Gagasan TerajuTesis
I.5. Gagasan TerajuTesis
Dengan demikian, Accor muncul sebagai kekuatan dominan industri perhotelan internasional di Indonesia bukan semata-mata karena konsekuensi dari kekuatan jaringan
globalnya, tetapi karena Accor melengkapi jaringan globalnya yang kuat dengan upaya diferensiasi dan glokalisasi strategis. Meski jaringan hotel Accor lebih sering diasosiasi- kan dengan network internasional yang kuat, kesuksesannya di Indonesia muncul bukan semata-mata karena keunggulan networknya. Sebaliknya kesuksesan Accor lebih jauh merupakan buah dari kecerdikan manajemen Accor dalam melengkapi keunggulan net- work dengan serangkaian upaya glokalisasi strategis pada tingkatan glocalisation of accessories, glocalisation of ambience, hingga glocalisation of service. Strategi glokal- isasi ini tidak hanya yang membuat Accor berbeda dengan jaringan hotel internasional la- in di Indonesia, tetapi juga menjelaskan mengapa di antara banyak hotel internasional de- ngan jaringan global yang kuat, Accor mampu bertahan sebagai kekuatan yang paling do- minan. Dalam hal ini bukan berarti network internasional tidak penting bagi Accor. Net- work tetap merupakan kelebihan yang menjadikan Accor lebih unggul dibandingkan de- ngan hotel tanpa jaringan internasional kuat, tetapi dalam persaingan dengan sesama ho- tel berjaringan kuat atau dalam persaingan antar sesama hotel Accor, keunggulan secara umum tidak ditentukan oleh faktor network melainkan diferensiasi dan glokalisasi.
I.6 Metodologi Penelitian
I.6.1. Konseptualisasi
Konseptualisasi adalah penjelasan konsep serta penggunaaannya pada penelitian. Definisi konseptual berfungsi untuk mendefinisikan suatu konstruk dengan menggunakan konstruk-konstruk lain. Sedangkan definisi operasional merupakan definisi yang menya- Konseptualisasi adalah penjelasan konsep serta penggunaaannya pada penelitian. Definisi konseptual berfungsi untuk mendefinisikan suatu konstruk dengan menggunakan konstruk-konstruk lain. Sedangkan definisi operasional merupakan definisi yang menya-
cakup bukan hanya elaborasi konsep globalisasi ke glokalisasi, inovasi lokal, competitive
advantage, dan penguasaan pasar, tetapi juga mencakup operasionalisasi masing-ma- singnya dalam penelitian ini.
I.6.1.1. Globalisasi ke Glokalisasi
Definisi globalisasi adalah penyebaran kebiasaan-kebiasaan yang mendunia, eks- pansi hubungan yang melintasi benua, organisasi dari kehidupan sosial pada skala global,
dan pertumbuhan dari kesadaran global bersama. 56 Ada beberapa perhatian dalam kajian globalisasi, antara lain: pertama, hubungan globalisasi dengan politik. Politik mendapat
fokus utama dalam isu globalisasi sebagai international governance, masa depan demo- krasi lokal, dan negara (serta peran dari entitas politik lainnya). Globalisasi membawa pe- ngaruh pada pembentukan tipe kota baru yaitu kota global. Kedua, hubungan globalisasi dengan bisnis. Globalisasi menyebabkan kemunculan pasar global baru dan ideologi yang mendampinginya.
Ketiga, hubungan globalisasi dengan teknologi. Di dalamnya terdapat pembahasan mengenai peran dari teknologi dan ketimpangan global. Teknologi di sini mewujud pada komputer, internet, dan pemisahan digital global. Terakhir, hubungan globalisasi dengan
55 Ulber Silalahi. 2006. Metode Penelitian Sosial. Bandung: Unpar Press. p.110. 56 “… the worldwide diffusion of practices, expansion of relations accross continents, organization
of social life on a global scale, and growth of shared a global consciousness.” Dikutip dari George Ritzer,. 2004. The Globalization of Nothing. Thousand Oaks: Pine Forge Press. p. 72.
agama, olahraga, musik popular, dan aspek lain di dalam dunia sosial termasuk di dalam- nya terdapat masalah kemiskinan dan ketimpangan, kekerasan global, global sex, per- dagangan seks internasional, dan terorisme sebagai hasil dari globalisasi terhadap lingku- ngan.
Konsep glokalisasi yang dikemukakan Robertson adalah sebuah konsep integrasi yang mana mengandung unsur glokal-global, homogenisasi-heterogenisasi, yang mene-
kankan pada pentinganya glokal dan eksistensi dari heterogenitas. 57 Atau dalam definisi lain dijabarkan sebagai interpenetrasi global dan lokal kemudian memberikan respon dan
menghasilkan keluaran yang unik di dalam area geografis yang berbeda. Sedangkan gro- balization berfokus pada ambisi imperialistis negara, korporasi, organisasi yang melihat kekuasaan, pengaruh dan kadang-kadang pertumbuhan keuntungan. Grobalization me- ngandung variasi subproses dari tiga hal yaitu capitalism, Americanization, dan McDonaldization.
Dalam industri perhotelan, strategi glokalisasi biasanya digunakan oleh para pelaku bisnis ini dengan tujuan untuk memudahkan usahanya dalam memasuki pasar lokal. De- ngan harapan, jika hotel melakukan penyesuaian dengan budaya lokal, maka masyarakat setempat akan lebih mudah menerimanya. Namun demikian, pada industri perhotelan, glokalisasi dibedakan dalam empat tingkatan glokalisasi. Tingkatan ini digambarkan se-
bagai berikut: 58
57 Robertson, Roland. 1995. Op.cit. 58 Ilustrasi penulis.
Bagan I.1 Tingkatan glokalisasi dalam industri perhotelan.
Pada tingkat pertama, glocalisation of accessories, yaitu inovasi lokal yang dilaku- kan oleh perusahaan sebatas menggunakan pernak-pernik kedaerahan untuk mem- percantik hotel baik dalam hal penggunaan salah satu furniture khas lokal untuk memper- cantik interior hotel seperti patung, dll ataupun sekedar memasukkan salah satu menu makanan tradisional sebagai pelengkap menu di restoran. Kedua, glocalisation of am- bience, pada tahap ini sudah banyak penggunaan nuansa lokal pada desain dan pen- suasanaan hotel. Ketiga, glocalisation of service, yaitu standard pelayanan yang tidak ka- ku mengikuti standard global Accor internasional, artinya, masing-masing hotel memiliki standard sendiri dalam hal pelayanan hotel. Keempat, glocalisation of value, yang me- rupakan tingkatan glokalisasi paling jauh, meliputi perubahan dari nilai-nilai yang di- pegang teguh oleh perusahaan induk, terdiri dari visi, misi, tujuan hingga budaya peru- sahaan.
I.6.1.2. Inovasi Lokal
Konsep inovasi banyak digunakan dalam binis internasional. Malecki mendefisikan inovasi sebagai proses yang digerakkan secara lokal, untuk menyukseskan dan membantu perkembangan organisasi melalui transformasi pengetahuan menjadi produk, proses, sis-
tem, dan services. 60 Pengertian inovasi diungkapkan dalam tiga hal berikut: (1) Pemba- haruan dan perluasan tatanan produk dan jasa pada pasar terkait; (2) establishment meto-
de baru dalam produksi, penyediaan, dan distribusi; dan (3) memperkenalkan perubahan pada manajemen, kinerja organisasi, dan kondisi kerja serta keahlian tenaga kerja.
Inovasi secara umum dapat didefinisikan sebagai “adopsi” dan “difusi” pada ide ba-
ru dalam perusahaan. 61 Adapun gagasan atau ide baru tersebut dapat dikatakan sebagai
inovasi jika ide tersebut dapat dikomersialisasikan menjadi produk yang dapat di- pasarkan. Dan inovasi yang berhasil akan menghasilkan pula produk yang berkualitas. 62
Franke dalam kajiannya mengenai inovasi dalam perusahaan berbasis teknologi mene- kankan pentingnya inovasi sebagai kunci untuk sukses. 63 Maka dari itu inovasi harus di-
lakukan dengan cermat dengan tetap memperhatikan sasaran utamanya yakni memelihara pertumbuhan bisnis, mengendalikan biaya, dan memperbaiki profitabilitas. 64
Menurut Edquist, inovasi adalah ciptaan-ciptaan baru (dalam bentuk materi ataupun intangible) yang memiliki nilai ekonomi yang signifikan, yang umumnya dilakukan oleh
59 Malecki, 1997; Dikutip dari Jelinek dan Hurt, 2001
60 European Commission. Desember 1995. Green Paper on Innovation. p.1 [online] dalam
http:europa.eudocumentscommgreen_paperspdfcom95_688_en.pdf [diakses 15 Dember 2011].
61 Thomke, S.et.al,. 1998. Modes of experimentation: an innovation process-and competitive-
variable. Research Policy, (27), pp. 315-332.
62 Zhou, K.Z. et.al., 2005. Developing Strategic Orientation in China: antecedents and consquences
of market and innovation orientations. dalam Journal of Business Research, Vol.58, pp.1049-1058
63 Franke, M. Innovation: The Winning Formula to Regain Profitability in Aviation?. Journal of Air
Transport Management. Vol.13, Issue January. . pp 23-30.
64 Laurensius Manurung. 2010 Strategi dan Inovasi Model Bisnis Meningkatkan Kinerja Usaha;
Studi Empiris Industri Penerbangan Indonesia. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. p. 27.
perusahaan atau kadang-kadang oleh para individu. Sedangkan Clark dan Guy mendefi- nisikan inovasi sebagai aplikasi komersial yang pertama kali dari suatu produk atau pro- ses yang baru.
Menurut OECD, Inovasi merupakan suatu proses kreatif dan interaktif yang meli- batkan kelembagaan pasar dan non-pasar. Rosenfeld mengartikan inovasi sebagai trans- formasi pengetahuan kepada produk, proses dan jasa baru serta sebuah tindakan meng- gunakan sesuatu yang baru. The British Council mendefinisikan inovasi sebagai eksploi- tasi yang berhasil dari suatu gagasan, atau dengan kata lain merupakan mobilisasi penge- tahuan, keterampilan teknologis dan pengalaman untuk menciptakan produk, proses dan jasa baru. Menurut UU No. 18 tahun 2002, inovasi adalah kegiatan penelitian, pengem- bangan, danatau perekayasaan yang bertujuan mengembangkan penerapan praktis nilai dan konteks ilmu pengetahuan yang baru, atau cara baru untuk menerapkan ilmu penge- tahuan dan teknologi yang telah ada ke dalam produk atau proses produksi.
Beberapa definisi yang disebutkan mengungkapkan bahwa inovasi tidak saja me- nyangkut kreativitas dari gagasan yang membuka peluang baru, namun juga berkaitan de- ngan nilai komersial, ekonomi dan sosial. Untuk menekankan perbedaannya dari pem- baruan yang tidak memberikan manfaat atau dampak nyata, beberapa pihak terkadang menyebut “inovasi yang diadopsi” atau terbukti “berhasil” secara ekonomi sebagai “ino- vasi produktif” (productive innovation).
Bagan I.2 Pengertian Inovasi
Penelitian ini menggunakan konsep inovasi lokal, dengan demikian, pengertian ino- vasi lokal tidak sebatas inovasi secara umum, melainkan dihubungkan dengan konsep lo- kal. Jika diambil kesimpulan dari beberapa definisi di atas, inovasi diartikan sebagai pro- ses atau hasil pengembangan dan pemanfaatan pengetahuan, keterampilan (termasuk ke- terampilan teknologis) dan pengalaman untuk menciptakan serta memperbaiki produk (barang dan jasa), proses, dan sistem yang baru, yang memberikan nilai dalam bidang ekonomi dan sosial secara signifikan. Inovasi juga diartikan sebagai proses di mana ga- gasan, temuan tentang produk atau proses diciptakan, dikembangkan dan berhasil di- sampaikan kepada pasar. Dengan begitu, dapat dikatakan bahwa inovasi lokal merupakan proses-proses tersebut yang terkait dengan wilayah lokal, baik dalam poin-poin perubah- an yang menyesuaikan kebutuhan dan kondisi lokal, maupun tujuan dilakukannya inovasi adalah agar dapat diterima oleh pihak-pihak lokal.
I.6.1.3. Competitive Advantage
Porter memandang competitive advantage sebagai sebuah fungsi untuk menyedia- kan perbandingan bagi pembeli secara lebih efisien dibandingkan kompetitor (low cost) atau menunjukkan aktivitas yang membandingkan biaya tetapi dengan cara yang unik
melalui penciptaan nilai bagi pembeli yang lebih dibanding biaya premium kompetitor. 65 Menurut Porter, ada tiga landasan strategi yang dapat membantu organisasi memperoleh
keunggulan kompetitif, yaitu keunggulan biaya, diferensiasi, dan fokus. Porter menama- kan ketiganya strategi umum. Keunggulan biaya menekankan pada pembuatan produk standard dengan biaya per unit sangat rendah untuk konsumen yang peka terhadap peru- bahan harga. Keunggulan biaya ini digunakan apabila organisasi ingin menjadi pemimpin pasar berbasis biaya rendah dengan basis pelanggan luas. Diferensiasi adalah strategi de- ngan tujuan membuat produk dan menyediakan jasa yang dianggap unik di seluruh indus- tri dan ditujukan kepada konsumen yang relatif tidak terlalu peduli terhadap perubahan harga. Diferensiasi digunakan apabila perusahaan ingin bersaing dengan pesaingnya da- lam hal keunikan produk dan jasa yang ditawarkan. Fokus berarti membuat produk dan menyediakan jasa yang memenuhi keperluan sejumlah kelompok kecil konsumen. Fokus digunakan apabila perusahaan ingin melayani kebutuhan spesifik ceruk pasar (market niche).
Dalam penelitian ini competitive advantage berfungsi untuk melihat sejauh mana fungsi strategi yang digunakan Accor. Sesuai dengan teori Porter, pengukuran dilakukan dalam tiga hal, yaitu: pertama, keefektifan strategi dalam menekan biaya yang harus dike-
65 Michael E. Porter. 1990. Op.cit.
luarkan oleh perusahaan. Kedua, seberapa jauh strategi perusahaan Accor berbeda dengan strategi yang dilancarkan oleh kompetitornya. Ketiga, apakah Accor mampu memproduk- si jasa yang dapat memenuhi kebutuhan segmen-segmen pasar.
I.6.1.4. Penguasaan Pasar
Konsep penguasaan pasar dapat dibedakan menjadi dua, yaitu penguasaan pasar (market control) dan pemimpin pasar (market leader). Dari sudut pandang ekonomi, ke- giatan market control diartikan sebagai kemampuan pelaku usaha, dalam mempengaruhi pembentukan harga, atau kuantitas produksi atau aspek lainnya dalam sebuah pasar. As- pek lainnya tersebut tidak terbatas pada pemasaran, pembelian, distribusi, penggunaan, atau akses atas barang atau jasa tertentu di pasar bersangkutan. Kegiatan ini dapat dilaku- kan sendiri oleh satu pelaku usaha atau secara bersama-sama dengan pelaku usaha lain- nya, dan dapat terdiri dari satu atau beberapa kegiatan sekaligus. Definisi lain tentang market control yaitu kemampuan pembeli atau penjual dalam mempengaruhi harga atau
kuantitas atas barang, jasa atau pertukaran komoditi dalam pasar. 66 Market control ter- gantung pada jumlah kompetitor. Jika pembeli hanya sedikit sedangkan jumlah penjual
lebih banyak, maka pembeli menjadi lebih mengontrol pasar dibanding penjual, begitu pula sebaliknya.
66 Economy Glossary. 2008. Economic Definition of market control. Defined. [online] dalam http:glossary.econguru.comeconomic-termmarket+control [diakses 18 Januari 2012].
Sementara itu, dalam suatu industri terdapat suatu perusahaan yang dominan yaitu perusahaan yang menduduki posisi sebagai market leader. 67 Perusahaan pada posisi ini
mampu mengendalikan perilaku atau strategi-strategi yang dilakukan pesaing-pesaing- nya. Untuk menduduki posisi sebagai pemimpin pasar bukankah hal yang mudah, diper- lukan suatu tindakan atau langkah-langkah yang tepat.
Suatu industri yang memiliki satu perusahaan yang diakui sebagai pemimpin pa- sar, karena perusahaan tersebut mempunyai pangsa pasar yang terbesar di pasar produk terkait. Perusahaan tersebut biasanya memimpin perusahaan lain dalam perubahan harga, dan perkenalan produk terkait. Tetapi, pemimpin pasar harus selalu tetap waspada, karena tidak selamanya posisi sebagai pemimpin pasar tetap dapat dipegangnya, pesaing-pe- saingnya bisa saja menggeser posisinya tersebut. Pesaing-pesaing bukan hanya yang su- dah ada dalam industri itu, tapi juga bisa muncul pesaing baru dalam industri tersebut, apalagi jika disertai dengan inovasi produk, harga yang lebih rendah, dan kualitas yang bagus, maka peluang untuk bergesernya pemimpin pasar akan semakin besar.
Menurut Tjiptono, pengertian market leader adalah perusahaan yang diakui oleh industri yang bersangkutan sebagai pemimpin. 68 Perusahaan yang menduduki posisi se-
bagai pemimpin pasar mempunyai karakteristik sebagai berikut: pertama, memiliki pang- sa pasar yang terbesar (40) dalam pasar produk yang relevan. Kedua, lebih unggul dari perusahaan lain dalam hal pengenalan produk baru, perubahan harga, cakupan saluran distribusi dan intensitas promosi. Ketiga, merupakan pusat orientasi para pesaing (dise- rang, ditiru, atau dijauhi).
67 Invesdana. 2010. Pengertian Market Leader. [online] dalam http:invesdana.compengertian- market-leader [diakses 18 Januari 2011].
68 Fandy Tjiptono. 2002. Strategi Pemasaran. Yogyakarta: ANDI. p. 303.
Kegiatan penguasaan pasar sangat erat kaitannya dengan pemilikan posisi do- minan dan kekuatan pasar yang signifikan di pasar bersangkutan. Penguasaan pasar akan sulit dicapai apabila pelaku usaha, baik secara sendiri maupun bersama-sama, tidak me- miliki kedudukan yang kuat di pasar bersangkutan. Sebagai ilustrasi, sulit untuk di- bayangkan pelaku usaha, baik secara sendiri maupun bersama-sama, yang mempunyai pangsa pasar hanya 10 dapat mempengaruhi pembentukan harga, atau produksi atau as- pek lainnya dipasar bersangkutan. Namun di sisi lain, satu pelaku usaha yang memiliki pangsa pasar 50 di dalam pasar duopoli (hanya ada dua penjual), juga belum tentu se- cara individual mampu menguasai pasar bersangkutan.
Penguasaan pasar juga akan sulit direalisasikan apabila pelaku usaha, baik secara sendiri maupun bersama-sama, tidak memiliki kekuatan pasar (market power) yang sig- nifikan di pasar bersangkutan. Sebagai ilustrasi, di dalam pasar persaingan sempurna, pe- laku usaha secara individual tidak mampu untuk mempengaruhi pembentukan harga, se- hingga hanya mengikuti harga yang terbentuk di pasar (price taker), sementara di pasar monopoli, pelaku usaha punya pengaruh yang kuat atas pembentukan harga, sehingga menjadi penentu tunggal harga yang terjadi di pasar bersangkutan (price maker). Ini ber- arti di dalam struktur pasar persaingan sempurna pelaku usaha secara individual tidak pu- nya kemampuan menguasai pasar bersangkutan, sedangkan di dalam struktur pasar mo- nopoli, pelaku usaha punya kemampuan yang besar untuk menguasai pasar bersangkutan.
Tidak seperti pemilikan kekuatan pasar yang lebih menitikberatkan pada aspek kemampuan mempengaruhi harga di atas tingkat kompetitifnya, kegiatan penguasaan pa- sar memiliki cakupan yang lebih luas, yaitu juga mencakup kemampuan mempengaruhi Tidak seperti pemilikan kekuatan pasar yang lebih menitikberatkan pada aspek kemampuan mempengaruhi harga di atas tingkat kompetitifnya, kegiatan penguasaan pa- sar memiliki cakupan yang lebih luas, yaitu juga mencakup kemampuan mempengaruhi
Selain didukung oleh pemilikan posisi dominan dan memiliki kekuatan pasar yang signifikan, penguasaan pasar oleh pelaku usaha juga bisa terjadi melalui pemilikan faktor-faktor khusus yang tidak dimiliki oleh pesaingnya. Faktor-faktor khusus ini tidak terbatas pada HAKI (paten, hak cipta), regulasi pemerintah, hak eksklusif (lisensi), ja- ringan distribusi, dukungan finansial, fasilitas penting, loyalitas atau preferensi konsu- men. Pemilikan atas satu atau lebih dari faktor-faktor ini membuat pelaku usaha berada pada posisi yang lebih diuntungkan (memiliki daya tawar lebih) dibandingkan para pe- saingnya.
Seperti dijelaskan di atas, selain dapat dilakukan secara sendiri, kegiatan pe- nguasaan pasar juga dapat dilaksanakan oleh pelaku usaha bersama-sama dengan pelaku usaha lainnya. Hal ini menandakan bahwa terdapat bentuk koordinasi tindakan di antara para pelaku usaha yang terlibat. Koordinasi ini dapat berbentuk perjanjian atau kesepa- katan formal (tertulis) maupun informal (lisan, kesepahaman – common understandings or meeting of minds). Pemilikan posisi dominan, atau pemilikan kekuatan pasar yang sig- nifikan, atau pemilikan faktor-faktor khusus merupakan prakondisi (necessary condition) dan indikasi awal bagi terciptanya kegiatan penguasaan pasar oleh pelaku usaha.
Dalam penguasaan pasar, sebuah perusahaan dapat memilih untuk menguasai keseluruhan pasar (monopoli) atau hanya berniat menguasai sebagian saja. Penguasaan pasar keseluruhan (total) dapat mendasarkan pada dua asumsi, yaitu anggapan bahwa pe- rilaku dan respons pasar adalah relatif homogen atau relatif heterogen. Relatif homogen berarti perusahaan tidak membedakan pasar. Pasar dianggap sebagai suatu agregat yang komponen-komponennya mempunyai karakter dan berperilaku sama. Sedangkan relatif heterogen berarti pemasar melihat pasar meliputi berbagai ragam bagian atau pangsa pa- sar. Secara keseluruhan perilaku pasar adalah relatif heterogen yang terdiri dari segmen dengan perilaku dan respon yang masing-masing relatif homogen.
Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan penguasaan pasar adalah market leader, yang mengukur kekuasaan perusahaan dalam memimpin pasar. Dalam hal ini, pe- rusahaan yang memiliki peringkat pertama dalam besarnya market share merupakan yang menjadi pemimpin pasar. Untuk itu, diperlukan data-data tentang peringkat perusahaan dan market share untuk menentukan perusahaan yang menguasai pasar. Diagram pe-
nguasaan pasar pada penelitian ini digambarkan sebagai berikut: 69
69 Ilustrasi penulis.
Diagram tersebut sekaligus menyebutkan komponen penting yang menentukan penguasaan pasar perhotelan. Komponen-komponen tersebut antara lain: popularitas, pe- netrasi dan okupansi.
I.6.2. Tipe Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksplanasi, karena menyoroti hubungan-hubu- ngan antar variabel-variabel penelitian dan menguji hipotesis yang telah dirumuskan se- belumnya. Uraian penelitian ini juga mengandung deskripsi-deskripsi dari variabel yang digunakan tetapi lebih menekankan pada penjelasan hubungan antar variabel yang ada. Penelitian yang dilakukan pada unit sosial tersebut dalam kurun waktu tertentu dapat di- sebut dengan studi kasus (case study). Robert Yin menyebutkan bahwa studi kasus adalah inkuiri empiris yang menyelidiki fenomena dalam konteks kehidupan nyata bila batas fe- nomena dan konteks tidak tampak secara tegas serta dapat memanfaatkan berbagai sum- ber. Penelitian kasus atau studi kasus merupakan penelitian yang mempelajari secara in- tensif atau mendalam satu anggota dari kelompok sasaran suatu objek penelitian. Gay dan Diehl mengatakan bahwa studi kasus adalah investigasi mendalam mendalam terhadap
sebuah kelompok, grup, maupun individu. 70 Oleh sebab penelitian ini menggunakan pe- rusahaan Accor sebagai sebuah studi kasus, maka penelitian berfokus pada data tentang
perilaku perusahaan jaringan hotel global Accor.
70 Gay dan Diehl dalam Ulber Silalahi. 2006. Metode Penelitian Sosial. Bandung: Unpar Press.
p. 172.
I.6.3. Teknik Pengumpulan Data
Ada beberapa teknik pengumpulan data yang bisa dilakukan dalam penelitian, di antaranya analisa atas bahan tertulis atau studi pustaka, serta pengamatan langsung. Pe- nelitian ini merupakan penelitian studi pustaka. Penulis menggunakan data-data yang berasal dari buku-buku atau literatur, terbitan resmi pemerintah maupun non-pemerintah, situs resmi perusahaan terkait, artikel, jurnal, karya ilmiah, berita dari media, baik yang tercetak maupun yang berasal dari format elektronik.
Sebagai sebuah studi kasus, penulis mengumpulkan segala data yang terkait de- ngan perusahaan Accor. Selain itu, data-data tentang perkembangan pasar di industri per- hotelan Indonesia menjadi pendukung analisis penelitian ini. Untuk memperoleh data ten- tang peringkat hotel di Indonesia, penulis mengambil data tentang peringkat hotel di pu- lau Jawa sebagai sampel. Sedangkan data tentang tampilan hotel diambil dari beberapa hotel Accor yang beroperasi di wilayah Indonesia.
I.6.4. Teknik Analisis Data
Dengan menggunakan teknik analisis data kualitatif, penelitian ini dibangun me- lalui proses pengumpulan data sekunder untuk kemudian diverifikasi dan dianalisis serta dihubungkan dengan variabel-variabel yang berkaitan dengan kerangka pemikiran yang ada. Analisis kualitatif dilakukan terhadap data yang berupa informasi atau uraian dalam bentuk bahasa prosa kemudian dikaitkan dengan data lainnya untuk mendapatkan ke- Dengan menggunakan teknik analisis data kualitatif, penelitian ini dibangun me- lalui proses pengumpulan data sekunder untuk kemudian diverifikasi dan dianalisis serta dihubungkan dengan variabel-variabel yang berkaitan dengan kerangka pemikiran yang ada. Analisis kualitatif dilakukan terhadap data yang berupa informasi atau uraian dalam bentuk bahasa prosa kemudian dikaitkan dengan data lainnya untuk mendapatkan ke-
I.6.5. Jangkauan Penelitian
Jangkauan penelitian meliputi batasan mengenai jangkauan tempat dan waktu. Pe- nelitian ini fokus pada wilayah operasi di Indonesia. Jangkauan waktu mulai tahun 1993 hingga tahun 2011. Tahun 1993 ditetapkan sebagai awal sebab pada tahun tersebut Accor Internasional pertama kali memperluas wilayahnya ke Indonesia. Tahun 2011 ditetapkan sebagai akhir dari jangkauan penelitian sebab tahun tersebut merupakan dilakukannya pe- nelitian ini.
I.6.6. Sistematika Penulisan
Penelitian ini dibagi menjadi lima bab. Bab pertama merupakan bab pendahuluan yang berisi prosedur metodologi penelitian secara komprehensif, terdiri dari latar bela- kang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kerangka teoritik, hipotesis, tinjauan pustaka serta metodologi penelitian yang meliputi konseptualisasi, tipe penelitian, jang- kauan penelitian, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data. Bab dua berjudul “Accor sebagai simbol dominasi”, yang berisi penjelasan tentang perkembangan global dan posisi internasional Accor, meliputi sejarah, capaian dan perkembangannya di Indo- nesia. Bab tiga berjudul “Global – Lokal dalam strategi Accor di Indonesia”. Bab ini ber- isi penjelasan tentang strategi global-lokal Accor, praktek standarisasi dan praktek ino-
71 P. Joko Subagyo, 1997.Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta.
p. 106.
vasi serta performa standarisasi dan performa inovasi. Bab empat berjudul “Kombinasi glokalisasi atas network: Rahasia di balik kesuksesan Accor di Indonesia”. Pada bab ini, penjelasan tentang kekuatan glokalisasi sebagai pelengkap network Accor dilakukan de- ngan melakukan analisis atas temuan-temuan. Bab lima merupakan bab simpulan.