BAB III GAMBARAN DATA PAJAK RESTORAN
3.1. Defenisi Pajak
Sebelum kita membahas mengenai gambaran data Pajak Restoran, maka kita harus terlebih dahulu mengetahui tentang defenisi pajak. Adapun
defenisi pajak menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut : 1.
Menurut Prof. P. J. A. Adriani, 1991 : 11 Pajak adalah iuran kepada
Negara yang dapat dipaksakan yang terutang oleh wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasinya kembali,
yang dapat ditunjuk langsung dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara yang
harus menyelenggarakan pemerintahan. 2.
Menurut Prof. Rachmat Soemitro SH, 1994 : 7 Pajak adalah iuran
wajib rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang yang dapat dipaksakan dengan tidak mendapat jasa timbal balik kontraprestasi yang
langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
Pajak daerah yang selanjutnya disebut pajak, adalah iuran wajib yang dilakukan orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan
langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Hal ini tercemin dalam susunan Anggaran Pendapatan Belanja Negara APBN. Anggaran tersebut dikelompokkan menjadi biaya rutin dan
Universitas Sumatera Utara
biaya pembangunan. Biaya pembangunan digunakan untuk membangun sarana dan prasarana yang berkaitan dengan pelayanan publik.
Salah satu cara bagi pemerintah untuk menghimpun dana bagi pembangunan adalah melalui pemungutan pajak. Hasil pemungutan pajak
dikumpulkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara APBN dan termasuk pendapatan rutin khususnya di sector bukan migas. Pajak
mempunyai kontribusi yang sangat besar untuk membiayai anggaran bagi penyelenggara pemerintah pelayanan umum dan pembangunan.
Dari sekian banyak pajak yang dipungut di negara kita, salah satu pajak yang diandalkan untuk menghasilkan dana bagi anggaran adalah pajak
restoran. Objek pajak restoran adalah setiap pelayananan yang disediakan dengan pembayaran di restoran termasuk bar, kafe, rumah makan, buffet,
kantin, kedai nasikopi dan meliputi penjualan makanan dan minuman di tempat yang disertai tempat penyantapan maupun diantar dan dibawa
pulang. Subjek pajak restoran adalah orang pribadi atau badan yang
melakukan pembayaran kepada restoran. Sedangkan objek pajak restoran adalah pelayanan yang disediakan restoran dengan pembayaran.
Tidak termasuk Objek Pajak Restoran adalah : 1.
Pelayanan usaha jasa boga atau catering 2.
Pelayanan yang disediakan oleh restoran atau rumah makan yang peredarannya tidak melebihi batas tertentu yang ditetapkan oleh peraturan
daerah.
Universitas Sumatera Utara
Dasar pengenaan pajak restoran adalah jumlah pembayaran yang dilakukan pada restoran. Pembayaran adalah jumlah yang diterima atau
seharusnya diterima sebagai imbalan atas penyerahan barang dan jasa sebagai pembayaran kepada pemilik restoran. Tariff pajak restoran paling
tinggi sebesar 10 dan ditetapkan dengan peraturan daerah atas undang- undang No 34 Tahun 2000.
Pajak restoran yang terutang dipungut di wilayah daerah tempat restoran berlokasi. Besarnya pokok pajak restoran yang terutang dihitung
dengan cara mengalihkan tarif pajak restoran paling tinggi 10 dengan dasar pengenaan pajak, yaitu jumlah yang diterima atau seharusnya diterima
sebagai imbalan atas penyerahan barang dan atau jasa sebagai pembayaran kepada pemilik restoran. Proses pemungutan pajak yaitu : pajak dikutip di
bank atau tempat yang telah ditentukan oleh menteri keuangan sebagai tempat pembayaran pajak lalu disetorkan ke kas bendaharawan. Dengan
tujuan untuk menambahkan anggaran berikutnya apabila tidak mencapai target atau realisasi yang diharapkan.
Hambatan Pemungutan Pajak
3.1.1 Perlawanan Pasif
Masyarakat engganpasif membayar pajak, yang disebabkan antara lain : a.
Perkembangan intelektual dan moral masyarakat b.
Sistem perpajakan yang mungkin sulit dipahami masyarakat c.
Sistem kontrol yang tidak dapat dilakukan atau dilaksanakan dengan baik
3.1.2 Perlawanan Aktif
Universitas Sumatera Utara
Perlawanan aktif meliputi semua usaha dan perbuatan yang secara langsung ditujukan kepada fiskus dengan tujuan untuk menghindari pajak yaitu :
a. Tax Avoidance, usaha meringankan beban pajak dengan tidak melanggar
undang-undang b.
Tax Evasion, usaha meringankan beban pajak dengan cara melanggar undang-undang menggelapkan pajak
3.1.3 Mekanisme Pemungutan dan Penyetoran Pajak Restoran
Pemungutannya adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari penghimpunan data objek pajak atau retribusi, penentuan besarnya pajak atau retribusi
kepada wajib pajak atau wajib pajak retribusi serta pengawasan penyetoran. Pelaksanaan pemungutan pajak restoran dilakukan dengan system official
assessment. Sistem self assessment adalah sistem dimana wajib pajak dipercayakan melakukan sendiri mengenai perhitungan, membayar dan
melaporkan sendiri pajak terutangnya ke kas daerah. Sedangkan official assessment yaitu sistem dimana pemungutannya pajak dilakukan oleh
fiskus, menetapkan pajak terutang melalui data-data dengan kata lain pajak yang terutang sudah dihitung dan ditetapkan oleh petugas pajak.
Adapun mekanisme dari pemungutan dan penyetoran pajak restoran menurut peraturan yang berlaku adalah sebagai berikut :
1. Pemungutan
a. Kegiatan yang terdiri dari : 1 Operasi Pemungutan
Universitas Sumatera Utara
a. Petugas pemungut setiap hari melaksanakan pemungutan ke
masing-masing WR dengan menyerahkan lembar Benda Berharga sesuai dengan beban Retribusi.
b. Petugas pemungut menerima uang hasil pemungutan
c. Petugas pemungut setiap hari menyerahkan uang hasil pemungut
dan bonggol Benda Berharga ke UKT. 2 Laporan Pemungut dan Penyetoran Uang :
a. UKT tiap hari menerima uang hasil pemungutan dan bonggol
Benda Berharga. b.
UKT tiap hari membuat Laporan Pemungutan dan Penyetoran 5 lima lembar.
c. Koordinator Pemungut menyerahkan Laporan Pemungut dan
Penyetoran beserta uang hasil pemungutan kepada BKP Dipenda. d.
UKT mencatat ke Buku Harian UKT.
b. Formulir dan buku yang dipergunakan adalah :
1 Formulir terdiri dari : a.
Tanda Terima UKT b.
Laporan Pemungutan dan Penyetoran UKT 2 Buku terdiri dari :
a. Buku Harian UKT
b. Buku Harian Petugas Pemungut
2. Penyetoran Uang Hasil Pemungutan ke Kas Daerah
a. Kegiatan yang dilaksanakan terdiri dari :
Universitas Sumatera Utara
1 BKP Dipenda menerima Laporan Pemungutan dan Penyetoran uang
dari Uang dari UKT. 2
BKP Dipenda menjumlahkan Buku Pembantu Penerimaan Sejenis secara harian.
3 BKP Dipenda mencatat Buku Pembantu Penerimaan Sejenis pada
kolom penerimaan pada Buku Kas Umum yang dibuat 2 dua lembar. 4
BKP Dipenda tiap hari menyetor uang hasil pemungutan ke Kas Daerah dengan membuat Bukti Sektor Bank.
5 Kas daerah menerima penyetoran uang hasil pemungutan kemudian
menandatangani dan menyerahkan Bukti Sektor Bank. 6
BKP Dipenda atas dasar Bukti Sektor Bank yang diterima dari Kas Daerah mencatat ke dalam kolom penyetoran Buku Kas Umum.
7 BKP Dipenda tiap akhir bulan menjumlahkan Buku Kas Umum
kemudian membuat Laporan Realisasi Penerimaan dan Penyetoran Uang dan menyerahkan Laporan Realisasi Penerimaan dan Penyetoran
Uang ke Kepala Daerah serta Buku Kas Umum. b.
Formulir dan Buku yang dipergunakan adalah : 1 Formulir terdiri dari :
a. Laporan Realisasi Penerimaan dan Penyetoran Uang
b. Laporan Pemungutan dan Penyetoran UKT
2 Buku terdiri dari : a.
Buku Pembantu Penerimaan Sejenis b.
Buku Kas Umum
Universitas Sumatera Utara
3.1.4 Mekanisme Penetapan Tarif Paja Restoran
Pasal 45 Dengan pengenaan Pajak Restoran adalah jumlah pembayaran yang
dilakukan kepada restoran. Pasal 46
1. Tarif Pajak Restoran paling tinggi sebesar 10 sepuluh persen
2. Tarif Pajak Restoran sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 ditetapkan
dengan Peraturan Daerah. Pasal 47
1. Besarnya pokok Pajak Restoran yang terutang dihitung dengan cara
mengalihkan tarif sebagaimana dimaksud dalam pasal 46 ayat 2 dengan dasar pengenaan pajak sebagaimana dimaksud dalam pasal 45.
2. Pajak Restoran yang terutang dipungut di wilayah Daerah tempat
restoran berlokasi.
3.2 Ketentuan
a. Undang-undang No. 18 1997 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
b. Undang-undang No. 34 Tahun 2000 Tentang perubahan atas undang-
undang No. 18 Tahun 1997 tentang pajak daerah dan retribusi daerah. c.
Peraturan pemerintah No. 65 Tahun 2001 Tentang Pajak daerah dan Retribusi Daerah.
d. Undang-undang No. 25 Tahun 1999 Tentang perimbangan keuangan
antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
Universitas Sumatera Utara
e. Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 43 Tahun 1999 Tentang Sistem dan
Prosedur Administrasi Pajak Daerah, Retribusi Daerah dan Penerimaan Pendapatan lain-lain.
f. Peraturan daerah No. 4 Tahun 2001 Tentang pembentukan organisasi dan
tata kerja dinas-dinas daerah di lingkungan pemerintah kota medan. g.
Keputusan Walikota Medan No. 9 Tahun 2004 Tentang Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Medan.
h. Keputusan Walikota Medan No. 12 Tahun 2003 Tentang Pajak Daerah
Kota Medan. i.
Keputusan Walikota No. 25 Tahun 2002 Tentang tugas pokok dan fungsi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan.
j. Peraturan Pemerintah No. 84 Tahun 2000 Tentang pedoman organisasi
perangkat daerah.
3.3 Objek, Subjek dan Wajib Pajak Restoran
Objek Pajak Restoran adalah setiap pelayanan yang disediakan dengan pembayaran di restoran termasuk Bar, Kafe, Rumah makan, Buffet, Kantin,
Kedai nasi kopi dan meliputi penjualan makanan minuman di tempat yang disertai tempat penyantapannya maupun yang diantar dibawa pulang take
away Pengecualian terhadap Objek Pajak Restoran adalah :
1. Pelayanan jasa boga catering
2. Pelayanan yang disediakan oleh restoran atau rumah makan yang
pendapatan brutonya tidak melebihi batas Rp. 600.000 enam ratus ribu rupiah per bulan.
Universitas Sumatera Utara
3. Penjualan makanan dan minuman ditempat yang disertai dengan
fasilitas penyantapan di hotel.
Subjek Pajak Restoran adalah orang pribadi atau badan yang
melakukan pembayaran atas pelayanan restoran.
Wajib Pajak Restoran adalah jumlah pembayaran yang dilakukan
kepada Restoran.
Tarif Pajak Restoran adalah sebesar 10 .
Besarnya Pokok Pajak Restoran yang terutang dihitung dengan
cara mengalihkan tarif pajak sebagaimana dimaksud pada pasal 13 dengan dasar pengenaan sebagaimana dimaksud pada pasal 12 :
1. Pajak yang terutang dipungut di dalam daerah.
2. Masa Pajak Restoran adalah jangka waktu yang lamanya sama
dengan satu bulan takwin. 3.
Pajak Restoran terutang dalam masa pajak terjadi atau timbul pada saat kegiatan pelayanan restoran dilakukan.
3.4 PENDAFTARAN DAN PENDATAAN PASAL 44
1. Pendaftaran dilakukan terhadap wajib pajak yang berdomisili di dalam
maupun di luar Wilayah Daerah memiliki objek pajak di daerah. 2.
Kegiatan pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diawali dengan mempersiapkan formulir pendaftaran dan diberikan kepada wajib pajak.
3. Wajib pajak mengisi formulir pendaftaran dengan jelas, lengkap dan benar
serta mengembalikannya ke Dinas Pendapatan Daerah.
Universitas Sumatera Utara
4. Formulir pendaftaran yang dikembalikan oleh Wajib Pajak dicatat dalam
induk wajib pajak secara berurutan yang digunakan sebagai Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah NPWPD bagi Wajib Pajak.
PASAL 45
1. Setiap wajib pajak wajib mengisi SPTPD dan formulir lain yang
disamakan dengan itu. 2.
SPTPD sebagaimana dimaksud ayat 1 harus diisi dengan jelas, benar dan lengkap serta ditandatangani oleh wajib pajak atau kuasanya.
3. SPTPD sebagaimana dimaksud ayat 1 harus disampaikan kepada Kepala
Daerah atau Pejabat selambat-lambatnya 15 hari setelah berakhirnya masa pajak.
4. Bentuk, isi, dan tata cara pengisian dan penyampaian SPTPD ditetapkan
oleh Kepala Daerah.
3.5 PERHITUNGAN DAN PENETAPAN PAJAK PASAL 46
1. Berdasarkan SPTPD sebagaimana dimaksud dalam pasal 42 1 Kepala
Daerah atau Pejabat menetapkan pajak terutang dengan menertibkan SKPD atau yang dipersamakan dengan itu.
2. Apabila SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat 1 tidak kurang bayar
setelah lewat waktu paling lama 30 hari sejak SKPD diterima, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 sebulan dan ditagih dengan
menerbitkan SKPD.
PASAL 47
Universitas Sumatera Utara
1. Wajib pajak membayar sendiri SPTPD sebagaimana dimaksud dalam
pasal 53 ayat 1 digunakan untuk menghitung, memperhitungkan dan menetapkan pajak sendiri yang terutang.
2. Dalam jangka waktu 5 tahun sesudah saat terutangnya pajak, Kepala
Dearah dapat menerbitkan : a.
SKPDKB b.
SKPDKBT c.
SKPDN 3.
SKPDKB sebagimana dimaksud pada ayat 2 huruf a diterbitkan : a.
Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain pajak yang terutang tidak atau kurang bayar, dikenakan sanksi
administrasi berupa bunga sebesar 2 sebulan dihitung dari pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka waktu yang
lama 24 bulan sejak saat terutangnya pajak. b.
Apabila SPTPD tidak disampaikan dalam jangka waktu yang ditentukan dan telah ditegur secara tertulis, dikenakan sanksi
administrasi berupa bunga sebesar 2 sebulan dihitung dari pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka waktu
paling lama 24 bulan sejak saat terutangnya pajak. c.
Apabila kewajiban mengisi SPTPD tidak dipenuhi, pajak yang terutang dihitung secara jabatan dan dikenakan sanksi
administrasi berupa kenaikan sebesar 25 dari pokok pajak ditambah sanksi administrasi berupa 2 sebulan dihitung dari
Universitas Sumatera Utara
pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 bulan sejak saat terutangnya pajak.
4. SKPDKBT sebagaimana dimaksud pada ayat 2 huruf b diterbitkan
apabila ditemukan data baru yang semula belum terungkap yang menyebabkan penambahan jumlah pajak terutang, akan dikenakan sanksi
administrasi berupa kenaikan sebesar 100 dari jumlah kekurangan pajak tersebut.
5. SKPDN sebagaimana dimaksud pada ayat 2 huruf c diterbitkan apabila
jumlah pajak terutang sama besarnya dengan jumlah pajak yang telah disetorkan.
6. Apabila kewajiban membayar pajak terutang dalam SKPDKB dan
SKPDKBT sebagaimana dimaksud pada ayat 2 huruf a dan b atau tidak sepenuhnya dibayar dalam jangka waktu yang telah ditentukan, ditagih
dengan menerbitkan SPTPD ditambah dengan sanksi administrasi berupa sebesar 2 sebulan.
7. Penambahan jumlah pajak yang terutang sebagaimana dimaksud ayat 3
tidak dikenakan pada Wajib Pajak apabila melaporkan sendiri sebelum dilakukan pemeriksaan.
3.6 TATA CARA PEMBAYARAN PAJAK PASAL 48
1. Pembayaran pajak dilakukan di Kas Daerah atau tempat lain yang
ditunjuk oleh Kepala Daerah dalam waktu 30 hari setelah diterimanya SPTPD, SKPD, SKPDKB, SKPDKBT dan STPD.
Universitas Sumatera Utara
2. Apabila pembayaran pajak dilakukan di tempat lain yang ditunjuk, hasil
penerimaan pajak harus disetor ke Kas Daerah selambat-lambatnya 1 x 24 jam atau dalam waktu yang ditentukan oleh Kepala Daerah.
3. Pembayaran pajak sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan 2 dilakukan
dengan menggunakan SSPD. 4.
Pembayaran pajak dengan sistem membayar sendiri, dilakukan di Kas Daerah atau tempat lain yang ditunjuk oleh Kepala Daerah pada tanggal 7,
14, 21 dan 28 berdasarkan SPTPD atas pajak yang telah dipungut dalam masa pajak bilamana tanggal tersebut jauth pada hari libur maka jadwal
pembayaran dimundurkan pada tanggal berikutnya.
PASAL 49
1. Pembayaran pajak harus dilakukan sekaligus atau lunas
2. Kepala Daerah atatu pejabat dapat memberikan persetujuan kepada wajib
untuk mengangsur pajak terutang dalam kurun waktu tertentu setelah memenuhi persyaratan yang ditentukan
3. Angsuran pembayaran pajak sebagaimana dimaksud pada ayat 2 harus
dilakukan secara teratur dan berturut-turut dengan dikenakan bunga sebesar 2 sebulan dari jumlah pajak yang belum atau kurang bayar.
4. Kepala Daerah atau pejabat dapat memberikan persetujuan kepada wajib
pajak untuk menunda pembayaran pajak sampai batas waktu yang ditentukan setelah memenuhi persyaratan yang ditentukan dengan
dikenakan bunga sebesar 2 sebulan dari jumlah pajak yang belum atau kurang bayar.
Universitas Sumatera Utara
5. Persyaratan untuk dapat mengangsur dan menunda pembayaran serta tata
cara pembayaran angsuran dan penundaan sebagaimana dimaksud pada ayat 2 dan 4 ditetapkan oleh Kepala Daerah atau pejabat
PASAL 50
1. Setiap pembayaran pajak sebagaimana dimaksud dalam pasal 48 diberikan
tanda bukti pembayaran dan dicatat dalam bukti penerimaan 2.
Bentuk, jenis, isi, dan ukuran tanda bukti pembayaran dan bukti penerimaan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat 1 ditetapkan oleh
Kepala Daerah
3.7 TATA CARA PEMBUKUAN DAN PELAPORAN PASAL 51
1. SPTPD, SKPD, SKPDKB, SKPKBT, dan STPD dicatat dalam buku
menurut jenis pajak sesuai dengan NPWPD 2.
Besarnya penetapan dan penerimaan pajak dihimpun dalam Buku Jenis Pajak dan atas dasar Buku Jenis Pajak dibuat Daftar Penetapan,
Penerimaan dan Tunggakan per jenis Pajak. 3.
Berdasarkan Daftar Penetapan, Penerimaan, dan Tunggakan dibuat pelaporan realisasi penerimaan dan tunggakan per jenis Pajak sesuai
dengan Masa Pajak.
3.8 TATA CARA PENAGIHAN PAJAK PASAL 52
Universitas Sumatera Utara
1. Surat teguran atau Surat Peringatan atau surat lain yang sejenisnya sebagai
awal tindak pelaksanaan penagihan pajak dikeluarkan tujuh hari sejak saat jatuh tempo pembayaran.
2. Dalam jangka waktu 7 hari setelah tanggal Surat Teguran atau Surat
Peringatan atau surat lain yang sejenisnya, Wajib Pajak harus melunasi pajak yang terutang.
3. Surat Teguran, Surat Peringatan atau surat lain yang sejenisnya
sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dikeluarkan oleh pejabat.
PASAL 53
1. Apabila jumlah pajak yang masih harus dibayar tidak dilunasi dalam
jangka waktu sebagaimana ditentukan dalam Surat Teguran atau Surat Peringatan atau surat lain yang sejenisnya, jumlah pajak yang harus
dibayar ditagih dengan Surat Paksa. 2.
Pejabat menerbitkan Surat Paksa segera lewat 21 hari sejak tanggal Surat Teguran atau Surat Peringatan atau surat lain yang sejenisnya.
PASAL 54
Apabila pajak yang harus dibayar tidak dilunasi dalam jangka waktu 2 x 24 jam sesudah tanggal pemberitahuan Surat Paksa. Pejabat segera
menerbitkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan.
PASAL 55
Setelah dilakukan penyitaan dan Wajib Pajak belum juga melunasi utang pajaknya, setelah lewat 10 hari sejak tanggal pelaksanaan Surat Perintah
Universitas Sumatera Utara
melaksanakan Penyitaan, Pejabat mengajukan permintaan penetapan tanggal pelelangan kepada Lelang Negara.
PASAL 56
Setelah Lelang Negara menetapkan hari, tanggal, jam dan tempat pelaksanaan lelang, juru sita memberitahukan dengan segera secara tertulis
kepada Wajib Pajak.
PASAL 57
Bentuk, jenis dan isi formulir yang dipergunakan untuk pelaksanaan penagihan pajak daerah ditetapkan oleh Kepala Daerah
3.9 PENGURANGAN KERINGANAN DAN KEBEBASAN PAJAK PASAL 68
1. Kepala Daerah atau Pejabat berdasarkan permohonan Wajib Pajak dapat
memberikan pengurangan, keringanan dan pembebasan pajak. 2.
Tata cara pemberian pengurangan, keringanan dan pembebasan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat 1 ditetapkan oleh Kepala Daerah
Universitas Sumatera Utara
BAB IV ANALISA DAN EVALUASI