Perumusan Masalah Batasan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Format Citra

1.2. Perumusan Masalah

Berdasaran uraian latar belakang masalah, maka permasalahannya adalah Steganografi mempunyai kelebihan dalam aspek penyembunyian pesan di mana pesan yang disembunyikan tidak terlihat kasat mata berupa kode tertentu seperti kriptografi, dikarenakan dalam steganografi pesan dititipkan pada suatu cover image. Bagaimana agar pesan tersebut dapat dititipkan pada cover image tanpa terlihat berkurangnya kualitas dari cover image , dan metode apa yang tepat agar pesan yang dititipkan tidak mengurangi kualitas cover image ?

1.3. Batasan Masalah

Batasan masalah di atas , dibatasi dengan beberapa hal sebagai berikut : 1. Input program adalah citra dalam format JPG, BMP dan PNG. Format citra hasil output sesuai dengan format citra input. 2. Ukuran citra yang dapat diproses dengan batasan minimal 100 x 100 piksel dan maksimal 1000 x 1000 piksel. 3. Data yang disisipkan berupa pesan bertipe data string 4. Panjang pangram dibatasi maksimal 512 karakter.. 5. Output file pangram berekstensi .pgm. 6. Output file pesan rahasia berekstensi .txt. 7. Fungsi hash yang digunakan untuk menghasilkan message digest adalah fungsi SHA-1. 8. Panjang password dibatasi minimal 6 karakter dan maksimal 10 karakter. 9. Nilai indeks seed akan diacak secara otomatis oleh aplikasi.

1.4. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah menyembunyikan pesan teks dalam medium citra dengan metode steganografi teks menggunakan pangram dan medium citra. Universitas Sumatera Utara

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Dapat mengetahui teknik penyembunyian pesan pada medium citra, menerapkan steganografi teks menggunakan pangram dan medium citra. 2. Dapat digunakan sebagai alternatif untuk menghasilkan steganografi teks. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI

2.1 Pengenalan Citra

Citra adalah representasi gambaran, kemiripan, atau imitasi dari sebuah objek. Citra merupakan kumpulan dari titik-titik yang mempunyai intensitas tertentu membentuk satu kesatuan perpaduan yang mempunyai arti baik secara artistik maupun intristik Sutoyoso, 2009. Citra yang baik adalah citra yang dapat menampilkan gambar yang dimaksud dengan seutuhnya, yang meliputi keindahan gambar, kejelasan gambar untuk penganalisaan dan maksud-maksud lainnya. Dengan kata lain, citra yang baik adalah citra yang dapat menampilkan nilai artistik dan intristik gambar tersebut dengan baik. Citra yang dihasilkan dapat digolongkan menjadi citra analog dan citra digital.

2.1.1 Citra Analog

Analog berhubungan dengan hal yang berterusan continue dalam satu dimensi. Contohnya adalah bunyi. Bunyi diwakili dalam bentuk analog yaitu suatu gelombang udara yang berterusan di mana kekuatannya diwakili sebagai jarak gelombang. Hampir semua kejadian alam boleh diwakili sebagai perwakilan analog seperti bunyi, cahaya, air, elektrik, angin dan sebagainya. Data gambar yang digunakan dalam bentuk rekaman hard-copy dinamakan foto citra analog. Foto direkam dalam dua dimensi pada photosensitive emulsions. Citra analog terdiri dari sinyal-sinyal frekuensi elektromagnetis yang belum dibedakan sehingga pada umumnya tidak dapat ditentukan ukurannya Sutoyoso, 2009. Universitas Sumatera Utara

2.1.2 Citra Digital

Citra digital adalah citra yang terdiri dari sinyal–sinyal frekuensi elektromagnetis yang sudah di-sampling sehingga dapat ditentukan ukuran titik gambar tersebut yang pada umumnya disebut piksel. Untuk menyatakan citra image secara matematis, dapat didefinisikan fungsi fx,y di mana x dan y menyatakan suatu posisi dalam koordinat dua dimensi dan nilai f pada titik x,y adalah nilai yang menunjukkan warna citra pada titik tersebut. Contoh indeks baris dan kolom x,y dari sebuah piksel dinyatakan dalam bilangan bulat. Piksel 0,0 terletak pada sudut kiri atas pada citra, indeks x bergerak ke kanan dan indeks y bergerak ke bawah Sutoyono, 2009. Citra digital sebagai fungsi dua variabel f x,y, dimana x dan y adalah koordinat spasial dan nilai f x,y adalah intensitas citra pada koordinat tersebut, hal tersebut dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut. Gambar 2.1 Citra Digital Berbentuk Grayscale 150 x 150 Piksel Secara matematis fungsi intensitas cahaya pada bidang dua dimensi dapat dinyatakan dengan , y x f , dimana : x,y : koordinat pada bidang dua dimensi Universitas Sumatera Utara fx,y : intensitas cahaya brightness pada titik x,y Sistem koordinat yang digunakan adalah sistem koordinat kartesius, dimana sumbu horizontal dinyatakan sebagai sumbu-X dan sumbu vertikal dinyatakan sebagai sumbu-Y. Dengan anggapan bahwa, cahaya merupakan energi, maka intensitas cahaya memiliki nilai pada interval 0 sampai tak terhingga, atau dituliskan sebagai: ∞ ≤ , y x f Sedangkan nilai dari , y x f sebenarnya diperoleh dari hasil kali antara , y x i dan , y x r , dimana: 1. ix,y adalah jumlah cahaya yang berasal dari sumbernya illumination, nilainya dari 0 nol sampai tak terhingga 2. rx,y adalah derajat kemampuan objek memantulkan cahaya reflection, dimana nilainya dari 0 sampai 1. Citra digital terdiri dari sinyal-sinyal frekuensi elektromagnetis yang sudah di sampling, dan ukuran piksel dari citra tersebut sudah dapat ditentukan. Sampling merupakan proses pembentukan citra digital dari citra analog. Suatu citra yang dicetak diatas kertas disebut denga citra analog, jika citra analog tersebut di-scan dengan alat scanner maka akan menjadi citra digital. Dengan demikian, scanner merupakan alat sampling. Proses pembentukan citra digital dari citra analog diperlihatkan pada gambar 2.2. Citra Analog Citra Digital Proses digitasi scanning, sampling Gambar 2.2 Pembentukan citra digital dari citra analog Citra sebagai keluaran suatu sistem perekaman data dapat bersifat optik berupa foto, bersifat analog berupa sinyal-sinyal video seperti gambar pada monitor televisi, atau bersifat digital yang dapat langsung disimpan pada suatu Universitas Sumatera Utara pita magnetik. Menurut presisi yang digunakan untuk menyatakan titik-titik koodinat pada domain spasial atau bidang dan untuk menyatakan nilai keabuan atau warna suatu citra, maka secara teoritis citra dapat dikelompokkan ke dalam empat kelas citra yaitu citra kontinu-kontinu, kontinu-diskrit, diskrit-kontinu, dan diskrit-diskrit. Label pertama menyatakan presisi dari titik-titik koordinat pada bidang citra dan label kedua menyatakan presisi nilai keabuan atau warna. Kontinu dinyatakan dengan presisi angka tak terhingga sedangkan diskrit dinyatakan dengan presisi angka terhingga. Komputer digital bekerja dengan angka-angka presisi terhingga, dengan demikian hanya citra dari kelas dikrit-diskrit yang dapat diolah dengan komputer. Citra dari kelas tersebut lebih dikenal dengan citra digital.

2.1.3 Representasi Citra Digital

Semua citra dalam sistem komputer perlu dikodekan menggunakan sistem simbol diskrit. Sebuah citra digital ax,y yang diuraikan dalam sebuah ruang diskrit dua dimensi diperoleh dari sebuah citra analog dalam sebuah ruang kontinu melalui proses sampling ataupun digitasi. Sebuah citra digital dapat dianggap suatu matriks di mana baris dan kolomnya menunjukkan sebuah titik pada citra dan nilai elemen matriks menunjukkan warna pada titik tersebut. Elemen dari array digital tersebut disebut piksel atau picture elements pixels. Citra analog dibagi dalam N baris dan M kolom sehingga diperoleh citra digital ax,y dengan memberikan nilai diskrit bagi setiap titik. Pada umumnya, citra digital yang direpresentasikan dengan ax,y merupakan sebuah fungsi dari banyak variabel yang mencakup kedalaman depth z, warna color λ, dan waktu time t atau dengan kata lain, representasi citra digital yang sebenarnya dilambangkan dengan ax,y,z, λ,t. Universitas Sumatera Utara Untuk mengubah citra yang bersifat kontinu menjadi citra digital diperlukan proses sampling yaitu proses pembentukan titik-titik gambar digital dari citra analog secara horizontal dan vertikal, sehingga diperoleh gambar dalam bentuk array dua dimensi. Gambar analog yang discan dengan alat scanner disebut dengan gambar digital. Scanner itu sendiri adalah merupakan alat sampling. Pembagian suatu gambar menjadi sejumlah piksel dengan ukuran tertentu ini akan menentukan resolusi spasial yang diperoleh. Semakin tinggi resolusi yang diperoleh, yang berarti semakin kecil ukuran pikselnya, maka semakin halus gambar yang diperoleh, karena informasi yang hilang akibat pengelompokan, tingkat keabuan pada proses pembuatan kisi-kisi akan semakin kecil. Proses yang diperlukan selanjutnya dalam konversi tersebut diatas adalah proses kuantisasi. Dalam proses ini tingkat keabuan setiap piksel dinyatakan dengan suatu harga integer. Batas-batas harga integer atau besarnya daerah tingkat keabuan yang digunakan untuk menyatakan tingkat keabuan piksel akan menentukan resolusi kecerahan dari gambar yang diperoleh. Kalau digunakan tiga bit untuk menyimpan harga integer tersebut, maka akan diperoleh sebanyak delapan tingkat keabuan. Makin besar jumlah tingkat keabuan yang digunakan makin baik gambar yang diperoleh, karena tingkat kontinuitas dari tingkat keabuan akan semakin tinggi sehingga mendekati citra aslinya. Seluruh tahapan proses konversi diatas dikenal sebagai konversi analog ke digital, yang biasanya akan menyimpan hasil prosesnya pada memori citra. Sebaliknya sebagai hasil suatu proses pengolahan citra digital, kadang-kadang perlu mengeluarkan gambar dari memori citra ke bentuk peragaan pada monitor, televisi, atau ke bentuk cetak foto. Proses konversi kebalikan ini dikenal sebagai konversi digital ke analog. Resolusi gambar dikatakan sebagai bilangan piksel yang terkandung dalam suatu citra digital. Pada resolusi tinggi, keterperincian data lebih nyata dan tajam. Pada citra dengan resolusi rendah, piksel-piksel individu akan jelas kelihatan. Universitas Sumatera Utara Citra hitam putih adalah citra yang menggunakan 1 bit bagi perwakilan hitam putih di mana 0 bagi hitam dan 1 bagi putih bagi satu piksel dikenali sebagai binary image. Suatu citra hitam putih yang diwakili dengan beberapa nilai kekuatan cahaya berlainan dari hitam hingga putih dikenali sebagai grayscale image. Salah satu sistem yang digunakan untuk mewakili gambar yaitu sistem warna RGB Red, Green, Blue. Sistem RGB adalah sistem yang menggabungkan warna primer gabungan additive primary colours untuk memperoleh gabungan- gabungan warna. Berikut ini adalah tabel warna yang merupakan gabungan warna primer. Tabel 2.1 Kode Warna Warna Red Green Blue Black Blue 255 Green 255 Red 255 Cyan Green + Blue 255 255 Magenta Red + Blue 255 255 Yellow Red + Green 255 255 White Red + Green + Blue 255 255 255

2.2 Format Citra

Untuk menyimpan foto dan citra digunakan format citra layar kuadratis berbentuk kotak yang terdiri atas titik-titik citra kecil yang disebut dengan piksel pixel. Piksel disebut juga dengan dot. Piksel berbentuk bujur sangkar dengan ukuran relatif kecil. Banyaknya piksel tiap satuan luas tergantung pada resolusi yang digunakan. Keanekaragaman warna piksel tergantung pada bit depth yang Universitas Sumatera Utara dipakai. Semakin banyak jumlah piksel tiap satu satuan luas, semakin baik kualitas citra yang dihasilkan dan tentu akan semakin besar ukuran filenya. Resolusi adalah jumlah piksel per satuan luas yang ada suatu citra. Satuan piksel yang sering dipakai adalah dpi dot per inch atau ppi piksel per inch. Satuan dpi menentukan jumlah piksel yang ada setiap satu satuan luas. Dalam hal ini adalah satu inch kuadrat. Resolusi sangat berpengaruh pada detil dan perhitungan citranya. Jika suatu citra dengan luas 1 inch kuadrat dan jumlah dot adalah 60 x 60 yang berarti mempunyai resolusi 3600 dpi diperbesar menjadi 10 inch maka jumlah piksel tetap 3600 dpi, tetapi resolusinya berubah menjadi 3600:10 = 360 dpi. Hal ini mengakibatkan citra menjadi kabur dan kasar. Bit Depth kedalaman warna sering disebut dengan pixel depth atau color depth. Bit Depth menentukan berapa banyak informasi warna yang tersedia untuk ditampilkandicetak dalam setiap piksel. Semakin besar nilainya semakin bagus kualitas citra yang dihasilkan. Tentu ukurannya juga semakin besar. Misalkan suatu citra mempunyai bit depth = 1. Ini berarti hanya ada 2 kemungkinan warna 2 1 =2 yang ada pada citra tersebut yaitu hitam dan putih. Bit depth = 24 berarti mempunyai kemungkinan warna 2 24 =16 juta warna. Bersama ukuran citra dan kedalaman warna, resolusi menentukan besarnya ukuran file grafik. Sebuah format grafik harus mampu menyatukan kualitas citra, ukuran file dan kompatibilitas dengan berbagai aplikasi. Saat ini tersedia ratusan format grafik dan format baru terus dikembangkan. Setiap program pengolah citrapun biasanya memiliki format citra sendiri.

2.3 Steganografi