FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EFISIENSI PERBANKAN DI INDONESIA TAHUN 2010 – 2013

  

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EFISIENSI

PERBANKAN DI INDONESIA TAHUN 2010 – 2013

(Study Pada Bank Umum Konvensional dan Syariah)

  Nani Septiana

  

Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Metro

(naniseptiana@gmail.com)

Abstrak

  Salah satu aspek paling penting bagi keberhasilan suatu perusahaan adalah efisiensi. Efisieinsi

tidak hanya menekan biaya serendah mungkin tetapi menyangkut pengelolaan hubungan input dan

output secara optimal. Populasi dalam penelitian ini adalah bank umum yang terdaftar pada Bank

Indonesia (BI) pada tahun 2010 – 2013 dengan sampel 17 Bank Umum Konvensional dan 11 Bank

Umum Syariah.

  Penelitian ini bertujuan untuk (i) mengukur tingkat efisiensi dengan menggunakan lima

konsep efisiensi; technical efficiency (TE), pure tecnichal efficiency (PTE), scale efficiency (SE),

cost efficiency (CE), dan allocative efficiency (AE), (ii) menganalisis dan menjelaskan faktor-faktor

apa saja yang mempengaruhi tingkat effisiensi bank. Langkah pertama yang digunakan dalam

penelitian ini adalah menggunakan pengukuran tingkat efisiensi menggunakan Data Envelopment

Analysis (DEA), untuk menganalisis perbedaan efisiensi tiap kelompok bank menggunakan uji beda

sample t-test. Langkah kedua menggunakan analisis regresi data panel untuk mengetahui faktor apa

saja yang mempengaruhi tingkat efisiensi.

  Kata kunci: Efisiensi, Regresi Data Panel, Bank Umum Konvensional dan Syariah

1. PENDAHULUAN

1.1 Permasalahan

  Efisiensi merupakan salah satu parameter kinerja yang secara teoritis mendasari seluruh kinerja sebuah perusahaan. Kemampuan menghasilkan output yang maksimal dengan input yang ada, merupakan ukuran kinerja yang diharapkan. Pada saat dilakukan pengukuran efisiensi, bank dihadapkan pada kondisi bagaimana mendapatkan tingkat output yang optimal dengan tingkat input yang ada, atau menggunakan tingkat input yang minimum dengan tingkat output tertentu (Hadad et al. 2003). Pengukuran tingkat efisiensi dalam industri perbankan menjadi sesuatu sangat penting untuk dilakukan melihat peranan perbankan di Indonesia dalam perekonomian sangat besar, hal ini dapat dilihat dari pangsa pasar perbankan yang mencapai 80% dari keseluruhan sistem keuangan yang ada. Dengan demikian bank merupakan lembaga keuangan terpenting dan sangat mempengaruhi perekonomian suatu negara baik secara mikro maupun makro (Farid et al. 2006).

  Para ahli perbankan mendefinisikan bank umum sebagai institusi keuangan yang berorientasi laba. Dalam memperoleh laba tersebut bank umum melaksanakan fungsi intermediasi, karena diizikan mengumpulkan dana dalam bentuk deposito, bank umum disebut juga sebagai lembaga keuangan depositori. Berdasarkan kemampuannya menciptakan uang (giral), bank umum dapat juga disebut sebagai bank umum pencipta uang giral. Pengertian bank umum menurut Undang-Undang No. 10 tahun 1998 adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Ada dua jenis bank umum yang ada di Indonesia yaitu, Bank Umum Konvensional (BUK) dan Bank Umum Syariah (BUS) yang menjalankan kegiatannya dengan prinsip-prinsip syariah. Dalam Undang-undang No. 10 Tahun 1998 juga dijelaskan mengenai kebijakan hukum perbankan di Indonesia menganut sistem perbankan ganda (dual banking system). Kebijakan ini memberikan kesempatan bagi Bank Umum Konvensional untuk memberikan layanan syariah melalui mekanisme Islamic window dengan terlebih dahulu membentuk Unit Usaha Syariah (UUS).

1.2 Rumusan Masalah

  Berdasarkan penelitian terdahulu yang telah dijelaskan sebelumnya, maka perumusan

  masalah dalam penelitian ini adalah :

  1. Apakah terdapat perbedaan tingkat efisiensi Bank Umum Konvensional (BUK) dan Syariah (BUS) di Indonesia?

  2. Apakah terdapat pengaruh size (total aset) terhadap tingkat efisiensi Bank Umum Konvensional (BUK) dan Syariah (BUS) di Indonesia?

  3. Apakah terdapat pengaruh ROA (Return on Assets) terhadap tingkat efisiensi Bank Umum Konvensional (BUK) dan Syariah (BUS) di Indonesia?

  4. Apakah terdapat pengaruh ekuitas (equity) terhadap tingkat efisiensi Bank Umum Konvensional (BUK) dan Syariah (BUS) di Indonesia?

  5. Apakah terdapat pengaruh NPL/NPF (Non Performing Loan/Non Performing Finance) terhadap tingkat efisiensi Bank Umum Konvensional (BUK) dan Syariah (BUS) di Indonesia?

  6. Apakah terdapat pengaruh expenses (biaya/beban) terhadap tingkat efisiensi Bank Umum Konvensional (BUK) dan Syariah di Indonesia?

2. KAJIAN TEORITIK

2.1 Pengertian bank

  Menurut Undang-Undang RI No. 10 Tahun 1998 pasal 1 ayat 2 tentang perbankan. Yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkanya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau dalam bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

  Undang-Undang No 10 tahun (1998) menjelaskan bahwa asas, fungsi dan tujuan bank adalah : 1) perbankan Indonesia dalam melaksanakan kegiatan usahanya berasaskan demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-hatian; 2) fungsi utama perbankan adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat; 3) tujuan perbankan Indonesia adalah menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahterahan rakyat banyak. Berikut akan dijelaskan pembagian bank menurut kepemilikan

  

dan statusnya. Menurut Kasmir (2000;26) bank dilihat dari segi kepemilikanya dijelaskan sebagai

berikut :

  1. Bank milik pemerintah adalah dimana akte pendirian maupun modalnya dimiliki oleh pemerintah, sehingga seluruh keuntungan bank ini dimiliki oleh pemerintah pula.

  2. Bank milik swasta nasional adalah bank yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki swasta serta akte pendirianya pun didirikan oleh swasta begitu pula pembagian keuntungan diambil oleh swasta.

  3. Bank milik asing adalah merupakan cabang dari bank yang ada diluar negeri baik milik swasta asing maupun pemerintah asing atau negara.

  4. Bank milik Campuran merupakan bank yang kepemilikan sahamnya dimiliki oleh pihak asing dan pihak swasta nasional. Dimana kepemilikan sahamnya secara mayoritas dipegang oleh warga negara Indonesia.

2.2 Perbedaan Bank Umum Konvensional dan Syariah

  Berikut dijelaskan beberapa perbedaan antara Bank Umum Syariah dan Konvensional yang ada di Indonesia.

BUK BUS

  3. Penbayaran bunga tetap seperti yang dijanjikan tanpa pertimbangan apakah proyek yang dijalankan oleh nasabah untung atau rugi

  

memiliki arti bahwa bank yang efisien lebih rendah risiko dan memiliki 3 keberhasilan yang lebih

tinggi pada hasil operasinya. Efisiensi bank menurut nasabah, hanya bank yang efisien yang

mampu memberikan layanan yang lebih baik dengan harga yang wajar. Dari sudut pandang

  Definisi efisiensi bank dari beberapa sudut pandang, dalam sudut pandang regulator

  5 Tidak ada yang meragukan keabsahan bagi-hasil Sumber : Syafii Antoio, (2001)

  5. Eksistensi bunga diragukan oleh semua agama termasuk Islam

  4 Jumlah pembagian laba meningkat sesuai dengan peningkatan jumlah pendapatan

  4. Jumlah pembayaran bunga tidak meningkat sekalipun jumlah keuntungan meningkat

  3 Besarnya bagi hasil bergantung pada keuntungan proyek yang dijalankan

  2 Besarnya rasio bagi hasil adalah berdasarkan nisbah terhadap besarnya keuntungan yang diperoleh

  

Tabel 1

Perbedaan Bank Umum Konvensional dan Syariah

  2. Besarnya persentase berdasarkan pada jumlah uang (modal) dipinjamkan

  1 Penentuan besarnya nisbah bagi hasil dibuat pada waktu akad dengan berpedoman pada kemungkinan untung-rugi

  1. Penentuan bunga dibuat saat akad dengan asumsi harus selalu untung

  

Tabel 2

Perbedaan Bunga dan Bagi Hasil

Bunga Bagi Hasil

  Selain perbedaan pada prinsip operasionalnya BUK dan BUS juga memiliki perbedaan dalam perolehan profit atau keuntungan, seperti dijelaskan dalam tabel 4 berikut ini :

   Bagi hasil menyeimbangkan sisi liabilitas (harta diam) dan aset (harta bergerak) Sumber : Syafii Antonio, (2001)

   Menciptakan keserasian diantara keduanya

 Rentan terhadap negative spread  Tidak memberikan dana secara tunai, tetapi

memberikan barang yang dibutuhkan (finance the goods and service)

   Dilarang Gharar dan maisir  Memberikan peluang yang sangat besar untuk sight streaming (penyalahgunaan dana pinjaman)

   Hubungan dengan nasabah dalam bentuk kemitraan  Investasi yang halal dan yang haram  Melakukan investasi yang halal saja

 Tidak terdapat dewan pengawas sejenis DPS  Terdapat Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang

mengawasi kegiatan operasional perbankan  Terkadang terlibat dalam spekulatif FOREX dealing

   Berdasarkan tujuan membungakan uang  Berdasarkan pada prinsip investasi bagi hasil  Menurut prinsip pinjam-meminjam uang  Menggunakan prinsip jual-beli  Hubungan dengan nasabah dalam bentuk kreditor-debitor

2.3 Pengertian Efisiensi

  

stakeholder bahwa efisiensi perbankan artinya bahwa hanya bank yang memiliki tingkat efisien

baiklah yang dapat memberikan pengembalian secara wajar. Yang terakhir bahwa efisiensi

perbankan menurut manajer adalah pada lingkungan pasar yang kompetitif hanya bank yang

efisien yang akan bertahan dan mampu mempertahankan pangsa pasar mereka, dan begitu

sebaliknya (Kumar et al. 2008). Penelitian mengenai efisiensi perbankan sudah banyak dilakukan

baik dalam skala nasional dan Internasional. Berikut ini akan dijelaskan beberapa penelitian

terdahulu yang pernah dilakukan.

  Pengukuran efisiensi modern pertama kali diperkenalkan oleh Farrel (1957), bekerja sama dengan Debreu dan Koopmas, dengan mendefinisikan suatu ukuran yang sederhana untuk mengukur efisiensi suatu perusahaan. Efisiensi yang dimaksud adalah efisiensi teknis

  

(technical efficiency) dan efiseinsi alokatif (allocative efficiency). Technical efficincy ini

  mengukur proses produksi dalam menghasilkan sejumlah output tertentu dengan input seminimal mungkin. Sedangkan, allocative efficiency adalah suatu keadaan yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam mengoptimalkan penggunaan inputnya dengan struktur harga dan teknologi tertentu. Kombinasi antara technical efficiency dan

  

allocative efficiency akan mnjadi economic efficiency. Suatu perusahaan dapat dikatakan

  efisiensi jika dapat meminimalkan biaya produksi untuk menghasilkan output tertentu dengan tingkat teknologi yang umumnya digunakan serta harga pasar yang berlaku.

  Sehingga dapat disimpulkan bahwa suatu organisasi dapat dikatakan efisiens, jika output yang dihasilkan dapat ditingkatkan tanpameningkatkan input dan menurunkan output tertentu lainnya. Demikian pula suatu organisasi dapat dikatakan efisiens, jika input dapat diturunkan tanpa menurunkan output yang dihasilkan maupun tanpa meningkatkan input tertentu lainnya. The Liang Gie dan Miftah Thoha (1978) menjelaskan bahwa suatu kegiatan dikatakan efisien jika usaha yang telah dilakukan memberikan output yang maksimum, baik dari jumlah maupun kualitas. Suatu kegiatan juga dapat dikatakan efisien jika dengan usaha minimum dapat mencapai output tertentu. Usaha yang dimaksud mencakup material, pikiran, tenaga, ruang dan waktu.

3. KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Pemikiran

  Berikut adalah kerangka pemikiran yang digunakan dalam penelitian ini :

  

Gambar 1

Kerangka Pemikiran

SIZE Tingkat Efisiensi (BUK & BUS) ROA

   Technical efficiency (TE)Pure technical efficiency (PTE)

  EKUITASScale efficiency (SE)Cost Efficiency (CE)Allocative efficiency (AE)

NPL/NPF BIAYA

3.2 Hipotesis

  Hipotesis merupakan dugaan yang bersifat sementara suatu penelitian yang mempunyai kemungkinan menjadi benar dan kemungkinan menjadi salah oleh karena itu harus diuji kebenarannya, Sukardi (2007:47).

  Berdasarkan uraian dan kerangka pemikiran diatas hipotesis dalam penelitian ini adalah :

  1. Terdapat perbedaan tingkat efisiensi Bank Umum Konvensional dan Syariah di Indonesia

  2. Faktor independen total aset (size) berpengaruh terhadap tingkat efisiensi efisiensi Bank Umum Konvensional dan Syariah di Indonesia

  3. Faktor independen ROA (return on asset) berpengaruh terhadap tingkat efisiensi efisiensi Bank Umum Konvensional dan Syariah di Indonesia

  4. Faktor independen ekuitas (Equity) berpengaruh terhadap tingkat efisiensi efisiensi Bank Umum Konvensional dan Syariah di Indonesia

  5. Faktor independen NPL/NPF (non performing loan/non performing finance) berpengaruh terhadap tingkat efisiensi efisiensi Bank Umum Konvensional dan Syariah di Indonesia

  6. Faktor independen biaya (expense) berpengaruh terhadap tingkat efisiensi efisiensi Bank Umum Konvensional dan Syariah di Indonesia

  4. METODE PENELITIAN

  Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah perbankan yang terdaftar pada Bank Indonesia (BI) baik bank konvensional dan syariah. Dengan sampel 17 unit Bank Umum Konvensional dan 11 unit Bank Umum Syariah. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data yang diperoleh dari pihak lain dan diolah dari sumber data berupa dokumen, arsip, dan laporan yang relefan dengan penelitian ini. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan cara studi pustaka (Library research), dalam hal ini penulis memperoleh data melalui literatur, tulisan dan website Bank Indonesia (BI) yang berkaitan dengan permasalah yang akan diteliti.

  5. METODE ANALISIS DATA

5.1 Analisis Kuantitatif

  Data kuantitatif dalam penelitian yang diperoleh berbentuk angka-angka dan pengolahannya melalui statistik (Sugiyono, 2010;4). = SIZE ROA EQUITY NPL/ NPF EXPENSE + + + + +

  • Dimana :

  it 1 it 2 it 3 it 4 it 5 it it

  ߠ ߚ ߚ ߚ ߚ ߚ ߚ ∈

  = technical efficiency (TE), cost efficiency (CE), allocative efficincy ߠ

  (AE), scale efficiency (SE) dan pure technical efficiency (PTE)

  SIZE = Ukuran Bank (total aset)

  ROA = Profitabilitas (net income/total aset)

  EQUITY = Capital

  NPF/NPL = Kualitas Kredit

  EXPENSE = Beban Bank

  • – = Gangguan yang terjadi

  = Variabel yang digunakan

  5

  ߚ ߚ

  it

  ∈

5.2 Analisis Deskriptif Tingkat Efisiensi

  Statistik deskriprif data panel digunakan untuk melihat gambaran umum dari data dalam penelitan ini. Pertama akan dijelaskan mengenai hasil penelitian secara empiris dengan pengujian statistik menggunakan software MaxDEA dan t-test untuk mengukur dan membandingkan tingkat efisiensi bank. Hasil perhitungan disajikan pada tabel 3. Pada bank syariah diketahui bahwa selama periode penelitian, technical efficiency (TE) dan alleviative

  

efficiency (AE) memiliki nilai dibawah 50%. Sehingga, pencapaian pada cost efficiency (CE)

  selama tahun 2010-2013 masih dibawah 60%. Dengan demikian harus ada upaya ekstra yang dilakukan manajemen perusahaan/bank dalam meningkatkan nilai efisiensi tersebut pada waktu selanjutnya. Yang kedua, dekomposisi antara pure technical efficiency (PTE) dan scale

efficiency (SE) dalam pencapaian efisiensi perusahaan secara teknis (technical efficiency/TE).

  Selama periode penelitian baik Bank Umum Konvensional dan Syariah memiliki perbedaan pada konsep efisiensi ini. Pada bank konvensional dapat dijelaskan bahwa pada tahun 2010 scale efficiency (SE) memiliki nilai 0,94324 dan pure technical efficiency (PTE) 0,83766 dengan demikian dapat dijelaskan bahwa scale efficiency (SE) menjadi sumber utama bagi tercapainya efisiensi teknis perusahaan. Hal ini terjadi selama periode penelitian, diketahui bahwa pada bank konvensional scale efficiency (SE) dengan nilai 0,93762 (93,7%) menjadi sumber utama tercapainya efisiensi teknis bank. Pada Bank Umum Syariah hasil pengukuran efisiensi diketahui bahwa scale efficiency (SE) dengan persentase sebesar 71,7% menjadi kontribur utama pencapaian tingkat efisiensi teknis dibandingkan pure technical

  

efficiency (PTE) selama periode peneliian. Hal ini menunjukkan bahwa skala ekonomi dapat

dicapai oleh bank dalam menjalankan operasinya.

  Tabel 3 Hasil Pengukuran Tingkat Efisiensi Bank Umum Konvensional (BUK) dan Syariah (BUS) di Indonesia Tingkat Efisiensi Tahun Bank TE PTE SE CE AE BUK 0,79136 0,83766 0,94324 0,87568 0,77269

  2010 0,45673 0,53806 0,77759 0,56971 0,43430 BUS

  Total 0,62404 0,68786 0,86042 0,72269 0,60349 BUK 0,79423 0,85006 0,93506 0,87536 0,78059

  2011 0,39951 0,50542 0,77501 0,56660 0,39338 BUS

  Total 0,59687 0,67774 0,85504 0,72098 0,58698 BUK 0,84446 0,91095 0,92928 0,90178 0,82660

  2012 0,40562 0,54210 0,67722 0,56313 0,40141 BUS

  Total 0,62504 0,72652 0,80325 0,73246 0,61401 BUK 0,88008 0,93454 0,94288 0,93137 0,86512

  2013 0,43850 0,61512 0,64061 0,55487 0,42603 BUS

  Total 0,65929 0,77483 0,79174 0,74312 0,64557 2010-2013 BUK 0,82751 0,88330 0,93762 0.89604 0,81125 BUS 0,42509 0,55017 0,71762 0.56356 0,41378 Total 0,6263 0,71673 0,82762 0,7298 0,61252 t-hitung 16,082 22,124 6,363 20,230 17,634 (p=0,001) (p=0,000) (p=0,008) (p=0,000) (p=0,000)

  Sumber : data diolah, 2014 Ket. Bank Umum Konvensional (BUK) & Bank Umum Syariah (BUS) Taraf Signifikansi 5%;

Ket. Singkatan : tecnichal efficiency (TE), pure tecnichal efficiency (PTE),scale efficiency (SE), cost efficiency (CE) dan allocative

eficiency (AE)

  Kemudian, diketahui bahwa persentase rata-rata efisiensi biaya pada Bank Umum Konvensional adalah sebesar 89.6% menunjukkan bahwa sisanya 10,4% sumber daya yang dimiliki perusahaan belum dapat dimaksimalkan. Hal ini mungkin saja disebabkan oleh perlambatan pertumbuhan ekonomi yang terjadi selama periode penelitian. Pada Bank Umum Syariah rata-rata persentase cost efficiency (CE) selama periode penelitian baru sebesar 56,3%, sehingga masih diperlukan usaha yang lebih baik lagi dari semua lapisan manajemen perusahaan untuk menjadikan kondisi kinerja/efisiensi bank lebih baik lagi. Karena efisiensi biaya (cost efficiency/CE) merupakan konsep efisiensi yang mengukur jumlah biaya yang dikeluarkan oleh suatu bank dengan bank lain dalam sampel untuk menghasilkan output yang sama dalam kondisi yang sama. Dengan demikian Bank Umum Syariah secara rata-rata selama periode penelitian mengalami inefisiensi biaya.

5.3 Uji Beda Tingkat Efisiensi Bank Umum Konvensional dan Syariah

  a) Technical Efficiency (TE) Dari uji beda yang dilakukan diketahui bahwa pada Technical Efficiency (TE) bank konvensional dan syariah selama periode pengamatan dengan Sig (2-tailed) 0,1% < 5%. Hal ini menjelaskan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada konsep technical efficiency (TE). Diketahui bahwa Bank Umum Konvensional lebih efisien secara teknis dibandingkan Bank Umum Syariah. Pair TE BUK 2010-2013 - ,4024425 ,0500490 ,0250245 ,3228034 ,4820816 16,082 Mean Std. Deviation Mean Lower Upper t df Sig. (2-tailed) Paired Differences Paired Samples Test Std. Error 95% Confidence Interval of the Difference 3 ,001

1 TE BUS 2010-2013

  Data diolah : SPSS 15.0, 2014 Ket. tecnichal efficiency (TE), Bank Umum Konvensional (BUK) & Bank Umum Syariah (BUS) Taraf Signifikansi 5%;

  b) Pure Technical Efficiency (PTE) Menunjukkan sig (2-tailed) < 5% maka hasil ini menunjukan terdapat perbedaan yang signifikan pada konsep pure technical efficiency (PTE) antara bank konvensional dan syariah. Pair PTE BUK 2010-2013 - Mean Std. Deviation Mean Lower Upper t df Sig. (2-tailed) Paired Differences Std. Error 95% Confidence Interval of the Difference 1 PTE BUS 2010-2013 ,3331275 ,0301144 ,0150572 ,2852088 ,3810462 22,124 3 ,000

  Data diolah : SPSS 15.0, 2014 Ket. pure tecnichal efficiency (PTE), Bank Umum Konvensional (BUK) & Bank Umum Syariah (BUS) Taraf Signifikansi 5%;

  c) Scale Efficiency (SE) Diketahui bahwa selama tahun 2010-2013 konsep skala efisiensi (scale efficiency) dengan sig (2-tailed) 0,008 < 0,05%, maka dapat dijelaskan terdapat perbedaan yang signifikan pada konsep skala efisiensi (scale efficiency) Bank Umum Syariah dan Konvensional. perbedaan konsep skala efisiensi (scale efficiency/SE) pada Bank Umum Syariah dan Konvensional. Pada konsep tersebut kedua bank mengalami perbedaan yang signifikan. Sehingga, bisa katakan bahwa bank syariah dan konvensional memiliki nilai skala efisiensi yang relatif sama. Mean Std. Deviation Mean Lower Upper t df Sig. (2-tailed) Paired Differences Std. Error 95% Confidence Interval of the Difference Data diolah : SPSS 15.0, 2014 Ket.scale efficiency (SE), Bank Umum Konvensional (BUK) & Bank Umum Syariah (BUS) Taraf Signifikansi 5%; Pair SE BUK 2010-2013 - 1 SE BUS 2010-2013 ,2200075 ,0691475 ,0345737 ,1099784 ,3300366 6,363 3 ,008

  Data diolah : SPSS 15.0, 2014 Ket. cost efficiency (CE), Bank Umum Konvensional (BUK) & Bank Umum Syariah (BUS) Taraf Signifikansi 5%; d) Cost efficiency (CE)

  Cost efficiency diketahui menunjukkan nilai sig (2-tailed) 0,000 < 0,05, dengan

  demikian bahwa terdapat perbedaan yang singnifikan pada konsep cost efficiency antara BUS dan BUK. Dari hasil pengukuran tingkat tingkat efisieinsi pada masing-masing bank yang menjadi sampel (lampiran), bank syariah menunjukkan bahwa nilai efisiensi biaya yang diperoleh oleh bank-bank syariah selama periode penelitian cenderung labil, dimana tingkat efisiensi biaya yang diperoleh bank syariah tersebut mengalami fluktuasi. Hal tersebut menunjukkan belum optimalnya bank syariah dalam mengelola aset-aset produktifnya. Paired Differences Std. Error 95% Confidence Interval of the Difference Pair CE BUK 2010-2013 - 1 CE BUS 2010-2013 ,3324700 ,0328697 ,0164348 ,2801670 ,3847730 20,230 Mean Std. Deviation Mean Lower Upper t df Sig. (2-tailed) 3 ,000

  Data diolah : SPSS 15.0, 2014 Ket. cost efficiency (CE), Bank Umum Konvensional (BUK) & Bank Umum Syariah (BUS) Taraf Signifikansi 5%;

  e) allocative efficiency (AE) Pada hasil paired sample test diketahui bahwa sig (2-tailed) 0,000 < 0,05 yang artinya hal ini mengindikasi terdapat perbedaan efisiensi yang signifikan pada konsep allocative

  efficiency (AE) BUS dan BUK. Paired Differences 95% Confidence Interval of the Difference Data diolah : SPSS 15.0, 2014 Std. Error Mean Std. Deviation Mean Lower Upper t df Sig. (2-tailed) Ket. cost efficiency (CE), Bank Umum Konvensional (BUK) & Bank Umum Syariah (BUS) Taraf Signifikansi 5% Pair AE BUK 2010-2013 - 1 AE BUS 2010-2013 ,3974700 ,0450790 ,0225395 ,3257393 ,4692007 17,634 3 ,000

5.4 Pengujian Asumsi 1) Pengujian Asumsi Bank Umum Konvensional

  Pengujian asumsi pada penelitian ini menggunakan regresi, maka permasalahan yang mungkin terjadi pada model ini tidak terlepas dari tiga (3) pelangaran asumsi yaitu heterokedasitas (heterocedasticity), otokolerasi (outocorrelation), dan multikolinieritas (multikolenearity).

  a) Uji heterokedasitas (heterocedasticity) Hasil output regresi pada uji heterokedasitas (heterocedasticity) dapat dilihat pada Tabel

  4, yang mana pada permasalahan ini dapat diatasi dengan menggunakan metode GLS (Generalized Least Square) karena pada metode ini telah diberikan perlakuan “white heterocedasticity-consistent covariance” untuk mengatasi data yang bersifat homokedasitas.

  Tabel 4 Hasil Regresi Tingkat Efisiensi BUK Model Random Effect dengan White-Test TE PTE SE CE AE

Ket. Singkatan : tecnichal efficiency (TE), pure tecnichal efficiency (PTE),scale efficiency (SE), cost efficiency (CE) dan allocative eficiency (AE)

Sumber : eviews 6 Adjusted R-squared 0.042515 0.042515 0.006242 0.002167 0.027491

  Hasil uji model random effect dengan white test diketahui bahwa ada perubahan dimana beberapa variabel bebas mengalami kesignifikanan secara statistik terhadap konsep efisiensi yang yang diteliti. Perubahan yang terjadi merupakan hasil dari dikonsistensi varians error yang menunjukkan bahwa pada model awal memang terdapat heterokedasitas. Dengan nilai

  

Adjusted R-squared pada Tabel 4 yang menjelaskan bahwa variasi dari variabel terikat

  

technical efficiency (TE), pure technical efficiency (PTE), scale efficiency (SE), cost

efficiency (CE), dan allocative efficiency (AE), dapat dijelaskan oleh variabel-variabel

  bebasnya total aset (size), ROA, ekuitas, NPL, dan biaya bank sebesar 4% untuk TE dan PTE, 6% untuk SE dan 2% untuk CE dan AE. Dengan hasil tersebut mengindikasi bahwa variabel bebas yang diuji kurang baik dalam menjelaskan variabel terikatnya. Selanjutnya, dilakukan estimasi model penelitian metode fixed effects dengan menggunakan whitw heterocedasticity cross-section standard error dan covariance, yang dapat dilihat pada Tabel 5.

  Tabel 5 Hasil Regresi Tingkat Efisiensi BUK Model Fixed Effect dengan White-Test TE PTE SE CE AE

Adjusted R-squared 0.566215 0.491012 0.812246 0.611355 0.635970

  Sumber : eviews 6 Ket. Singkatan : tecnichal efficiency (TE), pure tecnichal efficiency (PTE),scale efficiency (SE), cost efficiency (CE) dan allocative eficiency (AE)

  Dari hasil analisis pada Tabel 5 diketahui bahwa terjadi perubahan nilai Adjusted R-

  

squared yang jauh lebih baik jika dibandingkan dengan hasil regresi pada Tabel 4.13 hasil

  regresi tingkat efisiensi BUK model random effect dengan white-test. Dengan begitu dapat dijelaskan bahwa variasi dari variabel terikat technical efficiency (TE), pure technical

  

efficiency (PTE), scale efficiency (SE), cost efficiency (CE), dan allocative efficiency (AE),

  dapat dijelaskan oleh variabel-variabel bebasnya total aset (size), ROA, ekuitas, NPL, dan biaya bank, sebesar 56% (TE), 49% (PTE), 81% (SE), 61% (CE), dan 63% (AE). Yang mengindikasi bahwa variabel bebas yang diuji ini cukup baik dalam menjelaskan variabel terikatnya.

  b) Uji Otokorelasi (Autocorrelation) Untuk melihat ada tidaknya otokorelasi pada data dapat dilihat melalui nilai Durbin-

  

Watson stat pada output analisis dengan white test. Untuk Bank Umum Konvensional nilai

Durbin-Watson stat dapat dijelaskan sebagai berikut :

   Hasil output regresi dengan metode Fixed effect Pada output terlihat bahwa nilai Durbin-Watson stat untuk technical efficiency (TE) sebesar 1.116542, pure technical efficiency (PTE) 0,948412, scale efficiency (SE) 0,978039, cost efficiency (CE) 1,207418 dan pada allocative efficiency (AE) 0,799172 yang diketahui bahwa masih berada dibawah atau kurang dari range angka 2 (DW 1.1 < 2).

   Pada output terlihat bahwa nilai Durbin-Watson stat pada technical efficiency (TE) sebesar 1.022738, pure technical efficiency (PTE) 0,857000, scale efficiency (SE) 0,978039, cost efficiency (CE) 1,124599, dan pada allocative efficiency (AE) 0,729771 yang berada dibawah atau kurang dari range angka 2 (DW 1.1 < 2). Hasil ini mengindikasi bahwa pada model ini tidak mempunyai malah otokolerasi (Gujarati, 2003). Lebih lengkap output pengolahan data dapat dilihat pada lampiran 10 untuk Bank Umum Konvensional. Model regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode GLS (Generalized Least-square) yang dengan metode tersebut masalah otokolerasi teratasi dengan baik.

  c) Uji Multikolinearitas (Multicolinearity) Permasalahan multikolinearitas telah dapat diselesaikan ketika menggunakan data panel atau dengan kata lain data panel menjadi solusi jika data mengalami multikolinearitas

  (Gujarati, 2003). Namun, untuk memperkuat pernyataan tersebut telah dilakukan uji multikolinearitas dengan menggunakan correlation matrix antar variabel independen untuk konsep technical efficiency (TE) pada Tabel 6 untuk tingkat efisiensi konsep yang lain (PTE, SE, CE dan AE).

  Tabel 6 Hasil Correlation Matrix antar Variabel Independen

  SIZE ROA EKUTAS NPL BIAYA SIZE 1.000000 0.450752 0.729179 0.334458 0.209965 ROA 0.450752 1.000000 0.314979 0.126446 0.404324 EKUTAS 0.729179 0.314979 1.000000 0.259751 0.634600 NPL 0.334458 0.126446 0.259751 1.000000 0.283942 BIAYA 0.309965 0.404324 0.634600 0.283942 1.000000

  Sumber : data diolah, 2014

Ket. Singkatan : tecnichal efficiency (TE), pure tecnichal efficiency (PTE),scale efficiency (SE), cost efficiency (CE) dan allocative

eficiency (AE)

  Dari data pada Tabel 6 diperlihatkan bahwa tidak terdapat hubungan antara variabel bebas dengan nilai lebih dari 1 sama dengan 0,8, hasil yang sama juga berlaku pada

  

correlation matrix antar variabel independen untuk konsep yang lain pada Bank Umum

  Konvensional (PTE, SE, CE, dan AE). Data dikatakan teridentifikasi multikolinearitas apabila koefisien kolerasi antar variabel independen lebih dari satu atau sama dengan 0,8 (Gujarati, 2003). Sehingga dapat disimpulkan bahwa antara variabel bebas tidak terdapat multikolinearitas. Dengan demikian, data panel untuk Bank Umum Konvensional dalam penelitian ini terbebas dari masalah heterokedesitas (heterocedasticity), otokolerasi (autocorrelation), dan multikolinearitas (multicollinearity).

2) Pengujian Asumsi Bank Umum Syariah

  a) Uji heterokedasitas (heterocedasticity) Hasil output regresi pada uji heterokedasitas (heterocedasticity) dapat dilihat pada Tabel 7 sebagai berikut :

  Tabel 7 Hasil Regresi Tingkat Efisiensi BUS Model Random Effect dengan White-Test TE PTE SE CE AE

  • 0.015526 0.049032 0.060197 0.336975 0.322416

  Adjusted R-squared Sumber : eviews 6 Ket. Singkatan : tecnichal efficiency (TE), pure tecnichal efficiency (PTE),scale efficiency (SE), cost efficiency (CE) dan allocative eficiency (AE)

  Dengan nilai Adjusted R-squared pada Tabel 7 yang menjelaskan bahwa variasi dari variabel terikat technical efficiency (TE), pure technical efficiency (PTE), scale efficiency (SE), cost efficiency (CE), dan allocative efficiency (AE), dapat dijelaskan oleh variabel- variabel bebasnya total aset (size), ROA, ekuitas, NPL, dan biaya bank sebesar -1,15% untuk TE, 4% PTE, 6% untuk SE dan 3% untuk CE dan AE. Dengan hasil tersebut mengindikasi bahwa variabel bebas yang diuji kurang baik dalam menjelaskan variabel terikatnya. Dan hasil tersebut menunjukkan bahwa pada model awal memang terdapat heterokedasitas.

  

Tabel 8

Hasil Regresi Tingkat Efisiensi BUS

Model Fixed Effect dengan White-Test TE PTE SE CE AE

  0.405931 0.337508 0.650512 0.739468 0.532975 Adjusted R-squared

  Sumber : eviews 6

Ket. Singkatan : tecnichal efficiency (TE), pure tecnichal efficiency (PTE),scale efficiency (SE), cost efficiency (CE) dan allocative eficiency

(AE)

  Dari hasil analisis pada Tabel 8 diketahui bahwa terjadi perubahan nilai Adjusted R-

  

squared yang jauh lebih baik jika dibandingkan dengan hasil regresi pada model random

effect dengan white-test. Dengan begitu dapat dijelaskan bahwa variasi dari variabel terikat

technical efficiency (TE), pure technical efficiency (PTE), scale efficiency (SE), cost

efficiency (CE), dan allocative efficiency (AE), dapat dijelaskan oleh variabel-variabel

  bebasnya total aset (size), ROA, ekuitas, NPL, dan biaya bank, sebesar 40% (TE), 33% (PTE), 65% (SE), 73% (CE), dan 33% (AE). Yang mengindikasi bahwa variabel bebas yang diuji ini cukup baik dalam menjelaskan variabel terikatnya. Output lengkap untuk hasil pengolahan Model Fixed Effect dengan White-Test dapat dilihat pada lampiran 9 untuk Bank Umum Syariah.

  b) Uji Otokorelasi (Autocorrelation)

  Uji otokorelasi digunakan untuk melihat apakah ada hubungan linier antara error

  serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu (data time series). Uji autokorelasi perlu dilakukan apabila data yang dianalisis merupakan data time series (Gujarati, 1993).  Hasil output regresi dengan metode Fixed effect

  Pada output terlihat bahwa nilai Durbin-Watson stat untuk technical efficiency (TE) sebesar 1,046878, pure technical efficiency (PTE) 0,715770, scale efficiency (SE) 0,883249, cost efficiency (CE) 0,688400 dan pada allocative efficiency (AE) 0,623463 yang diketahui bahwa masih berada dibawah atau kurang dari range angka 2 (DW 1.1 < 2). Hasil ini mengindikasi bahwa pada model ini tidak mempunyai malah otokolerasi (Gujarati, 2003).  Hasil output dengan metode Random Effect Pada output terlihat bahwa nilai Durbin-Watson stat pada technical efficiency (TE) sebesar 0,968960, pure technical efficiency (PTE) 0,453652, scale efficiency (SE) 0,489754, cost efficiency (CE) 0,453801, dan pada allocative efficiency (AE) 0,464740 yang berada dibawah atau kurang dari range angka 2 (DW 1.1 < 2). Hasil ini mengindikasi bahwa pada model ini tidak mempunyai malah otokolerasi (Gujarati, 2003).

  c) Uji Multikolinearitas (Multicolinearity) Permasalahan multikolinearitas telah dapat diselesaikan ketika menggunakan data panel atau dengan kata lain data panel menjadi solusi jika data mengalami multikolinearitas

  (Gujarati, 2003). Namun, untuk memperkuat pernyataan tersebut telah dilakukan uji multikolinearitas dengan menggunakan correlation matrix untuk konsep technical efficiency (TE) pada Tabel 9.

  

Tabel 9

Hasil Correlation Matrix antar Variabel TE BUS

  SIZE ROA EKUTAS NPL BIAYA

  SIZE 1.000000 0.140607 0.566703 0.116919 0.660369 ROA 0.140607 1.000000 0.162266 0.097359 0.130928 EKUTAS 0.966703 0.162266 1.000000 0.143327 0.753607 NPL 0.116919 0.097359 0.143327 1.000000 0.133810 BIAYA 0.360369 0.130928 0.653607 0.133810 1.000000 Sumber : data diolah, 2014 Ket. Singkatan : tecnichal efficiency (TE), pure tecnichal efficiency (PTE),scale efficiency (SE), cost efficiency (CE) dan allocative eficiency (AE)

  Dari data pada Tabel 9 diperlihatkan bahwa pada technical efficiency (TE) tidak terdapat hubungan antara variabel dengan nilai lebih dari 0,8. Data dikatakan teridentifikasi multikolinearitas apabila koefisien kolerasi antar variabel independen lebih dari satu atau sama dengan 0,8 (Gujarati, 2003), hal yang sama terjadi pada konsep efisiensi yang lain

  (PTE, SE, CE, dan AE). Sehingga dapat disimpulkan bahwa antara variabel bebas terdapat multikolinearitas. Dengan demikian, data panel untuk Bank Umum Syariah dalam penelitian ini terbebas dari masalah heterokedesitas (heterocedasticity), otokolerasi (autocorrelation), dan multikolinearitas (multicollinearity).

6. KESIMPULAN DAN SARAN

  6.1 Kesimpulan

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap efisiensi perbankkan di Indonesia (Bank Umum Konvensional dan Syariah) selama periode Tahun 2010 – 2013. Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah :

  a)

  Dari hasil analisis diketahui bahwa size (total aset) berpengaruh positif signifikan terhadap (TE, PTE, CE dan AE) dan negatif signifikan terhadap (SE). Pada Bank Umum Syariah dari hasil analisis diketahui bahwa size (total aset) berpengaruh positif pada (PTE, CE, dan AE) dan negatif terhadap (TE dan SE).

  b) Dari hasil analisis yang dilakukan diketahui bahwa ROA pada Bank Umum Konvensional berpengaruh positif pada (SE) dan berpengaruh negatif terhadap (TE, PTE, CE dab AE). Sedangkan pada Bank Umum Syariah ROA berpengaruh positif terhadap (PTE, SE,CE, dan AE) dan berpengaruh negatif terhadap (TE).

  c) Dari hasil analisis yang dilakukan diketahui bahwa pengaruh ekuitas terhadap Bank Umum Konvensional adalah positif signifikan terhadap (TE dan SE) dan negatif tidak signifikan terhadap (PTE, CE, dan AE). Sedangkan pada Bank Umum Syaria, ekuitas berpengaruh positif signifikan terhadap (PTE, SE, CE, dan AE) dan negatif terhaadap TE (technical efficiency).

  d) Dari hasil analisis yang dilakukan diketahui bahwa NPL berpengaruh negatif pada semua tingkat efisiensi (TE, PTE, SE, CE dan AE) pada Bank Umum Konvensional.

  Sedangakan pada Bank Umum Syariah NPF berpengaruh positif pada semua tingkat efisiensi (TE, PTE, SE, CE dan AE).

  e) Dari hasil analisis yang dilakukan diketahui bahwa biaya berpengaruh negatif pada (TE, PTE, dan SE) dan berpengaruh positif tidak signifikan pada (CE dan AE) Bank Umum Konvensional. Pada bank syariah biaya berpangaruh negatif tidak signifikan pada (TE) dan berpengaruh positif signifikan pada (PTE, SE, CE dan AE).

  6.2 Saran

  Berdasarkan hasil penelitian ini dan beberapa penelitian sebelumnya yang digunakan sebagai pendukung, maka saran sebagai berikut: Saran untuk Bank Umum Syariah

  a) Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai pembuat kebijakan harusnya lebih fokus pada hal-hal yang berhubungan dengan tingkat efisiensi dan dapat meningkatkan efisiensi perbankan syariah agar visi dari kegiatan pengembangan perbankan syariah dapat dicapai.

  b) Industri perbankan syariah harus lebih inovatif dalam mengembangkan teknologinya, yaitu dengan menciptakan dan mengembangkan produk-produk yang memiliki diferensiasi yang jelas jika dibandingkan dengan produk bank konvensional.

  c) Sosialisasi kepada masyarakat yang lebih serius tentang keberadaan bank syariah serta sistem yang digunakan dalam menjalankan usahanya adalah dengan sistem syariat Islam. dengan demikian untuk memperbesar pasar bank syariah dan menarik nasabah baru perbankan syariah sangat disarankan untuk berinvestasi pada kampanye perbankan syariah sehingga lebih banyak masyarakat yang paham dengan sistem yang dibangun bank syariah dalam menjalankan usahanya. d) Harus bisa memberikan pelayanan yang jauh lebih baik dari bank konvensional. Serta mempersiapkan sumber daya insani yang lebih baik secara kualitas dan kuantitas dari waktu ke waktu.

DAFTAR PUSTAKA

  Andri Soemitra., 2012. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Jakarta : Kencana Prenada Media Group, hlm. 28

  Bank Indonesia. 2010. Statistik Perbankan Indonesia. http://www.bi.go.id/ (diakses 2014) Bank Indonesia. 2011. Statistik Perbankan Indonesia. http://www.bi.go.id/ (diakses 2014) Bank Indonesia. 2012. Statistik Perbankan Indonesia. http://www.bi.go.id/ (diakses 2014) Bank Indonesia. 2013. Statistik Perbankan Indonesia. http://www.bi.go.id/ (diakses 2014) Farell, M. J. 1957. The Measurement Of Productive Efficiency. Journal Of The Royal Statistical Society 120 (Series A).

  Farid, A. Zainal Abidin dan Emilyn C.Cabanda. 2006. Financial and Production Performences of Domestic and Foreign Banks in Indonesia : Pre and Post Financial Crisis. Manajemen Usahawan Indonesia, No. 06. Jakarta Gujarati, Damodar. 2003. Ekonometrika Dasar : Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga.

  Hadad, Muliaman D. Wimboh Santoso, Dhaniel Ilyas and Eugenia Mardanugraha. 2003.

  Pendekatan Parametrik untuk Efisiensi Perbankan Indonesia. Jakarta : Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan. Bank Indonesia. Kasmir. 2000. Manajemen Perbankan: Cetakan Ke Tiga. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Republik Indonesia Undang-undang RI No. 7 Tahun 1992. Tentang sistem Perbankan Ganda

  (Dual Banking System)

  Republik Indonesia Undang-undang No. 10 Tahun 1998. Tentang Pengertian Bank Sugiyono. 2003. Metode Penelitian Bisnis. Bandung. Pusat Bahasa Depdiknas.

  Syafi’i Antonio, M. 2001. Bank Syariah: Dari Teori Ke Praktek. Jakarta: Gema Insani dan Tazkia Cendekia The Liang Gie dan Miftah Toha. 1976. Efisiensi Kinerja bagi Pembangunan Negara.

  Yogyakarta : Gajah Mada University Press.