Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Penyerapan Tenagakerja di Provinsi Sumatera Selatan (Periode Tahun 1990-2011)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI
PENYERAPAN TENAGAKERJA DI PROVINSI
SUMATERA SELATAN
(Periode Tahun 1990-2011)

SYAFIRA HERYANTIARI PUTRI

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skipsi berjudul Analisis Faktor-Faktor
yang Memengaruhi Penyerapan Tenagakerja di Provinsi Sumatera Selatan
(Periode Tahun 1990-2011) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan penulis lain telah disebutkan dalam teks dan

dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Mei 2013
Syafira Heryantiari Putri
NIM. H14090061

ABSTRAK
SYAFIRA HERYANTIARI PUTRI. Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi
Penyerapan Tenagakerja di Provinsi Sumatera Selatan (Periode Tahun 19902011). Dibimbing oleh Dr. MUHAMMAD FINDI A, M.E.
Di Sumatera Selatan, jumlah tenagakerja melebihi jumlah kesempatan kerjanya.
Hal ini menyebabkan masalah pengangguran yang cukup serius. Tujuan penelitian
ini adalah menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi penyerapan tenagakerja
dan menganalisis kepekaan daya serap tenagakerja terhadap pertumbuhan
ekonomi di Provinsi Sumatera Selatan. Berdasarkan hasil analisis regresi, terdapat
lima hasil penelitian. Pertama, PDRB berpengaruh negatif signifikan terhadap
penyerapan tenagakerja. Kedua, UMP berpengaruh positif signifikan. Ketiga,
investasi berpengaruh positif tidak signifikan. Keempat, populasi berpengaruh
positif signifikan dan krisis berpengaruh negatif tidak signifikan. Berdasarkan

analisis elastisitas tenagakerja, nilai elastisitas penyerapan tenagakerja secara
keseluruhan untuk Provinsi Sumatera Selatan sampai tahun 2011 yaitu sebesar
1,49. Sedangkan berdasarkan sektor ekonominya, elastisitas tenagakerja terbesar
terjadi pada sektor pertambangan yaitu sebesar 17,85.
Kata Kunci: Tenagakerja, pembangunan ekonomi, OLS, elastisitas
ABSTRACT
SYAFIRA HERYANTIARI PUTRI. Analysis of The Factors That Influence The
Absorption of Manpower in South Sumatra Province (Years Periode 1990-2011).
Supervised by Dr. MUHAMMAD FINDI A, M.E.
In South Sumatra, the amount of manpower was larger than the number of
opportunities for employment. This fact made a serious unemployment problems.
The purpose of research was analyzing the influence of Gross Regional Domestic
Product, minimum wage of province, investment, population and crisis on the
absorption of manpower and analyzing the sensitivity of the manpower absorption
to economic growth in the South Sumatra province. Based on regression analysis,
there were four results of research. First, Gross Regional Domestic Product had a
negative significant influence on absorption of manpower. Second, minimum
wage factor had a positive significant influence on. Third, investment had a
positive insignificant influence on. Fourth, population had a positive significant
influence on. And the last, crisis had a negative insignificant. Based on

employment elasticity analysis, the employment elasticity as a whole for South
Sumatra Province until the year 2011, that is equal to 1,49. While based on
the economic sector, the employment elasticity was largest in the mining sector is
equal to 17,85.
Keywords: Manpower, economic development, OLS, elasticity.

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI
PENYERAPAN TENAGAKERJA DI PROVINSI
SUMATERA SELATAN
(Periode Tahun 1990-2011)

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR
2013

Judul Skripsi : Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Penyerapan
Tenagakerja di Provinsi Sumatera Selatan
(Periode Tahun 1990-2011)
Nama
: Syafira Heryantiari Putri
NIM
: H14090061

Menyetujui,
Dosen Pembimbing,

Dr. Muhammad Findi A, M.E.
Dosen Pembimbing

Mengetahui,
Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,


Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M.Ec.
Ketua Departemen

Tanggal Kelulusan :

PRAKATA
Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam
penelitian ini ialah ketenagakerjaan, dengan judul Analisis Faktor-Faktor yang
Memengaruhi Penyerapan Tenagakerja di Provinsi Sumatera Selatan (Periode
Tahun 1990-2011).
Skripsi ini penulis selesaikan dengan usaha, bantuan, bimbingan dan
dorongan dari berbagai pihak. Maka dengan segala kerendahan hati penulis
menghaturkan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ketua Departemen Ilmu Ekonomi Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M.Ec.
2. Bapak Dr. Muhammad Findi A, M.E. selaku dosen pembimbing atas
segala kesabaran, arahan dan bimbingan yang telah diberikan kepada
penulis selama mengikuti kegiatan akademis dan selama penyusunan
skripsi ini.
3. Bapak dan Ibu staf pengajar program sarjana ilmu ekonomi Institut
Pertanian Bogor, yang telah banyak memberikan dan mengajarkan

berbagai ilmu pengetahuan selama penulis menempuh pendidikan.
4. Kedua orang tua Mochamad Bachtiar dan Susi Heryati, adikku Desti
Hewiyati dan Neng Rizka Nur Handayani terima kasih atas curahan doa,
bantuan, perhatian dan dukungan moril kepada penulis untuk
menyelesaikan studi ini.
5. Teman-Teman IE 46 dan seluruh sahabat terutama Mira, Tata, Muti,
Mala , terima kasih telah membantu dalam masa perkuliahan selama ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.
Dengan segenap kerendahan hati, penulis berharap semoga segala kekurangan
yang ada pada skripsi ini dapat dijadikan bahan pembelajaran untuk penelitian
yang lebih baik di masa yang akan datang, dan semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya.

Bogor, Mei 2013
Syafira Heryantiari Putri

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi


DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
Hipotesis Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
Konsep Ketenagakerjaan
Penyerapan Tenagakerja
Permintaan Tenagakerja

Penawaran Tenagakerja
Pertumbuhan Ekonomi
Upah Tenaga Kerja
Pengertian Investasi
Tinjauan Penelitian Terdahulu
Kerangka Pemikiran
METODE PENELITIAN
Jenis dan Sumber Data
Metode Analisis
Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis Elastisitas Tenagakerja
GAMBARAN UMUM
Lokasi dan Kondisi Geografi
Kependudukan dan Ketenagakerjaan
Kondisi Perekonomian
Kondisi Investasi
Regulasi Pemerintah yang Berkaitan dengan Tenaga Kerja
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Analisis Regresi Linier Berganda
Hasil Analisis Elastisitas Tenagakerja

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

1
1
3
4
5
5
5
6
6
8
8
10
12
13
14
15

17
18
18
18
18
23
24
24
24
26
27
29
31
31
35
37
37
37

DAFTAR PUSTAKA


38

LAMPIRAN

40

RIWAYAT HIDUP

49

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7

Tingkat pengangguran di Pulau Sumatera tahun 2012
Jumlah tenaga kerja berdasarkan tingkat pendidikan di Provinsi
Sumatera Selatan tahun 2008-2011
Penduduk di Provinsi Sumatera Selatan tahun 2008-2011
Kondisi ketenagakerjaan di Provinsi Sumatera Selatan tahun
2008-2011
Kontribusi sektor-sektor ekonomi Provinsi Sumatera Selatan
dalam struktur dengan migas tahun 2008-2011
Hasil estimasi regresi
Elastisitas tenagakerja sektoral di Provinsi Sumatera Selatan
tahun 2011

2
3
24
25
26
31
36

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14

Penyerapan tenagakerja di Indonesia tahun 2012
Laju penyerapan tengakerja di Provinsi Sumatera Selatan
tahun 2008-2011
Laju penyerapan tenagakerja berdasarkan lapangan usaha
di Provinsi Sumatera Selatan tahun 2011
Diagram ketenagakerjaan
Dampak kenaikan upah terhadap permintaan tenagakerja
dalam jangka pendek dan jangka panjang
Hubungan upah terhadap penawaran tenagakerja
Fungsi penawaran tenagakerja
Keseimbangan pasar tenagakerja
Kerangka konseptual penelitian
Penduduk 15 tahun ke atas yang bekerja menurut lapangan
pekerjaan utama di Provinsi Sumatera Selatan tahun 2011
Pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera Selatan tahun 2008-2011
Realisasi investasi Provinsi Sumatera Selatan tahun 2008-2011
Realisasi PMA dan PMDN Provinsi Sumatera Selatan
tahun 2000-2011
Realisasi investasi di Provinsi Sumatera Selatan persektor
tahun 1991-2011

1
3
4
7
9
10
11
12
17
26
27
28
28
29

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Jumlah orang bekerja, PDRB, UMP, dan jumlah penduduk di
Provinsi Sumatera Selatan tahun 1990-2011
Logaritma natural dari jumlah orang bekerja, PDRB, UMP dan
Jumlah Penduduk di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 1990-2011
Hasil regresi
Uji normalitas
Uji multkolinearitas dan autokorelasi
Uji heteroskedastisitas
Laju kesempatan keja Provinsi Sumatera Selatan tahun 2008-2011
Laju PDRB menurut lapangan usaha atas dasar harga konstan
2000 di Provinsi Sumatera Selatan tahun 2008-2011
Elastisitas tenaga kerja sektoral di Provinsi Sumatera Selatan
Elastisitas tenaga kerja di Provinsi Sumatera Selatan tahun 2008-2011
Realisasi PMA berdasarkan surat persetujuan tahun 2012
Realisasi PMDN berdasarkan surat persetujuan tahun 2012

41
42
43
43
44
44
45
45
46
46
47
48

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Setiap pemerintahan di dunia pada dasarnya memiliki tujuan yang sama
yaitu membangun ekonomi negaranya sehingga taraf hidup masyarakat di negara
tersebut meningkat. Taraf hidup yang lebih baik tercermin melalui keadilan dan
kemakmuran (Suparmoko,1998). Permasalahan pembangunan yang masih
dihadapi beberapa negara berkembang termasuk Indonesia hingga saat ini adalah
membangun ekonomi negara dengan mendorong pertumbuhan ekonomi tanpa
mempertimbangkan kemakmuran masyarakatnya. Salah satu upaya pemerintah
untuk memakmurkan rakyatnya adalah dengan menciptakan pemerataan distribusi
pendapatan melalui penyediaan kesempatan kerja sehingga terjadi peningkatan
penyerapan tenagakerja.
Penyerapan tenagakerja merupakan salah satu masalah esensial yang perlu
diperhatikan dalam menciptakan kemakmuran masyarakat. Perluasan penyerapan
tenagakerja diperlukan untuk mengimbangi laju pertumbuhan penduduk usia
muda yang masuk ke pasar tenagakerja. Ketidakseimbangan antara pertumbuhan
angkatan kerja dan penciptaan lapangan kerja akan menyebabkan tingginya angka
pengangguran. Kemudian, meningkatnya angka pengangguran tersebut akan
mengakibatkan pemborosan sumberdaya dan potensi angkatan kerja yang ada,
meningkatnya beban masyarakat yang merupakan sumber utama kemiskinan dan
mendorong terjadinya peningkatan keresahan sosial, serta manghambat
pembangunan ekonomi dalam jangka panjang (Kemenakertrans, 2009).
Pada tahun 2012, ketidakmerataan penyerapan tenagakerja masih terjadi di
Indonesia. Hal ini dapat kita lihat dari kondisi penyerapan tenagakerja pada
beberapa provinsi di Indonesia.

25000000
15000000
10000000
5000000
0

NAD
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kep Bangka Belitung
Kep. Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI. Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua

Jumlah Pekerja

20000000

Provinsi

Gambar 1. Penyerapan tenagakerja di Indonesia tahun 2012
Sumber: Kementerian Tenagakerja dan Transmigrasi RI, 2012.

2
Penyerapan tenaga kerja tertinggi secara umum terjadi di Pulau Jawa,
khususnya di Provinsi Jawa Timur sebagai provinsi dengan penyerapan tenaga
kerja tertinggi yaitu sebesar 19,08 juta jiwa. Sedangkan penyerapan tenagakerja
terrendah terjadi hampir diseluruh provinsi di bagian timur Indonesia, dengan
Provinsi Papua Barat sebagai provinsi dengan penyerapan tenagakerja terendah
yaitu sebesar 341 ribu jiwa. Gambar 1. menunjukkan gambaran ketidakmerataaan
penyerapan tenagakerja antarprovinsi di Indonesia yang berdampak pada kondisi
pembangunan secara nasional sehingga provinsi yang telah berkembang semakin
berkembang dan provinsi yang kurang berkembang menjadi semakin tertinggal.
Masalah penyerapan tenagakerja ini dialami oleh hampir seluruh provinsi
yang ada di Indonesia salah satunya Provinsi Sumatera Selatan. Pada tahun 2012,
Provinsi Sumatera Selatan masih menjadi provinsi dengan tingkat pengangguran
tertinggi keempat di Pulau Sumatera setelah Povinsi Aceh, Sumatera Barat dan
Sumatera Utara. Tingkat pengangguran di Sumatera Selatan pada tahun 2012
mencapai 5,7%, hampir mendekati tingkat pengangguran nasional sebesar 6,1%.
Hai ini dapat kita lihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Tingkat pengangguran di Pulau Sumatera tahun 2012

No

Provinsi

Jumlah
Pengangguran
Terbuka

Jumlah
Angkatan
Kerja

1
Aceh
179944
1978491
2
Sumatera Utara
379982
6131664
3
Sumatera Barat
142184
2179826
4
Riau
107774
2506776
5
Jambi
47296
1470920
6
Sumatera Selatan
213441
3746373
7
Bengkulu
31128
861394
8
Lampung
188590
3637897
9
Kep.Bangka Belitung
21061
604163
10
Kep.Riau
46798
871365
Sumber : Kementerian Tenagakerja dan Transmigrasi RI, 2012.

Tingkat
Pengangguran
9.10
6.20
6.52
4.30
3.22
5.70
3.61
5.18
3.49
5.37

Pada tahun 2012, laju penyerapan tenagakerja di Provinsi Sumatera
Selatan mengalami penurunan yang sangat drastis. Hal ini terjadi karena pada
tahun 2010 sampai dengan tahun 2011 peningkatan penyerapan tenagakerja
bukan diakibatkan oleh kondisi pembangunan ekonomi yang semakin meningkat,
tetapi diakibatkan oleh adanya even besar Sea Games ke XXVI yang dalam
jangka pendek berdampak pada percepatan pertumbuhan ekonomi khususnya di
sektor non primer sehingga semakin meningkatnya jumlah orang yang terserap di
pasar tenagakerja.

Persen (%)

3

10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0

Laju Penyerapan
Tenagakerja

2008

2009

2010
Tahun

2011

2012

Gambar 2.

Laju penyerapan tenagakerja di Provinsi Sumatera Selatan tahun
2008 -2012
Sumber: Kementerian Tenagakerja dan Transmigrasi RI, 2008-2012 (Diolah).

Tabel 2. menunjukkan gambaran mengenai jumlah tenagakerja
berdasarkan tingkat pendidikan. Tabel tersebut memperlihatkan bahwa di Provinsi
Sumatera Selatan, pendidikan yang tinggi bukan jaminan untuk segera
mendapatkan pekerjaan. Di Provinsi Sumatera Selatan, penyerapan tenagakerja
terrendah terjadi pada tenagakerja dengan pendidikan diploma dan universitas.
Rendahnya penyerapan tenagakerja terdidik tersebut disebabkan karena
terbatasnya lapangan kerja di sektor formal.
Tabel 2.

Jumlah tenagakerja berdasarkan tingkat pendidikan di Provinsi
Sumatera Selatan tahun 2008-2011

Pendidikan
2008
2009
2010
≤ SD
1849875
1779332
1794232
SMP
566857
570856
660474
SMA Umum
458052
485314
549633
SMA Kejuruan
148406
177962
188245
Diploma I/II/III
75931
78928
94198
Universitas
92234
104502
134408
Sumber : Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI, 2008-2011

2011
1868637
681892
575308
167428
97055
162784

Perumusan Masalah
Produksi nasional (PDRB) sangat menentukan laju tambah kesempatan
kerja pada suatu perekonomian. Semakin tinggi pertumbuhan ekonomi di suatu
daerah, maka semakin tinggi pula kesempatan kerja yang tersedia di daerah
tersebut. Kondisi produksi nasional yang sebanding dengan kesempatan kerja
tidak terjadi di Provinsi Sumatera Selatan.
Permasalahan ketenagakerjaan yang masih terjadi di Sumatera Selatan
sampai dengan tahun 2012 adalah masih tingginya tingkat pengangguran di
Povinsi Sumatera Selatan yaitu sebesar 5,70 persen mendekati tingkat

4
pengangguran nasioanl yaitu 6,10 pesen dan dari sepuluh provinsi yang ada di
Pulau Sumatera, Provinsi Sumatera Selatan masih menduduki peringkat keempat
sebagai povinsi dengan tingkat pengangguran tertinggi di Pulau Sumatera. Hal
ini merupakan masalah ketenagakerjaan yang cukup serius yang terjadi di
Sumatera Selatan. Hal ini dalam jangka panjang dapat menghambat proses
pembangunan ekonomi di Provinsi Sumatera Selatan.
Pada Gambar 3, laju penyerapan tenagakerja tertinggi pada tahun 2011
terjadi di sektor perbankan sebesar 85.78 persen, sektor pertambangan sebesar
50,87 persen, sektor PHR (Perdagangan, Hotel dan Restoran) sebesar 12.06
persen dan sektor pertanian sebesar 11,25 persen.
100
80

Persen

60
40

Laju Penyerapan
Tenagakerja

20
0
-20
-40

Gambar 3.

Laju penyerapan tenagakerja berdasarkan lapangan usaha di
Provinsi Sumatera Selatan tahun 2011
Sumber: BPS RI, 2011 (Diolah).
Berdasarkan pada uraian di atas maka dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut.
1. Faktor-faktor apa saja yang memengaruhi penyerapan tenagakerja di
Provinsi Sumatera Selatan?
2. Bagaimana elastisitas penyerapan tenagakerja terhadap pertubuhan
ekonomi di Provinsi Sumatera Selatan?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, maka tujuan yang ingin
dihasilkan dari penelitian ini adalah sebagain berikut:
1. Menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi penyerapan tenagakerja
di Provinsi Sumatera Selatan
2. Menganalisis elastisitas penyerapan tenagakerja terhadap pertumbuhan
ekonomi di Provinsi Sumatera Selatan

5
Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah:
1. Bagi penulis penelitian ini akan menjadi bahan pembelajaran mengenai
keadaan ketenagakerjaan di Provinsi Sumatera Selatan
2. Menjadi sumber informasi bagi penelitian selanjutnya.
3. Menjadi bahan pertimbangan bagi perumusan strategi sebagai landasan
dalam menentukan kebijakan-kebijakan ekonomi yang tepat sesuai
dengan kondisi ekonomi Provinsi Sumatera Selatan saat ini.

Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah perekonomian regional Provinsi
Sumatera Selatan dengan fokus penelitian pada faktor-faktor yang memengaruhi
penyerapan tenagakerja dan elastisitas tenagakerja di Provinsi Sumatera Selatan.
Data yang digunakan adalah data time series tahunan dari tahun 1990 sampai
dengan tahun 2011. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Regresi Linier Berganda dengan pendekatan Ordinary Least Square (OLS) dan
Analisis Elastisitas Tenagakerja. Penelitian ini tidak membahas lebih jauh
mengenai pertumbuhan ekonomi, hanya membahas penyerapan tenagakerja di
Provinsi Sumatera Selatan.
Hipotesis Penelitian
Hipotesis pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. PDRB berpengaruh positif terhadap penyerapan tenagakerja. Hal ini
berarti peningkatan PDRB akan meningkatkan jumlah tenagakerja di
Provinsi Sumatera Selatan.
2. Upah Minimum Provinsi berpengaruh negatif terhadap penyerapan
tenagakerja. Hal ini berarti meningkatnya UMP akan menurunkan jumlah
tenagakerja di Provinsi Sumatera Selatan.
3. Investasi berpengaruh positif terhadap penyerapan tenagakerja. Hal ini
berarti meningkatnya nilai investasi akan meningkatkan jumlah
tenagakerja di Provinsi Sumatera Selatan.
4. Populasi berpengaruh positif terhadap penyerapan tenagakerja. Hal ini
berarti peningkatan populasi akan meningkatkan jumlah tenagakerja di
Provinsi Sumatera Selatan.
5. Krisis berpengaruh negatif terhadap penyerapan tenagakerja. Hal ini
berarti adanya krisis menurunkan penyerapan tenagakerja di Provinsi
Sumatera Selatan.

6

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
Konsep Ketenagakerjaan
Konsep ketenagakerjaan yang umum berlaku adalah sebagai berikut:
1.

Tenagakerja (manpower) adalah penduduk dalam usia kerja (berusia 15
tahun keatas) atau jumlah seluruh penduduk dalam suatu negara yang
dapat memproduksi barang dan jasa jika ada permintaan terhadap tenaga
mereka, dan jika mereka mau berpartisipasi dalam aktivitas tersebut.
Penerapan penduduk usia kerja di atas 15 tahun adalah setelah ILO
(International Labour Organization) menginstruksi agar batas awal usia
kerja adalah setelah 15 tahun. Sedangkan pada statistik Indonesia sejak
tahun 1971 batas usia kerja adalah pada saat seseorang sudah berumur 10
tahun atau lebih. Semenjak dilaksanakan SAKERNAS (Survei Angkatan
Kerja Nasional) 2001, batas usia kerja yang semula 10 tahun atau lebih
dirubah menjadi 15 tahun atau lebih mengikuti definisi yang dianjurkan
ILO (Indra,2009).

2.

Angkatan kerja (labor force), adalah tenagakerja atau penduduk dalam
usia kerja yang bekerja (K), atau mempunyai pekerjaan namun untuk
sementara sedang tidak bekerja dan yang mencari pekerjaan (MP)
(Dumairy, 1996). Jadi angkatan kerja dapat diformulasikan melalui
persamaan identitas sebagai berikut:
AK = K + MP

3.

Bukan Angkatan Kerja (unlabour force), adalah tenagakerja atau
penduduk yang berusia kerja yang tidak bekerja, tidak mempunyai
pekerjaan dan sedang tidak mencari pekerjaan, yakni orang-orang yang
kegiatannya bersekolah, mengurus rumah tangga serta menerima
pendapatan tapi bukan merupakan imbalan langsung atas jasa kerjanya
(pensiunan) (Dumairy, 1996).

4.

Tingkat partisipasi angkatan kerja (labour force participation rate), adalah
menggambarkan jumlah angkatan kerja dalam suatu kelompok umur
sebagai persentase penduduk dalam kelompok umur tersebut, yaitu
membandingkan angkatan kerja dengan tenagakerja. Untuk menghitung
tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) dapat digunakan rumus sebagai
berikut:

TPAK =

5.

�����ℎ �������� �����
�����ℎ �����������

x 100%

Tingkat pengangguran (unemployment rate), adalah angka yang
menunjukkan berapa banyak dari jumlah angkatan kerja sedang aktif

7
mencari pekerjaan (penganggur), yaitu membandingkan jumlah orang
yang mencari pekerjaan (penganggur) dengan jumlah angkatan kerja.
Tingkat pengangguran (TP) dapat dirumuskan sebagai berikut:

TP=

�����ℎ ����������

�����ℎ �������� �����

x 100%.

Penggolongan semua penduduk tersebut dapat dilihat pada diagram
ketenagakerjaan pada Gambar 4.

PENDUDUK

TENAGA KERJA

BUKAN TENAGA
KERJA

ANGKATAN KERJA

BUKAN ANGKATAN

PENGANGGURAN

KENTARA

BEKERJA
PENUH

SEKOLAH

TIDAK KENTARA

PRODUKTIVITAS
RENDAH

MENGURUS
RT

PENERIMA
PENDAPATAN

PENGHASILAN
RENDAH

Gambar 4. Diagram Ketenagakerjaan
Sumber: Payaman Simanjuntak, 1998.
Tenagakerja merupakan hal yang penting dalam sebuah pembangunan.
Sektor tenagakerja diharapkan mampu mengatasi masalah-masalah ekonomi yang
ada. Pemanfaatan tenagakerja yang efektif akan menciptakan kemakmuran suatu
daerah yang nantinya akan berdampak pada kemakmuran bagi seluruh negara.
Penyediaan lapangan pekerjaan yang cukup, menjadi salah satu upaya yang dapat
dilakukan untuk dapat menyerap jumlah angakatan kerja yang terus bertambah
setiap tahunnya.

8
Penyerapan Tenagakerja
Penyerapan tenagakerja adalah lowongan pekerjaan yang diisi oleh pencari
kerja dan pekerja yang sudah ada pada setiap unit usaha atau lapangan pekerjaan
(Kemenakertrans, 2009). Banyaknya tenagakerja akan terserap apabila jumlah
unit usaha atau lapangan pekerjaan mencukupi dengan banyaknya tenagakerja
yang ada. Lapangan pekerjaan itu sendiri merupakan bidang kegiatan dari
pekerjaan/usaha/perusahaan/kantor tempat orang bekerja (Kemenakertrans, 2009).
Setiap sektor perekonomian atau lapangan pekerjaan memiliki daya serap
tenagakerja dan laju pertumbuhan yang berbeda-beda. Perbedaan ini
menyebabkan terdapat perbedaan laju peningkatan produktivitas kerja serta
terjadinya perubahan sektoral, baik dalam penyerapan tenagakerja maupun
perannya dalam pendapatan nasional (Simanjutak, 1998).
Penyerapan tenagakerja memiliki peranan besar dalam pembangunan
ekonomi, karena kebutuhan tenagakerja didasarkan pada pemikiran bahwa
tenagakerja dalam masyarakat merupakan salah satu faktor yang potensial untuk
pembangunan ekonomi secara keseluruhan, dengan demikian jumlah penduduk
Indonesia yang cukup besar dapat menentukan percepatan laju pertumbuhan
ekonomi. Kesempatan kerja yang tersedia dan kualitas tenagakerja yang
digunakan akan menentukan proses pembangunan ekonomi untuk menjalankan
proses produksi dan juga sebagai pasar barang dan jasa (Indra, 2009).

Permintaan Tenagakerja
Permintaan adalah suatu hubungan antara harga dan kuantitas.
Sehubungan dengan tenagakerja, permintaan tenagakerja adalah hubungan antara
tingkat upah (harga tenagakerja) dan kuantitas tenagakerja yang dikehendaki
untuk dipekerjakan pada jangka waktu tertentu (Bellante,1990).
Permintaan tenagakerja berkaitan dengan jumlah tenagakerja yang
dibutuhkan oleh perusahaan atau instansi tertentu. Secara umum permintaan
tenagakerja dipengaruhi oleh :
1

Perubahan Tingkat Upah

Perubahan tingkat upah akan mempengaruhi tinggi rendahnya biaya
produksi perusahaan. Apabila tingkat upah naik maka akan terjadi peningkatan
biaya produksi perusahaan sehingga akan meningkatkan harga per unit produksi.
Hal ini akan direspon secara cepat oleh konsumen dengan mengurangi konsumsi
barang tersebut.
Dalam jangka pendek, kenaikan upah akan direspon perusahaan dengan
mengurangi produksinya salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan
mengurangi jumlah tenagakerja yang ada di perusahaan tersebut penurunan
tenagakerja karena adanya penurunan skala produksi disebut dengan efek skala
produksi (scale effect).
Dalam jangka panjang, kenaikan upah akan menyebabkan perusahaan
melakukan penyesuain terhadap input yang digunakan. Perusahaan akan
menggunakan teknologi padat modal dalam proses produksinya dan mengganti
tenagakerja dengan barang modal seperti mesin, dll. Penurunan penggunaan

9
tenagakerja karena adanya penggantian atau penambahan penggunaan mesinmesin/ teknologi disebut dengan efek substitusi tenagakerja (capital intensive).
Upah

W2
W1
Jk. Panjang
Jk.Pendek

N0
N1’ N1
Tenagakerja
Dampak kenaikan upah terhadap permintaan tenagakerja dalam
jangka pendek dan jangka panjang
Sumber : Bellante, 1990.

Gambar 5.

Gambar 5. menjelaskan bawa kenaikan upah akan memberikan respon
berbeda pada permintaan tenagakerja dalam jangka pendek maupun jangka
panjang. Kurva permintaan pada jangka panjang lebih landai atau lebih elastis
daripada kurva permintaan jangka pendek. Hal ini karena dalam jangka panjang
kenaikan upah disikapi perusahaan dengan mengombinasikan penggunaan
tenagakerja dan modal yang memberikan biaya paling rendah. Oleh karena itu
perusahaan akan mengurangi penggunaan tenagakerja sehubungan dengan upah
tenagakerja yang naik dan perusahaan akan menambah modal untuk mengimbangi
pengurangan penggunaan tenagakerja tersebut.
2

Perubahan Permintaan Hasil Produksi
Apabila permintaan akan hasil produksi perusahaan meningkat, maka
perusahaan cenderung untuk menambah kapasitas produksinya, sehingga
perusahaan akan meningkatkan jumlah tenagakerjanya.
3

Harga Barang Modal Turun
Apabila harga barang modal turun, maka biaya produksi perusahaan tersebut
juga akan mengalami penurunan dan berdampak pula pada penurunan harga per
unit produksi. Keadaan ini akan memicu perusahaan untuk meningkatkan
produksinya, akibatnya permintaan tenagakerja juga mengalami peningkatan.

Penawaran Tenagakerja

10
Penawaran merupakan fungsi yang menggambarkan hubungan fungsional
antara harga dan kuantitas barang yang ditawarkan. Sehubungan dengan
tenagakerja, penawaran tenagakerja merupakan fungsi yang menggambarkan
hubungan antara tingkat upah dengan jumlah tenagakerja yang ditawarkan. Dalam
jangka pendek, jumlah tenagakerja yang disediakan bagi suatu perekonomian
tergantung pada jumlah penduduk, presentase jumlah angkatan kerja dan jumlah
jam kerja yang ditawarkan oleh angkatan kerja. Penawaran tenagakerja sangat
tergantung pada upah pasar (Bellante,1990).
Upah

Penawaran Tk
W1
We
W0

Jumlah Tenagakerja
N0 Ne N1
Gambar 6. Hubungan upah terhadap penawaran tenagakerja
Sumber : Bellante 1990.
Gambar 6. menjelaskan hubungan antara tingkat upah terhadap penawaran
tenagakerja. Semakin tinggi tingkat upah yang diberikan oleh perusahaan, maka
akan semakin meningkatkan penawaran tenagakerja.
Kenaikan tingkat upah berarti menambah pendapatan. Pertambahan
pendapatan menyebabkan seseorang cenderung untuk meningkatkan konsumsi
dan menikmati waktu senggang lebih banyak, yang berarti mengurangi jam kerja
yang disebut efek pendapatan (income effect). Di sisi lain kenaikan upah dapat
diartikan semakin mahalnya harga dari waktu. Nilai waktu yang lebih tinggi
mendorong seseorang untuk menggantikan waktu senggangnya untuk lebih
banyak bekerja. Penambahan waktu kerja tersebut disebut efek substitusi
(substitution effect).

11
Upah

S3

E4
E3

S2

E2
E1
S1

Jam Kerja

Gambar 7. Fungsi penawaran tenagakerja
Sumber : Bellante, 1990.
Pada Gambar 7. efek substitusi ditunjukkan oleh titik E 1 hingga E 3 yang
artinya waktu yang disediakan bertambah sehubungan dengan pertambahan
tingkat upah (dari S 1 ke S 2 ). Setelah mencapai jumlah waktu kerja akan terjadi
penurunan jam kerja sehubungan dengan pertumbuhan tingkat upah (dari S 2 ke
S 3 ) yang dinamakan backward bending supply curve atau kurva tenagakerja
membalik.
Backward bending supply curve hanya dapat terjadi pada kurva penawaran
tenagakerja yang bersifat perorangan. Hal ini berbeda dengan hubungan antara
tingkat upah dan penawaran tenagakerja keseluruhan. Dalam perekonomian yang
lebih luas, semakin tinggi upah akan mendorong semakin banyak orang untuk
masuk ke pasar tenagakerja. Orang-orang yang tadinya tidak bersedia bekerja
pada tingkat upah rendah akan bersedia untuk bekerja dan mencari pekerjaan pada
tingkat upah yang lebih tinggi (Suparmoko,1998).
2.1.1

Keseimbangan Pasar Tenagakerja

Proses terjadinya penempatan atau hubungan kerja melalui penawaran dan
permintaan tenagakerja dinamakan pasar tenagakerja. Permintaan tenagakerja dan
penawaran tenagakerja secara bersamaan menentukan suatu tingkat upah
keseimbangan dan penggunaan tenagakerja keseimbangan.
Tingkat penggunaan tenagakerja dalam keseimbangan pasar tenagakerja
secara bersama-sama dipengaruhi oleh keputusan rumah tangga maupun
perusahaan, sedangkan kedua keputusan dipengaruhi oleh tingkat upah (Bellante,
1990).

Keseimbangan pasar tenagakerja dapat digambarkan sebagai berikut :

12
Upah

S
W*
E

We

D

D*
Jumlah Tk

Ne

N*

Nd

Gambar 8. Keseimbangan pasar tenagakerja
Sumber: Bellante, 1990.
Permintaan dan penawaran tenagakerja secara bersamaan menentukan
suatu tingkat upah keseimbangan dan suatu penggunaan tenagakerja
keseimbangan di pasar tenagakerja. Apabila diasumsikan tenagakerja bersifat
homogen, maka Gambar 8. dapat digunakan untuk menggambarkan
keseimbangan pasar tenagakeja. Apabila D dan S mewakili permintaan dan
penawaran mula-mula, maka tingkat upah keseimbangan adalah We sedangkan
jumlah tenagakerja yang digunakan dalam keseimbangan ialah Ne. Pada Gambar
8. diasumsikan terjadi kenaikan permintaan tenagakerja ke D*. Pada tingkat upah
We akan tejadi kelebihan permintaan tenagakerja sebesar Nd-Ne. Suatu
keseimbangan baru akan terbentuk pada tingkat upah W* dan tingkat penggunaan
tenagakerja sebesar N* (Bellante, 1990).
Pertumbuhan Ekonomi
Seseorang ahli ekonomi, Okun yang memperkenalkan Hukum Okun
(Mankiw, 2007) menyatakan bahwa terdapat kaitan yang erat antara tingkat
pengangguran dengan GDP (Gross Domestic Product) riil, di mana terdapat
hubungan yang negatif antara tingkat pengangguran dengan GDP riil. Pernyataan
ini dapat diartikan bahwa terdapat hubungan yang positif antara penyerapan
tenagakerja dengan GDP riil. Berikut kurva Hukum Okun.
Salah satu masalah yang biasa muncul dalam ketenagakerjaan adalah
ketidakseimbangan antara permintaan akan tenagakerja (demand for labour) dan
penawaran tenagakerja (supply of labour) pada suatu tingkat upah.
Ketidakseimbangan tersebut dapat berupa:
1. Lebih besarnya penawaran dibanding permintaan terhadap tenagakerja (adanya
excess supply of labour).
2. Lebih besarnya permintaan dibanding penawaran tenagakerja (adanya excess
demand for labour).

13
Apabila jumlah orang yang menawarkan tenaganya untuk bekerja sama
dengan jumlah tenagakerja yang diminta, maka tidak akan ada excess supply for
labour maupun excess demand for labour. Pada kondisi seperti ini berarti terjadi
tingkat upah keseimbangan di mana semua orang yang ingin bekerja telah dapat
bekerja, berarti tidak ada orang yang menganggur. Apabila terjadi excess supply of
labour berarti ada orang yang menganggur pada tingkat upah tertentu, sedangkan
apabila terjadi excess demand of labour berarti masih ada kemungkinan
tenagakerja dapat melakukan negoisasi upah sesuai keinginannya di atas upah
keseimbangan. Lewis dalam teorinya mengemukakan bahwa kelebihan pekerja
merupakan kesempatan dan bukan suatu masalah, di mana kelebihan pekerja pada
satu sektor ekonomi akan memberikan andil terhadap pertumbuhan output dan
penyediaan pekerja di sektor lain (Sukirno, 2006). Lebih murahnya biaya upah
asal pedesaaan terutama dari sektor pertanian akan dapat menjadi pendorong bagi
pengusaha perkotaan untuk memanfaatkan pekerja tersebut dalam pengembangan
industri modern perkotaan. Selama berlangsungnya proses industrialisasi, maka
kelebihan penawaran pekerja di sektor pertanian akan terserap.
Fei-Ranis dalam teorinya mengemukakan bahwa ada tiga tahapan
pembangunan ekonomi dalam kondisi kelebihan tenagakerja (Sukirno, 2006).
Tahapan tersebut adalah:
a. Para penganggur semu (yang tidak menambah output pertanian) dialihkan ke
sektor industri dengan upah institusional yang sama.
b. Tahap di mana pekerja pertanian menambah output tetapi memproduksi lebih
kecil dari upah institusioanal yang mereka peroleh dapat pula dialihkan ke
sektor industri.
c. Tahap ditandai awal pertumbuhan swasembada pada saat buruh pertanian
menghasilkan output lebih besar dari perolehan upah institusional, maka
dalam kondisi seperti ini kelebihan pekerja terserap ke sektor jasa dan industri
yang meningkat terus-menerus sejalan dengan pertumbuhan output dan
perluasan usahanya.
Upah Tenagakerja
Membahas mengenai upah terutama upah minimum sering terjadi
perdebatan, di mana kebanyakan para ekonom menyatakan bahwa kebijakan
peningkatan upah minimum sering menyebabkan terjadinya pengangguran untuk
sebagian pekerja. Namun mereka berpendapat bahwa pengorbanan itu setimpal
untuk mengentaskan kemiskinan kelompok masyarakat lainnya.
Sementara itu kajian tentang upah minimum yang dilakukan oleh Carl,
Katz, dan Krueger (Mankiw, 2007) menemukan suatu hasil bahwa peningkatan
upah minimum ternyata malah meningkatkan jumlah pekerja. Kajian ini dilakukan
pada beberapa restoran cepat saji di New Jersey dan Pennsylvania Amerika
Serikat. Dalam kajian ini dijelaskan dalam restoran-restoran cepat saji di New
Jersey meningkatkan upah minimum, sedangkan restoran-restoran cepat di
Pennsylvania tidak menaikkan upah minimum pada saat yang sama. Menurut teori
standar, seperti yang diungkapkan oleh Brown (Mankiw, 2007) bahwa ketika
pemerintah mempertahankan upah agar tidak mencapai tingkat equlibrium, hal itu
dapat menimbulkan kekakuan upah yang menyebabkan pengangguran.
Pengangguran ini terjadi ketika upah berada di atas tingkat yang menyeimbangkan

14
penawaran dan permintaan, di mana jumlah tenagakerja yang ditawarkan melebihi
jumlah permintaan tenagakerja. Oleh sebab itu peningkatan upah minimum
mengurangi jumlah tenagakerja yang diminta oleh perusahaan, terutama bagi
tenagakerja yang tidak terdidik dan kurang berpengalaman. Namun kenyataannya
dalam kasus kesempatan kerja di restoran- restoran New Jersey berlawanan
dengan teori upah minimum pada umumnya, di mana kesempatan kerja yang
seharusnya menurun dibandingkan dengan kesempatan kerja di restoran-restoran
Pennsylvania, ternyata dari data yang ada menunjukkan bahwa kesempatan
kerjanya semakin meningkat.
Pengertian Investasi
Penanaman modal atau lebih sering disebut investasi mempunyai banyak
pengertian yang berbeda diantara para pakar ekonomi. (Todaro, 2000),
menyatakan bahwa sumber daya yang akan digunakan untuk meningkatkan
pendapatan dan konsumsi di masa yang akan datang disebut sebagai investasi.
Dengan demikian investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran atau perbelanjaan
penanaman-penanaman modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang
modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan
memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam perekonomian
sehingga investasi disebut juga dengan penanaman modal atau pembentukan
modal.
Harrod-Domar (Subri, 2003) dalam teorinya menyatakan bahwa investasi
tidak hanya menciptakan permintaan, tetapi juga memperbesar kapasitas produksi.
Kapasitas produksi yang membesar tersebut membutuhkan jumlah tenagakerja
yang besar pula, di mana dalam kondisi seperti ini diasumsikan bahwa tenagakerja
meningkat secara geometris dan selalu full employment.
Ada tiga bentuk pengeluaran investasi, yakni
Investasi tetap bisnis (business fixed investment) mencakup peralatan dan
struktur yang perusahaan beli untuk proses produksi.
2. Investasi residensial (residential invesment) mencakup perumahan baru yang
orang beli untuk ditinggali dan yang dibeli tuan tanah untuk disewakan.
3. Investasi persediaan (inventory investment) mencakup barang-barang yang
perusahaan tempatkan di gudang, termasuk bahan-bahan dan perlengkapan,
barang setengah jadi dan barang jadi (Mankiw, 2000).
Menurut (Tambunan, 2001), di dalam neraca nasional atau struktur PDB
menurut penggunaannya, investasi didefinisikan sebagai pembentukan
modal/kapital tetap domestik (domestic fixed capital formation). Investasi dapat
dibedakan antara investasi bruto (pembentukan modal tetap domestik bruto) dan
investasi neto (pembentukan modal tetap domestik neto).
Menurut definisi dari Badan Pusat Statistik (BPS), pembentukan modal
tetap adalah pengeluaran untuk pengadaan, pembuatan, atau pembelian barangbarang modal baru (bukan barang-barang konsumsi) baik dari dalam negeri
maupun impor, termasuk barang modal bekas dari luar negeri. Pembentukan
modal tetap yang dicakup hanyalah yang dilakukan oleh sektor-sektor ekonomi di
dalam negeri (domestik).

1.

15
Menurut (Sukirno, 2006). Investasi yang lazim disebut juga dengan
istilah penanaman modal atau pembentukan modal merupakan komponen kedua
yang menentukan tingkat pengeluaran agregat. Kutipan di atas menerangkan
bahwa tabungan dari sektor rumah tangga, melalui institusi-institusi keuangan,
akan mengalir ke sektor perusahaan. Apabila para pengusaha menggunakan uang
tersebut untuk membeli barang-barang modal, maka pengeluaran tersebut
dinamakan investasi. Dengan demikian istilah investasi dapat diartikan sebagai
pengeluaran atau pembelanjaan penanam-penanam modal atau perusahaan untuk
membeli barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk
menambah kemampuan memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia
dalam perekonomian. Pertambahan jumlah barang modal ini memungkinkan
perekonomian tersebut menghasilkan lebih banyak barang dan jasa dimasa yang
akan datang. Ada kalanya penanaman modal dilakukan untuk menggantikan
barang-barang modal yang lama. Dalam prakteknya, dalam usaha untuk mencatat
nilai penanaman modal yang dilakukan dalam suatu tahun tertentu, yang
digolongkan sebagai investasi (pembentukan modal atau penanaman modal)
meliputi pengeluaran/pembelanjaan yang berikut:
1. Pembelian berbagai jenis barang modal, yaitu mesin-mesin dan peralatan
produksi lainnya untuk mendirikan berbagai jenis industri dan perusahaan.
2. Pembelanjaan untuk membangun rumah tempat tinggal, bangunan kantor,
bangunan pabrik dan bangunan-bangunan lainnya.
3 Pertambahan nilai stok barang-barang yang belum terjual, bahan mentah dan
barang yang masih dalam proses produksi pada akhir tahun perhitungan
pendapatan nasional.
Tinjauan Penelitian Terdahulu
Oktaviana (2011) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Penyerapan
Tenaga Kerja di Kota Salatiga, menyimpulkan bahwa upah (UMK) dan
produktivitas tenagakerja secara bersama-sama berpengaruh terhadap penyerapan
tenagakerja di Kota Salatiga. Secara parsial, upah memiliki pengaruh positif dan
signifikan terhadap penyerapan tenagakerja di Kota Salatiga dan produktivitas
tenagakerja memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap penyerapan
tenagakerja di Kota Salatiga. Besarnya pengaruh upah dan produktivitas
tenagakerja terhadap penyerapan tenagakerja di Kota Salatiga sebesar 95,16%
sedangkan sisanya 4,84% diterangkan oleh faktor lain.
Rony Akmal (2010) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis FaktorFaktor yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja di Indonesia,
menyimpulkan bahwa selama tahun 2003-2007, secara umum terjadi peningkatan
jumlah tenagakerja di Indonesia. Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah
merupakan propinsi yang memiliki tingkat penyerapan tenagakerja yang paling
tinggi. Variabel PDRB secara signifikan berpengaruh positif terhadap penyerapan
tenagakerja (ceteris paribus). Variabel UMP secara signifikan juga berpengaruh
positif terhadap penyerapan tenagakerja (ceteris paribus), namun hal ini bertolak
belakang dengan hipotesis di mana UMP berpengaruh negatif terhadap
penyerapan tenagakerja. Kenaikan penyerapan tenagakerja akibat kenaikan UMP
diduga lebih dirasakan pada kelompok tenagakerja kerja terdidik. Selain itu juga
diduga akibat tingginya permintaan tenagakerja di sektor jasa-jasa, industri

16
pengolahan, dan pertanian. Kenaikan investasi secara signifikan berpengaruh
positif terhadap penyerapan tenagakerja, (ceteris paribus).
Dimas dan Woyanti (2009) dalam jurnalnya yang berjudul Penyerapan
Tenaga Kerja di DKI Jakarta, menyimpulkan bahwa berdasarkan regresi utama
variabel independen, yaitu: PDRB (X1), tingkat upah riil (X2), investasi riil (X3)
secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap penyerapan
tenagakerja di DKI Jakarta. Secara parsial, variabel PDRB (X1), tingkat upah riil
(X2) dan investasi riil (X3) berpengaruh secara signifikan pada derajat 10 persen
terhadap penyerapan tenagakerja di DKI Jakarta. Nilai koefisien menunjukkan
bahwa apabila PDRB berpengaruh positif terhadap penyerapan tenagakerja. Upah
berpengaruh negatif terhadap penyerapan tenagakerja. Investasi berpengaruh
negatif terhadap penyerapan tenagakerja.
Indra (2009) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Kesempatan Kerja Pada Kabupaten/Kota di Provinsi
Sumatera Utara, menyimpulkan bahwa variabel Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) Kabupaten/Kota berpengaruh positif dan signifikan, Upah Minimum
Kabupaten/Kota (UMK) berpengaruh negatif dan signifikan, dan Tingkat Bunga
Kredit berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kesempatan kerja pada
kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara.
Eva (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Faktor-Faktor
yang Mempegaruhi Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri di Kota Bogor,
menyimpulkan bahwa variabel investasi, PDRB, unit usaha dan dummy krisis
pada sektor industri di Kota Bogor secara signifikan memberikan pengaruh yang
positif terhadap penyerapan tenagakerja.

Kerangka Pemikiran

17

Masalah Ketenagakerjaan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2012: tingkat
pengangguran tetinggi keempat di Pulau Sumatera setelah Aceh, Sumatera
Barat dan Sumatera Utara.

Faktor-Faktor yang
Memengaruhi Penyerapan
Tenagakerja di Provinsi
Sumatera Selatan

PDRB

UMP

Investasi

Elastisitas Tenagakerja
terhadap Pertumbuhan
Ekonomi

Populasi

Krisis

Elastisitas
Tenagakerja

Ordinary Least Square

Implikasi Kebijakan

Gambar 9. Kerangka Konseptual Penelitian

18

METODE PENELITIAN
Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa
data time series periode tahun 1990 sampai dengan tahun 2011. Data tersebut
antara lain terdiri dari data jumlah angkatan kerja yang bekerja, data produk
domestik regional bruto (PDRB), data upah minimum provinsi (UMP), data
Investasi dan data jumlah penduduk di Provinsi Sumatera Selatan.
Pada penelitian ini data sekunder diperoleh dari berbagai instansi seperti:
Badan Pusat Statistik, Badan Koordinasi Penanaman Modal, dan Departemen
Tenagakerja dan Transmigrasi RI serta sumber dan literatur penunjang lainnya.
Metode Analisis
Metode analisis yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode
kuantitatif analisis regresi linier berganda dengan menggunakan pendekatan OLS
(Ordinary Least Square), sedangkan untuk menganalisis tingkat kepekaan
penyerapan tenagakerja terhadap pertumbuhan ekonomi dilakukan dengan
menghitung elastisitas tenagakerja. Data yang diperoleh diolah dengan
menggunakan software Eviews 6 dan Minitab 16 dengan bantuan Microsoft Excel
2007.
Analisis Regresi Linier Berganda (Ordinary Least Square)
Metode yang digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang
memengaruhi penyerapan tenagakerja di Provinsi Sumatera Selatan adalah dengan
menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS) atau metode kuadrat kecil.
Metode OLS dipilih karena OLS merupakan metode yang paling tepat untuk
menggambarkan hubungan antara variabel.
Metode OLS berusaha meminimalkan penyimpangan hasil perhitungan
(regresi) terhadap kondisi aktual. Dalam menghasilkan estimasi persamaan yang
baik, maka setiap estimator OLS harus memenuhi kriteria BLUE (Best Linear
Unbised Estimator), yaitu:
1. Estimator parameter (βi) bersifat linear terhadap variabel dependen.
2. Estimator parameter (βi) bersifat tidak bias atau nilai rata-rata yang
diharapkan sama dengan nilai βi yang sesungguhnya.
3. Estimator βi memiliki varians yang minimum sehingga disebut efisien.
Variabel tak bebas (dependent) yang digunakan dalam metode OLS adalah
variabel jumlah penduduk yang bekerja (PT), karena jumlah penduduk yang
bekerja dapat mencerminkan besarnya penyerapan tenagakerja di provinsi tersebut.
Sedangkan variabel bebas (independent) yang digunakan yaitu Pertumbuhan
Ekonomi Provinsi Sumatera Selatan (PDRB), Investasi (I), Upah Minimum
Provinsi (UMP), Jumlah Penduduk (POP) dan Dummy Krisis (DK). Berikut
adalah model awal persamaan penyerapan tenagakerja yang digunakan dalam
penelitian ini dengan formulasi sebagai berikut :

19
PT t = f(X1β1,X2β2,X3β3,X4β4, X5β5)+U t
Mengingat bahwa dalam memilih persamaan haruslah memenuhi criteria
BLUE (Best Linear Unbiased Estimator), maka persamaan diatas
ditransformasikan kedalam bentuk logaritma natural sehingga persamaan fungsi
penyerapan tenagakerja menjadi sebagai berikut:
Ln PT t = β 0 + β 1 LnPDRB t + β 2 LnI t + β 3 LnUMP t + β 4 LnPOP t + β 5 DK t + U t
Dimana :
t
:
PT
:
PDRB
:
I
:
UMP
:
POP
:
DK
:
β0
:
β 1 ,β 2 ,β 3 ,β 4 :

Tahun ke-t
Penyerapan Tenagakerja (Jumlah Orang Bekerja)
Pertumbuhan Ekonomi (Juta Rupiah)
Investasi (Juta Rupiah)
Upah Minimum Provinsi Sumatera Selatan (Rupiah)
Jumlah Penduduk Provinsi Sumatera Selatan (Orang)
Dummy krisis, 0 = sebelum krisis dan 1 = setelah krisis
Intersep (β 0 >0)
Koefisien kemiringan parsial (β 1 ,β 2 ,β 3 ,β 4 >0)

Keunggulan lain melakukan transformasi ke dalam bentuk logaritma
natural yakni untuk mengurangi adanya gejala heteroskedastisitas dan mengetahui
kepekaan antarvariabel dimana koefisien kemiringan βi mengukur elastisitas dari
variabel penyerapan tenagakerja sebagai variabel dependen terhadap variabel
PDRB, investasi, upah, populasi dan dummy krisis sebagai variabel independen,
yaitu persentase perubahan dalam Y akibat persentase perubahan dalam X.
Pengujian Parameter Persamaaan Regresi
Untuk mendapatkan model terbaik, perlu dilakukan pengujian-pengujian
sebagai berikut:
Uji Koefisien Determinan (R2)
Koefisien determinasi digunakan untuk mengukur seberapa besar total
variasi variabel dependen yang mampu dijelaskan oleh model. R² menunjukan
besarnya pengaruh semua variabel independen terhadap variabel dependen. Nilai
R2 akan bertambah besar sesuai dengan bertambahnya jumlah variabel yang
dimasukan kedalam model.

dimana :
RSS = Jumlah kuadrat regresi
TSS = Jumlah kuadrat total

R − ������� =

RSS
TSS

20
Nilai koefisien determinasi yang digunakan adalah 0 ≤ R2 ≤ 1. Jika R2 = 1
berarti 100 persen keragaman dalam variabel dependen dapat dijelaskan oleh
variabel-variabel independennya. Sedangkan R2 = 0 berarti tidak satupun variabel
dependen tidak dapat dijelaskan oleh variabel-variabel independennya.
Selain nilai R2 terdapat juga nilai adjusted-R2. Nilai ini digunakan untuk
membandingkan dua model, semakin besar nilai R2 adj maka makin baik model
tersebut. R2 adj dapat digunakan untuk membandingkan dua model karena nilai R2
adj sudah mengalami koreksi terhadap derajat bebas model sehingga dua model
yang berbeda derajat bebasnya dapat dibandingkan secara adil.
Uji F-statistik
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah semua variabel
independen dalam model secara bersamaan berpengaruh terhadap variabel
dependen. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan distribusi F dengan
membandingkan antara nilai kritis F dengan nilai F-hitung yang terdapat pada
hasil analisis.
Perumusan hipotesis
H 0 : β1 = β2 = β3 = βk = 0, variabel independen secara simultan tidak
berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen
H 1 : β1 ≠ β2 ≠ ... ≠ βn ≠ 0, variabel independen secara simultan berpengaruh
signifikan terhadap variabel dependen
Uji statistik F dapat dihitung dengan formula:
F hitung =

R2/(k-1)
(1-R2)/(n-k)

Dimana:
R2
: jumlah kuadrat regresi
(1-R2) : jumlah kuadrat sisa
n
: jumlah pengamatan
k
: jumlah parameter
Kriteria uji:
Probability F-Statistic < taraf nyata (α), maka tolak H 0 dan simpulkan minimal
ada variabel bebas (independent) yang mempengaruhi variabel tak bebas
(dependent).
Probability F-Statistic > taraf nyata (α), maka terima H 0 dan simpulkan tidak ada
variabel bebas (independent) yang mempengaruhi variabel tak bebas (dependent).
Uji t-statistik
Uji ini bertujuan untuk mengetahui tingkat signifikan variabel bebas
(independent) atau untuk menguji sacara statistik apakah regresi dari masingmasing variabel independen yang dipakai secara terpisah berpengaruh nyata atau
tidak terhadap variabel dependen.

21
Hipotesis:
H0
H1

:β k = 0 (variabel independen k tidak mempengaruhi variabel dependen)
:β k ≠ 0 (variabel independen k mempengaruhi variabel dependen)

Kriteria uji:
Probability t-Statistic < (α), maka tolak H 0 dan simpulkan variabel independen k
berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependennya.
Probability t-Statistic > (α), maka terima H 0 dan simpulkan variabel independen k
tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependennya.
Uji Asumsi Klasik
Terdapat tiga asumsi yang harus diuji dalam analisis regresi, yaitu
multikoleniaritas, he