Pentingnya sarana transportasi dalam perkembangan dunia bersifat multidimensi. Sebagai contoh, salah satu fungsi dasar transportasi adalah menghubungkan tempat kediaman dengan tempat bekerja atau para pembuat barang dengan para pelanggannya. Dari sudut pandang yang lebih luas, fasilitas transportasi memberikan aneka pilihan untuk menuju ke tempat kerja, pasar, dan sarana rekreasi, serta menyediakan akses ke sarana-sarana kesehatan, pendidikan, dan sarana lainnya (Khisty dan Lall, 2005).

Transportasi bermanfaat bagi masyarakat, dalam arti hasil-hasil produksi dan bahan-bahan baku suatu daerah dapat dipasarkan kepada perusahaan industri. Hasil-hasil barang jadi diproduksi oleh pabrik, dijual oleh produsen kepada


(18)

masyarakat atau perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang pemasaran. Untuk mengangkut bahan-bahan baku dan barang-barang jadi dibutuhkan jasa-jasa transportasi (darat, laut, dan udara) (Salim, 2000).

Jangan dilupakan pula bahwa fungsi angkutan yang pokok

adalah memindahkan orang atau barang. Muatan, dengan demikian, dapat berupa benda hidup (orang, hewan, tumbuhan) dan benda mati (makanan,

bahan baku industri). Kecuali orang dan hewan, barang lain pada umumnya diangkut tidak dalam kondisi alaminya, (misalnya kayu, bahan makanan, dll) sehingga menuntut teknologi yang tepat (Warpani, 1990).

Sistem Transportasi

Suatu sistem transportasi ditunjukkan sebagai suatu jaringan untuk menerangkan komponen dan hubungannya satu sama lain dalam sistem transportasi. Beberapa karakteristik utama dari sistem ialah waktu perjalanan dan biaya. Jalur gerak yang dipakai meliputi waktu perjalanan yang paling sedikit, atau pada beberapa kasus, biaya yang paling kecil (Morlok, 1991).

Bentuk fisik dari kebanyakan sistem transportasi tersusun atas empat elemen dasar meliputi : (a) sarana perhubungan (link), (b) kendaraan, (c) terminal,

dan (d) manajemen dan tenaga kerja. Keempat elemen tersebut berinteraksi dengan manusia, sebagai pengguna maupun non-pengguna sistem, dan berinteraksi pula dengan lingkungan. Perilaku subsistem fisik, subsistem manusia, dan subsistem lingkungan sangatlah rumit karena melibatkan interaksi manusia sebagai pengendara dan non-pengendara, yang menggunakan berbagai jenis kendaraan dengan karakter dan kinerja berbeda-beda dan dengan karakteristik


(19)

fisik yang juga berbeda dalam kondisi lingkungan yang juga sangat beragam (Khisty dan Lall, 2005).

Keterangan : Kendaraan Peti kemas Lalu lintas Fasilitas tetap Kegiatan di dalam atau pada fasilitas

Gambar 1. Komponen dasar sistem transportasi (Sumber: Morlok, 1991)

Komponen sistem pengangkutan yang pokok adalah prasarana (jalan) dan sarana (kendaraan). Salah satu perkembangan sarana adalah penggunaan peti kemas, yang agak berbeda dengan kendaraan biasa, karena peti kemas tidak bergerak sendiri melainkan menggunakan sarana lain sebagai tenaga penggerak. Peti kemas harus diletakkan pada kendaraan pengangkut seperti layaknya sebuah kapsul, atau dirancang sedemikian sehingga merupakan bagian dari kendaraan pengangkut itu. Peti kemas dimaksudkan untuk melindungi barang yang diangkut

Tempat kendaraan Tempat peti kemas Tempat keluar-masuk Bongkar peti kemas Muat peti kemas Naik/turun kendaraan Muat/isi kendaraan Persimpangan jalan Kendaraan lewat dari suatu ruas ke

ruas lain Ruas jalan

Kendaraan bergerak sepanjang jalan


(20)

agar dapat dibongkar dan dimuat sebagai satu unit. Hal penting yang harus diingat dalam pengangkutan adalah bahwa setiap sistem pengangkutan harus dapat mengangkut muatan dan membongkarnya lagi pada akhir perjalanan (Warpani, 1990).

Dapat kita simpulkan bahwa defenisi sistem transportasi (transportation

system) merupakan suatu kegiatan pemindahan barang (muatan) dan penumpang

dari suatu tempat ke tempat yang lain. Dalam transportasi terlihat ada dua unsur yang terpenting dari transportasi yaitu: (a) pemindahan/pergerakan (movement)

dan (b) secara fisik mengubah tempat dari barang (komoditi) dan penumpang ke tempat lain (Salim, 2000).

Tabel 1. Kerangka sistem transportasi

Angkutan Barang/Muatan Manajemen

1. Transportasi darat (kereta api, bis, truk) 2. Angkutan laut (shipping)

3. Angkutan udara

1. Manajemen lalu lintas

2. Manajemen angkutan

(Sumber : Salim, 2000)

Panen

Tebang, Muat dan Angkut (TMA) adalah tiga kegiatan yang tidak dapat dipisah dalam rangka memungut hasil batang tebu layak giling untuk dibawa ke pabrik. Kegiatan TMA dapat mempengaruhi kualitas kadar gula jika tidak ditangani dengan baik. Di lapangan kegiatan TMA masih jauh dari yang diharapkan. Walaupun telah memperoleh pengalaman, namun untuk mendapatkan


(21)

tenaga tebang lebih banyak dilakukan oleh tenaga perempuan dari pada pria (Dinas Perkebunan, 2004).

Tebang

Tebangan baik untuk plant cane (PC) maupun ratoon dilakukan dalam

bentuk tebu segar (green cane). Waktu penebangan dan giling adalah Januari-Juli.

Untuk menentukan waktu tebangan maka faktor yang perlu dipertimbangkan adalah sebagai berikut:

1. Umur 10-12 bulan dan dapat dilihat dari masa tanamnya

2. Gejala-gejala visual antara lain daun-daun tanaman tebu secara keseluruhan telah menguning

3. Pada musim kemarau usahakan tebang pada kebun yang jauh dari pabrik dan pada musim hujan kebun-kebun yang dekat dengan pabrik.

Cara penebangan yang dapat dilakukan terbagi menjadi 2, yaitu :

1. Mekanis

Penebangan dilakukan dengan menggunakan cane harvester, alat ini hanya

digunakan pada waktu mendesak.

2. Manual

Penebangan ini dilakukan dengan menggunakan parang tebang. Alat tebu umumnya dibawa oleh penebang atau bisa juga dipinjam dari pabrik gula atau kebun yang bersangkutan kemudian setelah selesai tebang harus dikembalikan. Cara tebangan adalah pandas, artinya tepat pada permukaan tanah.


(22)

Muat

Cara muat ke dalam truk dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu :

1. Mekanis

Dengan menggunakan mesin cangkram (grab loader)

2. Manual

Dengan menggunakan tenaga manusia (panggul), dimuat dalam bentuk bundle cane (ikatan), setiap ikatan terdiri dari 20-25 batang tebu.

Angkut

Alat pengangkutan adalah truk umum dengan kapasitas 10-15 ton (Tim Penulis, 2008).

Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel harus dilakukan sedemikian rupa sehingga diperoleh sampel (contoh) yang benar-benar dapat berfungsi sebagai contoh, atau dapat menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya. Dengan istilah lain, sampel harus representatif.

Agar diperoleh hasil penelitian lebih baik, diperlukan sampel yang baik pula, yakni benar-benar mencerminkan populasi. Supaya perolehan sampel lebih akurat, diperlukan rumus penentuan besarnya sampel. Adapun rumus yang digunakan pada penelitian ini yaitu rumus berdasarkan proporsi yang dikemukakan oleh Issac dan Michael sebagai berikut:


(23)

(

)

(

N

)

X P

(

P

)

D P NP X S − + − − = 1 1 1 2 2 2

dimana : S = Jumlah sampel yang dikehendaki

N = Jumlah anggota produksi

P = 0.50

D = 1.96

X2 = Nilai X dengan fmaks 30

(Arikunto, 2002)

Purposive Sample (Sampel Bertujuan)

Sampel bertujuan dilakukan dengan cara mengambil subyek bukan didasarkan atas strata, random atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu. Teknik ini dilakukan pada penelitian yang telah dilaksanakan karena beberapa pertimbangan, yaitu keterbatasan waktu, tenaga, dan dana sehingga tidak dapat mengambil sampel yang besar dan jauh (Arikunto, 2002).

Konsep Dasar Sistem

Dari segi Etimologi, kata sistem sebenarnya berasal dari Bahasa Yunani yaitu “Systema”, yang dalam Bahasa Inggris dikenal dengan “SYSTEM”, yang mempunyai pengertian yaitu komponen yang saling berhubungan secara teratur dan merupakan satu keseluruhan yang tidak terpisahkan.

Menurut filsuf Stoa, bahwa sistem adalah gabungan dari keseluruhan langit dan bumi yang bekerja bersama-sama, sehingga dapat kita lihat bahwa sistem terdiri dari unsur-unsur yang bekerja sama membentuk suatu keseluruhan dan apabila salah satu unsur tersebut hilang atau tidak berfungsi, maka gabungan keseluruhan tersebut tidak dapat lagi kita sebut suatu sistem (Vaza, 2007).


(24)

Semua defenisi tentang sistem mencakup lima unsur yang terdapat di dalam sistem, yaitu:

1. Elemen-elemen atau bagian-bagian

2. Adanya interaksi atau hubungan antar elemen-elemen/bagian-bagian

3. Adanya suatu yang mengikat elemen atau bagian tersebut menjadi sesuatu kesatuan

4. Terdapat tujuan bersama, sebagai hasil akhir 5. Berada di dalam lingkungan yang komplek (Simatupang, 1994).

Dari berbagai jenis pengertian dan penggunaan istilah sistem, secara garis besar dapat dikelompokkan adanya dua kategori. Pertama, sistem sebagai entitas atau benda yang memiliki susunan tertentu atau pengaturan struktural dari bagian-bagiannya (“system as an entity or thing which has a particular order or

structural arrangement of its parts”). Kedua, sistem sebagai suatu rencana,

metode, alat atau prosedur untuk mencapai sesuatu (“system as a plan, method,

decice, or procedure for accomplishing something”) (Budihardjo, 1995).

Siklus Hidup Pengembangan Sistem

Siklus hidup pengembangan sistem (System Development Life Cycle)

adalah metodologi yang digunakan untuk menyusun aplikasi proses pengembangan sistem. Siklus pengembangan sistem dapat juga didefinisikan sebagai rangkaian aktivitas yang dilaksanakan oleh professional dan pemakai sistem informasi untuk mengembangkan dan mengimplementasikan sistem (Gunadarma, 2000).


(25)

Proses pengembangan sistem melewati beberapa tahapan dari mulai sistem itu direncanakan sampai dengan sistem tersebut diterapkan, dioperasikan dan dipelihara. Bila operasi sistem yang sudah dikembangkan masih timbul kembali permasalahan-permasalahan yang kritis serta tidak dapat diatasi dalam tahap pemeliharaan sistem, maka perlu dikembangkan kembali suatu sistem untuk mengatasinya dan proses ini kembali ke tahap yang pertama, yaitu tahap

perencanaan sistem. Siklus ini disebut dengan siklus hidup suatu sistem (system life cycle). Daur atau siklus hidup dari pengembangan sistem merupakan

suatu bentuk yang digunakan untuk menggambarkan tahapan utama dan

langkah-langkah di dalam tahapan tersebut dalam proses pengembangannya (Jogiyanto, 2001).

Pendekatan Sistem

Pendekatan sistem adalah suatu cara untuk menangani suatu masalah. Pendekatan sistem (system approach) merupakan cara untuk menangani suatu

masalah berdasarkan berpikir kesisteman. Pendekatan sistem terhadap suatu masalah adalah untuk menangani suatu masalah dengan mempertimbangkan semua aspek yang terkait dengan masalah itu dan mengkonsentrasikan perhatiannya kepada interaksi antara aspek-aspek yang terkait dari permasalahan tersebut. Jadi pendekatan sistem adalah suatu pendekatan pemecahan masalah yang dilakukan secara menyeluruh (sistemik) (Tunas, 2007).

Pendekatan sistem (system approach) adalah suatu cara yang sistemik dan


(26)

suatu filosofi pemecahan masalah yang khusus digunakan untuk memecahkan permasalahan yang kompleks (Khisty dan Lall, 2005).

Metode pendekatan sistem merupakan salah satu cara penyelesaian persoalan yang dimulai dengan dilakukannya identifikasi terhadap adanya sejumlah kebutuhan-kebutuhan, sehingga dapat menghasilkan suatu operasi dari sistem yang dianggap efektif (Eriyatno 2003).

Pendekatan sistem adalah cara penyelesaian persoalan yang dimulai dengan dilakukannya identifikasi terhadap adanya sejumlah kebutuhan-kebutuhan sehingga dapat menghasilkan suatu operasi dari sistem yang dianggap efektif. Jika kita mengasumsikan sebuah sistem, maka akan terdapat para pelaku sistem atau stakeholder. Whitten, dkk (2004) mendefenisikan stakeholder sebagai orang yang

mempunyai ketertarikan terhadap sistem yang ada ataupun sistem yang ditawarkan. Stakeholder bisa termasuk pekerja teknis dan non teknis, bisa juga

pekerja dalam dan luar.

Melalui berpikir kesisteman dan pendekatan sistem ini kita akan dapat melihat permasalahan dengan prespektif yang lebih menyeluruh, yang mencakup struktur, pola dan proses serta keterkaitan antara komponen-komponen atau kejadian-kejadian yang ada padanya, jadi tidak hanya kepada kejadian yang tunggal yang langsung dihadapi. Berdasarkan prespektif yang luas ini kita akan dapat mengidentifikasi seluruh rangkaian sebab-akibat yang ada dalam permasalahan tersebut dan menentukan dimana sebaiknya kita harus memulai tindakan pemecahannya (Tunas, 2007).


(27)

Beberapa alasan mengapa kita membutuhkan pendekatan sistem dalam menyelesaikan suatu permasalahan yaitu :

1. Suatu masalah timbul oleh karena lebih dari suatu sebab (situasi)

2. Karena ada berbagai alternatif pemecahan yang potensial yang perlu

dipertimbangkan.

3. Setiap pemecahan disamping mendukung tercapainya tujuan yang

diinginkan, juga mempunyai dampak sampingan yang juga harus dipertimbangkan.

4. Hasil pemecahan suatu masalah harus dievaluasi baik terhadap pencapaian tujuan yang diinginkan maupun dampak sampingan yang akan diakibatkannya.

5. Pemecahan suatu masalah bersifat sementara atau tidak langsung karena akan timbul lagi permasalahan baru

(Eriyatno, 2003).

Metodologi Sistem

Metode untuk penyelesaian persoalan yang dilakukan dengan melalui pendekatan sistem terdiri dari beberapa tahap proses. Tahap-tahap tersebut meliputi analisa, rekayasa model, implementasi rancangan, implementasi dan operasi sistem tersebut. Setiap tahap dalam proses tersebut diikuti oleh suatu eveluasi berulang untuk mengetahui apakah hasil dari tahap yang telah sesuai/dapat mencakup dengan apa yang diharapkan atau belum. Bila tidak sesuai maka harus mengulangi kembali tahap tersebut sebelum melanjutkan tahap berikutnya (Eriyatno, 2003).


(28)

Metodologi sistem pada prinsipnya melalui enam tahap analisis sebelum tahap sintesa (rekayasa), meliputi :

1. analisa kebutuhan, 2. identifikasi sistem, 3. formulasi masalah,

4. pembentukan alternatif sistem,

5. determinasi dari realisasi fisik, sosial dan politik, 6. penentukan kelayakan ekonomi dan finansial.

Langkah 1-6 dilakukan dalam satu kesatuan kerja yang dikenal dengan analisa sistem (Eriyatno, 2003).

Analisis Kebutuhan

Analisis sistem adalah suatu proses menganalisa sistem dengan sasaran utama untuk mengembangkan ataupun memodifikasi sistem tersebut. Dengan kata lain, sistem analisis melibatkan penyelidikan dan desain sistem dalam urutan untuk mengembangkan sistem akan menjadi lebih baik.

Analisa kebutuhan merupakan permulaan pengkajian dari suatu sistem. Analisa kebutuhan selalu menyangkut interaksi antara respon yang timbul dari seseorang pengambil keputusan (decision maker) terhadap jalannya sistem.

Analisa ini dapat meliputi hasil suatu survei, pendapat seorang ahli, diskusi, observasi lapangan dan sebagainya (Eriyatno, 2003).

Tahap-tahap dalam analisis sistem meliputi:

1. mengidentifikasi masalah-masalah dan nilai-nilai komunitas, 2. menentukan tujuan,


(29)

3. mendefinisikan objektif, 4. menentukan kriteria,

5. merancang alternatif aksi untuk mencapai tahap 2 dan 3, 6. mengevaluasi alternatif aksi, ditinjau dari sisi efektivitas dan biaya, 7. menguji objektif dan semua asumsi,

8. mengkaji alternatif-alternatif baru atau melakukan modifikasi atas tahap 5, 9. menentukan objektif baru atau melakukan modifikasi atas tahap 3, dan

10.mengulang seluruh tahap hingga solusi memuaskan tercapai, dengan tetap mempertahankan criteria, standar, dan nilai

(Khisty dan Lall, 2005).

Bila suatu keputusan dibuktikan dapat berjalan secara kontinyu, pernyataan tentang berbagai kebutuhan yang sesuai harus memenuhi syarat untuk dibawa dalam tahap identifikasi sistem.

Identifikasi Sistem

Identifikasi sistem merupakan suatu mata rantai hubungan antara pernyataan dari kebutuhan-kebutuhan dengan pernyataan khusus dari masalah yang harus dipecahkan untuk mencukupi kebutuhan-kebutuhan tersebut. Yang penting dalam identifikasi sistem adalah melanjutkan interpretasi diagram lingkar kedalam konsep kotak gelap (Blackbox) (Eriyatno, 2003).

Identifikasi model suatu sistem dilakukan dari informasi yang

menggambarkan perilaku terdahulu dari sistem yang sedang berjalan (past behaviour of the existing system). Melalui berbagai teknik statistik dan


(30)

matematik, model diturunkan dimana dicari yang paling cocok (fit) pada data

operasional.

Input tidak terkontrol Output yang dikehendaki

Input terkontrol Output yang tidak dikehendaki

Gambar 2. Diagram kotak gelap (Eriyatno, 2003)

Konsep diagram kotak gelap ini diambil dari istilah benda yang digunakan dalam dunia penerbangan yaitu Blackbox. Kotak ini digunakan untuk merekam

segala aktivitas yang terjadi diruang kendali pesawat selama penerbangan (Winarno, 1987).

Formulasi Masalah

Tujuan dari analisis permasalahan adalah untuk mempelajari dan memahami bidang masalah dengan cukup baik untuk secara menyeluruh menganalisis masalah, kesempatan dan batasannya. Para pemecah masalah telah belajar untuk benar-benar memahani sebuah permasalahan sebelum mengajukan solusi apapun yang mungkin. Dalam praktik, suatu akibat mungkin adalah sebuah gejala dari masalah yang berbeda, yang lebih mendalam dan mendasar. Masalah tersebut juga harus dianalisis untuk mencari penyebab dan akibatnya, dan

Input Lingkungan

SISTEM

Manajemen Pengendali


(31)

seterusnya sampai penyebab dan akibat tersebut tidak menghasilkan gejala-gejala masalah-masalah lain (Whitten dkk, 2004).

Secara terperinci pengertian komponen kotak gelap dapat diuraikan sebagai berikut:

Tabel 2.Uraian pengertian komponen kotak gelap suatu sistem

NO KOMPONEN SISTEM URAIAN

A. INPUT SISTEM

1. Mempengaruhi sistem, akan tetapi tidak dipengaruhi sistem

2. Tergantung pada jenis sistem yang ditelaah. A.1 Input lingkungan

(Eksogenous)

A.2 Input yang endogen (yang terkendali dan tidak terkendali)

1. Merupakan peubah yang sangat perlu bagi sistem untuk melaksanakan fungsinya yang dikehendaki 2. Sebagai peubah untuk mengubah kinerja sistem

dalam pengoperasiannya.

A.2.1 Input yang terkendali 1. Dapat bervariasi selama pengoperasian sistem untuk mencapai kinerja yang dikehendaki atau untuk menghasilkan output yang dikehendaki 2. Perannya sangat penting untuk mengubah kinerja

sistem selama pengoperasian

3. Dapat meliputi aspek : manusia, bahan, energi, modal dan informasi.

A.2.2 Input yang tak terkendali 1. Tidak cukup penting perannya dalam mengubah kinerja sistem

2. Tidak diperlukan agar sistem dapat berfungsi 3. Bukan merupakan input lingkungan (eksogenous)

karena disiapkan oleh perancang. B. OUTPUT SISTEM

B.1 Output yang dikehendaki 1. Merupakan respon sistem terhadap kebutuhan yang telah ditetapkan (dalam analisis kebutuhan) 2. Merupakan peubah yang harus dihasilkan oleh

sistem untuk memuaskan kebutuhan yang telah diidentifikasi.

B.2. Output yang tak terkendali

1. Merupakan hasil sampingan yang tidak dapat dihindarkan dari sistem yang berfungsi dalam menghasilkan keluaran yang dikehendaki

2. Selalu diidentifikasikan dalam tahap identifikasi sistem, terutama semua pengaruh negatif yang potensial dapat dihasilkan oleh sistem yang diuji 3. Sering merupakan kebalikan dari keluaran yang

dikehendaki.

C. PARAMETER

RANCANGAN SISTEM

1. Digunakan untuk menetapkan struktur sistem 2. Merupakan peubah keputusan penting bagi

kemampuan sistem menghasilkan keluaran yang dikehendaki secara efisien dalam memenuhi kepuasan bagi kebutuhan yang ditetapkan


(32)

merubah peubah ini selama pengoperasian sistem untuk membuat kemampuan sistem bekerja lebih baik dalam keadaan lingkungan berubah-ubah 4. Tiap sistem memiliki parameter rancangan khas

tersendiri untuk identifikasi.

D. MANAJEMEN

PENGENDALI

Merupakan faktor pengendalian (kontrol) terhadap pengoperasian sistem dalam menghasilkan keluaran yang dikehendaki.

Sumber : (Eriyatno, 2003)

Permodelan Sistem

Permodelan adalah terjemahan bebas dari istilah “modelling”. Untuk

menghindari berbagai pengertian ataupun penafsiran yang berbeda-beda, maka permodelan dapat diartikan sebagai suatu gugus aktivitas pembutan model. Sebagai landasan pengertian permodelan diperlukan suatu penelaahan tentang model itu sendiri secara spesifik ditinjau dari pendekatan sistem. Sebelum sampai pada tahapan permodelan maka perlu diketahui lebih dahulu jenis dan klasifikasi model-model secara terperinci (Eriyatno, 2003).

Berkaitan dengan teori dan pendekatan sistem, yang dimaksud dengan model sistem adalah abstraksi realitas atau gambaran dari suatu kenyataan yang menyuguhkan bagian-bagian tertentu yang penting, yang merupakan sosok kunci atau key features (Budihardjo, 1995).

Menurut Whitten, dkk (2004) model dapat dibuat pada sistem yang sudah ada sebagai cara untuk memahami sistem tersebut dengan lebih baik. Salah satu jenis model logika adalah permodelan proses. Model proses yang paling sederhana dari sistem didasarkan pada input, output, dan sistem itu sendiri yang ditampilkan pada proses.


(33)

a) Model Sistem Sederhana

b) Model Sistem Kompleks

Model umum suatu sistem terdiri dari masukan, proses pengolahan dan keluaran. Dalam suatu model sistem yang sederhana, masukan maupun keluarannya tunggal. Sedangkan dalam model sistem yang kompleks, masukan dan keluarannya jamak (Budihardjo, 1995).

Gambar 3. Model umum suatu sistem (Jogiyanto, 2001)

Suatu sistem pasti mempunyai tujuan (goal) atau sasaran (objective). Kalau

suatu sistem tidak mempunyai sasaran, maka operasi sistem tidak akan ada gunanya. Sasaran dari sistem sangat menentukan sekali masukan yang dibutuhkan sistem dan keluaran yang akan dihasilkan sistem. Suatu sistem dikatakan berhasil bila mengenai sasaran atau tujuannya (Jogiyanto, 2001).

Masukan PROSES Keluaran

PENGOLAHAN

Masukan 1

Masukan 2

Masukan 3

PROSES PENGOLAHAN

Keluaran 1

Keluaran 2


(34)

METODOLOGI PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di perkebunan tebu PTP. Nusantara II (Persero) Kebun Helvetia Wilayah Helvetia pada bulan September 2008 sampai dengan bulan November 2008.

Alat dan Bahan Alat

1. Alat tulis

2. Komputer

3. Kamera digital

Bahan

Bahan-bahan yang dipergunakan di dalam penelitian ini adalah: 1. Data primer

Data yang diperoleh dari penelitian kerja, baik dari hasil wawancara, penyebaran kuisioner dan hasil diskusi dengan pihak-pihak yang berwenang. 2. Data sekunder

Data yang diperoleh dari pihak manajemen PTP. Nusantara II-Kebun Helvetia, antara lain :

a. Pedoman RKAP-2008 Transportasi Tebu

b. Data jumlah ton tebu yang diangkut di PTP. Nusantara II KebunHelvetia c. Berbagai diagram yang berhubungan dengan transportasi tebu


(35)

Metode Penelitian

Metode penelitian ini menggunakan pendekatan sistem dengan cara menggali informasi dan pengetahuan dari para stakeholder pakar dalam hal

transportasi tebu dengan menggunakan beberapa metode pengambilan data yaitu kuisioner, wawancara, dan mengidentifikasikan kondisi yang sedang berjalan di lokasi penelitian, serta sejumlah kebutuhan kemudian merumuskannya sebagai bahan pengujian.

Metode masing-masing stakeholders tersebut mempunyai kepentingan

tersendiri, apabila kepentingan tersebut tidak diramu secara holistik, maka akan terjadi konflik kepentingan. Komponen stakeholders tersebut mempunyai

kebutuhan yang berbeda-beda sesuai dengan tujuannya masing-masing dan saling berinteraksi satu sama lain serta berpengaruh terhadap keseluruhan sistem yang ada.

Wawancara pakar dilaksanakan dengan menetapkan para pakar yang terkait dengan sistem transportasi tebu dengan pertimbangan keberadaan, kerterjangkauan dan pengalaman dibidangnya sebanyak 12 orang.

Pemilihan responden sosial-ekonomi dengan purposive sampling terhadap

para pekerja sistem transportasi tebu di PTP. Nusantara II Kebun Helvetia sebanyak 63 orang.

Menurut Eriyatno (1999) melakukan penelitian dengan pendekatan sistem perlu melalui tahapan-tahapan yaitu:


(36)

2. Formulasi masalah 3. Identifikasi sistem 4. Pemodelan sistem 5. Verifikasi model 6. Implementasi

Dalam melakukan penelitian ini penulis hanya melakukan pendekatan sistem hanya sampai pada tahapan identifikasi sistem saja.

Pada tahap analisis kebutuhan dapat ditentukan kompenen pelaku yang berpengaruh dan berperan dalam sistem. Pada tahap formulasi permasalahan disusun dengan cara mengevaluasi keterbatasan sumberdaya yang dimiliki dan atau adanya konflik kepentingan diantara stakeholders untuk mencapai tujuan

sistem. Formulasi permasalahan didasarkan pada penentuan informasi terperinci yang dihasilkan selama identifikasi sistem. Identifikasi sistem dilakukan untuk mengkaji sistem yang dipresentasikan dalam bentuk diagram kotak hitam.

Prosedur Penelitian

1. Menentukan stakeholder-stakeholder yang berkaitan dengan sistem

transporatasi tebu.

2. Menganalisis kebutuhan terhadap semua stakeholder sistem transportasi tebu.

Tahap ini akan menghasilkan pernyataan mengenai kebutuhan dasar para pengguna sistem.


(37)

4. Menentukan ruang lingkup permasalahan yang terjadi pada sistem transportasi tebu. Tahapan ini dilakukan dengan cara mengevaluasi

keterbatasan sumber daya ataupun konflik kepentingan yang terjadi terhadap semua stakeholder sistem.

5. Melakukan evaluasi terhadap tiga aspek yang dianggap cukup penting di dalam identifikasi sistem yaitu aspek sosial, aspek ekonomi dan aspek

teknis.

6. Menyusun diagram kotak hitam (blackbox diagram) sebagai hasil akhir


(38)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Struktur Organisasi PTP. Nusantara II Kebun Helvetia Wilayah Helvetia

Kebun Helvetia terdiri dari dua wilayah yaitu wilayah Helvetia dan wilayah Klambir Lima. Struktur organisasi PTP. Nusantara II Kebun Helvetia Wilayah Helvetia dipimpin oleh seorang manajer. Struktur organisasi vertikal ke bawah menunjukkan adanya departemen-departemen terpisah yang menjalankan fungsi masing-masing untuk melaksanakan aktivitas produksi.

Secara umum, departemen-departemen tersebut terdiri atas Kadis Tanaman, Kadis Umum (TUK) dan Kadis Pengolahan (Gudang FS). Kadis Tanaman membawahi beberapa asisten, antara lain asisten DP/AFD, asisten Teknik dan asisten Kelapa Sawit. Setiap asisten membawahi beberapa karyawan, karyawan tetap dan karyawan harian lepas.

Kondisi Umum Lokasi Penelitian

PT. Perkebunan Nusantara II mempunyai beberapa kebun untuk budidaya tebu, yaitu Tandem, Tandem Hilir, Bulu Cina, Klumpang, Klambir Lima, Tanjung Jati, Kuala Bingei, Sampali, Saentis, Helvetia, Batang Kuis, Pagar Merbau dan Bandar Kalipa.

Jenis tanaman yang dibudidayakan di Kebun Helvetia terdiri dari tanaman kelapa sawit, tebu dan tembakau. Kebun Helvetia adalah salah satu kebun tebu yang tetap dipertahankan keberadaannya disebabkan oleh faktor produksi yang dinilai masih tinggi guna menyeimbangkan produksi gula.


(39)

Lahan perkebunan tebu berada di daerah Helvetia yang berbatasan langsung dengan kota Medan. Luas lahan kebun Helvetia wilayah Helvetia saat ini adalah kurang lebih sebesar 1.128,35 Ha, termasuk areal yang digunakan untuk perumahan karyawan, kantor kebun dan lain-lain. Lahan kebun Helvetia berada di dua desa yaitu desa Manggala dan desa Helvetia. Kebun Helvetia berada di tengah dua sungai yaitu sungai Bederak dan sungai Deli. Di sebelah barat kebun Helvetia berbatasan dengan areal kebun Klumpang yang dipisahkan oleh sungai Bederak. Sebelah timur berbatasan dengan jalan raya Mary Land. Di sebelah utara kebun Helvetia berbatasan dengan daerah Anam Ratus. Sebelah selatan berbatasan dengan kawasan perumahan. Dahulu kawasan perumahan ini merupakan lahan kebun Helvetia yang sudah beralih fungsi.

Penebangan Tebu di Kebun Helvetia

PTP. Nusantara II Kebun Helvetia Wilayah Helvetia telah mengadakan ikatan kerja dengan pihak kedua yaitu CV. Citra Pratama dalam bidang pekerjaan tebang bersih/ikat yang dilaksanakan mulai dari tanggal 01 April s/d 30 Juni 2008.

Pihak kedua juga menyediakan tenaga kerja sesuai kebutuhan pihak PTP. Nusantara II Kebun Helvetia yang akan ditebang di Kebun Helvetia.

Penebangan tebu dilakukan oleh pekerja kontrakan (harian lepas) yang telah disediakan oleh pihak kedua. Para pekerja harian lepas akan melakukan tebangan pada blok yang telah dihunjuk oleh mandor kebun. Penebangan tebu dapat dilakukan apabila tebu sudah masak (cukup umur) yakni plant cane (PC)

telah berumur 12 bulan, R1 berumur 11 sampai 12 bulan dan R2 berumur 10 sampai 12 bulan, bersih dan segar. Pelaksanaan tebang dilakukan dengan sistem


(40)

Cut and Go” maksudnya adalah setelah tebu ditebang, tebu harus segera dimuat

ke truk dan langsung dibawa ke pabrik pengolahan tebu sei semayang.

Di kebun tebu Helvetia, penebangan dilakukan secara pandas yaitu

memotong pangkal tebu dengan parang sampai pandas/rata ke permukaan tanah (lebih kecil dari 5 cm diatas permukaan tanah). Kemudian batang tebu dibersihkan

dari klaras dan kotoran tebu. Setelah itu, dibuang pelepah dan segala kotoran pada tebu hingga tebu bersih lalu dipotong pucuk daun kurang lebih 5 daun dari pucuk

yang berwarna putih/pucat. Sedangkan tebu muda (sogolan) yang panjangnya 1.5 (satu setengah) meter harus dibuang.

Tebu yang telah dibersihkan, diikat pada tebu yang ditebang pada 2 tempat (pangkal dan pucuk), tiap ikat terdiri dari 20 batang tebu untuk memudahkan pekerja memuat tebu ke truk. Truk yang masuk ke kebun berada disisi jalan (kalau yang ditebang dekat jalan).

Harga borongan tebang bersih/ikat per ton tebu sebagai berikut:

Tebang bersih/ikat/ton = Rp 17.969,00

PPN 10 % = Rp 1.796,9

Jumlah = Rp 19.765,9

Pemuatan dan Pengangkutan Tebu di Kebun Helvetia

PTP. Nusantara II Kebun Helvetia Wilayah Helvetia juga melakukan perjanjian dengan pihak kedua yaitu CV. Citra Pratama dalam bidang barang dan jasa borongan untuk pekerjaan panggul/muat dan angkut tebu dari kebun tebu


(41)

Helvetia ke pabrik gula Sei Semayang diestimasikan kurang lebih 9192 ton yang dimulai dari tanggal 01 April 2008 sampai dengan 30 Juni 2008.

CV. Citra Pratama mempersiapkan truk angkut tebu beserta tenaga panggul/muat (seperti supir, kernet, armada angkutan) setiap harinya sesuai jumlah tonase yang dibutuhkan pihak PTP. Nusantara II Kebun Helvetia selama masa giling tahun 2008 berlangsung.

Adapun target harian panggul/muat dan angkut tebu dari kebun tebu

Helvetia ke pabrik gula Sei Semayang kurang lebih sebesar 153.2 ton/hari (target tebu/hari dapat berubah sesuai kondisi lapangan/pabrik yang akan diatur

oleh pihak PTP. Nusantara II Kebun Helvetia).

Adapun syarat-syarat panggul/muat dan angkut tebu adalah:

1. Truk angkut tebu harus dalam keadaan baik dan layak untuk dioperasikan. 2. Tebu yang diangkut harus segar, tidak kering/berjamur, bersih dari sogolan

dan klaras. Disusun rapi serta tidak dicacah/dicincang agar tidak berjatuhan/tercecer dalam perjalanan menuju pabrik.

3. Tebu dimuat ke dalam truk dengan cara disusun rapi dan diberi tajuk agar tebu tidak jatuh/tumpah sampai ke pabrik.

4. Jika tebu dimuat ke dalam truk dengan menggunakan alat bell cane loader,

tebunya harus ditumpuk dan tempatnya dibersihkan terlebih dahulu (setiap tumpukan kurang lebih sebesar 300 kg).


(42)

Tabel 3. Tarif panggul/muat dan angkut tebu per ton tebu

Uraian Pekerjaan Ke PGSS (Rp) Ke PGKM (Rp)

Panggul/Muat 9.260,9 9.260,9

Angkut Tebu 25.147,1 40.984,9

Jumlah 34.408 50.245,9

(Sumber : RKAP PTP. Nusantara II Kebun Helvetia)

CV. Citra Pratama harus bertanggung jawab pada target harian yang telah ditetapkan oleh PTP. Nusantara II Kebun Helvetia dan harus dipenuhi setiap hari agar pabrik tetap beroperasi, kecuali pabrik tidak giling karena Maintenance Day,

ataupun karena rusak.

Jika truk angkutan tebu rusak maka harus segera dicari penggantinya oleh pihak kedua agar target harian dapat dipenuhi serta tebu yang telah ditebang di lapangan dapat terangkut sehingga tidak kering/berjamur.

Semua ton tebu yang diangkut dengan truk dari kebun ke pabrik harus dalam keadaan baik dan apabila ada yang tumpah karena sesuatu hal baik di lokasi atau di jalan sewaktu menuju pabrik harus segera ditanggulangi sehingga tidak sampai menimbulkan kerugian produksi bagi PTP. Nusantara II Kebun Helvetia.

Analisis pengakutan tebu dilakukan dengan menggunakan data ton tebu yang diangkut selama 4 bulan mulai dari bulan Maret sampai dengan Mei pada tahun 2008. Grafik di bawah ini menyajikan jumlah ton tebu yang diangkut dengan truk umum BK plat hitam dan kuning.


(43)

0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000

Februari Maret April Mei

RKAP Realisasi

Gambar 4. Grafik hasil ton tebu yang diangkut

Grafik hasil ton tebu yang diangkut ini menunjukkan adanya fluktuasi tenaga kerja. Pada bulan Februari sampai April adalah bulan yang tidak menguntungkan bagi perusahaan karena tidak sesuai dengan yang diinginkan. Hal ini diakibatkan oleh ketersediaan tenaga kerja yang tidak banyak sehingga waktu mulai penebangan terhambat. Hal ini juga disebabkan oleh kondisi cuaca yang tidak mendukung aktivitas penebangan dan pengangkutan tebu. Cuaca yang buruk saperti hujan yang terus menerus menyebabkan jalan menuju kebun rusak. Akibatnya truk pengangkut tebu tidak dapat melalui jalan yang berlumpur dan digenangi air. Jembatan penghubung jalan yang satu dengan yang lain juga tidak baik karena hanya menggunakan beberapa batang pohon kelapa sawit yang disusun rapi secara horizontal. Apabila hujan turun pada saat panen, jalanan yang rusak mengakibatkan jembatan kayu tersebut masuk ke dalam tanah sehingga truk pengangkut tidak dapat melewatinya. Hal ini juga menghambat pengangkutan tebu.


(44)

Sedangkan pada bulan Mei adalah bulan yang menguntungkan untuk penebangan dan pengangkutan tebu karena jumlah tenaga kerja lebih banyak. Ketersediaan tenaga kerja yang banyak ini diperoleh dari kebun tebu lainnya yang telah siap masa penebangan tebu sehingga perusahaan dapat memperoleh jasa mereka pada saat penebangan. Dengan meningkatnya jumlah tenaga kerja ini, aktivitas pengangkutan pun semakin lancar sehingga jumlah ton tebu setiap harinya meningkat juga. Hal ini membuat perusahaan mendapatkan keuntungan.

Kebutuhan Sistem Transportasi Tebu

Kebutuhan merupakan sesuatu yang dibutuhkan oleh semua stakeholder

sistem transportasi tebu. Tahap analisis kebutuhan adalah langkah awal dari sebuah kajian mengenai sistem. Menurut Eriyatno (2003), analisis kebutuhan harus dilakukan secara hati-hati terutama dalam menentukan kebutuhan-kebutuhan dari semua orang dan institusi yang dapat dihubungkan dengan sistem yang telah ditentukan.

Semua stakeholder yang terkait dengan sistem transportasi tebu

mempunyai kebutuhan tersendiri yang muncul dari kepentingan masing-masing stakeholder terhadap sistem tersebut

Komponen pelaku sistem yang perlu diikutkan dalam analisis kebutuhan sistem adalah manajemen PTP. Nusantara II Kebun Helvetia sebagai pemilik sistem transportasi tebu di Helvetia dan masyarakat sekitar perkebunan.

Manajemen PTP. Nusantara II Kebun Helvetia mempunyai sejumlah kebutuhan yang harus dipenuhi terutama jika dihadapkan dengan visi dan misi


(45)

perusahaan sebagai perusahaan institusi bisnis yang ingin mendapatkan laba sebesar-besarnya dan membuka lapangan kerja seluas-luasnya bagi masyarakat sekitar. Kebutuhan yang dapat dideskripsikan adalah menyangkut keberadaan lahan, ketersediaan faktor produksi seperti tenaga kerja yang terampil, informasi-informasi penting untuk kegiatan transportasi, produktifitas tinggi dan kemudahan administratif dan birokratif.

Masyarakat adalah sekelompok orang yang berada dan menetap di sekitar perkebunan. Kebutuhan akan lapangan pekerjaan adalah hal yang terpenting untuk masyarakat sekitar. Keberadaan sistem diantara lingkaran mereka juga diharapkan akan berpengaruh pada peningkatan perekonomian melalui pembinaan mitra kerja dan pembangunan insfrastruktur bagi desa mereka.

Analisis kebutuhan para pelaku sistem transportasi tebu disajikan secara terperinci pada Tabel 4.

Tabel 4.Analisis kebutuhan para stakeholder

No Stakeholder Kebutuhan Stakeholder 1. Manajemen PTP. Nusantara II

Kebun Helvetia Wilayah Helvetia

1. Pengelolaan lahan di lapangan secara efektif 2. Faktor produksi yang mendukung aktivitas

produksi seperti tenaga kerja yang trampil dan alat-alat produksi

3. Informasi pendukung aktivitas produksi yang berasal dari Riset Pengembangan PG. Sei Simayang

4. Produktivitas tinggi

1. Keharmonisan dalam menjalin kerjasama 2. Kemudahan administratif atau birokratif

1. Penyediaan lapangan kerja 2. Pembangunan infrastruktur desa

2. CV. Citra Pratama


(46)

Ruang Lingkup Permasalahan Sistem

Permasalahan yang terjadi merupakan persoalan-persoalan yang timbul di dalam sistem dan harus diselesaikan. Ruang lingkup permasalahan dinyatakan dengan mengevaluasi keterbatasan sumber daya yang dimiliki oleh sistem atau adanya konflik kepentingan antar stakeholder sistem untuk mencapai tujuan

sistem.

Adapun ruang lingkup permasalahan utama yang terjadi pada sistem transportasi tebu meliputi:

1. Pengembangan kota

Lokasi perkebunan tembakau di Helvetia berada di kawasan yang berbatasan langsung dengan kota Medan. Daerah ini mulai berkembang, yang ditandai dengan banyaknya pembangunan dan merupakan lokasi yang padat serta sibuk. Masyarakat yang bekerja di kota Medan banyak mencari tempat tinggal di daerah pinggiran kota karena selain di daerah pusat kota sudah padat pemukimannya, berada di pinggiran kota akan dirasa lebih nyaman dan akses ke tempat bekerja juga masih dapat dilakukan dengan mudah.

Selain perkembangan penduduk, pertumbuhan, pertumbuhan industri juga terjadi di luar pusat kota. Banyak industri dibangun di luar pusat kota agar polusi yang dihasilkan dapat diminimalisir untuk mencemari kota, baik itu polusi udara, suara, air dan tanah.

Peningkatan jumlah penduduk dan pemukiman yang semakin tinggi ini pula yang menjadi salah satu faktor yang mengancam kelancaran pengangkutan


(47)

tebu. Ada beberapa faktor yang dipengaruhi oleh adanya pengembangan kota ini yang nantinya akan mempengaruhi kelancaran pengangkutan tebu, antara lain:

a. Semakin minimnya tenaga kerja

Tenaga kerja merupakan faktor produksi yang sangat penting keberadaannya karena tenaga kerja akan menentukan berjalan atau tidaknya suatu proses produksi. Bekerja pada penebangan dan pengangkutan tebu menjadi sesuatu hal yang tidak menarik bagi tenaga kerja usia produktif saat ini di daerah Helvetia. Hai ini muncul karena semakin banyak pilihan pekerjaan untuk mereka misalnya bekerja di pabrik-pabrik yang dirasa lebih meningkatkan kesajahteraan mereka.

b. Kemacetan lalu lintas

Dari waktu ke waktu, objek yang diangkut selalu bertambah, hal ini disebabkan terjadinya pertambahan penduduk, perkembangan wilayah, pertambahan pendapat/kesejahteraan dan pertambahan keinginan untuk melakukan perjalanan. Dengan adanya beban tersebut, pengangkutan tebu menjadi terhambat. Persoalan ini jelas akan menimbulkan akibat berantai yang rumit dan kompleks dalam pengangkutan tebu di antaranya:

1. Kemacetan (tundaan pengangkutan) 2. Kecelakaan


(48)

c. Peningkatan jumlah pengguna jalan

Pada umumnya orang melakukan perjalanan tidak hanya untuk bertamasya ke luar kota tetapi ke tempat tujuan yang berbeda-beda. Adapun tujuan perjalanan tersebut seperti pergi bekerja, sekolah, sosial, belanja dan lain-lain. Pengguna jalan melakukan perjalanan di sepanjang hari baik pada pagi hari, siang, tengah malam, hari libur dan seterusnya. Merekapun menggunakan kendaraan pribadi maupun kendaraan umum untuk ke tempat yang mereka inginkan. Keragaman pengguna jalan ke tempat tujuan mengakibatkan kondisi jalan dilalui sangat ramai sehingga orang semakin cenderung memilih naik kendaraan umum. Hal ini yang menyebabkan semakin banyaknya pengguna jalan yang melakukan perjalanan dengan menggunakan kendaraan umum.

d. Peningkatan harga BBM

Sejak lima tahun terakhir Indonesia mengalami penurunan produksi minyak nasional yang disebabkan menurunnya secara alamiah (natural decline)

cadangan minyak pada sumur-sumur yang berproduksi. Di lain pihak, pertambahan jumlah penduduk telah meningkatkan kebutuhan sarana transportasi dan aktivitas industri yang berakibat pada peningkatan kebutuhan dan konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) nasional. Besarnya ketergantungan Indonesia pada BBM impor semakin memberatkan pemerintah ketika harga minyak dunia terus meningkat. Ini berakibat pada penurunan konsumsi BBM yang cukup signifikan. Peningkatan harga BBM merupakan masalah yang dihadapi pihak kedua dan PTP. Nusantara II Kebun Helvetia sehingga ini menjadi pertimbangan perusahaan dalam masalah pengangkutan tebu.


(49)

2. Kondisi cuaca yang semakin sulit untuk diprediksi

Perubahan iklim secara global sudah menjadi isu yang mencemaskan belakangan ini. Hal itu disebabkan karena ulah manusia yang tidak memelihara lingkungan sehingga terjadi kerusakan dimana-mana yang akhirnya justru merugikan semua makhluk hidup di atas bumi ini.

Iklim merupakan faktor produksi yang seringkali dianggap sebagai kendala dalam proses pengangkutan. Sistem transportasi tebu menghendaki iklim yang tidak basah. Akan tetapi, variabel iklim yang semakin sulit untuk diprediksi adalah curah hujan yang sering kali mengganggu aktivitas pengangkutan. Iklim Sumatera Utara mempunyai curah hujan yang merata sepanjang tahun sehingga sulit untuk membedakan antara musim hujan dan musim kemarau.

Minimnya alat untuk menghitung curah hujan seringkali membuat prediksi yang dilakukan seringkali gagal. Sampai saat ini, alat yang digunakan untuk menghitung curah hujan oleh perusahaan masih dilakukan dengan sangat sederhana karena hanya menggunakan gelas ukur dan dicatat secara manual.

Dalam masa penebangan dan pengangkutan, apabila hujan terus menerus mengguyur lokasi perkebunan, hal ini akan menyebabkan para pekerja tidak dapat bekerja untuk memenuhi target harian. Sedangkan kondisi jalan masuk ke dalam kebun akan digenangi air dan akan berlumpur sehingga jalanan akan licin dan lembek. Kondisi jalan yang tidak baik ini akan menghambat pengangkutan tebu ke kebun.


(50)

Sistem Transportasi Tebu

Peranan transportasi sebagai penghubung suatu tempat ke tempat yang lain menjadi suatu permasalahan yang dihadapi oleh sistem transportasi tebu dirasakan semakin kompleks pada saat ini. Permasalahan angkutan tebu yang terpenting adalah bagaimana menyediakan jumlah tebu yang cukup untuk dapat digiling di pabrik setiap harinya karena kekurangan atau keterlambatan dapat mengakibatkan pabrik gula berhenti giling, hal ini dapat menyebabkan kerugian. Berbagai permasalahan yang terjadi ini memerlukan keberadaan sistem sehingga sangat membutuhkan analisi mendalam untuk pengambilan keputusan agar tetap menjaga kelangsungan produksi tebu.

Evaluasi Aspek

Identifikasi sistem transpotasi tebu meliputi pengevaluasian tiga aspek yang dianggap cukup penting, yaitu aspek sumber daya manusia, aspek teknis dan aspek sosial budaya dan ekonomi. Dalam tinjauan aspek sumber daya manusia, dijelaskan bahwa masih minimnya pengetahuan dan minat para pekerja terhadap tebu, menyebabkan kelancaran proses panen kurang sempurna. Aspek teknis menjelaskan tentang peralatan yang digunakan selama penebangan tebu dan pengangkutan tebu yang masih menggunakan alat penebangan dan truk biasa. Aspek sosial ekonomi pada kajian ini membahas tentang perubahan cara pandang masyarakat terhadap keberadaan sistem dan hubungan horizontal di dalam manajemen PTP. Nusantara II Kebun Helvetia Wilayah Helvetia serta pengukuran kesejahteraan ekonomi para tenaga kerja sistem.


(51)

Universitas

4%

SMU 16%

SLTP 36%

SD 44%

Aspek Sumber Daya Manusia

Tenaga kerja memegang peranan penting dalam sistem transportasi tebu. Peran tenaga kerja sebagai pekerja harian merupakan hal yang berat karena para pekerja harus mencapai target penebangan harian. Hal ini tidak lagi sesuai dengan usia pekerja yang tidak lagi produktif untuk melakukan pekerjaan berat seperti menebang tebu dan memanggul/memuat tebu.

Keinginan para pekerja untuk memahami tanaman tebu secara menyeluruh masih belum dapat dicapai karena secara umum para pekerja tamatan sekolah dasar (SD). Hal ini menyebabkan minimnya minat para pekerja untuk mengetahui seluk beluk tentang tanaman tebu.

Gambar 5. Frekuensi pendidikan terakhir para pekerja

Adapun ketertarikan para pekerja untuk melakukan pekerjaan sebagai penebang dan pemuat tebu di PTP. Nusantara II Kebun Helvetia adalah sekedar untuk menyambung hidup dan mendapatkan gaji yang cukup/lumayan untuk menghidupi sekeluarga. Hal ini senantiasa bukan untuk meningkatkan pendapatan keluarga melainkan hanya untuk dapat melanjutkan kehidupan.


(52)

43%

29% 13%

15% Sekerdar menyambung hidup

Gaji yang lumayan

Pandangan masyarakat sekitar

Tidak ada komentar

Gambar 6. Frekuensi keinginan pekerja melakukan pekerjaan

Aspek Teknis

Saat yang tepat untuk memanen atau menebang tebu adalah pada tingkat kemasakan yang maksimal. Penebangan tebu di PTP. Nusantara II Kebun Helvetia masih menggunakan tenaga manusia yaitu para pekerja harian. Adapun penebangan yang dilakukan para pekerja masih menggunakan alat sederhana seperti sabit (arit). Hal ini akan menyebabkan proses penebangan yang relatif lama sehingga hasil tebangan tidak sesuai dengan target harian.

Setelah penebangan tebu dilakukan, batang tebu hasil tebangan harus segera dimuat ke dalam truk untuk diantar ke pabrik penggilingan tebu. Pemuatan batang tebu ke dalam truk di PTP. Nusantara II Kebun Helvetia masih menggunakan tenaga manusia. Apabila pemuatan batang tebu terlalu lama, ini akan menyebabkan kerusakan pada tebu, karena tebu yang sudah dipotong-potong, bila tidak segera digiling mempunyai peluang lebih besar terkontaminasi oleh jasad renik. Hal ini pun akan merugikan perusahaan dan pabrik giling.


(53)

Pemuatan batang tebu ke dalam truk di PTP. Nusantara II Kebun Helvetia jarang menggunakan alat bell cane loader. Hal ini disebabkan karena luas areal

kebun Helvetia yang relatif kecil yaitu 226.1 Ha. Selain itu, alat pemuat tebu yaitu bell cane loader pun kurang karena areal penebangan tebu relatif kecil. Hal ini

menjadi penghambat proses pengangkutan tebu karena jarak waktu antara penebangan dan penggilingan hendaknya tidak lebih dari 24 jam. Oleh karena itu, penebangan maupun pemuatan yang masih menggunakan tenaga manusia hendaknya juga menggunakan alat pemuat bell cane loader.

Aspek Sosial Ekonomi Sistem Transportasi Tebu

Keberadaan sistem transportasi tebu telah diketahui membawa banyak perubahan aspek sosial ekonomi bagi seluruh stakeholder. Takaran ekonomi

adalah kriteria utama untuk mengukur kesejahteraan suatu kelompok masyarakat. Sedangkan pendekatan sistem dengan aspek sosialnya adalah evaluasi hubungan horizontal sistem dengan seluruh stakeholder sistem guna mencapai tujuan yang

telah ditetapkan.

Perubahan cara pandang masyarakat terhadap keberadaan sistem transportasi tebu dirasakan berdampak terhadap:

1. Pergeseran budaya masyarakat sekitar yang pada awalnya adalah budaya tani berkembang menuju budaya perkotaan yang didominasi oleh budaya modern. 2. Pemikiran untuk bekerja di dalam sistem transportasi tebu menjadi tidak

menarik.

3. Keinginan masyarakat sekitar untuk bekerja di dalam sistem karena tidak adanya harapan menjadi bagian yang tetap dalam manajemen dikarenakan


(54)

< 20 tahun 0%

21-40 tahun 37% 41-50 tahun

58% > 50 tahun

5%

adanya kebijaksanaan pengunaan tenaga kerja honorer/harian. Selain itu, insentif pengupahan juga menjadi tidak menarik bagi masyarakat sekitar karena banyak berkembangnya jenis pekerjaan lainnya yang dianggap lebih menarik sistem pengupahannya.

Dilain pihak, sistem transportasi tebu sangat tergantung pada keberadaan tenaga kerja. Hal ini tampak pada aktivitas yang masih tergantung pada sumbangan tenaga kerja harian. Aktivitas penebangan, pemuatan dan pengangkutan merupakan contoh bagian yang banyak menyerap tenaga kerja harian tersebut. Aktivitas-aktivitas ini selain sangat menentukan produktifitas juga menentukan kelangsungan mutu produk.

Survei terhadap para pekerja sistem transportasi tebu pada penelitian ini menunjukkan bahwa pada saat sekarang ini bekerja di perkebunan tebu menjadi hal yang tidak begitu menarik bagi tenaga kerja usia produktif yang berasal dari sekitar kebun. Hal ini tampak dari hasil sampling yang dilakukan terhadap pekerja sistem transportasi tebu. Sebanyak 58 % pekerja yang menjadi responden adalah pekerja yang berumur 41-50 tahun yang artinya adalah kebanyak dari jumlah pekerja merupakan sudah hampir memasuki usia yang tidak produktif lagi.


(55)

< 10 hari 64% 10-20 hari

21% 20-s ebulannya

15%

< 10 hari 64% 10-20 hari

21% 20-s ebulannya

15%

Minimnya ketertarikan tenaga kerja usia produktif, selain disebabkan akibat berkembangnya daerah sekitar Helvetia, juga dkarenakan minimnya upah bekerja di perkebunan tebu. Hal ini tampak dari 64 % responden pekerja yang mengatakan bahwa upah bekerja mereka minim, dan 15 % mengatakan bahwa upah tersebut hanya dapat mencukupi kebutuhan selama 20 hari sampai 1 bulan.

Gambar 8. Frekuensi pendapat kerja tentang gaji yang diberikan

Pola kerja di sistem transportasi tebu ini tak banyak berbeda dengan pekerjaan di luar sistem. Para pekerja melakukan pekerjaan selama 8 jam, dengan kondisi pekerjaan sedang. Kondisi pekerjaan yang cukup berat tampak pada bagian penebangan karena terkadang pekerjaan harus dilakukan secara lembur untuk mengejar target dan juga pada pengangkutan tebu yang membutuhkan ketepatan waktu agar kualitas tebu tetap terjaga.

Penyusunan Diagram Kotak Hitam (Blackbox Diagram)

Perancangan diagram kotak hitam akan dibagi menjadi beberapa variabel yaitu input, parameter rancangan sistem, dan output.


(56)

Input merupakan masukan yang diberikan pada sistem transportasi tebu untuk mengubah sumber daya dan menambah kegunaan. Variabel input ini terdiri atas tiga jenis yaitu input terkendali, input tidak terkendali dan input lingkungan.

Menurut Eriyatno (2003), input yang terkendali dapat divariasikan selama operasi untuk melakukan perilaku sistem yang sesuai dengan yang diharapkan. Begitu juga halnya dengan input tak terkendali, perwujudan input dapat meliputi barang, tenaga, modal dan informasi.

Input yang terkendali meliputi jumlah tenaga kerja, perencanaan dan biaya produksi, teknologi proses dan peralatan kerja serta jumlah sarana transportasi.

Input yang tidak terkendali terdiri atas pemukiman penduduk, cuaca dan kondisi/fisik jalan serta jumlah panen.

Input lingkungan merupakan input yang berasal dari luar sistem. Keberadaan input ini dapat mempengaruhi sistem akan tetapi sistem itu sendiri tidak dapat mempengaruhinya. Faktor lingkungan yaitu rencana pengembangan kota yang merupakan input lingkungan yang paling banyak memberikan dampak pada sistem.

Variabel penyusun diagram kotak hitam selanjutnya adalah parameter rancangan sistem. Seperti yang diungkapkan oleh Eriyatno (2003) bahwa parameter rancangan sistem adalah parameter-parameter yang mempengaruhi input sampai menjadi (transformasi) output. Tiap-tiap sistem mempunyai parameter rancangan tersendiri yang dapat berupa lokasi fisik, ukuran dari sistem dan komponennya, ukuran fisik dari sistem, serta jumlah dan tipe tiap komponen


(57)

dan sistem. Parameter ini cenderung konstan karena tidak dapat diubah tanpa adanya pengganti sumber daya.

Parameter rancangan yang paling utama adalah standar kuantitas dan kualitas pengangkutan. Adapun standar kuantitas dan kualitas dari sistem transportasi tebu adalah:

a. Aman, tebu yang diangkut harus aman selama proses perpindahan tempat dari kebun menuju pabrik sehingga keadaan tebu tetap utuh sesampainya di pabrik. b. Cepat, tebu yang diangkut menuju pabrik harus sesuai dengan batasan waktu

yang telah ditetapkan sehingga pabrik dapat siap sedia tempat untuk menampungnya.

c. Lancar, selama pengangkutan tebu, supir truk harus benar-benar

memperhatikan jalur jalan yang dilalui sehingga tidak akan mengalami kecelakaan selama perjalanan menuju pabrik.

d. Nyaman, tebu yang diangkut harus terjaga keutuhannya dan supir truk harus merasa nyaman selama mengangkut tebu.

Parameter selanjutnya adalah waktu dan jarak pengangkutan. Seperti yang kita ketahui bahwa apabila suatu ruas jalan sudah macet, pemakai jalan akan memilih ruas jalan yang tingkat kemacetannya rendah serta mempertimbangkan jarak terpendek dan waktu tersingkat untuk sampai pada tujuan. Dalam pengangkutan tebu ini diperlukan jarak terpendek dan waktu yang tersingkat untuk dapat menjaga keutuhan tebu. Hal ini tidak dapat dilakukan setiap harinya karena pada kenyataannya waktu tempuh dan jarak sesungguhnya dalam kejadian sehari-hari di lapangan sering dijumpai tidak selalu sebanding. Ini disebabkan


(58)

oleh adanya jarak yang panjang, waktu tempuhnya cepat, tetapi ada pula jarak yang pendek justru sebaliknya (waktu tempuhnya lama). Penyebabnya terletak pada kondisi ruas jalan atau rute yang dilewati padat atau macet, ruas jalannya jelek (permukaan jalan berlubang-lubang, jalan pasir berbatu kerikil). Hal ini yang menghambat ketepatan waktu pengangkutan tebu untuk sampai ke pabrik.

Proses transformasi input dengan parameter rancangan sistem akan menghasilkan output. Output ataupun keluaran proses akan dibagi menjadi dua yaitu output yang dikehendaki dan tidak dikehendaki. Output yang dikehendaki diidentifikasi sebagai ketepatan waktu pengangkutan yang diharapkan akan meningkatkan jumlah tebu. Penyediaan lapangan kerja semakin terbuka untuk masyarakat sekitarnya. Setidaknya perolehan laba yang sebesar-besarnya bagi perusahaan sehingga laba yang diperoleh dapat digunakan untuk pinjaman pengembangan usaha mitra yang terangkum dalam program mitra kerja dan bina lingkungan.

Output yang dikehendaki adalah hasil sampingan atau beberapa karakteristik yang dapat diukur. Output tidak dikehendaki adalah kenaikan biaya produksi dan kenaikan harga BBM akan mengakibatkan kerugian bagi perusahaan dan juga penutupan perkebunan tebu yang akan terganti dengan jenis tebu lainnya.

Pengendalian hasil keluaran agar tetap seperti yang telah direncanakan memerlukan suatu manajemen pengendalian dan pengawasan pengangkutan yang

berfungsi sebagai umpan balik. Tujuan dari umpan balik menurut Simatupang (1995) adalah kontrol. Kontrol dinyatakan sebagai fungsi sistem yang


(59)

Sistem umpan balik yang terjadi dapat berupa sistem umpan balik positif maupun sistem umpan balik negatif. Sistem umpan balik positif menciptakan proses pertumbuhan yang menimbulkan kejadian berikutnya yang semakin besar. Sedangkan sistem umpan balik negatif selalu menunjukkan respon yang berlawanan (sebaliknya) dari kejadian atau tindakan yang terjadi.


(60)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Stakeholder yang diikutkan dalam analisis kebutuhan terdiri atas pihak

manajemen PTP. Nusantara II Kebun Helvetia, CV. Citra Pratama dan masyarakat sekitar perkebunan.

2. Ruang lingkup permasalahan sistem transportasi tebu yang diidentifikasi terdiri atas adanya pengembangan kota yang terus mengurangi ketersediaan faktor produksi di kawasan Helvetia dan faktor iklim yang semakin sulit diprediksi.

3. Kondisi ruas jalan yang jelek serta kemacetan lalu lintas senantiasi menghambat pengangkutan tebu dengan tepat waktu.

4. Pertumbuhan industri baru di sekitar kawasan perkebunan Helvetia dengan penggunaan teknologi modern menjadi salah satu faktor penarik bagi tenaga kerja usia produktif untuk bekerja diluar sistem transportasi tebu.

5. Diagram kotak hitam disusun dengan 3 variabel yaitu input, parameter

rancangan sistem dan output. Input yang diubah adalah jumlah tenaga kerja, perencanaan dan biaya produksi, teknologi proses dan peralatan kerja serta jumlah sarana transportasi. Sedangkan parameter rancangan sistem adalah standar kuantitas dan kualitas pengangkutan dan waktu dan jarak pengangkutan. Untuk output yang diinginkan adalah ketepatan waktu pengangkutan, penyediaan lapangan kerja, perolehan laba yang sebesar-besarnya bagi perusahaan dan output yang tidak diingikan adalah hal-hal yang berhubungan dengan berhentinya proses produksi.


(61)

Saran

1. Kondisi lingkungan sangat berpengaruh bagi kelangsungan pengangkutan

tebu. Perbaikan kondisi jalan dan jembatan di kebun sangat dianjurkan, hal ini dapat dilakukan dengan penimbunan jalan dengan batu ataupun diaspal, dan jembatan hendaknya dibeton agar jalur pengangkutan berjalan lancar.

2. Tenaga kerja adalah faktor produksi yang sangat penting diperhatikan, perbaikan sistem pengupahan dan pengangkatan tenaga kerja honorer menjadi tenaga kerja tetap diharapkan mampu menarik tenaga kerja baru untuk bekerja di sistem transportasi tebu.


(62)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, 2002, Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

Budihardjo, Eko, 1995, Pendekatan Sistem dalam Tata Ruang dan Pembangunan Daerah untuk Meningkatkan Ketahanan Nasional. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Dinas Perkebunan, 2004. Teknologi Peningkatan Produktivitas Tebu Rakyat dan Pengenalan Varietas Unggul Harapan di Sumatera Utara. Proyek Pengembangan Pangan Areal Perkebunan Sumatera Utara. Medan. Eriyatno, 2003, Ilmu Sistem (Meningkatkan Mutu dan Efektivitas Manajemen).

IPB Press, Bogor.

Gunadarma, 2000, Pengembangan Sistem Informasi.

Jogiyanto, 2001, Analisis dan Desain Sistem Informasi: Pendekatan Terstruktur Teori dan Praktek Aplikasi Bisnis. Andi Offset, Yogyakarta.

Kamaluddin, Rustian, 2003, Ekonomi Transportasi. Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta.

Khisty, C.J. and J. Mohammadi, 2001, Fundamentals of System Engineering. Prentice Hall, Upper Saddle River, NJ.

Khisty, C.J. dan B.K. Lall, 2005, Dasar-dasar Rekayasa Transportasi. Ahli Bahasa: Fidel Miro. Penerbit Erlangga, Jakarta.

KPPBUMN, 2007. Seleksi Pengawasan dan Konsultasi 4.Daur Kehidupan Tebu. hhtp://www.kppbumn.depkeu.go.id/industrial-profile/PK4/profil % 20 Tebu-1-files/page0011.html.

Miro, Fidel, 2005, Perencanaan Transportasi untuk Mahasiswa, Perencana, dan Praktisi. Penerbit Erlangga, Jakarta.

Morlok, Edward K., 1991, Pengantar Teknik dan Perencanaan Transportasi. Ahli Bahasa: Ir. Johan Kelanaputra Hainim. Penerbit Erlangga, Jakarta.

Mubyarto dan Daryanti, 1991, Gula Kajian Sosial –Ekonomi. Penerbit Aditya, Yogyakarta.

Mulyono, Sri, 2004, Riset Operasional. Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.


(63)

Nasution, M Nur, 2004, Manajemen Transportasi. Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta.

Notojoewono, R.A.W., 1970, Tebu. PT. Soeroengan, Jakarta.

Salim, H.A.A., 2000, Manajemen Transportasi. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Simatupang, T.M., 1995, Teori Sistem, Suatu Perspektif Teknik Industri. Andi Offset, Yogyakarta.

Tunas, B. 2007. Memahani dan Memecahkan Masalah dengan Pendekatan Sistem. Rakasta Samasta. Jakarta.

Vaza, Herry, 2007, Sistem dan Teknologi Konstruksi. http://www.pu.go.id/bapekin/Mutu/default_referensi.htm.

Wikipedia, 2007. Tebu-Ensiklopedia Bebas Berbahasa Indonesia. http://id.wikipedia.org/wiki/tebu.

Whitten, J.L, L.D Bentley and K.C Dittman, 2004. Metode Desain dan Analisis Sistem. Edisi 6. Penerjemah: Tim Penerjemah ANDI. Penerbit ANDI dan McGraw-Hill Education. Yogyakarta.


(1)

oleh adanya jarak yang panjang, waktu tempuhnya cepat, tetapi ada pula jarak yang pendek justru sebaliknya (waktu tempuhnya lama). Penyebabnya terletak pada kondisi ruas jalan atau rute yang dilewati padat atau macet, ruas jalannya jelek (permukaan jalan berlubang-lubang, jalan pasir berbatu kerikil). Hal ini yang menghambat ketepatan waktu pengangkutan tebu untuk sampai ke pabrik.

Proses transformasi input dengan parameter rancangan sistem akan menghasilkan output. Output ataupun keluaran proses akan dibagi menjadi dua yaitu output yang dikehendaki dan tidak dikehendaki. Output yang dikehendaki diidentifikasi sebagai ketepatan waktu pengangkutan yang diharapkan akan meningkatkan jumlah tebu. Penyediaan lapangan kerja semakin terbuka untuk masyarakat sekitarnya. Setidaknya perolehan laba yang sebesar-besarnya bagi perusahaan sehingga laba yang diperoleh dapat digunakan untuk pinjaman pengembangan usaha mitra yang terangkum dalam program mitra kerja dan bina lingkungan.

Output yang dikehendaki adalah hasil sampingan atau beberapa karakteristik yang dapat diukur. Output tidak dikehendaki adalah kenaikan biaya produksi dan kenaikan harga BBM akan mengakibatkan kerugian bagi perusahaan dan juga penutupan perkebunan tebu yang akan terganti dengan jenis tebu lainnya. Pengendalian hasil keluaran agar tetap seperti yang telah direncanakan memerlukan suatu manajemen pengendalian dan pengawasan pengangkutan yang

berfungsi sebagai umpan balik. Tujuan dari umpan balik menurut Simatupang (1995) adalah kontrol. Kontrol dinyatakan sebagai fungsi sistem yang


(2)

Sistem umpan balik yang terjadi dapat berupa sistem umpan balik positif maupun sistem umpan balik negatif. Sistem umpan balik positif menciptakan proses pertumbuhan yang menimbulkan kejadian berikutnya yang semakin besar. Sedangkan sistem umpan balik negatif selalu menunjukkan respon yang berlawanan (sebaliknya) dari kejadian atau tindakan yang terjadi.


(3)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Stakeholder yang diikutkan dalam analisis kebutuhan terdiri atas pihak

manajemen PTP. Nusantara II Kebun Helvetia, CV. Citra Pratama dan masyarakat sekitar perkebunan.

2. Ruang lingkup permasalahan sistem transportasi tebu yang diidentifikasi terdiri atas adanya pengembangan kota yang terus mengurangi ketersediaan faktor produksi di kawasan Helvetia dan faktor iklim yang semakin sulit diprediksi.

3. Kondisi ruas jalan yang jelek serta kemacetan lalu lintas senantiasi menghambat pengangkutan tebu dengan tepat waktu.

4. Pertumbuhan industri baru di sekitar kawasan perkebunan Helvetia dengan penggunaan teknologi modern menjadi salah satu faktor penarik bagi tenaga kerja usia produktif untuk bekerja diluar sistem transportasi tebu.

5. Diagram kotak hitam disusun dengan 3 variabel yaitu input, parameter rancangan sistem dan output. Input yang diubah adalah jumlah tenaga kerja, perencanaan dan biaya produksi, teknologi proses dan peralatan kerja serta jumlah sarana transportasi. Sedangkan parameter rancangan sistem adalah standar kuantitas dan kualitas pengangkutan dan waktu dan jarak pengangkutan. Untuk output yang diinginkan adalah ketepatan waktu pengangkutan, penyediaan lapangan kerja, perolehan laba yang sebesar-besarnya bagi perusahaan dan output yang tidak diingikan adalah hal-hal yang berhubungan dengan berhentinya proses produksi.


(4)

Saran

1. Kondisi lingkungan sangat berpengaruh bagi kelangsungan pengangkutan tebu. Perbaikan kondisi jalan dan jembatan di kebun sangat dianjurkan, hal ini dapat dilakukan dengan penimbunan jalan dengan batu ataupun diaspal, dan jembatan hendaknya dibeton agar jalur pengangkutan berjalan lancar.

2. Tenaga kerja adalah faktor produksi yang sangat penting diperhatikan, perbaikan sistem pengupahan dan pengangkatan tenaga kerja honorer menjadi tenaga kerja tetap diharapkan mampu menarik tenaga kerja baru untuk bekerja di sistem transportasi tebu.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, 2002, Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

Budihardjo, Eko, 1995, Pendekatan Sistem dalam Tata Ruang dan Pembangunan Daerah untuk Meningkatkan Ketahanan Nasional. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Dinas Perkebunan, 2004. Teknologi Peningkatan Produktivitas Tebu Rakyat dan Pengenalan Varietas Unggul Harapan di Sumatera Utara. Proyek Pengembangan Pangan Areal Perkebunan Sumatera Utara. Medan. Eriyatno, 2003, Ilmu Sistem (Meningkatkan Mutu dan Efektivitas Manajemen).

IPB Press, Bogor.

Gunadarma, 2000, Pengembangan Sistem Informasi.

Jogiyanto, 2001, Analisis dan Desain Sistem Informasi: Pendekatan Terstruktur Teori dan Praktek Aplikasi Bisnis. Andi Offset, Yogyakarta.

Kamaluddin, Rustian, 2003, Ekonomi Transportasi. Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta.

Khisty, C.J. and J. Mohammadi, 2001, Fundamentals of System Engineering. Prentice Hall, Upper Saddle River, NJ.

Khisty, C.J. dan B.K. Lall, 2005, Dasar-dasar Rekayasa Transportasi. Ahli Bahasa: Fidel Miro. Penerbit Erlangga, Jakarta.

KPPBUMN, 2007. Seleksi Pengawasan dan Konsultasi 4.Daur Kehidupan Tebu. hhtp://www.kppbumn.depkeu.go.id/industrial-profile/PK4/profil % 20 Tebu-1-files/page0011.html.

Miro, Fidel, 2005, Perencanaan Transportasi untuk Mahasiswa, Perencana, dan Praktisi. Penerbit Erlangga, Jakarta.

Morlok, Edward K., 1991, Pengantar Teknik dan Perencanaan Transportasi. Ahli Bahasa: Ir. Johan Kelanaputra Hainim. Penerbit Erlangga, Jakarta.

Mubyarto dan Daryanti, 1991, Gula Kajian Sosial –Ekonomi. Penerbit Aditya, Yogyakarta.

Mulyono, Sri, 2004, Riset Operasional. Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.


(6)

Nasution, M Nur, 2004, Manajemen Transportasi. Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta.

Notojoewono, R.A.W., 1970, Tebu. PT. Soeroengan, Jakarta.

Salim, H.A.A., 2000, Manajemen Transportasi. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Simatupang, T.M., 1995, Teori Sistem, Suatu Perspektif Teknik Industri. Andi Offset, Yogyakarta.

Tunas, B. 2007. Memahani dan Memecahkan Masalah dengan Pendekatan Sistem. Rakasta Samasta. Jakarta.

Vaza, Herry, 2007, Sistem dan Teknologi Konstruksi. http://www.pu.go.id/bapekin/Mutu/default_referensi.htm.

Wikipedia, 2007. Tebu-Ensiklopedia Bebas Berbahasa Indonesia. http://id.wikipedia.org/wiki/tebu.

Whitten, J.L, L.D Bentley and K.C Dittman, 2004. Metode Desain dan Analisis Sistem. Edisi 6. Penerjemah: Tim Penerjemah ANDI. Penerbit ANDI dan McGraw-Hill Education. Yogyakarta.