Persamaan Penduga Volume Pohon Pinus dan Agathis di Hutan Pendidikan Gunung Walat

PERSAMAAN PENDUGA VOLUME POHON PINUS DAN AGATHIS
DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT

WIWID ARIF PAMBUDI

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Persamaan Penduga
Volume Pohon Pinus dan Agathis di Hutan Pendidikan Gunung Walat adalah benar
karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa
pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
disertasi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2014
Wiwid Arif Pambudi
NIM E14070008

ii

ABSTRAK
WIWID ARIF PAMBUDI. Persamaan Penduga Volume Pohon Pinus dan Agathis
di Hutan Pendidikan Gunung Walat. Dibimbing oleh MUHDIN.
Pengukuran atau pendugaan volume pohon dalam kegiatan inventarisasi
hutan diperlukan dalam penyusunan rencana pengusahaan hutan untuk mengetahui
potensi massa (volume) tegakan. Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji
kemungkinan untuk memperoleh persamaan penduga volume pohon gabungan
antara Pohon Pinus (Pinus merkusii Jungh et de Vriese) dan Pohon Agathis (Agathis
loranthifolia R.A. Salisbury) di Hutan Pendidikan Gunung Walat. Penggabungan
tersebut didasarkan pada kemiripan pola bentuk batang dari kedua jenis pohon
tersebut. Hasil dari analisis penyusunan model menunjukkan bahwa persamaan
Power Fit merupakan model persamaan terbaik dalam menduga volume gabungan
pohon pinus dan agathis. Hasil uji validasi juga memperlihatkan bahwa model

Power Fit tersebut secara statistik tidak menunjukkan perbedaan yang nyata
dibandingkan model penduga volume untuk masing-masing jenis pohon pinus dan
agathis. Selain itu, model penduga volume pohon gabungan dengan menggunakan
model Power Fit ini jauh lebih ringkas dan sederhana dibandingkan kedua model
lainnya tersebut.
Kata kunci: agathis, gunung walat, penduga volume pohon, pinus.

ABSTRACT
WIWID ARIF PAMBUDI. Estimating Tree Volume Equation for Pinus and
Agathis in Gunung Walat Educational Forest. Supervised by MUHDIN.
Measurement or estimation of the tree volume in a forest inventory is required
in the preparation of forest management plans to determine the potential mass
(volume) of the standing stock. The aim of this study is to investigate the possibility
to get a combined equation in estimating the volume of pinus and agathis in
Gunung Walat Educational Forest. This combined equation is based on the
similarity in the pattern of the stem shape of both types of trees. The results of this
study show that the Power Fit equation model is the best equation model in
predicting the combined volume of pinus and agathis. The result of validation test
shows that Power Fit equation has no statistically significant difference compared
to the volume estimator models for each type of pinus and agathis. In addition, this

combined volume estimator model by using Power Fit estimation is more concise
and simple than both previous models.
Keywords: agathis, gunung walat, pinus, tree volume estimation.

PERSAMAAN PENDUGA VOLUME POHON PINUS DAN AGATHIS
DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT

WIWID ARIF PAMBUDI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Manajemen Hutan

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014


© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa
mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk
kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan,
penyusunan kritik, dan peninjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak
merugikan IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya
tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.

Judul Skripsi : Persamaan Penduga Volume Pohon Pinus dan Agathis di Hutan
Pendidikan Gunung Walat
Nama
: Wiwid Arif Pambudi
NIM
: E14070008

Disetujui oleh


Dr. Ir. Muhdin, M.Sc. F. Trop
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Ahmad Budiaman, M.Sc. F. Trop
Ketua Departemen

Tanggal Lulus: 18 Juli 2014

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam
penelitian yang dilaksanakan ini adalah pendugaan volume pohon, dengan judul
Pendugaan Volume Pohon Pinus dan Agathis di Hutan Pendidikan Gunung Walat.
Terima kasih penulis ucapkan kepada:
1. Bapak Dr. Ir. Muhdin, M.Sc.F.Trop selaku pembimbing atas segala
arahan dan bimbingan dalam penyelesaian skripsi ini,
2. Ibu Dra. Sri Rahaju, M.Si selaku ketua sidang dan Ibu Dr. Ir. Noor
Farikhah Haneda, M.Si selaku wakil Departemen Silvikultur dalam ujian
komprehensif,

3. Keluarga tercinta Bapak Dalminudin S.P., Ibu Titi Suhartini, dan AdikAdikku Dhoni Agung Riyadi, Diana Tri Widiyastuti, dan Catur Yoga
Prasetyo sebagai sumber semangat bagi penulis dalam menjalani
kehidupan. Terima kasih atas cinta kasih, semangat, dan doa yang
senantiasa diberikan untuk penulis,
4. Dina Nurdinawati, S.Kpm, M.Si, atas perhatian, semangat, dan doa yang
selalu diberikan untuk penulis.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juli 2014
Wiwid Arif Pambudi

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang

1
Tujuan Penelitian
2
Manfaat Penelitian
2
TINJAUAN PUSTAKA
3
Pinus (Pinus merkusii Jungh et de Vriese)
3
Agathis (Agathis loranthifolia R. A. Salisbury)
3
Dimensi Individu Pohon
4
Penentuan Volume Pohon
5
Persamaan Penduga Volume Pohon
5
METODE
6
Jenis dan Sumber Data

6
Alat dan Bahan
6
Penentuan Sampel Penelitian
6
Analisis Data
6
HASIL DAN PEMBAHASAN
10
Statistik Pohon Contoh Gabungan
10
Pemilihan Persamaan Terbaik
10
Perbandingan Antara Model Terbaik Gabungan dengan Model dari Hasil
Penelitian Sebelumnya
12
KESIMPULAN
15
DAFTAR PUSTAKA
16

RIWAYAT HIDUP
17

vi

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5

6

Halaman
Analisis kergaman pengujian persamaan regresi (ANOVA)
7
Sebaran data pohon contoh untuk penyusunan dan validasi model
10
Statistik hasil penyusunan model

11
Peringkat persamaan penyusunan model
12
Perbandingan hasil uji validasi model terbaik gabungan dengan model
terbaik penelitian sebelumnya dengan pemisahan set data Pinus dan
Agathis
13
Perbandingan hasil uji validasi model terbaik gabungan dengan model
terbaik penelitian sebelumnya dengan penggabungan set data Pinus dan
Agathis
14

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Hutan merupakan salah satu sumberdaya alam yang besar peranannya dalam
berbagai aspek kehidupan baik aspek ekonomi, sosial, pembangunan dan
lingkungan. Hutan dan ekosistemnya sebagai modal dasar pembangunan nasional
dengan keanekaragaman flora dan fauna yang dapat memberikan manfaat bagi

kehidupan manusia. Kawasan hutan alam mengalami penurunan yang cukup
signifkan, hal ini seiring juga terjadinya penurunan dari segi kualitas hutan sebagai
fungsinya. Menurut Reksohadiprojo (1994), pentingnya hutan bagi kehidupan
sosial ekonomi suatu masyarakat kini dirasakan semakin meningkat, hal ini
menuntut kesadaran untuk mengelola sumber daya hutan tidak hanya dari segi
finansial saja namun diperluas menjadi pengelolaan sumber daya hutan secara utuh.
Sebagai salah satu modal dasar pembagunan nasional, maka hutan tersebut harus
terjaga kelestariannya agar kelak manfaat hutan tidak hanya dirasakan di masa
sekarang, tetapi juga untuk generasi yang akan datang. Oleh sebab itu, sumber daya
hutan ini perlu dikelola dengan baik dan tepat agar manfaat dan hasilnya dapat
dirasakan secara maksimal dan tetap lestari.
Perencanaan yang tepat dan baik sangat diperlukan agar pelaksanaan
pengelolaan hutan dapat berjalan lancar, sesuai yang diharapkan, yaitu berdasarkan
prinsip-prinsip kelestarian, di mana hutan selalu ada, produksi selalu ada, dan
kondisinya selalu baik. Zaitunah (2004) mengemukakan bahwa perencanaan
merupakan tahapan penting dalam mewujudkan tujuan dari pengelolaan hutan
lestari. Perencanaan yang baik menjadikan pengelolaan hutan terarah dan
terkendali, baik dalam awal pengelolaan hutan maupun kegiatan monitoring dan
evaluasi kegiatan.
Salah satu kegiatan yang termasuk ke dalam perencanaan hutan adalah
inventarisasi hutan. Inventarisasi hutan adalah kegiatan dalam sistem pengelolaan
hutan untuk mengetahui kekayaan yang terkandung di dalam suatu hutan pada saat
tertentu (Simon 2007). Dengan melakukan inventarisasi hutan akan diketahui
kualitas dan kuantitas pohon serta tegakan di hutan serta berbagai karakteristik
tempat tumbuhnya.
Kegiatan pengelolaan hutan memerlukan informasi tentang potensi tegakan
yang dapat diproduksi untuk dapat memenuhi kebutuhan kayu di pasaran. Informasi
mengenai potensi tegakan hutan ini berkaitan dengan pengukuran volume kayu,
baik secara langsung maupun tidak langsung. Pada dasarnya ada dua macam cara
untuk menaksir volume kayu, yaitu penaksiran secara langsung dan tidak langsung.
Penaksiran secara langsung dilakukan dengan mengukur parameter individu pohon
di lapangan, kemudian dihitung volumenya dengan menggunakan metode grafis
atau rumus. Untuk pekerjaan inventarisasi hutan, metode ini memerlukan waktu
lama dan biaya menjadi mahal. Penaksiran volume secara tidak langsung dilakukan
dengan menggunakan tabel volume. Cara inilah yang paling banyak dipakai dalam
inventarisasi hutan.
Pengukuran atau pendugaan volume pohon dalam kegiatan inventarisasi
hutan diperlukan dalam penyusunan rencana pengusahaan hutan untuk mengetahui
potensi massa (volume) tegakan. Namun, untuk mengetahui potensi tegakan berdiri
relatif sulit sehingga diperlukan alat bantu dalam inventarisasi hutan untuk

2

menduga potensi tegakan yang praktis digunakan di lapangan dan memperkecil
kesalahan yang terjadi dalam pengukuran. Alat bantu inventarisasi hutan untuk
menduga potensi tegakan yang dapat digunakan dengan praktis adalah tabel volume
pohon. Tabel volume tersebut bermanfaat untuk menduga volume pohon tanpa
harus merebahkannya dengan tingkat ketepatan yang cukup baik.
Pada penelitian ini, pendugaan volume pohon tidak dilakukan secara
langsung dengan mengukur pohon contoh di lapangan, melainkan menggunakan
penelusuran data sekunder yang merupakan hasil penelitian terdahulu dari
Wardasanti (2011) yang melakukan penelitian pendugaan volume pohon pinus dan
Siagian (2011) yang melakukan penelitian pendugaan volume pohon agathis.
Mengingat kedua pohon tersebut tergolong ke dalam divisi yang sama yakni
Konifer (tanaman berdaun jarum) dan memiliki kemiripan pola bentuk batang,
maka dimungkinkan dapat dilakukan penyederhanaan dalam menduga volume
kedua jenis pohon tersebut, dengan menggabungkannya menjadi satu model
persamaan.
Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji kemungkinan untuk memperoleh
persamaan penduga volume pohon gabungan antara Pohon Pinus (Pinus merkusii
Jungh et de Vriese) dan Pohon Agathis (Agathis loranthifolia R .A. Salisbury) di
Hutan Pendidikan Gunung Walat.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian berupa tabel volume dapat digunakan untuk keperluan
penaksiran volume batang kayu untuk pohon jenis Pinus dan pohon Agathis di areal
Hutan Pendidikan Gunung Walat tanpa harus memisahkan persamaan untuk tiaptiap jenis pohon dalam divisi ini.

3

TINJAUAN PUSTAKA
Pinus (Pinus merkusii Jungh et de Vriese)
Menurut Martawijaya et al. (2005), pinus dapat tumbuh pada tanah jelek
dan kurang subur, pada tanah berpasir dan tanah berbatu, tetapi tidak dapat tumbuh
dengan baik pada tanah becek. Jenis ini menghendaki iklim basah sampai agak
kering dengan tipe curah hujan A sampai C, pada ketinggian 200-1.700 m dari
permukaan laut, kadang-kadang tumbuh di bawah 200 m dan mendekati daerah
pantai (Aceh Utara). Penyebaran pinus di Asia Tenggara menyebar di wilayah
Burma, Thailand,Laos, Kamboja, Vietnam, Indonesia (Sumatra), dan Filipina (P.
Luzon dan Mindoro). Sedangkan di Indonesia, pinus tersebar di beberapa wilayah
diantaranya di Pulau Jawa, Pulau Sumatera (Aceh, Tapanuli, dan Kerinci), dan
Sulawesi Selatan. Di tegakan alam Sumatera (Aceh, Tapanuli dan Kerinci), tidak
satu bulanpun curah hujan kurang dari 50 mm, artinya tidak ada bulan kering. Suhu
tahunan rata-rata 19-28°C (Hidayat dan Hansen 2001).
Pinus merupakan pohon besar, berbatang lurus, dan silindris. Tinggi pohon
dapat mencapai 30 m dengan diameter 60-80 cm. Tegakan tua bisa mencapai tinggi
45 m dengan diameter mencapai 140 cm. Tajuk pohon muda berbentuk piramid,
setelah tua lebih rata dan tersebar. Kulit pohon muda abu-abu, sesudah tua berwarna
gelap, alur dalam. Terdapat 2 jarum dalam satu ikatan, dengan panjang 16-25 cm.
Pohon berumah satu, bunga berkelamin tunggal. Bunga jantan berbentuk strobili,
panjang 2-4 cm, terutama di bagian bawah tajuk (Hidayat dan Hansen 2001).
Menurut Martawijaya et al. (2005), kayu pinus memiliki sifat fisis di
antaranya memiliki berat jenis 0,55 gram cm-3 (0,40 gram cm-3 -0,75 gram cm-3) dan
termasuk kelas kuat III. Untuk kegunaan dan manfaat kayu pinus menurut Hidayat
dan Hansen (2001), kayu pinus dapat dipergunakan untuk berbagai keperluan,
seperti: konstruksi ringan, mebel, pulp, korek api dan sumpit. Pohon pinus sering
disadap getahnya, pohon tua dapat menghasilkan 30-60 kg getah, 20-40 kg resin
murni dan 7-14 kg terpentin per tahun.
Agathis (Agathis loranthifolia R. A. Salisbury )
Agathis loranthifolia R. A. Salisbury terdapat di Sumatera, Kalimantan,
Sulawesi, Maluku, dan Irian Jaya. Damar tumbuh di hutan primer, yang adakalanya
membentuk tegakan hampir murni, biasanya di bukit-bukit pada ketinggian 100-1500
m dpl. Pertumbuhannya biasanya terpencar atau kadang-kadang mengelompok secara
lokal. Jenis ini sudah banyak ditanam di Jawa Barat dan Jawa Tengah dan mempunyai
pertumbuhan yang cepat. Pembiakan biasanya dilakukan dengan biji (LIPI 1980). Jenis
ini juga dapat tumbuh pada dataran rendah yakni tanah berbatu seperti pasir podzolik
(pada hutan kerangas), ultrabasa, tanah kapur, dan batuan endapan. Agathis
memerlukan drainase yang baik dan tumbuh pada kondisi tanah dengan pH 6,0–6,5
serta tahan terhadap tanah berat (heavy soil) dan keasaman. Pembudidayaan sekarang
baru terbatas di daerah Jawa Barat dan Jawa Tengah dengan luas yang relatif masih
kecil. Mengingat bahwa nilai kayu serta kecepatan tumbuh yang tinggi, jenis ini perlu
dibudidayakan lebih luas lagi (LIPI 1980).
Agathis loranthifolia memiliki ukuran pohon yang besar dengan tinggi hingga
65 meter dan diameter 1,6 meter. Batang lurus, cenderung silindris, tidak memiliki
banir, dengan cabang besar yang sering mencuat ke atas dan tidak beraturan. Kulit
batang berwarna abu-abu muda hingga coklat kemerahan, mengelupas dalam serpihan

4

besar tipis, berbentuk tidak beraturan dan biasanya luka karena resin. Kayu gubal
berwarna putih hingga kecoklatan. Daun Agathis loranthifolia berhadapan, bundar
telur, panjang 6-8 cm, lebar 2-3 cm, pangkal daun membaji, ujung runcing, tulang daun
sejajar. Bunga jantan dan betina berada pada tandan yang berbeda pada pohon yang
sama (berumah satu). Kerucut betina berbentuk elips hingga bundar berukuran (6-8,5)
x (5,5-6,5) cm, terdiri dari sayap berukuran (30-40) x (20-25) mm, berbentuk segitiga
kasar, batas bagian ujung membulat, sisinya rata, panjang 3-4 cm, diameter melintang
10 mm. Tangkai dari kelompok atau sebagian kerucut jantan memanjang hingga 4 mm,
bersifat permanen atau menyatu dengan dasarnya. Diameter melintang microsporophyl
berukuran hingga 2 mm, bagian ujung membulat. Kerucut jantan berwarna hijau
sampai hijau cerah dan berubah menjadi coklat saat masak dan pelepasan serbuk sari.
Serbuk sari tidak bersayap berdiameter 20,16-50,4 mikron (Sudrajat & Nurhasybi
2001).
Damar mempunyai kayu yang ringan dan lembek sehingga mudah dikerjakan.
Berat jenisnya 0,4 dengan kelas kekuatan IV dan kelas keawetan III. Di iklim tropik
kayu ini tidak berapa awet, tetapi dapat diawetkan dengan bahan kimia dan tahan
terhadap serangan bubuk. Teras dan gubalnya berwarna kuning muda sampai kuning
coklat dan bila kering berwarna coklat keemasan yang menarik dan indah. Kayu damar
baik sekali untuk digunakan sebagai panil-panil dalam rumah dan perabot rumah
tangga, kayu lapis, finir, rangka pintu dan jendela, bahan pembungkus, alat olahraga
dan musik, korek api, potlot dan kertas (LIPI 1980).
Bagian dalam kulit kayunya mengeluarkan resin bening, disebut kopal, yang
berperan penting dalam pembuatan plitur dan dahulu digunakan dalam pembuatan
minyak pelapis lantai dan dapur yang dapat dibersihkan dengan dicuci (LIPI 1980).
Dimensi Individu Pohon

a. Diameter Pohon
Diameter batang adalah panjang garis antara dua buah titik pada lingkaran di
sekeliling batang melalui titik pusat (sumbu) batang. Besarnya diameter bervariasi
menurut ketinggian dari permukaan tanah. Oleh karena itu dikenal diameter setinggi
dada atau diameter at breast height (dbh) yaitu diameter yang diukur pada ketinggian
setinggi dada dari permukaan tanah. Di USA, diameter pohon berdiri diukur pada 4,5
feet di atas permukaan tanah, sedangkan pada negara dengan sistem metrik, diameter
pohon berdiri diukur pada ketinggian 1,30 meter dari permukaan tanah. Diameter pada
titik lainnya sepanjang batang pohon sering ditunjukkan dengan: d0,5h = diameter pada
setengah tinggi total, d0,1h = diameter pada 10% total tinggi, d6 = diameter pada
ketinggian 6 m dari permukaan tanah (Husch et al. 2003).
b. Tinggi Pohon
Loetsch, et al. (1973) mendefinisikan tinggi pohon sebagai jarak atau panjang
garis terpendek antara suatu titik pada pohon dengan proyeksinya pada bidang datar.
Dalam inventarisasi hutan, biasanya dikenal beberapa macam tinggi pohon, yaitu:
1. Tinggi total, yaitu jarak vertikal antara pangkal pohon dengan puncak dari pohon
tersebut.
2. Tinggi bebas cabang, yaitu tinggi pohon dari pangkal batang di permukaan tanah
sampai cabang pertama untuk jenis daun lebar atau crown point untuk jenis konifer.
3. Tinggi tunggak, yaitu tinggi pangkal pohon yang ditinggalkan pada waktu
penebangan (Loetsch, et al. 1973).

5

Untuk jenis konifer yang digunakan untuk pulp, tinggi batang yang mempunyai
nilai jual (merchantable) diukur dari permukaan tanah hingga ketinggian pada diameter
batang 10 cm.
Pengukuran tinggi pohon dapat dilakukan secara langsung yakni dengan
memanjat pohon, menggunakan tongkat ukur dan secara tidak langsung dengan
menggunakan alat ukur tinggi pohon (Hypsometer).

Penentuan Volume Pohon
Menurut Husch (1987) volume pohon adalah ukuran tiga dimensi, yang
tergantung dari luas bidang dasar (lbds), tinggi atau panjang batang, dan faktor
bentuk batang.
Menurut Simon (2007) secara alami, volume kayu dapat dibedakan menurut
berbagai macam klasifikasi sortimen. Jenis sortimen kayu yang lazim dipakai
sebagai dasar penaksiran ada lima macam, yaitu:
1. Kayu tunggak, yaitu volume kayu yang terdiri atas akar dan pangkal pohon
sampai ketinggian (tunggak) tertentu.
2. Kayu batang komersial yaitu kayu di atas tunggak sampai batas tertentu yang
masih laku dijual.
3. Kayu cabang komersial, yaitu bagian cabang yang bisa laku dijual.
4. Kayu batang non-komersial, yaitu bagian batang di atas kayu batang komersial.
5. Kayu ranting, yaitu cabang-cabang kecil yang belum laku dijual atau tidak
ekonomis untuk diusahakan.
Simon (2007) menyatakan bahwa persamaan volume dan tabel volume
pohon semestinya disusun dengan sampel yang cukup besar dan hanya berlaku di
daerah pengambilan sampel tersebut. Penyusunan persamaan volume pohon
mengikuti beberapa tahap sebagai berikut:
1. Pemilihan sampel pohon yang cukup banyak jumlahnya dan representatif.
2. Pengukuran variabel bergantung maupun tak bergantung, untuk menyusun
persamaan volume.
3. Menguji berbagai persamaan yang disusun dan memilih salah satu persamaan
yang dianggap paling optimal.
Beberapa persamaan regresi yang dapat digunakan dalam penyusunan tabel
volume pohon ini adalah sebagai berikut (Simon 2007):
V = aDb .............................................................. model Berkhout
V = a + bDb ........................................................ model Kopezky-Gehrhardt
V = a + bD + cD2 ............................................... model Hohenadl-Krenn
V = a(D2T)b ....................................................... model Spurr
V = aD2T2 .......................................................... model Schumacher Hall
V = a + bD2 + cD2T + dT .................................. model Stoate
keterangan:
V = volume pohon (m3)
T = tinggi pohon (m)
D = diameter setinggi dada (cm)
a, b, c, d = konstanta

6

METODE
Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan berupa data diameter setinggi dada (Dbh) dan volume
aktual (V) dari tegakan pohon pinus (Pinus merkusii Jungh et de Vriese ) yang
selanjutnya disebut pinus dan agathis (Agathis loranthifolia R.A. Salisbury) yang
selanjutnya disebut agathis. Data pinus diperoleh dari data penelitian Wardasanti
(2011) sedangkan data agathis yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data
penelitian Siagian (2011). Kedua penelitian tersebut dilakukan di Hutan Pendidikan
Gunung Walat dan data tersebut merupakan koleksi dari Divisi Perencanaan
Kehutanan, Fakultas Kehutanan IPB.
Alat dan Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kumpulan data diameter
setinggi dada (Dbh) dan volume aktual (V) dari tegakan pohon pinus dan agathis.
Alat yang digunakan antara lain: Microsoft Excel 2013 dan program software Curve
Expert untuk membantu perhitungan dan analisis data.
Penentuan Sampel Penelitian
Data contoh meliputi data yang berasal dari 100 pohon pinus dan 100 pohon
agathis. Keseluruhan data contoh dibagi menjadi 2 (dua) set data, yaitu: masingmasing untuk keperluan penyusunan persamaan volume (67 pohon untuk setiap
jenis) dan sisanya untuk validasi persamaan volume yang diperoleh (33 pohon
untuk setiap jenis). Pemilihan pohon contoh untuk masing-masing set data
penyusun persamaan volume maupun untuk validasi dilakukan sedemikian rupa
sehingga memenuhi keterwakilan ukuran diameter terkecil sampai yang terbesar.
Analisis Data
Pemilihan Model Terbaik
Dari persamaan penduga volume yang diperoleh, dilakukan pemilihan
model terbaik berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan. Kriteria pemilihan model
tersebut di antaranya:
a. Keberartian Persamaan Regresi
Untuk mengetahui apakah ada hubungan yang nyata antara peubah bebas
dengan peubah tak bebasnya , dilakukan pengujian keberartian persamaan regresi
dengan menggunakan analisis keragaman (Tabel 1) dan dengan hipotesis sebagai
berikut:
Hipotesis
: H0: βi = 0 | H1 : sekurang-kurangnya ada satu βi ≠ 0, i = 1, 2, 3,....
Statistik uji : Fhitung = KTR/KTS
Keterangan : KTR = Kuadrat Tengah Regresi, KTS = Kuadrat Tengah Sisaan
Kaidah keputusan:

7

Tabel 1 Analisis keragaman pengujian persamaan regresi (ANOVA)
Sumber
Keragaman
Regresi

Derajat
Bebas
k = p-1

Jumlah
Kuadrat
JKR

Sisaan

n-k-1

JKS

Total

n-1

JKT

Kuadrat
Tengah
KTR =
JKR/k
KTS =
JKS/(n-k-1)

Fhitung
KTR/KTS

p = banyaknya parameter model regresi
n = banyaknya pohon contoh yang digunakan dalam penyusunan model regresi
b. Koefisien determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) adalah perbandingan antara jumlah kuadrat
regresi (JKR) dengan jumlah kuadrat total terkoreksi (JKT). Koefisien determinasi
menggambarkan besarnya presentase keragaman y yang dapat dijelaskan oleh x
dalam persamaan regresi yang disusun :
� �

R2 =


Keterangan:
R2
= koefisien determinasi
JK Regresi
= Jumlah kuadrat regresi
JK Total
= Jumlah kuadrat total
Kecocokan model dinilai dari besarnya koefisien determinasi (R2), yang
besarnya antara 0 sampai 1. Bila R2 nilainya 1 berarti model tersebut sempurna.
Oleh sebab itu model regresi yang dipilih yang mempunyai R2 mendekati 1 (Sahid
2010).
c. Koefisien determinasi terkoreksi (R2adj)
Koefisien determinasi terkoreksi (R2adj) adalah koefisien determinasi yang
telah dikoreksi oleh derajat bebas (db) dari JKS dan JKT-nya.
R2 adj =1 Keterangan:
R2adj = koefisien determinasi terkoreksi
JK sisa = Jumlah kuadrat sisa
dbs = derajat bebas sisa
dbt
= derajat bebas total



/

/

d. Simpangan baku (s)
Nilai simpangan baku (s) ditentukan dengan menggunakan rumus:

Keterangan :
JK sisa = jumlah kuadrat sisa

PValue

8

s = simpangan baku
(n – p) = derajat bebas sisa

Validasi
Tahap validasi model yakni untuk menguji apakah nilai-nilai dugaan
volume dari tabel volume yang tersusun dapat memberikan nilai dugaan volume
yang tidak berbeda nyata dengan nilai pohon yang sebenarnya. Untuk melakukan
validasi, diperlukan suatu set data yang berbeda dengan set data yang dipakai untuk
pemodelan. Pada tahap ini, jumlah pohon yang digunakan untuk validasi model
yaitu sebanyak 33 pohon contoh untuk setiap jenis pohon.
Pada tahap validasi model ini langkah yang perlu dilakukan adalah
melakukan perbandingan performa tiap model melalui:
a. Uji Khi-Kuadrat
Uji khi-kuadrat dapat dilakukan dengan menggunakan uji χ2 (khi-kuadrat)
pada taraf nyata α (umumnya, α = 5% dan α = 1%) dengan prosedur sebagai berikut:
Hipotesis
:
H0 : Vm = Va
H1 : Vm ≠Va
Kriterium uji :
Keterangan :
Vm
= nilai dugaan volume dari tabel pada pohon ke-i
V
= nilai volume aktual (sebenarnya) dari pohon ke-i
Kaidah keputusan :

Apabila hasil uji χ2 (khi-kuadrat) tersebut menunjukkan hasil yang tidak
berbeda nyata (terima H0 ), maka tabel voume yang disusun dapat
direkomendasikan untuk digunakan karena memberikan hasil dugaan yang akurat.
Sebaliknya apabila hasil uji χ2 (khi-kuadrat) tersebut menunjukkan hasil yang nyata
atau sangat nyata (tolak H0), maka tabel volume yang disusun kurang layak
digunakan karena memberikan hasil dugaan yang kurang akurat.
b. Bias
Bias adalah suatu error sistematik yang berpengaruh kepada semua
pengukuran dengan cara yang sama, dapat juga diartikan sebagai distorsi yang
terjadi secara sistematik yang berasal dari kesalahan dalam pengukuran atau metoda
sampling yang tidak benar (Simon 2007). Nilai bias relatif dapat dihitung dengan
menggunakan rumus :
� −�
)
� = ∑(

B
Vm
Va

�=

Keterangan :
= bias
= volume dugaan pohon ke-i yang diperoleh dengan menggunakan
persamaan volume tertentu
= volume aktual pohon ke-i yang diperoleh dengan cara penjumlahan
volume pohon per seksi

9

n

= jumlah pohon contoh
Nilai bias yang negatif menunjukkan bahwa model penduga volume yang
digunakan menghasilkan nilai yang underestimate dan juga sebaliknya nilai bias
yang positif menunjukkan bahwa model penduga volume yang digunakan
menghasilkan nilai yang overestimate. Suatu model dikatakan baik bila nilai bias
yang dihasilkan kecil.
c. Ketelitian
Ketelitian suatu model pendugaan volume dapat ditentukan dengan
menghitung besarnya Standard Deviation of Error (SDE).
∑ ��
√∑ �� − �
=

Keterangan :
SDE = Standard Deviation of Error
ei
= Vm - Va
n
= jumlah pohon contoh
d. Ketepatan
Ketepatan/kecermatan dapat diartikan “kedekatan” dengan sesuatu yang
ingin dicapai, atau berkaitan dengan keberhasilan penaksiran dengan nilai
sebenarnya (Simon 2007). Ketepatan model ditunjukkan oleh besarnya nilai Root
Mean Square Error (RMSE) yang dihitung dengan rumus:



= √

∑�= � − �


Keterangan :
RMSE = Root Mean Square Error
Vm
= volume dugaan pohon ke-i yang diperoleh dengan menggunakan
persamaan volume tertentu
= volume aktual pohon ke-i yang diperoleh dengan cara penjumlahan
V
volume pohon per seksi
n
= jumlah pohon contoh Nilai RMSE yang lebih kecil menunjukkan
bahwa model penduga volume yang digunakan lebih akurat
dalam menduga volume
e. Membandingkan antara model terbaik gabungan dengan model dari hasil
penelitian sebelumnya
Membandingkan model terbaik gabungan dengan model dari hasil penelitian
sebelumnya untuk masing-masing jenis pohon dengan indikator uji validasi yaitu:
Khi-kuadrat (χ2), Bias, Root Mean Square Error (RMSE), dan Standard Deviation
of Error (SDE).

HASIL DAN PEMBAHASAN

10

Statistik Pohon Contoh Gabungan
Pohon contoh dikelompokkan berdasarkan kelas diameter kemudian dibagi
lagi menjadi dua set data yaitu data pohon contoh untuk penyusunan model dan
data untuk validasi model. Jumlah pohon contoh yang digunakan untuk penyusunan
sebanyak 134 pohon contoh sedangkan jumlah pohon contoh untuk validasi model
sebanyak 66 pohon contoh. Penyebaran data pohon contoh yang digunakan untuk
penyusunan dan validasi model disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2 Sebaran data pohon contoh untuk penyusunan model dan validasi model

No

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

Kelas diameter

10-14.99
15-19.99
20-24.99
25-29.99
30-34.99
35-39.99
40-44.99
45-49.99
50-54.99
55-59.99
60-64.99
Total

P = Pohon Pinus

Jumlah pohon
contoh (pohon)

Penyusunan
model (pohon)

Validasi model
(pohon)

P

A

T

P

A

T

P

A

T

0
0
5
12
17
17
17
13
7
8
4

4
2
6
4
5
14
15
12
15
12
11

4
2
11
16
22
31
32
25
22
20
15

0
0
3
8
11
12
11
9
4
6
3

2
2
4
2
4
9
10
8
10
8
8

2
2
7
10
15
21
21
17
14
14
11

0
0
2
4
6
5
6
4
3
2
1

2
0
2
2
1
5
5
4
5
4
3

2
0
4
6
7
10
11
8
8
6
4

100

100

200

67

67

134

33

33

66

A

= Pohon Agathis

T

= Total

Pemilihan Persamaan Terbaik
Penyusunan Persamaan Penduga Volume Gabungan
Persamaan penduga volume gabungan pinus dan agathis disusun
menggunakan software Curve Expert dengan menghubungkan diameter setinggi
dada dan volume aktual sehingga diperoleh 10 persamaan penduga volume
gabungan terbaik, sebagaimana tersaji pada Tabel 3.

11

Tabel 3 Stastistik hasil penyusunan model
R2
90.301%

R2adj
90.238%

s
0.454

Fhit
1230.40

0.00

1.8174

90.371%

90.237%

0.454

615.619

0.00

-2.93 x 10-2

1.68 x 10-3

90.369%

90.224%

0.454

614.732

0.00

8.62 x 10-6

9.78 x 10-1

3.53007

90.341%

90.195%

0.455

612.720

0.00

y=a(x-b)c

4.25 x 10-4

3.3064

2.2910

90.335%

90.190%

0.455

612.370

0.00

Modified Geometric

y = axb/x

72.5096

-41.0602

90.258%

90.185%

0.455

1223.099

0.00

7.

Gompertz Relation

y=a*exp(-exp(b-cx))

16.4709

1.9727

2.83 x 10-2

90.322%

90.176%

0.455

611.38

0.00

8.

Polynomial Fit

y=a+bx+cx^2+dx^3+...

1.74 x 10-1

-3.33 x 10-2

1.78 x 10-3

-8.90 x 10-7

90.370%

90.149%

0.456

406.704

0.00

9.

Sinusodial Fit

y=a+b*cos(cx+d)

10.8989

10.8113

1.92 x 10-2

2.9150

90.358%

90.136%

0.456

406.129

0.00

y=a*exp((-(b-x)^2)/(2*c^2))

7.1504

85.9740

26.6254

90.229%

90.080%

0.458

604.831

0.00

1.

Model
Power Fit

Persamaan Regresi
y=ax^b

a
1.89 x 10-4

b
2.4561

2.

Vapor Pressure

y=exp(a+b/x+cln(x))

-5.4518

-30.2597

3.

Quadratic Fit

y=a+bx+cx2

1.29 x 10-1

4.

Hoerl Model

y=abx xc

5.

Shifted Power Fit

6.

10. Gaussian Model

R2
R2adj
s

= koefisien determinasi
= koefisien determinasi adjusted
= simpangan baku

c

d

Fhit = F hitung
a, b, c, dan d = konstanta pada persamaan regresi

p

12

Dalam menentukan persamaan terbaik untuk menduga volume pohon perlu
diberikan peringkat terhadap persamaan-persamaan yang terpilih. Pada tahap
penyusunan model, peringkat diberikan berdasarkan nilai koefisien determinasi
terkoreksi (R2adj) dan simpangan baku (s). Semakin besar nilai R2adj (Tabel 4) suatu
model maka peringkatnya semakin baik sedangkan semakin kecil nilai s (Tabel 4)
suatu model maka peringkatnya semakin baik. Peringkat untuk memilih persamaan
terbaik pada tahap penyusunan model disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4 Peringkat persamaan penyusunan model
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Model

Persamaan regresi

Power Fit
Vapor Pressure
Quadratic Fit
Hoerl Model
Shifted Power Fit
Modified Geometric
Gompertz Relation
Polynomial Fit
Sinusodial Fit
Gaussian Model

y=ax^b
y=exp(a+b/x+cln(x))
y=a+bx+cx2
y=abx xc
y=a(x-b)c
y = axb/x
y=a*exp(-exp(b-cx))
y=a+bx+cx^2+dx^3+...
y=a+b*cos(cx+d)
y=a*exp((-(b-x)^2)/(2*c^2))

Peringkat
R2adj
s
1
2
2
2
3
2
4
5.75
5
5.75
6
5.75
7
5.75
8
8.5
9
8.5
10
10


Peringkat

Peringkat
akhir

3
4
5
9.75
10.75
11.75
12.75
16.5
17.5
20

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

= koefisien determinasi terkoreksi
R2adj
s = simpangan baku
Berdasarkan Tabel 4, diperoleh informasi bahwa model dengan peringkat
terbaik yaitu model Power Fit. Oleh karena itu model Power Fit dipilih sebagai
model terbaik dalam menduga volume gabungan pinus dan agathis pada penelitian
ini.
Perbandingan antara Model Terbaik Gabungan dengan Model dari
Hasil Penelitian Sebelumnya
Tahapan yang perlu dilalui dalam melakukan perbandingan model adalah
tahapan uji validasi. Uji validasi model ini dilakukan untuk menguji apakah nilainilai dugaan volume dari tabel volume yang tersusun dapat memberikan nilai
dugaan volume yang tidak berbeda nyata dengan nilai pohon yang sebenarnya.
Untuk melakukan validasi, diperlukan suatu set data yang berbeda dengan set data
yang dipakai untuk pemodelan.Dalam penelitian ini dilakukan dua jenis uji validasi,
yakni: uji validasi yang memisahkan set data pinus dan agathis, serta uji validasi
yang menggabungkan kedua set data tersebut.
Uji Validasi dengan Pemisahan Set Data Pinus dan Agathis
Pada jenis uji validasi ini, jumlah pohon yang digunakan untuk validasi
model adalah masing-masing sebanyak 33 pohon contoh untuk jenis pinus dan
agathis. Sebagaimana telah diuraikan pada bagian sebelumnya, bahwa pada

13

penelitian ini, Power Fit dipilih sebagai model terbaik dalam menduga volume
gabungan pinus dan agathis. Pada penelitian sebelumnya, Wardasanti (2011)
memilih model Gompertz sebagai model persamaan terbaik untuk menduga volume
pinus. Adapun untuk menduga volume agathis, Siagian (2011) memilih model
Gaussian sebagai model persamaan terbaiknya.
Dalam tahapan uji validasi dilakukan perhitungan terhadap empat indikator
uji validasi model yakni: χ2 (khi-kuadrat), Bias, Standar Deviasi Error, dan Root
Mean Square Error. Hasil perhitungan tersebut kemudian dibandingkan antara
model terbaik gabungan dan model terbaik dari penelitian-penelitian sebelumnya.
Berikut ini adalah perbandingan hasil uji validasi antara model terbaik yang dipilih
dalam penelitian ini (Power Fit) dengan model terbaik dari penelitian-penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Wardasanti (2011) dan Siagian (2011).
Tabel 5 Perbandingan hasil uji validasi model terbaik gabungan dengan model
terbaik penelitian sebelumnya dengan pemisahan set data pinus dan
agathis
No

Indikator uji validasi

1
2

Khi-kuadrat (χ2)
Bias
Standar deviation of error
RMSE

3
4

Model terbaik
Gompertz
Gaussian
Power Fit/ gabungan
(Wardasanti,
(Siagian,
Pinus
Agathis
2011)/Pinus 2011)/Agathis
1.085
4.643
0.822
4.664
0.101
-0.103
-0.006
0.086
0.270
0.570
0.222
0.549
0.288
0.579
0.222
0.556

Berdasarkan Tabel 5 diketahui bahwa nilai bias dari persamaan model
gabungan (Power Fit) dalam menduga volume pinus dan agathis tidak lebih baik
dari nilai bias yang ditunjukkan oleh model Gomperts (untuk pinus) dan Gaussian
(untuk agathis). Hal ini terlihat dari nilai bias yang lebih besar pada model Power
Fit dalam menduga volume pinus dan agathis dibandingkan kedua model lainnya.
Dengan demikian, error sistematik yang terjadi pada pendugaan volume dengan
menggunakan model gabungan ini lebih besar dari error sistematik yang terjadi
pada pendugaan volume yang memisahkan antara pinus dan agathis.
Dilihat dari nilai standar deviasi error (SDE)-nya pun, persamaan Power Fit
menunjukkan nilai yang lebih besar dibandingkan kedua persamaan lainnya yang
menduga volume pinus dan agathis secara terpisah. Dengan demikian, dari
indikator SDE ini, persamaan Power Fit yang berusaha menduga volume gabungan
pinus dan agathis tidak menunjukkan hasil yang lebih baik dari persamaan non
gabungan.
Berdasarkan indikator lainnya dalam uji validasi, yakni RMSE, persamaan
Power Fit menunjukkan nilai RMSE yang lebih besar baik untuk pinus maupun
agathis jika dibandingkan dengan kedua persamaan lainnya. Nilai RMSE yang lebih
kecil merupakan suatu indikasi keakuratan yang lebih baik dalam menduga suatu
volume pohon. Dengan demikian, dilihat dari nilai RMSE-nya pun persamaan
penduga volume gabungan pinus dan agathis, yakni persamaan Power Fit tidak
menunjukkan hasil yang lebih baik dari kedua persamaan lain yang memisahkan
pendugaan volume pohon pinus dan volume pohon agathis.

14

Uji Validasi dengan Set Data Gabungan Pinus dan Agathis
Pada jenis uji validasi ini, set data yang digunakan adalah data gabungan
pohon contoh pinus dan agathis yang berjumlah 66 pohon. Adapun tahapan-tahapan
yang dilakukan dalam jenis uji validasi ini tidak berbeda dengan jenis uji validasi
sebelumnya. Berikut ini adalah hasil uji validasi dengn menggabungkan dua set data
pinus dan agathis.
Tabel 6 Perbandingan hasil uji validasi model terbaik gabungan dengan model
terbaik penelitian sebelumnya dengan penggabungan set data pinus dan
agathis
Model terbaik
Indikator uji
validasi

No

Power
Fit/
gabungan

Gompertz
(Wardasanti,
2011)/Pinus

Gaussian
(Siagian,
2011)/Agathis

1

Khi-kuadrat (χ2)

5.728

0.822

4.664

2

Bias

-0.001

-0.006

0.086

3

Standard deviation of error

0.407

0.222

0.549

4

RMSE

0.457

0.222

0.556

Hasil uji validasi yang ditunjukkan pada Tabel 6 memberikan informasi
bahwa model Power Fit memiliki bias yang sangat rendah dalam menduga volume
gabungan Pinus dan Agathis. Nilai bias yang rendah ini menunjukkan semakin
rendahnya distorsi kesalahan dalam menduga volume gabungan kedua jenis pohon
ini. Nilai bias ini pun menunjukkan angka yang lebih baik dibandingkan bias yang
dihasilkan oleh Model Gompertz dalam menduga volume Pinus dan Model
Gaussian dalam menduga volume Agathis. Adapun untuk ketiga indikator uji
validasi lainnya, nilai yang ditunjukkan tidak lebih baik dibandingkan dengan
model persamaan sebelumnya yang spesifik menduga kedua jenis pohon tersebut
secara terpisah.
Berdasarkan perhitungan indikator-indikator uji validasi di atas, maka
diketahui bahwa model Power Fit yang merupakan model penduga volume
gabungan pohon pinus dan agathis memiliki keakuratan yang lebih rendah jika
dibandingkan dengan model yang menduga volume pohon pinus dan agathis secara
terpisah. Salah satu penyebabnya adalah struktur data pohon contoh pada model
yang memisahkan pinus dan agathis pun jauh lebih baik dari model gabungan,
dimana struktur data pada model yang terpisah lebih mengumpul dan tidak banyak
pencilan, sehinggal nilai standar deviasinya pun akan lebih kecil. Meski demikian,
perbedaan yang terjadi antara hasil pendugaan volume pohon pinus dan agathis
dengan menggunakan persamaan gabungan maupun persamaan yang terpisah,
secara statistik tidak berbeda nyata. Oleh karena itu, tidak menutup kemungkinan,
model persamaan Power Fit ini bisa digunakan, ditambah lagi nilai khi-kuadrat dari
model ini menujukkan angka yang kurang dari χ2tabel yakni 49.48. Selain itu, dilihat
dari keringkasan dan kesederhanaan modelnya, model penduga volume gabungan
dengan menggunakan model Power Fit ini jauh lebih ringkas dan sederhana
dibandingkan kedua model lainnya.

15

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam penelitian ini, maka dapat
disimpulkan bahwa model persamaan Power Fit yang merupakan persamaan
penduga volume gabungan pohon pinus dan agathis secara statistik tidak
menunjukkan perbedaan yang nyata dibandingkan model penduga volume untuk
masing-masing jenis pohon pinus dan agathis. Selain itu, dilihat dari keringkasan
dan kesederhanaan modelnya, model penduga volume gabungan dengan
menggunakan model Power Fit ini jauh lebih ringkas dan sederhana dibandingkan
kedua model lainnya. Selain itu, meski nilai bias, SDE, dan RMSE dari model ini
tidak sebaik kedua model lainnya, namun angka yang diperoleh tidak terlampau
jauh dengan angka yang diperoleh dari kedua model lainnya. Nilai khi-kuadrat dari
model Power Fit ini juga menujukkan angka yang kurang dari χ2tabel yakni 49.48,
sehingga pada dasarnya model ini masih dapat diterima untuk dapat digunakan.

16

DAFTAR PUSTAKA
Hidayat J, Hansen CP. 2001. Informasi Singkat Benih: Pinus merkusii. Jakarta (ID):
Direktorat Perbenihan Tanaman Hutan Departemen Kehutanan RI.
Husch. 1963. Forest Mensuration and Statistics. New York (US): The Ronald Press
Company.
Husch. 1987. Perencanaan Inventarisasi Hutan. Agus Setyarso, penerjemah.
Jakarta (ID): UI Press. Terjemahan dari: Planning a Forest Inventory.
Husch B, Beers TW and Kershaw JA. 2003. Forest Mensuration, Fourth Edition.
New York (US): John Wiley & Sons, Inc.
LIPI (Lembaga Biologi Nasional). 1980. Jenis-Jenis Kayu Indonesia. Jakarta (ID):
PN Balai Pustaka.
Loetsch F, Zohrer F and Haller KE. 1973. Forest Inventory, Volume II. BLV
Verlagsgesellschaft, Munchen (DE).
Martawijaya A, Kartasujana I, Kadir K, Pawira SA. 2005. Atlas Kayu Indonesia
Jilid II. Bogor (ID): Balai Penelitian Hasil Hutan Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian.
Reksohadiprodjo S. 1994. Ekonomi Sumber Daya Alam dan Energi. Yogyakarta
(ID): Penerbit BPFE.
Sahid. 2010. Penaksiran Volume Pohon Pinus merkusii Melalui Foto Udara (Studi
Kasus di BKPH Majenang, KPH Banyumas Barat). Journal of Forestry IV
(1): abstrak [Jurnal]. [Januari-Maret 2010]
Siagian K. 2011. Tabel Volume Pohon Agathis loranthifolia di Hutan Pendidikan
Gunung Walat Kabupaten Sukabumi Provinsi Jawa Barat [skripsi]. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor.
Simon H. 2007. Metode Inventore Hutan. Yogyakarta (ID): Aditya Media.
Sudrajat & Nurhasybi. 2001. Informasi Singkat Benih Agathis loranthifolia
R.A.Salisbury [Internet]. Jakarta (ID): Departemen Kehutanan. [diunduh
2014 Mei 22]. Tersedia pada: http://www.dephut.go.id/INFORMASI/
RRL/ IFSP/Pinus_mer kusii.pdf
Wardasanti E. 2011. Persamaan Penduga Volume Pohon Pinus (Pinus merkusii
Jungh et de Vriese) di Hutan Pendidikan Gunung Walat Kabupaten
Sukabumi, Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Zaitunah A. 2004. Perencanaan Pengelolaan Hutan dalam Panduan Praktik Umum
Kehutanan (PUK) 2004. Medan (ID): Jurusan Kehutanan Fakultas
Pertanian USU.

17

RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Lampung pada tanggal 24 Juni 1990, merupakan putra
pertama dari empat bersaudara pasangan Dalminudin, S.P dan Titi Suhartini.
Penulis bersekolah di SMP Negeri 1 Terbanggi Besar, lalu melanjutkan ke SMA
Negeri 1 Terbanggi Besar, Lampung Tengah, kemudian masuk ke Institut Pertanian
Bogor, Fakultas Kehutanan, Departemen Manajemen Hutan melalui jalur USMI.
Penulis mengikuti Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) di Papandayan-Sancang
Timur pada tahun 2009, Praktek Pengelolaan Hutan (P2H) di Hutan Pendidikan Gunung
Walat Sukabumi pada tahun 2011, dan Praktek Kerja Lapang (PKL) di PT. Andalas Merapi
Timber, Solok Selatan, Sumatera Barat pada tahun 2012. Selama mengikuti pendidikan,
penulis aktif di Himpro FMSC (Forest Management Student Club) sebagai anggota Divisi
Pengembangan Sumber Daya Manusia (PSDM) periode 2008-2009. Penulis mendapatkan
beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik (PPA) IPB selama tahun ajaran 2008/2009 dan
beasiswa Bantuan Belajar Mahasiswa (BBM) selama tahun ajaran 2009/2010 dan
2010/2011. Penulis pernah mendapatkan dana Hibah DIKTI dalam Program Kreativitas
Mahasiswa bidang Gagasan Tertulis (PKM-GT) pada tahun 2012.