Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efisiensi Biaya Perbankan di Kawasan ASEAN-5

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EFISIENSI
BIAYA PERBANKAN DI KAWASAN ASEAN-5

ALFIN APRIYANA

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

ii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Efisiensi Biaya Perbankan di Kawasan ASEAN-5 adalah benar
karya saya dengan arahan komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk
apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir

skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juni 2014
Alfin Apriyana
NIM H14100045

ii

ABSTRAK
ALFIN APRIYANA. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Efisiensi Biaya
Perbankan di Kawasan ASEAN-5. Dibimbing oleh HERMANTO SIREGAR.
Penelitian ini bertujuan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi
efisiensi biaya perbankan di kawasan ASEAN-5: Indonesia, Singapura, Malaysia,
Filipina dan Thailand. Pengukuran efisiensi bank menggunakan metode
Stochastic frontier Analysis (SFA) terhadap 23 bank umum selama periode 20052012. Hasil estimasi menyatakan terdapat hubungan yang signifikan antara
efisiensi biaya dengan variabel makroekonomi yaitu tingkat suku bunga riil dan
karakteristik masing-masing bank yaitu return on equity (ROE). Penelitian ini
juga menunjukkan bahwa bank-bank umum di Indonesia secara kesuluruhan
belum beroperasi secara efisien.

Kata kunci: ASEAN-5, efisiensi biaya, perbankan, stochastic frontier analysis

ABSTRACT
ALFIN APRIYANA. The Determinants of Banking Cost Efficiency in ASEAN-5.
Supervised by HERMANTO SIREGAR.
This study examines the determinants of cost efficiency of banking
operation in ASEAN-5 regions: Indonesia, Singapura, Malaysia, Filipina, dan
Thailand. the measurement of banking efficiency using stochasctic frontier
analysis (SFA) to 23 commercial banks between 2005-2012. Empirical result
reveal certain significant associations of cost efficiency with macroeconomy
variables: real interest rate and individual banking characteristic: return on equity
(ROE). These result also show that Indonesian banking industry is not operating
efficiently.
Keywords: ASEAN-5, banking, cost efficiency, stochastic frontier analysis

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EFISIENSI
BIAYA PERBANKAN DI KAWASAN ASEAN-5

ALFIN APRIYANA


Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

iv

Judul Skripsi : Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efisiensi Biaya Perbankan di
Kawasan ASEAN-5
Nama
: Alfin Apriyana
NIM
: H14100045


Disetujui oleh

Prof. Hermanto Siregar, Ph.D.
Pembimbing

Diketahui oleh

Dedi Budiman Hakim, Ph.D.
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

vi

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan dengan judul
“Faktor-faktor yang Mempengaruhi Efisiensi Biaya Perbankan di Kawasan
ASEAN-5”. Shalawat serta salam selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW

yang telah menjadi tauladan bagi umatnya. Tujuan dari penulisan skripsi ini yaitu
untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi perbankan di
kawasan ASEAN-5. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi
pemerintah, otoritas moneter, dan pihak terkait dalam membuat kebijakan dan
mengambil keputusan terkait dengan aktivitas perbankan guna menghadapi
masyarakat ekonomi ASEAN dan integrasi perbankan.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tak
terhingga kepada orang tua dan keluarga penulis yakni Bapak Chotib dan Ibu
Karni, kakak-kakak tersayang Ratni Suryatni, Yani Aryani, dan Azis Prana serta
adik penulis Chonnyta Lestari beserta keluarga besar atas kasih sayang, dukungan,
dan perhatian yang telah senantiasi diberikan. Selain itu penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Hermanto, Ph.D sebagai dosen pembimbing skripsi yang dengan sabar
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
2. Dr. Ir. Yeti Lis Purnamadewi, M.Sc.Agr selaku dosen penguji utama dan Dr.
Jaenal Effendi, S.Ag, M.A selaku dosen penguji dari komisi pendidikan yang
telah memberi saran-saran yang membangun serta ilmu yang bermanfaat
untuk penyempuranaan skripsi ini.
3. Para dosen, staf, dan seluruh civitas akademik Departemen Ilmu Ekonomi
FEM IPB yang telah memberikan ilmu dan bantuan kepada penulis.

4. Mba Heni Hasanah dan ka Ulfa atas bantuannya selama proses penyusunan
skripsi.
5. Sahabat satu bimbingan, Muhammad Fazri dan Riki Cahyo Edi atas segala
dukungan, semangat, dan suka dukanya selama proses penyelesaian skripsi.
6. Sahabat-sahabat HipHip Chika, Uke, Pupu, Tika, Arthy, Heni, Dian,
Erlangga, Amel, dan Dwiki serta teman-taman Ilmu Ekonomi 47 atas
kebersamaannya selama tiga tahun serta doa dan dukungannya.
7. Sahabat penulis Dewi, Tyas, dan Adam atas kebersamaannya, doa, dan
dukungannya.
8. Teman-teman HIPOTESA FEM IPB terutama divisi LABLE atas
kebersamaan daan pembelajarannya.
9. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan skripsi
ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak
terdapat kekurangan sehingga saran dan kritik sangat penulis harapkan demi
perbaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat.
Bogor, Juni 2014
Alfin Apriyana

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1


Perumusan Masalah

3

Tujuan Penelitian

4

Manfaat Penelitian

5

Ruang Lingkup Penelitian

5

TINJAUAN PUSTAKA

6


Efisiensi Perbankan

6

Integrasi Perbankan

8

Pengukuran Efisiensi

9

Stochastic Frontier Analysis (SFA)

9

Penelitian Terdahulu

10


Kerangka Pemikiran

14

METODOLOGI PENELITIAN

16

GAMBARAN UMUM PERBANKAN DI KAWASAN ASEAN-5

20

HASIL DAN PEMBAHASAN

32

Statisitik Deskriptif Variabel-Variabel

32


Tingkat Efisiensi Bank dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya

34

SIMPULAN DAN SARAN

40

Simpulan

40

Implikasi Kebijakan

41

Saran

41

DAFTAR PUSTAKA

42

LAMPIRAN

45

RIWAYAT HIDUP

52

viii

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5

Definisi operasional variabel yang digunakan dalam penelitian
Statistik deskriptif variabel output, input, dan fix netput
Statistik deskriptif variabel eksogen
Hasil estimasi fungsi biaya menggunakan metode SFA
Perbandingan nilai efisiensi bank-bank
di kawasan ASEAN-5
menggunakan pendekatan time-invariant dan time-varying decay model
6 Distribusi nilai efisiensi dengan pendekatan time-varying decay model
7 Distribusi nilai efisiensi dengan pendekatan time-invariant model
8 Perbandingan nilai efisiensi perbankan ASEAN-5 dengan pendekatan
time-varying decay model

16
33
34
35
37
38
39
39

DAFTAR GAMBAR
1 Grafik tingkat suku bunga perbankan di kawasan ASEAN-5 tahun 2012
2 Grafik perkembangan NIM perbankan di kawasan ASEAN tahun 20052011
3 Grafik perkembangan rasio beban terhadap pendapatan perbankan di
kawasan ASEAN tahun 2005-2011
4 Efisiensi teknis dan alokatif
5 Kerangka pemikiran
6 Perkembangan total biaya kelompok bank tahun 2005-2102
7 Perkembangan dana pihak ketiga (DPK) bank tahun 2005-2012
8 Hubungan antara total biaya dan dana pihak ketiga
9 Perkembangan penyaluran kredit bank tahun 2005-2012
10 Hubungan total biaya dengan kredit tahun 2012
11 Hubungan total biaya dengan beban tenaga kerja tahun 2012
12 Hubungan total biaya dengan biaya modal tahun 2012
13 Hubungan total biaya dengan sekuritas tahun 2012
14 Hubungan total biaya dengan penerimaan aset lainnya tahun 2012
15 Hubungan total biaya dengan aset tetap tahun 2012

2
3
4
7
15
20
23
24
26
27
28
29
30
31
32

DAFTAR LAMPIRAN
1 Hasil estimasi pengukuran efisiensi menggunakan pendekatan timeinvariant model
2 Hasil estimasi pengukuran efisiensi menggunakan pendekatan timevarying decay model
3 Hasil estimasi besaran efisiensi biaya menggunakan pendekatan timeinvariant dan time-varying decay

44
45
46

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perbankan merupakan salah satu sektor yang sangat penting di dalam
struktur keuangan di suatu negara. Sektor perbankan masih menjadi bentuk utama
intermediasi keuangan dan menjadi sumber utama terhadap permodalan eksternal
bagi perusahaan maupun pihak-pihak yang membutuhkan permodalan untuk
menjalankan bisnisnya. Nilai aset sektor perbankan masih mendominasi
dibandingkan sektor keuangan lainnya seperti perusahaan sekuritas, pegadaian,
dan lain sebagainya. Nilai aset sektor perbankan di Indonesia pada tahun 2013
sekitar 77% (BI 2013). Hal ini menunjukkan peran sektor perbankan sangat
penting sebagai penyokong utama sektor keuangan.
Pentingnya peran sektor perbankan mengharuskan perbankan agar selalu
menjaga kinerjanya dengan baik. Konsekuensinya, menciptakan bank yang
efisiensi menjadi sangat krusial untuk pertumbuhan ekonomi di masing-masing
negara. Hal ini disebabkan fungsi perbankan sebagai lembaga intermediasi
keuangan yaitu menghimpun dana masyarakat dan menyalurkannya ke sektorsektor produktif melalui pinjaman dana untuk kegiatan produktif. Keberhasilan
sektor-sektor produktif tersebut tentunya dipengaruhi kinerja perbankan sebagai
sumber modal eksternal. Kinerja perbankan yang rendah akan menyebabkan
sektor produktif kekurangan dana sehingga akan menghambat produksi yang
dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan ekonomi negaranya. Kinerja
perbankan dapat diukur melalui efisiensi. Artinya kinerja perbankan yang rendah
menunjukkan kondisi perbankan yang belum efisien.
Efisiensi perbankan dan kesehatan sektor perbankan dipandang sebagai
sebuah keharusan untuk menciptakan stabilitas sistem keuangan. Bank yang tidak
sehat dan inefisien dapat melemahkan sistem keuangan melalui bunga pinjaman
yang tinggi. Suku bunga pinjaman yang tinggi akan menciptakan ekonomi biaya
tinggi. Sebalikya efisiensi yang lebih rendah umumnya diikuti dengan
profitabilitas yang lebih tinggi (Podpiera dan Podpiera 2005).
Indonesia merupakan salah satu negara di kawasan ASEAN yang masih
memiliki tingkat suku bunga yang tinggi baik pada suku bunga deposito maupun
suku bunga kredit. Hal tersebut terlihat pada Gambar 1, dimana tingkat suku
bunga deposito dan kredit perbankan Indonesia masing-masing sebesar 5.95% dan
11.8%. Tingkat suku bunga kredit dan deposito Indonesia masih lebih tinggi
dibandingkan negara lainnya di kawasan ASEAN seperti Singapura, Thailand,
Malaysia, dan Filipina. Menurut Fries dan Taci (2005) semakin tinggi tingkat
suku bunga nominal akan meningkatkan beban bunga bank dan pada akhirnya
akan menurunkan tingkat efisiensi melalui ketidakpastian dan risiko yang lebih
besar. Hal ini mengindikasikan bahwa bank-bank di Indonesia masih mengalami
masalah efisiensi.

2

(%)
14
12
10
Deposit rate

8

Lending rate

6

Spread

4
2
0
Indonesia

Malaysia

Filipina

Singapura

Thailand

Sumber : World Bank (2012), diolah

Gambar 1. Grafik tingkat suku bunga perbankan di kawasan ASEAN-5
tahun 2012
Permasalahan lainnya yang dihadapi oleh Indonesia dan negara lainnya di
kawasan ASEAN yaitu hadirnya integrasi pada sektor keuangan dan perbankan
pada tahun 2020 dimana pasar perbankan di kawasan ASEAN mengarah kepada
pasar tunggal (single market) seperti pasar tunggal Eropa. Integrasi tersebut
merupakan salah satu dari empat pilar pembentukan ASEAN Economic
Community (AEC) yaitu menciptakan kawasan yang terintegrasi secara penuh
dengan perkonomian global. Integrasi keuangan dan finansial tersebut diharapkan
dapat meningkatkan kinerja perbankan di kawasan ASEAN sehingga mampu
meningkatkan daya saing di industri perbankan dunia. Menurut Ferreira (2011)
proses integrasi mampu mengurangi tingkat inefisiensi sehingga akan
meningkatkan tingkat efisiensi perbankan.
Akan tetapi integrasi juga memberikan peluang sekaligus ancaman bagi dunia
perbankan domestik. Integrasi tersebut akan memberikan kemudahan bagi bankbank asing untuk membuka cabangnya di negara tujuan. Kondisi tersebut tentunya
akan meningkatkan persaingan di industri perbankan domestic. Tak hanya
persaingan dengan kawasan, kehadiran pasar tunggal dalam ASEAN Economic
Community (AEC) tentunya akan memberikan peluang kepada negara di luar
kawasan dalam melakukan ekspansi usahanya di negara lain termasuk di kawasan
Asia Tenggara.
Kemunculan bank-bank asing akan menciptakan kondisi persaingan di pasar
perbankan semakin ketat dan ketahanan bank-bank domestik akan diuji. Dalam
menghadapi persaingan tersebut baik bank domestik maupun bank asing dituntut
untuk beroperasi secara efisien. Bank yang tidak mampu bersaing akan keluar dari
pasar. Kegagalan bank domestik dalam bersaing dengan bank asing tentunya akan
berdampak pada perekonomian nasional. Oleh karena itu, penelitian untuk
mengukur tingkat efisiensi dan membandingkan dengan negara lain sangat
penting dilakukan, sehingga dapat membantu otoritas terkait dalam merumuskan
kebijakan dengan tepat terhadap industri perbankan.

3

Perumusan Masalah
Pertumbuhan ekonomi di kawasan ASEAN tak lepas dari peran perbankan
sebagai intermediasi keuangan. Liberalisasi keuangan yang sedang terjadi saat ini
menjadi tantangan bagi perbankan untuk tetap menjalankan fungsinya sebagai
intermediasi keuangan. Kondisi tersebut mengaruskan perbankan untuk terus
meningkatkan kinerja dan menciptakan efisiensi yang optimal. Namun,
pengalaman menunjukkan bahwa sekotr perbankan masih resisten terhadap krisis
yang terjadi. Krisis yang terjadi pada tahun 1997 yang terjadi di kawasan Asia
menjadi pengalaman berharga bagi industri perbankan di kawasan Asia khususnya
di ASEAN untuk menjaga ketahanan sistem perbankannya.
Perbankan umumnya masih terkena dampak negatif saat krisis 1997.
Sistem suku bunga tinggi yang diterapkan oleh perbankan menjadi pemicu
kegagalan bank saat krisis terjadi. Kondisi persaingan di kawasan ASEAN masih
berada pada persaingan berbasis bunga. Hal ini ditunjukkan dengan masih
tingginya net interest margin (NIM) di beberapa negara ASEAN. Indonesia
merupakan negara di kawasan ASEAN yang masih memiliki NIM tertinggi (lihat
Gambar 2). Nilai NIM Indonesia pada tahun 2011 sebesar 6.36 persen. Angka
tersebut masih jauh lebih besar dibandingkan dengan NIM negara lainnya di
kawasan ASEAN. Perkembangan NIM Indonesia selama tahun 2005 sampai 2011
relatif sama.
8
7
6
Indonesia

(%)

5

Filipina
4

Malaysia
Singapura

3

Thailand

2
1
0
2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

Sumber : World Bank (2013), diolah

Gambar 2 Grafik perkembangan NIM perbankan di kawasan ASEAN
tahun 2005-2011
Nilai NIM yang tinggi dikhawatirkan akan menghambat kegiatan usaha
pada sektor produktif. NIM yang tinggi mengindikasikan perbedaan suku bunga
kredit dan deposito yang semakin tinggi. Hal ini akan mengubah struktur
permodalan pada pelaku usaha. Para pelaku usaha tentunya akan bertindak
rasional dengan mencari sumber pendanaan yang memiliki suku bunga yang

4

rendah, termasuk melakukan pinjaman melalui perbankan di luar negeri. Jika
kondisi ini terus berlanjut akan menimbulkan dampak buruk terhadap
perekonomian domestik seperti depresiasi nilai tukar karena permintaan valuta
asing akan meningkat. Kondisi tersebut bisa saja memburuk dengan adanya
liberalisasi keuangan dengan menciptakan integrasi khususnya di kawasan
ASEAN dengan diimplementasikannya ASEAN Economic Community dimana
arus modal akan bebas mengalir di kawasan ASEAN. Kondisi tersebut
menunjukkan bahwa bank belum beroperasi secara efisien.
Selain melihat nilai NIM, ukuran efisiensi perbankan dapat juga dilihat dari
rasio biaya terhadap pendapatan. Pembahasan mengenai efisien pada latar
belakang menyatakan bahwa efisiensi yang rendah diikuti dengan profitabilitas
yang tinggi. Gambar 3 menunjukkan rasio beban terhadap pendapatan dimana
Indonesia memiliki nilai rasio yang tinggi dibandingkan dengan negara lainnya
kecuali Filipina. Nilai rasio beban terhadap biaya yang tinggi menunjukkan bank
beroperasi semakin tidak efisien. Artinya perbankan Indonesia masih belum
beroperasi secara efisien dibandingkan dengan Singapura, Malaysia, dan Thailand.
80.00
70.00
60.00
Indonesia

(%)

50.00

Filipina
40.00

Malaysia

30.00

Singapura

20.00

Thailand

10.00
2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

Sumber : International Financial Statistic (2013), diolah

Gambar 3. Grafik perkembangan rasio beban terhadap pendapatan perbankan
di kawasan ASEAN tahun 2005-2011
Berdasarakan pemaparan di atas, penelitian ini memiliki beberapa hal yang
akan dianalisis, yaitu:
1. Bagaimana tingkat efisiensi perbankan di ASEAN-5?
2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat efisiensi perbankan di
ASEAN-5?

Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan masalah yang telah dirumuskan, tujuan
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menganalisis tingkat efisiensi perbankan di ASEAN-5

5

2. Mengidentifikasi faktor-faktor
perbankan di ASEAN-5

yang

mempengaruhi

tingkat

efisiensi

Manfaat Penelitian
Penelitian diharapkan dapat memberikan masukan kepada beberapa pihak.
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi otoritas moneter yaitu Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan (OJK),
dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), penelitian ini dapat dijadikan
sebagai bahan pertimbangan dalam merumuskan kebijakan dan mengambil
keputusan. Melalui pemahaman yang baik mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi efisiensi perbankan, maka akan mempermudah langkah
otoritas moneter dan perbankan pada suatu negara untuk mencapai target
kebijakan yang ditetapkan.
2. Bagi akademisi, penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan kajian mengenai
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tingkat efisiensi perbankan secara
lebih mendalam dan dapat dijadikan sebagai rujukan untuk penelitian
selanjutnya.
3. Bagi masyarakat, penelitian ini dapat memberikan pengetahuan baru
mengenai kondisi perbankan di ASEAN khususnya perbankan di Indonesia.
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini mencakup analisis efisiensi perbankan
khususnya bank umum di kawasan ASEAN-5. Penelitian ini dibagi ke dalam dua
tahap analisis yaitu tahap pertama melakukan perhitungan nilai efisiensi teknis
dari masing-masing bank. Tahap selanjutnya adalah menganalisis faktor-faktor
yang mempengaruhi tingkat efisiensi perbankan tersebut.
Variabel yang digunakan pada tahap perhitungan nilai efisiensi pada
masing-masing bank adalah variabel output dan input masing-masing bank.
Variabel output terdiri dari total kredit dan pendapatan lainnya seperti sekuritas.
Sedangkan variabel input meliputi biaya tenaga kerja dan biaya pendanaan.
Selanjutnya, pada tahap analisis faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi
perbankan menggunakan variabel struktur bank dan variabel makroekonomi
negara masing-masing. Proxy yang digunakan pada variabel struktur bank yaitu
rasio ekuitas terhadap total aset (ETA), return on equity (profitabilitas). Variabel
makroekonomi yang digunakan yaitu tingkat suku bunga riil dan GDP per kapita.
Data-data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data tahunan selama
periode 2005-2012.

6

TINJAUAN PUSTAKA
Efiensi Perbankan
Efisiensi dalam ekonomi merupakan indikator penilaian kinerja suatu
pelaku ekonomi dalam berproduksi dengan biaya dan input serendah mungkin,
agar mendapatkan output sebanyak mungkin, sehingga efisiensi bagi sebuah bank
atau industri perbankan secara keseluruhan merupakan aspek yang paling penting
untuk diperhatikan untuk mewujudkan suatu kinerja keuangan yang sehat dan
berkelanjutan (Abidin 2008).
Bank dikatakan efisien bila dapat menjalankan fungsinya, khususnya
fungsi intermediasi, dengan biaya serendah-rendahnya. Menurut Tobin (1984)
dalam Jasmina (1995), efisiensi perbankan dapat dilihat dari konsep functional
efficiency dalam sistem keuangan. Dalam hal ini Tobin mengukur bagaimana
sektor perbankan menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediasi, yang
meliputi masalah pengambilan risiko, alokasi sumber daya, pemberian jaminan,
administrasi mekanisme pembayaran, dan mobilisasi tabungan untuk investasi.
Dalam kondisi pasar persaingan sempurna, kemampuan perbankan untuk
memperoleh keuntungan menjadi ukuran kinerja (performance) bank.
Tingkat efisiensi yang dicapai suatu bank merupakan cerminan dari
kualitas kinerja yang baik. Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No.
6/10/PBI/2004, tingkat kesehatan bank adalah hasil penilaian kualitatif atas
berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja suatu bank melalui
Penilaian Kuantitatif dan atau Penilaian Kualitatif terhadap faktor-faktor
permodalan (capital), kualitas aset (assets quality), manajemen (management),
rentabilitas (earning), likuiditas (liquidity) dan sensitivitas terhadap risiko pasar
(sensitivity to market risk). Penilaian Kuantitatif adalah penilaian terhadap posisi,
perkembangan, dan proyeksi rasio-rasio keuangan bank. Penilaian Kualitatif
adalah penilaian terhadap faktor-faktor yang mendukung hasil Penilaian
Kuantitatif, penerapan manajemen resiko dan kepatuhan Bank.
Efisiensi merupakan salah satu parameter kinerja yang secara teoritis
merupakan salah satu kinerja yang mendasari seluruh kinerja sebuah organisasi.
Kemampuan menghasilkan output yang maksimal dengan input yang ada, adalah
merupakan ukuran kinerja yang diharapkan. Pada saat pengukuran efisiensi
dilakukan, bank dihadapkan pada kondisi bagaimana mendapatkan tingkat output
yang optimal dengan tingkat input yang ada, atau mendapatkan tingkat input yang
minimum dengan tingkat output tertentu.
Coelli et al (1998) menyatakan bahwa konsep efisiensi secara umum
dibedakan menjadi tiga yaitu: efisiensi teknis (technical efficiency), efisiensi harga
(price efficiency), dan efisiensi ekonomis (economic efficiency). Konsep efisiensi
disajikan pada Gambar 4, efisiensi teknis mengukur tingkat produksi yang dicapai
pada tingkat penggunaan input tertentu. Sebuah bank secara teknis dikatakan lebih
efisien dibandingkan bank lain, apabila dengan penggunaan jenis dan jumlah
input yang sama, memperoleh output secara fisik yang lebih tinggi, titik A, namun
tidak melibatkan faktor harga. Efisiensi harga atau alokatif mengukur tingkat
keberhasilan bank dalam usahanya untuk mencapai keuntungan maksimum yang

7

dicapai pada saat nilai produk marginal setiap faktor produksi yang diberikan
sama dengan biaya marginalnya, titik B.
Efisiensi ekonomis adalah kombinasi antara efisiensi dan efisiensi harga
yang ditunjukkan oleh titik S’. Dalam perhitungan efisiensi menurut Coelli et al
(1998) ada dua pendekatan yaitu dengan pendekatan input dan pendekatan ouput.
Pendekatan input dijelaskan melalui kurva isocost yang ditunjukkan oleh kurva
AA’ dan isoquant yang ditunjukkan oleh kurva BB’. Perbandingan yang
dilakukan adalah dua penggunaan input terhadap satu output dengan asumsi
constant return to scale.

Sumber: Coelli et al

Gambar 4 Efisiensi teknis dan alokatif
Misalkan bank yang diuji efisiensinya berada di titik P. Jarak antara SP
menunjukkan adanya inefisiensi teknis yang merupakan jumlah input yang dapat
dikurangi tanpa mengurangi jumlah output. Sehingga efisiensi teknis dapat
dihitung dengan rasio dari 0S/0P. Titik S merupakan titik yang efisien secara
teknis karena berada di kurva isoquant. Untuk efisiensi secara alokasi dihitung
berdasarkan rasio 0R/0S. Jarak RS menunjukkan pengurangan biaya yang dapat
dilakukan guna mencapai efisiensi secara alokatif. Pada akhirnya titik yang efisien
secara alokatif dan teknis atau dengan kata lain efisiensi secara ekonomis adalah
di titik S’.
Efisiensi teknis menurut Kumbhakar dan Lovell (2003) adalah produsen
dikatakan efisien secara teknis jika dan hanya jika tidak mungkin lagi
memproduksi lebih banyak output dari yang telah ada tanpa mengurangi sejumlah
output lainnya atau dengan menambah sejumlah input tertentu. Berdasarkan
definisi tersebut, efisiensi teknis dapat diukur dengan pendekatan dari sisi output
dan sisi input. Pengukuran efisiensi teknis dari sisi output merupakan rasio dari
output observasi terhadap output batas. Indeks efisiensi ini digunakan sebagai
pendekatan untuk mengukur efisiensi teknik di dalam stochastic frontier.
Pengukuran efisiensi teknis dari sisi input merupakan rasio input atau biaya batas
(frontier) terhadap input atau biaya observasi. Bentuk umum dari ukuran efisiensi
teknis yang dicapai oleh observasi ke-i pada waktu ke-t didefinisikan sebagai
berikut (Coelli et al 1998):
(2.1)

8

dimana TE adalah efisiensi teknis bank ke-i, y adalah variabel output bank,
x adalah variabel input bank, exp (− �) adalah nilai harapan (mean) dari �, jadi 0

�≤ 1. Nilai efisiensi teknis tersebut berhubungan terbalik dengan nilai efek
inefisiensi teknis dan hanya digunakan untuk fungsi yang memiliki jumlah output
dan input tertentu (cross section data).
Sedangkan Berger dan Mester (1997) mendefinisikan efisiensi ekonomi
dalam institusi keuangan terdiri dari tiga, yaitu:
1. Efisiensi Biaya (Cost Efficiency)
Efisiensi biaya mengukur seberapa dekat biaya bank tersebut
dibandingkan terhadap biaya dari suatu bank yang beroperasi pada tingkat
kinerja terbaiknya yang mana menghasilkan output yang sama dan dalam
kondisi yang sama. Suatu bank dikatakan tidak efisien jika tingkat biaya dari
bank tersebut lebih tinggi jika dibandingkan dengan tingkat biaya bank
frontier yang beroperasi pada tingkat kinerja terbaiknya (best practice).
2. Efisiensi Keuntungan (Standard Profit Efficiency)
Efisiensi Keuntungan mengukur seberapa besar bank dapat menghasilkan
maksimum profit dengan tingkat harga input dan harga output tertentu.
Pendekatan profit efficiency secara konsep ekonomi jauh lebih baik
dibandingkan dengan pendekatan cost efficiency (Berger dan Mester (1997)).
Berger dan Mester (1997) menyatakan tentang konsep efisiensi keuntungan
adalah superior terhadap efisiensi biaya untuk mengevaluasi keseluruhan kinerja
dari sebuah perusahaan dan menyarankan sebuah model efisiensi keuntungan.
3. Efisiensi Keuntungan Lainnya (Alternative Profit Efficiency)
Efisiensi keuntungan lainnya mengukur seberapa besar bank dapat memperoleh
keuntungan maksimum pada tingkat harga output tertentu dibandingkan dengan
tingkat harga output.
Standard profit efficiency dan cost efficiency dapat memberikan ukuran yang
tepat tentang seberapa baik bank tersebut menghasilkan output dan menggunakan
input relatifnya terhadap bank yang menjadi benchmark, menurut asumsi yang
mendasarinya. Tetapi, jika asumsi tersebut tidak terpenuhi maka bisa digunakan
alternative profit function. Alternative profit function bisa memberikan informasi
yang berguna ketika satu atau lebih kondisi berikut ini berlaku:
1. Ada perbedaan kualitas output yang tidak tercakup dalam model dan perbedaan
dalam banking services yang tidak dapat diukur.
2. Tingkat output tidak sama (output are not completely variable), misal antara bank
kecil dengan bank besar.
3. Sifat/jenis pasar perbankan yang ada tidak bersifat persaingan sempurna (not
perfectly competitive).
4. Data mengenai harga output kemungkinan tidak akurat.
Integrasi Perbankan
Integrasi merupakan pergerakan bersama beberapa variabel menuju satu
keseimbangan dalam jangka panjang (Engle dan Granger 1987). Perez et al
(2005) mendefinisikan integrasi dalam kaitannya dengan keuangan adalah pasar
yang terdiri dari kumpulan instrument dan jasa keuangan yang menjadi saling
terkait ketika seluruh partisipan pasar potensial pada suatu pasar menjadi subyek
dari kesatuan peraturan ketika berhubungan dengan instrument jasa keuangan,

9

mempunyai akses yang sama terhadap instrumen dan jasa keuangan, diperlakukan
setara ketika mereka beroperasi dalam pasar.
Gabriel dan Andreea (2010) dalam Yogatama (2013) menyatakan bahwa
integrasi perbankan dapat diartikan sebagai sebuah proses menuju pasar tunggal
bagi produk perbankan dan jasa-jasa keuangan, dimana para pembeli dan penjual
dalam suatu pasar tunggal tersebut mempunyai kesempatan untuk bertransaksi
dalam ketentuan yang baik. Sementara itu Adam (2002) dalam Yogatama (2013)
menyatakan bahwa integrasi perbankan terjadi jika terbentuk kondisi yang mirip
bagi jasa-jasa yang ditawarkan bank di semua pasar yaitu berupa bunga yang
ditawarkan.
Pengukuran Efisiensi
Pengukuran efisiensi memiliki banyak bentuk dan metode. Pendekatan
yang paling sederhana adalah dengan membandingkan rasio keuangan dari
laporan keuangan masing-masing bank yang menunjukkan tingkat efisiensi biaya
seperti rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) dan
tingkat profitabilitas (ROE dan ROE), akan tetapi menurut Holis (2006) metode
ini tidak bisa sepenuhnya digunakan dalam laporan keuangan yang kompleks
seperti halnya institusi keuangan.
Penelitian ini menggunakan pengukuran efisiensi perbankan dengan
menggunakan metode Frontier. Metodologi ini menghitung efisiensi produksi
individu yang diukur dengan membandingkannya terhadap standar tertentu.
Dengan kata lain, efisiensi biaya dihitung dengan membandingkan biaya dari
setiap bank terhadap suatu fungsi yang menjadi frontiernya.
Berger dan Humphrey (1997) menyatakan bahwa analisis frontier dibagi
atas metode non parametrik dan parametrik dalam mengukur efisiensi institusi
keuangan. Pendekatan non parametrik terbagi atas 2, yaitu Data Envelopment
Analysis (DEA) dan Free Disposal Hull (FDH). Sedangkan pendekatan
parametric terbagi atas tiga pendekatan utama, yaitu Stochastic Frontier Analysis
(SFA), Distribution Free Approach (DFA), dan Thick Frontier Approach (TFA).
Stochastic Frontier Analysis (SFA)
Stochastic Frontier Approach (SFA) pertama kali dikenalkan oleh Aigner
et al (1997) dan Meesuen dan van den Broeck (1997). Menurut Coelli et al (2003)
dalam Hartono (2009) model SFA memiliki kelebihan, yaitu: (1) dilibatkannya
disturbance term yang mewakili gangguan, kesalahan pengukuran, dan guncangan
eksogen yang berada di luar kontrol, (2) variabel-variabel lingkungan lebih mudah
diperlakukan, (3) memungkinkan untuk melakukan uji hipotesis menggunakan
statistik, (4) lebih mudah mengidentifikasi outlier, dan (5) cost frontier dan
distance function dapat digunakan untuk mengukur efisiensi suatu persuahaan
yang banyak memiliki banyak output. Kelemahan dari model terletak pada model
error dimana inefisiensi diasumsikan mengikuti asimetri distribusi, biasanya halfnormal, sementara random error mengikuti simetris distribusi, biasanya standard
normal. Bentuk distribusi setengah normal dan eksponensial adalah bentuk yang
selama ini dipilih. Akan tetapi menurut Coelli et al (1998) kedua bentuk distribusi

10

ini cenderung bernilai nol sehingga kemungkinan besar efek efisiensi yang dicari
juga mendekati nol.
Menurut Coelli (1996) dalam pengukuran efisiensi dengan menggunakan
metode SFA dapat menggunkaan dua macam fungsi yaitu fungsi produksi
(stochastic production frontier) dan fungsi biaya (stochastic cost frontier). Pada
fungsi produksi, efisiensi diukur dengan memperhatikan tingkat output maksimal
yang dapat dicapai dengan kombinasi jumlah input tertentu. Sedangkan pada
fungsi biaya, efisisensi diukur berdasarkan tingkat biaya minimum yang dapat
dicapai perusahaan dengan tingkat output tertentu.
Pengukuran efisiensi dengan model SFA dapat dilakukan melalui
pendekatan berorientasi keluaran (output-oriented approach) untuk pengukuran
efisiensi teknikal (technical efficiency) dan pendekatan berorientasi masukan
(input-oriented approach) untuk pengukuran efisiensi biaya. Efisiensi teknikal
diukur berdasarkan production frontier, sedangkan efisiensi biaya diukur
berdasarkan cost frontier (Kumbhakar, 2000). Sebelum menganalisis efisiensi dari
bank dengan menggunakan fungsi biaya yang sesuai, penelitian harus diawali
dengan mendefinisikan tujuan dari bank dan melakukan spesifikasi input dan
output yang digunakan oleh bank tersebut dalam kegiatan operasionalnya.
Terdapat tiga pendekatan umum yang digunakan untuk mengidentifikasi input dan
output dari bank, yaitu: asset approach, user-cost approach, dan value-added
approach (Berger dan Humphrey, 1992). Dalam penelitian ini pendekatan yang
akan digunakan dalah asset approach (intermediate approach) dimana deposito
digunakan sebagai input.
Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai analisis efisiensi perbankan telah dilakukan oleh
Pancurova dan Lyocsa (2013) terhadap 187 bank umum di 11 negara CEE (Eropa)
selama periode 2005 sampai 2008. Penelitian tersebut menggunakan dua tahap
analisis yaitu pertama menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA)
untuk mengukur tingkat efisiensi, dan tahap kedua menggunakan truncated
regeression yang dikembangkan oleh Simar dan Wilson (2007). Pancurova dan
Lyocsa membedakan efisien menjadi dua yaitu efisiensi biaya dan efisiensi profit.
Hasil estimasi menunjukkan bahawa ukuran bank dan kapitalisasi keuangan
memiliki hubungan positif dengan efisiensi pendapatan. Non-performing loan
(NPL) juga memiliki pengaruh positif dengan efisiensi profit, tetapi berpengaruh
negatif terhadap efisiensi biaya. Penelitian tersebut juga memperoleh perbedaan
pada efisiensi biaya dan efisien profit terhadap industri perbankan di negara CEE.
Bank asing memiliki efisiensi biaya yang lebih tinggi dibanding dengan bank
domestik, tetapi memiliki efisiensi profit yang lebih rendah.
Pengukuran eifisiensi biaya dan efisiensi profit juga dilakukan oleh Bonin,
et al (2005) di negara-negara yang mengalami transisi. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk menganalisis pengaruh kepemilikan bank terhadap kinerja bank.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini berbeda dengan penelitian yang
dilakukan Pancurova dan Lyocsa yaitu menggunakan metode stochastic frontier
approach (SFA). Dengan menggunakan data masing-masing individu bank
sebanyak 220 bank dari tahun 1996-2000, hasil penelitian ini menunjukkan sedikit

11

perbedaan dengan penelitian Pancurova dan Lyocsa (2013) dimana bank asing
memiliki efisiensi biaya dan efisiensi profit yang lebih tinggi. Selain itu
keikutsertaan lembaga internasional dalam memberikan modal kepada perbankan
ternyata memberikan dampak yang signifikan terhadap peningkatan efisiensi.
Namun, hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa ukuran suatu bank yang
diukur dari total asset yang dimiliki memberikan dampak negatif terhadap
efisiensi bank itu sendiri.
Karim et al (2010) menganalisis hubungan antara non-performing loan
(NPL) dan efisiensi bank di Malaysia dan Singapura. Metode yang digunakan
untuk menghitung tingkat efisiensi biaya pada penelitian tersebut adalah
stochastic cost frontier approach (SFA) pada periode 1995 sampai 2000. Hasil
estimasi menggunakan SFA kemudian diregresikan menggunakan Model Tobit
untuk menentukan pengaruh non-performing loan terhadap efisiensi bank.
Penelitian tersebut menunjukkan semakin tinggi NPL yang dimiliki suatu bank
akan menurunkan tingkat efisiensi biaya. Demikian juga, semakin rendah efisiensi
yang dimiliki oleh bank, maka NPL akan meningkat. Kondisi tersebut terjadi
kepada dua negara oservasi yaitu Malaysia dan Singapura. Hasil estimasi tersebut
juga mendukung hipotesis Berger dan DeYoung (1997) yaitu buruknya
menajemen suatu institusi perbankan akan menghasilkan kredit dengan kualitas
yang rendah sehingga akan meningkatkan tingkat kredit macet (NPL).
Delis dan Papanikolaou (2009) juga mengukur efisiensi bank dengan
menggunakan metode semi parametric (bootstrap procedur) pada 10 negara
anggota baru Uni Eropa selama tahun 1994-2005. Penelitian ini juga
membandingkan dengan model Tobit dimana hasil regeresi pada model Tobit
tidak akurat dalam mengestimasi pengaruh ukuran bank, konsentrasi industry, dan
investasi terhadap efisiensi bank dibandingkan dengan prosedur bootstrap.
Tahir et al (2012) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi
inefisiensi biaya perbankan di 6 negara ASEAN yaitu Indonesia, Singapura,
Malaysia, Thailand, Vietnam, dan Filipina. Penelitian tersebut menggunakan
metode Stochastik Frontier Analysis (SFA) dan model regresi Tobit dengan
periode penelitian selama 6 tahun dari tahun 2003 sampai 2008. Hasil estimasi
menunjukkan bahwa perbankan Singapura memiliki cost infficiency yang rendah
dibandingkan negara lainnya di kawasan ASEAN. Inefisiensi biaya perbankan di
kawasan ASEAN lebih dipengaruhi oleh variabel internal bank dan pertumbuhan
ekonomi. Inefisiensi biaya juga dipenagaruhi oleh tingkat korupsi dan kebebasan
ekonomi, namun tidak terjadi di semua negara.
Fries dan Taci (2005) juga menggunakan metode SFA untuk mengukur
efisiensi biaya perbankan pada masa transisi (postcommunist) di 15 negara Eropa
Timur. Penelitian ini menggunakan data individu bank dengan total sampel bank
yang digunakan sebanyak 289 bank dari tahun 1994-2001. Hasil estimasi
menunjukkan bahwa bank swasta memiliki efisiensi biaya yang lebih tinggi
dibandingkan bank milik pemerintah. Pengaruh masa transisi pada penelitian ini
ditunjukkan oleh variabel banking reform, dimana variabel tersebut memiliki
hubungan yang tidak linier dengan efisiensi biaya.
Metode Stochastic Frontier Analysis (SFA) juga digunakan oleh Kosak et
al (2009) untuk mengukur perbedaan tingkat efisiensi bank di negara angggota
baru Uni Eropa. Untuk membandingkan tingkat efisiensi bank di negara-negara
anggota Uni Eropa yang baru, Kosak et. al membagi sampel penelitian ke dalam

12

dua kawasan yaitu kawasan CEE (Republik Ceko, Hungaria, Polandia, Slowakia,
dan Slovenia) dan Baltic (Latvia, Lithuania, Estonia) dengan periode penelitian
dari tahun 1996-2006. Hasil menunjukkan bahwa sektor perbankan di kawasan
Baltic memiliki tingkat efisiensi yang tinggi. Sedangkan tingkat kompetisi yang
diukur dengan menggunakan variabel Hirchsman-Herfindahl Index (HHI)
memiliki peran yang sangat penting dalam mempengaruhi tingkat efisiensi
perbankan dibandingkan variabel lainnya.
Sementara itu, Podpiera A. dan Podpiera J. (2004) melakukan analisis
risiko kegagalan perbankan di Republik Ceko dengan mengukur tingkat
inefisiensi biaya sebagai early warning system. Data yang digunakan berupa data
individu masing-masing bank dengan memperhatikan keluar masuknya bank di
sektor perbankan Republik. Hal tersebut mampu membuktikan bahwa risiko
kegagalan bank sangat berkolerasi dengan cost inefficient management. Dengan
menggunakan tiga metode parametric yaitu SFA, FEM, dan REM, penelitian ini
menghasilkan bahwa metode SFA dan REM lebih baik dibandingkan metode
FEM sebagai early warning system.
Chronopoulus et al (2011) menganalisis apakah efisiensi biaya dan
efisiensi profit dapat meningkatkan konglomerasi keuangan. Data yang digunakan
dalam penelitian ini merupakan data individu dari 165 bank yang berada di NMEs
Country (Republik Ceko, Siprus, Estonia, Hungaria, Latvia, Lithuania, Malta,
Polandia, dan Slovenia) selama periode 2001-2007. Estimasi hasil dilakukan
melalui dua tahap. Tahap pertama mengukur tingkat efisiensi teknis dengan
menggunakan metode non-parametrik yaitu metode Data Envelopment Analysis
(DEA) dan dilanjutkan tahap kedua dengan menggunakan metode parametric
regression bootstrap untuk menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi
efisiensi tersebut. Hasil estimasi menunjukkan bahwa Republik Ceko dan
Hungaria memiliki efisiensi tertinggi baik biaya maupun profit. Hasil lainnya
menunjukkan bahwa sektor perbankan di NMEs country mengalami biaya tinggi
dan inefisiensi profit dan terjadi ketimpangan efisiensi.
Penelitian yang menggunakan dua tahap analisis juga dilakukan oleh
Chortareas et al (2012) untuk mengukur tingkat efisiensi perbankan dan pengaruh
variabel financial freedom terhadap efisiensi perbankan di 27 negara Uni Eropa.
Dengan menggunakan data individu dari masing-masing bank dari tahun 20012009, penelitian ini mengukur tingkat efisiensi perbankan menggunakan metode
DEA. Sedangkan untuk melihat pengaruh variabel financial freedom terhadap
tingkat efisiensi perbanak menggunakan metode Jackstrap. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa semakin tinggi hambatan dan kontrol terhadap
perekonomian akan menurunkan tingkat efisiensi perbankan. Artinya semakin
besar intervensi yang dilakukan pemerintah akan menghambat kinerja operasional
perbankan yang pada akhirnya akan menurunkan efisiensi perbankan. Dengan
kata lain, semakin tinggi keterbukaan di sektor finansial akan meningkatkan
efisiensi perbankan.
Shen et al (2008) menganalisis efisiensi biaya industri perbankan di
sepuluh negara Asia yaitu Cina, Hong Kong, India, Indonesia, Malaysia, Filipina,
Singapura, Korea Selatan, Taiwan, dan Thailand selama periode 1998 sampai
2005. Penelitian ini menggunakan metode panel data stochastic frontier approach
(SFA) dengan sampel yang digunakan sebanyak 285 bank umum. Hasil estimasi
menunjukkan bahwa perbankan India memiliki nilai efisiensi biaya tertinggi

13

dibandingkan negara lainnya. Penelitian ini juga membuktikan bahwa memasukan
faktor keanekeragaman antar negara (cross-contry heterogeneous factors) seperti
tingkat makroekonomi masing-masing negara mampu meningkatkan nilai
efisiensi biaya.
Sementara itu, Banerjee (2012) menganalisis efisiensi biaya dan profit
perbankan di negara-negara anggota baru Uni Eropa yaitu Republik Cek, Estonia,
Hungaria, Latvia, Lituania, Polandia, Slovenia, dan Slowakia. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu SFA dan DFA. Penelitian ini memiliki tiga
kesimpulan pertama Republik Ceko memiliki nilai efisiensi tertinggi
dibandingkan negara lainnya. Kedua, penelitian ini menunjukkan bahwa
perbankan di negara-negara tersebut tidak beroperasi dalam kondisi pasar
persaingan sempurna. Ketiga, kepemilikan asing (foreign ownership) berpengaruh
signifikan dan memiliki hubungan positif dengan efisiensi biaya.
Bazrkar dan Khalilpour (2013) mengestimasi peringkat bank berdasarkan
kinerja bank tersebut dan membandingkan antara metode Data Envelopment
Analysis (DEA) dan Stochastic Frontier Analysis (SFA). Sampel yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu sepuluh bank di Iran selama periode 2005 hingga 2010.
Hasil estimasi menunjukkan bahwa metode SFA mampu memberikan akurasi
lebih baik mengenai kinerja bank dibandingkan metode DEA.
Restrepo-Tobon dan Kumbhakar (2013) melakukan penelitian mengenai
efisiensi keuntungan (profit efficiency) terhadap bank-bank umum di Amerika
Serikat. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data kuartalan selama
periode 2001 hingga 2010 dan menggunakan nonstandard profit function. Hasil
estimasi dengan menggunakan metode SFA menunjukkan bahwa tingkat efisiensi
keuntungan (profit efficiency) bank-bank di Amerika Serikat berkisar antara 80%
atau lebih kecil dibandingkan tingkat efisiensi biaya (cost efficiency) dan revenue
efficiency. Bank-bank besar memiliki tingkat revenue efficiency yang lebih besar
dibandingkan bank-bank kecil dan memiliki tingkat efisiensi biaya yang hampir
sama. Hasil estimasi dalam penelitian ini juga menunjukkan bahwa revenue
efficiency dan efisiensi biaya (cost efficiency) memiliki hubungan negatif dengan
efisiensi keuntungan (profit efficiency).
Kajian mengenai efisiensi bank juga dilakukan oleh Irsova (2010). Irsova
mengkaji tingkat efisiensi bank di lima negara CEE yaitu Republik Ceko,
Hungaria, Polandia, Slovenia, dan Slowakia. Penelitian ini menggunakan sampel
sebanyak 220 bank selama periode 1995 hingga 2006 dan menggunakan metode
SFA. Hasil estimasi menunjukkan bahwa penggunaan persamaan transcendental
logarithmic functional menurunkan rata-rata nilai efisiensi baik efisiensi biaya
(cost efficiency) maupun efisiensi keuntungan (profit efficiency).
Kablan (2007) mengukur tingkat efisiensi bank-bank di negara berkembang
di kawasan West African Economic Monetary Union (WAEMU). Penelitian ini
menggunakan dua metode yaitu metode DEA untuk mengukur efisiensi teknis dan
SFA untuk mengukur efisiensi biaya. Data yang digunakan merupakan data
tahunan dari 48 bank di kawasan tersebut selama periode 1996 hingga 2004. Hasil
estimasi menunjukkan bahwa bank swasta memiliki nilai efisiensi teknis dan
efisiensi biaya yang lebih tinggi dibandingkan dengan bank asing dan bank milik
pemerintah. Besarnya tingkat efisiensi tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor
yaitu rasio ekuitas terhadap total aset, Herfindahl-Hirschmann Index, pendapatan
per kapita, kredit macet (non-performing loans) dan tingkat kepadatan penduduk.

14

Pengukuran tingkat efisiensi bank juga dilakukan oleh Tahir et al (2010).
Penelitian bertujuan untuk mengukur dan membandingkan tingkat efisiensi biaya
(cost efficiency) dan efisiensi keuntungan (profit efficiency) antara bank domestik
dan bank asing di Malaysia. Penelitian ini menggunakan 9 bank domestik dan 13
bank asing selama periode 2000 hingga 2006. Hasil estimasi dengan
menggunakan metode SFA menunjukkan bahwa bank asing memiliki tingkat
efisiensi yang lebih besar dibandingkan dengan bank domestik baik pada efisiensi
biaya maupun efisiensi keuntungan.
Carvallo dan Kasman (2004) juga menganalisis efisiensi biaya terhadap
perbankan di Amrika Latin dan Karibia menggunakan metode SFA. Carvallo dan
Kasman menggunakan 481 bank umum di 16 negara Amerika Latin yaitu
Argentina, Bolivia, Brazil, Cili, Kolombia, Kosta Rika, Republik Dominika,
Ekuador, Honduras, Jamaika, Meksiko, Panama, Paraguay, Peru, Uruguay dan
Venezuela sebgai sampel penelitiannya antara tahun 1995 dan 1999. Hasil
estimasi menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tingkat efisiensi yang signifikan
antar negara di kawasan Amerika Latin. Meskipun demikian, perbankan di
kawasan Amerika Latin beroperasi efisien dengan tingkat inefisiensi sebesar 17%.
Sementara itu, faktor yang paling mempengaruhi tingkat efisiensi perbankan
negar-negara di Amerika Latin dan Karibia yaitu tingkat kapitalisasi bank.
Penelitian mengenai efisien perbankan juga dilakukan oleh Ferreira (2011)
dengan menggunakan dua metode yaitu SFA dan DFA terhadap bank-bank di
Eropa yang tergabung dalam EU-27 selama periode 1994 sampai 2008. Penelitian
ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh integrasi di Eropa terhadap tingkat
efisiensi perbankan. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan utama yaitu tingkat
inefisiensi perbankan menurun setelah diimplementasikannya European Monetary
Union. hasil estimasi juga mengindikasikan bahwa terjadinya proses konvergensi
perbankan di Uni Eropa meskipun bergerak sangat lambat.
Penelitian mengenai pengaruh proses integrasi terhadap tingkat efisiensi
bank juga dilakukan oleh Gallizo et al (2011). Sampel yang digunakan dalam
penelitian ini sebanyak 240 bank di 12 negara yaitu Bulgaria, Kroasia, Republik
Ceko, Estonia, Hungaria, Latvia, Lithuania, Macedonia, Polandia, Rumania,
Slowakia, dan Slovenia selama periode 2000 sampai 2008. Penelitian ini memiliki
hasil yang sama dengan Ferreira (2011) yaitu adanya proses integrasi akan
meningkatkan tingkat efisiensi di negara-negara tersebut. Akan tetapi,
peningkatan tingkat efisiensi perbankan tersebut belum dialami oleh Rumania.
Kerangka Pemikiran
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi efisiensi bank umum di kawasan ASEAN-5 yaitu Indonesia,
Malaysia, Singapura, Thailand, dan Filipina. penelitian ini hanya mengkaji tingkat
efisiensi bank-bank umum domestik yang berada di kawasan ASEAN, melihat
hubungan antara tingkat efisiensi dengan berbagai indikator, dan faktor-faktor
yang yang mempengaruhi efisiensi bank.
Efisiensi perbankan dapat diukur menggunakan indikator kinerja
perbankan yaitu dengan menggunakan rasio biaya terhadap pendapatan. Namun
dalam penelitian ini tidak menggunakan rasio tersebut, melainkan dengan

15

mengukur tingkat efisiensi perbankan dengan berdasarkan output dan input dari
bank. Hal ini disebabkan efisiensi yang dimaksud pada penelitian ini adalah
efisiensi berdasarkan fungis biaya. Berdasarkan uraian pada sub bab sebelumnya
tingkat efisiensi bank umum dipengaruhi oleh beberapa faktor baik dari faktor
internal perusahaan maupun lingkungan makroekonomi. Beberapa penelitian
menyatakan bahwa efisiensi bank dipengaruhi oleh GDP per capita, tingkat suku
bunga riil (real interest rate) sebagai faktor lingkungan makroekonomi.
Sedangkan dari faktor karakteristik bank lebih dipengaruhi oleh return on equity
dan rasio ekuitas terhadap total aset.
Pengukuran efisiensi biaya menggunakan model Stochastic Frontier
Analysis. Nilai efisiensi dihitung berdasarkan residualnya dimana residual yang
terbagi atas dua yaitu error dan inefisiensi. Besaran nilai efisiensi dihitung dari
nilai residual minimum dibagi dengan nilai residual masing-masing cross sectionnya.

Bank Umum di
Kawasan ASEAN-5

Variabel Price Input
Price of Fund
Price of Labour
Price of Capital

Variabel Fixed Netputs dan
Eksogen
Fixed netputs : Aset tetap
Internal Bank: ROE dan ETA
Makroekonomi: GDP per Capita dan
Suku bunga riil

Variabel Output
Loans
Securities
Other earning asset

Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Efisiensi

Tingkat Efisiensi

Stochastic Frontier Analyis
(SFA)

Tingkat
Efisiensi
Perbankan

Implikasi Kebijakan
Gambar 5 Kerangka pemikiran

16

METODOLOGI PENELITIAN
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penlitian ini berupa data panel yang
seimbang (balanced panel data) yang berupa data cross section sebanyak 23 bank
umum domestik di kawasan ASEAN-5 selama periode 2005-2012. Data tersebut
merupakan data sekunder yang diperoleh dari laporan keuangan tahunan masingmasing bank umum dan World Bank. Data tersebut digunakan untuk mengukur
nilai efisiensi biaya dan mengidentifikasi faktor-faktor penyebab inefisiensi di
Bank. Sedangkan untuk studi pustaka, penulis mengumpulkan literatur berupa
jurnal, artikel, dan buku-buku yang relevan dengan penelitian ini.
Definisi Operasional
Dalam mengukur efisiensi biaya masing-masing bank, perumusan fungsi
biaya yang dapat menggambarkan fungsi biaya bank perlu dirumuskan. Fungsi
biaya tersebut tersusun atas peubah tak bebas (dependent variable), peubah bebas
(independent variable), dan peubah eksogen. Semua variabel yang digunakan
merupakan bentuk rasio dan logaritma natural guna mengurangi perbedaan yang
mencolok antar bank. Variabel-variabel yang digunakan dalam peneitian ini
merujuk pada peneltian yang dilakukan oleh Kosak et al (2009 dan Berger dan
Mester (1997) dengan beberapa