Study on the implementation of the academic programme of empowerment-based sustainable management of coastal communities for Milkfish Aquaculture in the coastal district of Karawang

KAJIAN PELAKSANAAN PROGRAM
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PESISIR BERBASIS
PENGELOLAAN BERKELANJUTAN PADA BUDIDAYA
BANDENG
DI PESISIR KARAWANG

DICKY RACHMANZAH

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
i

ii

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Kajian Pelaksanaan
Program Pemberdayaan Masyarakat Pesisir Berbasis Pengelolaan Berkelanjutan
pada Budidaya Bandeng di Pesisir Karawang adalah benar karya saya dengan

arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Maret 2014
Dicky Rachmanzah
C252100174

iii

iv

RINGKASAN
DICKY RACHMANZAH. Kajian Pelaksanaan Program Pemberdayaan
Masyarakat Pesisir Berbasis Pengelolaan Berkelanjutan pada Budidaya
Bandeng di Pesisir Kabupaten Karawang. Dibimbing oleh BAMBANG
WIDIGDO dan YUSLI WARDIATNO.

Agar program pemberdayaan masyarakat di pesisir Kabupaten Karawang
dapat dievaluasi capaiannya, sehingga program dapat berlanjut dan terlaksana
secara efektif dalam mencapai tujuannya, maka diperlukan suatu kajian akademis
mengenai pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat pesisir berbasis
pengelolaan berkelanjutan. Penelitian ini bertujuan untuk:1) menilai kesesuaian
pelaksanaan dan capaian tujuan program penberdayaan melalui penilaian Indeks
Pelaksanaan Program dan Indeks Pencapaian Tujuan, 2) mengidentifikasi
pengaruh variabel pelaksanaan sebagaimana disebutkan dalam pedoman
pemberdayaan terhadap tujuan program pemberdayaan dalam dimensi ekologis,
ekonomi, dan sosial, serta 3) merumuskan strategi perbaikan yang perlu dilakukan
sehingga pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat pesisir dapat terlaksana
dan berlanjut secara efektif.
Hasil kajian menunjukkan bahwa: 1) Indeks Pelaksanaan Program adalah
sebesar 2,42 dengan kategori Baik. Indikator yang memerlukan upaya perbaikan
yaitu indikator ketepatan waktu penyaluran bantuan, 2) Indeks Pencapaian Tujuan
sebesar 2,14 dengan kategori Cukup. Indikator capaian tujuan peningkatan
kualitas lingkungan dan peningkatan kelembagaan kelompok memerlukan upaya
perbaikan guna pencapaian kategori yang lebih baik, 3) Keseluruhan variabel
pelaksanaan tidak berpengaruh terhadap capaian tujuan dalam dimensi ekologis
berupa peningkatan kualitas lingkungan, 4) Terhadap pencapaian tujuan dalam

dimensi ekonomi berupa peningkatan produksi budidaya, variabel ketepatan
waktu penyaluran, kecukupan jumlah bantuan, dan aktivitas pendampingan
berpengaruh positif, sedangkan variabel kejadian kekeringan berpengaruh negatif,
dan 4) Untuk pencapaian tujuan dalam dimensi sosial, hanya variabel aktivitas
pendampingan yang berpengaruh signifikan terhadap peningkatan kelembagaan
kelompok.
Dengan memperhatikan hasil analisis, beberapa opsi kebijakan yang perlu
dilakukan oleh KKP yaitu: 1) peningkatkan capaian tujuan dalam dimensi
ekologis, berupa peningkatan kualitas lingkungan melalui pemberian intensif bagi
pembudidaya yang memiliki sertifikat CBIB, 2) penyesuaian waktu penyaluran
bantuan dengan musim tanam untuk meningkatkan efektifitas capaian tujuan
dalam dimensi ekonomi, berupa peningkatan produksi, dan 3) peningkatan
dukungan terhadap aktivitas pendampingan oleh tenaga penyuluh, untuk
meningkatkan capaian tujuan dalam dimensi sosial, berupa peningkatan
kelembagaan kelompok.
Kata kunci : mangrove, bandeng, budidaya, karawang, pemberdayaan.

v

vi


SUMMARY
DICKY RACHMANZAH. Study on the implementation of the academic
programme of empowerment-based sustainable management of coastal
communities for Milkfish Aquaculture in the coastal district of Karawang.
Supervised by BAMBANG WIDIGDO and YUSLI WARDIATNO.
In order to evaluate the accomplishment of community
empowerment program in the coastal district of Karawang, so the program
can continue and be implemented effectively in achieving its goal, then
needed a study on the implementation of the academic programme of
empowerment-based sustainable management of coastal communities. This
study aims to: 1) assess the suitability of the empowerment program
implementation and goals through the introduction of programs
implementation indexes and achievement of goals indexes, 2) identify
influences of enforcement variable mentioned in empowerment guidelines
against goals of empowerment programs, the objectives in the form of
ecology, economic, and social dimensions, and 3) formulate strategy that
needs to be done so the program can continue and be implemented
effectively in achieving its goal.
The result of studies have shown that:1) Program Implementation

Index that states conformance level of coastal community empowerment
program is worth 2.42 with the Good category. Performance indicators that
require improvement efforts in order to achieve a better category, ie
punctuality indicators of aid distribution, 2) Achievement Index that states
the level of achievement goals of empowerment program is worth 2.14 with
enough categories. Improving the quality of the environment and increased
institutional groups indicators in the category of quite and require attention
and improvement efforts in order to achieve a better category, 3) all of
implementation variable hasn’t effect against the objectives in the form of
ecology, 4) against the objectives in the form of economic,variable aid
delivery timeliness,adequacy of the amount of aid, and mentoring activity
has a positive effect, while the incidence of drought has negative impact,
and 5) against the objectives in the form of social, only mentoring activities
has a positive effect.
By considering the results of the analysis,some policy options that
need to be done by KKP are: 1) improvement of objectives in the form of
ecology objectives through the provision of intensive to the farmers who are
certified CBIB, 2) timing adjustment aid to the cultivation season to increase
the effectiveness of objectives in the form of economic; and 3) Improved
support for mentoring activities, to increase the objectives in the form of

social.
Keywords : aquaculture, empowerment, karawang, milkfish.

vii

viii

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis
dalam bentuk laporan apa pun tanpa izin IPB

ix

x


KAJIAN PELAKSANAAN PROGRAM PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT PESISIR BERBASIS PENGELOLAAN
BERKELANJUTAN PADA BUDIDAYA BANDENG
DI PESISIR KARAWANG

DICKY RACHMANZAH

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
xi

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr. Ir. Achmad Fahrudin, M.Si.


Penguji Program Studi

: Prof. Dr. Ir. Mennofatria Boer, DEA

xii

Judul Tesis : Kajian Pelaksanaan Program Pemberdayaan Masyarakat Pesisir
Berbasis Pengelolaan Berkelanjutan pada Budidaya Bandeng di
Pesisir Karawang
Nama
: Dicky Rachmanzah
NIM
: C252100174

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Bambang Widigdo
Ketua


Dr. Ir. Yusli Wardiatno, M.Sc
Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi
Pengelolaan Sumberdaya
Pesisir dan Lautan

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr. Ir. Dahrul Syah, MSc.Agr
Dr. Ir. Luky Adrianto, M.Sc

Tanggal Ujian: 14 Desember 2013

Tanggal Lulus:

xiii


Judul Tesis : Kajian Pelaksanaan Program Pemberdayaan Masyarakat Pesisir
Berbasis Pengelolaan Berkelanjutan pad a Budidaya Bandeng di
Pesisir Karawan g
: Dicky Rachman za h
Nama
: C252JOOl74
N1M

Disetujui oJeh
Komisi Pembimbing

\

LM

'II .

セ@


.
Of. If. Yusli War ·atno M.Sc
Anggota

Dr. If. Bambang Widigdo

Ketua

Di ketahui oleh

Ketua Program Studi
PengelolaCin Sumberdaya
Pes isi r dan Lautan

Dr. If. Luky Adrianto, M.Sc

Tanggal Ujian: 14 Desember 2013

Tanggal Lulus:

xiii

.

J3

MAR 2014

xiv

PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala
karunia-Nya sehingga penulisan tesis ini berhasil diselesaikan. Penelitian yang
berjudul Kajian Pelaksanaan Program Pemberdayaan Masyarakat Pesisir Berbasis
Pengelolaan Berkelanjutan Pada Budidaya Bandeng di Pesisir Karawang ini
dibuat sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada
Program Studi Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Lautan, Sekolah
Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Penulisan ini kiranya tidak dapat terselesaikan tanpa bantuan dan dorongan
dari beberapa pihak, oleh karena itu melalui prakata ini penulis menyampaikan
ucapan terima kasih yang setulusnya kepada:
1. Dr.Ir. Bambang Widigdo dan Dr. Ir. Yusli Wardiatno, M.Sc selaku
pembimbing pembimbing yang tidak pernah bosan untuk memberikan
dorongan, bimbingan dan arahan selama berlangsungnya penelitian dan
penulisan tesis ini.
2. Prof. Dr. Ir. Mennofatria Boer selaku penguji program studi dan
Dr. Ir. Achmad Fahrudin, M.Si. selaku penguji luar komisi, atas kritik dan
masukan yang memperkaya penulisan tesis ini.
3. Dr. Siti Hajar Suryawati, koordinator peneliti pada Balai Besar Riset Sosial
Ekonomi KP, dan segenap Redaksi Pelaksana serta Mitra Bestari pada Jurnal
Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan atas reviu yang diberikan.
4. Drs. H. Yayat Supriatna selaku Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan
Kabupaten Karawang dan Kemal, S.St.Pi selaku Penyuluh Perikanan Berbasis
Masyarakat yang telah mendampingi dan banyak memberikan informasi
implementasi program pemberdayaan masyarakat pesisir di Kabupaten
Karawang.
5. Ir. Jayeng C. Purewanto, M.M. dan rekan-rekan Inspektorat I Inspektorat
Jenderal Kementerian Kelautan dan Perikanan, yang telah memberikan
kesempatan yang seluas-luasnya bagi penulis untuk menyelesaikan penulisan
tesis.
6. Tengku Sonya Nirmala selaku Komti dan seluruh rekan-rekan Magister
Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan kelas Khusus, dimana penulis
banyak mengadakan diskusi dan menerima masukan.
7. Orangtua dan mertua tercinta atas doanya, serta istri dan ketiga putraku,
Fardin, Irfan, dan Ridwan atas pengertian dan kesabarannya selama penulis
menyelesaikan studi.
Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia atas segala
kebaikan yang telah diberikan.
Akhir kata, semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi pemangku kebijakan
untuk merumuskan program pemberdayaan yang secara efektif mampu
meningkatkan kesejahteraan pembudidaya pada khususnya, dan masyarakat
kelautan dan perikanan pada umumnya.
Bogor, Maret 2014

Dicky Rachmanzah

xv

xvi

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL........................................................................................
DAFTAR GAMBAR...................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................
1. PENDAHULUAN................................................................................
Latar belakang......................................................................................
Perumusan masalah..............................................................................
Tujuan dan Manfaat.............................................................................
Tujuan Penelitian............................................................................
Manfaat Penelitian.........................................................................
Kerangka Pemikiran.............................................................................
2. TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................
Budidaya Perikanan..............................................................................
Deskripsi dan klasifikasi ikan Bandeng.........................................
Ekologi lokasi dalam pemilihan lokasi tambak ...........................
Pengelolaan berkelanjutan....................................................................
Pemberdayaan masyarakat pesisir........................................................
PNPM Mandiri KP.........................................................................
Safver.............................................................................................
3. METODE ............................................................................................
Lokasi dan waktu penelitian ..............................................................
Metode penelitian ……………...........................................................
Pengumpulan data………………………………………………..
Penentuan jumlah sampel …..……………………………………
Analisis data………………………………………………………….
Variabel dan skala penilaian kesesuaian pelaksanaan....................
Variabel dan skala penilaian atas capaian tujuan………………...
Kuesioner penelitian……………………………………………...
Penilaian atas kesesuaian pelaksanaan dan capaian tujuan ...……
Pengaruh variabel pelaksanaan terhadap capaian tujuan…………
Strategi perbaikan…………………………………….
4. HASIL DAN PEMBAHASAN………………………………………
Kondisi umum wilayah penelitian……………………………………
Kondisi fisik……………………………………………………...
Kondisi sosial…………………………………………………….
Budidaya pembesaran ikan Bandeng ……………………………......
Persiapan tambak…………………………………………………
Penebaran nener………………………………………………….
Pemeliharaan……………………………………………………..
Pemanenan……………………………………………………….
Penilaian atas kesesuaian pelaksanaan program ……………...……..
Lama pengalaman pembudidaya…………………………………
Keterhindaran kejadian kekeringan………………………………
Aksesbilitas lokasi-jarak pembelian benih……………………….
Ketepatan waktu penyaluran bantuan……………………………

xvii

xix
xix
xx
1
1
2
3
3
3
3
5
5
5
6
9
10
11
15
21
21
22
22
23
24
24
27
29
30
30
35
37
37
37
40
41
41
44
45
46
47
48
48
49
49

Kecukupan jumlah bantuan benih………………………………..
Aktivitas pendampingan………………………………………….
Indeks pelaksanaan program……………………………………..
Penilaian atas capaian tujuan program………………...……………..
Penilaian capaian tujuan dalam dimensi ekologi………………...
Penilaian capaian tujuan dalam dimensi ekonomi……………….
Penilaian capaian tujuan dalam dimensi sosial…………………..
Indeks pencapaian tujuan………………………………………..
Pengaruh variabel pelaksanaan terhadap capaian tujuan.....................
Pengaruh terhadap capaian tujuan dalam dimensi ekologi………
Pengaruh terhadap capaian tujuan dalam dimensi ekonomi..……
Pengaruh terhadap capaian tujuan dalam dimensi sosial…...……
Perumusan strategi perbaikan ……………………………………….
Pemberian
intensif
dan
penambahan
paket
sarana
budidaya…………………………………….…………………....
Penyesuaian waktu penyaluran bantuan dengan musi tanam…….
Peningkatan aktivitas pendampingan…………………………….
5. SIMPULAN DAN SARAN………………………………………….
Simpulan……………………………………………………………...
Saran………………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................
LAMPIRAN.................................................................................................
RIWAYAT HIDUP......................................................................................

xviii

49
50
50
51
52
53
53
54
54
54
55
57
58
58
59
60
63
63
63
65
69
101

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6.
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23

Parameter kualitas air untuk pembesaran ikan Bandeng.............................
Parameter, peralatan, dan tempat analisis....................................................
Jenis dan sumber data penelitian………………………………….………
Variabel dan skala penilaian yang digunakan ............................................
Anggota kelompok penerima bantuan dan responden kuesioner ...............
Nilai dan kategori untuk capaian variabel dan indeks ................................
Nama kecamatan dan jumlah desa/kel. di Kabupaten Karawang...............
Curah dan hari hujan pada Kec. Tirtajaya Tahun 2011...............................
Curah dan hari hujan pada Kec. Cilamaya Wetan Tahun 2011...................
Capaian variabel pelaksanaan......................................................................
Penilaian atas variabel lama pengalaman pembudidaya..............................
Penilaian atas variabel kejadian kekeringan................................................
Penilaian atas variabel aksesbilitas/jarak pembelian benih.........................
Penilaian atas variabel ketepatan waktu penyaluran....................................
Penilaian atas variabel kecukupan jumlah bantuan.....................................
Penilaian atas variabel aktivitas pendampingan..........................................
Capaian variabel tujuan...............................................................................
Penilaian atas capaian tujuan dalam dimensi ekologis................................
Hasil pengukuran kualitas air pada Stasiun I dan II...................................
Penilaian atas capaian tujuan dalam dimensi ekonomi................................
Penilaian atas capaian tujuan dalam dimensi sosial.....................................
Kesimpulan atas hasil analisis regresi linear berganda................................
Kesimpulan atas hasil analisis regresi logistik............................................

9
22
21
26
26
27
35
37
38
45
46
47
47
47
48
48
49
50
50
51
52
54
55

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14

Kerangka pikir penelitian .............................................................................
Morfologi ikan Bandeng ..............................................................................
Peta Lokasi Penelitian...................................................................................
Proses pengeringan menggunakan mesin pompa..........................................
Saluran air setelah dilakukan perbaikan........................................................
Pematang tambak setelah dilakukan perbaikan.............................................
Monik dan laha setelah dilakukan perbaikan ...............................................
Proses keduk teplok.......................................................................................
Pengapuran dasar tambak..............................................................................
Pemilihan benih.............................................................................................
Persiapan penarikan jaring............................................................................
Jebakan jaring................................................................................................
Capaian variabel pelaksanaan.......................................................................
Capaian variabel tujuan................................................................................

xix

3
6
19
39
40
40
41
41
42
43
44
44
46
50

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14

Usaha budidaya ikan yang difasilitasi oleh program pemberdayaan...............
Jenis bantuan yang diberikan oleh program pemberdayaan............................
Kriteria penilaian kelembagaan kelompok......................................................
Kuesioner penelitian........................................................................................
Identitas responden penelitian.........................................................................
Hasil rekapitulasi kuesioner penelitian............................................................
Variabel X dan Y2 dalam analisis regresi linear berganda..............................
Rumus yang digunakan dalam analisis regresi linear berganda......................
Variabel X dan Y3 dalam analisis regresi logistik...........................................
Rumus yang digunakan dalam analisis regresi logistik...................................
Pengelompokkan skor untuk penilaian kesesuaian pelaksanaan program dan
pencapaian tujuan............................................................................................
Hasil perhitungan nilai indeks.........................................................................
Hasil analisis regresi linear berganda..............................................................
Hasil analisis regresi logistik...........................................................................

xx

73
74
76
81
85
88
91
93
96
97
100
101
103

1

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang

Fokus utama pengelolaan perikanan seharusnya ditujukan untuk
terciptanya keselarasan pemanfaatan sumberdaya perikanan guna memenuhi
kebutuhan manusia saat ini dengan konservasi dari sumber daya tersebut untuk
generasi mendatang (Robert, 1995). Untuk itu, Pemerintah melalui UU No 32
Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup telah
menjelaskan bahwa perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dilaksanakan
berdasarkan asas tanggung jawab negara, yaitu bahwa negara menjamin
pemanfaatan sumber daya alam untuk memberikan manfaat yang sebesarbesarnya bagi kesejahteraan dan mutu hidup rakyat, baik generasi masa kini
maupun generasi masa depan, serta mencegah dilakukannya kegiatan pemanfaatan
sumber daya alam yang menimbulkan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan
hidup. Namun demikian, kualitas lingkungan di wilayah pesisir Kabupaten
Karawang saat ini masih belum memenuhi harapan. Hasil perhitungan
menggunakan Indeks Mutu Lingkungan Perairan (IMLP) yang dikembangkan
oleh US-National Sanitation Foundation menunjukkan bahwa status kualitas
perairan di wilayah pesisir utara Karawang berkisar antara 58,71 s.d. 67,78 dari
skala 1 s.d. 100 (Suriadarma, 2011). Hasil perhitungan tersebut jika dibandingkan
dengan kriteria mutu lingkungan perairan menurut NSF-WQI (Qtt, 1978) berada
dalam kualifikasi sedang mendekati buruk untuk memelihara organisme perairan
seperti ikan atau udang.
Untuk meningkatkan kualitas lingkungan secara umum, dan juga
meningkatkan capaian ekonomi dan sosial, pemerintah menginisiasi upaya
pemberdayaan masyarakat melalui pelaksanaan program pemberdayaan
masyarakat pesisir berbasis pengelolaan berkelanjutan. Saat ini, konsep
pemberdayaan masyarakat mencerminkan paradigma baru pembangunan, yakni
bersifat ”people-centered (berbasis masyarakat), participatory (partisipatif),
empowering (memberdayakan), and sustainable (berkelanjutan)”. Munasinghe
(1993) dalam Suryawati dan Purnomo (2011) mendeskripsikan sifat sustainable
atau berkelanjutan dengan persyaratan terkait tiga dimensi, yaitu: 1) secara
ekologis, lestari atau ramah lingkungan, 2) secara ekonomi, dapat efisien dan
layak, dan 3) secara sosial berkeadilan.
Salah satu kawasan yang potensial bagi pengembangan usaha budidaya
tambak di pesisir utara Jawa adalah Kabupaten Karawang (Suriadarma, 2011).
Sejalan dengan kebijakan Industrialisasi Kelautan dan Perikanan yang
menetapkan bandeng (Chanos chanos Forskal) sebagai salah satu ruang lingkup
industrialisasi kelautan dan perikanan (KKP, 2012a), maka potensi
pembudidayaan bandeng ini dikembangkan melalui pengikutsertaan masyarakat di
pesisir Kabupaten Karawang dalam program pemberdayaan masyarakat pesisir
berbasis pengelolaan berkelanjutan, yaitu melalui kegiatan Pengembangan Usaha
Mina Pedesaan-Perikanan Budidaya (PUMP-PB) sebagai bagian dari Program
Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri-Kelautan dan Perikanan (PNPM
Mandiri KP) serta melalui program Pengembangan Perikanan Budidaya

2

Berkelanjutan untuk Ketahanan Pangan dan Pengurangan Kemiskinan atau
Suistanable Aquaculture Development for Food Security and Poverty Reduction
(Safver) project.
Secara umum, tujuan program pemberdayaan sebagaimana dinyatakan
dalam Pedoman Teknis PUMP-PB (Ditjen Perikanan Budidaya, 2012) maupun
Pedoman Pemberian Input Produksi kepada Pembudidaya Ikan Penerima Manfaat
Proyek Safver (Ditjen Perikanan Budidaya, 2009), yaitu adanya peningkatan
terkait tiga dimensi, meliputi: 1) Ekologi, berupa peningkatan kualitas lingkungan,
2) Ekonomi, berupa peningkatan produksi, dan 3) Sosial, berupa penguatan
kelembagaan kelompok. Selanjutnya, agar pelaksanaan program pemberdayaan
masyarakat di pesisir Kabupaten Karawang tersebut dapat berjalan secara efektif
dalam mencapai tujuan dan keberlanjutannya, maka diperlukan suatu kajian
akademis mengenai pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat pesisir.
Perumusan Masalah

Program pemberdayaan PUMP-PB memberikan Bantuan Langsung
Masyarakat (BLM) berdasarkan Rencana Usaha Bersama (RUB) yang diajukan
oleh Kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdakan). Sedangkan program
pemberdayaan Safver menyalurkan Bantuan Input Produksi (BIP) berdasarkan
Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK) yang diajukan Kelompok
Penerima Manfaat (Pokmaman). Bantuan yang diberikan meliputi sarana produksi
perikanan, berupa: benih, pakan, saponin, pupuk, dan kapur pertanian.
Namun demikian, dengan telah tersalurkannya BLM atau BIP, masyarakat
di pesisir Karawang masih sulit meningkatkan kualitas kehidupan dalam indikator
ekologi berupa peningkatan kualitas lingkungan, ekonomi berupa peningkatan
produksi budidaya, dan sosial berupa penguatan kelembagaan kelompok.
Berdasarkan hasil evaluasi atas kegiatan pemberdayaan masyarakat oleh Aparat
Pengawasan Intern Pemerintah dan disarikan dari Pedoman Teknis PUMP-PB
serta Pedoman Pemberian Input Produksi Proyek Safver, permasalahan ini muncul
karena keberhasilan tujuan pemberdayaan masyarakat berbasis pengelolaan
berkelanjutan tidak hanya dipengaruhi oleh telah tersalurkannya BLM atau BIP
berupa: benih, pakan, saponin, pupuk, maupun kapur pertanian kepada kelompok
penerima, namun juga diduga dipengaruhi oleh ketepatan penerima bantuan,
kesesuaian lokasi budidaya, ketepatan penyaluran dan pemanfaatan bantuan, serta
aktivitas pendampingan.
Permasalahan-permasalahan tersebut dirumuskan dalam pertanyaan
penelitian (research question) sebagai berikut:
1. Bagaimana pelaksanaan program pemberdayaan di pesisir Karawang ditinjau
atas kesesuaiannya dengan pedoman pemberdayaan?
2. Sejauh mana capaian atas tujuan program pemberdayaan, ditinjau berdasarkan
atas parameter multi kriteria, meliputi indikator ekologi, ekonomi, dan sosial?
3. Bagaimana pengaruh variabel-variabel pelaksanaan terhadap pencapaian
tujuan program pemberdayaan masyarakat pesisir berbasis pengelolaan
berkelanjutan?

3

4. Strategi perbaikan apa yang perlu dilakukan sehingga pelaksanaan program
pemberdayaan masyarakat pesisir dapat terlaksana dan berlanjut secara
efektif?
Tujuan dan Manfaat

Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Menilai kesesuaian pelaksanaan dan capaian tujuan sebagaimana disebutkan
dalam pedoman pemberdayaan melalui penilaian Indeks Pelaksanaan Program
dan Indeks Pencapaian Tujuan.
2. Mengidentifikasi pengaruh variabel pelaksanaan terhadap capaian tujuan
program pemberdayaan dalam dimensi ekologis, ekonomi, dan sosial.
3. Merumuskan strategi perbaikan yang perlu dilakukan sehingga pelaksanaan
program pemberdayaan masyarakat pesisir dapat terlaksana dan berlanjut
secara efektif.

Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk memberikan
masukan tentang efektivitas program yang dikaji secara akademis terkait dengan
variabel-variabel yang mempengaruhi dan pengembangan strategi ke depan,
sehingga dapat berdaya guna dalam meningkatkan kualitas ekologis, ekonomi dan
sosial pembudidaya di wilayah pesisir.

Kerangka Pemikiran

Buruknya kualitas lingkungan, serta rendahnya kinerja masyarakat
pembudidaya yang berada di wilayah pesisir dalam dimensi ekonomi dan sosial
melatarbelakangi pemerintah menginisiasi upaya pemberdayaan masyarakat
melalui program PUMP-PB dan Safver. Penyerahan BIP Safver telah dimulai
pada tahun 2011, dan BLM PUMP-PB pada tahun 2012. Namun demikian, hingga
saat ini masih belum diketahui bagaimana pengaruh nyata dari kedua program
tersebut, apakah telah dapat memberikan dampak yang lebih baik atau sebaliknya.
Kerangka pikir dari kajian pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat pesisir
berbasis pengelolaan berkelanjutan, dapat dilihat dalam Gambar 1 berikut.

4

Buruknya kualitas lingkungan dan rendahnya
kinerja masyarakat pembudidaya

Upaya pemberdayaan pembudidaya
melalui program pemberdayaan masyarakat
pesisir berbasis pengelolaan berkelanjutan

program Safver

Strategi apa yang perlu dilakukan shg
pelaksanaan program dapat
terlaksana dan berlanjut

program PNPM Mandiri KP

?
Sejauh mana efektivitas
pencapaian Tujuan program

Bagaimana Pelaksanaan program

?

?

Variabel:

Variabel :
1. Ekonomi-Peningkatan
produksi budidaya

Lama
pengalaman
pembudidaya

1.
2.
3.

Aksesbilitas/jarak
pembelian benih

Kecukupan
jumlah bantuan

2. Sosial- peningkatan
kelembagaan kelompok
3.Ekologis – Peningkatan
kualitas lingkungan

Kejadian kekeringan

Ketepatan
waktu
penyaluran

Aktivitas
pendampingan

Indeks Pencapaian Tujuan

4.
5.
6.

Bagaimana pengaruh variabel
Pelaksanaan:
Lama pengalaman pembudidaya
Kejadian kekeringan
Aksesbilitas/jarak pembelian
benih
Ketepatan waktu penyaluran
bantuan
Kecukupan jumlah bantuan
Aktivitas pendampingan

terhadap Tujuan program dalam
dimensi:
1. Ekonomi-peningkatan produksi
2. Sosial-peningkatan kelembagaan
3. Ekologis-peningkatan kualitas
lingkungan

?
Indeks Pelaksanaan Program

Gambar 1. Kerangka pikir penelitian
.

5

2

TINJAUAN PUSTAKA
Budidaya Perikanan

FAO (2010a) mendefinisikan budidaya perikanan sebagai suatu cara untuk
memproduksi bahan makanan dalam usaha ketahanan pangan (food security),
pembuka lapangan kerja, dan meningkatkan pendapatan dan penerimaan devisa.
Budidaya perikanan juga digunakan untuk menyelamatkan sumber daya ikan asli
dan plasma nutfah, khususnya spesies ikan yang dikhawatirkan punah, serta untuk
memproduksi benih guna keperluan penebaran (restocking) perairan umum dalam
rangka introduksi spesies baru dan peningkatan populasi (FAO, 2010b). Lebih
lanjut, Dahuri et al. (1996) dalam Murachman et al. (2010) menyatakan bahwa
salah satu kegiatan budidaya perikanan yang dapat dilakukan di wilayah pesisir
adalah usaha perikanan budidaya di tambak untuk monokultur bandeng, atau
polikultur udang dan bandeng. Namun demikian, terkadang beberapa tipe
perikanan budidaya menurunkan keanekaragaman dan pencemaran genetik,
konversi lahan yang mengarah perusakan habitat, pencemaran lingkungan, dan
wabah penyakit, sehingga pelaksanaan pembangunan berkelanjutan dalam
budidaya perikanan harus terus dikembangkan (Rustadi, 2011).
Deskripsi dan Klasifikasi Ikan Bandeng
Bandeng memiliki daerah penyebaran alami di laut tropik Indo Pasifik dan
dominan di daerah Asia. Di Asia Tenggara, ikan Bandeng berada di daerah
perairan pantai Burma, Thailand, Vietnam, Philipina, Malaysia, dan Indonesia.
Penyebarannya sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti fase bulan,
pasang surut, arus air dan kelimpahan plankton. Ikan Bandeng (Chanos channos)
hidup di perairan laut yang memiliki salinitas 35‰ hingga ke muara-muara sungai
yang memiliki salinitas 15-20‰, sehingga ikan bandeng digolongkan ke dalam
euryhaline (mampu mentolerir perubahan salinitas yang sangat luas). Ikan
Bandeng dewasa biasanya berada di perairan littoral, pada musim pemijahan
induk ikan bandeng sering dijumpai berkelompok pada jarak tidak terlalu jauh
dari pantai dengan karakteristik habitat perairan jernih, dasar perairan berpasir dan
berkarang dengan kedalaman antara 10-30 m.
Bandeng memiliki karakteristik badan yang memanjang seperti torpedo
dengan sirip ekor bercabang sebagai tanda bahwa ikan bandeng tergolong
perenang cepat. Kepala ikan Bandeng tidak bersisik, memiliki mulut kecil yang
terletak di ujung rahang tanpa gigi, mata diseliputi oleh selaput bening
(subcutaneus), lubang hidung terletak di depan mata, dan memiliki warna badan
putih keperak-perakan dan punggung biru kehitaman (Kordi, 2000). Morfologi
ikan Bandeng dapat dilihat pada Gambar 2.

6

Gambar 2. Morfologi ikan bandeng
Klasifikasi ikan bandeng (Rusmiyati, 2012) adalah sebagai berikut :
Filum
: Chordata
Subfilum
: Vertebrata
Kelas
: Pisces
Subkelas
: Teleostei
Ordo
: Malacopterygii
Famili
: Chanidae
Genus
: Chanos
Spesies
: Chanos chanos
Ekologi Lokasi dalam Pemilihan Lokasi Tambak
Dalam budidaya air payau, pemilihan lokasi memegang peranan yang
sangat penting. Lokasi yang tepat sangat mendukung keberhasilan usaha
budidaya, dan sebaliknya, jika lokasi yang dipilih tidak memenuhi syarat, bukan
hanya usaha berkelanjutan sulit terealisasi, tetapi malah kemungkinan sejak dini
sudah mengalami kerugian.
Oleh karena itu, pemilihan lokasi secara baik dan benar harus menjadi
agenda penting dalam proyeksi usaha. Aspek-aspek yang merupakan faktor
pendukung keidealan lokasi antara lain adalah ekologi lokasi. Ekologi lokasi
budidaya perairan diartikan sebagai ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik
antara ikan yang dipelihara dan keadaan lingkungannya. Kordi (2000)
menyatakan bahwa beberapa faktor yang berkaitan dengan aspek ekologis dalam
pemilihan lokasi tambak, yaitu sumber air, kuantitas air, kualitas air, iklim dan
suhu lingkungan, pasang surut, arus air, dan pola hujan.
a. Sumber Air
Dalam budidaya ikan bandeng di tambak, air yang digunakan sebagai
media budidaya adalah air laut yang dimasukkan ke dalam tambak dengan
memanfaatkan pasang/pompa, dan air tawar dari sungai. Salinitasnya sekitar
10-35‰, atau digolongkan ke dalam air payau. Oleh karena jumlah dan mutu
air adalah kunci dari kemampuan/kapasitas daya produksi suatu tambak, maka
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap sumber air, mekanisme pengambilan
air dan pembuangan air bekas perlu mendapat perhatian khusus di dalam
proses penentuan lokasi, disain dan konstruksi tambak.
b. Kuantitas air
Kuantitas (jumlah) air tambak ditentukan oleh pasang surut air laut sebagai
suplai air tambak. Pada dasarnya pasang surut yang diterima oleh daerah
pantai dan estuarine adalah pasang surut semi diurnal. Dengan dua kali pasang

7

dan dua kali surut terjadi pergantian dalam satu hari. Tambak-tambak air
payau kebanyakan dibangun di daerah pasang surut, yaitu di antara pasang
tertinggi dan surut terendah. Situasi tersebut diperlukan untuk mempermudah
dalam memenuhi kebutuhan air selama masa pemeliharaan ikan bandeng di
tambak.
Ukuran pasang surut tertentu sangat diperlukan agar konstruksi tambak dan
pengelolaannya dapat dilakukan secara efisien. Pasang surut yang ideal untuk
tambak adalah sebesar 1,5 – 2,5 meter. Fluktuasi pasang surut yang lebih
tinggi dari 3 meter, membutuhkan pematang/tanggul yang kuat, sedangkan
kurang dari 1,5 meter dibutuhkan pompa dalam mengisi air tambak.
c. Kualitas air
Kualitas air sangat mempengaruhi keberhasilan usaha budidaya. Kualitas
air yang buruk dapat mengakibatkan rendahnya tingkat kelangsungan hidup
(survival rate), pertumbuhan dan reproduksi bandeng.
 Faktor fisika
Faktor fisika air merupakan variabel kualitas air yang penting karena
dapat mempengaruhi variabel kualitas air yang lainnya. Faktor ini sangat
tergantung dengan kondisi geologi dan iklim suatu tempat. Faktor fisika
yang besar pengaruhnya terhadap kualitas air adalah cahaya matahari dan
suhu air. Cahaya matahari dan suhu air merupakan faktor alam yang
sampai saat ini belum bisa dikendalikan. Suhu air dan oksigen saling
berhubungan. Pada saat suhu naik, maka oksigen akan turun. Pada suhu
120° C, bandeng akan mati. Untuk menjaga agar suhu dan oksigen dalam
keadaan optimal, dilakukan pembuatan caren, sehingga saat suhu tinggi,
bandeng bisa bersembunyi dalam caren yang relatif lebih dalam dengan
suhu yang lebih rendah dan oksigen tercukupi. Menurut Pusat Penyuluhan
KP (2011), suhu yang optimal untuk pembesaran ikan Bandeng adalah 2032° C
 Faktor kimia
Air yang digunakan untuk budidaya mempunyai komposisi dan sifatsifat kimia yang berbeda dan tidak konstan. Komposisi dan sifat-sifat
kimia air ini dapat diketahui melalui analisis kimia air. Dengan demikian
apabila ada parameter kimia yang keluar dari batas yang telah ditentukan
dapat segera dikendalikan. Parameter-parameter kimia yang digunakan
untuk menganalisis air bagi kepentingan budidaya antara lain:
 Oksigen terlarut (Disolved Oxygen/DO)
Oksigen memegang peranan penting dalam kehidupan seluruh
makhluk hidup. Hanya terdapat perbedaan antara oksigen yang
dibutuhkan oleh makhluk hidup di darat dan makhluk hidup di dalam
air seperti ikan bandeng. Makhluk darat menghidup oksigen yang
terdapat pada udara bebas, sedangkan makhluk air menghirup oksigen
yang terlarut. Oksigen masuk ke dalam air melalui proses difusi
langsung dari udara yang mengandung 20,95% oksigen. Proses ini
terjadi secara cepat pada permukaan air, namun berjalan sangat lambat
ke lapisan yang lebih dalam, maka untuk mempercepat difusi dari
permukaan ke bagian air yang lebih dalam dibutuhkan usaha, seperti
dengan memasang kincir air (aerator) di dalam tambak.

8

Jika kandungan oksigen dalam suatu tambak terlalu banyak, maka
akan terdapat gelembung di lamella bandeng, sedangkan jika terlalu
sedikit maka bandeng akan mati lemas. Penurunan oksigen di dalam
air disebabkan oleh peningkatan suhu air, semakin tinggi suhu di suatu
perairan, semakin berkurang kandungan oksigen terlarut. Oksigen
paling rendah terjadi pada pagi hari, yakni sesaat setelah matahari
terbit, dan tertinggi pada pukul 14.00-17.00. Selain karena peningkatan
suhu, oksigen di dalam air tersebut dapat berkurang karena proses
diffusi, respirasi (pernapasan) biota, dan reaksi kimia (oksidasi dan
reduksi). Oleh karenanya, untuk menjaga oksigen dalam kondisi
optimal, perlu dilakukan pengadukan air sekitar jam 13.00-15.00 dan
pada malam hari. Pengadukan dan penambahan oksigen dapat
dilakukan dengan menggunakan aerator. Kandungan oksigen terlarut
yang baik untuk pembesaran ikan Bandeng adalah 2 mg/l (Pusat
Penyuluhan KP, 2011), sementara Bose et al. (1991) menyarankan
agar udang dapat tumbuh dengan baik, diperlukan kadar oksigen
terlarut sebesar 5 mg/l.
 Salinitas
Salinitas adalah tingkat keasinan atau ketawaran air. Walupun
bandeng termasuk ikan yang tergolong dalam euryhaline (mampu
mentolerir salinitas yang luas serta tahan terhadap goncangan salinitas
tinggi dalam waktu yang relatif singkat), namun tingkat salinitas harus
diperhatikan. Berdasarkan Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan
(2011), kualitas air yang optimal untuk pembesaran ikan Bandeng di
tambak adalah 29,0-30,0 ‰. Sementara menurut Bose et al. (1991), ikan
bandeng akan hidup dengan baik pada perairan yang memiliki kadar
saliinitas 20,0-30,0 ‰. Pada salinitas optimal, energi yang digunakan
untuk mengatur keseimbangan kepekatan cairan tubuh dan air tambak
cukup rendah, sehingga sebagian besar energi yang berasal dari pakan
dapat digunakan untuk pertumbuhan.
 Derajat keasaman (pH)
pH adalah teori yang digunakan untuk menjelaskan sifat-sifat
senyawa di dalam air. pH air ditentukan oleh konsentrasi ion H+ yang
digambarkan dengan angka 1 sampai 14. Angka kurang dari 7
menunjukkan bahwa air bersuasana asam dan lebih dari 7 bersuasana
basa. Bose et al. (1991) mengemukakan bahwa kualitas air yang baik
untuk memelihara organisme perairan di perairan payau, memiliki pH
berkisar antara 7,0-8,0. Lebih lanjut, Pusat Penyuluhan KP (2011)
menyatakan bahwa khususnya untuk budidaya pembesaran ikan
bandeng, pH yang optimal adalah 8,0-8,3. Konsentrasi pH tersebut
mempengaruhi tingkat kesuburan perairan karena mempengaruhi
kehidupan jasad renik. Penggoncangan pH di suatu tambak
berpengaruh langsung terhadap aktivitas biota di dalamnya. Pada siang
hari saat terjadi booming plankton, pH di tambak biasanya mencapai
9,0-9,5. Penanggulangan yang cepat dan aman adalah membuang
sebagian air untuk mengurangi kepadatan plankton dan menambah
atau mengganti air yang baru. Sebaliknya, untuk meningkatkan pH
yang turun pada saat pemeliharaan, dilakukan pengeringan dan

9



pemberian kapur. Pemberian kapur dilakukan saat pengeringan, yaitu
dengan menaburkan kapur dan kemudian dilakukan pembalikan lahan,
sehingga kapur tersebar merata.
Ammonia (NH4)
Sebagian besar pakan yang dimakan oleh bandeng, diubah menjadi
daging atau jaringan tubuh, sedangkan sisanya dibuang berupa kotoran
padat (faeces) dan terlarut (ammonia). Faeces dikeluarkan lewat anus,
sedangkan ammonia lewat insang (ammonotelik). Konsentrasi amoniak
dalam budidaya perairan akan meningkat apabila kepadatan ikan cukup
tinggi dan diberikan makanan tambahan. Amoniak anionik bersifat toxic
bagi ikan. Amoniak dapat meningkatkan konsumsi oksigen dalam
jaringan, menimbulkan kerusakan insang dan menurunkan kemampuan
darah dalam mengangkut oksigen sehingga menyebabkan nafsu makan
ikan menurun (Goldman dan Horne, 1983).
Sementara itu, Alabaster dan Loyd (1980) mengemukakan bahwa
amoniak anionik dapat meracuni hewan akuatik terutama ikan.
Peningkatan konsentrasi ammonia dalam satu media budidaya juga dapat
mempengaruhi aktivitas bakteri, khususnya bakteri penyebab penyakit
insang. Antara ammonia dan oksigen berbanding terbalik, apabila
ammonia sangat tinggi, maka oksigen menjadi rendah. Demikian pula,
makin tinggi suhu, makin besar kandungan ammonia. Oleh karena itu
penjagaan suhu air sangatlah penting. Untuk menghindari pembentukan
ammonia yang terlalu banyak di tambak, cara lain yang dapat dilakukan
adalah dengan melakukan pengadukan dan pembuatan caren, mengganti
air dan melakukan pengeringan lahan. Kadar amoniak yang optimal untuk
pembesaran bandeng adalah 0 mg/l (Pusat Penyuluhan KP, 2011),
sementara menurut Wickins (1976), kadar amoniak maksimum 0,1 mg/l,
masih aman untuk kehidupan udang.

Parameter kualitas air yang dibutuhkan untuk pembesaran ikan Bandeng di
tambak ditunjukkan pada Tabel 1 berikut.
Tabel 1. Parameter Kualitas Air untuk Pembesaran Ikan Bandeng
Parameter Satuan
Kualitas air
Kualitas air
(Bose et al.,
(Pusat Penyuluhan KP, 2011)
1991)
Ambang
Ambang Optimum
bawah
atas
Suhu
°C
26
32
29-32
DO
mg/l
5
2,0
>5
Salinitas

20-30
20,0
35,0
29,0-30,0
pH
7,0-8,0
7,5
9,0
8,0-8,3
NH4
mg/l
0,0
1,0
0

Pengelolan Berkelanjutan
Code of Conduct for Responsible Fisheries, guideline no 4 mendefinisikan
bahwa pengelolaan perikanan adalah suatu proses yang terintegrasi mulai dari
pengumpulan informasi, analisis, perencanaan, konsultasi, pengambilan

10

keputusan, dan alokasi sumber serta implementasinya dalam upaya menjamin
kelangsungan produktivitas serta pencapaian tujuan pengelolaan. Lebih lanjut,
pengelolaan berkelanjutan adalah pengelolaan yang mengarah kepada bagaimana
sumber daya ikan yang ada saat ini mampu memenuhi kebutuhan sekarang dan
kebutuhan generasi yang akan datang, dimana aspek berkelanjutan harus meliputi
aspek ekologi, sosial, ekonomi, masyarakat, dan institusi (Mallawa, 2006).
Pengelolaan berkelanjutan tidak melarang aktivitas yang bersifat
ekonomi/komersial, tetapi menganjurkan dengan persyaratan bahwa tingkat
pemanfaatan tidak melampaui daya dukung (carrying capacity) lingkungan,
sehingga generasi mendatang tetap memiliki aset sumber daya alam yang sama
atau lebih banyak dari generasi saat ini. Beller (1990) memberikan penekanan
pada pentingnya prinsip Justice of Fairness, yang menuntut tanggung jawab
semua generasi terkait hal ini.
Kay dan Alder (1999) menyebutkan adanya tiga tema yang terkandung
dalam definisi pembangunan berkelanjutan, yaitu: integritas lingkungan, efisiensi
ekonomi, dan keadilan kesejahteraan. Selaras dengan hal itu, Bengen (2005)
menyatakan bahwa suatu pengelolaan dikatakan berkelanjutan apabila kegiatan
tersebut dapat mencapai tiga tujuan pembangunan berkelanjutan, yaitu
berkelanjutan secara ekologi, sosial dan ekonomi. Berkelanjutan secara ekologi
mengandung arti bahwa kegiatan pengelolaan SDI dimaksud harus dapat
mempertahankan integritas ekosistem, memelihara daya dukung lingkungan, dan
konservasi sumber daya ikan, termasuk keanekaragaman hayati (biodiversity),
sehingga pemanfaatan SDI dapat berkesinambungan. Berkelanjutan secara
ekonomi berarti bahwa kegiatan pengelolaan SDI harus dapat membuahkan
pertumbuhan ekonomi, pemeliharaan kapital, dan penggunaan SDI serta investasi
secara efisien. Sedangkan berkelanjutan secara sosial mensyaratkan bahwa
kegiatan pengelolaan ikan hendaknya dapat menciptakan pemerataan hasil,
mobilitas sosial, kohesi sosial, partisipasi masyarakat, pemberdayaan masyarakat,
identitas sosial, dan pengembangan kelembagaan.
Pemberdayaan Masyarakat Pesisir
Pemberdayaan berasal dari kata ”daya” yang berarti kekuatan. Jadi
pemberdayaan adalah penguatan, yaitu penguatan yang lemah. Menurut Kusnadi
(2009), pemberdayaan masyarakat diartikan sebagai usaha-usaha sadar yang
bersifat terencana, sistematik, dan berkesinambungan untuk membangun
kemandirian sosial, ekonomi, dan politik masyarakat dengan mengelola potensi
sumber daya yang dimiliki untuk mencapai kesejahteraan sosial yang bersifat
berkelanjutan. Berbagai pendekatan digunakan untuk mengelola sumber daya
tersebut, diantaranya yaitu pendekatan pengelolaan berbasis masyarakat
(Community Based Management). Nikijuluw (2002) menyebutkan bahwa
pengelolaan berbasis masyarakat merupakan salah satu pendekatan pengelolaan
sumber daya alam, termasuk sumber daya perikanan,
yang meletakkan
pengetahuan dan kesadaran lingkungan masyarakat lokal sebagai dasar
pengelolaannya. Sementara itu Carter (1996) mendefinisikan Community-Based
Resource Management sebagai suatu strategi untuk mencapai pembangunan yang
berpusat pada manusia, di mana pengambilan keputusan tentang keberlanjutan
sumber daya lokal dalam pemanfaatannya berada di tangan masyarakat.

11

Banyak hal yang mempengaruhi keberhasilan/kegagalan pencapaian tujuan
program pemberdayaan masyarakat pembudidaya. Tajerin (2006) menyatakan
bahwa degradasi lingkungan, serangan penyakit, kualitas benih rendah, dan
pelayanan serta penyuluhan yang tidak memadai merupakan sebagian dari faktor
penyebab kegagalan panen dan kondisi kebangkrutan usaha pertambakan.
Beberapa program pemberdayaan masyarakat pesisir berbasis pengelolaan
berkelanjutan yang telah dilaksanakan oleh pemerintah Indonesia, dalam hal ini
Kementerian Kelautan dan Perikanan, yaitu: PUMP-Perikanan Budidaya (untuk
mendukung PNPM Mandiri-KP) dan Safver.
PNPM Mandiri-KP
PNPM Mandiri KP yang terintegrasi dengan Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM Mandiri) di bawah koordinasi
Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat, telah diinisiasi mulai tahun 2009.
Merujuk pada Pedoman Pelaksanaan PNPM Mandiri KP (KKP, 2012b), PNPM
Mandiri KP dilakukan melalui tiga komponen, yaitu: Pengembangan Usaha Mina
Pedesaan (PUMP), Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat (PUGAR), dan
Pengembangan Desa Pesisir Tangguh (PDPT). Selanjutnya, komponen PUMP
sendiri terbagi atas tiga kegiatan, yaitu: PUMP Perikanan Tangkap (PUMP PT),
PUMP Perikanan Budidaya (PUMP PB), dan PUMP Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Perikanan (PUMP P2HP).
PUMP PB sebagai bagian dari pelaksanaan PNPM Mandiri KP merupakan
kegiatan pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan melalui fasilitasi bantuan
pengembangan usaha yang diperuntukkan bagi pembudidaya ikan yang tergabung
dalam Pokdakan. Pokdakan merupakan salah satu kelembagaan masyarakat
kelautan dan perikanan dibidang perikanan budidaya sebagai pelaksana PUMP
Perikanan Budidaya yang menerima Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) untuk
pengembangan usaha bagi seluruh anggota kelompoknya. Untuk mencapai hasil
yang optimal dalam pelaksanaan PUMP-PB, Pokdakan didampingi oleh tenaga
pendamping yang berasal dari Penyuluh Perikanan Tenaga Kontrak (PPTK).
Berikut tujuan, sasaran, indikator keberhasilan, dan tahapan pelaksanaan PUMP
PB sesuai Pedoman Teknis PUMP-PB (Ditjen Perikanan Budidaya, 2012).
1) Tujuan
Tujuan PUMP PB adalah meningkatkan kemampuan usaha, produksi
budidaya, penyerapan tenaga kerja, pendapatan dan kesejahteraan,
menumbuhkan wirausaha, dan memperkuat kelembagaan Pokdakan serta
meningkatkan kualitas lingkungan
2) Sasaran
Sasaran PUMP PB adalah Pokdakan di kawasan budidaya untuk
mendukung pencapaian target peningkatan produksi dan mendukung
industrialisasi perikanan budidaya.
3) Indikator keberhasilan
Indikator output adalah:
 Tersalurkannya BLM kepada 3.000 Pokdakan;
 Terlaksananya fasilitasi penguatan kapasitas dan kelembagaan
Pokdakan melalui sosialisasi, pelatihan, pendampingan, dan
pembinaan di 393 Kabupaten/kota.
 Diterapkannya teknik budidaya sesuai dengan teknologi anjuran.

12

Indikator outcome adalah:
 Meningkatnya produksi perikanan budidaya
 Meningkatnya pendapatan masyarakat pembudidaya ikan;
 Meningkatnya pertumbuhan wirausaha di bidang perikanan budidaya
 Meningkatnya kapasitas kelembagaan kelompok pembudidaya ikan
 Meningkatnya penyerapan tenaga kerja sekitar 50.000 orang
pembudidaya ikan
4) Teknis Pelaksanaan Kegiatan PUMP-PB
a) Identifikasi calon penerima BLM dan calon lokasi PUMP PB
Untuk dapat menentukan Pokdakan calon penerima BLM calon
lokasi PUMP-PB yang sesuai dan tepat, dilaku