Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kesenjangan Tabungan dan Investasi Domestik di Kawasan ASEAN 5+3

(1)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertumbuhan ekonomi suatu negara sangat ditunjang oleh indikator tabungan dan investasi domestik yang digunakan untuk menentukan tingkat pertumbuhan dan pembangunan ekonomi negara tersebut. Pembangunan secara umum difokuskan pada pembangunan ekonomi melalui usaha peningkatan pertumbuhan ekonomi yang berkaitan erat dengan peningkatan pendapatan nasional baik secara keseluruhan maupun per kapita sehingga masalah-masalah seperti pengangguran, kemiskinan, serta adanya ketimpangan distribusi pendapatan diharapkan dapat terpecahkan melalui trickle down effect (Todaro dan Smith, 2006).

Pembangunan ekonomi merupakan tahapan proses yang mutlak dilakukan oleh pemerintahan suatu negara agar dapat meningkatkan kesejahteraan seluruh masyarakat negara tersebut. Berdasarkan hal tersebut maka pembangunan ekonomi dilakukan oleh semua negara, termasuk negara yang tergabung dalam Association of South East Asian Nation (ASEAN).

Pada negara-negara ASEAN yang umumnya terdiri dari negara-negara berkembang (developing country) termasuk di dalamnya mengandalkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, membutuhkan dana yang cukup besar. Akan tetapi pelaksanaan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi di sebagian besar negara berkembang terhambat oleh keterbatasan modal. Keterbatasan modal tersebut disebabkan oleh adanya kesenjangan tabungan dan investasi (saving-investment gap) dan kesenjangan ekspor dan impor (export-import gap). Cara untuk memenuhi kebutuhan dana yang diperlukan oleh suatu negara untuk meningkatkan pertumbuhannya dapat berasal dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Pembiayaan dari dalam negeri salah satunya adalah melalui tabungan dalam negeri, sedangkan apabila tabungan dalam negeri atau pendapatan nasional tidak mencukupi maka dapat memperoleh tambahan dari luar negeri berupa pinjaman luar negeri maupun foreign direct investment.


(2)

Krisis ekonomi pada pertengahan tahun 1997 yang kemudian menjadi krisis multidimensi memiliki dampak yang dirasakan oleh beberapa negara di kawasan Asia antara lain nilai tukar yang terdepresiasi sangat tajam, inflasi yang tinggi, dan menurunnya kepercayaan investor untuk berinvestasi di Asia, akan tetapi krisis yang berawal dari jatuhnya nilai tukar Baht di Thailand ini tidak meluas ke bagian dunia yang lain. Setelah krisis di akhir tahun 1990-an tersebut, ASEAN meningkatkan hubungan ekonomi eksternal dengan beberapa negara Asia Timur, seperti China, Jepang dan Korea Selatan dan kemudian kerjasama ini dinamakan ASEAN+3. Kerjasama ASEAN+3 mampu membentuk pasar yang lebih besar dibandingkan ASEAN, sehingga menunjukkan perubahan ekonomi ke arah yang lebih baik dan kondisi perekonomian yang stabil.

Pada tahun 2005 juga terjadi guncangan akibat melonjaknya harga minyak dunia dan disusul pada pertengahan 2007 krisis perumahan (subprime mortage) yang melanda Amerika Serikat dengan cepat berubah menjadi krisis keuangan global yang meluas ke hampir seluruh belahan dunia dan berdampak pada ketidakstabilan perekonomian di negara ASEAN 5+3. Hal tersebut dapat dilihat dari rendahnya pertumbuhan ekonomi di negara-negara ASEAN 5+3 pasca krisis seperti pada Gambar 1 berikut ini :

‐10

‐5 0 5 10 15

1995 1997 1999 2001 2003 2005 2007 2009

Indonesia Malaysia Filipina Thailand Singapura Korea Selatan China Jepang

Pertumb

uha

n

 

Ekonomi

 

(%

)

 

Tahun 

Sumber: World Development Indicator, 2011 (diolah)

Gambar 1. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Kawasan Negara ASEAN 5+3 Tahun 1995-2010 (Persen)


(3)

3   

Berdasarkan Gambar 1 dapat dilihat pada seluruh negara ASEAN 5+3 terjadi penurunan pertumbuhan ekonomi pasca terjadi krisis yaitu pada tahun 1997, tahun 2005 maupun pada tahun 2008. Ketiga krisis yang terjadi ini telah memberikan dampak kerusakan yang besar bagi negara-negara Asia, salah satunya adalah kesenjangan tabungan dan investasi domestik. Kondisi pergerakan kesenjangan tabungan dan investasi domestik dapat dilihat pada Gambar 2.

-15 -10 -5 0 5 10 15 20

1996 1998 2000 2002 2004 2006 2008 2010

K e se nj a ng a n T a bu ng a n d a n I D o m e st ik ( p e rse n G D 25 30 35 nv e st a si P ) Indonesia Ma la ysia Singa pura Tha ila nd Filipina Korea Sela tan Jepa ng China

Sumber: Asian Development Bank, 2011 (Diolah)

Gambar 2. Perkembangan Kesenjangan Tabungan dan Investasi Domestik Kawasan Negara ASEAN 5+3 Tahun 1996-2010 (Persen GDP) Dari Gambar 2 dapat diamati bahwa pergerakan kesenjangan tabungan dan investasi domestik di kawasan ASEAN 5+3 cenderung bernilai positif dan berfluktuasi. Kesenjangan positif dialami oleh negara ASEAN 5+3, kecuali negara Filipina. Hal tersebut menandakan bahwa terdapat tingkat tabungan yang lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat pembentukan modal di masing-masing negara, kecuali Filipina. Ini juga berarti bahwa selama periode tersebut, terdapat potensi investasi yang belum termanfaatkan di negara ASEAN 5+3. Sedangkan fluktuasi yang terjadi merupakan akibat dari adanya krisis ekonomi, dimana kesenjangan menurun secara tajam ketika terjadi krisis ekonomi yaitu pada tahun 1997, tahun 2005 dan tahun 2008. Akan tetapi satu tahun pasca krisis tersebut terjadi peningkatan kesenjangan dalam jumlah yang cukup besar seperti yang terjadi pada tahun 1998, tahun 2006, dan tahun 2009.


(4)

Pengalaman ini membuat negara-negara Asia terutama ASEAN mulai mempertimbangkan ide penguatan integrasi moneter demi mencapai stabilitas keuangan regional. Peningkatan integrasi moneter antar negara di kawasan Asia menjadi penting dengan harapan dapat mengurangi dampak negatif dan menanggulangi krisis serupa di kemudian hari.

1.2 Perumusan Masalah

Salah satu masalah dalam pelaksanaan pembangunan ekonomi yang dihadapi negara-negara berkembang termasuk Indonesia adalah keterbatasan modal dalam negeri. Hal ini tercermin pada angka kesenjangan tabungan investasi “Saving-Investment Gap” (S-I gap) dan “Foreign Exchange Gap” (forex gap). Saving - Investment gap menggambarkan kesenjangan antara tabungan dalam negeri dengan dana investasi yang dibutuhkan, sedangkan Foreign Exchange Gap menggambarkan kesenjangan antara kebutuhan devisa untuk membiayai impor barang atau jasa dengan penerimaan devisa hasil ekspor barang atau jasa. Oleh karena itu negara-negara berkembang membutuhkan pinjaman luar negeri untuk menutup kekurangan kebutuhan pembiayaan investasi dan untuk membiayai defisit transaksi berjalan (current account) neraca pembayaran dalam rangka pembiayaan transaksi internasional sehingga posisi cadangan devisa tidak terganggu (Sanuri, 2005).

Akan tetapi sebenarnya tantangan mendasar yang dihadapi oleh perekonomian negara ASEAN 5+3 dalam memacu pertumbuhan ekonomi dan pembangunan adalah pemenuhan kebutuhan investasi yang makin meningkat baik dalam jangka pendek maupun jangka menengah. Oleh karena itu diperlukan upaya khusus guna meningkatkan tabungan domestik (Gross Domestic Saving), baik yang berasal dari tabungan pemerintah maupun tabungan masyarakat. Perkembangan tabungan domestik di negara ASEAN 5+3 pada tahun 1996-2010 dapat dilihat pada Gambar 3.


(5)

5   

0 10 20 30 40 50 60

1996 1998 2000 2002 2004 2006 2008 2010

T

abunga

n

D

o

me

stik

(p

er

se

n

GD

P

)

Indonesia Malaysia Singapura Thailand Filipina Korea Selatan Jepang China

Sumber: Asian Development Bank, 2011 (Diolah)

Gambar 3. Perkembangan Tabungan Domestik di Kawasan Negara ASEAN 5+3 Tahun 1996-2010 (Persen GDP)

Berdasarkan Gambar 3 dapat diamati bahwa terdapat jumlah tabungan domestik yang cukup tinggi di masing-masing negara ASEAN 5+3. Oleh karena itu timbulah kesenjangan tabungan dan domestik yang positif di negara ASEAN 5+3, kecuali negara Filipina. Fakta ini menunjukkan bahwa peningkatan investasi sesungguhnya sangat memungkinkan terutama mengingat potensi tabungan domestik yang masih berada di atas tingkat investasi domestik. Selain itu, fakta ini juga memberikan arti bahwa persoalan investasi di negara ASEAN 5+3 sesungguhnya bukan terletak pada faktor kurangnya pembiayaan, tetapi lebih kepada iklim investasi yang kurang mendukung pengembangan usaha. Kondisi yang paling menonjol adalah belum terciptanya keadaan yang mendorong masyarakat untuk melakukan penanaman modal. Rendahnya investasi pemerintah juga merupakan suatu masalah yang dialami negara di kawasan ASEAN 5+3, hal tersebut menyebbakan lambatnya perkembangan infrastruktur yang seharusnya dapat memicu pertumbuhan ekonomi dan mengurangi kesenjangan. Perkembangan investasi domestik di negara ASEAN 5+3 pada tahun 1996-2010 dapat diketahui pada Gambar 4.


(6)

Sumber: Asian Development Bank, 2011 (Diolah)

Gambar 4. Perkembangan Investasi Domestik di Kawasan Negara ASEAN 5+3 Tahun 1996-2010 (Persen GDP)

Berdasarkan Gambar 3 dan Gambar 4, kondisi yang umum terjadi di kawasan ASEAN 5+3 adalah oversaving dan underinvestment. Terjadinya kondisi oversaving merupakan dampak dari tingginya pertumbuhan ekonomi Indonesia dan negara ASEAN 5+3 lainnya yang mencapai angka diatas 4 persen. Oversaving seperti yang terlihat pada Gambar 1.3 menandakan bahwa tingkat tabungan domestik yang cukup tinggi di negara-negara ASEAN 5+3, yang terbentuk dari tingginya pendapatan per kapita sehingga memicu peningkatan tabungan masyarakat. Akan tetapi dana surplus kesenjangan tabungan dan investasi domestik ini tidak pula berdampak baik bagi peningkatan investasi domestik. Justru hal ini berdampak pada rendahnya tingkat investasi domestik seperti yang dapat dilihat dalam Gambar 1.4. Kondisi underinvestment yang terjadi di Indonesia dan negara ASEAN 5+3 lainnya disebabkan oleh minimnya dana investasi pemerintah maupun invetasi asing yang lebih banyak bermain di investasi portofolio dibandingkan investasi riil.

Di negara Indonesia pertumbuhan ekonomi triwulan I tahun 2011 yang hanya mampu tumbuh 6,5 persen dipandang belum maksimal lantaran minimnya investasi pemerintah Indonesia. Hal tersebut dikarenakan pemerintah menurunkan alokasi anggaran untuk kegiatan investasi sebesar 47,2 persen yaitu dari Rp3,5 triliun pada APBN Perubahan 2010 menjadi Rp1,9 triliun dalam RAPBN 2011. Hal yang serupa juga terjadi pada investasi asing. Selama ini banyak dana asing


(7)

7   

yang masuk ke Indonesia hanya berupa investasi portofolio yang berupa sertifikat Bank Indonesia (SBI), saham, ataupun Surat Utang Negara (SUN) dengan berharap return (imbalan) yang besar. Ironisnya, setelah mengambil keuntungan, aliran modal itu bisa keluar dengan cepat dan tidak masuk ke investasi langsung asing (foreign direct investment). Hal inilah yang sering mengganggu stabilitas ekonomi dalam negeri dan juga menyebabkan timbulnya kondisi underinvestment di Indonesia. Kondisi serupa juga banyak terjadi di negara ASEAN 5+3 lainnya.

Hal tersebut menandakan bahwa dibutuhkan peningkatan investasi terutama untuk menggerakan sektor riil dalam rangka pengembangan investasi di Indonesia dan negara-negara ASEAN 5+3 lainnya. Adanya kebijakan pemerintah untuk meningkatkan alokasi dan kapasitas investasi pemerintah dalam rangka mendukung pembangunan infrastruktur, dan berbagai kebijakan pemerintah lainnya seperti penyertaan modal berupa investasi pada sektor dan perusahaan yang strategis yang dapat memberikan nilai tambah yang optimal guna meningkatkan perekonomian negara, menjadi hal mutlak yang harus dilakukan oleh negara-negara ASEAN 5+3.

Oleh karena itu sangat penting untuk mengetahui kondisi dan pergerakan kesenjangan tabungan dan investasi domestik serta faktor-faktor yang mempengaruhi kesenjangan antara tabungan dan investasi guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi negara ASEAN 5+3 dalam rangka pembentukan integrasi ekonomi yang berkesinambungan dalam rangka mencapai Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang mengacu pada kesejahteraan masyarakat ASEAN 5+3.

Berdasarkan pemaparan di atas, maka dapat disusun perumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana kondisi kesenjangan tabungan dan investasi domestik di kawasan negara ASEAN 5+3.

2. Apa faktor-faktor yang memengaruhi kesenjangan antara tabungan dan investasi domestik di kawasan negara ASEAN 5+3.

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan hasil pemaparan rumusan penelitian di atas, dapat ditentukan tujuan dari penelitian ini antara lain :


(8)

1. Menganalisis kondisi kesenjangan tabungan dan investasi domestik di kawasan ASEAN 5+3.

2. Menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi kesenjangan antara tabungan dan investasi domestik di kawasan negara ASEAN 5+3.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini akan memberikan gambaran mengenai kondisi kesenjangan tabungan dan investasi domestik serta faktor-faktor yang memengaruhinya di kawasan negara ASEAN 5+3. Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh pihak-pihak berwenang sebagai referensi untuk harmonisasi dan koordinasi kebijakan dalam rangka mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi serta menyeimbangkan kesenjangan tabungan dan investasi domestik. Selain itu, penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi pembacanya dan sebagai referensi untuk melakukan penelitian lebih lanjut. Bagi penulis sendiri, penelitian ini merupakan wadah pembelajaran untuk menerapkan ilmu yang diperoleh selama menempuh pendidikan di Institut Pertanian Bogor.


(9)

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Konsep Tabungan

2.1.1 Pengertian Tabungan Domestik

Tabungan nasional adalah jumlah dari tabungan pemerintah dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), yang merupakan selisih antara penerimaan dalam negeri (antara lain dari berbagai macam pajak) dengan pengeluaran rutin (seperti gaji pegawai negeri dan subsidi bahan-bahan kebutuhan pokok), dan dari keuntungan bersih BUMN, serta tabungan masyarakat, termasuk tabungan yang berasal dari keuntungan bersih perusahaan-perusahaan swasta.

Tabungan domestik merupakan salah satu sumber bagi pertumbuhan modal negara berkembang. Besar kecilnya tabungan menentukan pembentukan modal pembangunan, terutama pembentukan modal domestik atau tabungan domestik. Tabungan domestik atau tabungan nasional terdiri dari dua sumber, yaitu tabungan pemerintah dan tabungan masyarakat. Tabungan pemerintah adalah selisih antara realisasi penerimaan dalam negeri dengan pengeluaran rutin. Sedangkan tabungan masyarakat adalah jumlah antara tabungan perusahaan dan tabungan rumah tangga. Tabungan ini dibutuhkan untuk membiayai investasi. Kesenjangan tabungan dan investasi (saving-investment gap) ditutup dengan masuknya arus modal asing ke sektor pemerintah maupun swasta.

Kendati pada dasarnya semua sisa pendapatan yang tidak dikonsumsi adalah tabungan, namun tidak seluruhnya merupakan tabungan sebagaimana yang dikonsepkan dalam makroekonomi. Hanya bagian yang dititipkan pada lembaga perbankan saja yang dapat dinyatakan sebagai tabungan, karena secara makro dapat disalurkan sebagai dana investasi. Sehingga sisa pendapatan yang tidak dikonsumsi dan disimpan sendri tidak tergolong sebagai tabungan.

Oleh karena itu sangat sukar untuk mendapatkan data sesungguhnya perihal tabungan masyarakat di suatu negara. Kita mungkin dapat menaksirnya dengan cara mengurangi pendapatan per kapita dengan pengeluaran konsumsi rata-rata per kapita, kemudian dikalikan jumlah populasi (Y – C = S). Namun taksiran demikian cenderung terlalu besar (over estimate) karena untuk negara


(10)

yang masyarakatnya tidak terbiasa dengan lembaga perbankan, tidak semua sisa pendapatan benar-benar ditabung. Sebagian besar sisa pendapatan mereka justru disimpan dalam bentuk “Tabungan Tradisional” sehingga kurang produktif.

Pada negara-negara berkembang maupun pada negara maju tabungan dan investasi saling memengaruhi, dimana perkembangan tingkat investasi akan dipengaruhi oleh perkembangan tingkat tabungan sebagai sumber akumulasi modal.

2.1.2 Teori Tabungan Domestik dalam Model Solow

Model pertumbuhan Solow menunjukkan bagaimana tabungan, pertumbuhan populasi dan kemajuan teknologi mempengaruhi tingkat output perekonomian dan pertumbuhannya sepanjang waktu. Model ini dirancang untuk menunjukkan bagaimana pertumbuhan dalam persediaan modal, pertumbuhan dalam angkatan kerja, dan kemajuan teknologi berinteraksi dalam perekonomian yang pada akhirnya berpengaruh terhadap output suatu negara (Mankiw, 2006).

Model Solow membahas bagaimana tabungan yang digunakan untuk akumulasi modal dapat mempengaruhi pertumbuhan. Tahap pertama adalah mengkaji bagaimana penawaran dan permintaan terhadap barang menentukan akumulasi modal. Pada tahap ini kita akan mengasumsikan bahwa angkatan kerja dan teknologi adalah tetap. Penawaran barang dalam model Solow didasarkan pada fungsi produksi yang menyatakan bahwa output (Y) bergantung pada persediaan modal (K) dan tenaga kerja (L), yang dirumuskan sebagai berikut : Y = F (K,L) (2.1)

Model pertumbuhan Solow mengasumsikan bahwa fungsi produksi memiliki skala pengembalian konstan (constant return to scale). Apabila setiap input dilipatgandakan sebesar c kali maka input juga akan bertambah sebesar c

kali,

cY = F ( cK,cL ) (2.2) Apabila c = 1/L maka kita akan dapatkan

Y/L = F (K/L, 1) (2.3)

Apabila y = Y/L; k = K/L dan f(k) adalah F(K/L, 1) maka persamaan (2.3) dapat ditulis kembali menjadi


(11)

11   

y = f(k) (2.4)

Berdasarkan persamaan (2.4) kita dapat melihat bahwa output per kapita merupakan fungsi dari modal per pekerja. Persamaan ini sesuai dengan definisi pertumbuhan ekonomi sebagai perubahan output per kapita.

Permintaan terhadap barang dalam model Solow berasal dari konsumsi dan investasi. Dengan kata lain output per pekerja (y) dibagi diantara konsumsi per pekerja (c) dan invetasi per pekerja (i), yang dirumuskan sebagai berikut :

y = c + i (2.5)

Model Solow mengasumsikan bahwa setiap tahun orang menabung sebagian dari pendapatan mereka dan mengkonsumsi sebagian yang dirumuskan sebagai berikut:

c = (1-s) y (2.6)

Untuk mengetahui apakah fungsi konsumsi tersebut berpengaruh terhadap investasi, maka dengan subtitusi persamaan (2.6) ke persamaan (2.5), didapat fungsi sebagai berikut :

y = (1-s)y + i (2.7)

atau dapat ditulis sebagai berikut :

i = sy (2.8)

Persamaan (2.8) menunjukkan bahwa invetasi sama dengan tabungan, jadi tingkat tabungan juga merupakan bagian dari output yang menunjukkan investasi.

Model Solow menunjukkan bahwa tingkat tabungan adalah determinan penting dari persediaan modal mapan. Apabila tingkat tabungan tinggi, maka perekonomian akan mempunyai persediaan modal yang besar dan tingkat output yang tinggi, begitupun sebaliknya. Kenaikan dalam tingkat tabungan meningkatkan pertumbuhan sampai perekonomian mencapai kondisi mapan baru. Suatu perekonomian yang memiliki tingkat tabungan tinggi dengan persediaan modal yang besar dan tingkat output yang tinggi, tidak selalu mempertahankan tingkat pertumbuhan yang tinggi pula.


(12)

2.2 Konsep Investasi

2.2.1 Pengertian Investasi Domestik

Terdapat beberapa pengertian tentang investasi, yaitu dalam neraca nasional atau struktur PDB menurut penggunaannya, investasi didefinisikan sebagai pembentukan modal atau kapital tetap domestik (domestic fixed capital formation). Investasi dapat dibedakan antara investasi bruto (pembentukan modal tetap domestik bruto) dan investasi neto (pembentukan modal tetap domestik neto). Perbedaan ini karena adanya penyusutan atas barang-barang modal tetap (capital consumption) yang digunakan dalam proses produksi. Penyusutan merupakan nilai penggantian terhadap penurunan nilai barang modal tetap yang digunakan dalam proses produksi.

Menurut definisi dari Biro Pusat Statistik (BPS), pembentukan modal tetap adalah pengeluaran untuk pengadaan, pembuatan, atau pembelian barang-barang modal baru (bukan barang-barang konsumsi) baik dari dalam negeri maupun impor, termasuk barang modal bekas dari luar negeri. Pembentukan modal tetap yang dicakup hanyalah yang dilakukan oleh sektor-sektor ekonomi dalam negeri.

Cakupan dari barang-barang modal tetap adalah sebagai berikut :

1. Barang modal baru dalam bentuk kontruksi (seperti bangunan tempat tinggal dan bukan tempat tinggal, jalan dan bandara), mesin-mesin, alat angkutan dan perlengkapannya, atau mempunyai umur pemakaian (economic life time) satu tahun atau lebih.

2. Biaya untuk perubahan dan perbaikan berat barang-barang modal yang akan meningkatkan output atau produktivitas pemakaian barang tersebut.

3. Pengeluaran untuk pengembangan dan pembukaan tanah, perluasan areal hutan dan daerah pertambangan serta penanaman dan peremajaan tanaman keras.

4. Pembelian ternak produktif untuk keperluan pembiakan, pemerahan susu, pengangkutan dan sebagainya, tidak termasuk ternak untuk dipotong.

5. Margin perdagangan dan ongkos-ongkos lain yang berkenaan dengan transaksi jual beli tanah, sumber mineral, hak penguasaan tanah, hak paten, hak cipta dan barang-barang modal bekas.


(13)

13   

Menurut Samuelson (1997), menyatakan bahwa investasi (pembelian barang-barang modal) meliputi penambahan stok modal atau barang modal di suatu negara, seperti pembangunan, peralatan produksi, dan barang-barang inventaris dalam waktu satu tahun. Investasi merupakan langkah mengorbankan konsumsi saat ini untuk memperbesar konsumsi di masa yang akan datang. Investasi dapat diartikan pula sebagai pengeluaran penanaman modal atau pengeluaran perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan produksi barang dan jasa yang tersedia dalam perekonomian.

Investasi (investment) terdiri dari barang-barang yang dibeli untuk penggunaan masa depan. Investasi juga dibagi menjadi tiga sub kelompok yaitu investasi tetap bisnis yang merupakan pembelian pabrik dan peralatan oleh perusahaan, investasi residensi yang merupakan pembelian rumah baru oleh rumah tangga dan tuan tanah serta investasi persediaan yang merupakan peningkatan dalam persediaan barang perusahaan.

Investasi merupakan suatu alat untuk mempercepat pertumbuhan tingkat produksi di negara sedang berkembang, dengan demikian maka investasi berperan sebagai sarana untuk menciptakan kesempatan kerja.

2.2.2 Teori Investasi Domestik Dalam Model Harrod-Domar

Teori ini dikembangkan oleh Sir Roy F. Harrod dan Evsey Domar. Teori ini merupakan perkembangan dari teori Keynes. Harrod-Domar mencoba untuk menganalisis syarat-syarat yang diperlukan agar perekonomian dapat tumbuh dan berkembang dalam jangka panjang dengan mantap (steady growth).

Dalam model Harrod-Domar tabungan harus sama dengan total investasi (S=I), dimana:

a. Tabungan merupakan suatu proporsi dari output total (S = sY).

b. Investasi didefenisikan sebagai perubahan stok modal dan dilambangkan dengan I=∆K.

Teori Harrod-Domar menekankan pentingnya peran akumulasi modal dalam proses pertumbuhan. Dimana setiap perekonomian dapat menyisihkan suatu proporsi tertentu dari pendapatan nasionalnya jika hanya untuk mengganti


(14)

barang-barang modal yang rusak. Teori Harrod-Domar menunjukkan bahwa laju pertumbuhan ekonomi (gy) merupakan perkalian antara produktivitas modal (σ)

dengan tingkat tabungan atau investment (s).

Gy = σs (2.9)

Apabila produktivitas modal tetap maka pertumbuhan ekonomi akan ditentukan secara langsung oleh tingkat saving (investment) (Hossain et al, 1998).

Namun demikian, untuk menumbuhkan perekonomian tersebut diperlukan investasi-investasi baru sebagai tambahan stok modal. Harrod-Domar

menitikberatkan bahwa akumulasi modal itu mempunyai peranan ganda, yaitu menumbuhkan pendapatan dan di sisi lain juga dapat menaikkan kapasitas produksi dengan cara memperbesar persediaan modal. Secara sederhana teori

Harrod-Domar adalah misalnya pada suatu waktu tercipta keseimbangan pada tingkat full employment income, maka untuk memelihara keseimbangan dari tahun ke tahun dibutuhkan sejumlah pengeluaran, karena investasi itu harus cukup untuk menutupi kenaikan output yang ditimbulkannya. Oleh karena itu, investasi harus selalu ada agar keseimbangan tidak terganggu, sebab bila tidak, pendapatan per kapita akan turun karena adanya populasi yang bertambah (Todaro dan Smith, 2006).

2.3 Konsep Kesenjangan Tabungan-Investasi (Saving-Investment Gap)

Terjadinya defisit maupun surplus dalam tabungan dan investasi merupakan akibat dari adanya kesenjangan antara tabungan nasional yang berhasil dihimpun, baik dari masyarakat dan swasta melalui mobilitas modal perbankan dan lembaga keuangan lainnya, maupun dari pemerintah yang bersumber dari penerimaan dalam negeri dengan anggaran rutin dan besarnya kebutuhan dana yang diperlukan untuk membiayai investasi, baik yang dilakukan pihak swasta maupun pemerintah. Kesenjangan tabungan dan investasi dapat bernilai positif (surplus), bernilai negatif (defisit) ataupun bernilai nol (seimbang). Kondisi kesenjangan tabungan dan invetasi dapat dilihat dalam Gambar 5.


(15)

15   

Pelunasan Pokok Pinjaman Pemerintah dan Swasta

Dana Luar Negeri Pemerintah dan Swasta Netto  

Tabungan (Saving)

Investasi (Investment)

Anggaran Pembangunan Investasi Swasta

Tabungan Pemerintah

Pinjaman Pemerintah

Pinjaman Swasta

Tabungan Masyarakat

Kesenjangan I - S

Sumber: Supriyanto dan Sampurna, 1999

Gambar 5. Kesenjangan Tabungan dan Investasi

Kesenjangan tabungan dan investasi (saving-investment gap) disebabkan karena pada salah satu pihak tabungan domestik rendah, sedangkan dipihak lain kebutuhan dana untuk membiayai investasi domestik semakin besar dan meningkat tiap tahun mengikuti pertumbuhan populasi dan kebutuhan pasar. Oleh karena itu terbentuklah kesenjangan tabungan dan investasi: S-I < 0 (S < I ). Hal ini menandakan bahwa negara yang bersangkutan mengalami investment-saving gap.

Selisih antara tabungan domestik dan investasi domestik yang disebut arus modal keluar netto (net capital outflow) disebut juga investasi asing netto (net foreign investment). Jika arus modal keluar netto kita positif, maka tabungan kita melebihi investasi dan kita meminjamkan kelebihannya kepada pihak asing. Jika arus modal keluar netto kita negatif, maka investasi kita melebihi tabungan dan kita harus meminjan dari luar negeri, artinya jika investasi melebihi tabungan maka dikatakan defisit.


(16)

2.4 Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Kesenjangan Tabungan dan Investasi

2.4.1 Foreign Direct Investment (FDI)

Foreign Direct Investment (FDI) adalah arus modal internasional dimana perusahaan dari suatu negara mendirikan atau memperluas perusahaannya di negara lain. Oleh karena itu tidak hanya terjadi pemindahan sumber daya, tetapi juga terjadi pemberlakuan kontrol terhadap perusahaan di luar negeri. FDI (Foreign Direct Investment) atau investasi langsung luar negeri adalah salah satu ciri penting dari sistem ekonomi yang kian mengglobal. Hal ini bermula saat sebuah perusahaan dari satu negara menanamkan modalnya dalam jangka panjang ke sebuah perusahaan di negara lain. Dengan cara ini perusahaan yang ada di negara asal dapat mengendalikan perusahaan yang ada di negara tujuan investasi baik sebagian atau seluruhnya. Caranya dengan penanam modal membeli perusahaan di luar negeri yang sudah ada atau menyediakan modal untuk membangun perusahaan baru di sana atau membeli sahamnya sekurangnya 10 persen. FDI penting dalam menjamin kelangsungan pembangunaan dibandingkan dengan aliran bantuan atau modal portofolio, sebab terjadinya FDI disuatu negara akan diikuti dengan transfer of technology, know-how, management skill, resiko usaha relatif kecil dan lebih profitable.

FDI terkait dengan investasi aset-aset produktif, misalnya pembelian atau konstruksi sebuah pabrik, pembelian tanah, peralatan atau bangunan; atau konstruksi peralatan atau bangunan yang baru yang dilakukan oleh perusahaan asing. Penanaman kembali modal (reinvestment) dari pendapatan perusahaan dan penyediaan pinjaman jangka pendek dan panjang antara perusahaan induk dan perusahaan anak atau afiliasinya juga dikategorikan sebagai investasi langsung. Kini mulai muncul corak-corak baru dalam FDI seperti pemberian lisensi atas penggunaan teknologi tinggi.

Tujuan setiap FDI tidaklah sama, perusahaan investor tergerak oleh berbagai ragam alasan untuk berinvestasi di luar negeri. Terdapat empat tujuan utama FDI (Foreign Direct Investment) yaitu pencari sumber daya, pencari pasar, pencari efesiensi dan pencari asset strategi.

FDI kini memainkan peran penting dalam proses internasionalisasi bisnis. Perubahan yang sangat besar telah terjadi baik dari segi ukuran, cakupan, dan


(17)

17   

metode FDI dalam dekade terakhir. Perubahan-perubahan ini terjadi karena perkembangan teknologi, pengurangan pembatasan bagi investasi asing dan akuisisi di banyak negara, serta deregulasi dan privatisasi di berbagai industri. Berkembangnya sistem teknologi informasi serta komunikasi global yang makin murah memungkinkan manajemen investasi asing dilakukan dengan jauh lebih mudah.

Pemerintah sangat memberi perhatian pada FDI karena aliran investasi masuk dan keluar dari negara mereka dapat memberikan dampak yang signifikan. Para ekonom menganggap FDI sebagai salah satu pendorong pertumbuhan ekonomi karena memberi kontribusi pada ukuran-ukuran ekonomi nasional seperti Produk Domestik Bruto (GDP), Gross Fixed Capital Formation (GFCF, total investasi dalam ekonomi negara tuan rumah) dan saldo pembayaran. Mereka juga berpendapat bahwa FDI mendorong pembangunan karena-bagi negara tuan rumah atau perusahaan lokal yang menerima investasi itu, FDI menjadi sumber tumbuhnya teknologi, proses, produk sistem organisasi, dan ketrampilan manajemen yang baru. Lebih lanjut, FDI juga membuka pasar dan jalur pemasaran yang baru bagi perusahaan, fasilitas produksi yang lebih murah dan akses pada teknologi, produk, ketrampilan, dan pendanaan yang baru.

Namun terdapat beberapa argumen yang menentang FDI karena dianggap dapat memperlebar kesenjangan tabungan dan investasi. Dimana penanaman modal asing dikatakan justru menurunkan tingkat tabungan maupun investasi domestik di negara tuan rumah sehubungan dengan akan terciptanya aneka bentuk persaingan tidak sehat yang bersumber dari perjanjian produksi ekslusif. Sehingga tidak terlaksananya reinvestasi atas keuntungan yang mereka dapatkan dalam perekonomian tuan rumah. Dampak lainnya adalah terpicunya tingkat konsumsi domestik yang akan menurunkan minat masyarakat untuk menabung maupun investasi (Todaro dan Smith, 2006).

2.4.2 Tingkat Inflasi (Consumer Price Index)

Inflasi adalah proses kenaikan harga harga barang jasa secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga yang sifatnya sementara seperti momen hari raya (tidak terus menerus) dan kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak


(18)

dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan kenaikan) kepada barang lainnya. Consumer Price Index atau yang sering dikenal dengan Indeks Harga Konsumen merupakan salah satu indikator inflasi yang menunjukkan pergerakan harga dari paket barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat. Berdasarkan atas dasar survei bulanan di 45 kota, di pasar tradisional dan modern terhadap 283-397 jenis barang/jasa di setiap kota dan secara keseluruhan terdiri dari 742 komoditas.

Menurut penyebabnya, secara ekonomi perubahan harga bisa disebabkan karena sisi penawaran (supply) dan sisi permintaan (demand). Berdasarkan sisi permintaan disebut Tarikan Permintaan (Demand Pull Inflation) dimana inflasi terjadi karena suatu kenaikan dalam permintaan total (Agregat Demand) yang berlebihan sementara produksi telah berada pada kondisi full employment dan tidak mungkin meningkat lagi sehingga penambahan permintaan hanya akan menyebabkan terjadinya perubahan peningkatan harga. Berdasarkan sisi penawaran adalah Desakan Biaya (Cost Push Inflation), dimana inflasi ini terjadi akibat meningkatnya biaya produksi (input) sehingga mengakibatkan harga produk-produk (output) yang dihasilkan ikut naik. Sumber kenaikan biaya produksi ini bisa berasal dari banyak hal misalnya; kenaikan upah buruh, kenaikan harga energi, dan kenaikan harga bahan baku.

Secara umum, inflasi memiliki dampak positif dan dampak negatif, tergantung parah atau tidaknya inflasi tersebut. Apabila inflasi itu ringan, justru mempunyai pengaruh yang positif dalam arti dapat mendorong perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan nasional dan membuat orang bergairah untuk bekerja, menabung dan mengadakan investasi. Sebaliknya, dalam masa inflasi yang parah, yaitu pada saat terjadi inflasi tak terkendali (hiperinflasi) keadaan perekonomian menjadi kacau dan perekonomian dirasakan lesu, orang menjadi tidak bersemangat kerja, menabung atau mengadakan investasi dan produksi karena harga meningkat dengan cepat. Oleh karena itu, tingkat inflasi merupakan salah satu faktor penting yang memengaruhi kesenjangan tabungan dan investasi karena berdampak langsung pada pembentukan modal domestik serta pengeluaran untuk investasi domestik yang pada akhirnya berpengaruh terhadap tinggi rendahnya kesenjangan tabungan dan investasi domestik.


(19)

19   

2.4.3 Total Populasi

Populasi merupakan jumlah penduduk yang menempati suatu wilayah tertentu. Total populasi suatu negara dilihat berdasarkan kepada jumlah warga negara yang sah secara hukum dan terdaftar di negara tersebut. Adanya warga negara asing yang menetap ataupun turis yang datang ke negara tersebut tidak tercantumkan dalam jumlah populasi suatu negara. Total populasi suatu negara sangat dipengaruhi oleh pertumbuhan populasi di negara tersebut. Pertumbuhan populasi merupakan keseimbangan yang dinamis antara kekuatan-kekuatan yang menambah dan mengurangi jumlah populasi. Pertumbuhan populasi diakibatkan oleh beberapa komponen yaitu: kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas), migrasi masuk dan migrasi keluar. Selisih antara kelahiran dan kematian disebut pertumbuhan alamiah (natural increase), sedangkan selisih antara migrasi masuk dan migrasi keluar disebut migrasi netto.

Adanya pengaruh positif pertumbuhan populasi terhadap pertumbuhan ekonomi di mana kondisi dan kemajuan populasi sangat erat terkait dengan tumbuh dan berkembangnya usaha ekonomi. Populasi disatu pihak dapat menjadi pelaku atau sumber daya bagi faktor produksi, pada sisi lain dapat menjadi sasaran atau konsumen bagi produk yang dihasilkan. Kondisi-kondisi suatu populasi, data dan informasi kepopulasian akan sangat berguna dalam memperhitungkan berapa banyak tenaga kerja akan terserap serta kualifikasi tertentu yang dibutuhkan dan jenis-jenis teknologi yang akan dipergunakan untuk memproduksi barang atau jasa. Dipihak lain pengetahuan tentang struktur populasi dan kondisi sosial ekonomi pada wilayah tertentu, akan sangat bermanfaat dalam memperhitungkan berapa banyak populasi yang dapat memanfaatkan peluang dan hasil pembangunan atau seberapa luas pangsa pasar bagi suatu produk usaha tertentu (Todaro dan Smith, 2006).

Sesuai dengan model Solow, populasi dianggap sangat berpengaruh terhadap tingkat tabungan suatu negara. Oleh karena itu, diharapkan dengan adanya populasi yang berkualitas mampu memacu tingkat tabungan dan investasi domestik secara bersama-sama sehingga kesenjangan tabungan dan investasi domestik dapat diminimalisasi.


(20)

2.4.4 Pertumbuhan Ekonomi (Economic Growth)

Pertumbuhan ekonomi adalah perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat. Masalah pertumbuhan ekonomi dapat dipandang sebagai masalah makro ekonomi dalam jangka panjang. Perkembangan kemampuan memproduksi barang dan jasa sebagai akibat pertambahan faktor-faktor produksi pada umumnya tidak selalu diikuti oleh pertambahan produksi barang dan jasa yang sama besarnya. Pertambahan potensi memproduksi seringkali lebih besar dari pertambahan produksi yang sebenarnya. Dengan demikian perkembangan ekonomi adalah lebih lambat dari potensinya.

Pertumbuhan ekonomi umumnya didefinisikan sebagai kenaikan GDP riil per kapita. Produk Domestik Bruto (Gross Domestic Product, GDP) adalah nilai pasar keluaran total sebuah negara, yang merupakan nilai pasar semua barang jadi dan jasa akhir yang diproduksi selama periode waktu tertentu oleh faktor-faktor produksi yang berlokasi di dalam sebuah negara.

Kenaikan GDP dapat muncul melalui kenaikan penawaran tenaga kerja, kenaikan modal fisik atau sumber daya manusia, serta kenaikan produktivitas masukan dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor termasuk perubahan teknologi, kemajuan pengetahuan lain, dan ekonomisnya skala produksi. Manfaat dari pertumbuhan ekonomi antara lain:

a. Sebagai alat ukur kemajuan ekonomi sebagai hasil pembangunan nasional. b. Sebagai dasar pembuatan proyeksi atau perkiraan penerimaan negara untuk

perencanaan pembangunan nasional atau sektoral dan regional.

c. Sebagai dasar penentuan prioritas pemberian bantuan luar negari oleh Bank Dunia atau lembaga internasional lainnya.

d. Sebagai dasar pembuatan prakiraan bisnis, khususnya persamaan penjualan bagi perusahaan untuk dasar penyusunan perencanaan produk dan perkembangan sumber daya modal.

Pertumbuhan ekonomi sangat mempengaruhi kesenjangan tabungan dan investasi domestik. Karena dengan adanya pertumbuhan ekonomi yang tinggi, akan meningkatkan minat para investor untuk menanamkan modalnya sehingga


(21)

21   

mampu meningkatkan investasi domestik yang saat ini kurang baik. Selain itu dengan adanya pertumbuhan ekonomi dapat memberikan gambaran mengenai kondisi perekonomian suatu negara yang dapat membentuk terciptanya kegiatan ekonomi yang ditunjang tabungan dan investasi domestik dalam rangka pencapaian kesejahteraan masyarakat.

2.4.5 Krisis Ekonomi

2.4.5.1 Krisis Moneter Asia 1997-1998

Krisis moneter Asia diawali dengan krisis nilai mata uang dan keuangan Thailand pada Juli 1997 kemudian menjalar ke negara ASEAN lainnya. Dampak krisis moneter Asia, selain runtuhnya nilai tukar mata uang dan meningkatnya tingkat suku bunga, kebangkrutan perusahaan dan bank juga menyebabkan krisis keuangan. Pesimisme konsumen dan investor juga menyebabkan kontraksi investasi yang diikuti dengan krisis ekonomi dan pengangguran.

2.4.5.2 Krisis Minyak Dunia 2005

Krisis minyak dunia 2005 disebabkan oleh pasokan minyak yang terganggu karena badai Katrina yang juga menyebabkan beberapa kilang produksi di Amerika rusak dan disusul dengan kerusuhan di negara produsen minyak Nigeria. Hal ini menyebabkan melonjaknya harga minyak dunia secara besar-besaran. Naiknya harga minyak dunia menyebabkan lemahnya nilai tukar mata uang terhadap US Dollar. Hal ini menimbulkan inflasi yang cukup tinggi dan mengancam stabilitas makroekonomi yang telah dicapai ASEAN 5+3.

2.4.5.3 Krisis Keuangan Global 2008-2009

Krisis keuangan global diawali dengan kredit macet perumahan beresiko tinggi (subprime mortage) pada semester akhir 2007 di Amerika Serikat. Dampak krisis keuangan global 2008-2009 menjalar ke Eropa dan Asia Pasifik termasuk negara ASEAN 5+3 dalam bentuk bangkrutnya bank atau institusi keuangan multinasional Amerika Serikat, meningkatnya inflasi, meningkatnya pengangguran, runtuhnya indeks bursa saham karena nilai tukar mata uang anjlok,


(22)

sampai akhirnya menurunkan pertumbuhan ekonomi yang tentunya berdampak terhadap kesenjangan tabungan dan investasi.

2.5 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Penelitian yang akan dilaksanakan menggunakan analisis data panel untuk mengetahui kesenjangan tabungan dan investasi domestik terhadap delapan negara yaitu Indonesia, Malaysia, Singapura, Filipina, Thailand, Korea Selatan, Jepang dan China pada kurun waktu 1996-2010 dan akan dianalisis lima variabel yaitu FDI, tingkat inflasi, total populasi, pertumbuhan ekonomi dan dummy krisis ekonomi.

Park dan Shin (2009), melakukan penelitian yang berjudul “Saving, Investment, and Current Account Surplus in Developing Asia”. Penelitian tersebut menggunakan persamaan tabungan untuk 137 negara dan persamaan investasi untuk 141 negara pada periode waktu 1965-1969 dan 2000-2004. Metodologi yang digunakan adalah panel data dengan fixed effects model. Hasil dari penelitian tersebut adalah bahwa di negara-negara ASEAN banyak terjadi kondisi

oversaving dan underinvestment sehingga menyebabkan current account surplus. Hal ini dipengaruhi oleh masalah struktural di negara tersebut serta beberapa faktor yang mempengaruhi tabungan dan investasi seperti pendapatan per kapita, jumlah populasi, dan dummy krisis Asia.

Purba (2008) melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tabungan dan Investasi Swasta Di Indonesia”. Penelitian ini menggunakan dua variabel terikat yaitu tabungan swasta dan investasi swasta serta variabel bebas pendapatan nasional, tingkat suku bunga, inflasi, rasio investasi pemerintah serta variabel dummy krisis ekonomi pada tahun 1984-2003 menggunakan pendekatan Error-Correction Model (ECM). Hasil dari penelitian ini adalah pendapatan nasional, suku bunga, inflasi berkorelasi positif dengan tabungan swasta baik pada jangka pendek dan jangka panjang. Sedangkan pada investasi swasta, pendapatan nasional berkorelasi positif, sedangkan inflasi dan rasio investasi pemerintah berkorelasi negatif. Untuk variabel krisis ekonomi berkorelasi negatif pada tabungan dan investasi swasta.


(23)

23   

Felipe, Kintanar, dan Lim (2005) melakukan penelitian yang berjudul “Asia’s Current Account Surplus: Savings glut or Investment Drough”. Penelitian ini dilakukan terhadap negara Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand dan Filipina pada tahun 1986-2003 menggunakan panel data dengan variabel tingkat investasi, tingkat tabungan, tingkat kredit domestik, tingkat profit, serta dummy negara dan tahun. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa negara di ASEAN mengalami surplus current account dikarenakan karena rendahnya investasi dan bukan dikarenakan tingginya tabungan. Rendahnya investasi ini merupakan dampak dari adanya krisis global tahun 1998 yang menyebabkan banyak negara ASEAN mengalami collaps keuangan sehingga negara-negara ASEAN memilih untuk menyimpan tabungan dan menggunakannya sebagai cadangan investasi dibandingkan untuk berinvestasi.

Anoruo (2001) melakukan penelitian yang berjudul “Saving-Investment Connection : Evidence From The Asean Countries”. Penelitian ini menggunakan data gross domestic saving and investment untuk negara Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura dan Thailand pada tahun 1960-1996. Penelitian ini menggunakan pendekatan Granger-causality test berdasarkan vector error correction model (VECM). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada jangka panjang, mobilitas modal rendah pada negara yang diamati. Untuk negara Indonesia dan Singapura dinyatakan bahwa investasi mempengaruhi tabungan. Sedangkan di negara Filipina terjadi hal sebaliknya dimana tabungan mempengaruhi investasi. Dan untuk negara Malaysia dan Thailand terjadi kausalitas dua arah yang menandakan tabungan dan investasi saling mempengaruhi.

Boon (2000) melakukan penelitian yang berjudul “Savings, Investment and Capital Flows: An Empirical Study On The Asean Economies”. Penelitian ini dilakukan terhadap lima negara ASEAN yaitu Indonesia, Malaysia, Thailand, Singapura dan Filipina pada tahun 1968-1997 untuk variabel gross domestic saving dan gross domestic investment menggunakan pendekatan vector error correction model (VECM). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada jangka pendek, tidak terdapat efek kausalitas satu arah dimana tabungan mempengaruhi investasi di semua negara kecuali Singapura. Sedangkan efek kausalitas terjadi


(24)

dimana investasi mempengaruhi tabungan pada negara Indonesia dan Thailand. Sedangkan untuk negara Malaysia dan Filipina tidak terdapat hubungan kausalitas antara tabungan dan investasi.

Shiimi dan Kadhikwa (1999) melakukan penelitian yang berjudul “Savings and Investment in Namibia”. Penelitian ini menggunakan dua persamaan, untuk persamaan tabungan menggunakan variabel gross national disposable income, tingkat suku bunga deposit dan inflasi. Untuk persamaan investasi menggunakan variabel GDP riil, tingkat suku bunga pinjaman, dan rasio investasi pemerintah terhadap GDP, masing-masing pada tahun 1980-1996 di negara Namibia. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat tabungan dipengaruhi real national disposable income dan inflasi serta tingkat investasi dipengaruhi oleh suku bunga, GDP Riil dan investasi pemerintah.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah perbedaan berdasarkan regional yaitu Kawasan ASEAN 5+3, berdasarkan analisis yaitu menggunakan panel data, berdasarkan waktu penelitian yaitu pada tahun 1996-2010 dan berdasarkan variabel yang akan dianalisis yaitu FDI, tingkat inflasi, total populasi, pertumbuhan ekonomi, dan dummy krisis ekonomi.

2.6 Kerangka Pemikiran Konseptual

Hubungan antara tabungan dan investasi domestik merupakan indikator penting dalam pengembangan perekonomian di negara-negara ASEAN 5+3. Sebagai satu kesatuan wilayah, ASEAN 5+3 menjanjikan potensi ekonomi yang sangat potensial. Agar dapat menuai manfaat optimal dari integrasi ekonomi, setiap negara dituntut untuk dapat meningkatkan kapasitas produksinya.

Dalam kaitan ini, bank sentral memiliki peran yang signifikan melalui kebijakan moneternya untuk mendorong investasi yang tinggi guna meningkatkan stok kapital fisik (physical capital). Bukti empiris menggunakan data saving-investment gap untuk negara-negara di kawasan ASEAN 5+3 pada tahun 1996-2010 menunjukkan bahwa terjadi surplus dari kesenjangan tabungan dan investasi domestik, kecuali untuk negara Filipina. Hal tersebut menandakan bahwa kondisi di negara ASEAN 5+3 umumnya terjadi oversaving dan underinvestment.


(25)

25   

Dari sisi domestik, walaupun stabilitas ekonomi makro bisa dijaga, sejumlah masalah struktural seperti iklim investasi, infrastruktur, produktivitas dan daya saing (sisi penawaran) masih membayangi pencapaian pertumbuhan yang lebih cepat dan berkualitas. Hal ini antara lain karena struktur perekonomian pascakrisis lebih ditopang oleh konsumsi dan ekspor, sementara investasi belum menunjukkan peran yang signifikan. Terjadinya kondisi oversaving merupakan dampak dari tingginya pertumbuhan ekonomi di negara ASEAN 5+3. Sehingga meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang terlihat melalui pendapatan per kapita yang pada akhirnya akan meningkatkan tingkat tabungan masyarakat dan meningkatkan tingkat tabungan domestik. Sedangkan kondisi underinvestment di negara-negara ASEAN 5+3 terjadi karena beberapa faktor mulai dari masalah keamanan, tidak adanya kepastian hukum, dan kondisi infrastruktur yang buruk, hingga kondisi perburuhan yang semakin buruk. Serta adanya antisipasi pasca krisis ekonomi tahun 1998 yang menyebabkan negara-negara di ASEAN 5+3 menyimpan dana tabungan domestik sebagai dana cadangan guna mengantisipasi terjadinya krisis yang serupa.

Oleh karena itu, sangat dibutuhkan analisis terhadap beberapa faktor seperti foreign direct investment, tingkat inflasi, jumlah populasi, pertumbuhan ekonomi dan dummy krisis ekonomi guna menstabilkan kondisi kesenjangan tabungan dan investasi, yang bermanfaat sebagai rekomendasi kebijakan yang tepat bagi pemerintah. Karena dengan terciptanya kondisi keseimbangan tabungan dan investasi domestik akan membantu meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan menciptakan pertumbuhan yang berkelanjutan dalam jangka panjang sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat di kawasan ASEAN 5+3. Adapun skema alur kerangka pemikiran konseptual dapat dilihat pada Gambar 6. Skema diawali dengan kondisi pertumbuhan ekonomi yang berfluktuasi sehingga menyebabkan kondisi tabungan domestik yang oversaving dan investasi domestik yang underinvestment. Kondisi ini melahirkan kesenjangan surplus tabungan dan investasi domestik dan akan dianalisis secara deskriptif dan inferensia sehingga melahirkan implikasi kebijakan pembangunan bagi negara ASEAN 5+3.


(26)

Gambar 6. Skema Alur Kerangka Pemikiran Konseptual 2.7 Hipotesis Penelitian

Dugaan sementara berdasarkan landasan teori dan konsep yang digunakan, dapat ditentukan beberapa hipotesis yaitu :

1. FDI, tingkat inflasi, dan total populasi berpengaruh positif terhadap kesenjangan tabungan dan investasi domestik.

2. Pertumbuhan ekonomi dan krisis ekonomi berpengaruh negatif terhadap kesenjangan tabungan dan investasi domestik.

Tabungan Domestik Investasi Domestik

Kesenjangan Positif Tabungan dan Investasi

Implikasi Kebijakan Pembangunan Bagi Negara ASEAN 5+3 Kondisi Pertumbuhan Ekonomi

Negara ASEAN5+3 - Indonesia - Thailand - Malaysia - China

- Singapura - Korea Selatan - Filipina - Jepang

Oversaving  Underinvestment 

Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Kesenjangan :

1. FDI

2. Tingkat Inflasi 3. Total Populasi 4. Pertumbuhan GDP 5. Krisis Ekonomi Analisis

Deskriptif

Analisis Panel Data


(27)

III. METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa data panel (pooled data) yang merupakan gabungan data silang (cross section) dan data runtun waktu (time series) selama kurun waktu 1996-2010 pada delapan negara ASEAN 5+3 yaitu Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina, Korea Selatan, Jepang dan China. Jenis data panel yang digunakan dalam penelitian ini adalah balanced panel dimana setiap unit cross section memliki jumlah observasi time series yang sama. Sumber data yang digunakan berasal dari World Bank dan Asian Development Bank (ADB).

Tabel 1. Variabel, Data yang Digunakan, dan Sumber Data

Variabel Data yang Digunakan Sumber

Data

(1) (2) (3) SIGAP Persentase Kesenjangan antara Tabungan

Domestik dan Investasi Domestik terhadap GDP Tahunan (data dalam persen)

ADB

FDI Persentase Nilai FDI Inflow terhadap GDP Tahunan (data dalam persen)

World Bank CPI Persentase Tingkat Inflasi Berdasarkan Consumer

Price Index Tahunan (data dalam persen)

World Bank TP Jumlah Populasi Tahunan (data dalam jumlah

jiwa)

World Bank GROWTH Tingkat Rata-Rata Pertumbuhan Ekonomi

Tahunan (data dalam persen)

World Bank

DKRISIS Variabel dummy krisis

3.2 Metode Pengolahan Data

Pengolahan atas data sekunder untuk variabel kesenjangan tabungan dan investasi, FDI Inflow, tingkat inflasi, total populasi, pertumbuhan ekonomi dan dummy krisis ekonomi untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi kesenjangan tabungan dan investasi domestik menggunakan beberapa paket program statistik seperti Microsoft Office Excel 2007 dan EViews 6.0. Kegiatan pengolahan data dengan Microsoft Office Excel 2007 meliputi pembuatan tabel


(28)

dan grafik untuk analisis deskriptif. Pengujian signifikasi analisis regresi data panel menggunakan EViews 6.0 sebagai program pengolahan datanya.

3.3 Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan antara lain metode analisis deksriptif dan metode analisis inferensia. Metode analisis deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran umum mengenai kondisi kesenjangan tabungan dan investasi domestik di negara ASEAN 5+3 meliputi perkembangan tabungan dan investasi domestik dan beberapa variabel lain seperti FDI, tingkat inflasi, total populasi, pertumbuhan ekonomi dan krisis ekonomi di negara ASEAN 5+3.

Metode analisis inferensia yang dilakukan untuk mengestimasi model ini adalah pendekatan ekonometrika dengan metode analisis regresi data panel. Baltagi (2008) menyatakan bahwa keunggulan penggunaan analisis data panel antara lain sebagai berikut :

1. Analisis data panel memiliki kontrol terhadap heterogenitas data individual dalam satu periode waktu.

2. Analisis data panel menyajikan data yang lebih informatif, lebih bervariasi, memiliki kolinearitas antar variabel yang kecil, memiliki derajat kebebasan yang lebih besar dan lebih efisien.

3. Analisis data panel lebih tepat dalam mempelajari dinamika penyesuaian (dynamics of change).

4. Analisis data panel dapat lebih baik mengidentifikasi dan mengukur pengaruh yang secara sederhana tidak dapat terdeteksi dalam data cross section atau time series saja.

5. Model analisis data panel dapat digunakan untuk membuat dan menguji model perilaku yang lebih kompleks dibandingkan analisis data cross section murni atau time series murni.

6. Analisis data panel pada level mikro dapat meminimisasi atau menghilangkan bias yang terjadi akibat agregasi data ke level makro.


(29)

29

3.3.1 Uji Stasioneritas Data Panel

Analisis data panel umumnya menggunakan data dalam bentuk level dengan tujuan untuk memudahkan interpretasi model, namun jika kemudian penelitian menggunakan data dengan series yang yang mengandung tren, maka perlu dilakukan pengujian unit root, untuk memastikan bahwa hubungan antara variabel dependen dan variabel independen tidak menunjukkan spurious regression. Bila hasil pengujian unit root menunjukkan adanya tren pada data level, maka seperti biasanya, harus dilakukan pembedaan pertama (first differencing) untuk menghindari terjadinya hasil yang misleading. Perlu diingat bahwa karena data yang digunakan dalam penelitian adalah data panel, maka pengujian unit root yang digunakan bukan menggunakan metode yang biasa, tetapi menggunakan panel unit root. Pengujian ini disarankan oleh Baltagi (2005) untuk data panel dengan N dan T yang relatif tidak besar.

Hipotesis nol yang digunakan dalam pengujian panel unit root sama seperti pada pengujian unit root untuk data time series murni, hanya saja statistik uji yang digunakan merupakan pengembangan lebih lanjut dari statistik uji Augmented Dickey–Fuller (ADF) dan Phillips–Perron (PP). Statistik uji yang digunakan dalam menguji panel unit root terdiri dari dua jenis, yaitu common unit root yang terdiri dari statistik uji Levin, Lin and Chu (LLC) dan Breitung’s test; serta individual unit root yang terdiri statistik uji Im, Pesaran and Shin (IPS), ADF – Fisher test dan PP – Fisher test. Setelah diperoleh hasil pengujian yang menyatakan bahwa series dari data panel tidak mengandung unit root maka estimasi bisa dilaksanakan.

3.3.2 Metode Estimasi Regresi Data Panel

Data panel adalah satu set observasi yang terdiri dari beberapa individu pada suatu periode tertentu. Observasi tersebut merupakan pasangan yit (variabel

terikat) dengan xit (variabel bebas) dimana i menunjukkan individu, t

menunjukkan waktu, dan j menunjukkan variabel bebas yang dinyatakan dalam sebuah persamaan berikut:


(30)

N adalah jumlah unit cross section, T adalah jumlah periode waktunya dan K

komponen error dalam pengolahan kuadrat

2. Fixed Effect Model

emasukkan unsur variabel dummy sehingga intersept

it it

it 1i 2 2it 3 3it it (3.3)

Metode estimasi regresi data paneldengan menggunakan data panel dapat dilakukan melalui tiga pendekatan, antara lain :

1. Pooled Least Square Model

Pooled Least Square Model merupakan metode estimasi model regresi data panel yang paling sederhana dengan asumsi intercept dan koefisien slope yang konstan antar waktu dan cross section (Common Effect). Persamaan pada estimasi menggunakan Pooled Least Square Model dapat dituliskan dalam bentuk sebagai berikut :

(3.2)

dimana :

= nilai variabel terikat (dependent variable) untuk setiap unit cross section = nilai variabel penjelas (explanatory variable) ke-j untuk setiap cross section α = intercept yang konstan antar waktu dan cross section

= slope untuk variabel ke-j yang konstan antar waktu dan cross section = komponen error untuk setiap unit cross section ke-i pada periode waktu t.

adalah jumlah variabel penjelas.

Dengan mengasumsikan

terkecil biasa, kita dapat melakukan proses estimasi secara terpisah untuk setiap cross section. Kelemahan Pooled Least Square Model ini adalah dugaan parameter β akan bias karena tidak dapat membedakan observasi yang berbeda pada periode yang sama serta tidak dapat membedakan observasi yang sama pada periode yang berbeda.

Fixed effect model m

α bervariasi antar individu maupun antar unit waktu. Fixed effect model lebih tepat digunakan jika data yang diteliti ada pada tingkat individu serta jika terdapat korelasi antara dan x . Persamaan pada estimasi menggunakan Fixed effect model dapat dituliskan dalam bentuk sebagai berikut :


(31)

31

Asumsinya adalah bahwa error secara individual tidak saling berkorelasi begitu

g paling tepat digunakan untuk

Test

erupakan pengujian untuk memilih apakah model yang

0

1

Keputusan memasukkan variabel dummy ini harus didasarkan pada pertimbangan statistik. Penambahan variabel dummy ini akan dapat mengurangi banyaknya degree of freedom yang akhirnya akan memengaruhi keefisienan dari parameter yang diestimasi. Kelebihan pendekatan ini adalah dapat menghasilkan dugaan parameter β yang tidak bias dan efisien. Tetapi kelemahannya jika jumlah unit observasinya besar maka akan terlihat rumit.

3. Random Effect Model

Random Effect Model disebut juga komponen error (error component model) karena di dalam model ini parameter yang berbeda antar unit cross section maupun antar waktu yang dimasukkan ke dalam error. Persamaan pada estimasi menggunakan Random Effect Model dapat dituliskan dalam bentuk sebagai berikut :

(3.4)

dengan (3.5)

dimana :

~ N (0, u2) = komponen cross section error ~ N (0, v2) = komponen time series error

2

~ N (0, w ) = komponen error kombinasi

juga dengan error kombinasinya.

3.3.3 Pengujian Model Data Panel Statis

Untuk memilih model mana yan

pengolahan data panel, maka terdapat beberapa pengujian yang dapat dilakukan, antara lain:

1. Chow

Chow Test m

digunakan Pooled Least Square Model atau Fixed Effect Model. Dalam pengujian ini dilakukan dengan hipotesis sebagai berikut:

H : Pooled Least Square Model H : Fixed Effect Model


(32)

n terhadap hipotesis nol tersebut adalah dengan ngg

/

Dasar penolaka

me unakan F-Statistic seperti yang dirumuskan oleh Chow:

/

~ , (3.6)

dimana:

tricted Residual Sum Square (Sum Square Residual PLS) ed)

en

uti distribusi F yaitu , . Jika lai C

2. Hausman Test

dalah pengujian statistik sebagai dasar pertimbangan kita

enolakan H0 maka digunakan statistik Hausman dan

emba e

) dimana M adalah matriks kovarians untuk parameter β dan k adalah deraj

sar dari , maka cukup bukti el ya

RRSS = Res

URSS = Unrestricted Residual Sum Square (Sum Square Residual Fix N = jumlah data cross section

T = jumlah data time series K = jumlah variabel independ

Dimana pengujian ini mengik

ni HOW Statistics (F Statistic) hasil pengujian lebih besar dari F Tabel, maka cukup bukti bagi kita untuk melakukan penolakan terhadap H0 sehingga model

yang kita gunakan adalah Fixed Effect Model, begitu juga sebaliknya.

Hausman Test a

dalam memilih apakah menggunakan Fixed Effect Model atau Random Effect Model. Pengujian ini dilakukan dengan hipotesis sebagai berikut:

H0 : Random Effect Model

H1 : Fixed Effect Model

Sebagai dasar p

m ndingkannya dengan Chi squar . Statistik Hausman dirumuskan dengan:

~ (3.7

at bebas yang merupakan jumlah variabel independen.

Jika nilai H hasil pengujian lebih be

untuk melakukan penolakan terhadap H0 sehingga mod ng digunakan adalah Fixed Effect Model, begitu pula sebaliknya.


(33)

33

.4 Metode Evaluasi Model

Setelah hasil pengolahan data dengan metode analisis data panel selesai asi terhadap model estimasi yang dihasilkan.

etrika

Model estimasi regresi linear yang ideal dan optimal harus menghasilkan a Best Linear Unbiased Estimator (BLUE) yang ntara

n yang stokastik.

iliki varians minimum disebut estimator yang efisien.

Pengujian asumsi normalitas dilakukan untuk melihat apakah error term al atau tidak. Jika asumsi normalitas ini tidak dipenuhi aka p

3

dilakukan, harus dilakukan evalu

Metode estimasi yang dihasilkan melalui metode analisis data panel tersebut harus dievaluasi berdasarkan tiga kriteria sebagai berikut:

1. Kriteria Ekonometrika 2. Kriteria Statistik 3. Kriteria Ekonomi

3.4.1 Kriteria Ekonom

estimator yang memenuhi kriteri a lain sebagai berikut :

a. Estimator linear artinya adalah estimator merupakan sebuah fungsi linear atas sebuah variabel depende

b. Estimator tidak bias artinya nilai ekspektasi sesuai dengan nilai yang sebenarnya.

c. Estimator harus mempunyai varians yang minimum. Estimator yang tidak bias dan mem

Terdapat beberapa permasalahan yang dapat menyebabkan sebuah estimator tidak dapat memenuhi asumsi kriteria BLUE antara lain sebagai berikut:

1. Normalitas

mengikuti distribusi norm

m rosedur pengujian dengan menggunakan uji t-statistic menjadi tidak sah. Pengujian asumsi normalitas dapat dilakukan dengan Jarque Bera Test atau dengan melihat plot dari sisaan. Hipotesis dalam pengujian normalitas adalah:

H0 : Residual berdistribusi Normal


(34)

Dasar penolakan H0 dilakukan dengan membandingkan nilai probabilitas Jarque Bera dengan taraf nyata α sebesar 0,05 dimana jika lebih besar menandakan H0 tidak ditolak dan residual berdistribusi normal.

2. Multikolinearitas

Istilah multikolinearitas berarti terdapat hubungan linier antar variabel independennya. Gujarati (2006) menyatakan indikasi terjadinya multikolinearitas dapat terlihat melalui:

a. Nilai R-squared yang tinggi tetapi sedikit rasio yang signifikan.

b. Korelasi berpasangan yang tinggi antara variabel-variabel independennya. c. Melakukan regresi tambahan (auxiliary) dengan memberlakukan variabel

independen sebagai salah satu variabel dependen dan variabel independen lainnya tetap diberlakukan sebagai variabel independen.

Cara untuk mendeteksi multikolinearitas adalah dengan menghitung korelasi antara dua variabel bebas. Serta cara untuk mengatasi masalah multikolinearitas antara lain biasanya dilakukan dengan menambah jumlah data atau mengurangi jumlah data observasi, menambah atau mengurangi jumlah variabel independennya yang memiliki hubungan linear dengan variabel lainnya, mengkombinasikan data cross section dan time series, mengganti data, dan mentransformasi variabel.

3. Heteroskedastisitas

Salah satu asumsi dasar dari metode regresi linear adalah varians tiap unsur error adalah suatu angka konstan yang sama dengan 2. Heteroskedastisitas terjadi ketika varians tiap unsur error tidak konstan. Guajarati (2006) menyatakan heteroskedastisitas memiliki beberapa konsekuensi, diantaranya adalah :

a. Estimator OLS masih linier dan masih tidak bias, tetapi varians tidak minimum sehingga hanya memenuhi karakteristik Linier Unbiased Estimator (LUE).

b. Perhitungan standar error tidak lagi dapat dipercaya kebenarannya karena varians tidak minimum sehingga dapat menghasilkan estimasi regresi yang tidak efisien.


(35)

35

c. Uji hipotesis yang didasarkan pada uji F-statistic dan t-statistic tidak dipercaya.

Uji heteroskedastisitas dapat diatasi mengggunakan metode GLS Weight Cross-section yang tersedia dalam program EVIEWS 6.0.

4. Autokorelasi

Gujarati (2006) menyatakan autokorelasi adalah korelasi antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu seperti dalam data time series atau diurutkan menurut ruang seperti dalam data cross section. Suatu model dikatakan memiliki autokorelasi jika error dari periode waktu (time series) yang berbeda saling berkorelasi. Masalah autokorelasi ini akan menyebabkan model menjadi tidak efisien meskipun masih tidak bias dan konsisten. Autokorelasi menyebabkan estimasi standar error dan varian koefisien regresi yang diperoleh akan underestimate, sehingga R2 akan besar tetapi di uji t-statistic dan uji F-statistic menjadi tidak valid.

Untuk masalah autokorelasi pengujiannya dilakukan dengan melihat Durbin-Watson stat yang nilainya telah disediakan dalam program EVIEWS 6.0 dibandingkan dengan DW-Tabel. Sebuah model dapat dikatakan terbebas dari autokorelasi jika nilai Durbin-watson stat terletak di area nonautokorelasi. Penentuan area tersebut dibantu dengan nilai tabel DL dan DU. Jumlah observasi

(N) dan jumlah variabel independen (K). Dengan menggunakan hipotesis pengujian sebagai berikut:

H0 : Tidak terdapat autokorelasi

H1 : Terdapat autokorelasi

Maka aturan pengujiannya adalah sebagai berikut : 0 < d < DL : tolak H0, ada autokorelasi positif DL≤ d ≤ DU : daerah ragu-ragu, tidak ada keputusan

DU < d < 4 – DU : terima H0, tidak ada autokorelasi 4 - DU≤ d ≤ 4-DL : daerah ragu-ragu, tidak ada keputusan


(36)

3.4.2 Kriteria Statistik

Evaluasi model berdasarkan kriteria statistik dilakukan dengan beberapa pengujian antara lain sebagai berikut:

a. Koefesien Determinasi (R2)

Nilai koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa besar tingkat variabel independen yang digunakan dalam penelitian dapat menjelaskan variabel dependen. Nilai tersebut menunjukkan seberapa dekat garis regresi yang kita estimasi dengan data yang sesungguhnya. Nilai R2 terletak antara nol hingga satu dimana semakin mendekati satu maka model akan semakin baik.

b. Uji F-statistic

Uji F-statistic digunakan untuk mengetahui apakah variabel-variabel independen yang digunakan dalam penelitian secara bersama-sama signifikan memengaruhi variabel dependen. Nilai F-statistic yang besar lebih baik dibandingkan dengan F-statistic yang rendah. Nilai Prob(F-statistic) merupakan tingkat signifikansi marginal dari F-statistic. Dengan menggunakan hipotesis pengujian sebagai berikut:

H0 : β1=β2=…=βk=0

H1 : minimal ada salah satu βj yang tidak sama dengan nol

Tolak H0 jika F-statistic > F α(k-1,NT-N-K) atau Prob(F-statistic) < α. Jika H0 ditolak,

maka artinya dengan tingkat keyakinan 1-α kita dapat menyimpulkan bahwa variabel independen yang digunakan di dalam model secara bersama-sama signifikan memengaruhi variabel dependen.

c. Uji t-statistic

Uji t-statistic digunakan untuk mengetahui apakah variabel-variabel independen secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Dengan menggunakan hipotesis pengujian sebagai berikut:

H0 : βj = 0


(37)

37

Tolak H0 jika t-statistic > t α/2(NT-K-1). Jika H0 ditolak, maka artinya dengan tingkat

keyakinan 1-α kita dapat menyimpulkan bahwa variabel independen ke-i secara parsial memengaruhi variabel dependen.

3.4.3 Kriteria Ekonomi

Evaluasi model estimasi berdasarkan kriteria ekonomi dilakukan dengan membandingkan kesesuaian tanda dan nilai estimator dengan teori ekonomi dan kesesuaian dengan logika.

3.5 Perumusan Model

Rancangan model yang akan diajukan adalah model regresi linear dengan lima variabel independen, dengan variabel dependennya SIGAP dan variabel independennya adalah FDI, CPI, TP, GROWTH, dan DKRISIS. Data yang diperoleh pada variabel-variabel tersebut ternyata berbeda satuan. Variabel SIGAP, FDI, CPI, dan GROWTH disajikan dalam satuan persentase, sedangkan variabel TP disajikan dalam satuan jumlah jiwa. Oleh karena itu, untuk memudahkan dalam mengolah data dan interpretasi hasil akhir, variabel independen TP yang berbeda satuan akan ditransformasi sehingga menjadi bentuk satuan yang sama, yaitu dalam bentuk log natural, sedangkan untuk variabel DKRISIS yang tidak memiliki satuan, tidak ditransformasi karena tidak akan diinterpretasikan hasilnya. Dengan model tersebut diharapkan bahwa hasil regresi yang diperoleh akan lebih efisien dan mudah untuk diinterpretasikan.

Sesuai dengan keterangan di atas, maka spesifikasi model tersebut secara ekonometrika akan menjadi model sebagai berikut :

SIGAPit = α +β1FDIit + β2CPIit + β3ln(TPit) + β4GROWTHit + β5DKRISIS + it (3.8)

dimana:

SIGAPit = Kesenjangan Tabungan dan Investasi Domestik terhadap GDP

Tahunan (data dalam persen)

FDIit = Persentase Nilai FDI Inflow terhadap GDP Tahunan (data dalam


(38)

CPIit = Persentase Tingkat Inflasi Berdasarkan Consumer Price Index

Tahunan (data dalam persen)

TPit = Jumlah Populasi Tahunan (data dalam jumlah Jiwa)

GROWTHit = Tingkat Rata-rata Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (data dalam

persen)

DKRISIS = Variabel dummy yang mengindikasikan terjadinya krisis ekonomi dimana nilainya sama dengan satu pada saat krisis ekonomi dan nilainya sama dengan nol pada saat bukan krisis ekonomi.

3.6 Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel yang digunakan dalam model penelitian ini antara lain:

a. SIGAP

Variabel SIGAP merupakan variabel yang merepresentasikan kesenjangan tabungan dan investasi domestik. Nilai variabel SIGAP merupakan nilai akhir dari pengurangan Gross Domestic Saving terhadap Gross Domestic Capital Formation atas dasar persentase terhadap GDP Tahunan.

b. FDI

Variabel FDI merupakan variabel yang merepresentasikan Penanaman Modal Asing Langsung. Nilai variabel FDI ini merupakan nilai FDI Inflow suatu negara selama satu tahun dibagi nilai GDP.

c. CPI

Variabel CPI merupakan variabel yang merepresentasikan tingkat inflasi suatu negara berdasarkan Consumer Price Index selama satu tahun pada suatu negara.

d. TP

Variabel TP merupakan variabel yang merepresentasikan jumlah populasi manusia di suatu negara dalam satuan jumlah jiwa.

e. GROWTH

Variabel GROWTH merupakan variabel yang merepresentasikan pertumbuhan ekonomi. Nilai variabel GROWTH ini merupakan nilai tingkat


(39)

rata-39

rata pertumbuhan Gross Domestic Product (GDP) Riil per tahun atas dasar harga konstan tahunan dalam persentase.

f. DKRISIS

Variabel DKRISIS merupakan variabel dummy yang digunakan dalam persamaan regresi karena variabel tersebut sifatnya kualitatif. Suatu cara untuk membuat data kuantitatif dari data kualitatif adalah dengan cara memberikan nilai satu atau nol. Dalam penelitian ini digunakan variabel DKRISIS untuk menerangkan pertumbuhan ekonomi pada saat krisis, baik krisis moneter Asia tahun 1997-1998, krisis minyak dunia tahun 2005, maupun krisis keuangan tahun 2008-2009, sedangkan nilai nol diberikan pada pertumbuhan ekonomi pada saat tidak krisis.


(40)

4.1 Ga Ne

ambaran U egara ASEA

Umum Kes AN 5+3

senjangan Tabungann dan Inveestasi Dommestik Hu penting se 5+3. Juml dapat dilih total inves kesenjang kesenjang ubungan an erta memili lah investas hat secara stasi (sebag gan investas gan tabungan ntara tabung iki implikas si dalam ne

tersirat dar gai persen ra

si dan tabun n dan inves

gan dan inv si penting p egeri yang d

ri rasio ting asio dari GD ngan. Gamb tasi terhada vestasi dom pada perkem dibiayai dar gkat tabung DP), yang j bar 7 menun ap GDP neg

mestik meru mbangan ek ri tingkat ta gan domesti uga merupa njukkan rata gara ASEAN upakan indi konomi AS abungan nas ik untuk m akan ukuran a-rata perse N 5+3. ikator SEAN sional enilai n dari entase R at a-rat a Kesenjangan Tabungan dan Investasi D om estik (persen GDP) Sumber Gambar Ko 5+3 menu Hal terse

r : Asian De r 7. Perkem

Investa (persen ondisi kesen unjukkan te ebut memb -10 -5 0 5 10 15 20 25 4.8 Invest asi Do m estik (persen GDP) evelopment mbangan R asi Terhada n GDP)

njangan tab erjadinya su buktikan b 88

18.13

Bank 1996 Rata-rata Pe ap GDP Ne

bungan dan urplus kesen bahwa pad 22.26 5.8 Negar 6-2010, (dat ersentase K egara ASEA

investasi d njangan kec da umumny 9 ‐5.06 ra a diolah) Kesenjangan

AN 5+3 Ta

domestik di cuali untuk ya di neg

2.63 1.2

4.2

n Tabungan ahun

1996-n da1996-n -2010 negara AS negara Fil gara ASEA SEAN ipina. AN+5


(41)

41  

mengalami oversaving dan underinvestment. Kesenjangan surplus terbesar dialami oleh negara Singapura dan Malaysia. Sedangkan satu-satunya negara di wilayah ASEAN 5+3 yang mengalami kesenjangan defisit adalah negara Filipina.

Pada negara Malaysia kesenjangan berubah dari negatif menjadi positif terjadi setelah adanya krisis ekonomi tahun 1998. Selama periode sebelum krisis tahun 1990-1997 kesenjangan tabungan dan investasi domestik mencapai defisit hingga 10,2 persen dari GDP, dengan sebagian pembiayaan dipenuhi oleh arus masuk modal asing. Sejak awal krisis tahun 1998, investasi telah jatuh tetapi tingkat tabungan tetap tinggi. Dengan tabungan domestik melebihi investasi, kesenjangan berubah dari negatif ke positif mulai tahun 1998 hingga saat ini. Adanya kesenjangan surplus dalam jumlah yang sangat besar menunjukkan bahwa di negara Malaysia terdapat keterbatasan kapasitas dalam ekonomi untuk menghasilkan peluang investasi yang cukup untuk menyerap tabungan dalam negeri. Surplus saat ini menunjukkan bahwa meskipun ekonomi Malaysia sedang didorong oleh sektor ekspor, perekonomian domestik tetap lemah, dengan kelebihan tabungan selama investasi.

Kondisi kesenjangan defisit yang terjadi di negara Filipina pada dasarnya adalah hasil dari ketidakseimbangan jangka pendek termasuk beberapa masalah struktural yang timbul dari ketidakmatangan lembaga keuangan dan juga kondisi perekonomian di negara Filipina, salah satunya berakibat pada tingkat tabungan yang rendah, sehingga tingkat tabungan domestik tersebut tidak mampu menutupi kebutuhan pembiayaan investasinya. Kondisi ini mengakibatkan tingkat ketergantungan ekonomi yang tinggi terhadap faktor eksternal dan rentan terhadap goncangan perekonomian dunia. Oleh karena itu, Filipina harus melaksanakan reformasi struktural di sektor industri agar lebih kompetitif guna meningkatkan daya saing dan menghasilkan tabungan domestik yang lebih tinggi. Kondisi rata-rata tabungan dan investasi domestik di negara ASEAN 5+3 pada tahun 1996-2010 disajikan dalam Gambar 8.


(42)

1 2 3 4 5 R at a-rat a Tabungan dan Invest asi Dom estik (persen GDP) Sumber Gambar Fa sehingga m menunjuk Sehingga ekonomi melemahn yang tetap tabungan serupa sep tabungan kondisi se defisit ya yang rend

: Asian Dev r 8. Perke

Investa 1996-2 akta yang di menyebabk kkan pertum

investasi d yang ting nya investas p tinggi. Pa

domestik perti tahun dan berda ebaliknya te itu Filipina dah sehingga 0 0 20 0 40 50 29.75 24.88 velopment B embangan R asi Domesti

010 (persen ialami oleh kan tabunga

mbuhan ya domestik pe ggi. Diman si pasca kri ada umumny

sebagai dan 1998. Mer ampak pad erjadi pada n a, dimana t

a tidak mam 42.96

48.

24.84 2

Bank 1996-Rata-rata P ik Terhada n GDP)

negara AS an nasional ang tidak b erlu bangkit na kondisi

isis ekonom ya negara d na cadanga reka memut da terciptan negara ASE tingkat tabu mpu menutu .71 32.65 26.45 26.76 Negara -2010, (data Persentase ap GDP Ne

EAN 5+3 tidak digun berkelanjuta t untuk mem

kesenjang mi tahun 199

di kawasan an guna m tuskan untu nya kesenja EAN 5+3 ya ungan dom upi pembiay 15.88 3 6 20.93

a diolah)

Tabungan egara ASE

adalah kese nakan untuk an dalam j mpertahank gan surplus 98 dengan t ASEAN 5+ menanggulan uk mempert angan surp ang mengal mestik menu yaan investa 2.83 25.36 30.21 24 Tabungan D Investasi Do 6 45.08 .17 40.86 Domestik omestik Domestik EAN 5+3 T

k dan Tahun

enjangan su k investasi jangka pan kan pertumb s terjadi a tingkat tabu +3 menggun ngi terjadi tahankan ti plus. Sedan ami kesenja unjukkan ju asi domestik urplus bruto njang. buhan akibat ungan nakan krisis ngkat ngkan angan umlah k.


(43)

43  

4.2 Ga Pe peningkat terjadi pe yang dipe Gambar 9 masing ne Sumber Gambar Se jumlah pe hanya se pertumbuh Kondisi l Akan tetap tahun 200 tersebut m pembukaa Rata-rata FDI In flo w ( GDP)

ambaran Ummum FDI IInflow Neggara ASEANN 5+3 erkembanga

an dari wak nurunan FD engaruhi ol 9 memperlih egara ASEA

an FDI Inflo ktu ke wakt DI Inflow i leh krisis hatkan rata-r AN 5+3.

ow negara A tu terutama itu dapat di

ekonomi y rata persent

ASEAN 5+ a pada deka isebabkan o yang terjadi

tase FDI Inf

+3 secara um ade terakhir

oleh penuru i di negara flow terhad

mum meng . Namun ap unan daya a ASEAN ap GDP ma

alami pabila saing 5+3.

asing-r : Woasing-rld Ba r 9. Perkem

Negara elama tahun ersentase FD ebesar 0.1 han ekonom ainnya ada pi sejak tah 05 kontribus merupakan an berbaga 0 2 4 6 8 10 12 14 16 0.6 (persen GDP) ank 1996-2 mbangan R a ASEAN 5+

n 1996-201 DI Inflow y 6 persen mi serta keti alah birokra hun 2003, J

si FDI Inflo hasil reform ai sektor e

65

3.42

010, (data d Rata-rata Pe +3 Tahun 1 10, Jepang yang paling

GDP. Ha idakstabilan asi yang tid epang mula ow di Jepang

masi yang ekonomi Je 14.02 3.54 Negara diolah) ersentase F

996-2010 ( merupaka g sedikit di

al tersebut n inflasi yan dak mendu ai menyadar

g mulai me dilakukan epang untu

4

1.55

a

FDI Inflow persen GDP n negara d negara AS t dikarenak ng terjadi d ukung adany ri pentingny nunjukkan pemerintah uk investas 0.75 0.16 3.77 Terhadap P) GDP dengan rata SEAN 5+3, kan lamba di negara Je

ya modal a ya FDI dan

peningkatan h Jepang se si modal a

a-rata yaitu annya epang. asing. n pada n, hal eperti asing,


(1)

Lampiran 5

Hasil Output

EViews 6.0

estimasi dengan

Fixed Effect Model

Dependent Variable: SIGAP Method: Panel Least Squares Date: 06/21/12 Time: 19:18 Sample: 1996 2010

Periods included: 15 Cross-sections included: 8

Total panel (balanced) observations: 120

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -687.8307 106.8204 -6.439131 0.0000

FDI 0.259551 0.174513 1.487290 0.1399

CPI 0.041669 0.081832 0.509209 0.6117

LOG(TP) 38.41382 5.894881 6.516470 0.0000

GROWTH -0.472081 0.126865 -3.721137 0.0003 DKRISIS -1.767339 0.862835 -2.048294 0.0430

Effects Specification

Cross-section fixed (dummy variables)

R-squared 0.857047 Mean dependent var 6.861917 Adjusted R-squared 0.841015 S.D. dependent var 9.735957 S.E. of regression 3.882007 Akaike info criterion 5.652585 Sum squared resid 1612.488 Schwarz criterion 5.954564 Log likelihood -326.1551 Hannan-Quinn criter. 5.775220 F-statistic 53.45832 Durbin-Watson stat 0.973969

Prob(F-statistic) 0.000000

Sumber: Hasil Pengolahan dengan

EVIEWS 6.0

Lampiran 6

Hasil Output

EViews 6.0 Chow Test

Redundant Fixed Effects Tests Equation: FIXED

Test cross-section fixed effects

Effects Test Statistic d.f. Prob.

Cross-section F 41.695728 (7,107) 0.0000 Cross-section Chi-square 157.896835 7 0.0000


(2)

81

Lampiran 7

Hasil Output

EViews 6.0

estimasi dengan

Random Effect Model

Dependent Variable: SIGAP

Method: Panel EGLS (Cross-section random effects) Date: 06/21/12 Time: 19:20

Sample: 1996 2010 Periods included: 15 Cross-sections included: 8

Total panel (balanced) observations: 120

Swamy and Arora estimator of component variances

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -3.638848 32.47342 -0.112056 0.9110

FDI 0.269944 0.171664 1.572519 0.1186

CPI -0.002019 0.081148 -0.024877 0.9802

LOG(TP) 0.640926 1.782932 0.359478 0.7199

GROWTH -0.370902 0.125660 -2.951624 0.0038 DKRISIS -1.028792 0.855974 -1.201896 0.2319

Effects Specification

S.D. Rho

Cross-section random 7.964291 0.8080

Idiosyncratic random 3.882007 0.1920

Weighted Statistics

R-squared 0.066672 Mean dependent var 0.856834 Adjusted R-squared 0.025736 S.D. dependent var 4.623189 S.E. of regression 4.563309 Sum squared resid 2373.912 F-statistic 1.628702 Durbin-Watson stat 0.671518

Prob(F-statistic) 0.157998

Unweighted Statistics

R-squared 0.020567 Mean dependent var 6.861917 Sum squared resid 11047.88 Durbin-Watson stat 0.144292

Sumber: Hasil Pengolahan dengan

EVIEWS 6.0

Lampiran 8

Hasil Output

EViews 6.0 Hausman Test

Correlated Random Effects - Hausman Test Equation: Untitled

Test cross-section random effects

Test Summary

Chi-Sq.

Statistic Chi-Sq. d.f. Prob. Cross-section random 47.525938 5 0.0000


(3)

Lampiran 9

Hasil Output

EViews 6.0

estimasi dengan

Fixed Effect Model

GLS Weights Cross-section weight

Dependent Variable: SIGAP

Method: Panel EGLS (Cross-section weights) Date: 06/21/12 Time: 19:22

Sample: 1996 2010 Periods included: 15 Cross-sections included: 8

Total panel (balanced) observations: 120 Linear estimation after one-step weighting matrix

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -580.0361 95.83108 -6.052692 0.0000

FDI 0.233401 0.210469 1.108958 0.2699

CPI 0.106419 0.069153 1.538903 0.1268

LOG(TP) 32.38563 5.284262 6.128696 0.0000

GROWTH -0.232983 0.099008 -2.353174 0.0204 DKRISIS -1.067233 0.563419 -1.894210 0.0609

Effects Specification

Cross-section fixed (dummy variables)

Weighted Statistics

R-squared 0.845183 Mean dependent var 5.393344 Adjusted R-squared 0.827820 S.D. dependent var 7.965937 S.E. of regression 3.765621 Sum squared resid 1517.249 F-statistic 48.67808 Durbin-Watson stat 1.063744

Prob(F-statistic) 0.000000

Unweighted Statistics

R-squared 0.851233 Mean dependent var 6.861917 Sum squared resid 1678.068 Durbin-Watson stat 1.001448


(4)

83

Lampiran 10

Hasil Output

EViews 6.0

estimasi dengan

Fixed Effect Model

GLS Weights Cross-section SUR

Dependent Variable: SIGAP

Method: Panel EGLS (Cross-section SUR) Date: 06/21/12 Time: 19:23

Sample: 1996 2010 Periods included: 15 Cross-sections included: 8

Total panel (balanced) observations: 120 Linear estimation after one-step weighting matrix

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -570.3739 70.91400 -8.043178 0.0000

FDI 0.230511 0.098514 2.339883 0.0211

CPI 0.085673 0.042191 2.030602 0.0448

LOG(TP) 31.88240 3.916958 8.139581 0.0000

GROWTH -0.306716 0.072740 -4.216611 0.0001 DKRISIS -1.400014 0.535527 -2.614272 0.0102

Effects Specification

Cross-section fixed (dummy variables)

Weighted Statistics

R-squared 0.897787 Mean dependent var 0.944349 Adjusted R-squared 0.886324 S.D. dependent var 2.951325 S.E. of regression 1.030483 Sum squared resid 113.6227 F-statistic 78.31955 Durbin-Watson stat 1.376852

Prob(F-statistic) 0.000000

Unweighted Statistics

R-squared 0.853432 Mean dependent var 6.861917 Sum squared resid 1653.268 Durbin-Watson stat 0.979272


(5)

ASTARY PRADIPTA HADIPUTRI.

Analisis Faktor - Faktor yang

Memengaruhi Kesenjangan Tabungan dan Investasi Domestik

di Kawasan

ASEAN 5+3 (dibimbing oleh

HERMANTO SIREGAR

).

Pertumbuhan ekonomi suatu negara sangat ditunjang oleh indikator

tabungan dan investasi domestik yang digunakan untuk menentukan tingkat

pertumbuhan dan pembangunan ekonomi negara tersebut. Tantangan mendasar

yang dihadapi oleh perekonomian negara ASEAN 5+3 dalam memacu

pertumbuhan ekonomi dan pembangunan adalah pemenuhan kebutuhan investasi

yang makin meningkat baik dalam jangka pendek maupun jangka menengah. Oleh

karena itu diperlukan upaya khusus guna meningkatkan tabungan domestik, serta

mencegah timbulnya kesenjangan tabungan dan investasi domestik.

Salah satu masalah dalam pelaksanaan pembangunan ekonomi yang

dihadapi negara-negara berkembang termasuk Indonesia adalah keterbatasan

modal dalam negeri. Hal ini tercermin pada angka kesenjangan tabungan investasi

Saving-Investment Gap

”. Akan tetapi kondisi yang terjadi di negara ASEAN 5+3

cenderung memiliki kesenjangan tabungan dan investasi domestik yang positif.

Hal tersebut menandakan bahwa terdapat tingkat tabungan yang lebih tinggi

dibandingkan dengan tingkat pembentukan modal di masing-masing negara,

kecuali Filipina. Ini juga berarti bahwa selama periode tersebut, terdapat potensi

investasi yang belum termanfaatkan di negara ASEAN 5+3.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kondisi kesenjangan tabungan

dan investasi domestik serta menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi

kesenjangan tabungan dan investasi domestik. Penelitian ini dikhususkan pada

delapan negara selama kurun waktu 1996-2010 di kawasan ASEAN 5+3 yaitu:

Indonesia, Malaysia, Singapura, Filipina, Thailand, Korea Selatan, Jepang, dan

China.

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder

berupa data panel (

pooled data

) selama kurun waktu 1996-2010 terhadap delapan

negara ASEAN 5+3 yaitu Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina,

Korea Selatan, Jepang dan China. Sumber data yang digunakan berasal dari

World

Bank

dan

Asian Development Bank

(ADB). Sedangkan metode analisis data yang

digunakan antara lain metode analisis deksriptif dan metode analisis inferensia.

Metode analisis deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran umum

mengenai kondisi kesenjangan tabungan dan investasi domestik di negara ASEAN

5+3 meliputi perkembangan tabungan dan investasi domestik dan beberapa

variabel lain seperti FDI, tingkat inflasi, total populasi, pertumbuhan ekonomi,

dan krisis ekonomi di negara ASEAN 5+3.

Metode analisis inferensia yang

dilakukan untuk mengestimasi model ini adalah pendekatan ekonometrika dengan

metode analisis regresi data panel.


(6)

Dengan menggunakan taraf nyata lima persen (

α

= 5%), hasil estimasi

persamaan menunjukkan bahwa variabel FDI, CPI, dan total populasi yang

memiliki koefisien bertanda positif menandakan bahwa ketiga variabel tersebut

memiliki pengaruh positif terhadap kesenjangan tabungan dan investasi domestik

negara ASEAN 5+3. Sedangkan variabel pertumbuhan ekonomi dan

dummy

krisis

ekonomi memiliki koefisien bertanda negatif sehingga kedua variabel tersebut

memiliki pengaruh negatif terhadap kesenjangan tabungan dan investasi domestik

ASEAN 5+3.

Oleh karena itu dibutuhkan kebijakan pemerintah untuk meningkatkan

alokasi dan kapasitas investasi domestik dalam rangka mendukung pembangunan

infrastruktur, dan berbagai kebijakan pemerintah lainnya seperti penyertaan modal

berupa investasi pada sektor dan perusahaan yang strategis yang dapat

memberikan nilai tambah yang optimal guna meningkatkan perekonomian negara

dan mengurangi kesenjangan tabungan dan investasi domestik.

Regulasi penanaman modal asing yang tepat, penyertaan

inflation

targeting

sebagai bagian dari kebijakan, peningkatan kualitas SDM melalui

pemberian fasilitas pendidikan dan kesehatan yang tepat serta penciptaan

lapangan pekerjaan dapat memacu pertumbuhan ekonomi, sehingga menjadi

referensi bagi pemerintah negara ASEAN 5+3 dalam rangka pengurangan

kesenjangan tabungan dan investasi domestik.