BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1 Pengenalan Citra
Citra adalah representasi gambaran, kemiripan, atau imitasi dari sebuah objek. Citra merupakan kumpulan dari titik-titik yang mempunyai intensitas tertentu
membentuk satu kesatuan perpaduan yang mempunyai arti baik secara artistik maupun intristik Sutoyoso, 2009.
Citra yang baik adalah citra yang dapat menampilkan gambar yang dimaksud dengan seutuhnya, yang meliputi keindahan gambar, kejelasan gambar
untuk penganalisaan dan maksud-maksud lainnya. Dengan kata lain, citra yang baik adalah citra yang dapat menampilkan nilai artistik dan intristik gambar
tersebut dengan baik. Citra yang dihasilkan dapat digolongkan menjadi citra analog dan citra digital.
2.1.1 Citra Analog
Analog berhubungan dengan hal yang berterusan continue dalam satu dimensi. Contohnya adalah bunyi. Bunyi diwakili dalam bentuk analog yaitu suatu
gelombang udara yang berterusan di mana kekuatannya diwakili sebagai jarak gelombang. Hampir semua kejadian alam boleh diwakili sebagai perwakilan
analog seperti bunyi, cahaya, air, elektrik, angin dan sebagainya. Data gambar yang digunakan dalam bentuk rekaman hard-copy dinamakan foto citra analog.
Foto direkam dalam dua dimensi pada photosensitive emulsions. Citra analog terdiri dari sinyal-sinyal frekuensi elektromagnetis yang belum dibedakan
sehingga pada umumnya tidak dapat ditentukan ukurannya Sutoyoso, 2009.
Universitas Sumatera Utara
2.1.2 Citra Digital
Citra digital adalah citra yang terdiri dari sinyal–sinyal frekuensi elektromagnetis yang sudah di-sampling sehingga dapat ditentukan ukuran titik gambar tersebut
yang pada umumnya disebut piksel. Untuk menyatakan citra image secara matematis, dapat didefinisikan fungsi fx,y di mana x dan y menyatakan suatu
posisi dalam koordinat dua dimensi dan nilai f pada titik x,y adalah nilai yang menunjukkan warna citra pada titik tersebut. Contoh indeks baris dan kolom x,y
dari sebuah piksel dinyatakan dalam bilangan bulat. Piksel 0,0 terletak pada sudut kiri atas pada citra, indeks x bergerak ke kanan dan indeks y bergerak ke
bawah Sutoyono, 2009. Citra digital sebagai fungsi dua variabel f x,y, dimana x dan y adalah
koordinat spasial dan nilai f x,y adalah intensitas citra pada koordinat tersebut, hal tersebut dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut.
Gambar 2.1 Citra Digital Berbentuk Grayscale 150 x 150 Piksel
Secara matematis fungsi intensitas cahaya pada bidang dua dimensi dapat dinyatakan dengan
, y
x f
, dimana : x,y : koordinat pada bidang dua dimensi
Universitas Sumatera Utara
fx,y : intensitas cahaya brightness pada titik x,y Sistem koordinat yang digunakan adalah sistem koordinat kartesius, dimana
sumbu horizontal dinyatakan sebagai sumbu-X dan sumbu vertikal dinyatakan sebagai sumbu-Y. Dengan anggapan bahwa, cahaya merupakan energi, maka
intensitas cahaya memiliki nilai pada interval 0 sampai tak terhingga, atau dituliskan sebagai:
∞ ≤
, y
x f
Sedangkan nilai dari
, y
x f
sebenarnya diperoleh dari hasil kali antara
, y
x i
dan
, y
x r
, dimana: 1. ix,y adalah jumlah cahaya yang berasal dari sumbernya illumination,
nilainya dari 0 nol sampai tak terhingga 2. rx,y adalah derajat kemampuan objek memantulkan cahaya reflection,
dimana nilainya dari 0 sampai 1.
Citra digital terdiri dari sinyal-sinyal frekuensi elektromagnetis yang sudah di sampling, dan ukuran piksel dari citra tersebut sudah dapat ditentukan.
Sampling merupakan proses pembentukan citra digital dari citra analog. Suatu citra yang dicetak diatas kertas disebut denga citra analog, jika citra analog
tersebut di-scan dengan alat scanner maka akan menjadi citra digital. Dengan demikian, scanner merupakan alat sampling. Proses pembentukan citra digital dari
citra analog diperlihatkan pada gambar 2.2.
Citra Analog Citra Digital
Proses digitasi scanning, sampling
Gambar 2.2 Pembentukan citra digital dari citra analog
Citra sebagai keluaran suatu sistem perekaman data dapat bersifat optik berupa foto, bersifat analog berupa sinyal-sinyal video seperti gambar pada
monitor televisi, atau bersifat digital yang dapat langsung disimpan pada suatu
Universitas Sumatera Utara
pita magnetik. Menurut presisi yang digunakan untuk menyatakan titik-titik koodinat pada domain spasial atau bidang dan untuk menyatakan nilai keabuan
atau warna suatu citra, maka secara teoritis citra dapat dikelompokkan ke dalam empat kelas citra yaitu citra kontinu-kontinu, kontinu-diskrit, diskrit-kontinu, dan
diskrit-diskrit. Label pertama menyatakan presisi dari titik-titik koordinat pada bidang
citra dan label kedua menyatakan presisi nilai keabuan atau warna. Kontinu dinyatakan dengan presisi angka tak terhingga sedangkan diskrit dinyatakan
dengan presisi angka terhingga. Komputer digital bekerja dengan angka-angka presisi terhingga, dengan demikian hanya citra dari kelas dikrit-diskrit yang dapat
diolah dengan komputer. Citra dari kelas tersebut lebih dikenal dengan citra digital.
2.1.3 Representasi Citra Digital