2. Dampak terhadap Perkembangan Kognitif
Kognitif adalah persepsi individu tentang orang lain dan obyek-obyek yang diorganisasikannya secara selektif. Respon individu terhadap orang dan obyek tergantung pada
bagaimana orang dan obyek tersebut tampak dalam dunia kognitifnya, dan dunia setiap orang itu bersifat individual. arena tunanetra harus menggantikan fungsi indera penglihatan dengan indera-
indera lainnya untuk mempersepsi lingkungannya dan banyak di antara mereka tidak pernah mempunyai pengalaman visual, sehingga konsep tentang dunia ini mungkin berbeda dari konsep
orang awas pada umumnya. Perkembangan psikomotor sangat menentukan perkembangan kognitif dan memperluas
kemampuan mental anak-anak. Eksplorasi dengan kegiatan motorik terhadap benda-benda di sekitar anak sangat merangsang perkembangan persepsi dan persepsi selanjutnya akan membantu
membentuk konsep-konsep. Melalui konsep-konsep inilah kemudian pengetahuan anak tentang lingkungan dapat terbangun. Agar konsep-konsep menjadi bermakna, konsep harus dibangun
berdasarkan pengalaman sensoris. Dengan hilangnya penglihatan, anak tunanetra mengalami hambatan dalam perkembangan
kognitif khususnya dalam hal stimulasi sensoris dan perkembangan pembentukan konsep- konsep.
3. Dampak terhadap Perkembangan Bahasa
Pada umumnya para ahli yakin bahwa kehilangan penglihatan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan memahami dan menggunakan bahasa, dan secara umum mereka
berkesimpulan bahwa tidak terdapat hambatan dalam bahasa anak tunanetra. Mereka mengacu pada banyak studi yang menunjukkan bahwa siswa-siswa tunanetra tidak berbeda dari siswa-
siswa yang awas dalam hasil tes inteligensi verbal. Mereka juga mengemukakan bahwa berbagai studi yang membandingkan anak-anak tunanetra dan awas tidak menemukan perbedaan dalam
aspek-aspek utama perkembangan bahasa. Karena persepsi auditif lebih berperan daripada persepsi visual sebagai media belajar bahasa, maka tidaklah mengherankan bila berbagai studi
telah menemukan bahwa anak tunanetra relatif tidak terhambat dalam fungsi bahasanya. Banyak anak tunanetra bahkan lebih termotivasi daripada anak awas untuk menggunakan
bahasa karena bahasa merupakan saluran utama komunikasinya dengan orang lain. Seperti halnya anak-anak awas, anak-anak tunanetra memahami makna kata-kata yang dipelajarinya
melalui konteksnya dan penggunaannya di dalam bahasa. Sebagaimana anak awas, anak tunanetra belajar kata-kata yang didengarnya meskipun kata-kata itu tidak terkait dengan
pengalaman nyata dan tak bermakna baginya. Kalaupun anak tunanetra mengalami hambatan dalam perkembangan bahasanya, hal itu bukan semata-mata akibat langsung dari
ketunanetraannya melainkan terkait dengan cara orang lain memperlakukannya. Ketunanetraan tidak menghambat pemrosesan informasi ataupun pemahaman kaidah-kaidah bahasa.
4. Dampak terhadap Keterampilan Sosial