Pengertian Filsafat Hukum PEMBAHASAN

c. MenurutAl Farabi wafat 950 M,filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang alam maujud yang bertujuan menyelidiki hakikat yang sebenarnya. d. MenurutD.C. Mulder, filsafat adalah cara berfikir secara ilmiah. Sedangkan cara berfikir ilmiah mempunyai sifat-sifat sebagai berikut: menentukan sasaran pemikiran tertentu, bertanya terus sampai batas terakhir sedalam-dalamnya radikal, selalu mempertanggungjawabkan dengan bukti-bukti, sistematik. Harun Nasution mengatakan bahwa intisari filsafat adalah berfikir menurut tata tertib logika dengan bebas tidak terikat pada tradisi dogma dan agama dan dengan sedalam- dalamnya sehingga sampai ke dasar-dasar persoalan Intisari filsafat ialah berfikir secara mendalam tentang sesuatu, mengetahui apa, bagaimana, mengapa, dan nilai-nilai dari seseuatu itu. Intisari hikmah memahami wahyu secara mendalam dengan yang ada pada diri manusia sehingga mendorong orang yang mengetahuinya untuk beramal dan bertindak sesuai dengan pengetahuannya itu. Secara umum filsafat mempunyai dua tugas, antara lain: 1. Tugas kritis, adalah tugas filsafat untuk membantu pencegahan klaim kebenaran, dominasi, dan hegemoni kebenaran tertentu, juga meningkatkan ketidaksempurnaan kemanusiaan kita yang akan membawa kita pada kerendahhatian. Tugas kritis filsafat ditandai dengan adanya pertanayan filosofis, jadi tugas kritis adalah tugas yang mencoba mempertanaykan kembali ukuran-ukuran penilaian yang kita gunakan bahkan mempertanaykan kita sebagai subjek yang mengeluarkan penilaian. 2. Tugas konstruktif, adalah bahwa filsafat mencoba untuk menyusun sebuah gambar besar dari semesta realitas yang kita hadapi di mana setiap unusur yang kita ketahui tadi yang sebellumnya seperti teka-teki bagi kita, kita susun dalam gambar tersebut sehingga setiap unsur tersebut menempati tempat yang tepat dalam gambar yang kita susun tersebut. Tugas konstruktif ditandai dengan proposi-proposi atau pernyatan-pernyataan yang berisi simpulan atau tesis atau jawaban atas maslaah yang dimunculkan dalam pertanyaan- pertanyaan.

C. Pengertian Filsafat Hukum

14 Filsafat hukum adalah cabang filsafat yang membicarakan apa hakekat hukum itu, apa tujuannya, mengapa dia ada dan mengapa orang harus tunduk kepada hukum. Disamping menjawab pertanyaan masalah-masalah umum abstrak tersebut, filsafat hukum juga membahas soal-soal kongkret mengenai hubungan antara hukum dan moral etika dan masalah keabsahan berbagai macam lembaga hukum. Kemudian lebih mengerucut lagi adalah filsafat hukum, yaitu ilmu yang mempelajari hukum secara filosofi, yang dikaji secara luas dan mendalam sampai kepada inti atau dasarnya yang disebut degna hakikat, dan tujuan mempelajari filsafat hukum untuk memperluas cakrawala pandang sehingga daapt memehami dan menkaji dengan kritis atas hukum dan diharapkan akan menunbuhkan sikap kritis sehingga mampu menilai dan menerapkan kaidah-kaidah hukum. Filsafat ini berpengaruh terhadap pembentukan kaidah hukum sebagai hukum in abstracto. Filsafat hukum bertolak dari manusia cerdas sebagai “Subjek Hukum” dunia hukum hanya ada dalam dunia manusia. Filsafat hukum tak lepas dari manusia selaku subjek hukum maupun subjek filsafat, sebaba manusia membutuhkan hukum dan hanaya manusia yang mampu berfilsafat. Kepeloporan manusia inilah yang menjadi jalan untuk mencari keadilan dan kebenaran sesuai dengan peraturan yang berlaku dan mengukur apakah sesuatu itu adil, benar, dan sah. Filsafat hukum yang diterjemahkan dari kata Jurisprudence yang merupakan khasanah bahasa latin. Jurisprudence sebenarnya harus ditulis Iurisprudens, dalam bahasa Latin terdiri dari dua kata yaitu Iuris dan Prudens. Iuris berasal dari kata Ius yang dapat diterjemahkan sebagai Adil, makna kata ini juga dapat diterjemahkan pula sebagai benar kenenaran. Dalam bahasa Sankrit Sanksekerta kata ini memilikki padanan yaitu yoh yang berarti sehat kesehatan, mirip dengan bahasa Ibrani yang berarti yod sumber cahaya. Bahasa Persia dalam tradisi Zoroastrian, yaozdaditi yang berarti yang murni telah dimurnikan. Selain Ius kita juga mengenal Lex. Arti kata ini adalah peraturan perundang-undangan, dalam bahasa Perancis kita menemukan Droit untuk Ius dan Loi untuk Lex. Dalam German ada Recht untuk Ius dan Gesetz untuk Lex. Kata yang kedua adalah Prudens ntis yang berarti kebijaksanaan dalam artian pemahaman akan praksis kehidupan kearifan dalam laku. Prudens 15 membuat kita menjadi arif dalam menjalani hidup, hidup kita dikendalikan oleh keutamaan. Prudens adalah kebijakan yang tertinggi. Dengan demikian, maka Jurisprudens adalah praksis hidup yang adil dan benar. Dalam ilmu hukum Indonesia kata Jurisprudens diterjemahkan sebagai disiplin hukum atau ajaran hukum. Sebagai sebuah ajaran, maka ia menjadi ilmu yang mengorientasikan seseorang pada keahlian praktis terutama dibandingkan teoretis. Hubungannya dengan filsafat. Jurisprudensi adalah filsafat, teteapi filsafat yang mengarahkan seseorang untuk menjadi arif prudens dalam praksis hidup yang faktanya hukum hidup dalam praksis hidup tersebut dalam kerangka bermasyarakat. Maka sering jkali jurisprudence atau filsafat hukum lekat dengan etika , karena keduanya dsama-sama ingin menjawab pertanayan “Apa yang harus kita lakukan”. Secara historis, filsafat hukum pada mulanya dipelajari dalam perenungna-perenungan yang abstrak sifatnya. Perenungan filosofis ini dirintis oleh tooh-tokoh filsaafat Yunani Kuno, seperti Aristoteles, Plato, dan lainnya. Namun semenjak menguat nya pengaruh kekuasaan bangsa Romawi yang menyebarluaskan teks-teks hukumnya ke seluruh penjuru Eropa, ditambah lagi dengan dibentuknya sekolah-sekolah hukum di kaawasan itu studi mengenai hukum mulai mengalami perubahan, baik secara epistemologi maupun metodologis. Perubahan yang paling menyolok adalah hukum tidak lagi dikaji sebagai perenungan refleksi, karena hukum dilihat dalam kerangka yang lebih praktis. Hukum tidak lagi bersifat abstrak, ia menjadi konkret dalam kedeks hukum kitab hukum. Cara berfikir praktis bangsa Romawi ini yang merubah seluruh tatanan kailmuan dari hukum, termasuk filsafat hukum. Pengaruh sifat praktis ini awalnya terjadi ketika, filsafat yang dianggap bernuansa abstrak dan karena itu tidak bermanfaat bagi kebanyakan orang, bahkan hanya melelahkan pikiran kita saja, mulai ditinggalkan. Para pemikir hukum mulai berpindah untuk menguasai ilmu tentang keterampilan hukum, yang amat teknis sifatnya, yakni Ilmu Hukum. Namun, karena keketatan metodologis yang juga dianggap sama melelahkannya membuat para pemikir hukum saat itu mencari jalan tengah, yaitu berupa lahitrnya cabgn baru dalam pemikiran huum yakni teori Ilmu Hukum atau dikenal juga dengan istilah Jurisprudence. 16 Teori hukum sebagai perkembangan lebih lanjut dari ajaranh hukum umum, yang berkembang di Eropa Kontinental merupakan cabang pengetahuan hukum yang dapat digolongkan sebagi “filsafat” dalam bidang hukum. Tetapi, karena ada sifat praktisnya maka ia daapt disebut sebagai teori. Oleh sebab itu, menurut Theo Huijbers Jurispridence dianggap sebagai filsafat hukum juga, yang mengandung sifat-sifatnya yang praktis karena tujuan utamanya memang untuk menajwab tentang apa yang seharusnya dilakukan menurut hukum. Filsafat hukum adalah induk dari disiplin yuridik, karena filsafat hukum membahas masalah-masalah yang paling fundamental yang timbul dalam hukum. Oleh karena itu orang mengatakan juga bahwa Filsafat Hukum berkenaan dengan masalah-masalah sedemikian fundamental sehingga bagi manusia tidak terpecahkan, karena masalah-masalah itu akan melampaui kemampuan berfikir manusia. Filsafat Hukum akan merupakan kegiatan yang tidak pernah berakhir, karena mencoba memberikan jawaban pada pertanyaan-pertanyaan abadi. Pertanyaan-pertanyaan itu adalah pertanyaan yang terhadapnya hanya dapat diberikan jawaban, yang menimbulkan lebih banyak pertanyaan baru. Secara kultural sistem pemikiran filsafat yang kita pelajari ini termasuk ke dalam sistem filsafat barat yang ditandai dengan adanya pembedaan dan penjarakan antara subjek manusia dan objek dunia, filsafat barat akan melihat filsafat lebih sebagai ilmu sains dibandingkan dengan filsafah hidup pandangan hidup. Mengapa filsafat barat? Karena, sistem hukum yang kita kenal di Indonesia saat ini dipengaruhi oleh filsafat barat, sedemikian hegemoniknya sehingga interpretasi terhadapnya baik itu hukum barat KUHPerdata, agama maupun adat sangat diwarnai oleh corak pemikiran barat yang sangat peduli pada bahkan mengagungkan rasionalitas pembedaan, pemisahan, dan penjarakan. Ditambah lagi kita menemukan fakta bahwa budaya hukum kita lebih peduli pada karakter legistik dari hukum positif yang ada dibandingkan dengan karakter “Substansial ketimuran” berkarakter keharmonisan dan keserasian yang mencoba mengarahkan masyarakat untuk hidup damai. Dalam filsafat hukum kita hendak berfikir reflektif tentang hukum sebagai gejala yang dipranatakan oleh manusia. Filsafat hukum hendak mencari hakikat hukum, ingin mengetahui apa yang sebenarnya ada di balik norma-norma hukum, mencari yang tersembunyi di dalam 17 hukum, menyelidiki norma hukum sebagai pertimbangan nilai dan postulat hukum, sampai pada penyelidikan tentang dasar yang terakhir. 6 Filsafat hukum juga memiliki sifat yang mendasar artinya, dalam menganalisis suatu masalah kita diajak untuk bersikap kritis dan radikal, yaitu tajam dan sampai kepada intinya, seperti objek dari filsafat hukum adalah hukum, hukum itu yang dikaji sampai pada intinya yang dinamakan hakikat. Dengan cara berfikir kritis kita diajak untuk memehami hukum tidak hanya dalam arti hukum positif semata. Orang yang hanya mempelajari hukum dalam arti positif semata tidak akan mampu memanfaatkan dan mengembangkan hukum secara baik. Apabila ia menjadi hakim, misalanya dikhawatirkan ia akan menjadi hakim “Corong undang-undang” belaka. Bila diukur dengan sifat yang mendasar, maka kemanfaatan filsafat hukum yang hendak diusahakan yakni bagaimana untuk sampai pada inti permasalahan yang sedang dikaji, sedangkan dengan sifat kritis kita dapat secara tajam melihat perkembangan kehidupan sosial secara global. Kemudian filsafat hukum juga bersifat spekulatif. Sifat ini mengajak kita untuk berpikir inovatif, selalu mencari sesuatu yang baru. Salah satu ciri orang yang berfikir radikal adalah senang kepada hal baru, tindakan spekulatif yang dimaksud adalah tindakan yang terarah, yang dapat dipertangungjawabkan secara ilmiah. Dengan berfikir spekulatif itulah hukum dapat dikembangkan kearah yang dicita-citakan bersama. Dengan demikiana, sifat ini pada filsafat hukum dimaksudkan dalam upaya manusia untuk secara memaksimalkan, mengoptimalkan pengetahuan dan ilmu yang dimiliki untuk membuka tingkap rahasia alam yang belum terungkap. Kemudian terhadap sifat filsafat hukum yang reflektif kritis. Melalui sifat ini filsafaat hukum berguna untuk membimbing kita menganalisis masalah-masalah hukum secara rasional dan kemudian mempertanyakan jawaban itu secara terus-menerus. Dapat dirumuskan bahwa, adanya sifat reflektif kritis ada pada filsafat hukum yaitu untuk melakukan evaluasi terhadap keberlakuan dan pelaksanaan aturan dalam kehidupan berorganisasi. Filsafat hukum juga memiliki sifat yang disiplin, dengan ini akan mampu menegaskan permasalahan yang ada sesuai dengan yang telah ditentukan untuk itu, hal ini berarti 6 Muhammad Erwin SH., M.HUM. Filsafat Hukum: Refleksi Kritis terhadap Hukum, Jakarta: Rajawali Pers, 2012. 18 permasalahan-permasalahan yang telah ada, sedang dan baru terjadi dapat dipilah dan ditetapkan atau digolongkan kedalam wilayah permasalahan filsafat hukum. Terjadinya suatu permasalahan yang berbentuk pelanggaran atau pun kejahatan dalam kehidupan sosial, baik yang telah, sedang dan yang baru terjadi akan dipilah untuk dapat ditetapkan dalam wilayah filsafat hukum. Ciri lain dari filsafat adalah mengejar kesempurnaan, yang beratrti filsafat hukum selalau bergerak dalam diamnya secara sistematik ataupun secara ketakteraturannya dengan menemukan, menelaah, dan menganalisis, serta mengevaluasi lalu menyusun satu bagian dengan bagian lainnya untuk kemudian dikonstruksikan ataupun didekontruksikannya menjadi suatu susunan sebagai alat untuk membuka jendela pengetahuan dengan mencari tahu rahasia alam yang ada, sehingga dapat terus mnegurangi keraguan dalam diri manusia. Filsafat kritis adalah filsafat yang memerdekakan manusia sebagai subjek yang berani untuk berfikir sendiri menjadi seorang persona juga dapat membuat manusia mampu berpartisipasi dalam hidupnya sendiri. Tidak hanya itu, filsafat kritis juga menumbuhkan kerendahhatian dalam diri tiap orang sehingga manusia tidak melulu memikirkan dirinya yang telah menjadi subjek tetapi juga memikirkan manusia-manusia lain yang telah menjadi subjek yang bersama-sama hendak bersolidaritas menjalani kehidupannya. Jadi filsafat kritis ialah filsafat yang emansipatoris dan juga partisipatif dalam dunia kehidupan manusia di dunia ini dan menjadi ladang yang subur bagi tumbuhnya filsafat hukum sebagai filsafat khusus yang kita kenal. 7 Dalam Filsafat Hukum juga dibedakan berbagai wilayah bagian, antara lain: 1. Ontologi Hukum: penelitian tentang hakiakt hukum dan hubungan antara hukum dan moral. 2. Aksiologi Hukum: penetapan isi nilai-nilai, seperti keadilan, kepatutan, persamaan, kebebasan, dan sebagainya. 3. Ideologi Hukum: pengejawantahan wawasan menyeluruh tentang manusia dan masyarakat. 7 Antonius Cahyadi dan E. Fernando M. Manullang. Pengantar ke Filsafat Hukum, Jakarta: KENCANA, 2008, hlm. 6. 19 4. Epistemologi Hukum: penelitian terhadap pertanyaan sejauh mana pengetahuan tentang “hakikat” hukum dimungkinkan. 5. Teologi Hukum: menentukan makna dan tujuan dari hukum. 6. Teori-ilmu dari hukum: ini adalah filsafat sebagai meta-teori tentang Teori Hukum dan sebagai meta-teori dari Dogmatika Hukum. 7. Logika Hukum: Penelitian tentang kaidah-kaidah berfikir yuridik dan argumentasi yuridik. Bagian ini sering dipandang sebagai suatu bidang studi tersendiri, yang telah melepaskan diri dari Filsafat Hukum. Adapun Filsafat Hukum Menurut Para Ahli :  Menurut Soetikno Filsafat hukum adalah mencari hakikat dari hukum, dia inginmengetahui apa yang ada dibelakang hukum, mencari apa yang tersembunyi di dalam hukum, dia menyelidiki kaidah- kaidah hukum sebagai pertimbangan nilai, dia memberi penjelasan mengenai nilai, postulat dasar-dasar sampai pada dasar-dasarnya, ia berusaha untuk mencapai akar-akar dari hukum.  Menurut Satjipto Raharjo Filsafat hukum mempelajari pertanyaan-pertanyaan dasar dari hukum. Pertanyaan tentang hakikat hukum, tentang dasar bagi kekuatan mengikat dari hukum, merupakan contoh-contoh pertanyaan yang bersifat mendasar itu. Atas dasar yang demikian itu, filsafat hukum bisa menggarap bahan hukum, tetapi masing-masing mengambil sudut pemahaman yang berbeda sama sekali. Ilmu hukum positif hanya berurusan dengan suatu tata hukum tertentu dan mempertanyakan konsistensi logis asa, peraturan, bidang serta system hukumnya sendiri.  Menurut Purnadi Purbacaraka dan Soerjono Soekanto Filsafat hukum adalah perenungan dan perumusan nilai-nilai, kecuali itu filsafat hukum juga mencakup penyerasian nilai-nilai, misalnya penyelesaian antara ketertiban dengan ketenteraman, antara kebendaan dan keakhlakan, dan antara kelanggengan atau konservatisme dengan pembaruan. 20  Menurut Lili Rasjidi Filsafat hukum berusaha membuat “dunia etis yang menjadi latar belakang yang tidak dapat diraba oleh panca indera” sehingga filsafat hukum menjadi ilmu normatif, seperti halnya dengan ilmu politik hukum. Filsafat hukum berusaha mencari suatu cita hukum yang dapat menjadi “dasar hukum” dan “etis” bagi berlakunya system hukum positif suatu masyarakat. Kehadiran filsafat hukum memiliki arti dan peran besar bagi eksistensi dan pengembangan ilmu-ilmu pengetahuan hukum termasuk ilmu hukum dalam masa-masa dulu hingga sekarang. Para filsuf hukum senantiasa mempertanaykan pertanyaan-pertanyaan yang pada hakikatnya adalah pertanayan yang terpenting atau pokoknya saja yangberkenaan dengna masalah hukum samapai pada akarnya. Pemikiran filsafat hukum dilakukan samapai mencapai batas marginal atau sampai pada batas kemnampuan pemikiran manusia, yang terletak pada batasa antara lingkungan empiris dan lingkungan metafisika, oleh karena itu sifat dari kedalaman pengetian filasaft hukum adalah samapai opada tindakan yang paling mendasar dan sekaligus bersifat kritis, tidak dogmatis dan tidak skeptis. Filsafat hukum ialah hasil pemikiran yang metodis, sistematis dan radikal mengenai hakikat dan fundamental dan marginal dari hukum dalam segala aspeknya, yang peninjauannya berpusat pada empat masalah pokok yaitu: 8  Hakikmat pengertian hukum  Cita dan tujuan hukum  Berlakunya hukum  Pengalaman atau pemgamalan hukum Filsafat hukum mengandung juga aspek dan momentum pandangan hidup dan dunia. Ini berarti filsafat juga mengandung pula makna praktis dan penerapan , tidak berhenti pada perenungan teoritis abstrak tentang hakikat, kebenaran, dan kearifan wisdom, baik yang 8 Prof. Dr. Teguh Prasetyo, S.H,.M.Si dan Dr. Abdul Halim Barkattullah, S.Ag., S.H., M.Hum. Filsafat Teori dan Ilmu Hukum, Jakarta: Rajawali Pers, 2013. Hlm. 6. 21 transendental kritis logis, maupun yan gtransndetal fenomenologis, tetapi sekaligus mengandung karsa dan dorongan semagnat menghadapi, mengulangi, dan mencari jalan keluar dari tantangan dalam kehidupan. Filsafaf hukum juga mempunyai nilai abstraksi yang sangat tinggi, yang merupakan suatu teori payung grand thoery, tidak dapat digunakan secara langsung sebagai suatu landasan teorikan suatu pemecahan masalah-masalah hukum yang aktual. Filsafat hukum merupakan bagian khusus dari filsafat pada umumnya, maka berarti filsafat hukum hanay mempelajari hukum secara khusus, sehingga hal-hal nonhukum menjadi tidak relevan dalam pengkajian filsafat hukum. Secara sederhana dapat dikatan bahwa filsafat hukum adalah cabagn filsafat, yaitu filsafat tingkahlaku atau etika, yang mempelajari hakikat hukum. Dengan pertkataan lain, filsafat hukum adalah ilmu yang mempelajari hukum secara filosifis, jadi objek filsafat hukum adalah hukum dan objek tersebut dikaji secara mendalamsamapai kepada inti atau dasarnya, yang disebut hakikat. 9

D. Pengertian Hukum dan Filsafat Hukum dalam Islam