Analisa Yuridis Mengenai Perubahan Sistem Asuransi Jiwa PT. Jamsostek (Persero) Menjadi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan (Studi BPJS Ketenagakerjaan Cabang Binjai)
DAFTAR PUSTAKA A. Buku
Ali, Zainuddin, 2009. Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika, Jakarta Asyhadie, Zaeni,2007. Hukum Kerja, Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Asyhadie, Zaeni, 2008. Aspek-aspek Jaminan Sosial Tenaga Kerja Rajawali, Jakarta.
Budiono, Abdul Rachmad, 2005. Hukum Perburuhan di Indonesia,Rajawali Press, Jakarta
Hardijan, Rusli,2004. Hukum Ketenagakerjaan, Ghalia Indonesia, Bogor.
Hartono, Sri Rejeki, 2001. Hukum Asuransi dan Perusahaan Asuransi, Sinar Grafika, Jakarta.
Husni, Lalu, 2005. Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Ibrahim, Johnny. 2007. Teori dan Metodelogi Penelitian Hukum Normatif, Bayu Media, Surabaya.
Muhammad, Abdul Kadir, Hukum Asuransi Indonesia, Citra Aditya, Bandung, 2006.
Simorangkir, J.C.T. Rudy Erwin,J.T Prasetyo, Kamus Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2009.
Manulang, Sendjun, 2002. Pokok-pokok Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Rineka Cipta, Jakarta.
Prodjodikoro, Wirdjono. 2010. Hukum Asuransi di Indonesia, Rineka Cipta, Jakarta.
Supomo, Imam, 2003. Hukum Perburuhan Bidang Kesehatan Kerja, PradnyaParamita, Jakarta.
Wahab, Zulaini, 2001. Dana Pensiun dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja di
Indonesia, Citra Aditya, Bandung.
(2)
Pemerintahan Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 2 Tahun 1951 tentang Pernyataan Berlakunya Undang-undang Kecelakaan Tahun 1947 Nomor 33 dari Republik Indonesia untuk seluruh Indonesia, Lembaran Negara Tahun 1951 Nomor 3 dan Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 1977 tentang Asuransi Sosial Tenaga Kerja, Lembaran Negara Tahun 1977 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3112.
Pemerintahan Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5256;
Pemerintahan Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja, Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 14, tambahan Lembaran Negara Nomor 3468.
Pemerintahan Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 337, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5618 Pemerintahan Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004
Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Pemerintah Nomor 25 Tahun 1981tentang Asuransi
Sosial Pegawai
Pemerintahan Republik Indonesia Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2014 Tentang Pedoman Penyusunan Peta Jalan Penyelenggaraan Jaminan Sosial Bidang Kesehatan dan bidang Ketenagakerjaan.
Pemerintahan Republik Indonesia Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD), Staatsblad 1847 Nomor 23 tentang Wetboek van Koophandel voor Indonesie)
C. Internet
Jamsostek.co.id/organisasi (diakses tanggal 23 Mei 2015)
(3)
BAB III
BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (BPJS) KETENAGAKERJAAN
A. Pengertian, Sejarah dan Dasar Hukum BPJS
Penyelenggaraan program jaminan sosial merupakan salah satu tangung jawab dan kewajiban negara untuk memberikan perlindungan sosial ekonomi kepada masyarakat. Sesuai dengan kondisi kemampuan keuangan Negara. Indonesia seperti halnya negara berkembang lainnya, mengembangkan program jaminan sosial berdasarkan funded social security, yaitu jaminan sosial yang didanai oleh peserta dan masih terbatas pada masyarakat pekerja di sektor formal.29
29
Sejarah terbentuknya PT Jamsostek (Persero) mengalami proses yang panjang, dimulai dari Undang-Undang Nomor 33 Tahun 1947 jo Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1951 tentang kecelakaan kerja, Peraturan Menteri Perburuhan (PMP) Nomor 48 Tahun 1952 jo PMP Nomor 8 Tahun 1956 tentang pengaturan bantuan untuk usaha penyelenggaraan kesehatan buruh, PMP Nomor 15 Tahun 1957 tentang pembentukan Yayasan Sosial Buruh, PMP Nomor 5 Tahun 1964 tentang pembentukan Yayasan Dana Jaminan Sosial (YDJS), diberlakukannya Undang-Undang Nomor 14 Tahun1969 tentang Pokok-pokok Tenaga Kerja. Secara kronologis proses lahirnya asuransi sosial tenaga kerja semakin transparan.
2015
(4)
Setelah mengalami kemajuan dan perkembangan, baik menyangkut landasan hukum, bentuk perlindungan maupun cara penyelenggaraan, pada tahun 1977 diperoleh suatu tonggak sejarah penting dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 33 tahun 1977 tentang pelaksanaan program asuransi sosial tenaga kerja (ASTEK), yang mewajibkan setiap pemberi kerja/pengusaha swasta dan BUMN untuk mengikuti program ASTEK. Terbit pula Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 1977 tentang pembentukan wadah penyelenggara ASTEK yaitu Perum Astek. 30
Selanjutnya pada akhir tahun 2004, Pemerintah juga menerbitkan Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional. Undang-undang itu berhubungan dengan Amandemen Undang-Undang Dasar 1945 tentang perubahan Pasal 34 ayat (2), yang kini berbunyi: "Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan". Tonggak penting berikutnya adalah lahirnya Undang-Undang Nomor 3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK). Dan melalui Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 1995 ditetapkannya PT Jamsostek sebagai badan penyelenggara Jaminan Sosial Tenaga Kerja. Program Jamsostek memberikan perlindungan dasar untuk memenuhi kebutuhan minimal bagi tenaga kerja dan keluarganya, dengan memberikan kepastian berlangsungnya arus penerimaan penghasilan keluarga sebagai pengganti sebagian atau seluruhnya penghasilan yang hilang, akibat risiko sosial.
30Ibid
(5)
Manfaat perlindungan tersebut dapat memberikan rasa aman kepada pekerja sehingga dapat lebih berkonsentrasi dalam meningkatkan motivasi maupun produktivitas kerja.
Kiprah Perusahaan PT Jamsostek (Persero) yang mengedepankan kepentingan dan hak normatif Tenaga Kerja di Indonesia dengan memberikan perlindungan 4 (empat) program, yang mencakup Program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), Jaminan Kematian (JKM), Jaminan Hari Tua (JHT) dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) bagi seluruh tenaga kerja dan keluarganya terus berlanjutnya hingga berlakunya UU No 24 Tahun 2011.
Tahun 2011, ditetapkanlah UU No 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. Sesuai dengan amanat undang-undang, tanggal 1 Januri 2014 PT Jamsostek akan berubah menjadi Badan Hukum Publik. PT Jamsostek (Persero) yang bertransformsi menjadi BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) Ketenagakerjaan tetap dipercaya untuk menyelenggarakan program jaminan sosial tenaga kerja, yang meliputi JKK, JKM, JHT dengan penambahan Jaminan Pensiun mulai 1 Juli 2015.31
Menyadari besar dan mulianya tanggung jawab tersebut, BPJS Ketenagakerjaan pun terus meningkatkan kompetensi di seluruh lini pelayanan sambil mengembangkan berbagai program dan manfaat yang langsung dapat dinikmati oleh pekerja dan keluarganya. semakin maju, program BPJS Ketenagakerjaan tidak hanya memberikan manfaat kepada pekerja dan pengusaha
31Ibid
(6)
saja, tetapi juga memberikan kontribusi penting bagi peningkatan pertumbuhan ekonomi bangsa dan kesejahteraan masyarakat Indonesia.
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan (BPJS Ketenagakerjaan) adalah badan hukum publik yang bertanggungjawab kepada Presiden dan berfungsi menyelenggarakan program jaminan hari tua, jaminan pensiun, jaminan kematian dan jaminan kecelakaan kerja bagi seluruh pekerja Indonesia termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia.32
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan (BPJS Ketenagakerjaan) merupakan program publik yang memberikan perlindungan bagi tenaga kerja untuk mengatasi risiko sosial ekonomi tertentu dan
penyelenggaraannya menggunakan mekanisme
Negara yang bergerak dalam bidang asuransi sosial BPJS Ketenagakerjaan yang dahulu bernama PT Jamsostek (Persero) merupakan pelaksana undang-undang
Sebagai Badan Usaha Milik Negara yang bergerak dalam bidang asuransi sosial BPJS Ketenagakerjaan yang dahulu bernama PT Jamsostek (Persero) merupakan pelaksana undang-undang jaminan sosialtenaga kerja. BPJS Ketenagakerjaan sebelumnya bernama Jamsostek (jaminan sosial tenaga kerja), yang dikelola oleh PT. Jamsostek (Persero), namun sesuai Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang BPJS, PT. Jamsostek berubah menjadi BPJS Ketenagakerjaan sejak tanggal 1 Januari 2014
32
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2014 Tentang Pedoman Penyusunan Peta Jalan Penyelenggaraan Jaminan Sosial Bidang Kesehatan dan bidang Ketenagakerjaan, Pasal 1 angka 3
(7)
Sejarah terbentuknya BPJS Ketenagakerjaan yang dahulu bernama Jamsostek mengalami proses yang panjang, dimulai dari Undang-Undang Nomor 33 Tahun 1947 jo Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1951 tentang kecelakaan kerja, Peratur untuk usaha penyelenggaraan kesehatan buruh, Peratura (PMP) Nomor 15 Tahun 1957 tentang pembentukan Yayasan Sosial Buruh, Peratur Yayasan Dana Jaminan Sosial (YDJS), diberlakukannya Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1969 tentang Pokok-pokok Tenaga Kerja. Secara kronologis proses lahirnya asuransi sosial tenaga kerja semakin transparan.33
Setelah mengalami kemajuan dan perkembangan, baik menyangkut
landas
Pemerintah (PP) Nomor 33 Tahun 1977 tentang pelaksanaan program asuransi sosial tenaga kerja (ASTEK), yang mewajibkan setiap pemberi kerja/pengusaha swasta dan BUMN untuk mengikuti program ASTEK. Terbit pula Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 1977 tentang pembentukan wadah penyelenggara ASTEK yaitu Perum Astek. Tonggak penting berikutnya adalah lahirnya Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang (JAMSOSTEK). Dan melalui Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 1995 ditetapkannya PT. Jamsostek sebagai badan penyelenggara Jaminan Sosial
33
Bambang-Rustanto.com/2015/03/BPJS-Ketenagakerjaan.html (diakses tanggal 1 Juni 2015)
(8)
Tenaga Kerja. Program memenuhi kebutuhan minimal bagi tenaga kerja dan keluarganya, dengan memberikan kepastian berlangsungnya arus penerimaan penghasilan keluarga sebagai pengganti sebagian atau seluruhnya penghasilan yang hilang, akibat risiko sosial.
Akhir Tahun 2004, Pemerintah juga menerbitkan UU Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional. Undang-undang itu berhubungan dengan Amandemen UUD 1945 tentang perubahan Pasal 34 ayat (2), yang kini berbunyi: "Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan". Manfaat perlindungan tersebut dapat memberikan rasa aman kepada pekerja sehingga dapat lebih berkonsentrasi dalam meningkatkan motivasi maupun produktivitas kerja.34
Kiprah Perusahaan yang mengedepankan kepentingan dan hak normatif Tenaga Kerja di Indonesia terus berlanjut. Sampai saat ini, PT. Jamsostek (Persero) memberikan perlindungan 4 (empat) program, yang mencakup Program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), Jaminan Kematian (JKM), Jaminan Hari Tua (JHT) dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) bagi seluruh tenaga kerja dan keluarganya.35
34
Rusli Hardijan, hukum ketenagakerjaan, Ghalia Indonesia, Bogor, 2004, hal 83
35
Lalu Husni, Op.cit., hal 158
Tahun 2011, ditetapkanlah Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. Sesuai dengan amanat undang-undang, tanggal 1 Januari 2014 PT Jamsostek akan berubah menjadi Badan Hukum Publik. PT Jamsostek tetap dipercaya untuk menyelenggarakan program
(9)
jaminan sosial tenaga kerja, yang meliputi JKK, JKM, JHT dengan penambahan Jaminan Pensiun mulai 1 Juli 2015. Pada Tahun 2014 pemerintah menyelenggarakan program jaminan sosial bagi masyarakat sesuai Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011, Pemerintah mengganti nam menjadi (Persero) menjadi BPJS Ketenagakerjaan.
Dalam melaksanakan fungsi sebagaimana tersebut diatas BPJS bertugas untuk:36
1. Melakukan dan/atau menerima pendaftaran peserta;
2. Memungut dan mengumpulkan iuran dari peserta dan pemberi kerja; 3. Menerima bantuan iuran dari Pemerintah;
4. Mengelola Dana Jaminan Sosial untuk kepentingan peserta;
5. Mengumpulkan dan mengelola data peserta program jaminan sosial; 6. Membayarkan manfaat dan/atau membiayai pelayanan kesehatan sesuai
dengan ketentuan program jaminan sosial; dan
7. Memberikan informasi mengenai penyelenggaraan program jaminan sosial kepada peserta dan masyarakat.
Tugas BPJS meliputi pendaftaran kepesertaan dan pengelolaan data kepesertaan, pemungutan, pengumpulan iuran termasuk menerima bantuan iuran dari Pemerintah, pengelolaan Dana jaminan Sosial, pembayaran manfaat dan/atau membiayai pelayanan kesehatan dan tugas penyampaian informasi dalam rangka sosialisasi program jaminan sosial dan keterbukaan informasi.
Kepesertaan BPJS Ketenagakerjaan dibagi dalam dua kelompok kepesertaan BPJS yaitu :37
36Ibid
37
(10)
1. Peserta Tenaga Kerja Dalam Hubungan Kerja. Terdiri dari PNS, TNI/POLRI, Pensiunan PNS/TNI/POLRI, BUMN, BUMD, Swasta, Yayasan, Joint Venture,Veteran,Perintis Kemerdekaan. Pemberi Kerja mendaftarkan dirinya dan pekerjanya ke BPJS Ketenagakerjaan
2. Peserta Tenaga Kerja Luar Hubungan Kerja terdiri dari Pekerja sektor informal, Pekerja mandiriPekerja dapat membentuk wadah/organisasi yang terdiri dari minimal 10 orang dan mendaftar ke BPJS Ketenagakerjaan
Peserta Tenaga Kerja dalam Hubungan Kerja :
1. Perwakilan perusahaan mendaftar di kantor BPJS dengan mengisi Formulir perusahaan dan Formulir Tenaga kerja.
2. Melakukan pembayaran iuran pertama yang dapat dilakukan di
ATM/setor tunai di Bank Mandiri, BNI,BRI dan Bukopin maksimal 30 hari dari waktu pendaftaran
3. Melengkapi persyaratan dokumen pendaftaran : a. Asli dan fotokopi Surat Izin Usaha Perdagangan b. Asli dan Fotokopi NPWP Perusahaan
c. Asli dan Fotokopi Akta Perdagangan Perusahaan d. Fotokopi KTP masing-masing Pekerja
e. Fotokopi KK masing-masing Pekerja
f. Pas Foto berwarna masing-masing Pekerja ukuran 2x3 1 Lembar Peserta Tenaga Kerja Luar Hubungan Kerja :
a. Perwakilan wadah mendaftar di kantor BPJS Ketenagakerjaan dengan mengisi formulir pendaftaran.
b. Memilih jenis jaminan yang ingin diikuti (diperbolehkan tidak mengikuti seluruh jaminan) dan jangka waktu pembayaran iuran (perbulan atau per tiga bulan)
(11)
c. Melakukan pembayaran iuran pertama yang dapat dilakukan di ATM/setor tunai di Bank Mandiri, BNI,BRI dan Bukopin maksimal 30 hari dari waktu pendaftaran
d. Melengkapi persyaratan dokumen pendaftaran :
a) Surat izin usaha dari RT/RW/Kelurahan setempat b) Fotokopi KTP masing-masing Pekerja
c) Fotokopi KK masing-masing Pekerja
d) Pas Foto berwarna masing-masing Pekerja ukuran 2x3 1 Lembar. Manfaat BPJS Ketenagakerjaan :38
a. Program perlindungan yang bersifat dasar bagi tenaga kerja yang bertujuan untuk menjamin adanya keamanan dan kepastian terhadap risiko-risiko sosial ekonomi,
b. Sarana penjamin arus penerimaan penghasilan bagi tenaga kerja dan keluarganya akibat dari terjadinya risiko-risiko sosial dengan pembiayaan yang terjangkau oleh pengusaha dan tenaga kerja.
c. Risiko sosial ekonomi yang ditanggulangi oleh program tersebut terbatas saat terjadi peristiwa kecelakaan, sakit, hamil, bersalin, cacat, hari tua dan meninggal dunia, yang mengakibatkan berkurangnya atau terputusnya penghasilan tenaga kerja dan/atau membutuhkan perawatan medis.
d. Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial ini menggunakan mekanisme Asuransi Sosial
BPJS (Badan Penyelengaraan Jaminan Sosial) Ketenagakerjaan adalah pengganti PT. JAMSOSTEK. BPJS (Badan Penyelengaraan Jaminan Sosial) adalah program SJSN yang dikhususkan untuk pelayanan bagi tenaga kerja atau karyawan dalam bentuk jaminan asuransi hari tua.Jadi intinya BPJS (Badan Penyelengaraan Jaminan Sosial) Ketenagakerjaan ditambah jaminan pensiunan bagi para pekerja atau karyawan. BPJS (Badan Penyelengaraan Jaminan Sosial)
38Ibid
(12)
Ketenagakerjaan adalah program khusus untuk tenaga kerja atau pegawai,baik pegawai negeri maupun swasta. Untuk jenis serta nominal iurannya masih belum ditentukan karena baru akan diumumkan diawal Tahun 2015 dan sampai skripsi ini dibuat belum ada ketentuan tersebut.
Pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa BPJS (Badan Penyelengaraan Jaminan Sosial) Ketenagakerjaan bisa dibilang asuransi hari tua bagi pekerja atau pegawai negeri maupun swasta atau pemegang kartu jamsostek yang lama. Sebelum menjadi BPJS, transformasi PT.JAMSOSTEK dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama adalah masa peralihan PT. JAMSOSTEK (Persero) menjadi BPJS Ketenagakerjaan berlangsung selama 2 Tahun, mulai 25 November 2011 sampai dengan 31 Desember 2013. Tahap pertama diakhiri dengan pendirian BPJS Ketenagakerjaan pada 1 Januari 2014.
Tahap kedua, adalah tahap penyiapan operasionalisasi BPJS Ketenagakerjaan untuk penyelenggaraan program jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, jaminan pensiun dan jaminan kematian sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Sistem Jaminan Sosial Nasional. Persiapan tahap kedua berlangsung selambat-lambatnya hingga 30 Juni 2015 dan diakhiri dengan beroperasinya BPJS Ketenagakerjaan untuk penyelenggaraan keempat program tersebut sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Sistem Jaminan Sosial Nasional selambatnya pada 1 Juli 2015.
Selama masa persiapan, Dewan Komisaris dan Direksi PT Jamsostek (Persero) ditugasi untuk menyiapkan:
(13)
2. Pengalihan asset dan liabilitas, serta hak dan kewajiban program jaminan pemeliharaan kesehatan PT Jamsostek (Persero) ke BPJS Kesehatan. 3. Penyiapan beroperasinya BPJS Ketenagakerjaan berupa pembangunan
sistem dan prosedur bagi penyelenggaraan program jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, jaminan pensiun dan jaminan kematian, serta sosialisasi program kepada publik.
4. Pengalihan asset dan liabilitas, pegawai serta hak dan kewajiban PT Jamsostek (Persero) ke BPJS Ketenagakerjaan.Penyiapan pengalihan asset dan liabilitas, pegawai serta hak dan kewajiban PT Jamsostek (Persero) ke BPJS Ketenagakerjaan mencakup penunjukan kantor akuntan publik untuk melakukan audit atas:
a. Laporan keuangan penutup PT Askes(Persero); b. Laporan posisi keuangan pembukaan BPJS Kes;
c. Laporan posisi keuangan pembukaan dana jaminan kesehatan.
Seperti halnya pembubaran PT ASKES (Persero),pada 1 Januari 2014 PT Jamsostek (Persero) dinyatakan bubar tanpa likuidasi dan PT Jamsostek (Persero) berubah menjadi BPJS Ketenagakerjaan. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 1995 tentang Penetapan Badan Penyelenggara Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi. Semua aset dan liabilitas serta hak dan kewajiban hukum PT Jamsostek (Persero) menjadi asset dan liabilitas serta hak dan kewajiban hukum BPJS Ketenagakerjaan.Semua pegawai PT Jamsostek (Persero) menjadi pegawai BPJS Ketenagakerjaan.Pada saat pembubaran, Menteri BUMN selaku RUPS mengesahkan laporan posisi
(14)
keuangan penutup PT Jamsostek (Persero) setelah dilakukan audit oleh kantor akuntan publik. Menteri Keuangan mengesahkan posissi laporan keuangan pembukaan BPJS Ketenagakerjaan dan laporan posisi keuangan pembukaan dana jaminan ketenagakerjaan.
Sejak 1 Januari 2014 hingga selambat-lambatnya 30 Juni 2015, BPJS Ketenagakerjaan melanjutkan penyelenggaraan tiga program yang selama ini diselenggarakan oleh PT Jamsostek (Persero), yaitu program jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua dan jaminan kematian, termasuk menerima peserta baru. Penyelenggaraan ketiga program tersebut oleh BPJS Ketenagakerjaan masih berpedoman pada ketentuan Pasal 8 sampai dengan Pasal 15 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jamsostek. Selambat-lambatnya pada 1 Juli 2015, BPJS Ketenagakerjaan beroperasi sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Sistem Jaminan Sosial Nasional. Seluruh Pasal Undang-Undang Jamsostek dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
BPJS Ketenagakerjaan menyelenggarakan program jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, jaminan pensiun dan jaminan kematian sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Sistem Jaminan Sosial Nasional untuk seluruh pekerja kecuali Pegawai Negeri Sipil, Anggota TNI dan POLRI.Untuk pertama kali, Presiden mengangkat Dewan Komisaris dan
Direksi PT Jamsostek (Persero) menjadi aggota Dewan Pengawas dan anggota Direksi BPJS Ketenagakerjaan untuk jangkawaktu paling lama 2 Tahun sejak BPJS Ketenagakerjaan mulai beroperasi.39
39Ibid
(15)
B. Fungsi, Wewenang dan Kewajiban BPJS Ketenagakerjaan menurut Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang BPJS Ketenagakerjaan
Fungsi, wewenang dan Kewajiban BPJS Ketenagakerjaan menurut Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang BPJS Ketenagakerjaan sebagai berikut :40
1. Fungsi BPJS Ketenagakerjaan antar lain : a. Pendaftaran peserta
b. Mengumpulkan iuran dari Peserta /Pemberi Kerja
c. Menerima Bantuan Iuran dari Pemerintah (BPJS) kesehatan d. Mengelola Dana Jaminan Sosial
e. Mengelola data peserta
f. Membayarkan manfaat dan / atau memberikan pelayanan 2. Wewenang BPJS Ketenagakerjaan antara lain sebagai berikut :
a. Menagih iuran
b. Penempatan investasi dana jaminan sosial
c. Melakukan pengawasan dan Pemeriksaan kepatuhan Peserta d. Negosiasi/menghentikan kontrak dengan provider pelayanan e. Mengenakan sanksi administratif
f. Melaporkan ketidakpatuhan peserta pada instansi yang berwenang 3. Kewajiban BPJS Ketenagakerjaan antara lain :
a. Memberikan nomor identitas tunggal b. Mengembangkan dana aset jaminan sosial
40Ibid
(16)
c. Memberikan informasi kepada peserta dan stakeholder d. Memberikan pelayanan dan manfaat
e. Memberikan informasi (hak/kewajiban, prosedur, saldo JHT, manfaat pensiun)
f. Membentuk cadangan teknis
Dalam melaksanakan tugasnya sebagaimana dimaksud di atas, BPJS berwenang:41
1. Menagih pembayaran Iuran;
2. Menempatkan Dana Jaminan Sosial untuk investasi jangka pendek dan jangka panjang dengan mempertimbangkan aspek likuiditas, solvabilitas, kehati-hatian, keamanan dana, dan hasil yang memadai;
3. Melakukan pengawasan dan pemeriksaan atas kepatuhan peserta dan pemberi kerja dalam memanuhi kewajibannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan jaminan sosial nasional;
4. Membuat kesepakatan dengan fasilitas kesehatan mengenai besar pembayaran fasilitas kesehatan yang mengacu pada standar tarif yang ditetapkan oleh Pemerintah;
5. Membuat atau menghentikan kontrak kerja dengan fasilitas kesehatan;
6. Mengenakan sanksi administratif kepada peserta atau pemberi kerja yang tidak memenuhi kewajibannya;
7. Melaporkan pemberi kerja kepada instansi yang berwenang mengenai ketidakpatuhannya dalam membayar iuran atau dalam memenuhi kewajiban lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
8. Melakukan kerjasama dengan pihak lain dalam rangka penyelenggaraan program jaminan sosial.
Kewenangan menagih pembayaran Iuran dalam arti meminta pembayaran dalam hal terjadi penunggakan, kemacetan, atau kekurangan pembayaran, kewenangan melakukan pengawasan dan kewenangan mengenakan sanksi administratif yang diberikan kepada BPJS memperkuat kedudukan BPJS sebagai badan hukum publik.
41Ibid
(17)
C. Organ BPJS Ketenagakerjaan dan Kekhususan BPJS Ketenagakerjaan dalam Perubahan
Pasal 20 Undang-Undang BPJS menentukan organ BPJS terdiri atas Dewan Pengawas dan Direksi. Kedua organ tersebut mempunyai fungsi, tugas dan wewenang yang berbeda. Meskipun demikian, keduanya sangat berperan dalam menegakkan corporate governance BPJS. Ditangan Dewan Pengawas dan Direksi baik buruknya kinerja BPJS ditentukan. Daya inovatif, kreatifitas dan dedikasi personil kedua organ tersebut baik secara individual maupun sebagai suatu entitas dalam melaksanakan fungsi, tugas dan wewenang masing-masing berpotensi menjadikan BPJS berkembang secara dinamis. Disamping itu, kerjasama antar individu dalam organ BPJS secara terstruktur dan dilandasi oleh budaya kerja yang partisipatif dengan integritas yang tinggi menciptakan sinergi yang positif untuk meraih tujuan BPJS, yaitu untuk mewujudkan terselenggaranya pemberian jaminan terpenuhinya kebutuhan dasar hidup yang layak bagi setiap peserta dan/atau anggota keluarganya. Meskipun demikian patut diperhatikan bahwa personil organ BPJS secara individual memiliki kelemahan dan keterbatasan masing-masing. Namun hal ini dapat diatasi dengan menerapkan corporate
governance berdasarkan prinsip transparency, accountability dan responsibility,
responsiveness, independency dan fairness.
1. Dewan Pengawas
Dewan Pengawas terdiri atas 7 orang profesional yang mencerminkan unsur-unsur pemangku kepentingan dalam jaminan sosial. Yaitu terdiri atas: a. 2 orang unsur Pemerintah; b. 2 orang unsur Pekerja; c. 2 orang unsur Pemberi
(18)
Kerja; dan d. 1 orang unsur Tokoh Masyarakat. Anggota Dewan Pengawas diangkat dan diberhentikan oleh Presiden. Salah seorang dari anggota Dewan Pengawas ditetapkan sebagai Ketua Dewan Pengawas oleh Presiden. Anggota Dewan Pengawas diangkat untuk jangka waktu 5 Tahun dan dapat diusulkan untuk diangkat kembali untuk satu kali masa jabatan berikutnya.
Dewan Pengawas berfungsi melakukan pengawasan atas pelaksanaan tugas BPJS. Dalam melaksanakan fungsi tersebut, Dewan Pengawas bertugas untuk:
a. Melakukan pengawasan atas kebijakan pengelolaan BPJS dan kinerja Direksi;
b. Melakukan pengawasan atas pelaksanaan pengelolaan dan pengembangan Dana Jaminan Sosial oleh Direksi;
c. Memberikan saran, nasihat, dan pertimbangan kepada Direksi mengenai kebijakan dan pelaksanaan pengelolaan BPJS; dan
d. Menyampaikan laporan pengawasan penyelenggaraan Jmainan Sosial sebagai bagian dari laporan BPJS kepada Presiden dengan tembusan kepada DJSN.
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana tersebut di atas, Dewan Pengawas berwenang untuk:
a. Menetapkan rencana kerja anggaran Tahunan BPJS; b. Mendapatkan dan/atau meminta laporan dari Direksi;
(19)
d. Memberikan saran dan rekomendasi kepada Presiden mengenai kinerja Direksi.
2. Direksi
Berdasarkan Pasal 1 angka (5) Undang- Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas menyebutkan bahwa pengertian Direksi dalam Perseroan Terbatas adalah organ Perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab penuh atas pengurusan Perseroan untuk kepentingan Perseroan.42
a. Melakukan pengelolaan BPJS Ketenagakerjaanyang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi;
Fungsi Direksi yaitu melaksanakan penyelenggaraan kegiatan operasional BPJS Ketenagakerjaan yang menjamin peserta mendapatkan manfaat sesuai haknya.
Tugas direksi
b. Mewakili BPJS Ketenagakerjaan di dalam dan luar pengadilan;
c. Menjamin tersedianya fasilitas dan akses bagi Dewan Pengawas untuk melaksanakan fungsinya
Direksi berwenang untuk:
a. Menetapkan kebijakan BPJS Ketenagakerjaan;
b. Mengikat BPJS Ketenagakerjaan dengan pihak lain serta manjalankan tindakan yang tidak bertentangan dengan ketentuan perundang-undangan; c. Mengangkat dan memberhentikan karyawan berdasarkan peraturan BPJS
Ketenagakerjaan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku d. Menetapkan kinerja direksi BPJS Ketenagakerjaan;
e. Menetapkan struktur organisasi;
f. Menyelenggarakan manajemen kepegawaian;
g. Mengusulkan kepada Presiden penghasilan Dewan Pengawas dan Direksi; h. Menetapkan ketentuan dan tata cara pengadaan barang dan jasa dengan
memperhatikan prinsip transparansi, akuntabilitas, efisiensi dan efektivitas dengan menyusun Pedoman Pengadaan Barang dan Jasa.
42
(20)
BAB IV
PERUBAHAN SISTEM ASURANSI JIWA JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA (JAMSOSTEK) MENJADI BADAN PENYELENGGARA
JAMINAN SOSIAL (BPJS) KETENAGAKERJAAN
A. Alasan Hukum Mengapa Terjadinya Peralihan Jamsostek menjadi BPJS Ketenagakerjaan
Awal Tahun 2014, pemerintah telah merubah dua perusahaan yang bergerak dibidang jaminan sosial yaitu PT Askes menjadi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan dan PT Jamsostek menjadi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan, kedua perusahaan ini yang sebelumnya merupakan perusahaan Persero atau bergerak dibidang profit berubah menjadi badan publik yang mengutamakan kepentingan peserta. Hal ini terjadi ketika diawali dengan Ketetapan MPR No.X/MPR/2001 tentang Laporan Pelaksanaan Putusan MPR RI oleh Lembaga Tinggi Negara pada sidang Tahunan MPR RI Tahun 2001 yang menugaskan kepada Presiden Republik Indonesia untuk membentuk Sistem Jaminan Sosial Nasional dalam rangka memberikan perlindungan sosial yang menyeluruh dan terpadu.
Pemerintah, SJSN dan BPJS saling berkaitan satu sama lain. Pemerintah dalam penyelenggaraan jaminan sosial adalah satu pemerintah sehingga tidak ada lagi dikhotomi antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah, karena jaminan sosial sebagai faktor determinan berdirinya sebuah negara kesatuan termasuk di negara federasi untuk kesejahteraan rakyat. Karena itu, teori tersebut diadopsi dalam UU SJSN bahwa fungsi pemerintah (baik pemerintah pusat maupun dan
(21)
pemerintah pemerintah daerah) dalam penyelenggaraan sistem jaminan sosial disamping sebagai pengawas/regulator, juga sebagai fasilitator dan kontributor.43
1. Instrumen instrumen negara untuk pencegahan kemiskinan, pemberdayaan komunitas yang kurang beruntung dan pengentasan kemiskinan;
Adapun alasan penyelenggaraan jaminan sosial secara nasional adalah bahwa jaminan sosial sebagai instrumen negara yang dirancang untuk redistribusi risiko secara nasional sesuai asas dan prinsip-prinsip UU SJSN. SJSN adalah sistem jaminan sosial seumur hidup untuk keperluan perlindungan bagi seluruh rakyat (kaya, menengah dan miskin) sehingga bersifat mengikat dalam kewajiban baik tenaga-kerja, pemberi-kerja dan pemerintah).BPJS adalah wadah yang independen yang didukung dengan UU untuk mewujudkan terselenggaranya SJSN yang efektif. Karena dalam penyelenggaraan program jaminan sosial sebelumnya oleh Jamsostek, Taspen, Askes dan Asabri pada dasarnya telah sedang melakukan praktek dana amanah, maka dengan sendirinya wadahnya merupakan wali amanat. Berikut penjelasan singkat tentang ragam-dimensi jaminan sosial yang menjadi kewenangan BPJS yang dibentuk dengan UU :
2. Penciptaan pendapatan hari tua bagi peserta, karena iuran jaminan hari tua pada dasarnya merupakan konsumsi yang ditangguhkan;
3. Salah satu faktor ekonomi untuk redistribusi risiko bagi yang memerlukan seperti bantuan iuran dari pemerintah untuk program kesehatan bagi penduduk miskin;
43
Wawancara dengan Eriady, selaku Kabid Pemasaran BPJS Ketenagakerjaan Binjai, tanggal 5 Juni 2015.
(22)
4. Alat monitor untuk minimalisasi uang primer melalui penguncian dana publik untuk tujuan investasi jangka panjang;
5. Faktor pengikat berdirinya sebuah Negara Kesatuan Republik Indonesia karena adanya kepastian jaminan dasar.
Tidak ada alasan hukum mengapa jamsostek beralih menjadi BPJS Ketenangakerjaan. Namun perubahan harus dilakukan untuk menjadi lebih baik guna kesejateraan rakyat, terutama yang melakukan kegiatan ekonomi menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan. BPJS Ketenagakerjaan sebelumnya bernama Jamsostek (jaminan sosial tenaga kerja), yang dikelola PT. Jamsostek (Persero), namun sesuai Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang BPJS, PT. Jamsostek berubah menjadi BPJS Ketenagakerjaan sejak tanggal 1 Januari 2014. Tahun 2011 ditetapkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial. Sesuai dengan amanat undang-undang , tanggal 1 Januari 2014 PT. Jamsostek berubah menjadi Badan Hukum Publik. PT. Jamsostek tetap dipercaya untuk menyelenggarakan program jaminan sosial tenaga kerja, yang meliputi JKK, JKM, JHT dengan penambahan Jaminan Pensiun mulai 1 Juli 2015.44
Cukup panjang, sebab peralihan tersebit sebenarnya sudah dimulai sejak dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, kemudian dipertegas peralihan tersebut dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. Dimana BPJS Kesehatan (ex. PT. ASKES) mulai beroperasi 1 Januari
44
(23)
2014 yang khusus menyelenggarakan program kesehatan saja, sedangkan BPJS Kenagakerjaan (ex. Jamsostek) akan baru mulai beroperasi penuh nantinya pada tanggal 1 Juli 2015 dengan menyelenggarakan program JKK, JK, JHT, JP.
Status kepesertaan dari program Jamsostek setelah PT. Jamsostek berubah menjadi BPJS Ketenagakerjaan. Bagi perusahaan dan pekerja mandiri yang sudah menjadi peserta program Jamsostek untuk program JHT, JKK dan JK, kepesertaannya tidak mengalami perubahan dan tidak perlu melakukan registrasi ulang. Bagi perusahaan dan pekerja mandiri yang menjadi peserta program JPK perlu melakukan pendaftaran ulang ke BPJS Kesehatan (dulunya PT Askes).
Program yang ada di BPJS Ketenagakerjaan dan program PT. Jamsostek juga berlaku di BPJS KetenagakerjaanMenurut Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011, BPJS Ketenagakerjaan akan tetap melaksanakan program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), Jaminan Kematian (JK), Jaminan Hari Tua (JHT). Selama belum ada peraturan baru yang mengatur tentang prosedur dan persyaratan menjadi peserta program BPJS Ketenagakerjaan dan sebelum BPJS beroperasi secara penuh pada 1 Juli 2015, maka prosedur dan manfaat tersebut masih sama dengan yang berlaku di PT. Jamsostek.
Berubahnya PT. Jamsostek menjadi BPJS Ketenagakerjaan, bagaimana dengan program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) yang dulunya adalah program dari PT. Jamsostek?Sesuai dengan amanah Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggaran Jaminan Sosial, pengelolaan JPK yang diselenggarakan oleh PT Jamsostek (Persero) baik program, kepesertaan
(24)
maupun aset dan liabilitasnya diserahkan kepada BPJS Kesehatan selambat-lambatnya pada tanggal 1 Januari 2014.
Apakah Kartu Peserta Jamsostek yang dimiliki peserta masih dapat digunakan di BPJS Ketenagakerjaan?Kartu Peserta Jamsostek masih dapat digunakan di BPJS Ketenagakerjaan tanpa mengurangi fungsinya sehingga tidak perlu dilakukan penggantian/pencetakan ulang. Pada saatnya nanti, BPJS Ketenagakerjaan secara bertahap akan mengganti Kartu Peserta Jamsostek tersebut dengan Kartu Peserta BPJS Ketenagakerjaan.
B. Perbandingan Sistem Asuransi Jiwa Menurut PT. Jamsostek dengan BPJS Ketenagakerjaan
BPJS Ketenagakerjaan sebelumnya bernama Jamsostek (jaminan sosial tenaga kerja), yang dikelola oleh PT. Jamsostek (Persero), namun sesuai Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang BPJS, PT. Jamsostek berubah menjadi BPJS Ketenagakerjaan sejak tanggal 1 Januari2014.
Setelah ada perubahan lantas apa yang membedakan antara Jamsostek dan BPJS Ketenagakerjaan? Satu dari sekian perbedaan utama adalah pekerja informal atau mereka yang tidak terafiliasi dengan lembaga swasta atau lembaga negara juga dapat menjadi peserta.Misalnya seorang tukang becak yang selama ini tidak memiliki program jaminan kecelakaan kerja saat bekerja dapat menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan. Apabila dia tewas saat bekerja, tukang becak sebagai peserta jaminan sosial bisa memperoleh santunan.
Begitu pula dengan petani, kuli bangunan, pembantu rumah tangga hingga pedagang keliling. Mereka yang selama ini bekerja keras dan berkontribusi dalam
(25)
perekonomian nasional seringkali terabaikan dalam program jaminan sosial ketenagakerjaan. Kepesertaan pekerja informal itu menjadi menarik sebagai sebuah harapan dan cita-cita karena seluruh warga-pekerja Indonesia bakal memiliki jaminan sosial ketenagakerjaan seperti yang diarahkan oleh Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang BPJS.
Perbandingan Sistem Asuransi Jiwa Menurut PT. Jamsostek dengan BPJS Ketenagakerjaan
Asuransi Jiwa PT. Jamsostek BPJS Ketenagakerjaan
1. PT. Jamsostek Berbentuk Perseroan terbatas, bertanggung jawab kepada Menteri BUMN
2. Kepesertaan Jamsostek hanya pada pekerja formal
3. Jamsostek sebagai pelindung pekerja mitra pengusaha dulunya menyelenggarakan program JKK, JK, JHT, dan JPK dengan mengutamakan penambahan kepersertaan
4. Peserta Jamsostek berhak atas
1. BJPS berbentuk badan publik bertanggungjawab kepada presiden
2. Cakupan peserta BPJS pekerja Indonesia baik sektor formal maupun informal maupun orang asing yang bekerja di Indonesia minimal 6 bulan.
3. BPJS Ketenagakerjaan sebagai jembatan kesejahteraan pekerja yang menyelenggarakan program. JKK, JK, JHT, Jp dengan mengutamakan pelayanan
(costomer centric) kepada peserta
(26)
tabungan dimasa tuanya kelak dan mendapat santunan ketika terjadi risiko pekerjaan.
kegiatan ekonomi apapun selama kegiatan ekonomi legal.
4. Memiliki wewenang inspeksi atas kepatuhan perusahaan dalam melakukan kewajiban administrasi seperti mendaftarkan
tenaga kerjanya, melaporkan data tenaga kerjanya secara akurat
dan membayarkan iuran program 5. BPJS Ketenagakerjaan sebagai
jembatan kesejahteraan pekerja yang menyelenggarakan program JKK, JK, JHT, JP dengan mengutamakan pelayanan
(costomer centric)
Sumber : Wawancara dengan Eriady, selaku Kabid Pemasaran BPJS Ketenagakerjaan Binjai
Di balik semua target dan ambisi pemerintah, tantangan BPJS Ketenagakerjaan tidak mudah apalagi mengingat sejarah Jamsostek yang kerap mendapat sinisme dari pekerja formal, memiliki sejumlah masalah kepesertaan dan pelayanan hingga tersandung persoalan korupsi.
(27)
Berubahnya Jamsostek menjadi BPJS Kesejateraan tidak efektif jika dilihat dari sudut pandang sosial, karena dengan hadirnya BPJS Ketenagakerjaan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia, terutama masyarakat pekerja (pelaku ekonomi) baik itu pekerja yang menerima upah maupun pekerja mandiri yang tidak menerima upah.
Apakah kantor layanan PT Jamsostek (Persero) sama dengan kantor layanan BPJS Ketenagakerjaan?Peserta dapat mengakses seluruh layanan program BPJS Ketenagakerjaan pada Kantor cabang BPJS Ketenagakerjaan yang dulunya merupakan kantor cabang PT Jamsostek (Persero).
Manfaat secara langsung yang didapatkan nantinya oleh perserta BPJS Ketenagakerjaan adalah berupa pemudahan kebutuhan hidup dasar seperti sembako murah, beasiswa untuk anak pekerja peserta BPJS Ketenagakerjaan yang berpretasi, dan program sejutah rumah bagi peserta BPJS Ketenagakerjaan yang belum memiliki rumah/tempat tinggal.
Perbedaan antara PT.JAMSOSTEK dan BPJS Ketenagakerjaan antara lain PT. JAMSOSTEK, berbentuk perseroan terbatas, bertanggung jawab kepada Menteri BUMN, kartu kepesertaan JAMSOSTEK (KPJ), peserta non aktif klaim minimal kepesertaan 5 Tahun ÷ masa tunggu 1 (satu) bulan, sanksi hanya untuk keterlambatan pembayaran iuran, denda maksimalRp. 50.000.000,-atau kurungan 6 (enam) bulan bila tidak menjadi peserta sedangkan BPJS Ketenagakerjaan berbentuk badan publik, bertanggungjawab langsung kepada Presiden, kartu kepesertaan berdasarkan Nomor Identitas Tunggal (NIK), peserta NA boleh klaim minimal kepesertaan minimal 10 tahun, ada sanksi administrasi bila tidak
(28)
mengikuti program jaminan sosial berupa teguran tertulis, denda dan tidak mendapat pelayanan public.
Selain dari sisi produk, perbedaan apa saja yang dimiliki BPJS Ketenagakerjaan jika dibandingkan dengan PT Jamsostek (Persero) selain dari sisi produk, perbedaan antara BPJS Ketenagakerjaan dan PT Jamsostek (Persero).
PT Jamsostek (Persero), bertanggung jawab kepada Menteri BUMN, berbentuk Perseroan Terbatas yang berorientasi profit namun seluruh dividen tidak lagi dibayarkan kepada pemerintah namun dikembalikan kepada peserta, cakupan peserta wajib kepada semua pekerja Indonesia di sektor formal, belum memiliki wewenang inspeksi. Kewenangan inspeksi berada di Kementrian/Dinas Ketenagakerjaan
C. Hambatan Pelaksanaan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan pada BPJS Ketenagakerjaan Cabang Binjai.
Hambatan saat ini, masih belum optimalnya dukungan dari pemerintah dalam hal pelaksanaan BPJS Ketenagakerjaan yang berupa amanah pemerintah guna meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya yang di atur dalam undang-undang dan peraturan presiden. Solusinya saat ini, kami terus mengotimalkan dan meningkatkan hubungan kerjasama dengan pemerintahan setempat baik itu dilakukan secara formal, maupun dilakukan secara informal.
Sudah pasti semakin mensejahterakan masyarakat, apalagi dengan adanya Return To Work seperti yang dijelaskan oleh nara sumber pada poin 3.b dan poin 5.Sudah tepat sasaran, tinggal memastikan dukungan penuh dari pemerintah daerah dalam pelaksanaan BPJS Ketenagakerjaan dan pemahaman masyarakat
(29)
akan betapa pentingnya bagi mereka asuransi dasar itu guna meningkatkan kesejahteraan mereka.
Hambatan yang diterima dari awal pembentukan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial dalam upaya pelayanan kesehatan ini adalah:45
1. Berupa keterlambatan regulasi dari pemerintah dalam membuat peraturan yangdalampelaksanaanJaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang akandituangkandalam Peraturan Pemerintah dan Peraturan Presiden, antara lain:1)PeraturanPemerintah No.101 Tahun 2012 tentang Penerima Bantuan Iuran (PBI);
2. Peraturan Presiden No. 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan;
3. Peta JalanJKN (Roadmap Jaminan Kesehatan Nasional).Keterlambatan regulasi iniberkontribusi sekali pada masalah di lapangan.
Sampai saat ini banyak pengusaha tidak mengetahuiberapa iuran yang harus dibayarkan ke BPJS Ketenagakerjaan danmanfaat serta fasilitasyang akan didapat pekerja. Pelaksanaan jaminan kesehatan yang menjadi salahsatu hambatan upaya dalam pelayanan kesehatan pada Badan PenyelenggaraBPJS di mana hambatan ini karena kurangnya sosialisasi yangdilakukan.Hal ini menyebabkan banyakdampak yangterjadisepertiperbedaanpemahaman mengenai asuransi sosial kesehatan yang sudah mulai diberlakukanawal Tahun 2014 inipada tanggal 1 januari 2014.Dengan demikianuntuk itusosialisasi sangat penting dilakukan untuk menyamakan komitmen tersebut.
45
Wawancara dengan Eriady, selaku Kabid Pemasaran BPJS Ketenagakerjaan Binjai, tanggal 5 Juni 2015.
(30)
Hambatan lainnya dalamprogram ini adalah dengan adanya sistem rujukan. Dimana ketika akanmemeriksakan diri ke rumahsakit, masyarakat harus terlebih dahulu mendapatipelayanan kesehatan dari puskesmas. Kemudian Puskesmas itulah yang akanmemberikan surat pengantar atau surat rujukan untuk pemeriksaan kesehatan diRumah Sakit. Terkait dalam pelaksanaannya yang terjadi, maka dari itudibutuhkan hak yang melandasi masyarakat atau pekerja/ buruh dalam menanganihambatan tersebut, dimana sistem rujukan sudah diatur dalam Peraturan MenteriKesehatan No. 001Tahun2012 Tentang Sistem Rujukan Pelayanan KesehatanPerorangan (PMK).Dikatakan juga bahwa Pemerintah Pusat diharapkan dapatmeningkatkan fasilitas dan tenaga kesehatan.Saat ini fasilitas dan tenagakesehatan masih minim, terutama pada unit layanan tingkat I seperti klinik danpuskesmas. Hal itu merupakan hambatan tersendiri bagi masyarakat dalammengakses layanan kesehatan yang berkualitasyang tentunya berdasarkan aturanyang telah ditetapkan oleh Undang-undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang BPJSPasal 51 ayat (2) dimana adanya kerjasama dalam organisasi lembaga didalam maupun diluar untuk mengurangi hambatan yang terjadi. Keterlambatan munculnya peraturan seperti Peraturan Presiden Republik IndonesiaNomor 110Tahun 2013tentangGaji Atau Upah Dan Manfaat Tambahan Lainnya Serta Insentif Bagi Anggota Dewan Pengawas Dan Anggota Direksi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, Peraturan Pemerintah RepublikIndonesia Nomor82 Tahun 2013 tentang Modal Awal Untuk Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan, peraturan pemerintah nomor 85, 86, 88 pada Tahun 2013.Adanya hambatan lainnya adalah tentang hak serta kewajiban mendasar
(31)
yang banyak dialami peserta BPJS itu sendiri yang merupakan tidak pahamnya peserta atau tidak banyak mengetahui apa saja yang menjadi hak peserta serta kewajiban yangia dapat dan dilaksanakan sebagai anggota BPJS Ketenagakerjaan.
Beberapa hambatan-hambatan yang dihadapi BPJS Ketenagakerjaan di Kota Binjai antara lain :46
1. Sosialisasi
Sosialisasi seharusnya dibuat dalam bentuk himbauan, penyuluhan, dan pengumuman di berbagai tempat yang dekat dengan masyarakat, terutama di rumah sakit dan puskesmas. Selain itu, pemerintah disarankan melakukan sosialisasi lebih intensif ke tempat-tempat umum dan pusat keramaian. Sosialisasi BPJS dapat dilakukan di mall-mall, pasar-pasar, terminal, universitas, dan tempat keramaian lainnya
2. Faktor pengetahuan dan pendidikan
Peranan kaum pekerja dalammenunjang perekonomian nasional dapat dipungkiri lagi. Oleh karena itu, jaminan atau perlindungan terhadap tenaga kerja dankeluarganya memenuhi kebutuhan minimal.Kebutuhan minimalyaitu menggambarkan status seseorangitu berada di atas garis kemiskinan, yangmungkin dapat di toleransi oleh kebijakan.
3. Kemiskinan ekonomi
Pendapatan sangat berpengaruh terhadap keikutsertaan pekerja dalam jaminan sosial.Hal ini berkaitan dengan kemampuan iuran terhadap program itu
46
Wawancara dengan Eriady, selaku Kabid Pemasaran BPJS Ketenagakerjaan Binjai, tanggal 5 Juni 2015.
(32)
sendiri, ini adalah faktor langsung.Membicarakan pendapatan pekerja perlu mengetahui standard upah di daerah bersangkutan. Terkait dengan upah itu dalam keputusan Surat Keputusan Bersama (SKB) 4 Menteri pada bulan Oktober 2008 tentang “Pemeliharaan Momentum Pertumbuhan Ekonomi Nasional Dalam Mengantisipasi Perkembangan Perekonomian Global”, yang salah satu isinya mengatur agar “kenaikan upah minimum kelas pekerja tidak boleh melebihi dari angka pertumbuhan ekonomi nasional.
4. Penggunaan informasi
Penggunaan media informasi yang belum tepat guna. Penggunaan media informasi memiliki dampak yang berbeda bagi penerimanya. Masyarakat dengan akses media elektronik dengan mudah menemukan informasi BPJS di internet atau televisi. Namun demikian, hal ini tidak berlaku bagi masyarakat dengan akses terbatas
5. Kelembagaan
Pelaksanaan BPJS Ketenagakerjaan masih mengalami hambatan, yaitu birokrasi.Birokrasi yang masih rumit dan tidak efisien telah memperlambat pelayanan jaminan sosial nasional. Hal ini seperti yang ditemukan dalam BPJS berbagai persyaratan administrasi sehingga masyarakat cenderung enggan untuk memanfaatkan BPJS Ketenagakerjaan.Karena dalam berbagai kebijakan pemerintah tidak mampu memutus sekat birokrasi rumit menjadi yang praktis dancepat.Oleh karena itu dalam sistem jaminan sosial nasional, yang diperlukan adalah sistem yang praktis.Misalnya dalam pelayanan jaminan sosial nasional harus mampu menembus lintas sektoral dan provinsi.
(33)
Upaya yang dilakukan dalam hambatan pelaksanaan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan pada BPJS Ketenagakerjaan cabang Binjai antara lain :
1. Kebijakan pemerintah tentang BPJS perlu diketahui dan dipahami oleh seluruh masyarakat Indonesia. Untuk itu perlu dilakukan penyebarluasan informasi melalui sosialisasi kepada semua pemangku kepentingan atau masyarakat pada umumnya. Sosialisasi ketentuan jaminan sosial penting dilakukan tidak hanya menyasar terhadap pelaksana saja tetapi juga bagi pengguna layanan sehingga JKN dapat digunakan secara optimal.
(34)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan seluruh bab hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Alasan hukum mengapa jamsostek beralih menjadi BPJS Ketenangakerjaan sebelumnya bernama Jamsostek (jaminan sosial tenaga kerja), yang dikelola PT. Jamsostek (Persero), namun sesuai Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang BPJS, PT. Jamsostek berubah menjadi BPJS Ketenagakerjaan sejak tanggal 1 Januari 2014. Tahun 2011 ditetapkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial. Sesuai dengan amanat undang-undang , tanggal 1 Januari 2014 PT. Jamsostek berubah menjadi Badan Hukum Publik. PT. Jamsostek tetap dipercaya untuk menyelenggarakan program jaminan sosial tenaga kerja, yang meliputi JKK, JKM, JHT dengan penambahan Jaminan Pensiun mulai 1 Juli 2015
2. Perbandingan sistem asuransi jiwa menurut PT. Jamsostek dengan BPJS Ketenagakerjaan
Asuransi Jiwa PT. Jamsostek BPJS Ketenagakerjaan
1. PT. Jamsostek Berbentuk
Perseroan terbatas, bertanggung jawab kepada Menteri BUMN
2. Kepesertaan Jamsostek hanya pada pekerja formal
1. BJPS berbentuk badan publik bertanggungjawab kepada presiden 2. Cakupan peserta BPJS pekerja
Indonesia baik sektor formal maupun informal maupun orang
(35)
3. Jamsostek sebagai pelindung pekerja mitra pengusaha dulunya menyelenggarakan program JKK, JK, JHT, dan JPK dengan mengutamakan penambahan kepersertaan
4. Peserta Jamsostek berhak atas tabungan dimasa tuanya kelak dan mendapat santunan ketika terjadi risiko pekerjaan.
asing yang bekerja di Indonesia minimal 6 bulan.
3. BPJS Ketenagakerjaan sebagai jembatan kesejahteraan pekerja yang menyelenggarakan program. JKK, JK, JHT, Jp dengan mengutamakan pelayanan
(costomer centric) kepada peserta
dan calon peserta yang melakukan kegiatan ekonomi apapun selama kegiatan ekonomi legal.
4. Memiliki wewenang inspeksi atas kepatuhan perusahaan dalam melakukan kewajiban administrasi seperti mendaftarkan
tenaga kerjanya, melaporkan data tenaga kerjanya secara akurat
dan membayarkan iuran program 5. BPJS Ketenagakerjaan sebagai
jembatan kesejahteraan pekerja yang menyelenggarakan program JKK, JK, JHT, JP dengan mengutamakan pelayanan
(costomer centric)
3. Beberapa hambatan-hambatan yang dihadapi BPJS Ketenagakerjaan di Kota Binjai antara lain : Faktor Pengetahuan dan Pendidikan, dimana peranan kaum pekerja dalam menunjang perekonomian nasional dapat dipungkiri lagi. Oleh karena itu, jaminan atau perlindungan terhadap tenaga kerja dan keluarganya memenuhi kebutuhan minimal. Kemiskinan ekonomi pendapatan sangat berpengaruh terhadap keikutsertaan pekerja dalam jaminan sosial. Hal ini berkaitan dengan kemampuan iuran terhadap program itu sendiri, ini adalah faktor langsung. Membicarakan pendapatan pekerja perlu mengetahui standard upah di daerah bersangkutan. Kelembagaan pelaksanaan BPJS Ketenagakerjaan masih mengalami hambatan, yaitu birokrasi. Dimana
(36)
birokrasi yang masih rumit dan tidak efisien telah memperlambat pelayanan jaminan sosial nasional. Hal ini seperti yang ditemukan dalam BPJS berbagai persyaratan administrasi sehingga masyarakat cenderung enggan untuk memanfaatkan BPJS Ketenagakerjaan. Karena dalam berbagai kebijakan pemerintah tidak mampu memutus sekat birokrasi rumit menjadi yang praktis dan cepat.
B. Saran
Adapun saran yang dapat penulis berikan sehubungan dengan penulisan skripsi ini antara lain :
1. Agar pendaftaran BPJS Ketenagakerjaan dilakukan di Puskesmas-Puskesmas atau rumah sakit-rumah sakit yang mudah diakses masyarakat. 2. Pemerintah lebih cepat menangkap permasalahan yang terjadi dalam BPJS
sehingga peserta dan calon peserta BPJS dapat lebih mengetahui tentang pentingnya BPJS Ketenagakerjaan, agar kedepan semua pekerja formal dan informal dapat menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan.
(37)
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG SISTEM JAMINAN SOSIAL
TENAGA KERJA (JAMSOSTEK)
A. Pengertian Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek)
Istilah asuransi atau pertanggungan merupakan terjemahan dari bahasa Belanda, yaitu dari kata “verzekering”. Di Indonesia, para sarjana member definisi berbeda dalam pemakaian istilah “pertanggungan”. Dalam uraian skripsi ini nanti tidak dibedakan istilah Asuransi atau Pertanggungan, keduannya digunakan secara bergantian.
Perasuransian adalah istilah hukum (legal term) yang dipakai dalam perundang-undangan dan Perusahaan Perasuransian. Istilah perasuransian berasal dari kata “Asuransi” yang berarti Pertanggungan atau Perlindungan atas suatu objek dari ancaman bahaya yang menimbulkan kerugian.8
Asuransi dalam bahasa Inggris disebut Insurance . Ada
9
(dua) pihak yang terlibat dalam Asuransi , yaitu pihak penanggung sebagai pihak yang sanggup menjamin serta menanggung pihak lain yang akan mendapat suatu penggantian kerugian yang mungkin akan dideritanya sebagai suatu akibat dari suatu peristiwa yang belum tentu terjadi dan pihak tertanggung akan menerima ganti kerugian, yang mana pihak tertanggung diwajibkan membayar sejumlah uang kepada pihak penanggung.10
8
Abdul Kadir Muhammad, Hukum Asuransi Indonesia, Citra Aditya, Bandung, 2006, hal 5
9
J.C.T.Simorangkir,Rudy Erwin,J.T Prasetyo, Kamus Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2009, hal. 182.
10
(38)
Subekti, dalam bukunya memberikan definisi mengenai Asuransi yaitu, Asuransi atau Pertanggungan sebagai suatu perjanjian yang termasuk dalam golongan perjanjian untung-untungan (kansovereenkomst). Suatu perjanjian untung-untungan ialah suatu perjanjian yang dengan sengaja digantungkan pada suatu kejadian yang belum tentu terjadi, kejadian mana akan menentukan untung-ruginya salah satu pihak.11
1. Asuransi terhadap kebakaran
Kitab Undang-Undang Hukum Dagang di dalam Pasal 247 menyebutkan tentang 5 (lima) macam asuransi, yaitu:
2. Asuransi terhadap bahaya hasil-hasil pertanian
3. Asuransi terhadap kematian orang (asuransi jiwa)
4. Asuransi terhadap bahaya di laut dan perbudakan
5. Asuransi terhadap bahaya dalam pengangkutan di darat dan di sungai-sungai. Buku 1 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang mengatur tentang jenis asuransi yang poin 1, poin 2 dan poin 3 di atas, sedangkan jenis asuransi yang poin 4 dan 5 diatur di dalam Buku II Kitab Undang-Undang Hukum Dagang. Dari jenis-jenis asuransi yang disebutkan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang, dapat dilakukan penggolongan besar sebagai berikut
1) Asuransi kerugian atau asuransi umum yang terdiri dari asuransi kebakaran dan asuransi pertanian
2) Asuransi jiwa
(39)
3) Asuransi pengangkutan laut, darat dan sungai.12
Analisis tentang pengaturan asuransi dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang menunjukkan bahwa lingkup pengaturan Kitab Undang-Undang Hukum Dagang menitik beratkan pada asuransi kebakaran saja sementara telah terdapat berbagai jenis asuransi lainnya yang memerlukan pengaturan. Terlepas dari keterbatasan dalam penggolongan tersebut diatas, Kitab Undang-Undang Hukum Dagang memungkinkan jenis penutupan asuransi secara luas, sesuai dengan ketentuan Pasal 268 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang yang berbunyi: “ Suatu pertanggungan dapat mengenai segala kepentingan yang dapat dinilaikan dengan uang, dapat diancam oleh sesuatu bahaya, dan tidak dikecualikan oleh undang-undang.”
Namun, definisi tersebut tidak lagi mencukupi karena kepentingan yang diasuransikan tidak lagi terbatas pada kepentingan yang dapat dinilaikan dengan uang sebagaimana halnya dengan jiwa seseorang. Kebutuhan masyarakat telah jauh melampaui kebutuhan terhadap asuransi kebakaran semata untuk mempertanggungkan kepentingan mereka mengingat risiko-risiko yang timbul kemudian melahirkan kebutuhan terhadap jenis-jenis asuransi baru. Batasan atas objek asuransi dalam Pasal 268 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang meliputi objek asuransi atas kepentingan yang dapat dinilaikan dengan uang, dapat diancam oleh suatu bahaya yang tidak dikecualikan oleh undang-undang sudah tidak sesuai praktik industri sudah sejak lama.
12
(40)
Seiring berjalannya waktu, dikenal pula adanya asuransi yang bersifat Sosial, yaitu Asuransi yang biasa dilakukan oleh pihak pemerintah dengan tujuan untuk memberikan asuransi bagi masa depan rakyatnya.
Asuransi sosial timbul karena suatu kebutuhan masyarakat akan terselenggarakannya suatu Jaminan Sosial. Suatu jaminan Sosial itu sudah merupakan suatu hal yang demikian mendesak dan tidak dapat ditunda. Asuransi sosial merupakan salah satu dari beberapa jenis asuransi yang umumnya relatif masih baru dibandingkan dengan jenis asuransi lainnya.
Hal ini disebabkan timbulnya Asuransi Sosial berbeda latar belakangnya dengan asuransi yang lain. Asuransi Sosial dibentuk oleh pemerintah sesuai dengan tujuan negara yang terdapat dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yakni, untuk memajukan kesejahteraan umum. Hal ini sejalan dengan tujuan Asuransi Sosial itu sendiri yakni meningkatkan kesejahteraan rakyat, terutama para pegawai dan pensiun.
Jaminan Sosial sebagai tanggung jawab negara oleh karena itu mensyaratkan adanya campur tangan yang besar dari negara dalam kebijakan sosial atau kebijakan untuk kemiskinan. Sejarah kebijakan sosial di Inggris melalui Beveridge Plan (1940’s) pernah mencatat situasi di mana hidup seorang warga negara sejak lahir hingga mati (from cradle to grave) dilindungi oleh sistim Jaminan Sosial. Sistem jaminan yang diterapkan di Inggris memiliki efek yang cukup luas dalam perkembangan jaminan sosial modern.
Sistem Jaminan Sosial dapat memberikan motivasi dan kesetiaan pekerja terhadap perusahaan akan meningkat yang pada gilirannya akan berdampak positif
(41)
terhadap produktivitas kerja dan dari sisi perusahaan akan mendorong perusahaan meningkatkan efisiensi. Hal ini karena pekerja merasa nyaman dalam bekerja karena telah terlindungi dari kemungkinan kecelakaan kerja maupun pensiun. Sehingga akan memotivasi pekerja untuk bekerja lebih produktif. Selain itu Jaminan Sosial juga merupakan konsekuensi logis sebagai timbal balik dari perusahaan bagi pekerja yang telah memberikan keuntungan. Maka dari itu jaminan sosial perlu diterapkan sehingga akan mampu membantu perekonomian nasional, bahkan dapat menjadi cadangan dana nasional.
Perkembangan Asuransi Sosial dimulai dengan adanya Asuransi Kesehatan Pegawai Negeri diikuti oleh asuransi sosial kecelakaan bagi para pegawai swasta, dan dilanjutkan dengan asuransi sosial kesehatan bagi pegawai swasta dalam program Jamsostek. Perkembangan kehidupan sosial di Indonesia yang semakin kompleks telah mendorong meningkatnya kebutuhan atas biaya pemeliharaan kesehatan dan biaya pengobatan. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut maka berbagai sistem pemeliharaan kesehatan dikembangkan. Asuransi Sosial pada umumnya meliputi bidang jaminan keselamatan angkutan umum, keselamatan kerja, dan pemeliharaan kesehatan. Setelah mengalami kemajuan dan perkembangan, baik menyangkut landasan cara penyelenggaraan, pada tahun dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah (PP) No.33 tahun 1977 tentang pelaksanaan program Asuransi Sosial Tenaga Kerja (ASTEK), yang mewajibkan setiap pemberi kerja/pengusaha swasta dan BUMN untuk mengikuti program
(42)
ASTEK. Terbit pula PP No.34/1977 tentang pembentukan wadah penyelenggara ASTEK yaitu Perum Astek.
Keselamatan dan kesehatan tenaga kerja merupakan bagian yang cukup penting dari upaya perlindungan tenaga kerja. Keselamatan dan kesehatan tenaga kerja dimaksudkan untuk menjamin keamanan tenaga kerja yang merupakan bagian dari sumber-sumber produksi dan bagian dari kelancaran suatu proses produksi. Perhatian dan kesadaran akan keselamatan dan kesehatan perlu tertanam pada semua tingkat proses produksi, mulai dari pimpinan yang teratas sampai para pelaksana terbawah. Perhatian akan keselamatan dan kesehatan tenaga kerja tersebut dapat ditunjukkan melalui adanya perhatian akan seluruh proses kegiatan perlindungan jaminan sosial tenaga kerja yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan. Dengan memperhatikan unsur keselamatan dan kesehatan tenaga kerja mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasannya maka jumlah kecelakaan kerja dapat dikurangi. Bentuk eksistensi pemerintah pada permasalahan keselamatan dan kesehatan tenaga kerja terlihat pada gencarnya program PT JAMSOSTEK sebagai badan penyelenggara untuk memberikan Jaminan Kecelakaan, Jaminan kematian akibat kerja, jaminan hari tua, dan jaminan pemeliharaan kesehatan.
Penyelenggaraan program Jaminan Sosial terhadap tenaga kerja oleh PT JAMSOSTEK merupakan salah satu bentuk tanggung jawab dan kewajiban negara untuk memberikan perlindungan sosial, ekonomi kepada masyarakat, sesuai dengan kondisi kemampuan keuangan negara. Indonesia mengembangkan program JAMSOSTEK berdasarkan funded social security yaitu jaminan sosial
(43)
yang didanai oleh peserta dan masih terbatas pada masyarakat pekerja formal.13
13
Pada tahun 1992, upaya ASTEK dikembangkan lagi menjadi JAMSOSTEK. Pelaksanaan program JAMSOSTEK berdasarkan kepada UU No. 3 Tahun 1992. Hal ini merupakan pengembangan kembali program–program ASTEK yang dibawah JAMSOSTEK, telah ditambahkan rancangan pemeliharaan kesehatan wajib kepada program yang ada. Oleh sebab itu, pada tanggal 17 Pebruari 1992 diubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja yang selanjutnya disebut UU JAMSOSTEK, dengan Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 1995 ditunjuk dalam penyelenggaraan adalah Perusahaan Perseroan (PERSEROAN) PT. Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK) dan menggunakan istilah JAMSOSTEK secara resmi sejak 31 Agustus 1996.
Kehadiran Jamsostek merupakan tuntutan dari organisasi pekerja atau serikat buruh. Program Jamsostek memberikan perlindungan dasar untuk memenuhi kebutuhan minimal bagi tenaga kerja dan keluarganya, dengan memberikan kepastian berlangsungnya arus penerimaan penghasilan keluarga sebagai pengganti sebagian atau seluruhnya penghasilan yang hilang. Manfaat perlindungan tersebut dapat memberikan rasa aman kepada pekerja sehingga dapat lebih berkonsentrasi dalam meningkatan motivasi maupun produktivitas kerja.
Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Jaminan Sosial Tenaga Kerja menyatakan bahwa
(44)
Jamsostek adalah suatu perlindungan bagi tenaga kerja dalam bentuk santunan berupa uang sebagai pengganti sebagian dari penghasilan yang hilang atau berkurang dan pelayanan sebagai akibat peristiwa atau keadaan yang dialami oleh tenaga kerja berupa kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin, hari tua dan meninggal dunia.
Hal ini kemudian berlanjut dengan adanya pengembangan bahwa dasar jaminan sosial yang menyeluruh negara perlu lebih dikembangkan kearah sistem jaminan sosial Nasional bagi seluruh rakyat Indonesia.
PT. JAMSOSTEK ditranformasi menjadi BPJS Ketenagakerjaan. Dengan telah disahkan dan diundangkannya UU No. 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (UU BPJS), pada tanggal 25 November 2011, maka terjadilah pergantian dari PT JAMSOSTEK menjadi BPJS Ketenagakerjaan. Transformasi tersebut meliputi perubahan sifat, organ dan prinsip pengelolaan, atau dengan kata lain berkaitan dengan perubahan stuktur dan budaya organisasi. UU BPJS menentukan bahwa PT Jamsostek dinyatakan bubar tanpa likuidasi pada saat berubah menjadi BPJS Ketenagakerjaan, pada tanggal 1 Januari 2014. BPJS Ketenagakerjaan menurut UU BPJS mulai beroperasi selambatnya tanggal 1 Juli 2015 menyelenggarakan prorgam jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, jaminan pensiun, dan jaminan kematian bagi peserta, selain peserta program yang dikelola oleh PT Taspen (Persero) dan PT (Persero) Asabri, sesuai dengan ketentuan Pasal 29 sampai dengan Pasal 46 UU No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN).
Transformasi dari PT (Persero) menjadi badan hukum publik sangat mendasar, karena menyangkut perubahan sifat dari pro laba melayani pemegang saham menuju nir laba melayani kepentingan publik yang lebih luas untuk
(45)
melaksanakan misi yang ditetapkan dalam konstitusi dan peraturan perundang-undangan pelaksanaannya. Dengan kata lain BPJS pada dasarnya menyelenggarakan program yang merupakan program negara yang bertujuan memberikan kepastian perlindungan dan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Pasal 5 ayat (2) UU No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik menyatakan
bahwa jaminan sosial termasuk salah satu pelayanan yang termasuk dalam pelayanan publik. Sehubungan dengan itu, dalam penyelenggaraannya berpedoman pada asas-asas kepentingan umum, kepastian hukum, kesamaan hak, keseimbangan hak dan kewajiban, keprofesionalan, partisipatif, persamaan perlakuan/tidak diskriminatif, keterbukaan, akuntabilitas, fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan, ketepatan waktu, dan kecepatan, kemudahan, dan keterjangkauan.
Jaminan Sosial Tenaga Kerja adalah suatu perlindungan bagi tenaga kerja dalam bentuk santunan berupa uang sebagai pengganti sebagian dari penghasilan yang hilang atau berkurang dan pelayanan sebagai akibat peristiwa atau keadaan yang dialami oleh tenaga kerja berupa kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin, hari tua, dan meninggal dunia. Pelaksanaan sistem jaminan sosial ketenagakerjaan di Indonesia secara umum meliputi penyelengaraan program-program Jamsostek, Taspen, Askes, dan Asabri. Penyelengaraan program Jamsostek didasarkan pada UU No 3 Tahun 1992, program Taspen didasarkan pada PP No 25 Tahun 1981, program Askes didasarkan pada PP No 69 Tahun 1991, program Asabri didasarkan pada PP No 67 Tahun 1991, sedangkan program Pensiun didasarkan pada UU No 6 Tahun 1966. Penyelenggaraan jaminan sosial di Indonesia berbasis
(46)
kepesertaan, yang dapat dibedakan atas kepesertaan pekerja sektor swasta, pegawai negeri sipil (PNS),dan anggota TNI/Polri.14
Jaminan sosial tenaga kerja adalah suatu perlindungan bagi tenaga kerja dalam bentuk santunan berupa uang sebagai ganti sebagian dari penghasilan yang hilang atau berkurang dan pelayanan sebagai akibat peristiwa atau keadaan yang dialami oleh tenaga kerja berupa kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin, hari tua, dan meninggal dunia.15
Pengertian jaminan sosial dalam ruang lingkup yang sangat luas, sehingga mencakup usaha-usaha dalam bidang kesejahteraan sosial dalam upaya meningkatkan taraf hidup manusia dan mencegah atau mengatasi
Pengertian jaminan sosial tenaga kerja menurut Pasal 1 butir (1) Undang-Undang Nomor 3 tahun 1992 tentang Jamsostek menyebutkan bahwa jaminan sosial tenaga kerja adalah suatu perlindungan bagi tenaga kerja dalam bentuk santunan berupa uang sebagai pengganti sebagian dari penghasilan yang hilang atau berkurang dan pelayanan sebagai akibat peristiwa atau keadaan yang dialami oleh tenaga kerja berupa kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin, hari tua, dan meninggal dunia.
Hal lain yang perlu mendapat catatan adalah perkataan “tenaga kerja” dalam Pasal tersebut menunjukkan keluasaan ruang lingkup jaminan sosial itu, yakni tidak terbatas pada buruh saja, melainkan juga setiap orang yang melakukan pekerjaan kepada orang lain. Hal ini dipertegas oleh Pasal 1 butir (2) yang berbunyi: “Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan baik di dalam maupun di luar hubungan kerja, guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat”.
14
M. Lutfi Chakim. Jaminan Sosial Tenaga Kerja.
15
Lalu Husni, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), hal 152
(47)
keterbelakangan, kebergantungan, keterlantaran dan serta kemiskinan pada umumnya.
Pihak-pihak dalam JAMSOSTEK antara lain : 1. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Tenaga Kerja
PT. Jamsostek (Persero) adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sesuai pasal 25 Undang-undang nomor 3 tahun 1993 merupakan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Tenaga Kerja. Struktur Organisasi PT Jamsostek (Persero) tertuang dalam salinan Keputusan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara selaku Rapat Umum Pemegang Saham Perusahaan Perseroan (Persero), PT Jaminan Sosial Tenaga Kerja Nomor: KEP-213/MBU/2011 tanggal 13 Oktober 2011 tentang Perubahan Nomenklatur Jabatan dan Pengalihan Tugas Anggota-anggota Direksi Perusahaan Perseroan (Persero) PT Jaminan Sosial Tenaga Kerja16
Peraturan Pemerintah nomor 53 tahun 2012 terdapat syarat-syarat tertentu dalam program jaminan hari tua. Seperti telah mencapai usia 55 tahun, cacat tetap,
2. Peserta Jaminan Sosial Tenaga Kerja
Dalam Pasal 1 huruf 2 terdapat definisi peserta. Peserta adalah Pengusaha dan Tenaga Kerja yang ikut dalam program jaminan sosial tenaga kerja. Dengan kata lain peserta terbagi dua yaitu pemberi kerja dan pekerja/buruh. Pengusaha/pemberi kerja dapat berupa orang individu maupun badan hukum.
Berakhirnya JAMSOSTEK dikarenakan antara lain : 1. Jangka Waktu Habis
16
(48)
dan buruh/pekerja meninggal. Karena program jaminan hari tua merupakan jaminan jangka panjang yang akan dibayarkan santunannya apabila terdapat buruh yang telah berusia 55 tahun. Jangka waktu tersebut telah ditentukan dengan batas usia buruh, apabila telah mencapai usia tersebut seorang buruh tidak akan membayar premi jaminan hari tua. Akan tetapi sebaliknya, buruh tersebut akan mendapat manfaat dari jaminan hari tua.
2. Terjadi Evenemen Diikuti Dengan Klaim
Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Pemeliharaan Kesehatan, dan Jaminan Kematian akan berakhir apabila terjadi evenemen dan dilanjutkan dengan klaim. Evenemen-evenemen harus terkait ketiga program tersebut, yakni kecelakaan, sakit, atau meninggal dunia. Karena santunan akan dibayarkan oleh Badan Penyelenggara apabila terjadi risiko.
B. Dasar Hukum dan Sejarah Perkembangan Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek)
Jaminan sosial tenaga kerja (Jamsostek) sebagaimana didasarkan pada UU No 3 Tahun 1992, pada prinsipnya merupakan sistem asuransi sosial bagi pekerja (yang mempunyai hubungan industrial) beserta keluarganya. Skema Jamsostek meliputi program-program yang terkait dengan risiko, seperti jaminan kecelakaan kerja, jaminan kematian, jaminan pemeliharaan kesehatan, dan jaminan hari tua, dan pada dasarnya program Jamsostek merupakan sistem asuransi sosial, karena penyelenggaraan didasarkan pada sistem pendanaan penuh (fully funded system), yang dalam hal ini menjadi beban pemberi kerja dan pekerja. Sistem tersebut secara teori merupakan mekanisme asuransi.
(49)
Penyelengaraan sistem asuransi sosial biasanya didasarkan pada fully
funded system, tetapi bukan harga mati. Dalam hal ini pemerintah tetap
diwajibkan untuk berkontribusi terhadap penyelengaraan sistem asuransi sosial, atau paling tidak pemerintah terikat untuk menutup kerugian bagi badan penyelengara apabila mengalami defisit. Di sisi lain, apabila penyelenggara program Jamsostek dikondisikan harus dan memperoleh keuntungan, pemerintah akan memperoleh deviden karena bentuk badan hukum Persero.
Jaminan sosial tenaga kerja termasuk hukum asuransi. Jaminan sosial tenaga kerja diatur secara umum dalam Buku I Bab 9 Pasal 246-286 KUHD yang mengatur segala jenis asuransi secara umum. Adapun beberapa peraturan perundangan yang lebih spesifik Jaminan Sosial tenaga kerja adalah sebagai berikut :
1. Undang-undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian.
2. Undang-undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja 3. Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
4. Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional
5. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 1995 tentang Penetapan dan Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja
6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2012 tentang Perubanahan Kedelapan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1993 Tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja
(50)
7. Peraturan Menteri Nomor PER-12/MEN/VI/2007 tentang Petunjuk Teknis Pendaftaraan Kepesertaan, Pembayaran Iuran, Pembayaran Santunan, dan Pelayanan Jaminan Sosial Tenaga Kerja
8. Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor KEP-150/MEN/1999 tentang Penyelenggaraan Program Jamianan Sosial Tenaga Kerja Bagi Tenaga Kerja Harian Lepas, Borongan dan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu
9. Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor KEP-169/MEN/1999 tentang Penyelenggaraan Program Jamianan Sosial Tenaga Kerja Bagi Tenaga Kerja Harian Lepas, Borongan dan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu.
10. Surat Edaran Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor B.337/DJPPK/IX/05
11. Surat Keputusna Direksi PT JAMSOSTEK (Persero) Nomor KEP/330/122010 tentang Penetapan Pemberian Hasil Pembangunan Dana Untuk Saldo Jamina Hari Tua (JHT) Tahun 2010 dan Penetapan Pembayaran Saldo Jaminan Hari Tua (JHT) Tahun 2011.
12. Keputusan Direksi PT JAMSOSTEK (Persero) Nomor KEP/310/102011 tentang Pemberian Manfaat Tambahan Bagi Peserta Program JAMSOSTEK
Sejarah Jamsostek dimulai dengan proses yang panjang, dimulai dari UU No.33/1947 jo UU No.2/1951 tentang kecelakaan kerja, Peraturan Menteri Perburuhan (PMP) No.48/1952 jo PMP No.8/1956 tentang pengaturan bantuan untuk usaha penyelenggaraan kesehatan buruh, PMP No.15/1957 tentang pembentukan Yayasan Sosial Buruh, PMP No.5/1964 tentang pembentukan Yayasan Dana Jaminan Sosial (YDJS), diberlakukannya UU No.14/1969 tentang
(51)
Pokok-pokok Tenaga Kerja. Secara kronologis proses lahirnya asuransi sosial tenaga kerja semakin transparan.17
Selanjutnya pada akhir tahun 2004, Pemerintah juga menerbitkanUU Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional. Undang-undang itu berhubungan dengan Amandemen UUD 1945 tentang perubahan Pasal 34 ayat 2, yang kini berbunyi: "Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu Setelah mengalami kemajuan dan perkembangan, baik menyangkut landasan hukum, bentuk perlindungan maupun cara penyelenggaraan, pada tahun 1977 diperoleh suatu tonggak sejarah penting dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah (PP) No.33 tahun 1977 tentang pelaksanaan program asuransi sosial tenaga kerja (ASTEK), yang mewajibkan setiap pemberi kerja/pengusaha swasta dan BUMN untuk mengikuti program ASTEK. Terbit pula PP No.34/1977 tentang pembentukan wadah penyelenggara ASTEK yaitu Perum Astek.
Tonggak penting berikutnya adalah lahirnya UU No.3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK). Dan melalui PP No.36/1995 ditetapkannya PT Jamsostek sebagai badan penyelenggara Jaminan Sosial Tenaga Kerja. Program Jamsostek memberikan perlindungan dasar untuk memenuhi kebutuhan minimal bagi tenaga kerja dan keluarganya, dengan memberikan kepastian berlangsungnya arus penerimaan penghasilan keluarga sebagai pengganti sebagian atau seluruhnya penghasilan yang hilang, akibat risiko sosial.
17
Imam Supomo, Hukum Perburuhan Bidang Kesehatan Kerja, PradnyaParamita, Jakarta, 2003, hal 7
(52)
sesuai dengan martabat kemanusiaan". Manfaat perlindungan tersebut dapat memberikan rasa aman kepada pekerja sehingga dapat lebih berkonsentrasi dalam meningkatkan motivasi maupun produktivitas kerja. Kiprah Perusahaan yang mengedepankan kepentingan dan hak normatif Tenaga Kerja di Indonesia terus berlanjut. Sampai saat ini, PT. Jamsostek (Persero) memberikan perlindungan 4 (empat) program, yang mencakup :
1. Program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) 2. Jaminan Kematian (JKM)
3. Jaminan Hari Tua (JHT)
4. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) bagi seluruh tenaga kerja dan keluarganya
Tahun 2011, ditetapkanlah UU No 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. Sesuai dengan amanat undang-undang, tanggal 1 Januri 2014 PT Jamsostek akan berubah menjadi Badan Hukum Publik. PT Jamsostek tetap dipercaya untuk menyelenggarakan program jaminan sosial tenaga kerja, yang meliputi JKK, JKM, JHT dengan penambahan Jaminan Pensiun mulai 1 Juli 2015.
C. Ruang Lingkup Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek).
Ruang lingkup atau bentuk program jaminan sosial tenaga kerja menurut Undang-Undang Nomor 3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja Pasal 6 ayat (1) menentukan bahwa Ruang lingkup program jaminan sosial tenaga kerja dalam Undang-Undang ini meliputi :
(53)
International Labour Organization (ILO) mendefinisikan kecelakaan kerja sebagai kecelakaan fisik atau penyakit sebagai akibat dari kerja dan tidak karena kesengajaan yang menimbulkan ketidak mampuan bekerja untuk sementara atau tetap atau kematian.18
Karena pada umumnya kecelakaan kerja akan mengakibatkan dua hal, yaitu kematian dan cacat. Kematian adalah kecelakaan-kecelakaan yang
Kecelakaan kerja menurut Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 dapat dilihat dalam Pasal 1 butir (6) adalah : Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi berhubungan dengan hubungan kerja, termasuk penyakit yang timbul karena hubungan kerja, demikian pula kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat kerja, dan pulang ke rumah melalui jalan yang biasa atau wajar dilalui”. Kecelakaan kerja yang terjadi dalam perjalanan berangkat kerja dan pulang ke rumah melalui jalan yang sama dilalui atau wajar dilalui, juga meliputi penyakit yang timbul karena hubungan kerja yaitu dikatakan sebagai penyakit yang mempunyai akibat langsung bagi pekerja maka dianggap sebagai penyakit yang timbul karena akibat hubungan kerja.
Kecelakaan kerja merupakan risiko yang dihadapi oleh tenaga kerja yang melakukan pekerjaan. Dalam pasal 1huruf 6 Undang-undang nomor 3 tahun 1992 definisi kecelakaan kerja adalah kecelakaan kerja yang berkaitan dengan hubungan kerja, termasuk penyakit yang ditimbulkan karena hubungan kerja, demikian pula kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan dari rumah menuju tempat kerja, dan pulang ke rumah melalui jalan yang biasa atau wajar dilalui.
18
Sendjun Manulang, Pokok-pokok Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Jakarta :Rineka Cipta, 2002, hal 86.
(54)
mengakibatkan penderitanya bisa meninggal dunia. Sedangkan cacat adalah tidak berfungsinya sebagian dari anggota tubuh tenaga kerja yang mengalami kecelakaan kerja. Cacat terbagi menjadi cacat tetap dan cacat sementara. Cacat tetap adalah kecelakaan-kecelakaan yang mengakibatkan penderitanya mengalami pembatasan, gangguan fisik, atau gangguan mental yang bersifat tetap. Cacat sementara adalah kecelakaan-kecelakaan yang mengakibatkan penderitanya menjadi tidak mampu bekerja untuk sementara waktu.19
Karena pada umumnya kecelakaan kerja akan mengakibatkan dua hal, yaitu kematian dan cacat. Kematian adalah kecelakaan-kecelakaan yang mengakibatkan penderitanya bisa meninggal dunia. Sedangkan cacat adalah tidak berfungsinya sebagian dari anggota tubuh tenaga kerja yang mengalami kecelakaan kerja. Cacat terbagi menjadi cacat tetap dan cacat sementara. Cacat tetap adalah kecelakaan-kecelakaan yang mengakibatkan penderitanya mengalami
Dalam menanggulangi hilangnya sebagian atau seluruh penghasilan yang diakibatkan oleh kecelakaan kerja yang berupa kematian atau cacat tetap atau sementara, baik fisik maupun mental perlu adanya jaminan kecelakaan kerja.
Kecelakaan kerja merupakan risiko yang dihadapi oleh tenaga kerja yang melakukan pekerjaan. Dalam Pasal 1 huruf 6 Undang-undang nomor 3 tahun 1992 definisi kecelakaan kerja adalah kecelakaan kerja yang berkaitan dengan hubungan kerja, termasuk penyakit yang ditimbulkan karena hubungan kerja, demikian pula kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan dari rumah menuju tempat kerja, dan pulang ke rumah melalui jalan yang biasa atau wajar dilalui.
19
(55)
pembatasan, gangguan fisik, atau gangguan mental yang bersifat tetap. Cacat sementara adalah kecelakaan-kecelakaan yang mengakibatkan penderitanya menjadi tidak mampu bekerja untuk sementara waktu.20
a. Biaya pengangkutan;
Dalam menanggulangi hilangnya sebagian atau seluruh penghasilan yang diakibatkan oleh kecelakaan kerja yang berupa kematian atau cacat tetap atau sementara, baik fisik maupun mental perlu adanya jaminan kecelakaan kerja.
Adapun jaminan yang diberikan terhadap pekerja yang mengalami kecelakaan kerja menurut Pasal 9 Undang-Undang Nomor 3 tahun 1992 adalah :
b. Biaya pemeriksaan, pengobatan, dan/atau perawatan; c. Biaya rehabilitasi;
Santunan berupa uang yang meliputi : santunan sementara tidak mampu bekerja; santunan cacad sebagian untuk selama-lamanya; santunan cacad total untuk selama-lamanya baik fisik maupun mental; santunan kematian Selama tenaga kerja yang tertimpa kecelakaan kerja masih belum mampu bekerja, pengusaha tetap membayar upah tenaga kerja yang bersangkutan, sampai penetapan akibat kecelakaan kerja yang dialami diterima oleh semua pihak.
2. Jaminan Kematian
Jaminan kematian adalah jaminan yang diberikan kepada keluarga atau ahli waris tenaga kerja yang meninggal bukan akibat kecelakaan kerja, guna meringankan beban keluarga dalam bentuk santunan dan biaya pemakaman.21
20Ibid 21
Zulaini Wahab, Dana Pensiun dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja di Indonesia, (Bandung: Citra Aditya , 2001), hal 144
(56)
Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa pekerja yang meninggal dunia bukan akibat kecelakaan kerja akan mengakibatkan terputusnya penghasilan dan sangat berpengaruh pada kehidupan sosial ekonomi bagi keluarga yang ditinggalkan. Oleh karena itu, diperlukan jaminan kematian dalam upaya meringankan beban keluarga baik dalam bentuk biaya pemakaman maupun santunan uang. Mengenai besarnya jaminan kematian ini, Pasal 22 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 64 Tahun 2005 tentang Perubahan Keempat Atas Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1993 Tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja menentukan sebagai berikut :
a. Santunan kematian diberikan sebesar Rp 6.000.000,00
b. Santunan berkala sebesar Rp. 200.000,00 diberikan selama 24 Bulan c. Biaya pemakaman diberikan sebesar Rp 1.500.000,00
Urutan penerimaan yang diutamakan dalam pembayaran santunan kematian dan jaminan kematian menurut Pasal 13 Undang-Undang Nomor 3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja adalah sebagai berikut :
a. Janda atau duda b. Anak Orang tua c. Cucu
d. Kakek atau nenek e. Saudara kandung f. Mertua
Pihak-pihak yang disebutkan diatas mengajukan pembayaran jaminan kematian kepada Badan Penyelenggara dengan disertai bukti-bukti, yaitu :
(1)
ANALISA YURIDIS MENGENAI PERUBAHAN SISTEM
ASURANSI JIWA PT. JAMSOSTEK (PERSERO) MENJADI
BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL
(BPJS) KETENAGAKERJAAN
(Studi BPJS Ketenagakerjaan Cabang Binjai)
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi tugas - tugas dan memenuhi syarat – syarat untuk mencapai gelar
Sarjana Hukum
Oleh :
ERNANDA IHUTAN
110400144
DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM DAGANG
Disetujui oleh:
Ketua Departemen Hukum Keperdataan
Dr. Hasim Purba, SH, M.Hum NIP. 196603031985081001
Pembimbing I
Sinta Uli, SH, M.Hum NIP. 195506261986012001
Pembimbing II
Mulhadi, SH., M.Hum NIP. 197308042002121001
(2)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadhirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmad, nikmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini sebagai tugas akhir untuk menyelesaikan studi dan mendapatkan gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
Adapun skripsi ini berjudul : “Analisa Yuridis Mengenai Perubahan Sistem Asuransi Jiwa PT. Jamsostek (Persero) Menjadi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan (Studi BPJS Ketenagakerjaan Cabang Binjai)”
Asuransi merupakan salah satu dari buah peradaban manusia dan merupakan suatu hasil evaluasi kebutuhan manusia yang sangat hakiki ialah kebutuhan akan rasa aman dan terlindung, terhadap kemungkinan menderita kerugian. Di zaman sekarang asuransi memegang peranan penting dalam memberikan kepastian proteksi bagi manusia. Asuransi dapat memberikan proteksi terhadap kesehatan, pendidikan, hari tua, harta benda maupun kematian yang ditujukan kepada masyarakat luas.
Pelaksanaan penulisan skripsi ini diakui banyak mengalami kesulitan dan hambatan, namun berkat bimbingan, arahan, serta petunjuk dari dosen pembimbing, maka penulisan ini dapat diselesaikan dengan baik Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada semua pihak yang banyak membantu, membimbing, dan memberikan motivasi. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
(3)
1. Prof. Dr. Runtung, SH.M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
2. Prof. Dr. Budiman Ginting, SH.M.Hum selaku Wakil Dekan I Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Syafruddin, SH.MH.DFM selaku Wakil Dekan II Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Dr. O.K. Saidin, SH.M.Hum selaku Wakil Dekan III Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara
5. Bapak Dr. Hasim Purba, S.H., M.Hum., selaku Ketua Departemen Hukum
Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
6. Ibu Rabiatul Syahriah, SH.M.Hum, selaku Sekretaris Departemen Hukum
Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
7. Ibu Sinta Uli, SH.M.Hum, selaku Ketua Program Kekhususan Hukum
sekaligus Dosen Pembimbing I yang telah banyak membantu penulis, dalam memberikan masukan, arahan-arahan, serta bimbingan didalam pelaksanaan penulisan skripsi ini
8. Bapak Mulhadi, SH.M.Hum, selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak
membantu penulis, dalam memberikan masukan, arahan-arahan, serta bimbingan didalam pelaksanaan penulisan skripsi ini
9. Seluruh Bapak dan Ibu staf pengajar di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmunya kepada penulis.
10. Kepada Ayahanda Sehat Sari Tua Gurning dan Ibunda Tersayang Krista Nurhayati Siagian, serta Kakanda Sagita Gurning, Yoan Sartika Gurning, atas segala perhatian, dukungan, doa dan kasih sayangnya sehingga penulis dapat
(4)
menyelesaikan studi di Fakultas Hukum USU dan yang telah memberikan dukungan kepada penulis.
11. Buat Beatrix Pardede yang telah memberikan motivasi kepada penulis selama masa perkulihan hingga penulisan skripsi ini.
12. Kepada Mahasiswa/i Fakultas Hukum USU stambuk 2011, selama menjalani perkuliahan, Michael Tommy Napitupulu, Natasya Rehulina Bangun, SH, Grace Dina Sitinjak, SH, Canra Sinambela, M. Ibnu Hidayah, SH, Oktavia Sitanggang, SH, Bryan Altama.
13. Dan kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini baik secara langsung maupun tidak langsung, yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih mempunyai banyak kekurangan di dalam penulisannya, oleh karena itu penulis berharap adanya masukan dan
saran yang bersifat membangun untuk dimasa yang akan datang. Demikianlah
yang dapat saya sampaikan, atas segala kesalahan dan kekurangan saya mohon maaf. Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih.
Medan, September 2015
P
Peennuulliiss
ERNANDA IHUTAN 110400144
(5)
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iv
ABSTRAK ... vi
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Permasalahan... 6
C. Tujuan Penulisan ... 7
D. Manfaat Penulisan ... 7
E. Metode Penelitian... 8
F. Keaslian Penulisan ... 10
G. Sistematika Penulisan ... 12
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA (JAMSOSTEK) ... 15
A. Tujuan Jaminan sosial tenaga kerja (Jamsostek) ... 15
B. Sejarah Perkembangan Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek) dan Dasar Hukum ... 26
C. Ruang lingkup dan organisasi jaminan sosial tenaga kerja (Jamsostek) ... 30
BAB III. BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (BPJS) KETENAGAKERJAAN DALAM ASPEK HUKUM ... 47
A. Sejarah dan Dasar Hukum BPJS Ketenagakerjaan Serta Kelengkapannya ... 47
B. Fungsi, wewenang, hak dan kewajiban BPJS ketenagakerjaan menurut UU no 24 tahun 2011 tentang BPJS ... 59
C. Organ BPJS ketenagakerjaan dan kekhususan BPJS Ketenagakerjaan dalam perubahan ... 61
BAB IV. ANALISIS YURIDIS MENGENAI PERUBAHAN SISTEM ASURANSI JIWA JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA (JAMSOSTEK) MENJADI BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (BPJS) KETENAGAKERJAAN (STUDI BPJS KETENAGAKERJAAN CABANG BINJAI) ... 64
A. Alasan hukum peralihan Jamsostek menjadi BPJS ketenagakerjaan ... 64
B. Perbandingan sistem asuransi jiwa menurut PT. Jamsostek dengan BPJS Ketenagakerjaan ... 68
C. Hambatan pelaksanaan badan penyelenggara jaminan sosial (BPJS) ketenagakerjaan pada BPJS ketenagakerjaan Binjai. ... 72
(6)
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 78 A. Kesimpulan ... 78 B. Saran ... 80 DAFTAR PUSTAKA