4. Aspek Hukum dan Kelembagaan. Pengaturan hukum dan kelembagaan dalam pemanfaatan sumberdaya pesisir dan lautan pada dasarnya merupakan sarana
penunjang bagi kebijakan nasional. Satu aspek lagi yang perlu ditekankan bahwa penyelenggaraan pembangunan
pesisir harus dilaksanakan dalam konteks desentralisasi kewenangan, dengan semangat menciptakan lebih banyak keleluasaan pada pemerintah daerah dan
masyarakat lokal untuk menentukan prioritas-prioritas pembangunannya guna mendorong dan menumbuhkembangkan pembangunan daerah.
2.2.4. Sumberdaya wilayah pesisir
Meskipun terdapat beragam definisi wilayah pesisir, dalam konteks pengelolaan wilayah pesisir dapat di definisikan sebagai pertemuan antara daratan
dan lautan dengan dinamika yang sangat tinggi Kay and Alder 1999. Dari sisi bentukannya, wilayah pesisir memiliki dua fungsi, yaitu : sebagai struktur yang
menahan ombak dan gelombang dan sebagai tempat penyimpanan sedimen..Tingkat Interaksi antara daratan dan lautan berbeda-beda di wilayah pesisir. Tingkat interaksi
yang tinggi ada pada daerah pantai, rawa pesisir, mangrove dan terumbu karang tepi. Yang lebih rendah tingkat interaksinya adalah wilayah yang lebih ke arah daratan
seperti sungai dan estuarianya. Meskipun demikian, kedua tingkat interaksi ini mempengaruhi morfologi serta ekosistem wilayah pesisir Kay and Alder 1999.
Karakteristik sumberdaya dan keruangan wilayah pesisir merupakan atraksi yang kuat bagi manusia untuk memanfaatkan di wilayah tersebut. Tekanan populasi
manusia di wilayah pesisir merupakan salah satu ancaman yang terbesar bagi tercapainya suatu pembangunan yang berkelanjutan Aguero and Flores
1996.Meningkatnya populasi manusia memiliki implikasi yang penting bagi ketersediaan sumberdaya alam. Di satu sisi permintaan terhadap sumberdaya alam,
termasuk sumberdaya pesisir terus meningkat. Di pihak lain sumberdaya pesisir mengalami penurunan yang pesat ditinjau dari segi kualitas maupun kuantitas sejalan
dengan ekstraksi sumberdaya yang semakin kuat intensitasnya dan makin meluas ekstensitasnya Vitousek et al. 1997
Dengan tekanan yang demikian besar, diperlukan suatu pendekatan yang sifatnya integratif yang mencakup aspek keruangan di samping prinsip-prinsip sistem
ekologi yang menjadi dasar pengelolaan. Suatu pendekatan yang berfokus secara eksplisit pada hubungan keruangan dan dinamika dari suatu bentang alam, dalam hal
ini wilayah pesisir, dapat digunakan dalam pengelolaan yang terpadu. Dapat disimpulkan bahwa wilayah pesisir merupakan suatu wilayah yang unik
dan merupakan peralihan daratan dan lautan econote. Wilayah pesisir dipengaruhi oleh dua regim yang berbeda yaitu daratan dan lautan sehingga pesisir memiliki
karakter yang sangat spesifik. Karakter ini berkaitan dengan proses sumberdaya dan pemanfaatannya. Dari berbagai definisi yang ada, dapat disimpulkan bahwa wilayah
pesisir memiliki karakter sebagai berikut : 1. Memiliki produktivitas yang tinggi dan bersamaan dengan itu memiliki
kerentanan dalam keseimbangan ekosistemnya. 2. Memiliki beragam fungsi dan proses, yaitu fungsi hidrologis, geofisik, bio fisik
dan ekologis. 3. Menampung beragam pengguna
4. Memiliki beragam tema Lebih jauh, karena struktur, fungsi, serta perubahan yang ada di dalamnya, wilayah
pesisir memiliki karakter ”open access” yang inheren, sehingga sumberdaya wilayah pesisir mensyaratkan kehati-hatian dalam pengelolaannya.
2.2.5. Dinamika wilayah pesisir