Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kecamatan Banyubiru merupakan salah satu kecamatan yang diwaspadai oleh Pemerintah Kabupaten Semarang sebagai kawasan rawan longsor. Menurut Kasi Perlindungan Masyarakat, Badan Kesatuan Bangsa Politik dan Perlindungan Masyarakat Kabupaten Semarang terdapat dua kecamatan Kabupaten Semarang yang rawan bencana longsor yaitu salah satunya Kecamatan Banyubiru. Kejadian longsor sering terjadi di daerah ini. Berdasarkan data dari kecamatan, selama tahun 2003 sampai 2010 sedikitnya terdapat 15 kejadian longsor yang tersebar di Desa Tegaron, Desa Kemambang, Desa Wirogomo, dan Desa Sepakung. Lokasi, waktu dan kerugian akibat kejadian bencana longsor dapat dilihat pada Tabel 1. Tanah longsor yang terjadi di desa-desa tersebut memiliki faktor kesamaan yaitu kemiringan lereng yang terjal 20- 40, terjadi pada bulan-bulan dengan curah hujan tinggi yaitu sekitar bulan Desember sampai Januari 2000-3000 mmth. Kondisi berbeda pada kejadian longsor yang terjadi di desa Rowoboni yang lebih diakibatkan oleh aktifitas manusia yaitu aktifitas penambangan batu. Daerah ini memang dijadikan salah satu daerah pertambangan batu dengan cara galian. Secara keseluruhan, karakteristik lokasi yang terjadi tanah longsor, memiliki kesamaan dengan desa-desa lain di Kecamatan Banyubiru. 2 Kecamatan Banyubiru terletak di lereng gunung Telomoyo di sebelah selatan danau Rawa Pening. Morfologi lahan berbukit terjal berada pada sisi bagian selatan kecamatan Banyubiru. Kemiringan lereng yang terdapat pada wilayah ini bervariasi dari landai 0-8 sampai terjal 40. Di wilayah ini sering sekali dijumpai rekahan-rekahan tanah dan longsoran-longsoran kecil, terutama pada musim penghujan. Berdasarkan data yang diperoleh dai Bappeda Kab. Semarang, curah hujan di kecamatan Banyubiru juga tergolong tinggi dengan rata-rata 2500-3000 mmth. Tabel 1. Data Kejadian Bencana Tahun 2003-2010 No Desa Dusun Waktu Kejadian Kerugian 1 Tegaron Krajan tahun 2006 2 Tegaron Karang Bawang 26-Mei-09 Jalan poros rusak dan 2 rumah rusak sedang 3 Kemambang Sodong 26-Feb-09 1 rumah rusak sedang 4 Wirogomo Jeruk Wangi 04-Mar-09 Jalan poros desa tertimbun 5 Kendal Duwur 04-Mar-09 2 runah rusak ringan dan berat 6 Kebondowo Jrakah 01-Feb-10 Jalan desa tertutup 7 Sepakung Srandil 21-Mar-10 1 rumah rusak berat 8 Nglimut 21-Mar-10 1 rumah rusak berat 9 Watulawang 21-Mar-10 1 rumah rusak berat 10 Batur 21-Mar-10 Saluran irigasi tertutup 11 Sepakung Wetan 05-Feb-10 1 rumah rusak ringan 12 Wirogomo Jeruk Wangi 21-Mar-10 2 runah rusak ringan dan talud ambrol 13 Wirogomo Tengah 29-Mar-10 Saluran irigasi ambrol 14 Pule 14-Jun-10 Talud ambrol 15 Wirogomo lor 17-Nop-10 1 rumah rusak berat Selain kondisi fisik yang berpotensi longsor, faktor-faktor yang berhubungan dengan manusia juga berpengaruh pada tingkat kerawanan Sumber: Database Kecamatan Banyubiru tahun 2010,2009,dan 2005 3 longsor, seperti kejadian longsor yang terjadi di Desa Kebondowo yang diakibatkan oleh penambangan batu. Faktor yang berhungan dengan manusia ini terutama pada kontak atau hubungan manusia dengan lingkungannya. Bentuk-bentuk hubungan manusia seperti bagaimana pemanfaatan lahan cara-cara pengelolaan lahan tersebut. Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Pemalijratun, dalam situsnya menuliskan bahwa kondisi hutan di kecamatan Banyubiru di bagian atas telah terganggu oleh tegalan. Kawasan hutan hanya memiliki luas 0,003 Ha, dimana merupakan jenis penggunaan lahan yang paling kecil. Jenis penggunaan lahan terbesar adalah sebagai kebun 2286,550 Ha, sawah irigasi 972,263 Ha, pemukiman 574,056 Ha, sawah tadah hujan 437,303 Ha, tegalan 370,869 Ha, dan semak belukar 177,106 Ha. Faktor kondisi fisik dengan lereng yang terjal dan curah hujan yang mencapai 3000 mmtahun, serta pemanfaatan lahan yang ada khususnya pada bagian selatan sangat memungkinkan terjadinya longsor sehingga merupakan daerah rawan potensi terjadinya longsoran yang dapat meinmbulkan kerugian baik jiwa maupun meteri yang besar pada sewaktu- waktu. Untuk itu penelitian mengenai kawasan bahaya longsor di Kecamatan Banyubiru sangat diperlukan untuk meminimalisasi kerugian yang ditimbulkan oleh longsoran. Berdasarkan karakteristik fisik dan sosial, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “IDENTIFIKASI KAWASAN RAWAN BENCANA LONGSOR DI KECAMATAN BANYUBIRU, KABUPATEN SEMARANG”. 4

B. Rumusan Masalah