Intensi Berwirausaha Mahasiswa Pascasarjana Ipb Pada Bidang Agribisnis (Studi Kasus Pada Mahasiswa Program Magister Sps-Ipb)

INTENSI BERWIRAUSAHA MAHASISWA PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
PADA BIDANG AGRIBISNIS
(Studi Kasus Pada Mahasiswa Program Magister SPs-IPB)

DANI ARISANDI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis yang berjudul Intensi Berwirausaha
Mahasiswa Pascasarjana IPB Pada Bidang Agribisnis (Studi Kasus Pada
Mahasiswa Program Magister SPs-IPB) adalah benar karya saya denganarahan
dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Januari 2016

Dani Arisandi
H351120121

RINGKASAN
DANI ARISANDI. Intensi Berwirausaha Mahasiswa Pascasarjana IPB Pada
Bidang Agribisnis (Studi Kasus Pada Mahasiswa Program Magister SPs-IPB).
Dibimbing oleh RACHMAT PAMBUDY dan RATNA WINANDI.
Meningkatnya populasi penduduk berdampak pada meningkatnya kebutuhan akan
pangan dan masalah pengangguran. Salah satu solusi untuk mengatasinya adalah
dengan berwirausaha. Menumbuhkan semangat berwirausaha dapat diawali
dengan menumbuhkan intensi berwirausaha pada diri seseorang. Nabi Muhammad
SAW bersabda :“Sesungguhnya setiap perbuatan tergantung pada niatnya”. Hadist
ini menjelaskan bahwa segala perbuatan seseorang itu adalah berdasarkan pada
niatnya atau dengan kata lain berdasarkan intensinya. Intensi merupakan suatu
komponen dalam diri individu yang mengacu pada keinginan untuk melakukan
tingkah laku tertentu. Intensi merupakan kunci utama untuk memprediksi perilaku

manusia dan sebagai sebuah konstruk psikologis yang menunjukan kekuatan
motivasi seseorang dalam hal perencanaan yang sadar dalam usaha untuk
menghasilkan perilaku yang dimaksud dimasa yang akan datang. Meneliti intensi
atau niat seseorang atau kelompok dalam berwirausaha merupakan suatu cara
untuk memprediksi perilaku mereka dalam berwirausaha dikemudian hari. Intensi
kewirausahaan dapat diartikan sebagai proses pencarian informasi yang dapat
digunakan untuk mencapai tujuan pembentukan suatu usaha.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik responden dan
faktor-faktor apa yang berpengaruh terhadap intensi berwirausaha mahasiswa
pascasarjana di Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (SPs-IPB) pada
bidang agribisnis. Desain penelitian ini menggunakan cross sectional study.
Responden pada penelitian ini adalah mahasiswa pascasarjana program magister
(Strata 2/S2) yang dinyatakan aktif oleh SPs-IPB pada tahun ajaran 2014/2015.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah proportionate stratified
random sampling dengan jumlah 122 orang. Metode analisis yang digunakan
yaitu dengan analisis deskriptif dan model persamaan struktural.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak (86.89%) responden memiliki
intensi berwirausaha secara spesifik pada bidang agribisnis. Minat usaha tersebut
meliputi usaha pada bidang penyediaan input produksi (1.46%), bidang onfarm
(48.18%), bidang pengolahan pascapanen (18.25%), bidang perdagangan (8.03%),

bidang jasa (9.49%), dan pada subsistem pendukung (14.6%). Penelitian ini
menemukan bahwa intensi berwirausaha mahasiswa pascasarjana IPB pada
bidang agribisnis dipengaruhi oleh variabel norma subjektif yang merupakan
pengaruh dari sejumlah pihak yang dianggap penting oleh seseorang untuk
berwirausaha. Pihak disekitar responden yang paling besar memberikan pengaruh
terhadap intensi berwirausaha responden pada bidang agribisnis adalah harapan
dari teman dan orang tua yang memberikan pengaruh relatif lebih besar
dibandingkan peran dari pihak yang lainnya.
Kata kunci: Kewirausahaan, Intensi berwirausaha, Mahasiswa Pascasarjana IPB,
Agribisnis.

SUMMARY
DANI ARISANDI. Entrepreneurial Intention Postgreduate IPB in
Agribusinnes (Case of Magister Student in SPs-IPB). Supervised by
RACHMAT PAMBUDY and RATNA WINANDI.
Increasing of population impacted to food needs and unemployment.
There is a solution to resolve with entrepreneurship. Spawns spirit of
entrepreneur can be ini the starting by making entrepreneur cultivate intent
on the self someone. The prophet Muhammad said :“behold actions were
depending on the intention”. This hadist explains that all were based on

intention. The intention is a component in self individual referring to the
desire to do certain behavior.intention is the key to predict human behavior
and as a psychological contruction shows the power motivation someone in
terms of planning conscious in an attempt to resulting behavior is in intent
in the future. Research of entrepreneur intention from person or group,is a
way to predict of ttheir entrepreneur behavior in the future .The
entrepreneur intention can be defined as the search information that be used
to achieve a purpose the establishment of a business.
The aims of this study is to describe the characteristics of respondents
and the factors that influence the entrepreneurial intention of student at the
Postgraduate School of Bogor Agricultural University (SPs-IPB) on
agribusiness. The design of this study used cross sectional study.
Respondent in this study are postgraduate student from magister program
declared active in the academic year 2014/2015. The sampling technique
used proportional stratified random sampling with 122 people. The
analytical method used descriptive quantitative analysis and Structural
Equation Modelling / SEM.
The results showed that (86.89%) of the respondents have the
intention of entrepreneurship in agribusiness. Including the provision of
production inputs (1.46%), onfarm (48.18%), post-harvest processing

(18.25%), trade sector (8.03%), services (9.49%), and support subsystem
(14.6%). The study found that entrepreneurial intention are influenced by
subjective norm which is the influence of a number of parties that are
considered important to the behavior of entrepreneurs. The influenced of
social environment surrounding the respondents most affected by the
expectations from friends and parents who give relatively greater influence
than the role of other.
Keywords: Entrepreneurship, Entrepreneurial Intention, Postgraduate
Student of IPB, Agribusiness.

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh Tesis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan
pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan,
penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut
tidak merugikan kepentingan IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya
tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB


INTENSI BERWIRAUSAHA MAHASISWA PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
PADA BIDANG AGRIBISNIS
(Studi Kasus Pada Mahasiswa Program Magister SPs-IPB)

DANI ARISANDI

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Agribisnis

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

Judul Tesis


: Intensi Berwirausaha Mahasiswa Pascasajana IPB Pada Bidang
Agribisnis(Studi Kasus Pada Mahasiswa Prom Magister SPs­
IPB)

Nama

: Dani Arisandi

M

: H351120121

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

r. r. Ratna Winndi, MS

Anggota

Di:etahui oleh


Ketua Proram Studi
Magister Sains Agibisnis


Prof. r. Ir. Rita Nurmalina, MS

Tanggal Ujian: 25 Novmber 2015

Tanggal Lulus:

Ll 3 JAN 201
S

PRAKATA
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala
atas segala karunia dan nikmat-Nya sehingga Tesis dengan judul Intensi
Berwirausaha Mahasiswa Pascasarjana IPB Pada Bidang Agribisnis (Studi Kasus
Pada Mahasiswa Program Magister Sps-IPB) telah berhasil diselesaikan. Salawat
dan salam semoga tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW dan kepada

keluarga, sahabat, dan pengikutnya hingga akhir zaman.
Penghargaan dan terima kasih penulis sampaikan kepada :
1. Dekan Sekolah Pascasarjana, Dekan Fakultas Ekonomi dan Manajemen,
Ketua Departemen Agribisnis, Ketua Program Studi Magister Sains
Agribisnis, dan seluruh jajaran akademika IPB atas ilmu dan pendidikan yang
telah diberikan selama penulis belajar di kampus IPB.
2. Bapak Dr. Ir. Rachmat Pambudy, MS dan Ibu Dr. Ir. Ratna Winandi, MS
selaku pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan serta arahan
dalam penyusunan dan penyelesaian tesis ini.
3. Rekan-rekan pada program studi Magister Sains Agribisnis, Himpunan
Mahasiswa Wirausaha Pascasarjana IPB, Forum Mahasiswa Pascasarjana IPB,
Himpunan Mahasiswa Muslim Pascasarjana IPB, Ikatan Keluarga Mahasiswa
Sumatera selatan (IKA MUSI) atas kebersamaannya selama di kampus dan
terima kasih telah banyak membantu selama proses penyelesaian Tesis ini.
4. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ibu, ayah, istri, saudara/i-ku
serta seluruh keluarga tercinta, atas segala doa dan kasih sayangnya selama
ini.
Besar harapan dari penulis semoga Tesis ini dapat menjadi bagian dari ilmu
yang bermanfaat, Aamiin Ya Allah Ya Robbal Alamin.
Bogor, Januari 2016


Dani Arisandi

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
2
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi dan Kompetensi Kewirausahaan
Faktor yang berpengaruh pada intensi berwirausaha mahasiswa
Kewirausahaan pada mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB)
3

KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Kerangka Pemikiran Operasional
4
METODE
Desain Penelitian dan Pengambilan Responden
Metode Pengumpulan dan Pengolahan Data
Analisis Structural Equation Model (SEM)
Pendekatan Partial Least Square (PLS)
Implementasi Model SEM pada penelitian ini
Definisi Operasional
5
GAMBARAN UMUM
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Gambaran Umum Responden Penelitian
6
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Kewirausahaan Mahasiswa Pascasarjana Program
Magister SPs-IPB
Faktor yang Berpengaruh Terhadap Intensi Berwirausaha
Mahasiswa Pascasarjana Program Magister SPs-IPB
7
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA

i
ii
ii
1
1
3
10
10
11
11
11
14
16
22
22
26
29
29
29
31
31
34
37
39
39
40
45
45
49
62
62
63
64

DAFTAR TABEL
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) 2010–2013 (persen)
berdasarkan Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan
Jumlah mahasiswa aktif pada tahun ajaran 2014/2015 dan proporsi
pengambilan sampel
Aturan evaluasi pengukuran model PLS indikator reflektif
Aturan evaluasi struktural model PLS
Hubungan antar variable laten dengan indikatornya
Sebaran responden berdasarkan asal fakultas
Sebaran responden berdasarkan status program studi
Sebaran responden berdasarkan tahun masuk kuliah
Sebaran responden berdasarkan jenis kelamin
Sebaran responden berdasarkan usia
Sebaran responden berdasarkan status pernikahan
Sebaran responden berdasarkan pekerjaan orang tua
Sebaran responden berdasarkan pengalaman bekerja
Sebaran responden berdasarkan status pekerjaan saat ini
Sebaran responden berdasarkan pengalaman berwirausaha secara
umum
Sebaran responden berdasarkan pengalaman berwirausaha pada
bidang agribisnis
Sebaran responden berdasarkan status usaha yang sedang
dijalankan saat ini.
Sebaran responden berdasarkan status berwirausaha pada bidang
agribisnis yang sedang dijalankan.
Sebaran responden berdasarkan niat berwirausaha pada bidang
umum
Sebaran responden berdasarkan niat berwirausaha pada bidang
agribisnis
Rata-rata skor setiap indikator untuk variable laten Keyakinan
Konsekuensi Perilaku
Rata-rata skor setiap indikator untuk variabel laten Evaluasi
Konsekuensi
Rata-rata skor setiap indikator untuk variable laten Keyakinan
Harapan Normatif
Rata-rata skor setiap indikator untuk variable laten Motivasi
mematuhi harapan normatif
Rata-rata skor setiap indikator untuk variable laten Keyakinan
Kendali
Rata-rata skor setiap indikator untuk variable laten Kekuatan Pada
Keyakinan Kendali
Rata-rata skor setiap indikator untuk variable laten Intensi
berwirausaha
Kebaikan Model
Nilai R-square
Pengujian Koefisien Jalur, Rataan, Simpangan Baku, t-values

4
29
33
34
36
41
41
42
42
43
43
44
45
45
46
46
47
47
47
48
51
52
52
53
53
54
54
56
58
59

DAFTAR GAMBAR
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Jumlah Angkatan Kerja, Penduduk yang Bekerja, dan Penganggur
2011–2014 (juta orang)
Grafik persentase sebaran responden status kerja alumni
berdasarkan fakultas tahun 2010
Model Theory of Reason Action (TRA)
Model Theory of Planned Behavior (TPB)
Kerangka Pemikiran Teoritis Penelitian
Kerangka Operasional Penelitian
Model intensi berwirausaha pada mahasiswa pascasarjana SPs-IPB
Model akhir dari intensi berwirausaha pada mahasiswa
pascasarjana SPs-IPB pada bidang agribisnis

4
8
23
24
26
27
35
60

DAFTAR LAMPIRAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.

Asal suku bangsa responden
Jenis pengalaman pekerjaan yang pernah dilakukan responden
Jenis pekerjaan yang sedang dilakukan oleh responden.
Jenis usaha yang pernah dijalankan oleh responden.
Jenis usaha bidang agribisnis yang pernah dijalankan sebelumnya
oleh responden.
Jenis usaha yang sedang dijalankan saat ini.
Jenis usaha agribisnis yang sedang dijalankan oleh responden.
Jenis usaha yang ingin dan berharap akan dijalankan oleh
responden dikemudian hari.
Jenis usaha pada komoditas tanaman pangan yang diminati oleh
responden.
Jenis usaha pada komoditas hortikultur yang diminati oleh
responden.
Jenis usaha pada komoditas perkebunan yang diminati oleh
responden.
Jenis usaha pada komoditas peternakan yang diminati oleh
responden.
Jenis usaha pada komoditas perikanan yang diminati oleh
responden
Jenis usaha pada komoditas kelautan yang diminati oleh
responden.
Jenis usaha pada bidang jasa pertanian yang diminati oleh
responden.
Jenis usaha lainnya pada bidang pertanian yang diminati oleh
responden.
Hasil Uji validitas kuesioner

68
68
70
70
72
73
73
73
76
76
77
77
78
79
79
80
80

1

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara agraris dan maritim yang memiliki potensi
sumber daya alam (SDA) yang sangat berlimpah dan sangat berpeluang untuk
dijadikan usaha berbasis SDA yaitu usaha pada sektor pertanian.Usaha pada
sektor pertanian sering dikenal dengan istilah usaha agribisnis yang meliputi
komoditas pada tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, perikanan
dan kelautan, serta kehutanan. Indonesia memiliki ketersediaan lahan yang cukup
besar, sebaran hutan, sungai, rawa dan danau serta curah hujan yang cukup tinggi
dan merata sepanjang tahun juga merupakan potensi alamiah dalam memenuhi
kebutuhan air pertanian, apabila dikelola dengan baik, waduk, bendungan dan air
tanah serta air permukaan lainnya sangat potensial untuk mendukung
pengembangan usaha pada bidang agribisnis.
Perkembangan pembangunan agribisnis akan sejalan dengan pembangunan
nasional. Pembangunan agribisnis dipandang sebagai bagian penting dalam
pembangunan masa depan Indonesia. Bidang agribisnis telah terbukti memberikan
banyak kontribusi pada Negara, diantaranya melalui penyerapan tenaga kerja dan
sumbangan terhadap produk domestik bruto (PDB) serta kontribusi lainnya. BPS
mencatat, penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian pada agustus 2014
mencapai 38.07 juta orang atau sebanyak 32.2% dari total jumlah angkatan kerja,
dan sumbangan bidang pertanian terhadap PDB Indonesia pada agustus 2014
mencapai 14.8% yang didapatkan dari sektor pertanian, peternakan, perikanan,
dan kehutanan. Selain itu, Iskandar (2014)1 menyatakan bahwa sebanyak 40.5
persen lapangan usaha tersebut berada di sektor agribisnis2. Kesempatan kerja
yang tercipta pada tahun 2014 diperkirakan sebanyak 1.87 juta orang,dan untuk
lapangan usaha pada sektor agribisnis dapat dirinci menjadi Subsektor Tanaman
Pangan 17.73 juta rumah tangga, Hortikultura 10.60 juta rumah tangga,
Perkebunan 12.77 juta rumah tangga, Peternakan 12.97 juta rumah tangga,
Perikanan kegiatan budidaya ikan 1.19 juta rumah tangga, Perikanan kegiatan
penangkapan ikan 0.86 juta rumah tangga, Kehutanan 6.78 juta rumah tangga, dan
Jasa Agribisnis 1.08 juta rumah tangga.
Berbicara mengenai sektor agribisnis, Seperti yang kita ketahui bahwa
Indonesia merupakan negara agraris dan maritim yang memiliki segudang potensi
sumber daya alam (SDA) yang berlimpah dan sangat berpeluang untuk dijadikan
usaha berbasis SDA yaitu usaha agribisnis. Indonesia memiliki ketersediaan lahan
yang cukup besar. Direktorat jenderal pengelolaan lahan dan air (2006),
menerangkan bahwa Indonesia memiliki total luas daratan sebesar 192 juta ha,
terbagi atas 123 juta ha (64.6%) merupakan kawasan budidaya dan 67 juta ha
(35.4%) sisanya merupakan kawasan lindung, dari total luas kawasan budidaya,
yang berpotensi untuk areal pertanian seluas 101 juta ha, meliputi lahan basah
seluas 25.6 juta ha, lahan kering tanaman semusim 25.3 juta ha dan lahan kering
tanaman tahunan 50.9 juta ha. Semua potensi yang tersedia untuk pengembangan
1 Muhaimin iskandar (2014). Pusat Humas Kemnakertrans (www.google.com/Muhaimin Prediksikan Jumlah
Pengangguran di Indonesia Tahun 2014 Turun).
2 Hasil Sensus Pertanian 2013 (Angka Tetap) No. 90/12/Th. XVI, 2 Desember 2013

2

bidang agribisnis tersebut, sampai saat ini masih belum termanfaatkan secara
optimal, dari areal yang berpotensi untuk pertanian tersebut, saat ini yang sudah
dibudidayakan menjadi areal pertanian baru sebesar 47 juta ha (46.53%), sehingga
masih tersisa 54 juta ha (53.47%) yang berpotensi untuk perluasan areal pertanian.
Potensi SDA di atas masih belum dimanfaatkan secara optimal oleh para
pelaku pembangunan. Burhanuddin (2012)3 menjelaskan bahwa saat ini Indonesia
membutuhkan sumberdaya manusia (SDM) dengan jiwa kewirausahaan yang kuat
untuk dapat mengembangkan sektor pertanian sebagai sektor yang berbasis SDA.
Pada dasarnya, kewirausahaan merupakan faktor penentu bagi kemajuan
suatu negara. Bagaimana tidak, kemajuan suatu negara salah satunya ditentukan
oleh pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi dapat dicapai jika negara
memiliki banyak wirausaha. Dengan kata lain bahwa wirausaha adalah pelaku
penting dari kegiatan ekonomi modern saat ini dalam rangka meningkatkan
kemajuan suatu negara. Suatu negara untuk menjadi makmur minimum
memiliki jumlah wirausaha 2 % dari total jumlah penduduk. Contohnya
seperti negara Amerika Serikat memiliki 11,5 % wirausaha dan Singapura
yang terus meningkat menjadi 7,2 %. Saat ini total jumlah penduduk Indonesia
mencapai 237.641.326 jiwa4, dengan angka tersebut seharusnya jumlah wirausaha
di Indonesia saat ini sedikitnya 4.752.827 orang, namun saat ini baru ada sekitar
1,56 persen dari total jumlah penduduk di Indonesia yang menjadi pengusaha
yaitu sekitar 3.707.205 orang. Berarti Indonesia masih membutuhkan sekurangnya
sekitar satu juta orang pengusaha baru untuk membantu pertumbuhan ekonomi.
SDM yang memiliki kompetensi dan keterampilan serta memiliki jiwa
kewirausahaan khususnya dalam bidang agribisnis masih sangat dibutuhkan untuk
dapat mengoptimalkan SDA yang ada saat ini. Upaya untuk menghasilkan
wirausaha baru tersebut terus dilakukan oleh berbagai pihak, termasuk oleh pihak
perguruan tinggi. Salah satu perguruan tinggi yang berpotensi untuk mencetak dan
menghasilkan SDM tersebut adalah Institut Pertanian Bogor (IPB). IPB
merupakan salah satu dari perguruan tinggi yang diharapkan dapat berperan dalam
pengembangan bidang pertanian. Dilihat berdasarkan visi dan misi dari IPB, jelas
mencerminkan keinginan yang besar dari IPB untuk berperan serta dalam
pembangunan nasional dengan cara menghasilkan SDM berupa mahasiswa dan
lulusan yang memiliki kompetensi yang disebutkan di atas.
Visi IPB berdasarkan (Statuta IPB, 2013), yaitu “Menjadi terdepan dalam
memperkokoh martabat bangsa melalui pendidikan tinggi unggul pada tingkat
global di bidang pertanian, kelautan, dan biosains tropika”. Sedangkan Misinya
adalah:
1. Menyiapkan insan terdidik yang unggul, profesional, dan berkarakter
kewirausahaan di bidang pertanian, kelautan, dan biosains tropika.
2. Memelopori perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni yang
unggul di bidang pertanian, kelautan, dan biosains tropika.
3. Mentransformasikan ilmu pengetahuan, teknologi, serta seni dan budaya
unggul IPB untuk pencerahan, kemaslahatan, peningkatan kualitas kehidupan
secara berkelanjutan.
3 Burhanuddin. 2012. Peran Kewirausahaan Menjawab Tantangan 60 Tahun yang Lalu dan yang Akan Datang Soal
Pangan. http://burhan.staff.ipb.ac.id.
4 www.statistic.ptkpt.net/14 February 2014: Data jumlah penduduk Negara-negara.

3

IPB memiliki potensi yang besar untuk melahirkan wirausaha-wirausaha
baru terdidik yang berusaha pada bidang agribisnis, Munculnya wirausahawirausaha baru tersebut yang merupakan generasi muda terdidik yang memiliki
pengetahuan, tingkat kreasi dan inovasi yang tinggi serta ditambah dengan bidang
kajian dan disiplin ilmu khusus pada bidang pertanian yang telah mereka
dipelajari selama kuliah diharapkan mampu menciptakan ide-ide bisnis/produk
yang lebih inovatif dan kreatif serta dapat memberikan nilai tambah terhadap
produk-produk agribisnis.
Semakin meningkatnya jumlah usaha-usaha pada bidang agribisnis tersebut
diharapkan akan mendorong pertumbuhan ekonomi yang pada akhirnya dapat
menciptakan lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat sehingga dapat
mengurangi jumlah pengangguran dan diharapkan akan meningkatkan jumlah
produksi pangan dalam negeri yang dapat menopang ketahanan pangan bagi
Negara. Selain itu, pengelolaan usaha dibidang agribisnis oleh tenaga-tenaga
terdidik dengan memanfaatkan keunggulan komparatif yang masih didominasi
oleh bidang agribisnis sebagai basis ekonomi pada hampir seluruh daerah di
Indonesia diharapkanakan lebih memungkinkan terwujudnya pemanfaatan SDA
secara optimal yang tetap memperhatikan kelestarian lingkungan serta
peningkatan pendapatan nasional dan dapat mengurangi kemiskinan terutama di
perdesaan, sehingga pada akhirnya akan berdampak pada tercapainya stabilitas
ekonomi secara keseluruhan.
Perumusan Masalah
Indonesia memiliki jumlah penduduk yang besar, dan jumlahnya terus
meningkat dari waktu ke waktu. Peningkatan jumlah penduduk tersebut akan
menyebabkan meningkatnya kebutuhan terhadap pangan, sandang, papan, dan
pendidikan. Meningkatnya jumlah penduduk juga akan berdampak pada
peningkatan jumlah angkatan kerja yang akan berdampak pula terhadap
kebutuhan akan lapangan pekerjaan. Peningkatan jumlah angkatan kerja yang
tidak diimbangi dengan jumlah peningkatan lapangan kerja yang memadai akan
berdampak pada meningkatnya jumlah pengangguran. Badan pusat statistik
(BPS)5 menyatakan bahwa pada Februari 2015 jumlah angkatan kerja mencapai
128.3 juta orang, jumlah penduduk yang bekerja mencapai 120.8 juta orang dan
jumlah pengangguran mencapai 7.45 juta orang. Untuk melihat perbandingan
antara jumlah angkatan kerja, penduduk yang bekerja, dan penganggur dari tahun
2011 sampai tahun 2014 dapat dilihat pada Gambar 1.
Data menunjukan bahwa jumlah pengangguran di Indonesia masih cukup
tinggi, Masalah keterbatasan kesempatan kerja bagi para lulusan perguruan tinggi
dan semakin meningkatnya jumlah pengangguran intelektual belakangan ini harus
segera ditanggulangi. Pengangguran di Indonesia menunjukkan sebagian dari
mereka merupakan pengangguran yang berpendidikan, mulai dari lulusan tingkat
sekolah dasar hingga lulusan Diploma atau Akademi serta lulusan Perguruan
Tinggi.

5 Badan pusat statistik dalam laporan bulan Agustus 2015

4

Gambar 1. Jumlah Angkatan Kerja, Penduduk yang Bekerja, dan Penganggur 2011–2014 (juta
orang)

Penduduk yang bekerja dengan tingkat pendidikan tinggi adalah sebanyak
10,5 juta orang, yang mencakup 2,64 persen atau 2,9 juta orang berpendidikan
Diploma dan sebanyak 6,83 persen atau 7,6 juta orang yang berpendidikan
Universitas. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) berdasarkan pendidikan
tertinggi yang ditamatkan di Indonesia untuk lulusan perguruan tinggi masih
cukup tinggi yaitu sebesar 5.87 persen berasal dari lulusan Diploma, dan 4,31
persen berasal dari lulusan Universitas. Tabel 1 di bawah ini menunjukan jumlah
tingkat pengangguran terbuka (TPT) menurut pendidikan tertinggi yang
ditamatkan
Tabel 1. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) 2010–2013 (persen) berdasarkan Pendidikan
Tertinggi yang Ditamatkan

Pendidikan
SD Ke Bawah
SLTP/SMP
SMA
SMK
Diploma I/II/III
Universitas
Jumlah

2010
Feb
3,71
7,55
11,90
13,81
15,71
14,24
7,41

Agt
3,81
7,45
11,90
11,87
12,78
11,92
7,14

2011
Feb
3,37
7,83
12,17
10,00
11,59
9,95
6,80

Agt
3,56
8,37
10,66
10,43
7,16
8,02
6,56

2012
Feb
3,69
7,80
10,34
9,51
7,50
6,95
6,32

Agt
3,64
7,76
9,60
9,87
6,21
5,91
6,14

2013
Feb
3,61
8,24
9,39
7,68
5,65
5,04
5,92

Agt
3,51
7,60
9,74
11,19
6,01
5,50
6,25

2014
Feb*
3.69
7.44
9.1
7.21
5.87
4.31
5.70

*Estimasi ketenagakerjaan Februari 2014 menggunakan penimbang hasil Proyeksi Penduduk

Sumber: Badan pusat statistik (BPS)

Data di atas menunjukan bahwa jumlah pengangguran di Indonesia masih
cukup tinggi, Jumlah tersebut juga meliputi jumlah pengangguran terdidik pada
berbagai jenjang pendidikan. BPS6 menunjukan bahwa tingkat pengangguran
terbuka (TPT) untuk lulusan perguruan tinggi pada Februari 2015 masih cukup
tinggi yaitu sebesar 7.49% berasal dari lulusan Diploma, dan 5.34% berasal dari
lulusan Universitas. Tingginya jumlah pengangguran terdidik di Indonesia, salah
satunya disebabkan karena peningkatan jumlah lulusan yang tidak diimbangi
dengan jumlah peningkatan lapangan kerja yang memadai serta sulitnya
mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan kriteria dan latar belakang
6 Badan pusat statistik dalam laporan bulan Agustus 2015

5

pendidikannya. Tingginya jumlah pengangguran terdidik juga dapat disebabkan
karena keengganan mereka untuk memilih karir sebagai wirausaha.
Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa Indonesia dengan potensi SDA yang
berlimpah, masih sangat membutuhkan dukungan SDM tangguh yang memiliki
jiwa kewirausahaan untuk dapat mengembangkan dan memanfaatkan potensipotensi tersebut agar dapat optimal. Hal ini menjadi sebuah tantangan bagi seluruh
pihak termasuk lembaga-lembaga pendidikan, khususnya lembaga pendidikan
yang berfokus pada bidang pertanian. Institut Pertanian Bogor (IPB) yang
merupakan salah satu lembaga pendidikan yang fokus dalam bidang pertanian
diharapkan dapat menghasilkan SDM yang tangguh berupa mahasiswa dan alumni
yang dapat berperan dalam pengembangan sektor pertanian serta dapat berperan
dalam pengembangan pembangunan kedepannya.
Pada umumnya mahasiswa dapat dibedakan menjadi tiga kelompok
berdasarkan jenjang pendidikan yang ditempuhnya, yaitu mahasiwa Diploma (DI,
DII, DIII, DIV), mahasiwa Sarjana (S1), dan mahasiwa Pascasarjana yang dibagi
menjadi program Magister (S2) dan program Doktor (S3). Masing-masing
kelompok memiliki kompetensi yang berbeda-beda. Mahasiswa tingkat Diploma
lebih diarahkan kepada kompetensi teknis dan operasional, mahasiswa pada
jenjang Sarjana lebih diarahkan kepada kompetensi manajerial, sedangkan
mahasiswa pada program Pascasarjana, kompetensi yang diharapkan adalah lebih
kearah pengembangan suatu model atau sistem, serta kemampuan dalam
mensintesis ilmu.
Mahasiswa yang telah menyelesaikan studinya pada umumnya akan
dihadapkan pada 3 pilihan, yaitu pilihan pertama adalah untuk menjadi pegawai,
baik pegawai perusahaan swasta, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau
Pegawai Negeri Sipil (PNS). Pilihan kedua menjadi pengangguran intelektual
karena sulitnya mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan kriteria. Pilihan
ketiga adalah membuka usaha sendiri atau berwirausaha. Bagi sebagian besar
lulusan perguruan tinggi, menjadi seorang wirausaha mungkin bukanlah menjadi
pilihan karir mereka, karena untuk menjadi wirausaha mereka harus dihadapkan
pada situasi yang kurang pasti, penuh tantangan dan seringkali terhambat oleh
terbatasnya modal. Kondisi persaingan dalam merebutkan lapangan kerja oleh
lulusan perguruan tinggi akan semakin ketat dengan situasi persaingan global,
misal pemberlakuan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) yang akan
memperhadapkan lulusan perguruan tinggi Indonesia bersaing secara bebas
dengan lulusan dari perguruan tinggi asing.
Melihat kondisi pengangguran di atas, maka para lulusan perguruan tinggi
hendaknya perlu diarahkan dan didukung untuk tidak hanya berorientasi sebagai
pencari kerja (job seeker) namun juga dapat dan siap untuk menjadi pencipta
pekerjaan (job creator) atau seorang wirausaha. Persepsi mahasiswa mengenai
profesi wirausahawan harus diperkuat sehingga menjadi dorongan positif bagi
mahasiswa untuk berani memulai usaha baik sejak masa kuliah maupun setelah
lulus. Menumbuhkembangkan jiwa kewirausahaan pada mahasiswa di perguruan
tinggi dapat diawali dengan menumbuhkan keinginan dan kesungguhan untuk
berwirausaha pada diri mahasiswa. Apabila keinginan atau niat berwirausaha telah
tertanam kuat dalam diri mahasiswa maka kemungkinan untuk menrealisasikan
niat tersebut dalam bentuk suatu usaha juga akan kuat terlaksana. Dalam upaya
menumbuhkan niat berwirausaha pada mahasiswa, terlebih dahulu perlu

6

diketahui faktor-faktor apa saja yang memengaruhi timbulnya niat tersebut.
Sehingga faktor-faktor yang memengaruhi niat berwirausaha dapat terus
dikembangkan sehingga minat tersebut dapat diwujudkan menjadi usaha yang
nyata.
Fishbein & Ajzen (1975), menjelaskan bahwa keinginan atau niat disebut
sebagai intensi. Intensi merupakan suatu komponen dalam diri individu yang
mengacu pada keinginan untuk melakukan tingkah laku tertentu. Intensi
merupakan kunci utama untuk memprediksi perilaku manusia dan sebagai sebuah
konstruk psikologis yang menunjukan kekuatan motivasi seseorang dalam hal
perencanaan yang sadar dalam usaha untuk menghasilkan perilaku yang dimaksud
dimasa yang akan datang. Nabi Muhammad SAW juga menyampaikan dalam
Hadistnya sekitar 14 abad yang lalu, beliau bersabda :“Sesungguhnya setiap
perbuatan seseorang itu tergantung pada niatnya” (HR.Bukhari)7. Hadist ini
menjelaskan bahwa segala perbuatan seseorang itu akan sangat bergantung pada
niatnya atau dengan kata lain berdasarkan intensinya.
Meneliti intensi atau niat seseorang dan kelompok untuk berwirausaha
merupakan suatu cara untuk memprediksi perilaku berwirausaha mereka
dikemudian hari. Intensi kewirausahaan dapat diartikan sebagai proses pencarian
informasi yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan pembentukan suatu usaha
(Katz & Gartner 1988). Intensi kewirausahaan adalah prediksi yang reliabel untuk
mengukur perilaku kewirausahaan dan aktivitas kewirausahaan (Krueger et al.
2000). Umumnya, intensi kewirausahaan adalah keadaan berfikir yang secara
langsung dan mengarahkan perilaku individu kearah pengembangan dan
implementasi konsep bisnis yang baru (Bird, 1995). Intensi berwirausaha pada
mahasiswa merupakan suatu keinginan kuat yang terdapat dalam diri seseorang
yang sedang belajar di perguruan tinggi untuk menciptakan suatu usaha yang
dapat memberi lapangan kerja bagi diri sendiri dan orang lain dengan bekal
kemandirian, keberanian, dan kreativitas.
Penjelasan diatas menjelaskan bahwa dengan mengukur intensi seseorang
atau kelompok dalam berwirausaha, maka ini dapat dijadikan prediktor untuk
melihat siapa saja yang siap untuk menjadi wirausaha dimasa yang akan datang.
Indarti & Rostiani (2008), menjelaskan bahwa intensi wirausaha juga dapat
dijadikan sebagai pendekatan dasar yang masuk akal untuk memahami siapa-siapa
yang akan menjadi wirausaha. Seseorang dengan intensi yang kuat untuk memulai
usaha, akan memiliki kesiapan dan kemajuan yang lebih baik dalam usaha yang
dijalankan dibandingkan seseorang tanpa intensi dalam memulai suatu usaha.
Penelitian dan kajian mengenai kewirausahaan pada mahasiswa telah
mendapat perhatian cukup besar dari para peneliti. Berbagai hasil penelitian
menunjukan bahwa mahasiswa dan para lulusan perguruan tinggi hendaknya perlu
diarahkan dan didukung untuk tidak hanya berorientasi sebagai pencari kerja (job
seeker) namun juga dapat dan siap untuk menjadi pencipta pekerjaan (job creator)
dan persepsi mahasiswa mengenai profesi wirausahawan harus diperkuat sehingga
menjadi dorongan positif bagi mahasiswa untuk berani memulai usaha baik sejak
masa kuliah maupun setelah lulus. Tingginya jumlah pengangguran terdidik di
Indonesia, salah satunya
disebabkan karena keengganan mereka untuk
berwirausaha. Bagi sebagian besar lulusan perguruan tinggi, menjadi seorang
7 Hadits Arba’in nawwawiyah, hadits pertama

7

wirausaha bukanlah menjadi pilihan karir mereka, karena untuk menjadi
wirausaha mereka dihadapkan pada situasi yang tidak pasti, penuh tantangan dan
seringkali terhambat oleh terbatasnya modal.
Penelitian yang menkaji tentang kewirausahaan pada mahasiswa telah
banyak dilakukan termasuk penelitian di lingkungan IPB dalam berbagai kondisi
juga telah banyak melakukan. Dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir terdapat
beberapa penelitian terkait kewirausahaan pada mahasiswa IPB meliputi
penelitian mengenai pengembangan karakter wirausaha pada mahasiswa IPB
program sarjana pada bidang studi agribisnis angkatan 2000 (Jusuf, 2004),
sedangkan Azzahra (2009) meneliti mengenai perilaku wirausaha mahasiswa IPB
peserta program kreativitas mahasiswa kewirausahaan (PKMK) dan program
pengembangan (PPKM). Sutya (2010) meneliti mengenai perbandingan minat
kerja serta faktor pendorong mereka untuk berwirausaha pada mahasiswa FMIPA
dan FATETA IPB. Pambudy (2011) melakukan kajian mengenai perilaku
wirausaha mahasiswa IPB. kajian ini dilakukan terhadap mahasiswa IPB program
sarjana dari sembilan Fakultas di lingkungan IPB.
Trisnawati (2011) meneliti mengenai pengaruh pendidikan kewirausahaan
terhadap intensi berwirausaha mahasiswa IPB melalui pendekatan Theory of
Planned Behavior. Ilham (2012) meneliti mengenai pengaruh lingkungan
keluarga, pendidikan, dan sosial terhadap jiwa dan minat kewirausahaan
mahasiswa TPB-IPB. Subachtiar (2013) meneliti mengenai karakteristik dan
perilaku wirausaha mahasiswa pengusaha di IPB. Pratiwi (2014). Pratiwi meneliti
tentang pengaruh kompetensi praktek kewirausahaan terhadap perilaku wirausaha
dan pilihan bekerja pada mahasiswa IPB alih jenis agribisnis angkatan 3 yang
telah lulus mata kuliah praktek kewirausahaan dan mahasiswa IPB alih jenis
agribisnis angkatan 3 dan 4 serta mahasiswa agribisnis angkatan 48 yang sedang
mengikuti mata kuliah praktek kewirausahaan. Muwartami (2014) meneliti
mengenai persepsi mahasiswa IPB program sarjana angkatan 2010 dari 10
Departemen yang memiliki kedekatan bidang ilmu dengan kehutanan untuk
mengetahui kecenderungan mahasiswa IPB dalam berkiprah pada bidang
kehutanan dibandingkan bekerja di institusi pemerintah, perusahaan swasta, atau
berwirausaha dalam bisnis kehutanan.
Direktorat Pengembangan Karir dan Hubungan Alumni (DPKHA) juga
melakukan penelitian terhadap sebaran status aktivitas alumni IPB program
Diploma dan Sarjana pada tahun 2010 yang mencapai jumlah 1.537 alumni. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa persentase dominan alumni IPB berada pada status
bekerja dengan persentase sebesar 84,71 persen. Sedangkan alumni yang memilih
karir berwirausaha setelah lulus kuliah hanya sebesar 4,42 persen. Sementara
persentase alumni yang berada pada aktivitas lain sebesar 10,87 persen. Sebaran
data alumni berdasarkan aktivitas dan status kerja dapat dilihat pada gambar 1.

8

Gambar 2. Grafik persentase sebaran responden status kerja alumni berdasarkan fakultas tahun
2010

Data di atas menunjukan bahwa masih sebagian kecil dari lulusan IPB yang
memilih karir untuk menjadi wirausahawan. Rendahnya keinginan (intensi)
berwirausaha dikalangan mahasiswa dan alumni dapat disebabkan oleh berbagai
faktor, baik faktor-faktor internal maupun eksternal. Beberapa penelitian
sebelumnya yang dilakukan pada mahasiswa IPB, menunjukan bahwa penelitian
yang mengkaji mahasiswa pada program Pascasarjana belum pernah dilakukan.
Selain itu kajian yang lebih berfokus pada kajian kewirausahaan mahasiswa pada
bidang agribisnis juga belum pernah dilakukan. Maka dianggap perlu adanya
penelitian lanjutan yang dapat berguna sebagai sumber informasi tambahan bagi
masyarakat dan referensi bagi penelitian selanjutnya khususnya informasi
mengenai karakteristik kewirausahaan pada mahasiswa IPB untuk berwirausaha
pada bidang agribisnis.
Menumbuhkembangkan jiwa kewirausahaan pada para mahasiswa di
perguruan tinggi, dipercaya merupakan solusi alternatif dan jalan keluar untuk
mengurangi tingkat pengangguran. Mahasiswa yang merupakan calon lulusan
perguruan tinggi perlu didorong dan ditumbuhkan niat mereka untuk berwirausaha
(Enterpreneurial intention). Intensi merupakan suatu komponen dalam diri
individu yang mengacu pada keinginan untuk melakukan tingkah laku tertentu.
serta merupakan suatu kesungguhan niat seseorang untuk melakukan perbuatan
atau memunculkan suatu perilaku tertentu.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa dengan mengukur intensi
seseorang maka kita dapat memprediksi perilakunya dimasa yang akan datang,
jadi dengan melihat intensi berwirausaha seseorang atau kelompok pada bidang
agribisnis, maka ini dapat dijadikan prediktor untuk melihat siapa saja yang akan
menjadi wirausaha dan mengembangkan usaha pada bidang agribisnis dimasa
yang akan datang.
Banyak pendekatan teoritis yang dapat digunakan untuk menjelaskan
intensi berwirausaha mahasiswa. Pada penelitian pendekatan teoritis yang
digunakan adalah Teori Perilaku Berencana atau Theory Of Planned Behavioral
(TPB) yang dikembangkan oleh Fishbein dan Ajzen (1975). Teori ini menjelaskan
bahwa intensi seseorang terhadap perilaku dibentuk oleh tiga faktor utama yaitu
Sikap perilaku tertentu (attitude toward the behavior), Norma subjektif (subjective
norms) dan Kendali perilaku (perceived behavioral control). Dimana sikap
terhadap perilaku (attitudes toward behavioral) merupakan perasaan negatif atau
positif seorang individu untuk melaksanakan sesuatu tindakan, sedangkan norma

9

sosial subyektif (social
norms) merupakan sejauh mana keinginan
individumemenuhi harapan dari sejumlah pihak yang dianggap penting berkaitan
dengan perilaku tertentu. Kendali perilaku (perceived behavioral control)
merupakan persepsi seseorang mengenai seberapa sulit atau mudah untuk
melaksanakan suatu tindakan.
Sejumlah faktor yang diprediksi dapat berpengaruh pada seseorang untuk
memilih karir sebagai wirausaha adalah seperti faktor kepribadian, keterampilan
wirausaha, dan ketersediaan modal. Disamping itu, terdapat juga faktor lain
seperti demografi, umur, jenis kelamin, pengalaman kerja (Linan et al, 2005;
Wilson, et al., 2007; dalam Pihie, 2009). Sedangkan Kalvereid (dalam Indarti.,et
al 2008) menyatakan seseorang yang memiliki pengalaman bekerja mempunyai
intensi kewirausahaan yang lebih tinggi dibandingkan mereka yang tidak
pernah bekerja sebelumnya. sejalan dengan penelitian Scott dan Twomey
(dalam Indiarti., et al 2008) beberapa faktor seperti pengaruh orang tua dan
pengalaman kerja akan mempengaruhi persepsi seseorang terhadap suatu usaha
dan sikap orang tersebut terhadap keinginannya untuk menjadi karyawan atau
wirausaha. Lebih lanjut, mereka menyebutkan bahwa jika kondisi lingkungan
sosial seseorang pada saat dia berusia muda, semakin kondusif untuk
menjadi wirausaha dan jika seseorang tersebut memiliki pengalaman terhadap
sebuah usaha, maka dapat dipastikan orang tersebut mempunyai gambaran
yang baik tentang kewirausahaan.
Studi yang dilakukan Cooper (dalam Linan and Chen, 2006) menunjukan
bahwa pengalaman seseorang dalam
berwirasusaha
akan
semakin
meningkatkan pengetahuan kewirausahaan. Basu dan Virick (2007) juga
mengadakan penelitian tentang intensi berwirausaha. Penelitian tersebut menguji
variabel pendidikan, orangtua yang sudah memiliki bisnis, pengalaman bekerja
yang diduga dipengaruhi oleh tiga determinan yang mempengaruhi intensi
berwirausaha. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel pendidikan, keluarga
memiliki hubungan positif terhadap attitudes toward entrepreneurship ,subjective
norms, dan perceived behavioural control mempengaruhi minat kewirausahaan
mahasiswa. Faktor keluarga, pengalaman bekerja, dan pendidikan kewirausahaan
akan membentuk attitudes toward entrepeneurship, subjective norms dan
perceived behavioural control. Dimana sikap terhadap perilaku (attitudes
toward behavioral) adalah perasaan negatif atau positif seorang individu
untuk melaksanakan sesuatu. Norma sosial subyektif (social norms) adalah
sejauh mana keinginan individu memenuhi harapan dari sejumlah pihak yang
dianggap penting berkaitan dengan perilaku tertentu. Persepsi pengendalian
perilaku (perceived behavioral control) adalah persepsi seseorang mengenai
seberapa sulit atau mudah untuk melaksanakan suatu perilaku .
Variabel pengalaman kerja mempunyai hubungan yang positif terhadap
attitude toward dan perceived behavioural control tetapi tidak pada
subjective norms. Untuk variabel attitude toward entrepreneurship, subjective
norms dan perceived behavioural control semuanya berpengaruh signifikan
dengan intensi berwirausaha. Faktor Pendidikan kewirausahaan, faktor
pengalaman kerja, dan latar belakang keluarga yang berwirausaha, akan
membentuk attitudes toward entrepeneurship, subjective norms dan perceived
behavioural
ini
dikarenakan program-program
pendidikan
diberikan
universitas
yang
meliputi
pelatihan khusus
dan
aktivitas-aktifitas

10

kewirausahaan diyakini dapat membentuk kreatifitas, dan meningkatkan
wawasan mengenai kewirausahaan yang akan mempengaruhi tindakan
seseorang menciptakan usahanya sendiri. Selain itu dorongan dari kelompok
tertentu seperti tim pengajar, teman-teman kuliah, maupun orang terdekatnya
akan meyakinkan bahwa untuk menjadi wirausaha dapat memberikan
keuntungan bagi dirinya, dengan dilatar belakangi keluarga yang memiliki
usaha, orang tua ataupun saudara dekat mereka akan mewarisikan jiwa dan
mental pengusaha.
Seseorang dengan referensi bisnis di keluarganya, akan lebih memilih
menjadi wirausaha karena dianggap lebih menguntungkan dan keyakinan untuk
sukses menciptakan bisnis baru semakin kuat. Begitu juga dengan pengalaman
kerja, seseorang yang pernah bekerja memiliki niat yang kuat untuk menjadi
wirausaha. sebab didorong oleh keyakinan atas kemampuan bahwa dirinya
akan berhasil memulai bisnis baru yaitu dengan berbagai pertimbangan seperti
kesiapan dari segi modal, finansial maupun pengalamannya sewaktu bekerja
membuatnya lebih banyak memiliki referensi dan ide-ide untuk memulai
bisnis baru. bila semakin kuat dukungan sosial yang didapat maka akan
membentuk persepsinya untuk menjadi wirausaha. Berdasarkan dari beberapa
penelitian yang telah dilakukan sebelumnya untuk melihat sejauh mana niat
mahasiswa untuk berwirausaha, dapat disimpulkan bahwa niat kewirausahaan
seseorang dapat dipengaruhi oleh sejumlah faktor yang dapat dilihat dalam suatu
kerangka integral yang melibatkan berbagai faktor internal dan faktor eksternal
(Johnson, 1990; Stewart et al., 1998). Faktor internal merupakan faktor yang
berasal dari dalam diri wirausahawan, sedangkan faktor eksternal berasal dari luar
diri pelaku wirausahawan.
Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini dilakukan untuk mengkaji
lebih lanjut mengenai faktor-faktor apakah yang berpengaruh terhadap intensi
berwirausaha serta bagaimanakah karakteristik kewirausahaan mahasiswa IPB
pada jenjang Pascasarjana terutama kewirausahaan pada bidang agribisnis?
Tujuan Penelitian
1. Mengkaji karakteristik kewirausahaan mahasiswa Pascasarjana SPs-IPB
terkait intensinya berwirausaha pada bidang agribisnis.
2. Menganalisis faktor-faktor apakah yang berpengaruh terhadap intensi
berwirausaha mahasiswa pascasarjana SPs-IPB pada bidang agribisnis.
Manfaat Penelitian
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pengembangan
kerangka pembelajaran pendidikan kewirausahaan di perguruan tinggi dalam
rangka mendorong munculnya mahasiswa dan alumni dari perguruan tinggi
yang memilih karir sebagai wirausaha.
2. Diharapkan hasil penelitian ini dapat berguna sebagai sumber informasi
tambahan bagi masyarakat dan referensi bagi penelitian selanjutnya khususnya
informasi mengenai karakteristik dan faktor-faktor yang memengaruhi intensi
mahasiswa pascasarjana SPs-IPB untuk berwirausaha pada bidang agribisnis.

11

Ruang Lingkup Penelitian
Batasan dan ruang lingkup pada penelitian ini adalah untuk melihat intensi
berwirausaha mahasiswa pascasarjana SPs-IPB pada bidang agribisnis dan faktorfaktor apakah yang menentukannya. Objek pada penelitian ini adalah studi kasus
pada mahasiswa program magister SPs-IPB. Penentuan mahasiswa program
magister (S2) sebagai objek penelitian ini adalah untuk pembatasan ruang lingkup
kajian dan objek ini dianggap memiliki latarbelakang demografi yang lebih
bervariasai terkait latarbelakang pendidikan, pekerjaan, pengalaman wirausaha
dan bekerja, suku, status hubungan, dan jarak umur yang lebih beragam sehingga
diharapkan dapat memberikan informasi tambahan terkait kewirausahaan
mahasiswa IPB pada bidang agribisnis.
Agribisnis yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah semua usaha
yang meliputi sistem usaha mulai dari subsistem hulu sampai subsistem hilir.
Sistem usaha tersebut terdiri dari subsistem input (saprodi), subsistem onfarm
(budidaya), subsistem pascapanen (pengolahan lanjutan dan nilai tambah),
subsistem pemasaran, dan subsistem pendukung (kelembagaan), serta usaha jasa
pada bidang agribisnis (konsultan, kesehatan, dan jasa lainnya). Komoditas usaha
yang termasuk pada bidang agribisnis pada penelitian ini meliputi pada bidang
tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, perikanan, kelautan, dan
kehutanan, serta bidang jasa dan pendukung lainnya.

2 TINJAUAN PUSTAKA
Definisi dan Kompetensi Kewirausahaan
Berdasarkan kamus besar bahasa Indonesia. Kata “wirausaha” merupakan
gabungan dari kata “wira” yang berarti gagah berani, perkasa dan kata “usaha”
yang berarti suatu proses menghasilkan sesuatu yang berharga. Jadi wirausaha
dapat diartikan menjadi orang yang gagah berani dalam menjalankan suatu proses
kegiatan yang menghasilkan sesuatu yang berharga. Drucker (1985) menyatakan
bahwa konsep kewiraswastaan atau kewirausahaan pertama kali diungkapkan oleh
ahli ekonomi Perancis J. B. Say sekitar tahun 1800, yaitu dengan pengertian
memindahkan sumber daya ekonomi dari kawasan produktivitas rendah ke
kawasan produktivitas yang lebih tinggi dan hasil yang lebih tinggi. Casson et al.
(2006) memaparkan bahwa pemikiran kewirausahaan yang popular adalah
pengertian wirausaha yang didasarkan atas pemikiran Joseph A. Schumpeter
(1911), yaitu bahwa wirausaha merupakan gambaran dari seorang inovator yang
menciptakan industri baru dan dengan cara tersebut mempercepat perubahan
struktural utama dalam ekonomi. Casson (1990) juga menyatakan bahwa
pendekatan utama wirausaha dalam teori ekonomi dibedakan menjadi empat, yaitu
wirausaha sebagai pengambil risiko, wirausaha sebagai sebuah perantara pada
proses pasar, wirausaha sebagai inovator, dan wirausaha sebagai seorang yang ahli
dalam membuat suatu keputusan

12

Joseph Schumpeter (1911), menerangkan bahwa wirausaha adalah orang
yang mampu menghancurkan keseimbangan pasar dan kemudian membentuk
keseimbangan pasar yang baru dan mengambil keuntungan-keuntungan atas
perubahan-perubahan tersebut, wirausaha adalah orang yang mendobrak sistem
ekonomi yang ada dengan menciptakan bentuk organisasi baru atau mengolah
bahan baku baru. Dalam definisi ini ditekankan bahwa seseorang wirausaha
adalah orang yang melihat adanya peluang kemudian menciptakan sebuah
organisasi untuk memanfaatkan peluang tersebut. Wirausahawan adalah seorang
inovator yang mengimplementasikan perubahan-perubahan di dalam pasar melalui
kombinasi-kombinasi baru. Kombinasi baru tersebut bisa dalam bentuk
memperkenalkan produk baru atau dengan kualitas baru, memperkenalkan metoda
produksi baru, membuka pasar yang baru (new market), memperoleh sumber
pasokan baru dari bahan atau komponen baru, menjalankan organisasi baru pada
suatu industri.
Banyak definisi mengenai kewirausahaan yang dikemukakan oleh para ahli
lainnya. Dari sekian banyak definisi tersebut dapat dirangkum menjadi beberapa
garis besar yang meliputi :
1.
Wirausaha merupakan seseorang yang menciptakan sebuah usaha.
Dikemukakan oleh : Hisrich-Peter (1992), Holt (1992), Drucher (1996),
Zimmerer dan Scarborough(2002), Riyanti (2003), Kasmir (2006),
Suharyadiet al(2007).
2.
Wirausaha adalah seseorang yang berani menghadapi risiko dan
ketidakpastian. Dikemukakan oleh : Kao (1989), Hisrich-Peter (1992),
Norman M. Scarborough dan Thomas W. Zimmerer (1993), Zimmerer dan
Scarborough (2002), Holt (1992), Boone dan Kurtz (2002), Wickham
(2004), Robbins dan Coulter (2005), Kasmir (2006),Suharyadi et al. (2007).
3.
Wirausaha merupakan seseorang yang dapat melihat peluang dan
kesempatan. Dikemukakan oleh : Joseph Schumpeter (1911), Kao (1989),
Hisrich dan Peter (1992), Zimmerer (1993), Zimmerer dan Scarborough
(2002). Boone dan Kurtz (2002), Riyanti (2003), Zimmerer (2004),
Wickham (2004), Robbins dan Coulter (2005), Kasmir (2006), Suharyadi et
al. (2007).
4.
Wirausaha merupakan seseorang yang dapat mengorganisir dan
memanajemen. Dikemukakan oleh : Joseph Schumpeter (1911), Kao (1989),
Hisrich dan Peter (1992), Drucher (1996), Boone dan Kurtz (2002),
Wickham (2004), Riyanti (2003), Robbins dan Coulter (2005), Kasmir
(2006).
5.
Wirausaha merupakan karakter dan jiwa/sifat dari seseorang. Dikemukakan
oleh : Drucher (1996), Wickham (2004), Masykur (2007).
6.
Wirausaha merupakan seseorang yang kreatif dan inovatif. Dikemukakan
oleh : Joseph Schumpeter (1934), Hisrich-Peter (1992), Prawirokusumo,
Raymond (1995), Wickham (2004), Robbins dan Coulter (2005), Rambat
Lupiyoadi (2007).
7.
Wirausaha merupakan seseorang yang dapat memberikan atau
menambahkan suatu nilai. Dikemukakan oleh : Joseph Schumpeter (1934),
Kao (1989), Hisrich dan Peter (1992), Drucher (1996), Robbins dan Coulter
(200