Studi Tingkat Keberhasilan Pembiakan Komodo (Varanus komodoensis Ouwens, 1912) di Kebun Binatang Surabaya, Jawa Timur

STUDI TINGKAT KEBERHASILAN PEMBIAKAN KOMODO
(Varanus komodoensis Ouwens, 1912) DI KEBUN BINATANG
SURABAYA, JAWA TIMUR

DYAH NURFITRIANA CIPTA SARI

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Studi Tingkat
Keberhasilan Pembiakan Komodo (Varanus komodoensis Ouwens, 1912) di
Kebun Binatang Surabaya, Jawa Timur adalah benar karya saya dengan arahan
dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, November 2013
Dyah Nurfitriana Cipta Sari
NIM E34090048

2

ABSTRAK
DYAH NURFITRIANA CIPTA SARI. Studi Tingkat Keberhasilan Pembiakan
Komodo (Varanus komodoensis Ouwens, 1912) di Kebun Binatang Surabaya,
Jawa Timur. Dibimbing oleh HADI S. ALIKODRA dan BURHANUDDIN
MASYUD.
Komodo (Varanus komodoensis) merupakan satwa endemik yang termasuk
dalam daftar Appendix I CITES dan dikategorikan rentan oleh IUCN. Penurunan
populasi komodo sebesar 14,78% di habitat alami, mendorong pelestarian
komodo di ex-situ, seperti di Kebun Binatang Surabaya (KBS). Penelitian ini
bertujuan untuk mengkaji manajemen pembiakan, menentukan tingkat
keberhasilan pembiakan, dan mengkaji kesejahteraan komodo. Data dikumpulkan
menggunakan metode wawancara dan dianalisis dengan menghitung persentase

daya tetas, angka kematian, tingkat perkembangbiakan, dan menilai kesejahteraan
satwa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa manajemen KBS cukup baik dan
memperhatikan aspek pakan, kesehatan, kandang, dan pengaturan pembiakan.
Tingkat perkembangbiakan komodo dikategorikan tinggi sebesar 93,33%,
sedangkan daya tetas dan angka kematian dikategorikan sedang dengan persentase
46,06% dan 34,60%. Penilaian kesejahteraan komodo di KBS dikategorikan
cukup, hal ini berarti pengelolaan komodo telah memperhatikan prinsip
kesejahteraan satwa yang utama yaitu bebas dari rasa lapar dan haus.
Kata kunci: Kebun Binatang Surabaya, kesejahteraan, komodo, pembiakan

ABSTRACT
DYAH NURFITRIANA CIPTA SARI. Study on Breeding Success Rate of
Komodo Dragon (Varanus komodoensis Ouwens, 1912) at Surabaya Zoo, East
Java. Supervised by HADI S. ALIKODRA and BURHANUDDIN MASYUD.
Komodo dragon is an endemic species which listed as Appendix I CITES
and categorized as vulnerable in IUCN Red List of Threatened Species. Declining
komodo population by 14,78% in their natural habitat encouraged the preservation
of komodo in ex-situ, such as at Surabaya Zoo. The aims of this research are to
review the breeding management, to determine the rate of breeding success, and
to review the komodo welfare. Data were collected using interview method and

analysed by calculating the percentage of hatchability, mortality, breeding rate,
and assessing the animal welfare. The results of this research indicates that KBS
management was good enough and concerned about feeding aspect, health aspect,
cage aspect, and breeding management aspect. Komodo breeding rate categorized
as high as 93,33%, meanwhile the hatchability and mortality rate categorized as
medium as 46,06% and 34,60%. Komodo dragon welfare assessment at KBS
categorized as fair, which means komodo dragon management at KBS has been
concerning the major of animal welfare principle, which are free of hunger and
thirst.
Keywords: breeding, komodo dragon, Surabaya Zoo, welfare

3

STUDI TINGKAT KEBERHASILAN PEMBIAKAN KOMODO
(Varanus komodoensis Ouwens, 1912) DI KEBUN BINATANG
SURABAYA, JAWA TIMUR

DYAH NURFITRIANA CIPTA SARI

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

4

6

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Penelitian yang
dilaksanakan pada bulan Juni ini berjudul Studi Tingkat Keberhasilan Pembiakan
Komodo (Varanus komodoensis Ouwens, 1912) di Kebun Binatang Surabaya,

Jawa Timur.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof Dr Ir H Hadi S. Alikodra, MS
dan Dr Ir Burhanuddin Masyud, MS selaku dosen pembimbing yang telah banyak
memberi bimbingan, arahan, nasehat dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi
ini serta terima kasih kepada Dr Ir Gunawan Santoso, MS selaku dosen penguji
dan Resti Meilani, SHut, MSi selaku ketua ujian komprehensif. Ungkapan terima
kasih juga disampaikan kepada keluarga atas doa, kasih sayang, dan dukungan
yang telah diberikan. Ungkapan terima kasih dan penghargaan penulis sampaikan
kepada seluruh staf Kebun Binatang Surabaya (KBS) Jawa Timur, terutama Ibu
Henny, Ibu Penta, Bapak Wanto, Bapak drh. Rahmat, Bapak Suraji, dan Bapak
Rukin yang telah membantu selama pengumpulan data. Terima kasih juga kepada
Winda Eka Ningtyas dan Dani Rekso Wardoyo yang telah membantu dalam
pengumpulan data, teman-teman seperjuangan Anggrek Hitam 46 terutama Elis,
Dita, Tri, Irma, Intania, Dewi, Aza, Dila, Febe, Intan, Yohana, Rio, Gayuh serta
teman-teman Wisma Padasuka yang telah memberikan semangat, doa, dan saran
hingga terselesaikannya skripsi ini.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, November 2013
Dyah Nurfitriana Cipta Sari


7

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vii

DAFTAR GAMBAR

vii

DAFTAR LAMPIRAN

vii

PENDAHULUAN




Latar Belakang



Tujuan



Manfaat

2

TINJAUAN PUSTAKA



Klasifikasi dan Morfologi

2


Kesejahteraan Satwa

3

Pembiakan Komodo

4

Kebun Binatang

4

METODE



Alat dan Bahan




Waktu dan Tempat



Jenis dan Metode Pengumpulan Data

5

Analisis Data



HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Lokasi Penelitian




Manajemen Pembiakan


10 

Tingkat Keberhasilan Pembiakan

17

Kesejahteraan Komodo di KBS

19

SIMPULAN DAN SARAN

24 

Simpulan

24 

Saran


25 

DAFTAR PUSTAKA

25

LAMPIRAN

28

8

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

Data dan informasi komodo di KBS
Skor penilaian kriteria kesejahteraan satwa di KBS
Bobot penentuan klasifikasi penilaian kesejahteraan satwa
Klasifikasi penilaian dan nilai terbobot kesejahteraan satwa pada
komodo di KBS
Rincian pengelolaan pakan komodo di KBS
Jenis penyakit dan luka yang pernah menyerang komodo di KBS
Kandang komodo di KBS
Suhu dan kelembaban kandang komodo di KBS
Faktor-faktor penentu keberhasilan pembiakan komodo di KBS
Persentase dan kriteria tingkat keberhasilan pembiakan komodo di KBS
Gambaran pengelolaan komodo dari aspek bebas dari ketidaknyamanan
lingkungan
Gambaran pengelolaan komodo dari aspek bebas dari rasa sakit, luka,
dan penyakit
Gambaran pengelolaan komodo dari aspek bebas dari rasa takut dan
tertekan
Gambaran pengelolaan komodo dari aspek bebas untuk menampilkan
perilaku alami
Capaian implementasi kesejahteraan satwa komodo di KBS

6
6
8
8
10
12
13
14
18
19
20
21
22
23
24

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5

Komodo di KBS
Jenis pakan komodo di KBS (a) tikus putih, (b) daging kambing
Jenis kandang komodo (a) kandang anakan, (b) kandang peraga di KBS
Proses penetasan telur komodo di KBS
Alat penetasan telur komodo sistem kering

2
11
14
15
16

DAFTAR LAMPIRAN
1 Struktur organisasi Kebun Binatang Surabaya (KBS)
2 Lokasi KBS

28
31

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Komodo (Varanus komodoensis) dikenal dengan sebutan biawak komodo
merupakan binatang melata atau reptilia yang termasuk dalam famili Varanidae.
Spesies kadal terbesar di dunia ini memiliki habitat asli di Indonesia yaitu di
Pulau Komodo, Padar, Rinca, Gili Motang, dan Flores di Nusa Tenggara Timur.
Komodo merupakan satwa endemik yang termasuk dalam daftar Appendix I
Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and
Flora (CITES) dan dikategorikan sebagai vulnerable (rentan) oleh International
Union for the Conservation of Nature and Natural Resource (IUCN). Komodo
juga ditetapkan sebagai satwa nasional Indonesia (Kepres No. 4 Tahun 1993
tentang Satwa dan Bunga Nasional). Keberadaan komodo di habitat in-situ
semakin jarang dijumpai, penelitian Meilany (2007) menyebutkan bahwa jumlah
populasi komodo di alam pada tahun 2007 di Pulau Komodo sekitar 1.329
individu dan 1.370 individu di Pulau Rinca. Pada tahun 2008 diketahui populasi
komodo di tiga pulau besar, yaitu Pulau Komodo (33.937 hektar) sebanyak 1.200
individu, Pulau Rinca (19.627 hektar) sebanyak 1.100 individu dan Pulau Padar
(2.017 hektar) diduga sudah tidak ada lagi komodo (Chrismiawati 2008). Adanya
penurunan populasi pada tahun 2007 dan 2008 sebesar 14,78% di habitat
alaminya tersebut ditambah dengan berkurangnya mangsa alami akibat perburuan,
maka salah satu cara yang dilakukan untuk menjaga pelestarian komodo adalah
melalui pelestarian ex-situ, seperti di kebun binatang.
Lembaga konservasi adalah lembaga yang bergerak di bidang konservasi
tumbuhan dan atau satwa liar di luar habitatnya (ex-situ) yang berfungsi untuk
pengembangbiakan dan atau penyelamatan tumbuhan dan atau satwa dengan tetap
menjaga kemurnian jenis guna menjamin kelestarian keberadaan dan
pemanfaatannya (Peraturan Dirjen PHKA Nomor: P.6/IV-SET/2011 tentang
Pedoman Penilaian Lembaga Konservasi). Salah satu bentuk lembaga konservasi
adalah kebun binatang yaitu tempat pemeliharaan satwa sekurang-kurangnya tiga
kelas taksa pada areal dengan luasan sekurang-kurangnya 15 hektar dan
pengunjung tidak menggunakan kendaraan bermotor (motor atau mobil)
(Permenhut Nomor: P.31/Menhut-II/2012 tentang Lembaga Konservasi).
Keberadaan kebun binatang ini diharapkan dapat mendukung bertambahnya
populasi satwa endemik, salah satunya komodo.
Satyatama (1997), menjelaskan bahwa kebun binatang yang telah
melakukan usaha penetasan telur komodo, yaitu Kebun Binatang Gembira Loka
(KBGL), Kebun Binatang Ragunan dan Kebun Binatang Surabaya (KBS). Kebun
Binatang Surabaya merupakan salah satu kebun binatang yang tertua di Indonesia
dan diketahui telah banyak berhasil dalam usaha pengembangbiakan satwa
termasuk komodo. Menurut data yang diperoleh pada tahun 2010 satwa komodo
yang ada di KBS sebanyak 48 individu dan berkembang 56 individu pada tahun
2012.
Data perkembangan populasi komodo di KBS tersebut menunjukkan bahwa
upaya pengembangbiakan komodo di KBS sudah berhasil. Penelitian ini penting
dilakukan untuk mendapatkan informasi yang cukup tentang praktek manajemen

2

pembiakan komodo, tingkat keberhasilannya, dan kondisi kesejahteraan komodo
di KBS
Tujuan
Tujuan penelitian: (1) Mengkaji manajemen pembiakan komodo di KBS,
(2) Menentukan tingkat keberhasilan pembiakan komodo di KBS, dan (3)
Mengkaji kesejahteraan komodo di KBS.
Manfaat
Data hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi
pihak pengelola KBS sehingga dapat mengembangkan pembiakan satwa komodo
lebih baik lagi dan sebagai pedoman untuk pengelolaan dan atau pengembangan
satwa komodo di habitat ex-situ lain di Indonesia.

TINJAUAN PUSTAKA

Klasifikasi dan Morfologi
Klasifikasi komodo secara sistematik hewan menurut Grzimek (1975)
sebagai berikut :
Kingdom
: Animalia
Phylum
: Chordata
Sub-Phylum : Craniata
Class
: Reptilia
Sub-Class
: Lepidosauria
Ordo
: Squamata
Sub-Ordo
: Sauria
Infra Ordo
: Varanomorpha
Family
: Varanidae
Genus
: Varanus
Spesies
: Varanus komodoensis

Gambar 1 Komodo di KBS

3

Komodo mempunyai ukuran tubuh yang panjang ketika telah mencapai
umur dewasa. Bentuk tubuh gagah dan memiliki ukuran tubuh yang besar sekali,
dimana panjang tubuh dapat mencapai 3 meter dan berat 300 kg. Jauh lebih besar
dan lebih berat dibandingkan biawak biasa (Varanus timorensis) yang panjang
tubuhnya tidak lebih dari 50 cm. Warna kulitnya coklat kuning kehitam-hitaman
dan bersisik agak kasar. Komodo memiliki badan yang panjang, lebih besar dari
kepalanya. Kepala komodo agak memanjang mirip kadal, matanya kecil,
mulutnya agak memanjang ke belakang (Usboko 2009).
Menurut PPA (1978), umur komodo dapat ditentukan berdasarkan
ukurannya, seperti: (1) Komodo muda: Panjang badan total (dari ujung kepala
sampai ujung individu) kurang dari 1 meter. Warna kulit coklat muda kegelapan
dengan diselingi garis-garis merah muda dan kuning. (2) Komodo dewasa:
Panjang badan total 1 - 2 meter. Warna kulit coklat agak tua dan garis-garis badan
sudah mulai kabur bahkan sudah hampir hilang. (3) Komodo tua: Panjang badan
total lebih dari 2 meter. Warna kulit coklat tua-kelabu hampir kehitam-hitaman.
Komodo betina memiliki bentuk kepala yang agak lonjong, kepala berukuran
relatif kecil, penampilan muka lebih jelek dan kaki kecil. Komodo jantan memiliki
ukuran kepala lebih besar, bentuk kepala agak bulat, penampilan muka gagah,
kaki lebih keluar dan besar serta ukuran tubuh lebih besar (Kartono 1994).
Kesejahteraan Satwa
Kesejahteraan hewan adalah segala urusan yang berhubungan dengan
keadaan fisik dan mental hewan menurut ukuran perilaku alami hewan yang perlu
diterapkan dan ditegakkan untuk melindungi hewan dari perlakuan setiap orang
yang tidak layak terhadap hewan yang dimanfaatkan manusia (PP Nomor 95
Tahun 2012). Sedangkan menurut Undang-undang Nomor 6 Tahun 1967,
kesejahteraan hewan ialah usaha manusia memeliharan hewan, yang meliputi
pemeliharaan lestari hidupnya hewan dengan pemeliharaan dan perlindungan
yang wajar. Kesejahteraan satwa (animal welfare) memiliki tiga aspek penting
yaitu: welfare science, etika, dan hukum. Welfare science mengukur efek pada
hewan dalam situasi dan lingkungan berbeda dan dari sudut pandang hewan.
Kesejahteraan etika yakni mengenai bagaimana manusia sebaiknya
memperlakukan hewan. Kesejahteraan hukum mengenai bagaimana manusia
harus memperlakukan hewan (Wahyu 2012).
Cara untuk menilai kesejahteraan satwa dikenal dengan konsep “Lima
Kebebasan” (Five of Freedom) yang dicetuskan oleh Inggris sejak tahun 1992.
Lima unsur kebebasan tersebut adalah: (1) Bebas dari rasa lapar dan haus, (2)
Bebas dari ketidaknyamanan lingkungan, (3) Bebas dari rasa sakit, luka, dan
penyakit, (4) Bebas dari rasa takut dan tertekan, (5) Bebas untuk menampilkan
perilaku alami. Kelima faktor dari lima kebebasan saling berkaitan dan akan
berpengaruh pada semua faktor apabila salah satu tidak terpenuhi dan terganggu.
Apabila lima faktor ini terabaikan pada hewan liar dalam kurungan maka akan
berdampak buruk pada kesejahteraan dan memicu stress. Stress akan
mengakibatkan hewan rentan terhadap penyakit, menurunkan penampilan hewan,
menurunkan
produksi
hewan,
menekan
sistem
kekebalan
tubuh
(immunosuppressive), dan memberikan pengaruh buruk pada kesehatan manusia
(Wahyu 2012).

4

Pembiakan Komodo
Pembiakan merupakan proses, cara, perbuatan untuk menghasilkan individu
baru, baik secara seksual maupun aseksual (Kamus Besar Bahasa Indonesia).
Pembiakan satwa bertujuan untuk menghasilkan keturunan yang lestari. Komodo
merupakan reptil yang berkembangbiak dengan bertelur. Menurut Erdmann
(2004), komodo betina mulai kawin pada usia tujuh tahun dan komodo jantan
pada usia delapan tahun. Musim kawin pada komodo yang dipelihara mulai
terlihat sekitar Mei dan Juni.
Musim kawin ditandai dengan meningkatnya aktivitas menyelisik
(grooming). Perilaku menyelisik untuk mencari pasangan kawin dilakukan oleh
jantan terhadap betina dengan cara menjilat-jilat dan mencium/mengendus
anggota tubuh bagian belakang, menggaruk/meraba sampai menaiki pasangannya.
Setelah itu aktivitas menyelisik dan kawin dilakukan dalam satu rangkaian
perilaku kawin. Perkawinan dapat berlangsung enam hari, dengan pola perilaku
tunggal (posisi jantan selalu diatas punggung betina). Namun pada saat kopulasi,
jantan akan segera memiringkan individunya, sehingga pangkal individu
menyamping berada di bawah betina (Satyatama 1997).
Setelah aktivitas menyelisik dan kawin tidak dilakukan lagi, aktivitas dan
perilaku bertelur mulai terlihat. Perilaku awal yang dilakukan betina adalah aktif
menjelajah mencari tempat bertelur dan membuat sarang. Setiap musim bertelur,
komodo dapat bertelur selama 1 - 14 hari dengan jarak peneluran 1-8 hari. Telur
yang dihasilkan berkisar 1 - 6 butir dalam sekali peneluran, sedangkan dalam
sehari komodo dapat melakukan 1 - 4 kali peneluran. Jadi, jumlah telur yang
dikeluarkan dalam satu periode atau musim ± 24 butir (Satyatama 1997).
Kebun Binatang
Kebun binatang merupakan salah satu lembaga konservasi yang menentukan
dan menjadi harapan sebagai lembaga yang mampu menyelamatkan dan
melestarikan sumber daya alam keanekaragaman hayati satwaliar. Kebun binatang
adalah suatu tempat yang mempunyai fungsi utama sebagai lembaga konservasi
ex-situ yang melakukan usaha perawatan dan penangkaran berbagai jenis satwa
dalam rangka membentuk dan mengembangkan habitat baru, sebagai sarana
perlindungan dan pelestarian alam, dimanfaatkan sebagai sarana pendidikan,
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta sarana rekreasi yang sehat
(Kepmenhutbun Nomor 479/Kpts-II/1998 tentang Lembaga Konservasi
Tumbuhan dan Satwa Liar).
Kebun Binatang Surabaya merupakan salah satu kebun binatang yang
termasuk dalam anggota PKBSI (Perhimpunan Kebun Binatang Se-Indonesia),
sehingga fungsi yang dijalankan oleh anggota PKBSI, yaitu : sebagai sarana untuk
meningkatkan
kepedulian
masyarakat
tentang
pentingnya
masalah
keanekaragaman hayati fauna di dunia dan Indonesia, sebagai sarana konservasi
ex-situ jenis-jenis satwa langka atau terancam punah, sebagai sarana tempat
penangkaran jenis-jenis satwa koleksi yang ada, sebagai sarana dan obyek
penelitian, sebagai sarana untuk membantu penghijauan kota, sebagai sarana
tempat obyek rekreasi yang edukatif, dan sebagai sarana untuk membantu
peningkatan kondisi sosial ekonomi masyarakat (PKBSI 2000).

5

METODE

Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah termometer
dryweet, kamera digital, alat pengukur waktu, kalkulator, tally sheet, panduan
wawancara, dan alat tulis. Objek penelitian adalah komodo yang berada di KBS.
Waktu dan Tempat
Penelitian mengenai studi tingkat keberhasilan pembiakan komodo
dilaksanakan pada bulan Juni 2013. Lokasi penelitian dilakukan di Kebun
Binatang Surabaya (KBS), Jawa Timur (Lampiran 2).
Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data
Jenis data yang digunakan yaitu data primer dan data sekunder. Data primer
adalah data yang diperoleh langsung dari lokasi penelitian. Data sekunder adalah
data yang didapat tidak secara langsung dari objek penelitian/ data yang sudah ada
dari pihak pengelola. Metode pengumpulan data yaitu pengamatan langsung dan
pengukuran suhu, wawancara pengelola serta penelusuran dokumen berupa data
telur yang dihasilkan komodo.
Data Manajemen Pembiakan
Jenis data yang dikumpulkan, antara lain:
1. Pakan meliputi waktu pemberian, jenis, jumlah dan cara pemberian, dan
kandungan gizi pakan.
2. Pemeliharaan kesehatan dan perawatan kesehatan, yaitu: jenis penyakit dan
cara pencegahan atau pengobatannya.
3. Perkandangan meliputi jenis dan ukuran, konstruksi, pengkayaan, perawatan
dan sanitasi kandang serta suhu dan kelembaban udara di dalam kandang.
4. Pengaturan pembiakan meliputi sumber dan jumlah bibit, penentuan jenis
kelamin, pemilihan induk dan penjodohan, pengaturan peneluran atau
penetasan, pengasuhan atau pembesaran individu baru, dan tingkat
keberhasilan pembiakan. Sejarah adanya satwa komodo di KBS dan populasi
komodo yang meliputi jumlah, jenis kelamin, dan kelas umur.
Data Tingkat Keberhasilan Pembiakan
Pengumpulan data penetasan dengan penelusuran dokumen pada tahun 2008
- 2013, meliputi jumlah induk betina dan jantan dewasa, jumlah induk yang
berkembangbiak, jumlah telur yang dihasilkan, jumlah telur yang menetas, dan
jumlah anakan yang mati.
Data Kesejahteraan Satwa
Pengumpulan data dilakukan pada lima prinsip kesejahteraan satwa
berdasarkan Pedoman Penilaian Lembaga Konservasi, standar minimum penilaian
(Tabel 1).

6

Tabel 1 Data dan informasi komodo di KBS
Prinsip kesejahteraan
Jenis data
satwa
Bebas dari rasa lapar a. Kuantitas dan kualitas pakan dan minum
dan haus
b. Kebersihan pakan dan minum
c. Kontrol pakan dan minum
d. Tempat menyimpan pakan
e. Letak dan bentuk pakan dan minum dalam kandang
f. Waktu pemberian pakan dan minum
Bebas dari
ketidaknyamanan
lingkungan

a.
b.
c.
d.
e.

Jenis kandang
Kondisi suhu dan penerangan
Kondisi cover dan shelter
Kebersihan kandang
Kondisi saluran kandang

Bebas dari rasa sakit, a. Kondisi kesehatan satwa
luka, dan penyakit
b. Frekuensi pemeriksaan kesehatan satwa
c. Kelengkapan dan kondisi fasilitas peralatan medis
d. Ketersediaan ruang atau kandang medis
e. Ketersediaan tenaga ahli medis
f. Pengontrolan dan pencegahan penyakit
Bebas dari rasa takut a. Ketersediaan staf ahli
dan tertekan
b. Tanda-tanda perilaku satwa yang menunjukkan stres
atau sakit
c. Penanganan satwa yang baru datang
d. Upaya pencegahan rasa takut dan tertekan
Bebas untuk
menampilkan
perilaku alami

a. Ukuran kandang
b. Pengaruh kehadiran pengunjung
c. Keamanan kandang dan pengkayaan kandang

Penilaian prinsip kesejahteraan satwa diketahui dari nilai terbobot, berasal
dari penjumlahan pada setiap aspek kesejahteraan satwa. Skor penilaian dibagi
menjadi lima klasifikasi (Tabel 2).

Skor
1
2
3
4
5

Tabel 2 Skor penilaian kriteria kesejahteraan satwa di KBS
Keterangan
Buruk: apabila pengelolaan tidak ada
Kurang: apabila pengelolaan ada, tetapi tidak sesuai
Cukup: apabila pengelolaan ada, sesuai, tetapi tidak diterapkan
Baik: apabila pengelolaan ada, sesuai, tetapi hanya sebagian (50%)
diterapkan
Memuaskan: apabila pengelolaan ada, sesuai, dan diterapkan

7

Analisis Data
Manajemen Pembiakan
Data manajemen pembiakan komodo dianalisis secara deskriptif yaitu
menyusun data yang diperoleh kemudian menguraikan hasil yang dilengkapi
dengan tabel dan gambar.
Tingkat Keberhasilan Pembiakan
Tingkat keberhasilan pembiakan komodo dapat diketahui dengan mengolah
data secara kuantitatif dengan menggunakan rumus (North & Bell 1990):
a.
Persentase daya tetas telur:

b.

c.

Keterangan:
a = Σ telur yang berhasil menetas
b = Σ keseluruhan telur yang dihasilkan betina produktif
Persentase angka kematian tiap kelas umur:

Keterangan:
M = Σ anak yang mati tiap kelas umur
Mt = Σ total anak keseluruhan tiap kelas umur
Persentase tingkat perkembangbiakan dapat dilakukan melalui perhitungan
sebagai berikut:

Keterangan:
I = Σ induk yang bertelur
It = Σ total induk
Kriteria yang digunakan untuk mengetahui tinggi rendahnya persentase daya
tetas telur, angka kematian, dan tingkat perkembangbiakan pada komodo di KBS
yaitu:
0 – 30 %
= rendah
30 – 60 %
= sedang
60 – 100%
= tinggi
Kesejahteraan Satwa
Data mengenai kesejahteraan satwa dianalisis secara deskriptif sesuai nilai
yang didapat. Nilai dari setiap aspek kesejahteraan dijumlah dan dirata-rata,
kemudian dimasukkan ke dalam klasifikasi penilaian (Tabel 4) dengan
mengalikannya dengan bobot yang ada, supaya dapat menentukan nilai
pengelolaan kesejahteraan satwa terutama komodo di KBS (Tabel 3).

8

Tabel 3 Bobot penentuan klasifikasi penilaian kesejahteraan satwa
Prinsip kesejahteraan satwa
Bobot
Keterangan
Bebas dari rasa lapar dan 30
Makan dan minum merupakan hal
haus
pokok dalam menunjang satwa untuk
hidup
Bebas dari ketidaknyamanan 20
Pengaruh kondisi cuaca bagi satwa
lingkungan
dengan tersedianya lingkungan yang
cocok dan tempat berlindung
Bebas dari rasa sakit, luka, 20
Satwa
yang
sehat
mendukung
dan penyakit
kesejahteraan
satwa
itu
sendiri.
Dilakukan dengan mencegah, mengobati
luka dan penyakit.
Bebas dari rasa takut dan 15
Kondisi
mental
mempengaruhi
tertekan
kemampuan satwa untuk bertahan hidup
atau adaptasi
Bebas untuk menampilkan 15
Adanya kebebasan dalam kandang
perilaku alami
dengan
mendapatkan
kesempatan
berperilaku alami dengan porsi yang
sesuai bagi satwa untuk meningkatkan
kualitas hidup
Total
100

No
1
2
3
4

Tabel 4 Klasifikasi penilaian kesejahteraan komodo di KBS
Klasifikasi penilaian
Nilai terbobot
Sangat baik (A)
80,00-100,00
Baik (B)
70,00-79,99
Cukup (C)
60,00-69,99
Perlu pembinaan (D)