PERSEPSI PEDAGANG KAYU TERHADAP SURAT KETERANGAN ASAL USUL (SKAU) DAN SURAT KETERANGAN SAH KAYU BULAT ”KAYU RAKYAT” (SKSKB ”KR”) DI KABUPATEN MALANG
i
PERSEPSI PEDAGANG KAYU TERHADAP
SURAT KETERANGAN ASAL USUL (SKAU) DAN
SURAT KETERANGAN SAH KAYU BULAT
”KAYU RAKYAT” (SKSKB ”KR”)
DI KABUPATEN MALANG
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Guna Memperoleh Gelar Magister Agribisnis
Pada Program Studi Magister Agribisnis
Oleh :
K U N T A R I
NIM. 09750012
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS MUHAMADIYAH MALANG
April 2012
(2)
ii
TESIS
Dipersiapkan dan disusun oleh :
K U N T A R I
NIM. 09750012
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
Pada tanggal 27 April 2012
SUSUNAN DEWAN PENGUJI
Ketua : Dr. Anas Tain, MM ...
Sekretaris : Ir. Rahayu Relawati, MM ...
Penguji I : Prof. Dr. Jabal Tarik Ibrahim, M. Si ...
(3)
iii
PERSEPSI PEDAGANG KAYU TERHADAP SURAT
KETERANGAN ASAL USUL (SKAU) DAN
SURAT KETERANGAN SAH KAYU BULAT
”KAYU RAKYAT” (SKSKB ”KR”)
DI KABUPATEN MALANG
Yang diajukan oleh :
K U N T A R I
NIM. 09750012
Telah disetujui
Tanggal, ...
Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping
Dr. ANAS TAIN, MM Ir. RAHAYU RELAWATI, MM
Direktur Ketua Program Studi
Program Pascasarjana Manajemen Agribisnis
Dr. LATIPUN, M. Kes Dr. ANAS TAIN, MM
(4)
iv
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :
Nama : KUNTARI
NIM : 09750012
Program Studi : Magister Agribisnis
Dengan ini menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa : 1. Tesis dengan Judul :
”Persepsi Pedagang Kayu Terhadap Surat Keterangan Asal Usul (SKAU) dan Surat Keterangan Sah Kayu Bulat ”Kayu Rakyat” (SKSKB ”KR”) di Kabupaten Malang”
Adalah hasil karya saya dan dalam naskah tesis ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu Perguruan Tinggi dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis dan atau diterbitkan oleh orang lain, baik sebagian atauapun keseluruhan, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan sumber kutipan dan daftar pustaka.
2. Apabila ternyata di dalam naskah tesis ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur PLAGIASI, saya bersedia TESIS ini DIGUGURKAN dan GELAR AKADEMIK YANG TELAH SAYA PEROLEH DIBATALKAN, serta diproses sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.
3. Tesis ini dapat dijadikan sumber pustaka yang merupakan HAK BEBAS ROYALTY NON EKSLUSIF.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Malang, 04 Mei 2012 Yang menyatakan,
(5)
v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Alloh SWT, karena atas berkat rahmat dan karunia-Nyalah penulis dapat menyusun dan menyelesaikan tesis ini dengan baik. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada suri teladan kita Rosulullah SAW, kepada keluarganya, para sahabatnya, hingga kepada para pengikutnya yang senantiasa istiqomah sampai akhir zaman.
Penelitian yang lakukan berjudul Persepsi Pedagang Kayu Terhadap Surat Keterangan Asal-Usul (SKAU) dan Surat Keterangan Sah Kayu Bulat ”Kayu Rakyat” (SKSKB ”KR”) di Kabupaten Malang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi pedagang kayu terhadap penerapan SKAU dan SKSKB ”KR” dalam perdagangan kayu rakyat di Kabupaten Malang. Penelitian dilakukan untuk memenuhi persyaratan tugas akhir pada Program Magister Agribisnis Universitas Muhammadiyah Malang.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tesis ini masih banyak terdapat kekurangan, sehingga sangat diharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna meningkatkan kualitas dan kesempurnaan penulis karya ilmiah selanjutnya.
Akhir kata penulis mengharapkan tesis ini bermanfaat bagi semua dan dapat menjadi sebuah acuan bagi penelitian selanjutnya.
Malang, April 2012
(6)
vi
Tesis ini ak u persembahan k epada:
Kedua orang tuaku dan k edua orang mertuaku
Istriku tercinta, Ika Nurhanday ani
Anak ku tersay ang, Aisy ah S alwa Dearika
Calon anakk u y ang masih dalam k andungan
(7)
vii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
ABSTRAK ... iv
ABSTRACT ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang Penelitian ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 5
1.3. Tujuan Penelitian ... 6
1.4. Kegunaan Penelitian ... 6
1.5. Definisi Istilah ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9
2.1. Kajian Pustaka ... 9
2.1.1. Penelitian Terdahulu ... 9
2.1.2. Landasan Teori ... 12
2.2. Kerangka Pemikiran ... 21
(8)
viii
BAB III METODE PENELITIAN ... 23
3.1. Subyek, Obyek dan Tempat Penelitian ... 23
3.2. Desain Penelitian ... 24
3.2.1. Jenis Penelitian ... 24
3.2.2. Sumber Data dan Cara Penentuannya ... 24
3.2.3. Metode Penarikan Sampel ... 25
3.2.4. Rancangan Uji Hipotesis ... 26
3.2.5. Operasionalisasi Variabel ... 30
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 35
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 35
4.1.1. Gambaran Umum Kabupaten Malang ... 35
4.1.2. Gambaran Umum Hutan dan Kehutanan di Kab. Malang ... 40
4.1.3. Dinas Kehutanan Kabupaten Malang ... 42
4.2. Penatausahaan Kayu Rakyat ... 46
4.2.1. Dasar Hukum ... 46
4.2.2. Prosedur Penatausahaan Kayu Rakyat ... 47
4.2.3. Petugas Penerbit SKAU dan SKSKSB ”KR” di Kab. Malang ... 59
4.2.4. Realisasi Penerbitan SKAU dan SKSKB ”KR” di Kab. Malang..62
4.3. Hasil Analisa Persepsi Responden ... 67
4.3.1. Karakteristik Responden ... 67
4.3.2. Pertanyaan Umum ... 68
(9)
ix
4.3.4. Persepsi Pedagang Kayu terhadap SKSKB ”KR” ... 76
4.3.5. Perbandinagn Persepsi Pedagang Kayu terhadap SKSKB ”KR” dan Persepsi Pedagang Kayu terhadap SKAU ... 83
BAB V KESIMPULAN ... 88
5.1. Kesimpulan ... 88
5.2. Saran ... 89
DAFTAR PUSTAKA ... 90
LAMPIRAN – LAMPIRAN
(10)
x
DAFTAR TABEL
1.1. Produksi Kayu Rakyat di Kabupaten Malang Tahun 2011 ... 2
3.1. Data skunder yang digunakan untuk penelitian ... 26
4.1. Luas Penggunaan Lahan di Kabupaten Malang ... 38
4.2. Jumlah Penduduk Kabupaten Malang berdasarkan usianya pada tahun 2010 .... 39
4.3. Jumlah Penduduk Kabupaten Malang berdasarkan pekerjaannya pada tahun 2010 ... 40
4.4. Luas Hutan di Kabupaten Malang ... 41
4.5. Kelompok Jenis Kayu rakyat berdasarkan dokumen pengangkutannya.. ... 49
4.6. Petugas penerbit SKSKB ”KR” di Kabupaten Malang ... 61
4.7. Tingkat Pendidikan Responden ... 67
4.8. Pengalaman responden melakukan pengurusan SKAU/SKSKB ”KR” ... 68
4.9. Frekuensi responden melakukan pengurusan SKAU/SKSKB ”KR” ... 69
4.10. Rekapitulasi hasil analisa data persepsi pedagang kayu terhadap SKAU ... 70
4.11. Rekapitulasi Kategori persepsi pedagang terhadap SKAU secara individu ... 73
4.12. Rekapitulasi hasil analisa data persepsi pedagang kayu terhadap SKSKB ”KR” ... 77
4.13. Rekapitulasi Kategori persepsi pedagang terhadap SKSKB”KR” secara individual ... 79
(11)
xi
DAFTAR GAMBAR
2.1. Kerangka Pikir Penelitian ... 22
4.1. Peta Wilayah Kabupaten Malang ... 36
4.2. Kerangka Operasional Tata Usaha Kayu Rakyat di Kab. Malang ... 48
4.3. Prosedur Pelayanan Surat Ijin Tebang Di Kabupaten Malang Untuk Kayu Jenis III ... 50
4.4. Skema Peredaran Kayu Yang Berasal Dari Hutan Rakyat ... 54
4.5. Alur Prosedur Penerbitan SKSKB ”KR” Di Kabupaten Malang ... 55
4.6. Alur Prosedur Penerbitan SKAU Di Kabupaten Malang ... 57
4.7. Grafik Produksi Kayu Rakyat Berdasarkan Surat Legalitas kayu di Kabupaten Malang Tahun 2011 ... 64
4.8. Grafik Produksi Kayu berdasarkan jenisnya di Kabupaten Malang pada tahun 2011 ... 65
4.9. Grafik Produksi Kayu Rakyat di Kabupaten Malang periode Januari s/d Desember 2011 ... 66
4.10. Grafik Persepsi Pedagang Kayu Terhadap SKAU secara individu ... 73
4.11. Grafik Persepsi Pedagang Kayu Terhadap SKSKB ”KR” secara individu ... 79
4.12. Grafik Rata-rata Persepsi Pedagang Kayu Terhadap SKAU dan SKSKB ”KR” di Kabupaten Malang ... 84
(12)
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Data Kepala Desa / Lurah Penerbit SKAU dan jumlah penerbitan
SKAU di Kabupaten Malang pada tahun 2011 ... 92 Lampiran 2. Rekapitulasi Produksi Kayu Rakyat Kabupaten Malang Bulan
Januari s/d Desember 2011 ... 94 Lampiran 3. Rekapitulasi Jawaban Responden tentang Persepsi Pedagang Kayu
terhadap SKAU di Kabupaten Malang ... 95 Lampiran 4. Rekapitulasi Jawaban responden setelah dikonversi ke angka
Persepsi Pedagang Kayu Terhadap SKAU ... 97 Lampiran 5. Perhitungan skala interval Persepsi Pedagang Kayu terhadap
SKAU di Kabupaten Malang dengan Method of Succesive Interval (MSI) ... 98 Lampiran 6. Hasil konversi data ordinal ke interval persepsi pedagang kayu
terhadap SKAU di Kabupaten Malang ... 100 Lampiran 6. Rekapitulasi Jawaban Responden tentang Persepsi Pedagang Kayu
terhadap SKAU di Kabupaten Malang ... 90 Lampiran 7. Kategori Persepsi Pedagang Kayu Terhadap SKAU secara
individual di Kabupaten Malang ... 102 Lampiran 8. Rekapitulasi Jawaban Responden tentang Persepsi Pedagang Kayu
terhadap SKSKB ”KR” di Kabupaten Malang ... 103 Lampiran 9. Rekapitulasi Jawaban responden setelah dikonversi ke angka
Persepsi Pedagang Kayu Terhadap SKSKB ”KR” ... 105 Lampiran 10. Perhitungan skala interval Persepsi Pedagang Kayu terhadap
SKSKB ”KR” di Kabupaten Malang dengan Method of Succesive
Interval (MSI) ... 107 Lampiran 11. Hasil konversi data ordinal ke interval persepsi pedagang kayu
terhadap SKSKB ”KR”di Kabupaten Malang ... 108 Lampiran 12. Rekapitulasi Jawaban Responden tentang Persepsi Pedagang Kayu
(13)
xiii
Lampiran 13. Kategori Persepsi Pedagang Kayu Terhadap SKSKB ”KR”secara
individual di Kabupaten Malang ... 111 Lampiran 14. Kuisioner Pedagang Kayu terhadap SKAU dan SKSKB ”KR” ... 112
(14)
xiv
DAFTAR PUSTAKA
Assael, H. (1998). Consumer Behavior and Marketing Action 6th edition. New York : International Thomson Publishing
Bimo Walgito (1990). Pengantar Psikologi Umum, Yogyakarta : Andi Offset
Burhan Bungin (2010). Penelitian Kualitatif : Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Cetakan ke-4. Jakarta : Kencana Prenada Media Group
Devi Puspitasari (2011). Pengaruh Persepsi Mahasiswa Tentang Profesi Guru Dan Prestasi Belajar Terhadap Minat Menjadi Guru Mahasiswa Program Studi Pendidikan Akuntansi Angkatan 2007 FISE UNY. http://eprints.uny.ac.id/3621/1/SKRIPSI_DEVI_P.pdf. Universitas Negeri Yogyakarta.
Emila dan Suwito (2007). Hutan Tanaman Rakyat (HTR) Agenda baru untuk pengentasan kemiskinan?. Buletin Warta Tenure Nomor 4 - Februari 2007
Epi Syahadat dan Hariyatno Dwiprabowo.2008. Kajian Penatausahaan Hasil Hutan Kayu Rakyat. Buletin Info Sosial Ekonomi Vol. 8 No. 4 Desember Th. 2008
Hutan Rakyat Jawa Pasok 40% kebutuhan kayu (2010). Diakses pada tanggal 2 Februari 2012 dari http://www.antaranews.com/ berita/1276512326/hutan-rakyat-jawa-pasok-40-kebutuhan-kayu.
Ikhsan Arief R. (2011). Respon Pelaku Usaha Hutan Rakyat Terhadap Kebijakan Surat Keterangan Asal Usul Kayu (Studi Kasus Di Desa Jugalajaya,
Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor).
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/51265. Institut Pertanian Bogor. Jalaluddin Rakhmat (2005). Psikologi Komunikasi. Cetakan ke – 23. Bandung : PT.
Remaja Rosdakarya.
(15)
xv
Nugraha Setiawan (2007). Penentuan Ukuran Sampel Memakai Rumus Slovin Dan Tabel Krejcie-Morgan : Telaah Konsep Dan Aplikasinya. Universitas Pajajaran Bandung.
Pengertian Persepsi. Diakses pada tgl. 11 Nopember 2011 dari
http://id.wikipedia.org/wiki/Persepsi
Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.33/Menhut-II/2007 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.51/Menhut-Ii/2006 Tentang Penggunaan Surat Keterangan Asal Usul (SKAU) Untuk Pengangkutan Hasil Hutan Kayu Yang Berasal dari Hutan Hak
Rahmawaty (2004). Tinjauan Aspek Pengembangan Hutan Rakyat. Artikel. http://library.usu.ac.id/download/fp/hutan-rahmawaty9. Universitas Sumatra Utara. Medan
Saifuddin Azwar (2005). Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya. Cetakan ke-9. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Sarlito W. Sarwono (2004). Pengantar Psikologi Umum. Cetakan ke-5. Jakarta : PT. Rajawali Pers
Suharsimi Arikunto (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : PT Rineka Cipta
Sugiyono (2011). Statistik Untuk Penelitian. Cetakan ke-18. Bandung : CV. Alfabeta ________ (2011). Metode Penelitian Kuantitatif kualitatif dan R & D. Cetakan
ke – 12. Bandung : CV. Alfabeta
Toha Miftah (1999). Perilaku Organisasi. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.. Undang – Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan.
(16)
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian
Hutan merupakan karunia Alloh SWT yang harus dikelola dan dimanfaatkan secara optimal, arif dan bijaksana untuk kesejahteraan manusia serta dijaga kelestariannya untuk generasi sekarang dan yang akan datang. Hutan sebagai salah satu penentu sistem penyangga kehidupan cenderung menurun kondisinya.
Keserakahan manusia menyebabkan pengelolaan hutan alam menjadi tidak sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku sehingga luasan, fungsi dan manfaat hutan alam mengalami degradasi yang sangat besar. Hal tersebut menyebabkan daya dukung hutan alam terhadap kebutuhan kayu masyarakat tidak seimbang. Hutan alam sudah tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan masyarakat akan kayu.
Berdasarkan hal tersebut maka hutan rakyat memiliki peranan yang sangat penting bagi pemenuhan kebutuhan masyarakat akan kayu. Menurut Antara News (2010) hutan rakyat di Jawa berpotensi memasok bahan baku kayu sampai 40 % dari kebutuhan nasional yang kini mencapai 43 juta meter kubik per tahun. Potensi produksi hutan rakyat di Pulau Jawa saat ini mencapai 16 juta m3 per tahun.
Kayu rakyat di wilayah Kabupaten Malang juga memiliki peranan yang sangat besar bagi pemenuhan kebutuhan masyarakat akan kayu. Beberapa jenis kayu rakyat di Kabupaten Malang yang memiliki jumlah produksi cukup tinggi adalah jenis Jati, Mahoni dan Sengon. Sampai dengan saat ini ketiga jenis kayu
(17)
2 rakyat tersebut merupakan komoditas kehutanan yang memiliki pangsa pasar yang besar di Kabupaten Malang.
Berdasarkan data yang ada pada Dinas Kehutanan Kabupaten Malang, produksi kayu rakyat pada tahun 2011 mencapai 443.606,92 m3, dengan rincian sebagaimana dalam Tabel 1.1. berikut ini :
Tabel 1.1. Produksi Kayu Rakyat di Kabupaten Malang Tahun 2011
No. Jenis Kayu Produksi (m3) % Keterangan
1. Jati 15.168,14 3,42
2. Mahoni 14.651,60 3,30
3. Sengon 377.495,17 85,10
4. Sonokembang (Rekisi) 2.550,30 0,57
5. Sono 1.463,97 0,33
6. Akasia 17.643,39 3,98
7. Mindi 8.427,10 1,90
8. Jabon 2.774,51 0,63
9. Jenis Lainnya 3.432,76 0,77
Jumlah 443.606,92 100,00
Sumber data : Dinas Kehutanan Kabupaten Malang tahun 2012
Berdasarkan data di atas nampak bahwa produksi kayu Sengon menempati posisi paling atas yaitu sebesar 377.495,17 m3 (85,10%) disusul kayu Akasia sebesar 17.643,39 m3, (3,98%), kayu Jati sebesar 15.168,14 m3 (3,42%) dan Kayu Manoni sebesar 14.651,60 m3 (3,30 %). Keempat jenis tersebut mewakili 95,80 % dari keseluruhan produksi kayu rakyat di Kabupaten Malang.
Dalam pelaksanaan perdagangan kayu rakyat, pemerintah dalam hal ini Kementerian Kehutanan Republik Indonesia telah mengeluarkan beberapa peraturan mengenai peredaran kayu yang berasal dari hutan rakyat. Peraturan terakhir yang masih digunakan hingga saat ini adalah Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.51/Menhut-II/2006 tentang Penggunaan Surat Keterangan
(18)
3 Asal Usul (SKAU) Untuk Pengangkutan Hasil Hutan Kayu Yang Berasal Dari Hutan Hak. Isi pokok dari Peraturan Menteri Kehutanan ini menyebutkan bahwa pengangkutan kayu bulat atau kayu olahan yang berasal dari hutan hak/hutan milik, khususnya untuk jenis Sengon, Kayu Karet dan Kayu Kelapa menggunakan dokumen SKAU yang diterbitkan oleh kepala desa / lurah di wilayah di mana hasil hutan kayu tersebut akan diangkut. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.51/Menhut-II/2006 ini kemudian dilengkapi dengan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.62/Menhut-II/2006 yang mengatur tentang pengangkutan kayu yang berasal dari hutan hak untuk jenis-jenis yang belum ditetapkan menggunakan SKAU, maka dokumen yang digunakan untuk pengangkutannya adalah dokumen Surat Keterangan Sah Kayu Bulat (SKSKB) dengan menambahkan cap “KR” pada blangkonya. SKSKB “KR” diterbitkan oleh Pejabat Penerbit Surat Keterangan Sah Kayu Bulat (P2SKSKB) yang ditetapkan oleh kepala dinas kehutanan provinsi dan berkedudukan di dinas kehutanan kabupaten/kota.
Pada tahun 2007 dilakukan perubahan lagi terhadap Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.51/Menhut-II/2006 dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.33/Menhut-II/2007. Isi pokok dari Peraturan Menteri Kehutanan ini adalah :
1. Beberapa jenis kayu rakyat yang pengangkutannya tidak menggunakan
dokumen SKAU maupun SKSKB “KR” tetapi cukup menggunakan nota yang diterbitkan penjual antara lain : Kayu Cempedak, Dadap, Duku, Jambu, Jengkol, Kelapa, Kecapi, Kenari, Mangga, Melinjo, Nangka, Rambutan, Randu, Sawit, Sawo, Sukun, Trembesi dan Waru.
(19)
4
2. Jenis-jenis kayu yang secara umum pengangkutannya menggunakan
dokumen SKAU antara lain : Akasia, Asam Kandis, Durian, Suren, Jabon, Jati Putih (Gmelina), Karet, Ketapang, Kulit Manis, Makadamia, Mindi, Petai, Puspa, Sengon, Sungkai dan Tarok.
3. Beberapa Jenis kayu yang pengangkutannya bisa menggunakan SKAU atau
SKSKB “KR” tergantung daerahnya, antara lain Jenis Bayur untuk daerah Provinsi Sumatera Barat menggunakan SKAU sedangkan ditempat lain menggunakan SKSKB “KR”, Jenis Jati untuk Provinsi Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, DIY, Sulawesi Tenggara, NTT dan NTB menggunakan SKSKB “KR” sedangkan daerah lainnya menggunakan SKAU, Jenis Mahoni hampir sama dengan Jenis Jati, hanya Provinsi Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, DIY, NTT dan NTB yang menggunakan SKSKB “KR”, sedangkan daerah lainnya menggunakan SKAU.
Berdasarkan uraian di atas maka secara jelas terdapat dua macam surat yang digunakan sebagai dokumen kayu rakyat dalam perdagangannya, yaitu SKAU yang diterbitkan oleh kepala desa / lurah setempat dan SKSKB “KR” yang diterbitkan oleh P2SKSKB yang berkedudukan di dinas kehutanan kabupaten / kota. Para pedagang kayu di Kabupaten Malang pada umumnya tidak hanya berjual beli satu jenis kayu rakyat saja, sehingga untuk memperoleh dokumen pendukung perdagangan kayu rakyat tersebut mereka harus berhubungan dengan kepala desa untuk mengurus SKAU dan kadangkala berhubungan dengan P2SKSKB untuk mengurus SKSKB “KR”. Oleh karena akan timbul persepsi yang berbeda bagi pedagang kayu ketika mengajukan SKAU dan ketika
(20)
5 mengajukan SKSKB “KR”, padahal keduanya sama-sama merupakan legalitas untuk kayu rakyat.
Sebagai bahan untuk penyusunan kebijakan dalam rangka penerbitan SKAU dan SKSKB “KR” di Kabupaten Malang, maka diperlukan umpan balik dari pedagang kayu sebagai subyek utama penerapan SKAU dan SKSKB “KR” berupa persepsi pedagang kayu terhadap penerbitan SKAU dan SKSB “KR” yang selama ini diperlukan oleh mereka.
Untuk itu perlu adanya penelitian mengenai bagaimana persepsi pedagang kayu terhadap penerapan SKAU dan SKSKB “KR” di Kabupaten Malang.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana persepsi pedagang kayu terhadap penerapan SKAU dalam
perdagangan kayu rakyat di Kabupaten Malang?
2. Bagaimana persepsi pedagang kayu terhadap penerapan SKSKB “KR” dalam
perdagangan kayu rakyat di Kabupaten Malang?
3. Apakah terdapat perbedaan persepsi pedagang kayu terhadap penerapan SKAU dan SKSKB “KR”?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah maka tujuan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut :
(21)
6 1. Untuk mengetahui persepsi pedagang kayu terhadap penerapan SKAU dalam perdagangan kayu rakyat di Kabupaten Malang yang selanjutnya sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk menentukan kebijakan untuk pembinaan dalam penertiban SKAU.
2. Untuk mengetahui persepsi pedagang kayu terhadap penerapan SKSKB “KR” dalam perdagangan kayu rakyat di Kabupaten Malang yang selanjutnya sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk menentukan kebijakan untuk pembinaan dalam penertiban SKSKB “KR”.
3. Untuk mengetahui perbedaan persepsi pedagang kayu terhadap penerapan
SKAU dan SKSKB “KR” dalam perdagangan kayu rakyat di Kabupaten Malang yang selanjutnya sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk menentukan prioritas kebijakan untuk pembinaan dalam penertiban SKAU dan SKSKB “KR”.
1.4. Kegunaan Penelitian
1.4.1. Kegunaan Teoritis (Keilmuan)
Bagi kepentingan pendidikan sebagai wacana baru untuk pengembangan ilmiah secara empirik tentang analisis penerapan peratuan perundangan dalam perdagangan kayu rakyat untuk masa yang akan datang.
1.4.2. Kegunaan Praktis (Guna Laksana)
Bagi Pemerintah khususnya Kementerian Kehutanan Republik Indonesia sebagai bahan pertimbangan dalam penyusunan peraturan tentang penatausahaan
(22)
7 kayu rakyat pada masa mendatang. Bagi Dinas Kehutanan Kabupaten Malang sebagai masukan dalam menentukan keputusan untuk pembinaan dan pengawasan peredaran kayu rakyat di Kabupaten Malang.
1.5. Definisi Istilah
a. Kehutanan adalah sistem pengurusan yang bersangkut paut dengan hutan,
kawasan hutan, dan hasil hutan yang diselenggarakan secara terpadu. b. Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi
sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. c. Hutan Hak / Hutan Rakyat adalah hutan yang tumbuh pada lahan yang
dibebani hak milik atas tanah.
d. Kayu Rakyat adalah kayu yang dihasilkan dari lahan yang dibebani hak milik atas tanah.
e. Kayu Bulat / Gelondongan adalah kayu rakyat yang belum mengalami perubahan bentuk dan pengangkutannya menggunakan dokumen SKAU dan SKSKB “KR”.
f. SKAU adalah Surat Keterangan Asal-Usul, yang digunakan untuk
mengangkut beberapa jenis kayu rakyat yang diterbitkan oleh Kepala Desa / Lurah.
g. SKSKB “KR” adalah Surat Keterangan Sah Kayu Bulat “Kayu Rakyat” yang digunakan sebagai legalitas dalam pengangkutan beberapa jenis kayu rakyat yang diterbitkan oleh Petugas Penerbit SKSKB “KR” yang berkedudukan di Dinas Kehutanan Kabupaten / Kota.
(23)
8 h. Penerbit SKAU adalah Kepala Desa / Lurah atau petugas yang ditunjuk
untuk menerbitkan SKAU yang ditetapkan oleh Bupati / Walikota.
i. P2SKSKB “KR” adalah Petugas yang berhak dan berwenang untuk
menerbitkan SKSKB “KR” yang berkedudukan di Dinas Kehutanan Kabupaten / Kota dan diangkat oleh Kepala Dinas Kehutanan Provinsi.
(1)
Asal Usul (SKAU) Untuk Pengangkutan Hasil Hutan Kayu Yang Berasal Dari Hutan Hak. Isi pokok dari Peraturan Menteri Kehutanan ini menyebutkan bahwa pengangkutan kayu bulat atau kayu olahan yang berasal dari hutan hak/hutan milik, khususnya untuk jenis Sengon, Kayu Karet dan Kayu Kelapa menggunakan dokumen SKAU yang diterbitkan oleh kepala desa / lurah di wilayah di mana hasil hutan kayu tersebut akan diangkut. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.51/Menhut-II/2006 ini kemudian dilengkapi dengan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.62/Menhut-II/2006 yang mengatur tentang pengangkutan kayu yang berasal dari hutan hak untuk jenis-jenis yang belum ditetapkan menggunakan SKAU, maka dokumen yang digunakan untuk pengangkutannya adalah dokumen Surat Keterangan Sah Kayu Bulat (SKSKB) dengan menambahkan cap “KR” pada blangkonya. SKSKB “KR” diterbitkan oleh Pejabat Penerbit Surat Keterangan Sah Kayu Bulat (P2SKSKB) yang ditetapkan oleh kepala dinas kehutanan provinsi dan berkedudukan di dinas kehutanan kabupaten/kota.
Pada tahun 2007 dilakukan perubahan lagi terhadap Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.51/Menhut-II/2006 dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.33/Menhut-II/2007. Isi pokok dari Peraturan Menteri Kehutanan ini adalah :
1. Beberapa jenis kayu rakyat yang pengangkutannya tidak menggunakan dokumen SKAU maupun SKSKB “KR” tetapi cukup menggunakan nota yang diterbitkan penjual antara lain : Kayu Cempedak, Dadap, Duku, Jambu, Jengkol, Kelapa, Kecapi, Kenari, Mangga, Melinjo, Nangka, Rambutan, Randu, Sawit, Sawo, Sukun, Trembesi dan Waru.
(2)
2. Jenis-jenis kayu yang secara umum pengangkutannya menggunakan dokumen SKAU antara lain : Akasia, Asam Kandis, Durian, Suren, Jabon, Jati Putih (Gmelina), Karet, Ketapang, Kulit Manis, Makadamia, Mindi, Petai, Puspa, Sengon, Sungkai dan Tarok.
3. Beberapa Jenis kayu yang pengangkutannya bisa menggunakan SKAU atau SKSKB “KR” tergantung daerahnya, antara lain Jenis Bayur untuk daerah Provinsi Sumatera Barat menggunakan SKAU sedangkan ditempat lain menggunakan SKSKB “KR”, Jenis Jati untuk Provinsi Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, DIY, Sulawesi Tenggara, NTT dan NTB menggunakan SKSKB “KR” sedangkan daerah lainnya menggunakan SKAU, Jenis Mahoni hampir sama dengan Jenis Jati, hanya Provinsi Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, DIY, NTT dan NTB yang menggunakan SKSKB “KR”, sedangkan daerah lainnya menggunakan SKAU.
Berdasarkan uraian di atas maka secara jelas terdapat dua macam surat yang digunakan sebagai dokumen kayu rakyat dalam perdagangannya, yaitu SKAU yang diterbitkan oleh kepala desa / lurah setempat dan SKSKB “KR” yang diterbitkan oleh P2SKSKB yang berkedudukan di dinas kehutanan kabupaten / kota. Para pedagang kayu di Kabupaten Malang pada umumnya tidak hanya berjual beli satu jenis kayu rakyat saja, sehingga untuk memperoleh dokumen pendukung perdagangan kayu rakyat tersebut mereka harus berhubungan dengan kepala desa untuk mengurus SKAU dan kadangkala berhubungan dengan P2SKSKB untuk mengurus SKSKB “KR”. Oleh karena akan timbul persepsi
(3)
mengajukan SKSKB “KR”, padahal keduanya sama-sama merupakan legalitas untuk kayu rakyat.
Sebagai bahan untuk penyusunan kebijakan dalam rangka penerbitan SKAU dan SKSKB “KR” di Kabupaten Malang, maka diperlukan umpan balik dari pedagang kayu sebagai subyek utama penerapan SKAU dan SKSKB “KR” berupa persepsi pedagang kayu terhadap penerbitan SKAU dan SKSB “KR” yang selama ini diperlukan oleh mereka.
Untuk itu perlu adanya penelitian mengenai bagaimana persepsi pedagang kayu terhadap penerapan SKAU dan SKSKB “KR” di Kabupaten Malang.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana persepsi pedagang kayu terhadap penerapan SKAU dalam perdagangan kayu rakyat di Kabupaten Malang?
2. Bagaimana persepsi pedagang kayu terhadap penerapan SKSKB “KR” dalam perdagangan kayu rakyat di Kabupaten Malang?
3. Apakah terdapat perbedaan persepsi pedagang kayu terhadap penerapan SKAU dan SKSKB “KR”?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah maka tujuan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut :
(4)
1. Untuk mengetahui persepsi pedagang kayu terhadap penerapan SKAU dalam perdagangan kayu rakyat di Kabupaten Malang yang selanjutnya sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk menentukan kebijakan untuk pembinaan dalam penertiban SKAU.
2. Untuk mengetahui persepsi pedagang kayu terhadap penerapan SKSKB “KR” dalam perdagangan kayu rakyat di Kabupaten Malang yang selanjutnya sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk menentukan kebijakan untuk pembinaan dalam penertiban SKSKB “KR”.
3. Untuk mengetahui perbedaan persepsi pedagang kayu terhadap penerapan SKAU dan SKSKB “KR” dalam perdagangan kayu rakyat di Kabupaten Malang yang selanjutnya sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk menentukan prioritas kebijakan untuk pembinaan dalam penertiban SKAU dan SKSKB “KR”.
1.4. Kegunaan Penelitian
1.4.1. Kegunaan Teoritis (Keilmuan)
Bagi kepentingan pendidikan sebagai wacana baru untuk pengembangan ilmiah secara empirik tentang analisis penerapan peratuan perundangan dalam perdagangan kayu rakyat untuk masa yang akan datang.
1.4.2. Kegunaan Praktis (Guna Laksana)
(5)
kayu rakyat pada masa mendatang. Bagi Dinas Kehutanan Kabupaten Malang sebagai masukan dalam menentukan keputusan untuk pembinaan dan pengawasan peredaran kayu rakyat di Kabupaten Malang.
1.5. Definisi Istilah
a. Kehutanan adalah sistem pengurusan yang bersangkut paut dengan hutan, kawasan hutan, dan hasil hutan yang diselenggarakan secara terpadu. b. Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi
sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. c. Hutan Hak / Hutan Rakyat adalah hutan yang tumbuh pada lahan yang
dibebani hak milik atas tanah.
d. Kayu Rakyat adalah kayu yang dihasilkan dari lahan yang dibebani hak milik atas tanah.
e. Kayu Bulat / Gelondongan adalah kayu rakyat yang belum mengalami perubahan bentuk dan pengangkutannya menggunakan dokumen SKAU dan SKSKB “KR”.
f. SKAU adalah Surat Keterangan Asal-Usul, yang digunakan untuk mengangkut beberapa jenis kayu rakyat yang diterbitkan oleh Kepala Desa / Lurah.
g. SKSKB “KR” adalah Surat Keterangan Sah Kayu Bulat “Kayu Rakyat” yang digunakan sebagai legalitas dalam pengangkutan beberapa jenis kayu rakyat yang diterbitkan oleh Petugas Penerbit SKSKB “KR” yang berkedudukan di Dinas Kehutanan Kabupaten / Kota.
(6)
h. Penerbit SKAU adalah Kepala Desa / Lurah atau petugas yang ditunjuk untuk menerbitkan SKAU yang ditetapkan oleh Bupati / Walikota.
i. P2SKSKB “KR” adalah Petugas yang berhak dan berwenang untuk menerbitkan SKSKB “KR” yang berkedudukan di Dinas Kehutanan Kabupaten / Kota dan diangkat oleh Kepala Dinas Kehutanan Provinsi.