Faktor-faktor yang memengaruhi preferensi pegawai berzakat di UPZ LAZ IPB

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PREFERENSI
PEGAWAI BERZAKAT DI UPZ LAZ IPB

YEKTI MAHANANI

PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI SYARIAH
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Faktor-faktor yang
Memengaruhi Preferensi Pegawai Berzakat di UPZ LAZ IPB adalah benar karya
saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk
apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, November 2014
Yekti Mahanani
NIM H54100011

ABSTRAK
YEKTI MAHANANI. Faktor-faktor yang Memengaruhi Preferensi Pegawai
Berzakat di UPZ LAZ IPB. Dibimbing oleh TANTI NOVIANTI dan RANTI
WILIASIH.
PP No 14 Tahun 2014 bertujuan untuk membantu pengumpulan zakat
BAZNAS melalui unit pengumpul zakat yang dibentuk di beberapa institusi
pemerintahan, salah satunya di perguruan tinggi. Unit Pengumpul Zakat Lembaga
Amil Zakat Institut Pertanian Bogor (UPZ LAZ IPB) berdiri sejak 2003 namun
belum cukup dikenal dikalangan civitas akademika khususnya pegawai IPB.
Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan perkembangan zakat profesi di UPZ
LAZ IPB serta faktor-faktor yang memengaruhi preferensi pegawai IPB dalam
berzakat melalui UPZ LAZ IPB. Penelitian ini dilakukan di kampus IPB Dramaga
pada April 2014 hingga Juni 2014. Metode regresi logistik digunakan untuk
menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi preferensi pegawai berzakat di

UPZ LAZ IPB. Hasil analisis dengan regresi logistik menunjukkan bahwa
pelayanan dan jabatan berpengaruh positif dan signifikan terhadap preferensi
pegawai IPB dalam menyalurkan zakat penghasilan melalui UPZ LAZ IPB, dan
alasan terbesar tidak membayar zakat melalui UPZ LAZ IPB adalah kemudahan
dalam berzakat secara langsung.
Kata kunci: Lembaga Amil Zakat, preferensi, regresi logistik, zakat penghasilan

YEKTI MAHANANI. Factors Influencing the Preference of Employee to Pay
Zakat in Zakat Collector Unit of Amil Zakat Institution in Bogor Agricultural
University (UPZ LAZ IPB). Supervised by TANTI NOVIANTI and RANTI
WILIASIH.
The goal of Government Regulation Decree No 14/ 2014 is to help BAZNAS for
zakat collectioning by forming zakat collector unit in government institution, one
of them is in higher education campusses to collect income zakat from their
officers. Zakat Collector Unit of Amil Zakat Institution of Bogor Agricultural
University (UPZ LAZ IPB) was established at 2003 but until now this institution
(UPZ LAZ IPB) has not been so wellknown by IPB students, officers, and
lecturers. The aims of this research is to describe the development of income’s
zakat of officers and describe factors influencing of officers to pay income’s zakat
in Zakat Collector Unit of Amil Zakat Institution of Bogor Agricultural University

(UPZ LAZ IPB). This research was conducted from April 2014 to June 2014.
Logistic regression conducted to analyze the factors that affect officers to pay
zakat in UPZ LAZ IPB. The result of logistic regression showed that service and
job position was significanly affect the employees to pay their income zakat in
UPZ LAZ IPB, and the reason why the officers do not pay zakat in UPZ LAZ IPB
is the easy way of paying zakat directly to mustahik.
Keywords: Amil Zakat Institution (LAZ), preference, logistic regression, income
zakat

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PREFERENSI
PEGAWAI BERZAKAT DI UPZ LAZ IPB

YEKTI MAHANANI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Ilmu Ekonomi


PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI SYARIAH
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam
penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April 2014 sampai Juni 2014 ialah zakat
profesi, dengan judul Faktor-faktor yang Memengaruhi Preferensi Pegawai
Berzakat melalui LAZ IPB.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. Tanti Novianti, S.P, M.Si dan
Ranti Wiliasih, S.P, M.Si selaku pembimbing, serta Dr. Irfan Syauqi Beik, SP,
M.Sc selaku dosen penguji utama dan Dr. Alla Asmara, S.Pt, M.Si selaku dosen
penguji dari komisi pendidikan yang telah memberikan banyak saran. Di samping
itu, terima kasih penulis sampaikan kepada Oktama Forestian S.Hut beserta staf
Unit Pengumpul Zakat Lembaga Amil Zakat IPB (UPZ LAZ IPB) dan staf
Direktorat Sumberdaya Manusia IPB, yang telah membantu selama pengumpulan
data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah (Djohan Arifin) , ibu

(Djuniati Kustifah), serta seluruh keluarga besar, atas doa dan kasih sayangnya.
Teman-teman satu bimbingan Ardhi Evan dan Ahmad Nur Fadhian atas saran dan
dukungan yang diberikan, teman-teman Ekonomi Syariah 47, FEMIPA, Annaba
47, dan Puskomnas FSLDK Al Hurriyyah atas semangat, dukungan, dan
bantuannya.
Penulis memohon maaf apabila terdapat kekurangan dalam penulisan karya
ilmiah ini. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, November 2014

Yekti Mahanani

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vii

DAFTAR GAMBAR

vii


DAFTAR LAMPIRAN

vii

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Rumusan Masalah

4

Tujuan Peneliatian

4


Manfaat Penelitian

4

Ruang Lingkup Penelitian

4

TINJAUAN PUSTAKA

5

Konsep Zakat

5

Zakat Penghasilan Profesi

7


Preferensi

9

Religiusitas

9

Penelitian Terdahulu

10

Kerangka Pemikiran

11

METODE PENELITIAN

12


Lokasi dan Waktu Penelitian

12

Jenis dan Sumber Data

12

Metode Pengumpulan Data

12

Metode Pengolahan dan Analisis Data

13

HASIL DAN PEMBAHASAN
SIMPULAN DAN SARAN


15
29

DAFTAR PUSTAKA

30

LAMPIRAN

33

RIWAYAT HIDUP

40

DAFTAR TABEL
1 Potensi Zakat Nasional
2 Penerimaan Zakat Nasional
3 Variabel Penelitian
4 Perkembangan Dana Zakat Infak Wakaf LAZ 2011-2013

5 Perkembangan Jumlah Muzaki UPZ LAZ IPB
6 Pendayagunaan Zakat Penghasilan 2011-2014
7 Demografi Total Responden
8 Perbandingan Demografi Muzaki LAZ IPB dan non LAZ IPB
9 Hasil Analisis Crosstabs
10 Kebiasaan Berzakat Pegawai IPB
11 Periode Membayar Zakat Penghasilan
12 Perbandingan Skor Religiusitas Muzaki dan non Muzaki UPZ LAZ IPB
13 Perbandingan Skor Pengetahuan Muzaki dan non Muzaki UPZ LAZ IPB
14 Perbandingan Skor Pelayanan Muzaki dan non Muzaki UPZ LAZ IPB
15 Hasil Pendugaan Parameter Model Logit
16 Hasil Uji Signifikansi Variabel Independen
17 Alasan Menyalurkan Zakat melalui LAZ IPB
18 Alasan Menyalurkan Zakat di luar LAZ IPB

2
2
13
17
17
18
19
20
22
22
23
23
25
26
27
28
30
30

DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka Pemikiran
2 Persepsi Zakat Profesi
3 Sumber Informasi LAZ IPB

11
23
24

DAFTAR LAMPIRAN
1 Kuesioner Penelitian
3 Hasil Crosstab
2 Hasil Olah Data

33
37
39

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Setelah Rasulullah SAW hijrah ke Madinah, keberhasilan beliau
membangun masyarakat muslim yang sejahtera, adil, dan makmur di atas
landasan kasih sayang, tidak lepas dari peran zakat, infak, dan sedekah. Zakat
menjadi instrumen penting dalam menyejahterakan umat. Zakat, infak, dan
sedekah akan melahirkan kesejahteraan, tidak saja individu, tetapi juga umat dan
negara. Masyarakat dapat terbebas dari kelaparan dan kesenjangan, karena
berlangsung mekanisme saling membantu antara kelompok aghniya’ (kaya)
dengan fuqara (fakir) melalui zakat, infak, dan sedekah .
Masa setelah Rasulullah SAW hijrah ke Madinah, zakat memiliki fungsi
sebagai ibadah dan sumber utama pendapatan bagi negara (Qardhawi, 1993).
Rasulullah memberikan contoh dan petunjuk operasional pengelolaan zakat
dengan mengutus petugas untuk mengumpulkan dan menyalurkan zakat di luar
kota Madinah. Petugas yang dipilih oleh Rasulullah memiliki tugas untuk
melaporkan berapa banyak yang berhasil dipungut dan dikeluarkan. Nabi
Muhammad mengutus Muadz ibn Jabal untuk memungut dan menditribusikan
zakat dari dan untuk daerah Yaman.
Dari Ali bin Abi Thalib ra,” sesungguhnya ia mendengar Rasullullah saw
bersabda, ‘Sesungguhnya Allah telah mewajibkan atas orang-orang Islam yang
kaya tentang harta mereka sejumlah yang kiranya dapat mencukupi orangorang fakir mereka, dan orang-orang fakir itu tidak akan susah payah ketika
lapar dan telanjang kecuali lantaran apa yang diperbuat oleh orang-orang kaya
mereka. Ketahuilah, sesungguhnya Allah akan menghisab mereka dengan hisab
yang sangat dan menyiksa mereka dengan siksaan yang pedih.’” (HR. Thabrani).
Hadis diatas mensyaratkan dua hal. Pertama, kemiskinan dan kefakiran
pada umat bukanlah karena kemalasan dalam bekerja, namun juga akibat dari
pola kehidupan yang timpang, tidak adil, dan merosotnya rasa kesetiakawanan
diantara sesama umat, terutama dari golongan kaya terhadap golongan fakir.
Penyebab utama kemiskinan adalah ketimpangan sosial ekonomi karena adanya
sekelompok kecil orang-orang yang hidup diatas penderitaan orang banyak dan
bukan diakibatkan kelebihan jumlah penduduk. Kedua, jika zakat, infak, dan
sedekah dilaksanakan dengan penuh kesadaran dan ditata dengan baik
(pengumpulan dan pendistribusian), maka itu akan mampu memperkecil
masalah kemiskinan dan kefakiran yang dihadapi sebagian umat muslim saat ini
(Hafidhuddin dan Pramulya 2008).
Potensi dana sosial keagamaan seperti ZISWAF menurut Wibisono (2010)
saat ini belum mampu mengangkat kelompok miskin di negeri ini keluar dari
kemiskinan. Hal ini secara umum disebabkan oleh dua hal mendasar, yaitu: (i)
perilaku muzaki yang masih bersifat karikatif, yakni berorientasi jangka pendek,
interpersonal, serta masih rendahnya kesadaran membayar zakat melalui amil
dan, (ii) masih belum optimalnya transparasi dan kredibilitas lembaga pengelola
zakat sehingga belum terbangun kepercayaan masyarakat terhadap lembaga.
Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) merupakan lembaga yang
dibentuk oleh Pemerintah Indonesia dan diatur dalam UU RI No. 23 Tahun 2011

2
tentang Pengelolaan Zakat. BAZNAS berwenang melakukan pengelolaan dan
pendistribusian zakat secara nasional hingga tingkat daerah (BAZNAS Daerah)
di Indonesia, sedangkan Lembaga Amil Zakat didirikan oleh masyarakat untuk
membantu pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat.
Menurut hasil penelitian Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) dan
Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM) IPB pada tahun 2011 mengungkapkan
bahwa potensi zakat nasional sebesar 217 triliun rupiah setara dengan 3.4% total
PDB. Dari total potensi zakat nasional, zakat yang dihimpun oleh BAZNAS baru
mencapai 1% dari seluruh potensi zakat nasional, Kementerian Agama RI (2013).
Tabel 1 Potensi Zakat Nasional
No
1
2
3
4

Keterangan
Potensi Zakat Rumah Tangga
Potensi Zakat Industri Swasta
Potensi Zakat BUMN
Potensi Zakat Tabungan
Total Potensi Zakat Nasional

Potensi Zakat
(triliun rupiah)
82.7
114.89
2.4
17
217

Persentase terhadap
PDB(%)
1.30
1.80
0.04
0.27
3.40

Sumber: Kementerian Agama RI (2013)

Tabel 2 menunjukkan peningkatan penerimaan zakat nasional pada tiap
tahunnya. Penerimaan zakat nasional di BAZNAS pada tahun 2010 sebesar 1.5
triliun rupiah dan mengalami peningkatan 15.33% menjadi 1.73 triliun rupiah
pada tahun 2011. Jumlah penerimaan zakat nasional di BAZNAS mencapai 2.5
triliun rupiah pada tahun 2013 meningkat 13.63% dari tahun sebelumnya. Hal ini
menunjukkan bahwa tingkat kesadaran membayar zakat melalui institusi amil
mengalami peningkatan di Indonesia.
Tabel 2 Perkembangan Zakat Nasional
Tahun
Jumlah Penerimaan
(triliun rupiah)
2010
1.5
2011
1.73
2012
2.2
2013
2.5

Pertumbuhan
(%)
15.33
27.16
13.63

Sumber: BAZNAS 2014 (diolah)

Dalam konteks skala Indonesia pasca judicial review UU No. 23/2011,
Beik (2013) berpendapat bahwa penguatan karakter politik zakat lekat dengan
peran pemerintah. Ada dua hal yang harus dilakukan untuk memperkuat peran
pemerintah. Pertama, penguatan regulasi perzakatan. Penguatan regulasi ini
antara lain melalui upaya percepatan implementasi UU No. 23/2011 tentang
Pengelolaan Zakat, yang diwujudkan dengan peraturan pelaksana UU yang
relevan, seperti Peraturan Pemerintah. Hal ini sangat penting sebagai prasyarat
bagi penguatan sistem pengelolaan zakat nasional yang saat ini dikembangkan
oleh BAZNAS sebagai koordinator pengelola zakat nasional. Kedua, diperlukan

3
adanya instrumen yang memiliki hukum positif untuk optimasi penghimpunan
zakat untuk mengurangi kesenjangan antara potensi zakat yang mencapai 217
trilyun rupiah dengan realisasi aktualnya. Untuk itu, rencana Pemerintah
Indonesia untuk membuat edaran kepada para menteri dan pejabat negara, serta
PNS Pusat dan pegawai BUMN untuk menunaikan kewajiban mengeluarkan
zakat penghasilan profesi melalui BAZNAS, perlu mendapat dukungan.
Zakat profesi merupakan salah satu jenis zakat kontemporer yang
tergolong dalam zakat rumah tangga. Qardhawi (1993) menyatakan bahwa
penghasilan yang didapat dari profesi adalah penghasilan atau pendapatan yang
diusahakan melalui keahliannya, baik keahlian yang dilakukan sendiri-sendiri
maupun secara bersama-sama. Keahlian yang dilakukan sendiri misalnya
seorang dokter, arsitek, ahli hukum, pengajar, dan lain sebagainya. Untuk
keahlian yang dilakukan secara bersama-sama misalnya pegawai, baik
pemerintah maupun swasta dengan menggunakan sistem upah atau gaji.
Kewajiban untuk mengeluarkan zakat profesi bagi seorang muslim telah
disepakati oleh kalangan umat Islam internasional dalam Muktamar
Internasional I tentang Zakat, di Kuwait (29 Rajab 1404 H bertepatan dengan
tanggal 30 April 1984 M). Secara nasional (Hafidhuddin dan Pramulya, 2008),
UU No. 23/2011 tentang Pengelolaan Zakat Bab IV Pasal 4 juga secara eksplisit
menyebutkan bahwa hasil pendapatan dan jasa termasuk harta yang wajib zakat.
Keluarnya regulasi tentang zakat telah mendorong perkembangan BAZIS
dan lembaga amil zakat (LAZ) yang dikelola oleh masyarakat. Kegiatan
ekonomi syariah dan filantropi yang kini menjadi tren di masyarakat membuat
banyak institusi mendirikan LAZ baru. Sampai dengan tahun 2011, terdapat 18
Lembaga Amil Zakat skala nasional yang telah disahkan oleh pemerintah,
(Moratorium ... 2011). Pada PP Nomor 14 Tahun 2014 menyebutkan bahwa
dalam pelaksanaan tugas dan fungsi di bidang zakat, BAZNAS, BAZNAS
Provinsi, dan BAZNAS kapubaten/ kota dapat membentuk Unit Pengumpul
Zakat (UPZ) untuk membantu pengumpulan zakat. Pengumpulan zakat melalui
UPZ disebutkan secara eksplisit pada Pasal 54 Ayat 2(e) dapat dilakukan dengan
cara membentuk UPZ pada perguruan tinggi untuk mengumpulkan zakat dari
penghasilan pegawai.
Institut Pertanian Bogor (IPB) membentuk UPZ Lembaga Amil Zakat IPB
(LAZ IPB) pada tahun 2003 sebagai lembaga non-struktural untuk penyaluran
zakat profesi pegawai di lingkungan IPB yang disahkan melalui SK Rektor No.
085/K13/KEP/2003. LAZ IPB menjadi lembaga di lingkungan IPB yang berada
dibawah koordinasi DKM Al Hurriyyah berdasarkan SK Rektor No.
085/IT3/LL/2012. Dalam aktifitasnya menghimpun dan menyalurkan dana zakat
dari pegawai, LAZ IPB berbadan hukum sebagai Unit Pengumpul Zakat (UPZ)
Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) berdasarkan Keputusan Ketua Umum
BAZNAS No. 016/BP/BAZNAS/VIII/2012.

Rumusan Masalah
Berdasarkan Buku Keadaan Pegawai di Lingkungan IPB tahun 2012
disebutkan bahwa jumlah pegawai IPB yang beragama Islam dan memiliki

4
pendapatan lebih dari atau sama dengan 3.1 juta rupiah sebesar 2 044 orang
dengan rincian, 1 074 orang tenaga pendidik dan 970 orang tenaga kependidikan.
Data UPZ LAZ IPB pada tahun 2013 menunjukkan jumlah muzaki UPZ LAZ
IPB yang merupakan pegawai IPB hanya berjumlah 315 pegawai. Jumlah
penerimaan zakat di UPZ LAZ IPB menerima rata-rata 50 juta rupiah per bulan
dari potensi penerimaan zakat penghasilan di UPZ LAZ IPB sebesar 200 juta
rupiah (UPZ LAZ IPB, 2014). Hal ini menjadi fenomena menarik untuk diteliti
karena selama 10 tahun berdiri UPZ LAZ IPB, ternyata tingkat partisipasi
pegawai IPB dalam berzakat melalui UPZ LAZ IPB masih 15% dari total
populasi. Beberapa pertanyaan penelitian yang akan dikaji, yaitu :
1. Bagaimana perkembangan zakat penghasilan profesi di IPB?
2. Bagaimana pengaruh demografi pegawai terhadap perilaku berzakat pegawai
IPB?
3. Faktor-faktor apa yang memengaruhi pegawai IPB untuk berzakat melalui
UPZ LAZ IPB?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan tersebut, maka tujuan dari
penelitian ini adalah :
1. Mendeskripsikan perkembangan zakat penghasilan profesi di IPB
2. Mendeskripsikan pengaruh demografi terhadap perilaku berzakat pegawi IPB.
3. Menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi preferensi pegawai dalam
membayar zakat di UPZ LAZ IPB.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak, yaitu:
1. Bagi UPZ LAZ IPB, dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk
kegiatan perencanaan dan rancangan program selanjutnya dalam program
peningkatan zakat di UPZ LAZ IPB.
2. Bagi kalangan akademisi, penelitian ini dapat menjadi bahan kajian lebih
lanjut, baik dari segi teoritis maupun praktis.
3. Bagi kalangan pegawai dan civitas IPB, penelitian ini diharapkan menjadi
sarana untuk berpartisipasi dalam membangun kesadaran untuk berzakat
melalui UPZ LAZ IPB.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Unit Pengumpul Zakat Lembaga Amil Zakat
Institut Pertanian Bogor (UPZ LAZ IPB). Populasi dalam penelitian ini adalah
pegawai IPB dengan penghasilan lebih dari atau sama dengan 3.1 juta rupiah
yang membayar zakat melalui UPZ LAZ IPB dan tidak membayar melalui UPZ
LAZ IPB. Zakat yang dibayarkan merupakan zakat penghasilan. Penelitian ini
dilakukan di wilayah Kampus IPB Dramaga Bogor.

5

TINJAUAN PUSTAKA
Konsep Zakat
Kata zakat menurut bahasa berasal dari kata zakaa, yang artinya
bertambah dan berkembang. Secara istilah, meskipun para ulama
mengemukakannya dengan redaksi yang akan berbeda antar satu dan lainnya,
namun pada prinsipnya sama, yaitu bahwa zakat merupakan bagian dari harta
dengan persyaratan tertentu yang Allah SWT wajibkan kepada pemiliknya untuk
diserahkan kepada yang berhak menerimanya dengan persyaratan tertentu pula.
Hubungan antara pengertian zakat menurut bahasa dan istilah adalah harta
yang dikeluarkan zakatnya akan menjadi berkah, tumbuh, berkembang, dan
bertambah, suci, dan baik. Hal ini dinyatakan pada surah At-Taubah: 103 dan
surah ar-Ruum: 39.
“Ambillah zakat ini sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan menyucikan mereka, dan mendoalah untuk mereka.
Sesungguhnya doa kamu itu menjadi ketentraman jiwa buat mereka. Dan Allah
Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (At-Taubah[9]: 103).
“Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah
pada harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan apa
yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai
keridhaan Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah orang-orang yang
melipatgandakan (pahalanya).” (Ar-Ruum[30]:39).
Menurut Hafidhuddin dan Pramulya (2008), zakat adalah ibadah
maaliyyah ijtima’iyyah yang memiliki posisi sangat penting, strategis, dan
menentukan pembangunan kesejahteraan umat. Sebagai suatu ibadah pokok,
zakat termasuk salah satu rukun (rukun ketiga) dari rukun Islam yang lima
sehingga dianggap secara otomatis adanya merupakan bagian mutlak dari
keislaman seseorang.
Menurut Qardhawi (1993), Rasulullah SAW mewajibkan zakat saat
Madinah. Beliau memuji bagi yang melaksanakan dan mengancam bagi yang
tidak melaksanakan. Di beberapa hadis, Rasulullah selalu menyebutkan salat dan
zakat secara bersamaan. Banyaknya penyebutan ibadah salat dan zakat di Al
Qur’an dipandang sudah cukup menunjukkan bahwa Allah sangat memandang
penting salat dan zakat.
“Bila mereka bertaubat, mendirikan salat, dan membayar zakat, maka
mereka adalah saudara kalian seagama.” Dalam beberapa hadis menyebutkan
bahwa Rasulullah mengancam orang-orang yang tidak membayar zakat dengan
hukuman berat di akhirat, mulai dari hartanya akan berubah menjadi ular jantan
gundul yang melilit si empunya dan mematuknya, kemudian hartanya berubah
menjadi setrika yang akan menyetrika punggung si empunya harta yang tidak
dizakatkan selama lima puluh ribu tahun. Sunnah Nabi SAW tidak hanya
mengancam orang yang tidak berzakat di akhirat, tapi juga mengancam dengan
hukuman di dunia secara konkrit dan legal seperti dengan kekeringan yang
berkepanjangan. “Golongan orang-orang yang tidak mengeluarkan zakat akan
ditimpa kelaparan dan kemarau panjang.” (HR. Thabrani).

6
Syarat Wajib Zakat
Pembebanan syariat (taklif syar’iyyah) pada hakikatnya adalah
penghormatan (tasyrif) untuk seseorang sehingga ada kriteria tertentu untuk
mendapatkannya. Zakat merupakan taklif, maka kewajiban zakat tidak
dibebankan kepada setiap orang. Kewajiban zakat hanya dibebankan kepada
mereka yang memenuhi kriteria tertentu sehingga mendapat kehormatan
berzakat. Syarat wajib zakat meliputi beragama Islam, merdeka, dan baligh.
Syarat Harta yang Wajib Dizakati
Pengertian harta dalam bahasa Arab adalah al-maal atau jamaknya alamwal. Syarat harta yang wajib dizakati adalah yang berkembang. Menurut
Qardhawi (1993) harta merupakan segala sesuatu yang diinginkan oleh manusia
untuk disimpan dan dimiliki sampai batas waktu tertentu. Harta semacam itu
adalah emas dan perak kemudian berkembang pada harta lain yang diperjual
belikan atau harta yang dapat dimanfaatkan. Mazhab Hanafi menyatakan bahwa
harta itu merupakan segala sesuatu yang dapat dimiliki dan digunakan menurut
galib-nya, seperti tanah, binatang, barang-barang perlengkapan, dan uang.
Hafidhuddin dan Pramulya (2008) mengemukakan bahwa dari berbagai
pendapat ulama dapat disimpulkan bahwa segala harta yang secara konkret
belum terdapat contohnya di jaman Nabi Muhammad SAW, tetapi dengan
perkembangan jaman dan perekonomian modern sangat berharga dan bernilai
maka termasuk kategori harta yang wajib dikeluarkan zakatnya.
Harta yang harus dikeluarkan zakatnya harus memenuhi syarat tertentu,
diantaranya nisab dan haul. Nisab merupakan batas minimal harta yang harus
dikeluarkan zakatnya dalam jumlah tertentu. Haul merupakan satu tahun waktu
kepemilikan harta zakat. Syarat harta menjadi objek zakat antara lain:
1. Harta tersebut didapatkan dengan cara dan usaha yang baik serta halal.
2. Harta tersebut berkembang atau berpotensi untuk dikembangkan.
3. Harta tersebut adalah milik sendiri.
4. Harta tersebut mencapai nisab.
5. Khusus untuk zakat pada harta-harta tertentu, syarat wajib zakat adalah
waktu tertentu dimilikinya harta tersebut (haul).
Golongan Penerima Zakat
Zakat yang dikumpulkan oleh lembaga pengelola zakat harus segera
disalurkan kepada para mustahik (penerima zakat) sesuai dengan skala prioritas
yang telah disusun. Golongan yang berhak menerima zakat adalah fakir, miskin,
kelompok amil, muallaf, budak belian, gharimin(kelompok orang yang
berhutang dan tak bisa melunasi), fii sabilillah, dan ibnu sabil (orang yang
kehabisan bekal ditengah perjalanan). Golongan ini telah disebutkan di Al Quran
sebagai berikut.
“Sesungguhnya zakat-zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orangorang miskin, pengurus zakat, muallaf, untuk budak, orang yang berhutang,
untuk jalan Allah dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai
sesuatu ketetapan yang diwajibkan Allah. Dan Allah Maha Mengetahui lagi
Maha Bijaksana.” (QS At-Taubah [9]: 60).

7
Konsep Amil
Undang-undang No. 23 Tahun 2011 tentang Pengelola Zakat pada Bab III
Pasal 6 dan 7 menegaskan bahwa Lembaga Pengelola Zakat di Indonesia terdiri
dari dua macam, yaitu Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) yang merupakan
lembaga yang dibentuk Pemerintah Indonesia untuk pengelolaan zakat secara
nasional dan Lembaga Amil Zakat (LAZ) yang dibentuk oleh masyarakat untuk
membantu pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat.
Menurut Hafidhuddin (2002) pengelolaan zakat oleh lembaga pengelola
zakat apalagi yang memiliki kekuatan hukum formal, akan memiliki beberapa
keuntungan, antara lain:
a. Menjamin kepastian dan disiplin pembayar zakat
b. Menjaga perasaan rendah diri para mustahik zakat apabila berhadapan
langsung untuk menerima zakat dari para muzakki.
c. Mencapai efisien dan efektivitas, serta sasaran yang tepat dalam
penggunaan harta zakat menurut skala prioritas yang ada disuatu
tempat.
d. Menunjukkan syiar Islam dalam semangat penyelenggaraan
pemerintahan yang islami.
Sebaliknya, jika zakat diserahkan langsung dari muzaki kepada mustahik,
walau demikian secara hukum syariah adalah sah, akan tetapi disamping akan
terabaikannya hal-hal diatas, juga hikmah dan fungsi zakat, terutama mengenai
kesejahteraan umat, akan sulit diwujudkan.
Zakat Profesi
Salah satu sumber zakat kontemporer adalah zakat profesi. Qardhawi
dalam Hafidhuddin dan Pramulya (2008) menyatakan bahwa penghasilan yang
didapat dari profesi adalah penghasilan atau pendapatan yang diusahakan
melalui keahliannya, baik keahlian yang dilakukan secara sendiri, misalnya
profesi dokter, arsitek, ahli hukum, penjahit, pelukis, seorang dai dan lain
sebagainya. Keahlian yang dilakukan secara bersama-sama, misalnya pegawai,
baik pemerintah maupun swasta dengan menggunakan sistem upah atau gaji.
Dalam istilah fikih, ada beberapa istilah dalam bahasan ini yang berkaitan
dengan pengertian penghasilan antara lain al kasab (usaha), ujrah (upah),
rawatib (gaji), al a’thoya (jatah ransum) dan mihan hurrah (profesi). Semua
istilah tersebut memiliki kaitan yang erat satu dengan lainnya dan sebagiannya
merupakan istilah yang dipergunakan dalam riwayat-riwayat untuk menjelaskan
adanya zakat atas penghasilan (Ridlo 2007).
Qardhawi (1993) berpendapat bahwa padanan hukum zakat profesi yang
paling tepat adalah zakat al-mal al-mustafad (harta yang diperoleh melalui satu
jenis proses kepemilikan yang baru dan halal). Jenis-jenis al-mal al-mustafad
antara lain al-`amalah, yakni penghasilan yang diperoleh dalam bentuk upah
atau gaji atas pekerjaan tertentu. Al-‘atiyah, yaitu sejenis bonus atau insentif
tetap yang diterima secara teratur oleh prajurit negara Islam dari baitul mal. Almazalim, yakni jenis harta yang disita secara tidak sah oleh penguasa terdahulu,
dan telah dianggap hilang oleh pemilik aslinya. Kalau harta tersebut
dikembalikan kepada pemilik aslinya, maka harta tersebut dikategorikan sebagai

8
harta yang diperoleh dengan kepemilikan baru, oleh sebab itu wajib dizakati.
Jadi, zakat penghasilan adalah zakat yang dipungut/ diperoleh dari upah/ gaji/
honorarium karyawan dan usaha profesional seperti penghasilan seorang dokter,
insinyur, guru, advokat, seniman, penjahit, dan lain-lain yang telah mencapai
nisab.
Kewajiban zakat penghasilan ini juga sudah dinyatakan dalam UU No
23/2011 tentang Pengelolaan Zakat, Pasal 4 ayat 2 poin h (pendapatan dan jasa
tergolong zakat mal). Dengan demikian, ketentuan UU ini menjadi pemutus
perbedaan pendapat yang ada, karena ada kaidah yang menyatakan: hukmul wali
yarfa’ul khilaf, yang artinya ketentuan penguasa/ hukum menghapuskan
perbedaan (pendapat).
Hal yang menjadi landasan penetapan penghasilan atau pendapatan dari
profesi sebagai sumber zakat diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Ayat-ayat Al-Qur’an dan hadis yang bersifat umum mewajibkan semua
jenis harta untuk dikeluarkan zakatnya. Maka setiap penghasilan yang
memenuhi syarat zakat wajib dikeluarkan zakatnya, meskipun penghasilan
tersebut didapatkan melalui profesi pekerjaan atau sumber-sumber harta
yang tidak eksplisit disebutkan dalam Qur’an dan hadis.
Firman Allah pada Surah Al Baqarah: 267, yang berbunyi : “Hai orangorang beriman! Berikan nafkah dari pendapatanmu yang baik dan dari
hasil bumi yang telah Kami keluarkan untukmu”. Pendapatan kerja
merupakan pendapatan yang terbaik, seperti sabda Nabi SAW, “Tidak ada
makanan anak Adam yang lebih baik dari hasil jerih payahnya sendiri”.
2. Berbagai pendapat para ulama menyatakan adanya zakat penghasilan profesi
meskipun menggunakan istilah yang berbeda. Melalui pendekatan ijmali,
harta obyek zakat bisa dikembangkan dengan menggunakan metode qiyas
(analogi). Pada praktek pengelolaan zakat saat ini, ada tiga pendekatan yang
dapat dilakukan. Pendekatan pertama, dianalogikan dengan zakat
perdagangan atau zakat emas perak. Haulnya 1 tahun, artinya
mengeluarkannya setahun sekali. Nishabnya 85 gram emas dan kadarnya
2.5 persen. Pendekatan kedua, dianalogikan dengan zakat pertanian.
Nishabnya senilai harga 653 kg gabah atau 524 kg beras, dengan kadar 5
persen. Tidak ada haul, artinya setiap kali menerima penghasilan segera
dikeluarkan zakatnya. Misalnya sebulan sekali. Pendekatan ketiga,
dianalogikan dengan dua hal sekaligus (disebut qiyas syabah). Yaitu, untuk
nishab dianalogikan dengan zakat pertanian (senilai 524 kg beras) dan tanpa
haul. Kadarnya dianalogikan dengan zakat emas perak, yaitu 2.5 persen.
3. Dari sudut keadilan, bahwa penetapan kewajiban zakat pada setiap harta
yang dimiliki akan terasa sangat jelas, dibandingkan dengan hanya
menetapkan kewajiban zakat pada komoditas-komoditas tertentu. Petani
yang saat ini kondisinya kurang beruntung tetap harus berzakat saat hasil
pertaniannya telah mencapai nisab. Oleh karena itu, akan menjadi adil
apabila zakat ini juga bersifat wajib pada penghasilan yang didapatkan para
dokter, para ahli hukum, konsultan dalam berbagai bidang, para dosen, para
pegawai dan karyawan yang memiliki gaji tinggi, dan profesi lainnya.
4. Pada perkembangan hidup manusia khususnya bidang ekonomi, kegiatan
penghasilan melalui keahlian dan profesi ini akan semakin berkembang dan

9
akan menjadi kegiatan ekonomi yang utama, seperti yang terjadi di negaranegara industri saat ini.
Mengenai waktu pengeluaran zakat profesi dianjurkan untuk menghitung
zakat dari pendapatan kasar (bruto) untuk lebih menjaga kehati-hatian dan
dikeluarkan saat penghasilan itu diterima atau dihitung setiap setahun sekali.
Batas minimal atau nisab zakat profesi di Indonesia yang telah ditetapkan oleh
BAZNAS adalah sebesar 653 kg gabah kering giling (GKG) atau setara dengan
3.188 juta rupiah. Gabah kering giling ini juga setara dengan 522 kg beras atau
setara dengan 4.39 juta rupiah, LAZ IPB (2014).
Preferensi
Preferensi berasal dari kata preference yang mempunyai makna pilihan
atau memilih. Istilah preferensi digunakan untuk mengganti kata preference
dengan arti yang sama atau minat terhadap sesuatu. Preferensi merupakan suatu
sifat atau keinginan untuk memilih. (Journal Planit 2001). Model Sandhusen
(2000) mencoba menjelaskan bagaimana respon yang diberikan oleh seorang
saat melakukan proses pembelian. Pada dasarnya model Sandhusen (2000)
menjelaskan bahwa keputusan yang diambil seorang konsumen tidak semata
mata merupakan keputusan yang dipengaruhi faktor internal konsumen seperti
karakteristik diri konsumen dan proses pengambilan keputusan konsumen saja.
Adanya faktor eksternal juga memengaruhi konsumen dalam mengambil
keputusan. Integrasi antara faktor eksternal dan faktor internal itu dinamakan
Sandhusen (2000) sebagai Buyer’s Black Box.
Religiusitas
Religiusitas merupakan kecenderungan seseorang dalam bersikap karena
adanya pengaruh kepercayaan (agama). Agama merupakan dasar motivator
internal dalam hidup seseorang. Agama merupakan bagian dari kehidupan dan
sumber harapan. Kecenderungan seseorang melekat atau secara praktiknya
terlihat dari pelaksanaan aturan dalam agama, yang disebut religiusitas. Ada dua
macam religiusitas, yakni religiusitas intrinsik dan ekstrinsik. Religiusitas
intrinsik adalah terkait dengan pengalaman keagamaan seseorang dalam
mempengaruhi kehidupannya, sedangkan religiusitas ekstrinsik berkenaan
dengan bagaimana seseorang akan menggunakan aturan agama dalam mencapai
tujuan-tujuan hidupnya seperti melaksanakan ibadah-ibadah dalam agamanya,
Salmanpour dan Issazadegan (2012). Religiusitas menurut Brotheridge dan Lee
(2010) juga merupakan pusat kekuatan yang membentuk kebiasaan manusia.
Religiusitas memegang peran penting karena berkaitan dengan kebiasaan
sosial seseorang, hal ini dikarenakan agama mengajarkan kepada pemeluknya
untuk selalu berbuat baik dalam setiap sisi kehidupan sehingga pemeluk suatu
agama sejati memiliki emosi yang lebih stabil daripada orang yang menyimpang
dari agama Ventis (1995). Pemahaman dan kebiasaan seorang muslim untuk
membayar zakat dipengaruhi oleh religiusitas.

10
Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya terkait zakat oleh
beberapa pihak dan dalam penelitian ini ada beberapa hasil peneltian tersebut
digunakan sebagai rujukan dalam pengembangan materi. Penelitian Wahid et al
(2005) tentang Kesadaran Membayar Zakat Pendapatan di Malaysia dengan
menggunakan analisis regresi logistik multivariat untuk menguji tiga belas
faktor-faktor demografi yang mungkin memengaruhi atau tidak memengaruhi
individu muslim untuk menunaikan zakat penghasilan. Kuesioner dibagikan
kepada 2 500 individu muslim dalam setiap negara bagian di Malaysia
menggunakan metode random sampling. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa terdapat lima faktor yang signifikan memengaruhi pembayaran zakat.
Faktor-faktor ini meliputi usia, status perkawinan, tingkat pendidikan, tingkat
pendapatan, dan mekanisme pembayaran zakat melalui pemotongan gaji
langsung.
Hasil penelitian Fatah (2006) tentang Faktor-faktor yang Mempengaruhi
preferensi para Wajib Zakat Profesi di lingkungan PT. Pertamina (persero)
dengan menggunakan analisis diskriminan menunjukkan bahwa variabel
pengetahuan agama dan kualitas manajemen BAZMA (BAZ Pertamina)
berpengaruh signifikan terhadap preferensi karyawan muslim pertamina.
Variabel pendidikan, pendapatan, usia, dan status marital tidak mempengaruhi
preferensi karyawan muslim Pertamina.
Pada penelitian Rouf (2011) tentang Analisis Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Minat Masyarakat Membayar Zakat di Rumah Zakat Semarang
menggunakan metode analisis regresi berganda menunjukkan bahwa variabel
kepercayaan, religiusitas, dan pendapatan berpengaruh terhadap minat
masyarakat dalam membayar zakat melalui Rumah Zakat Cabang Semarang.
Penelitian yang dilakukan oleh Beik dan Mukhlis (2012) tentang
Economic Estimation and Determination of Zakat Potential in Indonesia dengan
menggunakan analisis diskriminan menyebutkan bahwa faktor-faktor yang
berpengaruh secara signifikan terhadap muzaki untuk membayar zakat adalah
keimanan, rela berkorban, kebermanfaatan, kepuasan diri, dan kelembagaan
pengelola zakat.
Menurut Maroah (2010) pada jurnal Zakat and Empowering yang
diterbitkan oleh IMZ dengan judul Pemberdayaan Zakat Profesi di Lingkungan
Sekolah, menunjukkan bahwa tingkat kesadaran dan pemahaman tentang zakat
profesi di sekolah masih bervariasi, dukungan aspek regulasi tidak serta merta
meningkatkan dan mendorong pemahaman dan kesadaran berzakat, dan perlu
ada terobosan-terobosan inovatif secara terus menerus terkait kesadaran dan
pemahaman zakat, terutama zakat profesi terus meningkat sehingga penuaian
zakat profesi di lingkungan sekolah berjalan optimal dan fungsional.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah pada
penelitian ini menggunakan analisis regresi logistik untuk menguji variabel
religiusitas, pengetahuan tentang zakat, pelayanan LAZ IPB, dan unsur
demografi yang memengaruhi perilaku berzakat pegawai IPB. Dari penelitian
Wahid et al (2005) dan Rouf (2011) menunjukkan jika variabel pendapatan
berpengaruh signifikan terhadap perilaku dan kesadaran berzakat masyarakat.
Pada penelitian Ridha (2004) menujukkan bahwa tingkat religiusitas

11
memmengaruhi sikap dan perilaku bersedekah seseorang. Pada penelitian Beik
(2012) menunjukkan bahwa manajemen kelembagaan pengelola zakat
berpengaruh signifikan pada muzaki untuk membayar zakat.
Kerangka Pemikiran
Potensi perolehan zakat penghasilan pegawai PNS di IPB yang mencapai
2.4 milyar rupiah per tahun masih belum dicapai oleh LAZ IPB. Hal ini bisa
dikarenakan beberapa faktor seperti religiusitas, pengetahuan tentang zakat,
pelayanan LAZ IPB, dan jumlah pendapatan pegawai. Penerimaan dana zakat
dapat ditingkatkan jika LAZ IPB mengetahui preferensi pegawai IPB dalam
berzakat profesi penghasilan. Kebiasaan membayar zakat penghasilan secara
rutin dapat mendukung program kesejahteraan

Perilaku Membayar Zakat PNS di
Lingkungan IPB

Tidak Berzakat

Berzakat

Melalui
LAZ IPB

Faktor-faktor
yang
Memengaruhi Preferensi
Berzakat Pegawai
1. Religiusitas
2. Pengetahuan
3. Pelayanan
LAZ
IPB
4. Demografi

Di Luar
LAZ IPB

Regresi Logistik
Gambar 1 Kerangka Pemikiran

Hipotesis
Berdasarkan teori yang telah dijelaskan, maka hipotesis dalam penelitian
ini adalah adalah preferensi pegawai IPB dalam menyalurkan zakat profesi
melalui UPZ LAZ IPB, atau diluar LAZ IPB. Oleh karena itu hipotesis
dinyatakan dalam pernyataan:
1. Semakin tinggi tingkat religiusitas seorang pegawai IPB, maka semakin
besar peluangnya untuk membayar zakat melalui UPZ LAZ IPB

12
2.
3.
4.

Semakin baik pengetahuan agama pegawai IPB, maka semakin besar
peluangnya untuk membayar zakat profesi melalui UPZ LAZ IPB
Semakin baik pelayanan UPZ LAZ IPB, semakin besar peluang untuk
membayar zakat profesi melalui UPZ LAZ IPB
Partisipasi berzakat dipengaruhi oleh demografi (pendidikan,
pendapatan, jabatan, gender, dan lama kerja).

METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kampus Institut Pertanian Bogor dengan
objek penelitian adalah pegawai IPB yaitu tenaga pendidik dan tenaga
kependidikan yang sudah berstatus PNS. Penelitian ini dilakukan pada 1 April
2014 hingga 7 Juni 2014.
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data
diperoleh dari hasil wawancara dengan muzaki (pegawai berstatus PNS) yang
membayarkan zakatnya melalui UPZ LAZ IPB dan pegawai yang tidak
membayarkan zakatnya melalui UPZ LAZ IPB. Data sekunder digunakan untuk
melengkapai data primer. Sumber data lain yang digunakan dalam penelitian ini
didapatkan melalui hasil riset pustaka (library research). Informasi-informasi
pendukung dari berbagai media cetak maupun elektronik juga membantu
penyediaan data penelitian ini.
Metode Pengumpulan Data
Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Purposive
Sampling. Pengambilan sampel dilakukan secara sengaja kepada pegawai
dengan status PNS IPB yang sudah berzakat melalui UPZ LAZ IPB dan yang
tidak berzakat melalui UPZ LAZ IPB. Popolasi pada penelitian sebesar 2 044,
dan dalam penelitian ini menggunakan sampel sebesar 54 orang, dengan 32
orang yang merupakan 10% dari 315 pegawai yang menjadi muzaki tetap di
UPZ LAZ IPB dan 22 orang pegawai IPB yang bukan muzaki di UPZ LAZ IPB.
Metode Pengolahan dan Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
dua pendekatan, yaitu pendekatan analisis kuantitatif dan pendekatan analisis
kualitatif. Pendekatan analisis kuantitatif digunakan untuk menampilkan data
dalam bentuk tabel, sedangkan pendekatan analisis kualitatif digunakan untuk
mengumpulkan data-data fakta dari hasil wawancara dan kuesioner yang didapat
dari muzaki. Metode pengolahan data menggunakan analisis regresi logistik.

13
Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Variabel yang dianalisis dalam penelitiaan ini didefinisikan sebagai
berikut:

Variabel
Religiusitas
(X1)

Pengetahuan
(X2)

Tabel 3 Variabel Penelitian
Definisi Operasional Indikator
dan Pengukuran Data
Religiusitas
1. Percaya Allah
merupakan
2. Selalu
internalisasi nilai-nilai
melaksanakan
agama pada kebiasaan
kewajiban
dan tingkah laku
sebagai seorang
seseorang
dan
Muslim
dihitung
3. Menghindari
menggunakan
skor.
hal-hal
yang
Semakin besar skor
dilarang
oleh
religiusitas, semakin
agama
religius
seseorang
untuk
kesadaran
membayar zakat.
(Diukur menggunakan
skala Likert)

Referensi
The Centrality
of Religiosity
Scale (Hubler
2012)
dan
(QS.
Al
Mu’minun
[23]: 3-4)

Pengetahuan agama 1. Membayar zakat Alhasanah
seorang
Muslim,
setiap tahun
(2011)
khususnya
terkait 2. Mengetahui
pentingnya membayar
posisi
zakat
zakat.
dalam Islam
(Diukur menggunakan 3. Mengetahui cara
skala Likert)
menghitung
zakat
4. Mengetahui
harta
yang
menjadi
objek
pajak

Pelayanan UPZ Terkait
kemudahan 1. Fasilitas
Rulian (2014)
LAZ IPB(X3)
dalam
membayar
pengurang gaji
zakat melalui UPZ
(autodebet) yang
LAZ IPB
mudah
Diukur menggunakan 2. Sosialisasi zakat
skala Likert
langsung kepada
pegawai
Layanan
pengumpulan
zakat

14

Pendapatan
(X4)

Usia (X5)
Jabatan (X6)

Tabel 3 Variabel Penelitian (lanjutan)
Jumlah
pendapatan Honorarium
yang
didapatkan
pegawai IPB
Diukur dari jumlah
pendapatan
Umur responden
Diukur dari umur
Jabatan kerja (tenaga
pendidik/
tenaga
kependidikan)
Status perkawinan

Status
Pernikahan (X7)
Gender (X8)
Jenis kelamin (lakilaki/ perempuan)
Preferensi (Y)
Dorongan
Motif sosial
internal dan eksternal Faktor Emosional
yang berhubungan
dengan sikap untuk
memutuskan
memenuhi
kewajiban zakat.

Model dan Analisis Data
Model logit dalam penelitian ini digunakan untuk menganalisis faktorfaktor yang memengaruhi muzaki dalam memilih pengelola zakat. Model logit
diturunkan berdasarkan fungsi peluang logistik kumulatif yang dispesifikasikan
sebagai berikut (Juanda 2009):
..............................................(1)
Keterangan:
=
α
β
X1
X2
X3
X4
X5
X6
X7
X8
X9

=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=

Preferensi pegawai untuk memilih tempat membayar zakat (1 jika
memilih UPZ LAZ IPB, 0 jika tidak memilih UPZ LAZ IPB)
Intersep
Parameter peubah Xi
Religiusitas
Pengetahuan
Pelayanan
Pendapatan
Usia
Jabatan
Status pernikahan
Jenis kelamin (dummy laki-laki = 1, perempuan =0)
Pendidikan

15
Odd Ratio adalah rasio peluang terjadinya pilihan 1 (memilih UPZ LAZ
IPB) terhadap peluang terjadinya pilihan 0 (tidak memilih UPZ LAZ IPB). Nilai
odds menjadi suatu nilai indikator kecenderungan muzaki untuk menentukan
pilihan 1 (memilih UPZ LAZ IPB). Nilai odds semakin besar menandakan
bahwa peluang muzaki untuk memilih UPZ LAZ IPB semakin besar. Hubungan
antara parameter dan odds ratio yaitu:
Odds Ratio =
Keterangan:
=

...................................................................................(2)

Rasio peluang terjadi pilihan 1

HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum
Awal pembentukan Unit Pengumpul Zakat Lembaga Amil Zakat Institut
Pertanian Bogor (UPZ LAZ IPB) digagas oleh sekelompok pegawai IPB yang
saling membantu mengumpulkan zakat saat bulan Ramadhan dan menyalurkan
kepada fakir miskin sekitar kampus. Pada tahun 2003 UPZ LAZ IPB menjadi
lembaga non struktural yang terdaftar di lingkungan Kampus IPB, kemudian
pada tahun 2012 mendapatkan legalisasi dari BAZNAS. Saat ini UPZ LAZ IPB
memiliki 315 anggota tetap yang menyalurkan zakat penghasilan setiap
bulannya.
Alamat UPZ LAZ IPB di Jalan Lingkar Akademik Gedung Al Hurriyyah
lantai 1 Komplek Kampus IPB Dramaga Bogor. UPZ LAZ IPB memiliki visi
terwujudnya masyarakat kampus yang peduli, terdidik, dan berdaya saing. Misi
LAZ IPB adalah (1) Berperan aktif dalam penghimpunan dana ZISWAF. (2)
Menyelenggarakan manajemen keuangan yang transparan dan akuntabel. (3)
Mengembangkan program berbasis pendidikan dan pemberdayaan ekonomi. (4)
Memberikan pelayanan kepada masyarakat yang membutuhkan. (5) Membangun
jaringan kerja sama dengan berbagai pihak. UPZ LAZ IPB memiliki pengawas
syariah yaitu dosen dan ulama.
Unit Pengumpul Zakat Lembaga Amil Zakat Institut Pertanian Bogor
(UPZ LAZ IPB) yang didirikan secara resmi sejak tahun 2003 memiliki
beberapa program pengumpulan zakat penghasilan profesi di IPB, diantaranya
melalui AZIP (autodebet zakat IPB), layanan antar-jemput zakat, dan menerima
zakat melalui kantor UPZ LAZ IPB yang berada di lantai 1 masjid Al Hurriyyah
IPB.
Autodebet Zakat IPB (Azip) merupakan sebuah metode pembayaran zakat
terutama zakat profesi melalui mekanisme pendebetan langsung pada rekening
gaji pegawai IPB oleh UPZ LAZ IPB. Program layanan ini baru digunakan pada
tahun 2011. Waktu pendebetan dilakukan sekali setiap bulan setelah gaji
dibayarkan ke rekening gaji tersebut. Sehingga otomatis menjadikan zakat
sebagai pengeluaran belanja pertama dari penghasilan. Jumlah standar yang
didebet adalah 2.5% dari total penghasilan yang diterima dari IPB.

16
Layanan antar jemput zakat dan penyerahan langsung ke kantor UPZ LAZ
IPB dilakukan sejak sebelum Maret 2011. Muzaki yang belum mendaftar Azip
tapi memiliki mobilitas tinggi dapat menggunakan layanan antar jemput zakat
dengan menghubungi pusat info UPZ Lembaga Amil Zakat IPB ke 0812-83837654 .
Penghasilan yang dapat dizakati dan disalurkan melalui UPZ LAZ IPB
antara lain gaji pegawai (termasuk gaji ke-13, rapel gaji, remunerasi gaji), uang
makan, tunjangan struktural, tunjangan sertifikasi dosen, tunjangan kehormatan
guru besar, insentif kinerja, dan tunjangan hari raya. Selain zakat, muzaki juga
bisa mendebet untuk infak dan santunan yatim.
UPZ LAZ IPB memiliki penyaluran zakat utama fii sabilillah, yaitu pelajar
atau mahasiswa, kemudian masyarakat miskin sekitar kampus IPB Dramaga.
UPZ LAZ IPB mengelola zakat menjadi beasiswa untuk pelajar dan membiayai
biaya tak terduga dari mahasiswa. Beberapa program dari zakat yang
dikumpulkan oleh UPZ LAZ IPB antara lain; beasiswa Cendekia (untuk
mahasiswa IPB), beasiswa Birena (untuk pelajar lingkar kampus), bantuan
layanan kesehatan, bantuan pendidikan mualaf, bantuan gaji cleaning service
MKDU, dan kegiatan pengembangan masyarakat sekitar kampus.
Dari keikutsertaan berzakat melalui UPZ LAZ IPB, muzaki akan
memperoleh layanan berupa SMS pemberitahuan pendebetan, laporan
pendebetan tiap bulan, laporan penerimaan dan penggunaan dana UPZ LAZ IPB,
serta bukti setor zakat (BSZ) dari Baznas RI.
Pelayanan di kantor LAZ IPB buka sejak pukul 8.00 hingga 17.00 WIB
setiap hari Senin sampai Jumat. Kantor UPZ LAZ IPB melayani pembayaran
zakat langsung, info tentang zakat, dan pelayanan bagi mustahik.
Kinerja Unit Pengumpul Zakat Lembaga Amil Zakat
Institut Pertanian Bogor
Kinerja Penghimpunan Zakat Profesi IPB
Penghimpunan dana zakat profesi di UPZ LAZ IPB pada tiga tahun
terakhir mengalami peningkatan yang signifikan namun masih jauh dari potensi
zakat profesi sebesar 2.4 milyar rupiah per tahun. Selain dana zakat penghasilan,
dana infak dan wakaf yang disalurkan melalui UPZ LAZ IPB juga mengalami
peningkatan, seperti yang ditunjukkan Tabel 4.
Tabel 4 Perkembangan Dana Zakat Infak Wakaf UPZ LAZ IPB 2011-2014
Uraian
Zakat
Infak
Wakaf
Total Penerimaan
Pertumbuhan

Jumlah Penerimaan ( Juta Rupiah)
Tahun 2011
Tahun 2012
160
600
40
60
200
660
275%

Sumber: UPZ LAZ IPB 2014 (diolah)

Tahun 2013
750
130
95
975
62.5%

17
Penerimaan zakat profesi setiap tahunnya mengalami peningkatan. Pada
tahun 2011 sebesar 160 juta rupiah pada tahun 2012 mengalami perkembangan
sebesar 275% dari menjadi 600 juta rupiah. Penerimaan zakat penghasilan pada
tahun 2013 juga mengalami peningkatan menjadi 750 juta rupiah. Dana infak
yang dihimpun oleh UPZ LAZ IPB juga mengalami peningkatan setiap tahunnya.
Penerimaan infak pada tahun 2011 sebesar 40 juta rupiah meningkat menjadi 60
juta rupiah pada tahun 2012 dan menjadi 130 juta rupiah pada tahun 2013.
Total penerimaan zakat dan infak pada tahun 2011 adalah sebesar 200
juta rupiah. Penerimaan zakat dan infak pada tahun 2012 sebesar 660 juta rupiah.
Jumlah penerimaan pada tahun 2013 mengalami peningkatan menjadi 975 juta
rupiah dengan adanya tambahan penerimaan dana wakaf sebesar 95 juta rupiah.
Hal ini menunjukkan bahwa dana sosial keagamaan di Institut Pertanian Bogor
mengalami peningkatan setiap tahunnya dan kesadaran untuk berbagi
masyarakat kampus meningkat.
Muzaki Lembaga Amil Zakat Institut Pertanian Bogor
Pada kurun waktu 2003 hingga 2013 terdapat peningkatan jumlah
perolehan dana zakat profesi penghasilan di IPB, namun jumlah muzaki yang
menyalurkan zakatnya melalui UPZ LAZ IPB tidak mengalami peningkatan
yang signifikan.
Tabel 5 Perkembangan Jumlah Muzaki UPZ LAZ IPB
Jumlah Muzaki
Pertumbuhan (%)

2011
221

Tahun
2012
261
18.9

2013
313
19.9

Sumber: LAZ IPB (2014)

Tabel 5 menunjukkan bahwa jumlah muzaki dalam tiga tahun terakhir
selalu mengalami peningkatan. Pada tahun 2011 terdapat 221 orang pegawai
PNS IPB yang terdaftar sebagai muzaki zakat penghasilan di UPZ LAZ IPB.
Jumlah ini mengalami peningkatan sebesar 18.9% atau setara 40 orang muzaki
pada tahun 2012 menjadi 261 orang muzaki dari pegawai PNS. Jumlah muzaki
mengalami peningkatan sebesar 19.92% pada tahun 2013 dengan adanya
tambahan 52 orang muzaki.
Pendayagunaan Zakat Penghasilan Profesi UPZ LAZ IPB
Zakat profesi dari pegawai IPB yang terkumpul selanjutnya dikelola
untuk dibagi ke mustahik dengan beberapa pola seperti pembiayaan usaha
produktif, pemenuhan konsumsi mustahik, pendidikan, kesehatan, dan
infrastruktur. Prosentase terbesar pengelolaan dana zakat penghasilan profesi
disalurkan untuk pola konsumtif dan pendidikan. Pendayagunaan dan
pendistribusian zakat ini diatur dalam UU No. 23/ 2011 Bab III tentang
Pengumpulan, Pendistribusian, Pendayagunaan, dan Pelaporan zakat.
Pola produktif disalurkan untuk kegiatan usaha ekonomi sekitar kampus.
Pola konsumtif digunakan untuk bingkisan lebaran (ekspansi zakat fitrah),
bantuan operasional masjid, operasional dakwah, serta program pelayanan dan
pendampingan mustahik (P3M). Bantuan pendidikan untuk disalurkan sebagai

18
Beasiswa Cendekia IPB (mahasiswa IPB S1 dan D3), Beasiswa Birena (pelajar
dhuafa lingkar kampus), Beasiswa Sehati (pelajar SMA/K yatim), dan bantuan
untuk SPP mahasiswa. Pola kesehatan disalurkan untuk membantu biaya berobat
mahasiswa dan masyarakat sekitar kampus. Pembangunan infrastruktur
digunakan untuk memperbaiki infrastruktur masjid.
Tabel 6 Pendayagunaan Zakat Penghasilan Tahun 2011-2013
Pola
2011
2012
2013
Pendayagunaan Penerima Jumlah
Penerima Jumlah
Penerima Jumlah
Manfaat
(Ribu
Manfaat
(Ribu
Manfaat
(Ribu
(orang)
Rupiah) (orang)
Rupiah) (orang)
Rupiah)
Pola produktif: 1
2 000
7
6 000
3
8000
disalurkan
untuk kegiatan
usaha ekonomi
Pola konsumtif 406
264 000
408
640 000 607
485 750
Bantuan
300
15 000
300
15 000 456
20 000
pangan, pakaian
dan
tempat
tinggal
Pendidikan
90
240 000
90
310 000 120
440 250
Kesehatan
10
9 0