pemanfaatan sumber daya dan penataan sosial ekonomi. Keterpaduan ini menjamin bahwa isu-isu relevan yang muncul dari hubungan secara fisik-biologi,
sosial dan ekonomi ditangani secara cukup. Keterpaduan ini membutuhkan berbagai ketersediaan informasi yang dibutuhkan dalam pengelolaan sumberdaya
pesisir, seperti pada Tabel 2.
2.3.6. Keterpaduan fungsional
Keterpaduan fungsional berkaitan dengan hubungan antara berbagai kegiatan pengelolaan seperti konfirmasi antara program dan proyek dengan tujuan
dan sasarannya. Keterpaduan ini juga mengupayakan tidak terjadinya duplikasi diantara lembaga yang terlibat, tetapi saling melengkapi. Penyusunan zonasi
pesisir yang mengalokasikan pemanfaatan sumberdaya secara spesifik merupakan salah satu bentuk efektif dari keterpaduan fungsional.
Tabel 2. Kebutuhan informasi untuk pengelolaan pesisir
Biologi Jenis dari luas ekosistem; produktifitas primer;
keanekaragaman dan kelimpahan spesies Daerah pemijah nursery ground; Siklus hudup
Fisik Geologi; Suhu; Salinitas; Nutrien; Pasang Surut; Arus;
dan Permukaan Laut; Distribusi dan Jenis Sedimen ; Erosi
Sosial-Ekonomi Distribusi dan pertumbuhan penduduk; aktivitas
ekonomi; Pemanfaatan lahan Hukum dan Kelembagaan
Sistem pemilikan lahan; Hukum dan peraturan yang relevan; Tanggung Jawab Lembaga-lembaga;
Pemanfaatan sumberdaya manusia
2.3.7. Keterpaduan kebijakan
Keterpaduan kebijakan sangat esensial untuk menjamin konsistensi dari program pengelolaan pesisir terpadu dalam konteks kebijakan pemerinah pusat
dan daerah serta untuk memelihara koordinasi. Tujuan akhir adalah mengintegrasikan program pengelolaan pesisir secara terpadu ke dalam rencana
pembangunan ekonomi dan strategi penyuluhan pesisir harus dapat merupakan perubahan yang terjadi di wilayah pesisir dan konsisten dengan tujuan
pembangunan ekonomi nasional. Untuk mewujudkan pengelolaan terpadu, lembaga–lembaga yang terkait
dalam pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir dan lautan harus mengetahui kegiatan apa saja yang dapat dan tidak dapat dipadukan, dan bagaimana cara
memadukannya Aunuddin et al. 2001. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa dua kegiatan atau lebih dapat
dipadukan apabila memenuhi azaz kompatibilitas. Azaz kompatibilitas ini terdiri dari 3 macam, yaitu complete compability, partial compability dan incompability.
Complete Compability terjadi apabila dua kegiatan atau lebih dapat berlangsung
bersaman dalam ruang dan waktu yang sama misalnya,kegiatan silvofisheries. Partial compability
terjadi apabila dua kegiatan atau lebih dapat dilakukan secara berurutan dalam ruang yang sama, namun dalam waktu yang berbeda misalnya
sesudah tanam padi kemudian tanam kacang . Incompatibility terjadi apabila dua kegiatan tidak dapat dilakukan secara bersamaan atau berurutan dalam ruang yang
sama Nirarita et al. 1996.
Kegiatan–kegiatan yang mudah dipadukan adalah kegiatan yang bersifat jasa services seperti pembuatan rencana dan program yang sama. Kegiatan yang
agak sulit dipadukan adalah kegiatan untuk membuat atau merumuskan aturan main bersama norm creation, sedang yang sulit dipadukan adalah kegiatan yang
berkaitan dengan implementasi dari aturan main yang telah disepakati bersama dan pengawasannya implementation and rules observance. Apabila tingkat
kesulitan tersebut diterapkan dalam pengelolaan sumberdaya, maka akan terlihat bahwa perencanaan termasuk katagori mudah, penataan agak sulit, sedangkan
pelaksanaan dan pengawasan adalah yang paling sulit dari seluruh kegiatan Aunuddin et al. 2001.
Dari sudut struktur hukum, menurut Supriharyono 2000 hal–hal yang dapat dipadukan, yaitu yang dapat diidentifikasikan atau dicari dari aspek tujuan,
strategi untuk mencapai tujuan dan pedoman pelaksanaan strategi.dengan demikian dapat dipahami bahwa peraturan perundang–undangan yang mengatur
perencanaan, penataan, pemanfaatan dan pengawasan dalam pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir dan lautan dapat dilaksanakan secara terpadu.
Pengelolaan sumberdaya secara terpadu tersebut menurut Pomeroy 1994 juga merupakan keterpaduan dari resource based management, community based
management dan marketing based management . Resource based management
adalah pengelolaan yang didasarkan pada kemampuan sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan sumberdaya budaya. Community based management
adalah pengelolaan yang didasarkan pada kemampuan masyarakat. Marketing
based management adalah pengelolaan yang didasarkan pada kemampuan dalam
memanfaatkan basis – basis kompetisi seperti sumberdaya, peraturan perundang– undangan dan kelembagaan basis for competition ,memanfaatkan peluang pasar
seperti sorting, grading dan processing How to compete dan kemampuan bersaing dengan para pesaing di pasar dalam negeri maupun luar negeri where to
compete .
Keberhasilan dalam melaksanakan resource based dan community based management
secara terpadu merupakan basis yang kuat untuk melakukan kompetisi, sedang how to compete akan mempengaruhi pilihan tentang jenis,
jumlah dan mutu produk yang dihasilkan agar sesuai dengan permintaan pasar, serta where to compete akan mempengaruhi strategi pemasaran yang akan
dilaksanakan. Kesemuanya ini harus di dukung dengan peraturan perundang– undangan dan kemapuan kelembagaan yang memadai.
2.4. Kebijakan pembangunan wilayah pesisir dan lautan