Pelaksanaan Penagihan Tunggakan Pajak Terhadap Wajib Pajak Orang Pribadi Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam

(1)

LAPORAN TUGAS AKHIR

PELAKSANAAN PENAGIHAN TUNGGAKAN PAJAK TERHADAP WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DI KANTOR PELAYANAN PAJAK

PRATAMA LUBUK PAKAM O

L E H

Nama : PRAMUDYA GUSTI ERLANGGA NIM : 092600053

Untuk memenuhi salah satu syarat

Menyelesaikan Studi Pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2013


(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberi kekuatan dan kesabaran dalam menyelesaikan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini dengan baik untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitaas Sumatera Utara. Tidak lupa pula shalawat dan salam penulis ucapkan kepada Nabi Muhammad SAW, semoga diberi syafaat di Yaumil Akhir nanti. Dalam menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini penulis telah banyak menerima bantuan baik secara moril maupun materil berupa kerjasama, bimbingan, dorongan dan semangat dari berbagai pihak sehingga Laporan Tugas Akhir ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih sebesar – besarnya kepada pihak – pihak berikut ini:

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan FISIP USU

2. Bapak Drs. Alwi Hashim Batubara, M.Si selaku Ketua Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU.

3. Ibu Arlina, SH, M.Hum selaku Sekretaris Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU, yang juga selaku Dosen Pembimbing saya dalam menyelesaikan penulisan Laporan ini.

4. Seluruh pegawai di Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU.


(3)

5. Teristimewa untuk Ibunda dan Ayahanda tercinta yang memiliki andil penting dalam memberikan dukungan moril dan materil serta doa restunya kepada penulis.

6. Kepada Nurul Hiliyah Lubis yang selalu menopang dan membantu penulis dari awal hingga selesainya tugas akhir ini.

7. Pegawai KPP Pratama Lubuk Pakam yang banyak membantu penulis memberikan data dalam penyelesaian Laporan Tugas Akhir ini.

Penulis


(4)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………...……… i

DAFTAR ISI... iii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri……... 1

B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri... 3

C. Uraian Teoritis... 5

D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri... 7

E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri... 7

F. Metode Pengumpulan Data Praktik Kerja Lapangan Mandiri... 9

G. Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri... 9

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PKLM ... 11

A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam ... 11

B. Tugas dan Fungsi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam... 15

C. Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam... 16


(5)

BAB III GAMBARAN MENGENAI PELAKSANAAN

PENAGIHAN TUNGGAKAN PAJAK TERHADAP WAJIB

PAJAK ORANG PRIBADI………...……….. 22

A. Ketentuan Pelaksanaan Penagihan Tunggakan Pajak Terhadap Wajib Pajak Orang Pribadi (WPOP) ... 22

B. Definisi Penagihan Pajak ………...…….. 23

C. Penagihan Utang Pajak ………....…. 24

D. Dasar Hukum Penagihan Pajak………...…………. 25

E. Tata Cara Penagihan………...……….. 25

F. Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa (PPSP)…...………… 27

G. Penagihan Seketika dan Sekaligus………...…. 31

H. Penyitaan………...……… 33

BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI DATA ... 48

A. Analisa Perkembangan Wajib Pajak yang Menunggak Pajak... 38

B. Pelaksanaan Penagihan Pajak yang Dilakukan..……... 40

C.Faktor Penghambat Dalam Pelaksanaan Penagihan Melalui Surat Paksa...…..…….……….. 48

D. Cara Penyelesaian Masalah Dalam Pelaksanaan Penagihan Melalui Surat Paksa………...………....……… 51

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 54

A. KESIMPULAN ... 54


(6)

DAFTAR PUSTAKA………...……… 60


(7)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktek Kerja Lapangan Mandiri

Demi mewujudkan kemandirian suatu bangsa dan negara dalam pembiayaan pembangunan, pemerintah perlu melakukan usaha–usaha yang cukup optimal, salah satunya adalah menggali sumber–sumber dana yang berasal dari dalam negeri. Pada saat ini sektor perpajakan merupakan salah satu sumber penerimaan yang ideal baik itu penerimaan oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.

Bila dilihat dari potensinya, sektor perpajakan dapat menjadi salah satu sektor yang dapat memenuhi pembiayaan pembangunan yang dilakukan secara berkala dan berkesinambungan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat secara materil maupun spiritual. Bisa berjalan secara baik atau tidak pemanfaatan sumber ini tak lepas dari adanya kebijakan–kebijakan dari pemerintah dan peran serta masyarakat untuk memenuhi kewajiban pembayaran pajak berdasarkan ketentuan perpajakan sangat diharapkan, namun dalam kenyataannya masih banyak dijumpai adanya tunggakan pajak sebagai akibat dari tidak di lunasinya utang pajak sebagaimana mestinya.

Selama ini masyarakat masih menganggap pajak sebagai suatu beban. Tingkat pendapatan yang rendah serta minimnya pengetahuan tentang pajak merupakan suatu faktor yang menyebabkan kurangnya kesadaran masyarakat untuk melunasi pembayaran kewajiban pajaknya.


(8)

Sehubungan dengan hal itu, aparat pajak dalam melakukan tugasnya didukung oleh berbagai faktor penunjang, salah satunya adalah penerapan langkah strategi meningkatkan kepatuhan wajib pajak, serta upaya yang dilakukan dalam rangka pelunasan atau pencairan tunggakan pajak yang terutang sesuai dengan prosedur penagihan sehingga tercapainya pelunasan tunggakan pajak yang semestinya untuk meningkatkan penerimaan pajak.

Pajak sebagai sumber utama penerimaan negara perlu terus ditingkatkan sehingga pembangunan nasional dapat dilaksanakan dengan kemampuan sendiri berdasarkan prinsip kemandirian. Peningkatan kesadaran masyarakat di bidang perpajakan harus ditunjang dengan iklim yang mendukung peningkatan peran aktif masyarakat serta pemahaman akan hak dan kewajibannya dalam melaksanakan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Penagihan pajak adalah serangkaian tindakan agar penanggung pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau memperingatkan, melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus, memberitahukan surat paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan, melaksanakan penyandraan, menjual barang yang telah disita.

Melihat pentingnya pelaksanaan penagihan pajak guna pelunasan utang pajak oleh wajib pajak, maka mendorong penulis untuk memilih judul

“Pelaksanaan Penagihan Tunggakan Pajak Terhadap Wajib Pajak Orang Pribadi Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam”.


(9)

B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) 1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Pratek kerja lapangan mandiri (PKLM) merupakan salah satu syarat yang wajib di laksanakan oleh mahasiswa untuk menyelesaikan pendidikan Program Diploma – III Administrasi Perpajakan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Secara spesifik tujuan dan manfaat yang ingin dicapai dalam melaksanakan praktek kerja lapangan mandiri (PKLM) ini adalah:

1.1.Untuk mengetahui bagaimana sebenarnya Penagihan Tunggakan Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam.

1.2.Untuk mengetahui kendala – kendala atau hambatan yang terjadi dalam Penagihan Tunggakan Pajak di KPP Pratama Lubuk Pakam tersebut. 1.3.Untuk mengetahui upaya – upaya yang di tempuh oleh pemerintah dalam

mengatasi kendala – kendala yang terjadi dalam Penagihan Tunggakan Pajak.

2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri

2.1. Manfaat Praktek Kerja Lapangan Mandiri Bagi Mahasiswa

a. Untuk memperkenalkan secara langsung kepada mahasiswa situasi dunia kerja sebenarnya dan di harapkan agar nantinya tahu dan dapat membedakan antara dunia kerja dan dunia pendidikan.

b. Untuk mempraktekkan dan menerapkan ilmu pengetahuan serta mengaplikasikannya ke dalam kehidupan nyata sesuai dengan apa yang telah diperoleh selama masa perkuliahan.


(10)

c. Untuk meningkatkan komunikasi maupun pendekatan pada instansi mengenai fungsi dan tugas.

d. Guna mendorong mahasiswa untuk belajar mengetahui bagaimana situasi dunia kerja yang sebenarnya dan menjadikan mahasiswa sebagai tenaga ahli yang siap pakai.

e. Pengujian dan persiapan karir kerja. f. Menambah pengalaman kerja.

g. Memahami tentang Pelaksanaan Penagihan Tunggakan Pajak terhadap Wajib Pajak Orang Pribadi pada KPP Pratama Lubuk Pakam.

2.2. Manfaat Praktek Kerja Lapangan Mandiri Bagi Instansi

a. Meningkatkan mutu dengan PKLM jangka pendek untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas.

b. Guna memenuhi kebutuhan akan tenaga – tenaga terampil yang sesuai dengan keahliannya yang nantinya akan merupakan tenaga ahli yang siap pakai sesuai dengan bidang ilmu yang ditekuni.

c. Dapat menambah sumber – sumber ide baru

d. Dapar merekrut sumber daya manusia yang profesional

e. Mempromosikan hubungan yang baik antara Direktorat Jendral Pajak dengan Universitas.

2.3.Manfaat Praktek Kerja Lapangan Mandiri Bagi Program Diploma - III Administrasi Perpajakan FISIP USU

a. Menambah hubungan kerjasama antara pihak Universitas dengan instansi pemerintah khususnya di Kantor Direktorat Jendral Pajak


(11)

b. Guna meningkatkan profesionalitas, memperluas wawasan serta menerapkan ilmu pengetahuan dan keterampilan mahasiswa dalam menerapkan ilmunya khususnya di bidang perpajakan

c. Menambahkan aplikasi yang nyata bagi kurikulum d. Membuka pintu bagi dosen dan instansi pemerintah e. Mendorong kemajuan alumni di masa mendatang

f. Mempromosikan sumber – sumber potensial dari Universitas g. Memperbaiki persepsi umum tentang Universitas

C. Uraian Teoritis

1. Definisi Pajak

1.1.Berdasarkan Undang-Undang No. 28 tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan , Pajak adalah kontribsusi Wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi dan badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat (Sihaloho, 2002, 3).

2. Syarat pemungutan pajak

Agar pemungutan pajak tidak menimbulkan hambatan atau perlawanan, maka pemungutan pajak harus memenuhi syarat sebagai berikut:

2.1. Adil

Sesuai dengan tujuan hukum, yakni mencapai keadilan undang-undang dan pelaksanaan pemungutan harus adil. Adil dalam perundang-undangan pajak


(12)

diantaranya mengenakan pajak secara umum dan merata serta disesuaikan dengan kemampuan wajib pajak.

2.2. Yuridis

Pajak diatur dalam UUD 1945 pasal 23A, hal ini memberikan jaminan hukum yang menyatakan keadilan baik bagi negara maupun warganya.

2.3. Ekonomis

Pemungutan pajak tidak boleh mengganggu kelancaran kegiatan produksi perdagangan sehingga tidak menimbulkan kelesuan perekonomian masyarakat. 2.4. Finansial

Biaya pemungutan pajak harus dapat ditekan sehingga lebih rendah dari hasil pemungutan.

2.5. Sederhana

Sistem pemungutan pajak yang sederhana akan memudahkan dan mendorong masyarakat dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.

3. Definisi Penagihan Pajak

Penagihan Pajak adalah serangkaian tindakan agar Penanggung Pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau memperingatkan, melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus, memberitahukan Surat Paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan, melaksanakan penyanderaan, menjual barang yang telah disita (Pasal 1 angka


(13)

D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Adapun yang menjadi ruang lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri adalah : 1. Prosedur pelaksanaan penagihan tunggakan pajak terhadap wajib pajak orang

pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam

2. Informasi mengenai data-data pelunasan tunggakan pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam

3. Kendala-kendala apa saja yang dihadapi dalam proses penagihan pajak dan upaya-upaya yang ditempuh dalam mengatasinya

E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Adapun metode dalam pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri sebagai berikut :

1.Tahap Persiapan

Pada tahapan ini penulis melakuakan persiapan yang dimulai dari penyusunan proposal, memohon surat pengantar Praktik Kerja Lapangan Mandiri dari pihak Fakultas / Program Diploma III Administrasi Perpajakan, mencari bahan untuk pembuatan laporan hingga konsultasi pada pihak dosen.

2. Studi Pustaka

Penulis melakukan studi literatur ke berbagi sumber bacaan yang berkaitan dengan judul dan proposal tersebut yang merupakan dasar teori yang mendukung pembuatan laporan seperti buku–buku, majalah, koran, Undang– Undang maupun literatur yang berkaitan dengan kegiatan yang akan dilakuakan oleh penulis dalam melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri


(14)

3. Observasi Lapangan

Melakukan pengamatan secara langsung di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam untuk mengetahui keadan kinerja pada kantor tersebut dan untuk mendapatkan gambaran mengenai masalah yang akan diteliti.

4. Pengumpulan Data

Pengumpulan data juga penulis lakukan demi menunjang keberhasilan dari topik yang akan dibahas, dalam hal ini data–data bersumber dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam baik dari hal- hal yang sudah lihat, data tertulis maupun data lisan

5. Analisa dan Evaluasi

Kegiatan studi yang dilakukan dengan cara menganalisa permasalahan dan kendala yang dihadapi dan mencari tahu atau menanyakan solusi yang terbaik untuk memecahkan masalah tersebut.


(15)

F. Metode Pengumpulan Data

Dalam melakukan pengumpulan data digunakan 3 metode: a. Wawancara (Interview)

Dalam metode ini penulis melakukan tanya jawab kepada para pegawai kantor setempat yang mengetahui hal-hal yang diperlukan dalam penulisan laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri

b. Metode Observasi

Dalam metode ini penulis langsung ke lapangan untuk melakukan pengamatan terhadap data-data di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam

c. Dokumentasi

Yaitu menggunakan dokumen-dokumen resmi atau arsip-arsip yang dianggap penting bukti otentik yang berhubungan dengan pelaksanaan penagihan tunggakan pajak terhadap wajib pajak orang pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam dan data lain yang berhubungan dengan objek pembahasan.

G. Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Adapun yang menjadi sistematika dalam penyusunan laporan PKLM, yaitu:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini terdiri dari latar belakang, tujuan dan manfaat, uraian teoritis, ruang lingkup, metode pengumpulan data dan sistematika penulisan laporan

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK DAN LOKASI PKLM

Pada bab ini diuraikan mengenai sejarah singkat berdirinya KPP Pratama Lubuk Pakam, uraian tugas pokok dan fungsi, struktur organisasi dan keadaan pegawai KPP Pratama Lubuk Pakam.


(16)

BAB IV ANALISA DAN EVALUASI

Pada bab ini penulis menganalisa data yang sudah dikumpulkan terlebih dahulu dan menyederhanakan data yang banyak dalam bentuk yang lebih sederhana.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab ini menguraikan tentang kesimpulan, mengenai objek Praktik Kerja Lapangan dan permasalahan yang dihadapi selama melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri di lapangan yang dianggap perlu. Bab ini juga menguraikan tentang saran ataupun kritik dari pembaca apabila terdapat kesalahan dalam penulisan.


(17)

BAB II

GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA LUBUK PAKAM

A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam

Pada tahun 1987 Kantor Pelayanan Pajak masih disebut Kantor Inspeksi Pajak. Pada saat itu ada 2 (dua) Kantor Inspeksi Pajak yaitu Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan dan Kantor Inspeksi Pajak Kisaran. Dengan adanya pertumbuhan ekonomi penduduk yang semakin cepat, maka pemerintah merasa perlu adanya tambahan Kantor Inspeksi Pajakyang gunanya untuk menambah penerimaan Negara dari sektor pajak.

Dalam meningkatkan pelayanan kepada masyarakat di dalam pelayanan pembayaran pajak, maka berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 267/KMK.01/1989 diadakanlah perubahan secara menyeluruh pada Direktorat Jendral Pajak yang mencakup reorganisasi Kantor Inspeksi Pajak yang diganti nama menjadi Kantor Pelayanan Pajak sekaligs dibentuk Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan.

Kemudian pada tanggal 3 agustus 1993 dikeluarkanlah Keputusan Menteri Keuangan Indonesia No. 785/KMK.01/1993 Kantor Pelayanan Pajak berubah menjadi 4 (empat) wilayah kerja yaitu:

1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur yang beralamat di jalan Diponegoro No.30 Medan


(18)

3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara, Jl. Asrama No. 7 Medan

4. Kantor Pelayanan Pajak Binjai, Jl. Jambi No.I Rambung Barat, Binjai Selatan Untuk mengimplementasikan konsep administrasi perpajakan modern yang berorientasi pada pelayanan dan pengawasan, maka struktur organisasi Direktorat Jenderal Pajak perlu diubah, baik dilevel kantor pusat sebagai pembuat kebijakan. Sebagai langkah pertama untuk memudahkan wajib pajak, ketiga jenis kantor wajib pajak yang ada yaitu, Kantor Pelayanan Pajak (KPP), Kantor

Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KPPBB), dan Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak (Karipka) dilebur menjadi Kantor Pelayanan Pajak Pratama (KPP Pratama). Pelayanan Pajak Pratama yaitu Instansi Vertikal Direktoral Jenderal Pajak yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Kantor Wilayah Direktoral Jenderal Pajak Sumatera Utara I (Kanwil DJP Sumut I). KPP Pratama akan melayani PPh, PPN, PBB, BPHTB. Selain itu KPP Pratama Juga melakukan pemeriksaan tetapi bukan sebagai lembaga yang

memutuskan keberatan, struktur organisasi KPP Pratama berdasarkan fungsi pajak bukan jenis pajak.

Adapun KPP Pratama yang bernaung di Lingkungan Kanwil DJP Sumut I adalah:

1. KPP Pratama Medan Belawan 2. KPP Pratama Medan Barat 3. KPP Pratama Medan Petisah 4. KPP Pratama Medan Polonia 5. KPP Pratama Medan Kota 6. KPP Pratama Medan Timur


(19)

7. KPP Pratama Lubuk Pakam 8. KPP Pratama Binjai

Sesuai dengan keputusan Direktorat Jenderal Pajak Nomor KEP-95/PJ/2008 tanggal 27 Mei 2008 tentang Saat Mulai Operasi (SMO) Kpp Pratama di Lingkungan Kanwil DJP Sumut I, maka KPP Pratama Lubuk Pakam ditetapkan mulai beroperasi tanggal 27 Mei 2008. KPP Pratama Lubuk Pakam berada di bawah Lingkungan Kanwil DJP Sumut I.

B.Visi dan Misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam

Pernyataan Visi:

“MENJADI INSTITUSI PEMERINTAH YANG MENYELENGGARAKAN SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN YANG EFEKTIF, EFISIEN, DAN DIPERCAYA MASYARAKAT DENGAN INTEGRITAS DAN PROFESIONALISME YANG TINGGI”

Pernyataan Misi:

“MENGHIMPUN PENERIMAAN PAJAK NEGARA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN YANG MAMPU MEWUJUDKAN KEMANDIRIAN PEMBIAYAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA MELALUI SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN YANG EFEKTIF DAN EFISIEN.”


(20)

C.Tugas dan Fungsi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam 1. Tugas

KPP Pratama mempunyai tugas melaksanakan penyuluhan, pelayanan, dan pengawasan Wajib Pajak dibidang Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak 25 Penjualan atas Barang Mewah, Pajak tidak langsung lainnya, Pajak Bumi dan Bangunan, serta Bea Perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Fungsi

Dalam melaksanakan tugas, KPP Pratama menyelenggarakan fungsi :

a. Pengumpulan, pencarian, dan pengolahan data, pengamatan potensi perpajakan, penyajian informasi perpajakan, pendataan objek dan subjek pajak, serta penilaian objek Pajak Bumi dan Bangunan, Penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan

b. Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya penyuluhan perpajakan.

c. Pelaksanaan registrasi Wajib Pajak d. Pelaksanaan ekstensifikasi

e. Penatausahaan piutang pajak dan pelaksanaan penagihan pajak f. Pelaksanaan pemeriksaan pajak

g. Pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak h. Pelaksanaan konsultasi perpajakan


(21)

i. Pelaksanaan intensifikasi

j. Pelaksanaan administrasi KPP Pratama.

D.Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam

Struktur organisasi adalah suatu bagan yang menggambarkan sistematis mengenai penetapan tugas-tugas, fungsi dan wewenang serta tanggung jawab masing-masing dengan tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Tujuannya untuk membina keharmonisan kerja agar pekerjaan dapat dilakukan dengan teratur dan baik untuk mencapai tujuan yang diinginkan secara maksimal. Susunan

organisasi KPP Pratama Lubuk Pakam adalah sebagai berikut:

1. Sub Bagian Umum

Sub bagian umum terdiri dari 3 bagian, yaitu : a. Tata Usaha dan Kepegawaian

Tugasnya adalah menyelenggarakan tugas pelayanan dibidang tata usaha dan kepegawaian dengan cara melakukan pengurusan surat, pengetikan dan pengadaan, penataan berkas penyusutan arsip, tata usaha kepegawaian dan laporan agar dapat menunjang kelancaran tugas Kantor Pelayanan Pajak.

b. Keuangan

Tugasnya adalah menyusun anggaran dan administrasi keuangan untuk pembiayaan administrasi kantor dan penggajian pegawai KPP Pratama Lubuk Pakam.


(22)

Tugasnya adalah mengurusi segala keperluan rumah tangga dan keperluan perlengkapan Kantor Pelayanan Pajak Pratama agar dapat menunjang kelancaran tugas Kantor Pelayanan Pajak.

2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi

Seksi Pengolahan Data dan Informasi di pimpin oleh seorang Kepala Seksi yang tugasnya mengkoordinir urusan pengolahan data dan penyajian informasi pembuatan monografi pajak, penggalian potensi perpajakan serta ekstensifikasi Wajib Pajak dan intensifikasi sesuai peratutan perundang-undangan yang berlaku. Seksi Pengolahan Data dan Informasi mempunyai tugas melakukan pengumpulan, pencarian dan pengolahan data, penyajian informasi perpajakan, perekaman dokumen perpajakan, urusan tata usaha penerimaan perpajakan, pengalokasian Pajak Bumi Bangunan dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan, pelayanan dukungan teknis komputer, pemantauan aplikasi elektronik, pengaplikasian Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP), dan Sistem Informasi Geografi (SIG), serta penyiapan Laporan Kinerja.

3. Seksi Pelayanan

Seksi Pelayanan mempunyai tugas melakukan penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan, pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan surat pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya, penyuluhan perpajakan, pelaksanaan registrasi WP, serta melakukan kerja sama perpajakan.


(23)

4. Seksi Penagihan

Seksi Penagihan mempunyai tugas melakukan urusan penatausahaan piutang pajak, penagihan aktif, usulan penghapusan piutang pajak, penundaan dan angsuran tunggakan pajak, serta penyimpanan dokumen-dokumen penagihan.

5. Seksi Pemeriksaan

Seksi Pemeriksaan mempunyai tugas melakukan penyusunan rencana pemeriksaan, pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitan dan penyaluran surat perintah pemeriksaan pajak serta administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya.

6. Seksi Ekstensifikasi

Seksi Ekstensifikasi Perpajakan mempunyai tugas melakukan pengamatan potensi perpajakan, pendataan objek dan subjek pajak, penilaian objek pajak dalam rangka ekstensifikasi.

7. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I, II, III

Seksi pengawasan dan konsultasi I, seksi pengawasan dan konsultasi II, seksi pengawasan dan konsultasi III, masing-masing mempunyai tugas melakukan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak, bimbingan/himbauan kepada Wajib Pajak dan Konsultasi teknis perpajakan, penyusunan profil Wajib Pajak, analisis kinerja Wajib Pajak, melakukan rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka melakukan intensifikasi, dan melakukan evaluasi hasil banding.


(24)

8. Kelompok Jabatan Fungsional

Kelompok jabatan fungsional mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai dengan jabatan fungsional masing-masing berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kelompok jabatan fungsional terdiri dari supervisor, Ketua Tim, Anggota Tim. KPP Pratama Lubuk Pakam mempunyai 2 kelompok fungsional sesuai dengan bidang keahliannya. Setiap kelompok tersebut di koordinasikan oleh pejabat fungsional senior yang ditunjuk oleh Kepala Kantor Wilayah, atau Kepala KPP yang bersangkutan. Jumlah jabatan fungsional tersebut ditentukan berdasarkan kebutuhan dan beban kerja. Jenis dan jenjang jabatan fungsional diatur sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.


(25)

BAB III

GAMBARAN MENGENAI PELAKSANAAN PENAGIHAN TUNGGAKAN PAJAK TERHADAP WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

A. Ketentuan Pelaksanaan Penagihan Tunggakan Pajak Terhadap Wajib Pajak Orang Pribadi (WPOP)

Undang – undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 19 Tahun 2000.

Pengertian mengenai paksaan penagihan tunggakan pajak terhadap WPOP.

1. Penanggung Pajak adalah orang pribadi atau badan yang bertanggung jawab atas pembayaran pajak, termasuk wakil yang menjalankan hak dan memenuhi kewajiban wajib pajak menurut ketentuan Peraturan Undang – undang Perpajakan (Mardiasmo, 2006:113).

2. Penagihan pajak adalah serangkaian tindakan agar penanggung pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak yang dilakukan dengan menegur atau memperingatkan melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus, memberitahukan Surat Paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan, melaksankan penyanderaan, menjual barang yang telah disita (Mardiasmo, 2006:113).

3. Biaya penagihan adalah biaya pelaksanaan surat paksa, surat perintah melakukan penyitaan, pengumuman lelang, pembatalan lelang jasa penilai, dan biaya lainnya sehubungan dengan dengan penagihan pajak.


(26)

B.Definisi Penagihan Pajak

Penagihan dilaksanakan oleh fiksus sehubungan adanya kewajiban wajib pajak, baik sebagian maupun keseluruhan, yang masih terutang pada negara menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Proses penagihan yang optimal akan lebih meningkatkan realisasi penerimaan negara melalui pencairan tunggakan. Agar penagihan dapat maksimal, maka harus dilakukan dengan tertib dan taat asas. Menurut Moeljo Hadi, SH dalam bukunya Dasar-dasar Penagihan pajak Negara, pengertian Penagihan adalah :

“Penagihan adalah serangkaian tindakan dari aparatur Direktorat Jenderal Pajak berhubung Wajib Pajak tidak melunasi baik sebagian atau seluruh kewajiban perpajakan yang terutang menurut Undang-Undang Perpajakan yang berlaku”. Penagihan yang dimaksud oleh Moeljo Hadi lebih kepada tindakan dari aparatur Direktorat Jenderal Pajak karena Wajib Pajak tidak melunasi sebagian atau seluruh dari kewajiban perpajakannya. Mirip dengan pengertian di atas, Prof. Dr. H. Rochmat Soemitro merumuskan pengertin Penagihan adalah sebagai berikut :

“Penagihan ialah perbuatan yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak karena Wajib Pajak tidak mematuhi Undang-undang Pajak, khususnya mengenai


(27)

C.Penagihan Utang Pajak

Tindakan penagihan utang pajak secara teoritis dapat dilakukan dengan 2 langkah :

1. Penagihan Pasif

Penagihan pajak pasif dilakukan dengan menggunakan Surat Tagihan Pajak (STP), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT), Surat Keputusan Pembetulan yang menyebabkan pajak terutang menjadi lebih besar, Surat Keputusan Keberatan yang menyebabakan pajak terutang menjadi lebih besar. Jika jangka waktu 30 hari belum dilunasi, maka tujuh hari setelah jatuh tempo akan diikuti dengan penagihan pajak secara aktif yang dimulai dengan tindakan sita yang telah didahului adanya Surat Teguran, dan dilanjutkan dengan pelaksanaan lelang. Dalam hal ini Utang Pajak itu adalah Pajak yang masih harus dibayar termasuk sanksi administrasi berupa bunga, denda, atau kenaikan yang tercantum dalam Surat Ketetapan Pajak atau Surat sejenisnya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

2. Penagihan Aktif

Penagihan Pajak Aktif merupakan kelanjutan dari penagihan pajak pasif, dimana dalam upaya panagihan ini fiskus berperan aktif dalam arti tidak hanya mengirim Surat Tagihan atau Surat Ketetapan Pajak tetapi akan diikuti dengan tindakan sita yang didahului dengan Surat Teguran dan Surat Paksa dan dilanjutkan dengan pelaksanaan lelang. Surat Paksa sekurang-kurangnya memuat:


(28)

1. Nama Wajib Pajak, atau Penanggung Pajak

2. Besarnya utang pajak

3. Perintah untuk membayar dalam waktu 2x24 jam (dua kali dua puluh empat jam) sejak Surat Paksa disampaikan.

D.Dasar Hukum Penagihan Pajak

1. Undang-undang No. 19 Tahun 2000 tentang perubahan atas Undang-undang No. 19 tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa (UU. PPSP) 2. Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata

Cara Perpajakan (KUP)

E.Tata Cara Penagihan 1. Surat Teguran

Pengertian surat teguran sesuai dengan peraturan menteri keuangan Nomor 24/PMK.03/2008 sebagaimana telah mengalami perubahan Nomor

85/PMK.03/2010 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Penagihan Dengan Surat Paksa Dan Pelaksanaan Penagihan Seketika Dan Sekaligus adalah surat yang diterbitkan oleh pejabat untuk menegur atau memperingatkan wajib pajak untuk melunasi utang pajak nya sampai dengan tanggal jatuh tempo pembayaran (PMK.Nomor.85/PMK.03/2010).


(29)

Penerbitan Surat Teguran

1. Tindakan pelaksanaan penagihan pajak diawali dengan penerbitan surat teguran atau surat peringatan atau surat lain sejenis setelah tujuh hari sejak tanggal jatuh tempo pembayaran (1 bulan sejak tanggal atau keputusan diterbitkan).

2. Penerbitan surat teguran dimaksudkan untuk memperingatkan atau menegur wajib pajak untuk melunasi pajaknya.

3. Surat teguran tidak diterbitkan kepada penanggung pajak yang telah disetujui untuk mengangsur atau pun menunda pembayaran pajaknya. 4. Penerbitan surat teguran merupakan tindakan awal dari pelaksanaan

penagihan dan harus dilakukan terlebih dahulu sebelum dilanjutkan dengan pengeluaran SP.

5. Pada dasarnya surat teguran hanya diterbitkan 1 kali saja.

6. Bila terhadap wajib pajak tidak pernah diiterbitkan surat teguran tapi langsung diterbitkan SP, maka secara yuridis SP tersebut dianggap tidak ada, karena tidak didahului dengan pengeluaran ST.

a. Dasar Hukum Surat Teguran Pajak (STP)

1. Keputusan Menteri Keuangan Nomor KMK-561/KMK.04/2000 sebagaimana telah mengalami perubahan Nomor 24/PMK.03/2008 2. Keputusan Direktorat Jenderal Pajak Nomor Kep-564/KMK.04/2000

sebagaimana telah diubah dengan keputusan menteri keuangan nomor Kep-474/PJ./2002.


(30)

3. Surat edaran Direktorat Jenderal Pajak Nomor : SE-13/PJ.75/1998 sebagaimana telah diubah Nomor SE-19/PJ/2011.

F. Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa (PPSP)

Sesuai dengan pasal 1 angka 12 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000, yang dimaksud dengan Surat Paksa adalah : Surat Perintah membayar utang pajak dan biaya penagihan pajak.

1. Dasar Hukum Penerbitan dan Pemberitahuan Surat Paksa (PPSP)

a. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 564/KMK.04/2000 sebagaimana telah diubah dengan Nomor 24/PMK.03/2008.

b. Keputusan Menteri Keuangan Nomor KMK-561/KMK.04/2000 sebagaimana telah diubah dengan Nomor 24/PMK.03/2008

c. Keputusan Direktorat Jenderal Pajak Nomor Kep-564/KMK.04/2000 sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor Kep-474/PJ./2002.

d. Surat edaran direktorat jenderal pajak nomor : SE-13/PJ.75/1998 sebagaimana telah diubah dengan Nomor SE-19/PJ/2011.

2. Isi dan Karakteristik Dari Surat Paksa

Berbicara lebih lanjut tentang surat paksa, maka surat paksa dapat ditainjau dari 2 (dua) segi,yaitu segi isinya dan segi karakteristiknya.

a. Dari segi isinya:

1. Berkepala kata-kata “Atas Nama Keadilan’’ yang dengan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970 pasal 4 disesuiakan bunyinya menjadi’’ Demi Keadilan berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa’’.


(31)

2. Nama wajib pajak/ penaggung pajak, keterangan cukup tentang alasan yang menjadi dasar penagihan,perintah membayar.

3. Dikeluarkan/ ditandatangani oleh pejabat berwenang yang ditunjuk oleh menteri keuangan/ Kepala Daerah.

b. Dari segi karakteristiknya :

1. Mempunyai kekuatan hukum yang sama dengan Grosse putusan hakim dalam perkara perdata yang tidak dapat diminta banding lagi pada Hakim atasan.

2. Mempunyai kekuatan hukum yang pasti.

3. Mempunyai fungsi ganda yaitu menagih pajak dan menagih bukan pajak (biaya-biaya penagihan).

4. Dapat dilanjutkan dengan tindakan penyitaan atau penyanderaan /pencegahan.

Surat Paksa, dalam bahasa hukum disebut sebagai parate eksekusi

(eksekusi langsung), yang berarti bahwa penagihan pajak secara paksa dapat dilakukan tanpa melalui proses Pengadilan Negeri. Hal ini bisa dimengerti karena surat paksa itu mempunyai kekuatan hukum yang pasti dimana fiskus dalam melaksanakan kewajiban mempunyai hak “parate Eksekusi’’.

3. Penerbitan Surat Paksa

Menurut pasal 8 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 dinyatakan bahwa surat paksa diterbitkan apabila:


(32)

1) Penanggung pajak tidak melunasi utang pajak sampai dengan tanggal jatuh tempo pembayaran dan kepadanya telah diterbitkan Surat teguran atau Surat Peringatan atau surat lain yang sejenis.

2) Terhadap Penanggung Pajak telah dilaksanakan Penagihan Seketika dan Sekaligus.

3) Penanggung Pajak tidak memenuhi ketentuan sebagaimana tercantum dalam keputusan persetujuan angsuran atau penundaan pembayaran pajak.

Dalam hal tetentu, misalnya karena penanggung pajak mengalami kesulitan likuidasi, kepada penanggung pajak atas dasar permohonannya dapat diberikan persetujuan untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak melalui keputusan pejabat. Oleh karena itu keputusan dimaksud mengikat kedua belah pihak. Dengan demikian, apabila kemudian penanggung pajak, tidak memenuhi ketentuan sebagaimana tercantum dalam keputusan persetujuan angsuran atau penundaan pembayaran pajak. Maka surat paksa dapat diterbitkan langsung tanpa surat teguran, surat peringatan, atau surat lainnya yang sejenis.

4. Fungsi Surat Paksa

Adapun fungsi surat paksa adalah sebagai sarana atau alat

pemabayaran kepada penanggung pajak untuk melunasi utang pajaknya dalam jangka waktu 2x24 jam. Sebagai tindak lanjut untuk mencairkan


(33)

tunggakan pajak atas tidak hiraukan nya penerbitan Surat Paksa maka aparatur pajak akan melaksanakan penyitaan.

5. Tata Cara Penagihan Surat Paksa

Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 561/KMK.04/2000 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Penagihan Seketika dan Sekaligus dan Pelaksanaan Surat Paksa.

a. Surat diberitahukan oleh Jurusita Pajak dengan pernyataan dan penyerahaan Salinan Surat Paksa kepada Penanggung Pajak.

b. Pemberitahuan Surat Paksa sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dituangkan dalam Berita Acara yang sekurang-kurangnya memuat hari dan tanggal pemberitahuan Surat Paksa, nama Jurusita Pajak, nama yang menerima, dan tempat pemberitahuan Surat Paksa.

Surat Paksa terhadap orang pribadi diberitahukan oleh Jurusita Pajak kepada:

a. Penanggung Pajak ditempat, tempat usaha atau ditempat lain yang memungkinkan.

b. Orang dewasa yang bertempat tinggal bersama ataupun yang bekerja ditempat usaha penanggung Pajak, apabila Penanggung Pajak yang bersangkutan tidak dapat dijumpai.


(34)

c. Salah seorang ahli waris atau pelaksana wasiat, yang mengurus harta penggilan, apabila Wajib Pajak telah meninggal dunia dan harta warisan belum dibagi, atau

d. Para ahli waris, apabila Wajib Pajak telah meningal dunia dan harta warisan telah dibagi.

Surat Paksa terhadap badan diberitahukan oleh Jurusita Pajak kepada:

a. Pengurus, kepala perwakilan, kepala cabang, penanggung jawab, pemilik modal, baik ditempat kedudukan badan yang bersangkutan, ditempat tinggal mereka maupun ditempat lain yang memungkinkan; atau

b. Pegawai tempat ditempat kedudukan atau tempat usaha badan yang bersangkutan apabila Jurusita Pajak tidak dapat menjumpai salah seorang sebagaimana dalam huruf a.

G.Penagihan Seketika dan Sekaligus

Perlu diketahui bahwa dalam penagihan pajak dikenal adanya penagihan seketika dan sekaligus. Penagihan seketika dan sekaligus adalah tindakan penagihan pajak yang dilaksakan oleh Jurusita Pajak kepada Penanggung Pajak tanpa menunggu tanggal jatuh tempo pembayaran dan meliputi seluruh uang pajak dari semua jenis pajak, masa pajak, dan tahun pajak. Penagihan pajak seketika dan sekaligus dilakukan ketika :

1. Penanggung Pajak akan meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya atau berniat untuk pergi. Penanggung Pajak menghentikan atau secara nyata


(35)

mengecilkan kegiatan perusahaan atau pekerjaan yang dilakukannya di Indonesia atau pun memindahtangankan barang yang dimilikinya atau dikuasainya.

2. Terdapat tanda-tanda bahwa penanggung pajak akan membubarkan badan usahanya atau berniat itu.

3. Badan usaha akan dibubarkan oleh Negara, atau

4. Terjadinya penyitaan atas barang Penanggung Pajak oleh pihak ketiga atau terdapat tanda-tanda kepailitan.

Mungkin saja terjadi bahwa Penangung Pajak mempunyai itikad kurang baik, sebagaimana dicerminkan oleh berbagai indikator tersebut. Adanya itikad kurang baik tersebut mungkin disebabkan karena yang bersangkutan bermaksud agar ketika terjadi penyitaan terhadap kekayaan untuk kemudian dilelang, kekayaan tersebut sudah tidak ada lagi atau tidak ditemukan lagi. Hal semacam ini tentu perlu diantisipasi sekaligus dihindarkan, sehingga keadilan dapat diwujudkan dan Negara tidak dirugikan. Oleh karena itu, dalam keadaan tertentu Jurusita Pajak dapat melakukan penagihan seketika dan sekaligus. Dalam hal ini terjadi penagihan seketika dan sekaligus, maka penagihan dilakukan terhadap seluruh utang pajak dan semua jenis pajak, masa pajak, dan tahun pajak. Pennyampaian Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus dilaksanakan secara langsung oleh juru sita Pajak kepada Penanggung Pajak. Ketika hal Juru sita Pajak mengetahui bahwa barang milik Penanggung Jawab akan disita oleh pihak ketika atau terdapat tanda-tanda kepailitan, atau Penanggung Pajak akan


(36)

membubarkan badan usahanya atau memindahtangankan perusahaan yang dimilikinya atau dikuasainya, maka jurusita pajak segera melakukan penagihan seketika dan sekaligus dengan melaksanakan penyitaan terhadap sebagian besar barang milik Penanggung Pajak tersebut setelah Surat Paksa diberitahukan. Indikator tersebut merupakan petunjuk yang kuat bahwa Penanggung Pajak berniat untuk mengurangi atau menjual/ memindahtangankan barang-barangnya sehingga tidak ada lagi barang yang dapat disita.

H.Penyitaan

1. Pengertian Penyitaan

Penyitaan adalah tindakan lanjut dari pelaksanaan penagihan dengan Surat Paksa, apabila Pajak yang masih harus dibayar tidak dilunasi dalam jangka waktu 2x24 jam (dua kali dua puluh empat) sesudah tanggal pemberitahuan dengan pernyataan dan penyerahaan Surat Paksa kepada Wjib Pajak. Penyitaan dilakukan oleh Jurusita Pajak yang telah disumpah terlebih dahulu dan didampingi oleh 2 orang saksi penduduk Indonesia yang telah mencapai usia dua puluh satu tahun, dikenal oleh Jurusita Pajak dan dapat dipercaya. Tujuan penyitaan adalah memperbolehkan jaminan pelunasan utang pajak dari Penanggung Pajak. Oleh karena itu, penyitaan dapat dilaksanakan terhadap semua barang Penanggung Pajak, baik yang berada ditempat tinggal, tempat usaha, tempat kedudukan Penanggung Pajak, atau ditempat lain sekalipun penguasanya berada ditangan pihak lain. Prinsipnya penyitaan dilakukan terhadap sejumlah barang bergerak dan jika ternyata tidak cukup


(37)

barang bergerak menurut Surat Paksa dan biaya-biaya penagihannya, maka dilanjutkan penyitaan terhadap barang-barang tidak bergerak. Namun apabila barang bergerak tidak memadai langsung dapat disita barang tidak bergerak. Dalam hal ini pengertian penyitaan oleh H. Moeljo Hadi, S.H. adalah serangkaian tindakan dari Jurusita Pajak yang dibantu oleh dua orang saksi untuk mengusaia barang-barang dari Wajib Pajak, guna dijadikan jaminan untuk melunasi utang pajak sesuai dengan perundang-undangan, pajak yang berlaku.

2. Objek Sita

Penyitaan dilaksanakan terhadap barang milik Penanggung Pajak yang berada ditempat tinggal, tempat usaha, tempat kedudukan, atau ditemapat lain termasuk yang penguasaannya berada ditangan pihak lain atau yang dijaminkan sebagai pelunasan utang tertentu yang dapat berupa:

1. Barang bergerak termasuk mobil, perhiasan, uang tunai, dan deposito berjangka, tabungan, saldo rekening Koran, giro, atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu, obligasi, saham, atau surat berharga lainnya, piutang, dan penyertaan modal pada perusahaan lain, dan atau

2. Barang tidak bergerak termasuk tanah, bangunan, dan kapal dengan isi kotor tertentu.


(38)

3. Barang Gerak yang Dapat Disita

Perincian mengenai barang gerak yang dapat disita adalah sebagai berikut:

a. Semua barang bergerak yang ada dirumah Penanggung Pajak seperti: Perkakas rumah tangga (lemari, meja, kursi, dan sebagainya)

1. Barang-barang mewah (TV, lemari es, tape recorder, kompor gas, dan sebagainnya)

2. Barang-barang perhiasan (kalung, gelang, cincin dan emas, berlian dan batu permata lainnya)

3. Utang tunai (termasuk surat-surat berharga)

4. Kenderaan (mobil, sepeda motor, vespa, sepeda, dan sebagainnya)

5. Lain-lainnya (lukisan, jam dinding, radio, dan sebagainnya)

b. Semua barang bergerak yang ada ditoko Penanggung Pajak, seperti:

1. Barang dagangan (baik yang berada ditoko tersebut maupun yang ada digudang)

2. Barang-barang inventaris took (lemari, meja, kursi, mesin tik, mesin stensil, kenderaan, dan sebagainnya)

c. Semua barang bergerak yang ada ditempat usaha Penanggung Pajak, seperti: 1. Persediaan barang jadi maupun bahan baku, barang-barang inventaris perusahaan lainnya, termasuk kenderaan bermotor, mesin tik, mesin stensil, dan sebagainnya.


(39)

1. Investari kantor (mesin tik, mesin stensil, meja, kursi, lemari besi, dan alat kantor lainnya)

2. Kenderaan bermotor (mobil, sepeda motor, vespa, dan sebagainnya)

4. Barang Tak Bergerak yang Dapat Disita

Dalam golongan barang tidak bergerak yang boleh disita adalah:

a. Rumah tinggal, bangunan kantor, bangunan perusahaan, gudang dan sebagainnya, baik yang ditempati sendiri maupun yang disewakan / dikontrakkan, kepada orang lain.

b. Kebun, sawah, bungalow, dan sebagainnya, baik yang ditempati / dikerjakan sendiri maupun yang disewakan / dikerjakan oleh orang lain.

c. Kapal dengan isi kotor tertentu.

5. Barang-barang yang Dikecualikan Dari Penyitaan

Barang bergerak milik Penanggung Pajak yang dikecualikan dari penyitaan adalah:

a. Pakaian dan tempat tidur beserta perlengkapannya yang digunakan oleh Penanggung Pajak dan keluarga yang menjadi tanggungannya.

b. Persedian makanan dan minuman untuk keperluan satu bulan beserta peralatan memasak yang berada dalam rumah.

c. Perlengkapan Penanggung Pajak yang bersifat dinas yang diperoleh dari Negara.


(40)

d. Buku-buku yang bertulis dengan jabatan atau pekerjaan Penanggung Pajak dan alat-alat yang dipergunakan untuk pendidikan, kebudayaan, dan keilmuan.

e. Peralatan dalam keadaan jalan yang masih digunakan untuk melaksanakan pekerjaan atau usaha sehari-hari dengan jumlah seluruhnya tidak lebih dari Rp. 20.000.000.00 (dua puluh juta rupiah), atau

f. Peralatan penyandang cacat yang digunakan oleh Penanggung Pajak dan keluarga yang menjadi tanggungannya.

I. Pelaksanaan Lelang

Dasar hukum pelaksanaan Lelang diatur pada peraturan pemerintah Nomor 136 Tahun 2000 tanggal 20 Desember 2000 Tentang Tata Cara Penjualan Barang Sitaan yang dikecualikan dari penjualan secara lelang dalam rangka penagihan pajak dengan surat paksa.


(41)

BAB IV

ANALISA DAN EVALUASI

A.Analisa Perkembangan Wajib Pajak yang Menunggak Pajak

Dalam hal ini penulis akan menganalisa suatu data mengenai tunggakan pajak yang dilakukan tindakan Pelaksanaan Penagihan Pajak serta pencairannya guna meningkatkan penerimaan pajak dengan dasar teori dan praktik pelaksanaan Prosedur Penagihan Pajak dengan Surat Paksa, Surat Teguran, Penyitaan, dan Pelaksanaan Lelang yang melibatkan Wajib Pajak yang tidak memenuhi kewajiban perpajakannya.

Ketidakpatuhan Wajib Pajak atas ketentuan perpajakan dapat dilihat melalui tabel di bawah ini:

Tabel IV.1

Jumlah Penerbitan Surat teguran dan Surat Paksa untuk Wajib Pajak (WP) Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam

Tahun 2012

Bulan

Jumlah Surat Teguran Jumlah Surat Paksa jumlah

penyitaan

Lbr Rp Lbr Rp Lbr Rp

Maret - - 4 Rp. 32.045.118 - - -

April - - 13 Rp. 374.553.288 - - -


(42)

Juni 148 Rp. 160.302.720 64 Rp. 742.349.819 - - Rp. 23.420.680

Juli 158 Rp. 164.492.980 131 Rp. 1.149.291.600 - - Rp. 23.420.680

Agustus 158 Rp. 164.492.980 131 Rp. 1.149.291.600 - - Rp. 23.420.680

September 204 Rp. 184.165.829 194 Rp. 1.570.541.843 - - Rp. 23.420.680

Oktober 271 Rp. 28.413.064 216 Rp. 1.663.925.547 - - Rp. 23.420.680

Nopember 330 Rp. 300.788.645 227 Rp. 1.713.614.813 - - Rp. 23.420.680

Desember 366 Rp. 306.307.501 227 Rp. 1.713.614.813 - - Rp. 23.420.680

Jumlah 1,777 Rp.

1.459.266.439

1.239 Rp. 10.654.439.906 Rp.

187.365.440

Sumber: KPP Pratama Lubuk Pakam Tahun 2012

Analisa tabel IV.1

Dari tabel di atas dapat kita lihat kinerja aparatur pajak pada seksi penagihan di KPP Pratama Lubuk Pakam dalam pelaksanaan penagihan pajak pada tahun 2012. Ternyata Wajib Pajak yang tidak memenuhi kewajiban perpajakan masih tetap ada tiap bulannya. Namun setelah Surat Teguran ini diterbitkan masih tetap ada Wajib Pajak yang tidak menghiraukan, maka pihak aparatur pajak harus menerbitkan Surat Paksa sebagai sarana pencarian tunggakan pajak.


(43)

Dari banyaknya Surat Teguran yang dikeluarkan oleh KPP Pratama Lubuk Pakam pada Tahun 2012 ternyata Wajib Pajak segera membayar hutang pajaknya dan tidak sampai dikeluarkannya Surat Perintah Melakukan Penyitaan. Dari data di atas ternyata tunggakan pajak terbesar dapat dicairkan setelah dikeluarkannya Surat Paksa. Hal ini dapat dilihat dari Jumlah Surat Teguran 1.777 lembar dengan pencairan Rp. 1.459.266.439,- dan Surat Paksa berjumlah 1.239 lembar dengan pencairan Rp. 10.654.439.906,-.

B. Pelaksanaan Penagihan Pajak yang Dilakukan

Tata cara Pelaksanaan Penagihan Tunggakan Pajak dengan Surat Paksa yang dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam. Terhadap wajib Pajak yang tidak meluniasi utang pajaknya adalah:

1. Kantor Pelayanan Pajak Pratama mengeluarkan Surat Teguran setelah 7(tujuh) hari jatuh tempo pembayaran melalui kantor POS dari produk hasil penelitian diantaranya:

(1) Surat Tagihan Pajak (STP)

(2) Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)

(3) Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT)

Dalam pelaksanaan penagihan ini masih dalam penagihan pasif penyerahan ketetapan pajak.

2. 7 hari setelah saat jatuh tempo Pengajuan Banding, dan Wajib Pajak tidak mengajukan permohonan banding atas keputusan keberatan sehubungan (SKPKB), atau Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar


(44)

Tambahan (SKPKBT) kepada Wajib Pajak disampaikan Surat Teguran sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 8 ayat (1).

3. 7 (tujuh) hari setelah jatuh tempo pelunasan pajak yang masih harus dibayar berdasarkan putusan Banding.

4. Setelah 7 hari sejak saat jatuh tempo pelunasan sebagaimana dalam pasal 5 dalam akhir pemeriksaan, kepada Wajib Pajak disampaikan Surat Teguran.

5. 7 hari sejak tanggal Wajib Pajak mencabut pengajuan keberatan atas surat keberatan atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) atau Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT) setelah tanggal jatuh tempo pelunasan tetapi sebelum tanggal diterima Surat Pemberitahuan Untuk Hadir oleh Wajib Pajak, Kepada Wajib Pajak disampaikan Surat Teguran sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 8 ayat (1).

6. Kemudian apabila Wajib Pajak tidak melunasi utang pajak yang seharusnya dibayar setelah lewat waktu 21 hari sejak diterbitkannya Surat Teguran, pejabat segera menerbitkan Surat Paksa, dalam hal ini: (1) Jurusita Pajak mendatangi tempat tinggal/tempat kedudukan Wajib

Pajak/penganggung pajak dengan memperlihatkan tanda pengenal diri. Jurusita mengemukakan maksud kedatangannya yaitu memberitahukan Surat Paksa dengan pernyataan dan menyerahkan salinan surat paksa tersebut.


(45)

(2) Jurusita Pajak mendatangi tempat tinggal/tempat kedudukan Wajib Pajak/penganggung pajak dengan memperlihatkan tanda pengenal diri. Jurusita mengemukakan maksud kedatangannya yaitu memberitahukan Surat Paksa dengan pernyataan dan menyerahkan salinan surat paksa tersebut.

(3) Jika jrurusita bertemu langsung dengan Wajib Pajak/penanggung pajak dan meminta agar Wajib pajak memperlihatkan surat-surat keterengan pajak yang ada untuk diteliti:

a) Apakah tunggakan pajak menurut STP/STKP cocok dengan jumlah tunggakan yang tercantum dengan surat paksa.

b) Apakah ada surat keputusan pembetulan dan keberatan/penghapusan

c) Apakah ada kelebihan pembayaran dari tahun/jenis pajak lainnya yang diperhitungkan.

d) Apakah terdapat kelebihan utang tersebut dalam surat paksa, diajukan keberatan.

(4) Bila Jurusita tidak menjumpai Wajib Pajak/penangggung pajak maka salinan surat paksa tersebut dapat diserahakan kepada:

a) Keluarga Wajib pajak atau orang yang bertempat tinggal bersama Wajib Pajak/penanggung pajak yang dewasa dan sehat mental.

b) Anggota pengurus komisaris atau para persero dari badan usaha bersangkutan atau;


(46)

c) Pejabat Pemerintah setempat (Bupati/Walikota/Camat/Lurah) dalam hal ini mereka tersebut pada butir 1 dan 2 diatas juga tidak dijumpai. Pejabat harus member tanda tangan pada surat paksa dan salinannya sebagai tanda diketahuinya dan menyampaikan salinannya kepada Wajib Pajak/penanggung pajak yang bersangkutan.

d) Jurusita yang telah melaksanakan penagihan pajak dengan surat paksa herus membuat laporan pelaksanaan Surat Paksa.

(5) Jurusita pajak mendatangi tempat tinggal/tempat kedudukan Wajib Pajak/penangggung pajak dengan memperlihatkan tanda pengenal diri. Jurusita mengemukakan maksud kedatangannya yaitu memberitahukan Surat Paksa dengan pernyataan dan meyerahkan salinan surat paksa tersebut.

(6) Bila Wajib Pajak tidak ditemukan di kantor atau tempat usaha/tempat tinggal. Apabila hal ini terjadi, maka Jurusita dapat menyerahkan salinan surat paksa kepada:

a) Seseorang yang ada dikantornya (salah seorang pegawai) b) Seseorang yang ada ditempat tinggalnya ( misalnya : istri,anak,

atau pembantu rumah tangga). (7) Biaya penyampaian Surat Paksa

a) Biaya pelaksanaan atau penyampaian Surat Paksa yang meliputi biaya harian dan biaya perjalanan Jurusita pajak.


(47)

Biaya ini dikeluarkan untuk setiap Surat Paksa yang harus disampaikan oleh Jurusita pajak kepada penganggung pajak. b) Apabila seorang Jurusita telah melaksanakan tugasnya sesuai

dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku, maka ia berhak sepenuhnya biaya Penagihan tanpa dikaitkan apakah piutang pajak dan biaya penagihannya telah diluniasi atau belum oleh Wajib Pajak/penganggung pajak.

Tetapi itu tidak berarti bahwa Jurusita yang bersangkutan setelah menerima biaya Penagihan, lalu bebas dari tanggung jawab terhadap pencairan puitang pajak tersebut. Apabila Jurusita yakni Wajib Pajak/penangggung pajak tersebut masih aktif dan potensial, maka ia harus mengambil langkah-langkah untuk melakukan tahap tindakan Penagihan lebih lanjut.

(8) Surat Paksa yang telah dilaksanakan,diserahkan kepada Kasubsi Penagihan disertai laporan pelaksanaan Penagihan dengan surat paksa dan diteruskan kepada Kepala Seksi Penagihan dan Vertifikasi untuk ditanda tangani dan selanjutnya dimaasukan dalam berkas Penagihan Wajib Pajak/penangggung pajak yang bersangkutan atau terlebih dahulu dicatat tanggal pelaksanaan surat paksa dalam buku register pengawasan Penagihan, buku register tindakan Penagihan, kartu pengawasan tunggakan pajak dan tindakan STP/SKP yangbersangkutan. Dalam melaksanakan surat paksa tersebut Jurusita sedapat mungkin melihat keadaan rumah


(48)

tangga/perusahaan Wajib Pajak/penangggung pajak untuk dapat memberikan informasi dalam rangka mengambil langkah berikutnya.

(9) Laporan palaksanaan Surat Paksa.

a) Atas pelaksanaan surat paksa dibuat laporan oleh jurursita yang melaksanakan Penagihan pajak dengan surat paksa tersebut. b) Hal-hal yang mendapat perhatian untuk dilaporkan yaitu :

- Pengakuan Penyelesaian surat keberatan. Mengenal hal ini agar diuraikan secara jelas dan jangan sampai melaksanakan penagihan secara paksa sedangkan tunggakannya ternyata sudah dikurangi.

- Jenis, letak dan taksiran harga dari objek sita dengan memperlihatkan tunggakan pajak dan biaya pelaksanaan yang mungkin dikeluarkan.

- Dalam kesan dan usul hendaknya dilaporkan keadaan yang sebenarnya dari Wajib Pajak/penangggung pajak antara lailn: kemampuan bayar,itikad mau membayar dan pandangannya terhadap penetapan/penagihan pajak dan sebagainya,sehingga Jurusita dapat mengajukan usul untuk tindakan Penagihan selanjutnya.

(10) Apabila Jurusita tidak dapat melaksanakan surat paksa secara langsung, maka jurursita membuat laporan secara tertulis


(49)

mengenai sebab-sebabnya dan usaha-usaha yang dilakukan dalam upaya surat paksa, antara lain menghubungi Pajama Pemerintah setempat, Polisi dan sebagainya.

Disamping Pajama/Jurusita dapat memperlihatkan/melihat asset-aset atau barang-barang yang dimiliki Wajib Pajak untuk melakukan Penyitaan suatu saat nanti jika Wajib Pajak masih tetap untuk tidak membayar utangnya.

7. Apabila utang yang masih haris dibayar tidak dilunasi oleh Penaggung Pajak setelah lewat 2x 24 jam sejak Surat Paksa diberitahukan kepadanya Pajama segera menerbitkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan yang dilaksanakan oleh Jurusita dengan disaksikan oleh sekurang-kurangnya 2 (dua) orang yang telah dewasa, penduduk Indonesia, dikenal oleh Jurusita Pajak, dan dapat dipercaya. Pengajuan keberatan oleh Wajib Pajak tidak mengakibatkan penundaan pelaksanaan Penyitaan. Penyitaan dapat dilaksanakan tehadap penganggung pajak yang berada di tempat tinggal, tempat usaha, tempat kedudukan atau di tempat lain, termasuk yang penguasaannya berada di tangan pihak lain atau yang dibebani dengan hak tanggungan sebagai jaminan pelunasan utang tertentu.

Didalam pelaksanaan Jurusita dapat menempel kertas Penyitaan kepada barang yang akan disita, biasanya barang yang akan disita tidak akan dibawa oleh Jurusita dikarenakan :


(50)

b. Mengantistipasi terjadinya kerusakan barang sitaan dengan perjalanan.

Barang dari hasil sita harus sebanding dengan jumlah utang pajak yang ditanggung Penanggung pajak dan jika tidak sebanding maka akan dilakukan Penyitaan.

8. Apabila utang pajak dan biaya Penagihan yang masih harus dibayar tidak dilunasi oleh Penanggung Pajak setelah lewat waktu 14 (empat belas) hari sejak tanggal pelaksanaan Penyitaan, Pajama segera melaksanakan pengumuman Lelang. Dan dalam hal pelaksanaan Lelang Jurusita mempertanyakan dulu kepada Dinas yang bersangkutan mengenai hak milik barang yang dilelang. Hasil Lelang dipergunakan terlebih dahulu untuk membayar biaya Penagihan pajak yang belum dibayar dan sisanya untuk membayar utang pajak. Dalam hal hasil Lelang sudah mencapai jumlah yang cukup utnuk melunasi biaya Penagihan pajak dan utang pajak, pelaksanaan Lelang dihentikan walaupun barang yang akan dilelang masih ada. Sisa barang beserta uang kelebihan hasi Lelang dikembalikan oleh Pajama kepada Penanggung Pajak setelah pelaksanaan Lelang.


(51)

C.Faktor Penghambat Dalam Pelaksanaan Penagihan Melalui Surat Paksa

Adapun kendala-kendala yang sering ditemui berkaitan dengan Penagihan pajak dengan surat paksa pada kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam adalah:

1) Terdapat tunggakan yang berbeda

Dalam prakteknya kadang terdapat perhitungan yang salah dari pajak yangseharusnya dibayar. Jika terdapat kesalahan seperti ini, maka Wajib Pajak berhak untuk menunda pembayaran pajak sampai telah ditentukan jumlah pajak yang benar. Apabila dalam melaksanakan penyampaian surat paksa, Jurusita menemui persoalan seperti tersebut diatas, yaitu tunggakan menurut surat paksa berbeda dengan tunggakan menurut surat ketetapan pajak yang ada pada penganggung pajak, maka Jurusita tidak dapat mengubah apa yang tertulis pada surat paksa atau mencoret dan menambahkan pembetulannya. Jurusita mengembalikan surat paksa tersebut kepada Kepala Seksi penerimaan dan Penagihan/Kepala Subseksi Penagihan dengan disertai laporan dan usul agar dikeluarkan surat paksa yang baru dengan menggunakan nomor dan tanggal yang sama (pengganti surat paksa yang tadi) sesuai dengan data yang sebenarnya.

2) Penanggung Pajak Menolak Surat Paksa

Adakalanya Penanggung Pajak menolak, menerima Surat Paksa dengan berbagai alasan. Alasan penolakan ini dakang kala sengaja


(52)

dicari-cari karena Wajib Pajak tidak mau membayar pajaknya. Apabila penolakan didasarkan pada alasan lainnya, misalnya:

- Karena sedang mengajukan surat keberatan; - Sengaja menonal dengan alasan yang tidak jelas.

Maka terhadap hal-hal yang demikian, Jurusita setelah memberikan keterangan seperlunya tetap melaksanakan surat paksa tersebut dengan menyerahkan salinan surat paksa kepada yang bersangkutan. Dan Apabila penanggung pajak dan wakilnya tetap saja pada tempat kediaman/tempat kedudukan penanggung pahaj atau wakilnya dengan demikian surat paksa dianggap sudah diberitahukan/disampaikan. 3) Jurusita Pajak tidak diperbolehkan masuk rumah

Pada waktu pelaksanaan Penyitaan sering terjadi Jurusita tidak diperbolehkan masuk kedalam rumah Wajib Pajak/penanggung pajak yang barang-barangnya akan disita.

4) Jurusita pajak tidak diperbolehkan menyita barang Wajib Pajak/penanggung pajak hambatan lain yang sering ditemu dalam pelaksanaan Penyitaan adalah Jurusita tidak diperbolehkan menyita barang-barang milik Wajib Pajak/penanggung pajak.

a. Wajib Pajak/Penanggung Pajak tidak mau menandatangani berita acara sita berita Acara Sita dibuat dan ditandatangani oleh Jurusita, para saksi dan Wajib Pajak/Penanggung Pajak atau wakilnya yang barangnya disita. Sering terjadi Wajib Pajak tidak mau


(53)

menandatangani Berita Acara Sita, sehingga Penyitaan barang Wajib Pajak guna peluanasan pajakanya menjadi terntunda.

b. Pembuktian barang-barang yang bukan milik Wajib Pajak/penanggung pajak pada waktu melakukan penyitaaan dan kemungkinan bahwa Wajib Pajak/Penanggung Pajak menyatakan bahwa sebagian barang-barang yang akan disita tersebut bukanlah miliknya. Hal ini dilakukan untuk menghindari Penyitaan barang yang akan dilakukan.

c. Tingkat Kesadaran Wajib Pajak Masih Rendah Walaupun system perpajakan kita terlah menganut sisterm Self Assessment namun tingkat kesadaran Wajib Pajak utntuk melaksanakan kewajiban perpajakannya dengan baik dan benar serta membayar utang pajak pada tepat waktu masih rendah dikarenakan masih kurangnya pengetahuan WP tentang Perpajakan.

Dilihat dari kendala-jendala yang sering ditemu berkaitan dengan Penagihan Pajak Melalui Surat Paksa pada Kantor Penayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam. Tidak semua Wajib Pajak mempunyai kesadaran dan kemampuan yang sama, sehingga ketaatan pun juga tidak sama. Ada kemungkinan bahwa setelah dilakukan Penagihan secara pasif ternyata Wajib Pajak/Penanggung pajak tidak memenuhi kewajiban walaupun sistem perpajakan kita telah menganut sistem Self Assessment namun tingkan kesadaran WP utnuk melaksanakan perpajakannya dengan baik dan benar tidak dapat memenuhi kewajibannya


(54)

bahkan menghindari dengan berbagai alasan didalamnnya diantaranya menolak Surat Paksa.

D.Cara Penyelesaian Masalah Dalam Pelaksanaan Penagihan Melalui Surat Paksa

Pemecahan Masalah dalam hal Penagihan Pajak Melalui Surat Paksa:

1. Untuk meningkatkan kesadaran WP dalam memenuhi kewajibannya serta peraturan dibidang Perpajakannya, walaupun sistem perpajakan kita telah menganut sistem Self Assessment namun tingkat kesadaran WP untuk melaksanakan kewajiban perpajakannya dengan baik dan benar serta membayar utang pajak pada tepat waktu masih rendah sekali, gal ini juga dikarenakan kurangnya pengetahuan tentang perpajakan, untuk itu perlu ditingkatkan pembimbingan terhadap WP dengan penyuluhan yang intensif 2. Menejelaskan kepada WP selama WP membayar pajak pada waktunya atau

sebelum jatuh tempo tidak akan dilakukan Penagihan. Oleh karena itu WP hendaknya membayar pajaknya.

3. Diharapkan kepada Fiskus agar dapat bekerja sama dengan baik dengan instansi terkait, sehingga pelaksanaan Penagihan dan pengawasan dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, Hal ini bertujuan untuk memperkecil kesempatan WP dalam menghindari penunggakan pajak.

4. Apabila Jurusita pajak tidak diperbolehkan masuk rumah untuk melaksanakan tugasnya dengan memberikan serupa ancaman maka Jurusita dapat melaporkan kepada pihak kepolisian utnuk melaksanakan Penyitaan tersebut.


(55)

5. Ada kalanya WP keberatan atau tidak memperbolehkan Jurusita untuk menyita barang milik WP tersebut. Dalam hal ini Jurusita Pajak berupaya memberikan penjelasan atau pengertian mengenai maksud Penyitaan bahwa Penyitaan tidak selalu berakhir dengan penjualan barang (Lelang) Apabila WP tersebut melunasi utang pajaknya.

6. Pada waktu melakukan Penyitaan atau ada kemungkinan bahwa WP/Penanggung Pajak mengatakan bahwa sebagian barang yang akan disita bukan miliknya, oleh sebab itu WP/Peanggung Pajak atau Wakilnya harus dapat menunjukan bukti yang jelas bahwa barang tersebut memang benar bukan miliknya WP/Penanggung Pajak.

7. Apabila WP/Penanggung Pajak tidak mau menandatangani berita acara, Jurusita dapat memaksakan dan meminta bantuan kepada pihak kepolisisan karena telah melanggar Peratuan Perundang-undangan.

Dilihat dari Masalah-masalah yang timbuk dalam pelaksanaan Penagihan pajak melalui surat paksa yang erjadi pada Kantor Pelayanan Pajaka Pratama Lubuk Pakam dikarenanakan pada umumnya banyak WP yang belum begitu mengergi dan memahami peraturan perpajakan serta kurangnya kesadaran Wajib Pajak.

Hal demikian yang membuat WP/Penanggung Pajak melalaikan kewajbannnya dalam pembayaran lajak, dengan tidan membayar utang pajakanya dengan berbagai alasan. Untuk itu kewajiban para aparat pajak


(56)

khususnya pada seksi Penagihan mencari solusi dalam pemecahan masalah-masalah yang ada berkaita dengan Penagihan yang lebih aktif didalamnya.


(57)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan

Penagihan Pajak adalah merupakan serangkaian tindakan agar Penanggung Pajak melunasi utang pajak dan biaya Penagihan pajak dengan menegur atau memperingatkan, melaksanakan Penagihan seketika dan sekaligus, memberitahukan Surat Paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan Penyitaan, melaksanakan penyanderaan, dan menjual barang yang telah disita. (Pasal 1 ayat 9 Undang-Undang Nomor 19 tahun 2000).

Bedasarkan hasil penelitian dan pembahasa yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa:

1. Penagihan pajak timbul akibat dari adanya penelitian dan pemeriksaan yang dilakukan terhadap SPT yang disamapaikan oleh Wajib pajak kepada kantor pelayanan pajak. Pada KPP Pratama Lubuk Pakam pun terdapat tunggakan pajak dari hasil pemeriksaan yang dimnana tindakan Penagihan terhadap tunggakan tersebut telah dilakukan.

2. Bedasarkan pencapaiannya KPP Pratama Lubuk Pakam telah melakukan Penagihan pajak dengan optiomal, dan berdasarkan sistem Penagihan pajak kurangoptimal, sedangkan bedasarkan Prosedur pelaksanaan Penagihan pajak pada KPP Pratama Lubuk Pakam sudah sesuai dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000. Pelaksanaan Penagihan pajak yang dilakukan KPP


(58)

Pratama Lubuk Pakam meruapakan salah satu upaya penegakan hukum (Law Enforcement) yang dimana upaya ini memiliki kekuatan humum dan dalam prosesnya sendiri upaya ini dapat meminimalisasikan jumlah tunggakan pajak yang ada.

3. Hambatan yang dihadapi dalam Penagihan pajak berasala dari dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meruapakan faktor yang berasal dari instansi perusahaan itu sendiri. Sedangkan untuk faktor eksternal meruapakan faktor yang berasal dari luar isntansi perusahaan yang diantaranya adalah mengenai objek sita, kerjasama dengan pihak-pihak lain,likuliditas, pengetahuanwajib pajak yang kurang mengenai perpajakan, dan Wajib pajak yang tidak diketahui alamatnya.

4. Upaya yang dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam diantaranya adalah untuk mengatasi hambatan faktor internal, upaya yang dilakukan yaitu dengan meningkatkan koordinasi dengan seksi-seksi lain dalam instansi pajak sendiri dan meningkatkan keterampilan serta wawasan Jurusita mengenai perpajakan. Sedangkan upaya untuk mengatasi hambatan dari faktir eksternal yaitu dengan melakukan kerjasama dengan pihak ketiga agar tindakan Penagihan pajak dapat berjalan optimal dan juga melakukan pemutakhiran data mengenai Wajib pajak, serta memberikan


(59)

penyuluhan kepada Wajib pajak mengenai hak dan kewajiban perpajakannya.

Tujuan pelaksanaan Penagihan Pajak adalaj guna pelunasan utang pajak oleh Wajib Pajak. Dalam ketentuan Perundang-undangan perpajakan, bagi setiap Wajib Pajak yang telah memenuhi ketentuan perpajakannya diwajibkan membayar pajak terutangnya. Dalam hal ini dibutuhkan kesadaran masyarakat akan ketentuan perpajakan tersebut.

Namun kenyataanya yang terjadi dilapangan masih banyak Wajib Pajak yang tidak menghiraukan ketentuan perpajakan tersebut. Maka atas dasar inilah pihak Direktorat Jenderal Pajak melakukan Penagihan kepada Wajib Pajak untuk melunasi utang pajaknya, dengan cara menerbitkan Surat Tagihan Pajak/Surat Ketetapan Pajak. Kemudian Apabila Wajib Pajak tidak juga menghiraukan atas diterbitkannya surat tersebut maka aparatur pajak akan menerbitkan Surat Teguran atau Surat Peringatan lainnya. Selanjutnya apabila Wajib Pajak tidak juga menghiraukan Surat Teguran Pajak tersebut pihak aparatur pajak akan menerbitkan Surat Paksa guna mencairkan tunggakan pajak.


(60)

B.Saran

Setelah penulis mengemukakan uraian dan menarik kesimpulan dari data yang ada, pada kesempatan ini penulis mencoba mengemukakan beberapa saran yaitu:

1. Pelakasanaan Penagihan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam bedasarkan sistem haris lebih ditingkankan lagi, sehingga dapat mengurangi tunggakan pajak dan meningkatkan penerimaan pajak. 2. Meningkatkan pengetahuan Jurusita melalui pendidikan dan pelatihan agar

terdapat kesiaapan saat regenerasi. Selain itu juga lebih meningkatkan penyuluhan Wajib pajak dan membuat kerjsama dengan pihak lain untuk membuat talkshow seputar perpajakan ataupun membuat penayangan iklan perpajakan lebih intensif lagi agar mampu menggugah ssemangat Wajib pajak untuk membayar pajak. Dalam hal pendaftaran Wajib pajak baru, sebaiknya perlu dilakukan penelitian lapangan agar alamat yang diberikan oleh Wajib pajak dapat dibuntikan kebenarannya (tidak fiktif). Selain itu juga pemberitahuan yang jelas dan menyeluruh atau sosialisasi dari pemerintahan mengenai setiap perubahan peraturan perundang-undangan pajak, dan penyuluhan tentang pentingnya pajak sebaiknya lebih ditingkatkan lagi, seperti dengan cara mendatangi langsung Wajib pajaknya maupun dengan membuat selebaran tentang informasi perpajakan. Sehingga penanggung pajak menyadari kegunaan pajak dan diharapkan dapat membayar pajaknya tepat pada waktunya, sehingga akan meningkatkan penerimaan pajak.


(61)

3. Perlunya dilaksanakan penyuluhan pajak secara lebih intensif oleh Direktorat Jenderal Pajak, agar Wajib Pajak semakin sadar akan pentingnya membayar pajak untuk kelangsungan pembangunan.

4. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam hendaknya menindak tegas Wajib Pajak yang tidak mengindahkan Surat Teguran yang disampaikan oleh KPP.

5. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam hendaknya menindak tegas oknum-oknum yang berusaha menghalangi proses Penagihan yang dilanjutkan dengan Penyitaan sesuai dengan Undang-undang yang berlaku.


(62)

DAFTAR PUSTAKA

Sihaloho Cyrus, 2002, Modul Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, Rajawali Pers, Jakarta.

Mardiasmo,2006,Perpajakan,CV Andi OFFset,Yogyakarta

Peraturan Perundang - undangan No. 19 tahun 2000, tentang Pengertian Penagihan pajak.

Peraturan Perundang - undangan No 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor SE-13/PJ.75/1998 tanggal 20 November 1998 tentang Jadwal Waktu Pelaksanaan Penagihan.

Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor SE-02/PJ.75/2002 tentang Kebijaksanaan Penagihan Pajak Tahun 2002.


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan

Penagihan Pajak adalah merupakan serangkaian tindakan agar Penanggung Pajak melunasi utang pajak dan biaya Penagihan pajak dengan menegur atau memperingatkan, melaksanakan Penagihan seketika dan sekaligus, memberitahukan Surat Paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan Penyitaan, melaksanakan penyanderaan, dan menjual barang yang telah disita. (Pasal 1 ayat 9 Undang-Undang Nomor 19 tahun 2000).

Bedasarkan hasil penelitian dan pembahasa yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa:

1. Penagihan pajak timbul akibat dari adanya penelitian dan pemeriksaan yang dilakukan terhadap SPT yang disamapaikan oleh Wajib pajak kepada kantor pelayanan pajak. Pada KPP Pratama Lubuk Pakam pun terdapat tunggakan pajak dari hasil pemeriksaan yang dimnana tindakan Penagihan terhadap tunggakan tersebut telah dilakukan.

2. Bedasarkan pencapaiannya KPP Pratama Lubuk Pakam telah melakukan Penagihan pajak dengan optiomal, dan berdasarkan sistem Penagihan pajak kurangoptimal, sedangkan bedasarkan Prosedur pelaksanaan Penagihan pajak pada KPP Pratama Lubuk Pakam sudah sesuai dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000. Pelaksanaan Penagihan pajak yang dilakukan KPP


(2)

Pratama Lubuk Pakam meruapakan salah satu upaya penegakan hukum (Law Enforcement) yang dimana upaya ini memiliki kekuatan humum dan dalam prosesnya sendiri upaya ini dapat meminimalisasikan jumlah tunggakan pajak yang ada.

3. Hambatan yang dihadapi dalam Penagihan pajak berasala dari dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meruapakan faktor yang berasal dari instansi perusahaan itu sendiri. Sedangkan untuk faktor eksternal meruapakan faktor yang berasal dari luar isntansi perusahaan yang diantaranya adalah mengenai objek sita, kerjasama dengan pihak-pihak lain,likuliditas, pengetahuanwajib pajak yang kurang mengenai perpajakan, dan Wajib pajak yang tidak diketahui alamatnya.

4. Upaya yang dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam diantaranya adalah untuk mengatasi hambatan faktor internal, upaya yang dilakukan yaitu dengan meningkatkan koordinasi dengan seksi-seksi lain dalam instansi pajak sendiri dan meningkatkan keterampilan serta wawasan Jurusita mengenai perpajakan. Sedangkan upaya untuk mengatasi hambatan dari faktir eksternal yaitu dengan


(3)

penyuluhan kepada Wajib pajak mengenai hak dan kewajiban perpajakannya.

Tujuan pelaksanaan Penagihan Pajak adalaj guna pelunasan utang pajak oleh Wajib Pajak. Dalam ketentuan Perundang-undangan perpajakan, bagi setiap Wajib Pajak yang telah memenuhi ketentuan perpajakannya diwajibkan membayar pajak terutangnya. Dalam hal ini dibutuhkan kesadaran masyarakat akan ketentuan perpajakan tersebut.

Namun kenyataanya yang terjadi dilapangan masih banyak Wajib Pajak yang tidak menghiraukan ketentuan perpajakan tersebut. Maka atas dasar inilah pihak Direktorat Jenderal Pajak melakukan Penagihan kepada Wajib Pajak untuk melunasi utang pajaknya, dengan cara menerbitkan Surat Tagihan Pajak/Surat Ketetapan Pajak. Kemudian Apabila Wajib Pajak tidak juga menghiraukan atas diterbitkannya surat tersebut maka aparatur pajak akan menerbitkan Surat Teguran atau Surat Peringatan lainnya. Selanjutnya apabila Wajib Pajak tidak juga menghiraukan Surat Teguran Pajak tersebut pihak aparatur pajak akan menerbitkan Surat Paksa guna mencairkan tunggakan pajak.


(4)

B.Saran

Setelah penulis mengemukakan uraian dan menarik kesimpulan dari data yang ada, pada kesempatan ini penulis mencoba mengemukakan beberapa saran yaitu:

1. Pelakasanaan Penagihan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam bedasarkan sistem haris lebih ditingkankan lagi, sehingga dapat mengurangi tunggakan pajak dan meningkatkan penerimaan pajak. 2. Meningkatkan pengetahuan Jurusita melalui pendidikan dan pelatihan agar

terdapat kesiaapan saat regenerasi. Selain itu juga lebih meningkatkan penyuluhan Wajib pajak dan membuat kerjsama dengan pihak lain untuk membuat talkshow seputar perpajakan ataupun membuat penayangan iklan perpajakan lebih intensif lagi agar mampu menggugah ssemangat Wajib pajak untuk membayar pajak. Dalam hal pendaftaran Wajib pajak baru, sebaiknya perlu dilakukan penelitian lapangan agar alamat yang diberikan oleh Wajib pajak dapat dibuntikan kebenarannya (tidak fiktif). Selain itu juga pemberitahuan yang jelas dan menyeluruh atau sosialisasi dari pemerintahan mengenai setiap perubahan peraturan perundang-undangan pajak, dan penyuluhan tentang pentingnya pajak sebaiknya lebih ditingkatkan lagi, seperti dengan cara mendatangi langsung Wajib pajaknya maupun dengan membuat selebaran tentang informasi perpajakan. Sehingga penanggung pajak menyadari kegunaan pajak dan


(5)

3. Perlunya dilaksanakan penyuluhan pajak secara lebih intensif oleh Direktorat Jenderal Pajak, agar Wajib Pajak semakin sadar akan pentingnya membayar pajak untuk kelangsungan pembangunan.

4. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam hendaknya menindak tegas Wajib Pajak yang tidak mengindahkan Surat Teguran yang disampaikan oleh KPP.

5. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam hendaknya menindak tegas oknum-oknum yang berusaha menghalangi proses Penagihan yang dilanjutkan dengan Penyitaan sesuai dengan Undang-undang yang berlaku.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Sihaloho Cyrus, 2002, Modul Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, Rajawali Pers, Jakarta.

Mardiasmo,2006,Perpajakan,CV Andi OFFset,Yogyakarta

Peraturan Perundang - undangan No. 19 tahun 2000, tentang Pengertian Penagihan pajak.

Peraturan Perundang - undangan No 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor SE-13/PJ.75/1998 tanggal 20 November 1998 tentang Jadwal Waktu Pelaksanaan Penagihan.

Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor SE-02/PJ.75/2002 tentang Kebijaksanaan Penagihan Pajak Tahun 2002.