Accor Story dan Tapal Batas Globalisasi
Accor-Story dan Tapal-Batas Globalisasi:
Bagaimana Jaringan Global Membutuhkan Inovasi Lokal dalam Strategi Penguasaan Pasar Perhotelan Internasional di Indonesia TESIS DISUSUN OLEH: PUSPITA WIDYA CASTRENA NIM. 070945010 PROGRAM MAGISTER HUBUNGAN INTERNASIONAL DEPARTEMEN HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS AIRLANGGA
Accor-Story dan Tapal-Batas Globalisasi:
Bagaimana Jaringan Global Membutuhkan Inovasi Lokal dalam Strategi Penguasaan Pasar Perhotelan Internasional di Indonesia
TESIS
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan Studi S-2 pada Program Magister Hubungan Internasional Departemen Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Airlangga
Disusun oleh: PUSPITA WIDYA CASTRENA NIM. 070945010
Pembimbing Vinsensio Dugis, Ph.D
Konsultan Joko Susanto, M.Sc PROGRAM MAGISTER HUBUNGAN INTERNASIONAL DEPARTEMEN HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS AIRLANGGA
Bab I Pendahuluan
I.1. Latar Belakang Masalah
Industri perhotelan di era globalisasi 1 menghadapi persaingan yang sangat ketat dari jaringan global hotel internasional 2 . Indonesia, yang memiliki banyak destinasi wisa-
ta serta perekonomiannya sedang berkembang, mengalami persaingan serupa. Bisnis per- hotelan dan restoran terbilang cerah di tahun 2011 atau berbanding lurus dengan partum- buhan ekonomi Indonesia yang mencapai lebih dari 5. Secara kumulatif, pada Januari hingga Oktober 2011 jumlah kedatangan wisatawan mancanegara mencapai 6,27 juta orang atau naik 8,47 dibandingkan periode yang sama tahun 2010 sebanyak 5,78 juta
orang. 3
Ketatnya persaingan membuat para pengusaha di bidang perhotelan gencar me- ngembangkan usahanya. Tingkat penghunian kamar (TPK) hotel berbintang di 20 pro- vinsi pada Oktober 2011 mencapai rata-rata 54,87, atau naik 1,73 poin dibandingkan
tahun 2010 sebesar 53,14. 4 Dengan meningkatnya persentase tersebut, pertumbuhan
1 Globalisasi dalam kaitan ini dalam beberapa hal dipahami secara saling bertukar dengan upaya- upaya standarisasi global praktek bisnis internasional.
2 Hotel internasional dalam penelitian ini adalah istilah yang digunakan untuk hotel-hotel yang termasuk dalam jaringan global. Perusahaan operator hotel yang menjadi induk dari jaringan global di sini
merupakan perusahaan multinasional yang wilayah operasinya meliputi banyak negara di dunia.
3 Suryanto. Antara News. 1 Desember 2011. BPS: Kunjungan Wisman Oktober 656 Ribu Orang. [online] dalam http:www.antaranews.comberita287268bps-kunjungan-wisman-oktober-656-ribu-orang
[diakses 15 Januari 2012].
4 Suryanto. Antara News. 1 Desember 2011. Ibid.
bisnis hotel terus berkembang. Positifnya pertumbuhan bisnis perhotelan Indonesia ini masih didukung dengan dominasi pebisnis tradisional atau pemain-pemain lama seperti Grup Accor, Marriott Internasional, Hyatt, Westin, Shangri-La, Grup Radisson, Holiday Inn dan sejumlah Grup lain yang terkemuka. Grup papan atas itu menuai sukses besar sa-
at membuat jaringan bisnis hotelnya di Tanah Air. 5
Pada tahun 2010, lingkungan kompetitif perhotelan di Indonesia masih terfrag-
6 mentasi. 7 Meskipun demikian, pada tahun 2011 Accor Asia Pacific, AAPC Ltd berhasil mempertahankan posisi teratas dalam penjualan. Mercure dan Novotel, yang merupakan
satu jaringan Accor, menaikkan kinerja dan nilai perusahaan dan memimpin pangsa lain hotel, disamping brand Accor lain seperti Ibis dan Sofitel. Dapat dikatakan, saat ini
Accor merupakan perusahaan perhotelan yang memiliki market share 8 paling besar di Indonesia. 9
Hingga tahun 2011, jaringan global hotel yang beroperasi di Indonesia tidak se- dikit jumlahnya. Namun, kasus Accor menarik untuk diteliti sebab perusahaan tersebut berhasil menguasai sebagian besar pasar di industri perhotelan Indonesia. Hal ini ditunjukkan oleh fakta bahwa kepemilikan hotel Accor di Indonesia sudah mencapai 40
5 Koran Jakarta. 3 Juni 2011. [online] dalam http:koran-jakarta.comindex.phpdetailview0163645 [diakses 15 Desember 2011].
6 Euromonitor International. 2011. Country Report: Travel Accomodation in Indonesia. [online] dalam http:www.euromonitor.comtravel-accommodation-in-indonesiareport [diakses 16 Oktober 2011].
7 Disamping nama Accor International yang berpusat di Perancis, divisi manajemen Accor yang mengurusi wilayah Asia Pasifik dinamai Accor Asia Pacific, AAPC Ltd. Perbedaan nama tersebut tidak
menjadi masalah dalam penelitian ini, sebab keduanya memiliki standard global yang terpusat di Accor Internasional, yang diberlakukan sama meliputi wilayah Indonesia.
8 Market share merupakan istilah yang digunakan untuk menunjukkan proporsi kemampuan perusahaan terhadap keseluruhan penjualan seluruh pesaing, termasuk penjualan perusahaan itu sendiri.
Tingkat market share ditunjukkan dan dinyatakan dalam angka persentase. Atas dasar angka tersebut dapat diketahui kedudukan perusahaan dan juga kedudukan pesaing-pesaingnya di pasar. Sehingga tingkat market share dapat dipergunakan sebagai pedoman atau standard keberhasilan pemasaran perusahaan dalam kedudukannya dengan pesaing-pesaingnya.
9 Euromonitor International. 2011. Ibid.
hotel di tahun 2011. Tak cukup di situ, Accor terus gencar melakukan ekspansi dan be- rencana meningkatkan jumlahnya hingga 57 hotel di tahun 2013. 10 Jumlah ini jauh lebih
banyak dibandingkan dengan jumlah hotel yang dimiliki oleh jaringan global hotel inter- nasional lain yang tidak banyak membuka hotel di Indonesia. Di antaranya jaringan Hotel
Intercontinental hanya memiliki dua hotel 11 ; Wyndham Hotel Group memiliki tiga ho-
12 tel; 13 Hilton Hotels juga hanya memiliki dua hotel. Sedangkan Marriot International memiliki tujuh hotel di Indonesia. 14 Selain banyaknya jumlah hotel yang dimiliki oleh
Accor, peringkat popularitas yang dicapai Accor di Indonesia pun cukup memuaskan, ya- itu berhasil mengambil tempat sebesar 12,5 dari 200 peringkat hotel teratas. 15
Accor berpusat di Evry, Perancis dan dipimpin oleh Gilles Pellison (Chairman of the board dan CEO). Perusahaan ini tetap tercatat sebagai salah satu perusahaan multi- nasional Perancis yang terbesar. Hal tersebut dapat dilihat dari masuknya Accor ke dalam
index CAC 40. 16 Accor merupakan operator hotel terkemuka di dunia sekaligus pemim- pin pasar di Eropa. Jaringannya telah menyebar di 90 negara dengan 4.200 hotel dan le-
10 Kembaren, Luther. 1 Juni 2011. Accor Tambah 21 Hotel Baru. [online] dalam http:nasional.jurnas.comhalaman112011-06-01171592 [diakses 18 Juni 2011].
11 Intercontinental Hotel Resort. 2012. Worldwide Location. [online] dalam http:www.intercontinental.comintercontinentalengblocations?dp=truecm_mmc=google-ps-ic_aunz-_-
b-core-_-all20ad20groups-_-g-sitelinks- locationssiclientid=2793iogtrid=6.8787sitrackingid=280618834sicreative=8136341449 [diakses 13 Januari 2012].
12 Wyndham Worldwide. 2010. Wyndham Rewards. [online] dalam http:wr.wyndhamrewards.comwyndhamrewardscontrolfind_by_map_name?location_level=countrylo
cation_code=idlocation_name=indonesiasel_country_code=sel_country_name=sel_state_code=se l_state_name= [diakses 13 Januari 2012].
13 Hilton Worldwide. Updated Dec 2011. List View. [online] dalam http:www3.hilton.comen_UShisearchfindhotelsresults.htm?view=LIST [diakses 13 Januari 2012].
14 Marriott International, Inc. 2012. Indonesia Hotel. http:www.marriott.comsearchfindHotels.mi [diakses 13 Januari 2012].
15 Lihat tripadvisor. 2012. Hotel di Jawa. [online] dalam http:www.tripadvisor.co.idHotels- g294228-Java-Hotels.html [diakses 20 Januari 2012].
16 Index CAC 40 adalah index yang memperlihatkan bahwa Accor termasuk ke dalam 40 perusahaan yang paling menguntungkan diantara 100 perusahaan yang memiliki pasar tinggi di bursa Perancis.
bih dari 500.000 kamar. 17 Saat ini Accor telah mempekerjakan lebih dari 170.000 karya-
wan di seluruh dunia.
Accor secara konsisten beroperasi di Indonesia sejak 1993 dan meletakkan pijak- an yang kokoh di industri perhotelan tidak hanya sebagai operator hotel internasional ter- besar namun juga sebagai perusahaan dengan portofolio brand terbesar yang terdiri dari
segmen hotel budget hingga segmen mewah. 18 Tahun 2011, Accor mengoperasikan 40 hotel 18 kota di Indonesia dan menambah tujuh hotel baru hingga akhir tahun tersebut.
Pada 2014, jumlah ini direncanakan meningkat menjadi 24 kota. Pengembangan bisnis ti- dak hanya dilakukan di kawasan Jawa dan Bali tetapi juga kawasan lain seperti Kaliman- tan dan Sumatera.
Beberapa penjelasan yang dilakukan dalam berbagai penelitian tentang jaringan hotel Accor seringkali berhenti sebatas arti penting strategi ekspansi. Salah satunya berita di Suara Pembaruan pada pertengahan tahun 2011 yang menyatakan bahwa strategi Accor dalam memperkokoh perkembangan bisnisnya dilakukan dengan membuka 21 ho-
tel baru yang tersebar di seluruh Indonesia. 19 Jumlah hotel tersebut akan dibuka hingga tahun 2014 dan tersebar di kota-kota besar di Indonesia. Disebutkan pula bahwa pada ta-
hun 2010 Accor mengumumkan pembukaan 13 hotel milik jaringannya. Network, sebagai
sebuah strategi juga sering disangkutpautkan dengan strategi perusahaan Accor. Tidak
mengejutkan memang, sebab salah satu yang paling menguntungkan dalam mengelola
17 Natalia Ririh. 31 Mei 2011. Tahun 2011, Accor Buka 7 Hotel Baru.[online] dalam http:bola.kompas.comread2011053118132715Tahun.2011.Accor.Buka.7.Hotel.Baru [diakses 2
Januari 2012].
18 Suara Pembaruan. 31 Mei 2011. Accor Buka 21 Hotel Baru. [online] dalam http:www.suarapembaruan.comekonomidanbisnisaccor-buka-21-hotel-baru7400 [diakses 1 Desember
19 Suara Pembaruan. 31 Mei 2011. Ibid.
bisnis hotel saat ini adalah dengan mendompleng nama besar perusahaan operator hotel yang telah dikenal oleh pasar internasional.
Jika Accor bukanlah satu-satunya jaringan hotel internasional yang menggunakan strategi network di Indonesia, lantas mengapa Accor yang keluar sebagai kekuatan paling dominan dalam pasar lokal perhotelan internasional Indonesia? Adakah Accor mengem- bangkan suatu pendekatan lain di luar strategi network yang membuatnya istimewa dan layak untuk diteliti? Dari sini kajian atas kesuksesan Accor dalam kemungkinan pen- jelasan yang tidak berhenti sebatas arti penting strategi network selain mengungkapkan arti penting strategi alternatif juga memberikan pemahaman lebih baik terkait batas-batas arti penting strategi network dalam industri perhotelan dan bisnis internasional pada umumnya.
I.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan penelitian secara umum diru- muskan sebagai berikut: Mengapa Accor muncul sebagai kekuatan dominan industri per- hotelan internasional di Indonesia? Apakah dominasi Accor di Indonesia semata kon- sekuensi dari kekuatan jaringan globalnya? Jika benar demikian, mengapa Accor dan bu- kan jaringan global hotel internasional lain yang muncul sebagai kekuatan utama industri perhotelan internasional di Indonesia?
I.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini secara terutama ialah untuk mengungkap luas lingkup arti penting jaringan global dalam penguasaan pasar lokal industri perhotelan internasional di Indonesia. Selain untuk mengklarifikasi batas-batas arti penting strategi globalisasi dalam industri hospitality, penelitian ini juga berusaha mencari kemungkinan-kemungkinan ke- suksesan suatu bisnis internasional di luar penjelasan arti penting strategi network. Oleh karena penguasaan pasar lokal secara teoritik juga membutuhkan glokalisasi, penjelasan- penjelasan alternatif bagi kesuksesan bisnis internasional bidang perhotelan ini secara khusus ditelusuri dalam kaitan arti penting inovasi lokal di samping arti penting jaringan global selama ini.
I.4. Literature Review
Kaitan antara penguasaan pasar industri perhotelan dan glokalisasi dibangun dari mengkaji beberapa teori. Dalam bisnis internasional, globalisasi memberi arti penting pa-
da network. Hal ini ditunjukkan dengan adanya standarisasi perusahaan yang diikuti oleh anak perusahaan yang menjadi bagian dari perusahaan induk. Pada saat yang sama, dife- rensiasi merupakan paradoks dalam bisnis internasional. Diferensiasi yang memberi pe- luang terhadap bisnis internasional semakin mudah dilakukan dengan adanya globalisasi. Pentingnya diferensiasi dalam bisnis ini membentuk suatu global value creation yang ha- rus diatasi dengan strategi-strategi global. Konsep difference dalam konteks ini tidak se- mata-mata tentang lokalitas, tapi juga distance. Kajian globalisasi menambahkan arti pen- da network. Hal ini ditunjukkan dengan adanya standarisasi perusahaan yang diikuti oleh anak perusahaan yang menjadi bagian dari perusahaan induk. Pada saat yang sama, dife- rensiasi merupakan paradoks dalam bisnis internasional. Diferensiasi yang memberi pe- luang terhadap bisnis internasional semakin mudah dilakukan dengan adanya globalisasi. Pentingnya diferensiasi dalam bisnis ini membentuk suatu global value creation yang ha- rus diatasi dengan strategi-strategi global. Konsep difference dalam konteks ini tidak se- mata-mata tentang lokalitas, tapi juga distance. Kajian globalisasi menambahkan arti pen-
I.4.1. Globalisasi dan Arti Penting Network
Bangkitnya network di era globalisasi, seperti yang diungkapkan oleh Manuel Castells, menunjukkan bahwa ada perubahan pola perusahaan dari vertikal menjadi ho-
risontal. 20 Perusahaan dengan pola horisontal inilah yang disebut sebagai network. Pe- rusahaan tidak lagi menggunakan sistem kepengurusan langsung oleh pemilik utama, te-
tapi memiliki banyak otonomi yang dikerjakan oleh perwakilan-perwakilan yang sesuai dengan keahliannya. Definisi network dalam perusahaan menurut Manuel Castells adalah bentuk khusus dari perusahaan yang sistemnya didasari pembagian segmen dari tujuan
sistem otonom. 21 Castells membagi network ke dalam lima tipe, salah satunya adalah ko- alisi standard. 22 Koalisi standard ini diprakarsai oleh potensial standard global dengan
20 Manuel Castells. 1996. The Information Age Economy, Society, and Culture: The Rise of the Network Society. Volume I. Oxford: Blackwell Publishers Ltd.
21 “… Definition of the network enterprise is that specific form of enterprise whose system of means is constituted by the intersection of segments of autonomous system of goals.” Dikutip dari Manuel
Castells. 1996. Ibid. p. 171.
22 “… These five types of networks are: (1) Supplier networks which are defined to include subcontracting, OEM (Original Equipment Manufacturing) and ODM (Original Design Manufacturing)
arrangements between a client and its suppliers of intermediate productions inputs. (2) Producer networks which are defined to include all co-production arrangements that enable competing producers to pool their production capacities, financial, and human resources in order to broaden their product portfolios and geographic coverage. (3) Costumer networks which are defined as the forward linkages of manufacturing companies with distributors, marketing channels, value-added resellers and end users, either in the major export markets or in domestic markets. (4) Standard coalitions which are initiated by potential global standard setters with the explicit purpose of locking-in as many firms as possible into their proprietary product or interface standards. (5) Technology cooperation networks which facilitate the acquisition of product design and production technology, enable joint production and process development, and permit generic scientific knowledge and RD to be shared.” Dikutip dari Manuel Castell. 1996. Loc.cit. p. 191.
tujuan untuk mengunci sebanyak mungkin perusahaan ke dalam standard atau produk mi- lik mereka.
Pada abad 20, foreign direct investment (FDI) 23 berkembang dengan sangat cepat. Franchising adalah salah satu bentuk FDI yang merupakan penjelmaan dari network
strategy. FDI mendalilkan bahwa selain keuntungan internalisasi juga harus ada beberapa keunggulan spesifik perusahaan (firm specific advantage FSA), yang harus dieksploitasi sebelum pesaing menyalinnya dengan erosi tak terelakkan yang kemudian mengikutinya. Ketika FSA digabungkan dengan keuntungan yang berasal dari lokasi internasional dan oleh eksploitasi internal, perusahaan internasional dapat memperoleh keunggulan atas
masyarakat pribumi. 24 Beberapa kritik dari pendekatan ini adalah, FDI menjelaskan ten- tang pola investasi, bukan memberikan penjelasan tentang proses ekspansi internasional
jangka panjang. 25
I.4.2. Network dan Standarisasi
Standarisasi merupakan metode yang digunakan oleh strategi network. Donald A. Ball, et al., mendefinisikan perusahaan global sebagai sebuah organisasi yang berupaya untuk (1) memiliki kehadiran pasarnya di seluruh dunia, (2) operasi-operasi yang distan- darisasikan di seluruh dunia dalam satu atau lebih bidang-bidang fungsional perusahaan,
23 Foreign Direct Investment (FDI) adalah pembelian aset fisik atau sejumlah besar kepemilikan perusahaan di negara lain yang bertujuan untuk berinvestasi dan mendapatkan ukuran kontrol manajemen,
serta agar dapat mengontrol aset-aset luar negeri. FDI meliputi perusahaan yang berafiliasi dan memiliki kemungkinan bekerjasama dengan perusahaan lain. Melalui FDI ini, perusahaan yang berada di home country dapat mengendalikan perusahaan yang berada di host country baik sebagian maupun seluruhnya.
24 Dunning, J. H. 1993. Multinational Enterprises and the Global Economy. Addison-Wesley, Wokingham dalam Julian Birkinshaw, Neil Hood and Stefan Jonsson. 1998. Building Firm-Specific
Advantages In Multinational Corporations: The Role Of Subsidiary Initiative. Strategic Management Journal, Vol. 19, 221–241 (1998).
25 Dunning, J. H. 1993. Ibid.
dan (3) menyatukan operasi-operasinya di seluruh dunia. 26 Definisi tersebut menunjuk- kan bahwa standarisasi dalam sebuah perusahaan global merupakan salah satu hal yang
penting. Manajemen lebih menyukai melakukan standarisasi global dalam seluruh operasi perusahaan sebab standarisasi dapat menghasilkan penghematan biaya yang cukup ber-
arti. 27 Jika produk itu dijual di pasar domestik kemudian diekspor, produksi mungkin da- pat berjalan lebih lama. Ketika produk standar dibuat di luar negeri, ongkos produksi
akan lebih rendah karena pengeluaran ekstra untuk penelitian dan desain baik dari produk domestik yang disesuaikan maupun mendesain yang baru di luar negeri akan dihindari.
Standarisasi dalam strategi pemasaran memiliki sejumlah manfaat. Manfaat ter- sebut antara lain: 28 (1) biaya lebih rendah, (2) pengendalian dan koordinasi dari kantor
pusat lebih mudah, dan (3) pengurangan waktu yang dihabiskan dalam penyiapan rencana pemasaran. Economies of scale adalah satu alasan beberapa perusahaan menekankan pa-
da standarisasi periklanan regional atau global. Perusahaan semakin banyak yang meng- gunakan merek-merek global atau regional dengan sejumlah alasan: yang pertama adalah biaya. Dengan memproduksi sebuah iklan TV untuk digunakan di seluruh wilayah, se- buah perusahaan dapat menghemat sampai 50 dalam biaya produksi. Kedua, ada ke- sempatan yang lebih baik untuk memperoleh sebuah sumber regional untuk melakukan pekerjaan berkualitas tinggi daripada mencari sumber-sumber di berbagai negara yang akan bekerja dengan standar yang sama tingginya. Ketiga, sebagian manajer pemasaran yakin perusahaan mereka harus memiliki citra tunggal di seluruh kawasan. Keempat, pe- rusahaan-perusahaan yang membentuk organisasi regional di mana banyak fungsi seperti
26 Donald A. Ball, dkk. 2004. Bisnis Internasional. Buku Satu. Diterjemahkan oleh Syahrizal Noor, SE., MBA. Jakarta: Salemba Empat. p. 6.
27 Donald A. Ball dan Wendell H. McCulloch. 2001. Op.cit. p. 599. 28 Donald A. Ball dan Wendell H. McCulloch. 2001. Loc.cit. pp. 600-615.
pemasaran disentralisasikan. Kelima, televisi satelit dan kabel global dan regional se- makin banyak tersedia.
Banyak perusahaan internasional telah mengetahui perlunya melembagakan pe- rencanaan strategi global yang resmi untuk memberi alat kepada manajemen puncak agar mengidentifikasi peluang-peluang dan ancaman-ancaman dari seluruh dunia, merumus- kan strategi-strategi untuk menanganinya, dan menyatakan bagaimana membiayai imple-
mentasi strategi-strategi itu. 29 Rencana strategis global tidak hanya memberikan kon- sistensi tindakan di antara para manajer perusahaan di seluruh dunia, tetapi juga meng-
haruskan para peserta mempertimbangkan percabangan dari tindakan-tindakan mereka di bidang-bidang geografis dan fungsional perusahaan itu.
I.4.3. Bisnis Internasional dan Paradoks Diferensiasi
Globalisasi dan bisnis internasional memungkinkan sebuah perusahaan me- mindahkan sebagian operasinya ke tempat dimana mereka dapat melaksanakan kegiatan-
nya secara efisien. 30 Perusahaan dapat memindahkan fasilitas produksi mereka pada ne- gara lain, ataupun memasarkan produknya di negara lain. Hilangnya hambatan-hambatan
dalam melakukan kegiatan bisnis lintas batas negara ini menjadikan strategi diferensiasi sebagai hal yang penting untuk diperhatikan setiap pelaku bisnis.
Dalam teori umum bisnis internasional, diferensiasi dianggap sebagai peluang dan kesempatan. Perbedaan kebutuhan dan ketersediaan antar negara-negara di dunia men- jadikan peluang bisnis semakin terbuka. Anggapan bahwa kita hidup di dunia semi-
29 Donald A. Ball dan Wendell H. McCulloch. 2001. Loc.cit. p. 800. 30 John D. Daniels, Lee H. Radebaugh Daniel P. Sullivan, 2007. International Business: Environment and Operations. New Jersey: Pearson Prentice Hall. Chapter 5: International Trade. p. 165.
globalized, dengan perbedaan-perbedaan antar negara tetap menjadi hal penting yang me- nyebabkan sebuah perusahaan mengglobal dan menciptakan nilai-nilai global dalam ke- giatan bisnisnya. Kegiatan ekspor-impor antar negara muncul karena perbedaan kebutuh- an di satu negara dan persediaan yang dimiliki oleh negara lain. Itu artinya, pengusaha perlu melakukan spesialisasi produk sehingga negara memiliki daya tawar di pasar inter- nasional. Linger mengatakan bahwa perdagangan akan lebih berat bila negara-negara me- miliki struktur permintaan yang sama, apalagi bila permintaan tersebut tergantung pada
pendapatan. 31
Pada diskusi ini, diferensiasi tetap menjadi faktor utama dalam strategi global. Namun diferensiasi bukan semata-mata soal lokalitas, tetapi juga soal distance. Yang ter- masuk distance di sini meliputi dimensi cultural, administrativepolitical, geographic, dan economic (CAGE). Perbedaan distance antar negara dapat menimbulkan masalah yang harus dihadapi oleh suatu perusahaan. Contohnya kasus perusahaan Google yang mengalami kesulitan di Russia dan China. Pada cultural distance, kesulitan terbesar Google untuk masuk pasar Russia terkait dengan bahasa yang relatif sulit. Pada administrative distance ditunjukkan dengan kesulitan Google dalam memperoleh kesepa- katan mengenai sensor sebab terdapat perbedaan kerangka kebijakan China dengan kebi- jakan home country-nya yaitu Amerika Serikat.
31 “.. The internal demand had to be ‘representative’ of national demand, meaning that a country would specialize in the production and export of those goods demanded by a dominant plurality of the
population. … The reasoning behind this argument was that entrepreneurs pursued those profit opportunities of which they were most aware, which meant domestic needs. … Linder concluded that trade would be heaviest between countries with similar demand structures, and since those demand structures depended on income, countries with relatively close per capita income and distribution of income would be particularly strong trading partners.” Dikutip dari David B. Yoffie dan Benjamin Gomes-Casseres. 1994. International Trade and Competition: Cases and Notes in Strategy and Management. New York: McGraw-
Hill, Inc. p. 11.
Namun demikian Pangkaj Ghemawat berasumsi bahwa distance tidak selalu bu- ruk. 32 Wal-Mart, merupakan salah satu contoh yang berhasil memanfaatkan distance an-
tar negara. Dengan mengeksploitasi economic distance, Wal Mart dapat memperoleh le- bih banyak pendapatan dari pengadaan barang dari China, dalam sebuah bentuk entitas international store network. Sensitivitas keempat dimensi distance perlu menjadi per- hatian sebuah entitas bisnis ketika memasuki wilayah dan pasar negara lain. Memahami kerangka CAGE sebuah negara dapat menolong kita untuk memetakan keadaan global, menentukan strategi internasional, serta mengetahui biaya dan keuntungan yang akan di- peroleh ketika perusahaan melakukan ekspansi ke luar negeri.
Pada akhirnya, diferensiasi merupakan peluang bagi pelaku bisnis untuk dapat melakukan bisnis internasional. Apalagi dalam hal ini distance, yang merupakan bagian dari diferensiasi, turut memberikan dampak positif bagi berlangsungnya kegiatan bisnis dengan lingkup lintas batas negara.
I.4.4. Dari Diferensiasi ke Glokalisasi
Kajian globalisasi telah menambahkan arti penting diferensiasi melalui introdusi arti penting glokalisasi dalam bisnis. Agregasi merupakan salah satu alternatif strategi yang digunakan untuk mengatasi masalah diferensiasi antar negara, meskipun, agregasi
sangat terbatas kekuatannya. 33 Keterbatasan itu membuat bisnis internasional yang di- ciptakan oleh diferensiasi membutuhkan sebuah cara atau strategi yang dapat memberi-
kan kemudahan dalam pelaksanaannya. Strategi itu disebut dengan glokalisasi. Adaptasi
32 Pangkaj Ghemawat. 2007. Redefining Global Strategy: Crossing Borders in a World Where Differences Still Matter. Boston, Massachusetts: Harvard Business School Press. p. 35.
33 Pangkaj Ghemawat. Ibid. p. 167.
juga perlu dilakukan dengan mencari tahu kesamaan antara negara sebagai sumber pen- ciptaan nilai.
Pertengahan tahun 1990, glokalisasi menjadi satu konsep yang menduduki tempat yang semakin sentral dalam studi globalisasi. Konsep glokalisasi bisa dibilang hampir menggantikan globalisasi, atau yang lebih mungkin, menggunakan kedua konsep itu se- cara bersama-sama. Istilah glokalisasi dicetuskan oleh Roland Robertson, yang dalam kamus kata “glocal” dan proses “glocalisation” berarti “formed by telescoping global and local to make a blend”. 34 Ide ini juga timbul dari sebuah kata dalam bahasa Jepang “dochakuka” yang berarti mengadaptasi teknik pertanian dengan kondisi lokal. Dalam dunia bisnis ide itu diadopsi untuk merujuk ke lokalisasi global. Glokalisasi diartikan se- bagai penciptaan produk atau jasa yang ditujukan untuk pasar global, tetapi disesuaikan
dengan budaya lokal. 35
Menurut Robertson, istilah glokalisasi digunakan untuk menunjukkan adanya ”perkawinan budaya” antara budaya lokal dan modern. 36 Glokalisasi menjadi strategi
yang muncul sebagai kritik terhadap konsep perdagangan bebas neoklasik. Strategi glo- kalisasi banyak dimanfaatkan perusahaan agar produknya dapat diterima oleh masyarakat lokal. Contohnya, McDonald berupaya untuk membuat menu khusus yang dipadukan de- ngan resep makanan lokal Indonesia, seperti rice burger dan juga nasi sebagai pen- damping ayam goreng demi menarik perhatian masyarat.
34 Robertson, Roland. 1995. Glocalization: Time-space and Homogeneity- heterogeneity. M. Featherstone et al (ed) GlobalModernities, London: Sage. p. 28 dalam Habibul Haque Khondker. 2004.
Glocalization as Globalization: Evolution of a Sociological Concept. Bangladesh e-Journal of Sociology, Vol. 1. No. 2. July, 2004.
35 “.. The creation of products or services intended for the global market, but customized to suit the local cultures” dikutip dari http:www.wordspy.comwords .
36 Fatkhul Anas. 7 Januari 2009. Kebumen Menuju Kota Budaya. [online] dalam
http:suaramerdeka.comv1index.phpreadcetak2009010746260Kebumen.Menuju.Kota.Budaya. [diakses 18 Desember 2011].
Proporsi-proporsi utama glokalisasi tidak terlalu berbeda dari argumen-argumen utama versi globalisasi: 37 (1) keragaman adalah esensi dari kehidupan sosial; (2) global-
isasi tidak menghapus semua perbedaan; (3) otonomi sejarah dan budaya memberi rasa unik bagi sebuah kelompok masyarakat yang kita kenal dengan sebutan kebudayaan, ma- syarakat atau negara; dan (4) glokalisasi adalah gagasan yang menghilangkan ketakutan bahwa globalisasi akan menjadi gelombang pasang yang menghapus semua perbedaan. Sejumlah buku dan artikel tentang globalisasi memberikan kesan bahwa globalisasi men- ciptakan kekuatan yang dapat menyeragamkan dunia dan menghilangkan hambatan bu- daya serta menggabungkannya menjadi satu kesatuan global. Glokalisasi tidak menjaji- kan sebuah dunia yang bebas dari konflik dan ketegangan tetapi lebih memahami sejarah secara mendasar tentang hal-hal yang rumit sebelum memandang pragmatis terhadap du- nia.
Globalisasi pasar mengacu pada kenyataan bahwa beberapa industri pada dasar- nya saling terkait dan beberapa kekuatan dalam pasar nasional menyatu ke dalam penga- ruh pasar global. Hal tersebut juga menunjukkan bahwa setiap produk global juga harus diterima oleh konsumen di negara yang dituju dengan menyesuaikan dengan karakteristik
khusus dan perilaku pembelian di negara tersebut. 38
Regionalisme proses produksi dan jasa muncul karena mudahnya MNC melaku- kan investasi asing di era globalisasi. 39 Regionalisme disini diartikan sebagai sebuah upa-
ya yang dilakukan oleh masing-masing perusahaan untuk menekan biaya yang harus di-
37 Habibul Haque Khondker. 2004. Glocalization as Globalization: Evolution of a Sociological Concept. Bangladesh e-Journal of Sociology, Vol. 1. No. 2. July, 2004.
38 Rusdin, Drs., MSi. 2002. Bisnis Internasional: dalam Pendekatan Praktek. Bandung: Alfabeta.
p. 14.
39 “… The multinatonal firms of the three major economic power have been concentrating their FDI in their respective backyards and fashioning regionalized production and service networks.” Dikutip dari
Robert Gilpin. 2001. Global Political Economy: Understanding the International Economic Order. New Jersey: Princenton University Press. p. 292.
keluarkan perusahaan dengan melakukan proses produksi di tempat yang lebih dekat de- ngan sumber daya, baik bahan baku maupun tenaga kerja yang lebih murah. Selain itu, regionalisme jasa dilakukan untuk memperlancar pemasaran produk dengan cara me- lakukan adaptasi dengan lingkungan lokal. Agar dapat sukses melakukan bisnis multi- nasional, perusahaan harus mengerti budaya negara lain dan berupaya untuk beradaptasi
dengannya. 40
Meskipun terdapat beberapa manfaat standarisasi, banyak perusahaan merasa per- lu untuk memodifikasi bauran yang ada maupun mengembangkan yang baru. 41 Sejauh
mana perubahan-perubahan itu bergantung pada jenis produk (konsumen atau industrial), kekuatan-kekuatan lingkungan, dan tingkat penetrasi pasar yang diingini manajemen. Dengan demikian, glokalisasi memunculkan sebuah budaya perusahaan yang relatif baru, tergantung pada sejauh mana perusahaan mengadaptasi kebudayaan lokal ke dalam pe- rusahaannya, khususnya pada kegiatan operasional.
1.4.5. Hospitality Industry: Antara Network dan Glokalisasi
Dalam industri hospitality, khususnya dalam bisnis jaringan global hotel interna- sional, network merupakan hal yang perlu untuk memperoleh standarisasi perusahaan dan menikmati kemudahan akan kekuatan brand yang telah dimiliki perusahaan induk.
40 “… To be successful in multinational businesses, one must understand the cultures of other countries and learn how to adapt to them. To an extent, all individuals are home country oriented; the
challenge in international business is learning how to broaden one’s perspective to avoid making business decisions based on misconceptions.”dikutip dari Alan M. Rugman dan Richard M. Hodgetts. 1995. International Business: A Strategic Management Approach. New York: McGraw-Hill, Inc. p. 124.
41 Donald A. Ball dan Wendell H. McCulloch. 2001. Bisnis Internasional. Buku Dua. Edisi Pertama. Diterjemahkan oleh Syahrizal Noor, SE., MBA. Jakarta: Salemba Empat. p. 600
Namun, di luar pengembangan network, strategi glokalisasi tak jarang juga dilakukan un- tuk menarik pasar lokal.
Alan R. Rugman dan Richard M. Hodgetts berpendapat bahwa perusahaan dengan brand image yang kuat dapat lebih sukses tanpa strategi diferensiasi. 42 Keutamaan brand
yang digunakan dalam persaingan ini membuat network dan standarisasi menjadi kekuat- an yang sangat menentukan. Pentingnya network dan standarisasi ini didukung dengan pernyataan Michael E. Porter yang menyatakan bahwa akar pertumbuhan perusahaan adalah sistematisasi dan standarisasi. Menurutnya, perusahaan dapat memperoleh keung- gulan kompetitif dengan melakukan replikasi layanan secara konsisten dan efisien di ba- nyak lokasi dalam memandu perilaku karyawan dan membuat proses pelaksanaan tugas- tugas individu berjalan secara otomatis. Replikasi standard inilah yang kemudian mem- buat perusahaan lebih unggul karena secara tidak langsung perusahaan tersebut mendapat dukungan pengadaan, manajemen dumber daya manusia, pengembangan dan teknologi,
serta infrasutruktur dari perusahaan induk. 43
Hospitality industry meliputi berbagai bidang, meliputi bisnis hotel, restoran, fast food, juga bisnis persewaan mobil. Secara umum, industri ini mendominasi penggunaan mode franchising dan manajemen kontrak untuk mengembangkan usahanya menjadi bis-
42 “… Companies with strong international brand image have also been able to succeed without a
differentiation strategy.” dikutip dari Alan M. Rugman dan Richard M. Hodgetts. 1995. Op.cit. p. 300.
43 “ … At the root of the growth of the large, multi-unit service firm is systematization and in some cases standardization of the process of delivering services. The firm is able to replicate services
consistently and efficiently at many locations because it creates standardized facilities, methodology, and procedures to guide the behavior of employees, and automates individual service delivery tasks. … By proliferating standardized units at many locations, a multi-unit firm can gain substantial competitive advantages over single-unit firms, both in the service delivery process and especially in support activities (procurement, human resource management, technology development, and infrastructure).” Dikutip dari Michael E. Porter. 1990. The Competitive Advantage of Nations. New York: The Free Press. p. 245.
nis multinasional. 44 Penggunaan tatanan kontrak manajemen dan franchising di bidang perhotelan memberikan juga keuntungan dalam hal periklanan. Pengusaha hotel periklan-
an hanya perlu dilakukan oleh jaringan hotel saja, selebihnya promosi dilakukan dari da- lam melalui kepuasan atas pelayanan. 45 Mode yang diterapkan ini tak ayal membentuk
sebuah chains of hotels, yang pada perkembangan berikutnya persaingan antara jaringan hotel jauh lebih signifikan dibandingkan dengan persaingan antar hotel itu sendiri. Pada industri perhotelan, keunggulan spesifik perusahaan adalah sistem reservasi global dan ekuitas brand yang memungkinkan operator ekonomi dengan lingkup dan skala internasi- onal dalam memberikan tawaran kepada pebisnis saat bepergian ke luar negeri.
Keutamaan network dalam industri perhotelan ditunjukkan dalam penelitian yang ditulis oleh Farok J. Contractor dan Sumit K. Kundu (1998) dengan judul artikel Fran- chising versus Company-Run Operation: Modal Choice in the Global Hotel Sector. Con- tractor dan Kundu berasumsi bahwa franchise adalah komponen penting dalam strategi
global di banyak sektor jasa, khususnya perhotelan. 46 Franchise menunjukkan adanya ga- bungan beberapa faktor, meliputi level pengembangan dalam pasar luar negeri, jangkauan
globalisasi dan pengalaman internasional dari perusahaan, serta faktor strategis seperti tingkat investasi dalam sistem reservasi global dan brand, sebaik ukurannya dalam kese- luruhan operasi.
44 Geoffrey Jones. 2004. Multinationals and Global Capitalism: From the Nineteenth to the Twenty- first Century. Oxford: University Press. p. 128.
45 “… Applying the paradigm to the service sector, the lower propensity of the hotel industry to engage in foreign direct investment relative to the advertising industry is hypothesized to be because MNEs
have fewer unique competitive advantages vis-à-vis domestic firms, or because hotel firms believe that they better appropriate the rent on these assets by way of using the external market that can advertising firms are better undertaken from a home rather than a foreign production base.” Dikutip dari John H. Dunning. 1993. The Globalization of Business. London: Routledge. pp. 252-253.
46 Farok J. Contractor dan Sumit K. Kundu. 1998. Franchising versus Company-Run Operation: Modal Choice in the Global Hotel Sector. Journal of International Marketing, Vol. 6, No. 2 (1998), pp. 28-
53. American Marketing Association.
Pada dasarnya, hotel merupakan usaha yang bergerak di bidang jasa di mana pro- duknya yaitu pelayanan, yang mempunyai sifat tidak terlihat tetapi langsung dirasakan oleh tamu. Pelayanan bersifat heterogen, artinya, bahwa pelayanan dipengaruhi oleh ke- inginan tamu yang bermacam-macam, sehingga tamu terlibat secara langsung dalam pro- ses pelayanan ini. Kualitas pelayanan merupakan hal yang sangat penting dalam dunia perhotelan. Kualitas pelayanan merupakan faktor utama yang membedakan diri dari hotel lainnya. Pelayanan sangat penting sebab hal tersebut menentukan apakah pelanggan akan datang kembali atau tidak. Sebagai contoh, perusahaan Amerika banyak membuka ca-
bang di berbagai lokasi dalam suatu negara sebagai sebuah jaringan. 47 Sekali pelanggan merasakan keuntungan dan kepuasan dari pengalamannya menggunakan jasa jaringan pe-
rusahaan tersebut, berikutnya mereka akan menggunakan jasa jaringan perusahaan ter- sebut di manapun berada, bahkan di luar negeri sekalipun.
Untuk dapat memenuhi keinginan-keinginan dan kebutuhan pelayanan perhotelan, maka terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan mulai dari perencanaan desain ru- angan, penyediaan dan pemasangan perlengkapan operasional, sikap para karyawan, ke- indahan dan kebersihan lingkungan serta upaya-upaya lain yang dapat meningkatkan nilai tambah dari hotel. Yang menarik, pada industri perhotelan, kompetisi internasional uta-
manya berada pada segmen mewah dan perjalanan bisnis. 48 Ramainya persaingan di bi- dang perhotelan seiring dengan majunya kegiatan bisnis di dunia, yang juga ditunjukkan
dengan terus meningkatnya presentase wisatawan mancanegara. 49 Sehingga, sebagian be-
47 “ … In such service industries as hotels, car rental, industrial laundry, and others, for example, American firms developed far-flung networks within the nation consisting of dozens, if not hundreds, of
offices or locations. Once they gained the experience of running a network of U.S. locations, the next step for many was to establish foreign networks.” Dikutip dari Michael E. Porter. 1990. Op.cit. p. 258.
48 “… In hotels, for example, international competition is primarily in the luxury and business travel
segments.” Dikutip dari Michael E. Porter. 1990. Loc.cit. p. 250.
49 Suryanto. Antara News. Loc.cit.
sar konsumen merupakan para wisatawan bisnis. Industri perhotelan merupakan bidang yang sensitif terhadap kenyamanan yang harus didapat oleh konsumen. Oleh karenanya, standard internasional penting untuk mengakomodasi kebutuhan tamu-tamu internasional yang mencari kenyamanan yang sama dengan yang diperolehnya di tempat asal. Upaya memberikan kenyamanan bagi tamu hotel juga ditunjukkan dengan tersedianya menu in- ternasional di samping variasi menu tradisional di seluruh restoran yang berada di hotel. Hal tersebut disesuaikan dengan para tamu yang tidak hanya berasal dari dalam negeri, tapi juga dari luar negeri yang kadang-kadang sulit menyesuaikan lidahnya dengan ma- kanan setempat.
Secara umum, teori tentang industri perhotelan banyak mengarah pada network sebagai kunci sukses utama. Namun demikian, ada hal lain yang juga tak kalah penting. Penelitian eklektik yang dilakukan John H. Dunning and Matthew Mcqueen (1981) da- lam The Eclectic Theory of International Production: A Case Study of the International Hotel Industry tidak hanya menyediakan data-data komprehensif tentang pertumbuhan, struktur dan bentuk keterlibatan perusahaan multinasional dalam industri hotel inter- nasional, tetapi lebih jauh juga menunjukkan bahwa perbedaan sistem politik dan tata ni-
lai juga menentukan. 50 Salah satu hal yang menjadi perhatian utama penulis mengenai teori eklektik ini adalah pentingnya memperhatikan faktor-faktor ekonomi, politik, sosial
dan budaya ketika sebuah perusahaan memasuki pasar negara lain. Bisnis perhotelan ten- tu sangat terlibat dengan hal tersebut, sebab karakter usahanya yang sangat memanfaat- kan pasar di wilayah lain agar dapat eksis. J.A Pienaar (2009) melakukan sebuah peneliti- an tentang strategi bisnis di bidang hospitality yang kemudian melaporkannya dalam ben-
50 John H. Dunning and Matthew Mcqueen. 1981. The Eclectic Theory of International Production: A Case Study of the International Hotel Industry. Managerial and Decision Economics, Vol. 2, No. 4,
Multinational Business (Dec., 1981), pp. 197-210.
tuk master tesis yang berjudul Effective International Expansion Strategies for Hotel Companies. 51 Dalam penelitian tersebut, Pienaar menginvestigasi strategi ekspansi dalam
bisnis hospitality, meliputi pertimbangan apa saja yang perlu diperhatikan sebuah hotel untuk dapat masuk ke pasar lokal. Dengan menggunakan teori bisnis internasional dan paradigma eklektik Dunning, ekspansi hotel perlu memperhatikan kebutuhan pasar, sta- bilitas politik, serta perbedaan budaya. Selain itu, rantai logistik dan persediaan harus di- kembangkan bersamaan dengan berbagai hal operasional dari laporan keuangan, pemasa- ran dan human resources. Adaptasi struktur organisasi juga penting dalam menjalankan bisnis hotel chains. Pienaar juga memasukkan dampak kemajuan teknologi dan global- isasi dalam penelitian ini dalam melihat perubahan trend pada dekade terakhir di bidang perhotelan.
Untuk mengakomodasi kebutuhan hotel akan kekhawatiran tentang politik ekono- mi, dan budaya di negara lain, strategi yang paling tepat untuk memenuhi kebutuhan pe- rusahaan sehingga dapat memperoleh kemudahan di pasar lokal adalah strategi glo- kalisasi. Rogel Hallowell, David Bowen, Carin-Isabel Knoop (1993-2005) dalam artikel berjudul Four Season Goes to Paris lebih banyak berbicara tentang corporate culture, yaitu melihat bagaimana sebuah perusahaan masuk ke dalam sebuah kebudayaan lain dan
sukses di tengah-tengahnya. 52 Four Season Hotel Resorts membuka properti pertama di Perancis pada tahun 1999. Artikel ini merupakan studi kasus untuk menggambar-
kan perspektif tentang bagaimana sebuah perusahaan dengan budaya organisasi yang kuat dan sangat sukses mendekati lingkup nasional budaya baru dengan kebudayaan yang sa-
51 J.A Pienaar. 2009. Effective International Expansion Strategies for Hotel Companies. Master Tesis. Port Elizabeth: University of the Nelson Mandela Metropolitan University.
52 Rogel Hallowell, David Bowen, Carin-Isabel Knoop. 1993-2005. Four Season Goes to Paris. The Academy of Management Executive (1993-2005), Vol. 16, No. 4, Services:Enhancing Effectiveness
(Nov., 2002), pp. 7-24. Academy of Management.
ngat berbeda, seperti halnya di Perancis. Manajer bisa mendapatkan keuntungan dari ka- sus ini dengan memahami pendekatan ini untuk organisasi dan nasional budaya, yang pe- nulis percaya merupakan kerangka kerja yang bermanfaat bagi manajemen global. Arti- kel ini dimulai dengan diskusi tentang hubungan antara budaya perusahaan dan keunggu- lan kompetitif untuk organisasi pelayanan. Kemudian menggambarkan dukungan perusa- haan struktur dan filosofi bahwa Four Seasons dikembangkan selama dua dekade untuk mendukung ekspansi internasional dan untuk mengelola properti yang diajukan Perancis. Akhirnya, dia menjelaskan tentang bagaimana perusahaan berupaya mengubah properti itu menjadi salah satu perusahaan yang berhasil. Strategi bisnis internasional, khususnya glokalisasi yang menjadi fokus utama penelitian ini menentukan keberhasilan perusahaan dalam menguasai pasar lokal. Jika Four Seasons berhasil masuk ke pasar lokal Perancis dengan cara mengadopsi berbagai budaya lokal, maka perusahaan lain tentu memiliki ca- ra dan porsi yang berbeda untuk menyukseskan visi dan misi perusahaannya terkait de- ngan hal tersebut.
1.4.6. “Accor-Story”: Network atau Glokalisasi?
Setelah membahas arti penting network dan diferensiasi dalam industri hospi- tality, dalam kasus Accor sebuah penjelasan alternatif mungkin dapat dikemukakan ter- utama dalam kaitan kemungkinan diterapkannnya strategi glokalisasi di samping strategi penguatan network dan standarisasi. Sementara itu, perusahaan-perusahaan operator hotel internasional yang lain juga menerapkan strategi network di industri ini. Contohnya ja- ringan Hilton Worldwide, yang berupaya untuk memberikan produk, layanan dan penga- Setelah membahas arti penting network dan diferensiasi dalam industri hospi- tality, dalam kasus Accor sebuah penjelasan alternatif mungkin dapat dikemukakan ter- utama dalam kaitan kemungkinan diterapkannnya strategi glokalisasi di samping strategi penguatan network dan standarisasi. Sementara itu, perusahaan-perusahaan operator hotel internasional yang lain juga menerapkan strategi network di industri ini. Contohnya ja- ringan Hilton Worldwide, yang berupaya untuk memberikan produk, layanan dan penga-
kipun sedang berada di San Francisco, London atau Tokyo. Guna memberikan layanan ini, Hilton membagi informasi kepada anggota lain dari Hilton Worlwide Portfolio of Brands, pewaralaba, hotel yang dikelola atau penyedia layanan yang mungkin terletak di luar negeri. Hilton Worldwide, Inc. adalah pihak yang bertanggung jawab terhadap mana- jemen informasi pribadi yang digunakan bersama. Standard pelayanan yang disediakan oleh hotel relatif sama untuk semua hotel dalam jaringan Hilton Worlwide di manapun lokasinya, agar standard kualitas pelayanan yang diberikan kepada pelanggan terjamin.
Sama halnya dengan jaringan hotel Hilton, Jaringan hotel Hyatt pun memiliki se- jumlah fasilitas dan standard global yang digunakan secara sama di seluruh wilayah ber- operasinya hotel yang tergabung di jaringan tersebut. Salah satu contohnya adalah dalam hal teknologi informasi (TI). Untuk hotel sekelas Grand Hyatt, tak bisa dipungkiri peran
teknologi informasi (TI) sangatlah penting guna menunjang proses bisnis. 54 Jaringan ho- tel bintang lima internasional yang berpusat di Chicago AS ini tersebar di berbagai nega-
ra, sehingga sistem TI pun seragam, menggunakan standard yang sama. Penyeragaman sistem TI ini juga berlaku untuk jaringan hotel Hyatt di Indonesia, seperti Grand Hyatt Jakarta, Hyatt Regency Bandung, Hyatt Regency Yogyakarta, Hyatt Regency Surabaya, Bali Hyatt, Grand Hyatt Bali, dan Hotel Aryaduta Jakarta (yang juga dikelola Hyatt Inter- nasional). Sistem TI global merupakan sistem TI standard yang digunakan oleh jaringan hotel Hyatt di seluruh dunia. Sistem TI global ini adalah hotel system dengan aplika-
53 Hilton Hotels Resorts. Updated Dec 2011. Hilton Worldwide, Inc.Kebijakan Privasi Global. [online] dalam http:www.hilton.comenhipromotionshi_privacypolicy_indonesianindex.jhtml [diakses
18 Desember 2011].
54 Suryadi, D. dan Maulana Y. 2003. Bedah Kasus Kebijakan TI. Jaringan Hotel Hyatt: Harus Lebih Mengenali Pelanggan. Majalah Swa(sembada). Edisi 23 Januari- 5 Februari 2003. No. 02XIX23.
si property management system (PMS) MaxialHYAdvantage yang terintegrasi, mulai da- ri aplikasi front office, purchasing, point of sales, sales and marketing, food and bevera-
ge hingga aplikasi accounting. Penyeragaman juga berlaku untuk software aplikasi yang digunakan. Contohnya, software untuk mail system menggunakan Lotus NotesDomino, sedangkan untuk beberapa hardware yang tidak termasuk kategori major (misalnya workstation), manajemen Hyatt Internasional mem-persilakan manajemen lokal meng- gunakan perangkat yang harganya disesuaikan dengan anggaran hotel. Hyatt juga me- ngembangkan sistem reservasi global. Hyatt selama ini telah memiliki dan menggunakan jaringan khusus yang saling terhubung satu sama lain.