Kontribusi Bahan Organik dan Anorganik pada Pemantapan Pertumbuhan Jarak Pagar (Jatropha curcas) di Lahan Bekas Tambang Timah

KONTRIBUSI BAHAN ORGANIK DAN ANORGANIK
PADA PEMANTAPAN PERTUMBUHAN JARAK PAGAR
(Jatropha curcas) DI LAHAN BEKAS TAMBANG TIMAH

FAULIA LISFIANI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2009

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul Kontribusi Bahan
Organik dan Anorganik pada Pemantapan Pertumbuhan Jarak Pagar (Jatropha
curcas) di Lahan Bekas Tambang Timah adalah karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan
tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.


Bogor,

Februari 2009

Faulia Lisfiani
NIM G351050151

ABSTRACT

FAULIA LlSFIANI. Contribution of Organic and Inorganic Material for
Establishing The Growing of Physic nut (Jatropha curcas L.) on Tin-Mined
Land. Under supervisory of HAMIM and UTUT WIDYASTUTI.

Uncontrolled tin mining activity can result in damages of environment
including reduced land fertility. Under this situation, revegetation is needed in
order to support the land rehabilitation. Physic nut is a good candidate for
revegetation because it has adaptation capability for growing on critical land. To
support this program, the research in soil ameliorant and cultivation technique
which able to manipulate environment is required, so that can support the plant
establishment especially during the beginning of plantation. The aim of this

research was to investigated organic and inorganic contribution to support life
cycle physic nut development on tin mined land. The research was carried out on
tin-mining land of PT. Timah Bangka located on TS 1.33, Sungai Liat, Bangka
Island. The experiment used was a Randomized Block Design with 2 factors and 3
replication. The first factor was fertilizer application comprised A0(0%), A1(50%),
A2(75%) and A3(100%) of recommended fertilizer Urea:SP36:KCl
(40g:100g:20g). The second factor was soil ameliorant including B0= without
ameliorant, B1= chicken manure, B2= compost, B3= top soil B4= dolomite and
B5= top soil+ dolomite. The result showed that fertilizer factor significantly
improved plant growth indicated in all parameters by plant height, shoots dry
weight, roots dry weight and total dry weight of plant. At the soil ameliorant
factor, only chicken manure that was able to improve plant growth and production
under tin mining conditions. The combination 50% inorganic fertilizer and
chicken manure showed a good result better than other combination for the
production characters .This combination also gave a good result on the vigorous
plant expressed. Revegetation with physic nut and contribution of amelioran can
improved the biology condition of tin mined-land.
Keywords: Jatropha curcas L., revegetation, tin-mining, organic and inorganic
contribution


RINGKASAN

FAULIA LISFIANI. Kontribusi Bahan Organik dan Anorganik pada
Pemantapan Pertumbuhan Jarak Pagar (Jatropha curcas) di Lahan Bekas
Tambang Timah. Dibimbing oleh HAMIM dan UTUT WIDYASTUTI.
Kegiatan penambangan timah dilakukan dengan melakukan pembukaan
lahan yang menyingkirkan seluruh vegetasi di atas lahan tambang, dalam proses
pemisahan konsentrat timah dari pasir melalui pencucian akan menghasilkan
tumpukan tailing yang menyebabkan kerusakan lahan karena persentase pasir
yang mencapai lebih dari 90%, pH masam peningkatan Al-dd, penurunan nilai
KTK dan kadar C-organik tanah, serta rendahnya kandungan P-tersedia dan basabasa tanah yang lain.
Di sisi lain, pengembangan biofuel dalam rangka memperoleh bahan baker
alternatif terus dilakukan di berbagai negara. Melalui Peraturan Presiden No.1
tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional, menetapkan jarak pagar (Jatropha
curcas L.) sebagai salah satu sumber bahan bakar nabati (BBN). Pengusahaan
tanaman jarak pagar sebagai sumber bahan bakar tidak akan mengganggu
penyediaan kebutuhan minyak makan nasional, kebutuhan industri oleokimia dan
ekspor crude palm oil (CPO), serta meningkatkan keamanan lingkungan melalui
pengurangan produksi polutan dari penggunaan bahan bakar fosil.
Tanaman jarak pagar menjadi pilihan yang layak sebagai tanaman

revegetasi lahan bekas tambang timah karena kemampuannya yang dapat hidup di
lahan yang beriklim panas, mampu beradaptasi pada tanah yang kurang subur
serta tahan kekeringan. Perbaikan kondisi tanah, tingkat adaptibilitas tanaman,
pertumbuhan tanaman dan keberadaan mikroorganisme tanah yang mampu
bersimbiosis secara mutualisme dengan tanaman menentukan keberhasilan
rehabilitasi lahan, sehingga dibutuhkan pemberian bahan organik dan anorganik
untuk mendukung kemantapan pertumbuhan awal tanaman jarak pagar di lahan
bekas tambang timah.
Keberhasilan jarak pagar untuk mampu tumbuh di lahan bekas tambang
timah yang kritis diharapkan tidak akan mengganggu penggunaan lahan-lahan
produktif yang ditujukan untuk tanaman pangan. Revegetasi lahan bekas tambang
timah dengan jarak pagar juga diharapkan akan mewujudkan pemulihan lahan
yang terganggu ekologinya sehingga dapat pulih atau mendekati kondisi semula.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kontribusi bahan
organik dan anorganik pada kemantapan pertumbuhan jarak pagar (Jatropha
curcas) di lahan bekas tambang timah. Kombinasi bahan organik dan anorganik
dimaksudkan untuk mencari dosis yang sesuai bagi pertumbuhan optimal tanaman
jarak pagar di lahan bekas tambang timah. Respon tanaman terhadap kontribusi
bahan organik dan anorganik dipergunakan untuk mengetahui potensi
pengembangan jarak pagar sebagai tanaman revegetasi di lahan bekas tambang

timah.
Penelitian di lapangan dilakukan di lahan tambang timah TS 1.33 Pulau
Bangka. Percobaan menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan 3 ulangan
yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah pupuk anorganik yaitu A0(0%),
A1(50%), A2(75%) dan A3(100%) dari dosis rekomendasi Urea:SP36:KCl

(40g:100g:20g) per tanaman. Faktor yang kedua adalah amelioran, B0=tanpa
amelioran, B1=kotoran ayam 4 kg/tanaman, B2=kompos 4 kg/tanaman, B3=top
soil 4 kg/tanaman, B4= dolomit 0,5 kg/tanaman and B5= top soil+ dolomit,
2+0,25 kg/tanaman.
Parameter yang diukur meliputi karakteristik lahan dengan menganalisis
sifat fisik dan kimia tailing juga vegetasi yang terdapat di lokasi penanaman jarak
pagar di lahan bekas tambang timah, respon morfologi yaitu tinggi tanaman,
diameter batang, jumlah daun, jumlah cabang, bobot kering tajuk, bobot kering
akar, bobot kering total. Pada respon produksi yang diukur adalah persentase
tanaman berbunga, umur berbunga, persentase tanaman berproduksi, umur panen,
jumlah buah per tanaman, jumlah biji per tanaman, bobot kering biji per tanaman.
Juga dilakukan analisis serapan hara N, P dan K pada tanaman. Analisis
mikroorganisme berupa cendawan dan bakteri Bacillus serta Pseudomonas,
dilakukan untuk mengetahui kelimpahan mikroorganisme pada daerah perakaran

tanaman akibat pengaruh adanya tanaman jarak pagar dan bahan amelioran di
lahan bekas tambang timah.
Hasil dari penelitian ini adalah pemberian pupuk anorganik akan
mendukung pemantapan pertumbuhan awal dari tanaman jarak pagar di lahan
bekas tambang timah pada seluruh respon morfologi yang diamati. Amelioran
kotoran ayam nyata meningkatkan serapan hara dan respon produksi tanamann
Pemberian pupuk Urea:SP36:KCl (20g:50:10g) dan amelioran kotoran ayam lebih
efektif mendukung pertumbuhan awal tanaman jarak pagar dan memberikan
respon produksi tertinggi pada saat tanaman berumur 8 bulan dibanding perlakuan
lain. Keberadaan mikroorganisme pada daerah perakaran tanaman jarak pagar
menunjukkan bahwa tanaman jarak pagar dan kontribusi dari amelioran di lahan
bekas tambang timah mampu memperbaiki kondisi biologis lahan bekas tambang
timah.

© Hak Cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2009
Hak cipta dilindungi Undang-undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya.
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan

karya ilmiah, penyusunan laporan, penulis kritik, atau tinjauan suatu
masalah.
b. pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.
2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis
ini dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.

KONTRIBUSI BAHAN ORGANIK DAN ANORGANIK
PADA PEMANTAPAN PERTUMBUHAN JARAK PAGAR
(Jatropha curcas) DI LAHAN BEKAS TAMBANG TIMAH

FAULIA LISFIANI

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Departemen Biologi

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR

2009

Judul Penelitian

Nama
NRP

: Kontribusi Bahan Organik dan Anorganik pada Pemantapan
Pertumbuhan Jarak Pagar (Jatropha curcas) di Lahan Bekas
Tambang Timah.
: Faulia Lisfiani
: G351050151

Disetujui,
Komisi Pembimbing,

Dr. Ir. Utut Widyastuti, M.Si.
Anggota

Dr. Ir. Hamim, M.Si.

Ketua

Diketahui,

Ketua Program Studi Biologi

Dr. Ir. Dedy Duryadi Solihin, DEA

Tanggal ujian : 20 Februari 2009

Dekan Sekolah Pascasarjana IPB

Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, M.S.

Tanggal lulus :

26 Februari 2009

Penguji pada ujian tesis :


Dr. Ir. Memen Surahman, MSc.

Staf Pengajar Departemen Agronomi dan Hortikultura
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 12 Agustus 1981 dari ayah
Drs. H. Fatri dan ibu Hj. Ismiati, S.Pd.I. Penulis merupakan putri pertama dari dua
bersaudara.
Tahun 1999 penulis lulus dari SMUN 89 Jakarta dan pada tahun yang sama
melanjutkan ke Universitas Andalas, Padang, Fakultas Pertanian. Pada tahun 2004
penulis memperoleh gelar Sarjana Pertanian. Pada tahun 2005 penulis
melanjutkan pendidikan ke jenjang Sekolah Pascasarjana di Institut Pertanian
Bogor, Program studi Biologi.

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala
karuniaNya sehingga tesis ini berhasil diselesaikan. Penelitian yang dilaksanakan
sejak bulan Febuari 2007 sampai Februari 2008 ini berjudul Kontribusi Bahan

Organik dan Anorganik pada Pemantapan Pertumbuhan Jarak Pagar (Jatropha
curcas) di Lahan Bekas Tambang Timah.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Hamim, M.Si. dan Ibu
Dr.Ir.Utut Widyastuti,M.Si. atas bimbingan dan saran yang telah diberikan sejak
persiapan, pelaksanaan penelitian hingga selesainya tesis ini.
Kepada Proyek HI-LINK DIKTI, PT. TIMAH, Universitas Bangka Belitung
dan Pemda Kabupaten Bangka Induk terima kasih atas dana dan bantuan yang
telah diberikan sehingga penelitian ini dapat terlaksana dengan baik. Ucapan yang
sama disampaikan kepada Kepala Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan
Bioteknologi, Kepala Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi Institut
Pertanian Bogor atas kemudahan dalam penggunaan fasilitas laboratorium.
Kepada kedua orangtua dan adikku tercinta, serta segenap keluarga yang
senantiasa mendukung dalam doa dan semangat, dengan hati yang tulus penulis
mengucapkan banyak terima kasih.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Februari 2009
Faulia Lisfiani

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ........................................................................................... x
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiv
PENDAHULUAN
Latar Belakang .........................................................................................
Tujuan Penelitian .....................................................................................
Hipotesis ...................................................................................................
Manfaat Penelitian ...................................................................................

1
3
3
3

TINJAUAN PUSTAKA
Rehabilitasi Lahan Bekas Tambang Timah ...............................................
Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas) .....................................................
Pemupukan ..............................................................................................

4
5
7

BAHAN DAN METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................................
Bahan dan Alat .........................................................................................
Rancangan Percobaan ..............................................................................
Tahapan Penelitian ...................................................................................
Parameter Pengamatan .............................................................................

9
9
9
11
12

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil ........................................................................................................
Pembahasan ..............................................................................................

15
34

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ..............................................................................................
Saran .........................................................................................................

47
47

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................

48

LAMPIRAN ...............................................................................................

54

DAFTAR TABEL
Halaman
1 Kombinasi perlakuan pupuk anorganik dan amelioran .............................

10

2 Persentase tanaman berbunga dan umur berbunga tanaman ....................

25

3 Persentase tanaman berbuah dan umur panen tanaman ...........................

25

4

Keragaman cendawan rhizosfer sebelum di revegetasi ............................

32

5 Keragaman cendawan rhizosfer setelah di revegetasi ..............................

32

6 Kehadiran bakteri Bacillus sp. dan Pseudomonas sp. .............................

33

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Kondisi lahan bekas tambang timah TS 1.33 Pulau Bangka ..................... 15
2 (a) Tinggi tanaman jarak pagar terhadap faktor pupuk anorganik,
(b) Tinggi tanaman jarak pagar terhadap faktor amelioran ....................... 17
3 Tinggi tanaman jarak pagar terhadap kombinasi perlakuan pupuk
anorganik dan amelioran ......................................................................... 17
4 (a) Diameter batang jarak pagar terhadap faktor pupuk anorganik,
(b) Diameter batang jarak pagar terhadap faktor amelioran ...................... 18
5 Diameter batang jarak pagar terhadap kombinasi perlakuan pupuk
anorganik dan amelioran ......................................................................... 19
6 (a) Jumlah cabang jarak pagar terhadap faktor pupuk anorganik,
(b) Jumlah cabang jarak pagar terhadap faktor amelioran ........................ 19
7 Jumlah cabang jarak pagar terhadap kombinasi perlakuan pupuk
anorganik dan amelioran ......................................................................... 20
8 (a) Jumlah daun jarak pagar terhadap faktor pupuk anorganik,
(b) Jumlah daun jarak pagar terhadap faktor amelioran ............................ 20
9 Jumlah daun jarak pagar terhadap kombinasi perlakuan pupuk anorganik
dan amelioran.......................................................................................... 21
10 (a) Bobot kering tajuk jarak pagar terhadap faktor pupuk anorganik,
(b) Bobot kering tajuk jarak pagar terhadap faktor amelioran .................. 21
11 Bobot kering tajuk jarak pagar terhadap kombinasi perlakuan pupuk
anorganik dan amelioran ......................................................................... 22
12 (a) Bobot kering akar jarak pagar terhadap faktor pupuk anorganik,
(b) Bobot kering akar jarak pagar terhadap faktor amelioran ................... 22
13 Bobot kering akar jarak pagar terhadap kombinasi perlakuan pupuk
anorganik dan amelioran ......................................................................... 23
14 (a) Bobot kering total jarak pagar terhadap faktor pupuk anorganik,
(b) Bobot kering total jarak pagar terhadap faktor amelioran ................... 23
15 Bobot kering total jarak pagar terhadap kombinasi perlakuan pupuk
anorganik dan amelioran ......................................................................... 24
16 (a) Jumlah buah per tanaman terhadap faktor pupuk anorganik,
(b) Jumlah buah per tanaman terhadap faktor amelioran .......................... 26
17 Jumlah buah per tanaman terhadap kombinasi perlakuan pupuk anorganik
dan amelioran.......................................................................................... 26
18 (a) Jumlah biji per tanaman terhadap faktor pupuk anorganik,
(b) Jumlah biji per tanaman terhadap faktor amelioran ............................ 27

19 Jumlah biji per tanaman terhadap kombinasi perlakuan pupuk anorganik
dan amelioran.......................................................................................... 27
20 (a) Bobot total biji per tanaman terhadap faktor pupuk anorganik,
(b) Bobot total biji per tanaman terhadap faktor amelioran ...................... 28
21 Bobot total biji per tanaman terhadap kombinasi perlakuan pupuk
anorganik dan amelioran ......................................................................... 28
22 (a) Serapan hara N terhadap faktor pupuk anorganik,
(b) Serapan hara N terhadap faktor amelioran .......................................... 29
23 Serapan hara N terhadap kombinasi perlakuan pupuk anorganik dan
amelioran ................................................................................................ 29
24 (a) Serapan hara P terhadap faktor pupuk anorganik,
(b) Serapan hara P terhadap faktor amelioran .......................................... 30
25 Serapan hara P terhadap kombinasi perlakuan pupuk anorganik dan
amelioran ................................................................................................ 30
26 (a) Serapan hara K terhadap faktor pupuk anorganik,
(b) Serapan hara K terhadap faktor amelioran .......................................... 31
27 Serapan hara K terhadap kombinasi perlakuan pupuk anorganik dan
amelioran ................................................................................................ 31
28 Morfologi tanaman kontrol (A0B0) dan perlakuan amelioran kotoran
ayam (A0B1) .......................................................................................... 39

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Matriks korelasi antara serapan hara, respon morfologi dan produksi ......

55

2 Hasil analisis tailing timah TS 1.33 .........................................................

56

3 Hasil Analisis Bahan Organik ................................................................

57

4 Cendawan rhizosfer di lahan bekas tambang timah yang sudah di
revegetasi dengan jarak pagar ..................................................................

58

5 Cendawan rhizosfer di lahan bekas tambang timah sebelum di revegetasi
dengan jarak pagar ..................................................................................

59

6 Perbandingan morfologi tanaman kontrol dan amelioran kotoran ayam ...
7 Buah dan biji jarak pagar terhadap kombinasi pupuk anorganik dengan
amelioran kotoran ayam... ............................................................ ............
8 Komposisi media Potato Dextrose Agar (PDA), Nutrient Broth (NB) dan
King’s B....................................................................................... ............

60
61
62

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kegiatan penambangan timah dilakukan dengan melakukan pembukaan
lahan yang menyingkirkan seluruh vegetasi di atas lahan tambang. Proses
pemisahan konsentrat timah akan menghasilkan tumpukan tailing yang juga
menyebabkan kerusakan lahan. Lahan bekas tambang memiliki persentase pasir
yang mencapai lebih dari 90%, pH masam, rendahnya kandungan hara, daya
pegang air, serta jumlah bakteri dan fungi (Nurtjahya 2001; Saptaningrum 2001)
yang menyebabkan kondisi lahan bekas tambang timah menjadi tidak produktif.
Kondisi lahan bekas tambang timah yang rendah kemampuannya dalam
menunjang pertumbuhan tanaman membutuhkan rehabilitasi karena secara
alamiah dibutuhkan waktu hingga 40 tahun agar lahan bekas tambang dapat
menyamai sifat tanah asli (PT Tambang Timah 1991). Rehabilitasi dilakukan
melalui upaya pemberian tanah liat, kapur serta bahan organik yang dimaksudkan
untuk memperbaiki struktur tanah, meningkatkan agregasi dan kemantapan tanah,
memperbaiki

aerasi,

meningkatkan

kemampuan

menyimpan

air,

serta

meningkatkan daya ikat tanah sehingga unsur hara yang ditambahkan pada lahan
bekas tambang timah yang berupa tailing pasir tidak mudah hilang tercuci.
Upaya revegetasi dengan penanaman jarak pagar (Jatropha curcas L)
memberi keuntungan bagi kegiatan rehabilitasi di lahan bekas tambang, karena
pertumbuhan tanaman ini dapat membantu terjadinya suksesi secara cepat.
Kemampuan jarak pagar untuk dapat hidup di lahan yang beriklim panas, tandus
dan berbatu, tanah yang kurang subur dan tanah bergaram serta tahan kekeringan
menyebabkan tanaman ini memiliki kemampuan beradaptasi yang luas. Selain itu
pembukaan lahan untuk penanaman jarak pagar sebagai penghasil bahan bakar
nabati diharapkan mampu menyediakan sumber bahan bakar alternatif dan
tambahan penghasilan bagi masyarakat di sekitar lahan bekas penambangan.
Potensi produksi minyak yang diperoleh dari biji jarak pagar sebesar 1.590
kg/ha/tahun (Kandpal & Madan 1995) produksi tersebut lebih rendah dibanding
produksi minyak kelapa sawit yang dapat mencapai 4-6 ton/ha/tahun
(Hadipermata et al. 2006), namun karena jarak pagar merupakan tanaman lahan

kering, maka dapat dikembangkan pada daerah yang tidak cocok bagi
pengembangan kelapa sawit serta pangan. Keberhasilan jarak pagar untuk mampu
tumbuh di lahan bekas tambang timah yang kritis diharapkan tidak akan
mengganggu penggunaan lahan-lahan produktif.
Diketahui bahwa penggunaan lahan bekas tambang timah untuk lahan
pertanian sifatnya sangat terbatas karena adanya kontaminasi logam berat di
tanah. Beberapa buah-buahan dan sayuran yang ditanam di lahan bekas tambang
timah dilaporkan memiliki konsentrasi logam berat seperti merkuri, cadmium,
arsenik di atas ambang batas yang diijinkan oleh Food Acts 1986 (Ang 2005).
Kondisi tercemar logam berat pada biji jarak pagar yang ditanam di lahan bekas
tambang timah tentu tidak akan bersifat racun bagi manusia karena jarak pagar
bukan merupakan tanaman yang dimakan.
Jarak pagar juga mudah dalam perawatan dan pada usia 6-8 bulan telah
berproduksi. Hal ini sesuai dengan syarat dari tanaman revegetasi yang
dikemukakan oleh Setiawan (1993) antara lain bernilai ekonomis dan hasilnya
dapat diperoleh dalam waktu yang tidak terlalu lama. Pengusahaan tanaman jarak
pagar sebagai sumber bahan bakar nabati pun tidak akan mengganggu penyediaan
kebutuhan minyak makan nasional tidak seperti halnya dengan biofuel yang
berasal dari kelapa sawit, serta akan meningkatkan keamanan lingkungan melalui
pengurangan produksi polutan akibat penggunaan bahan bakar fosil (Manurung
2006).
Sehubungan dengan pentingnya jarak pagar sebagai salah satu alternatif
pemecahan masalah krisis bahan bakar fosil dan kebutuhan untuk merehabilitasi
lahan bekas tambang timah maka diperlukan penelitian mengenai peranan bahan
organik dan anorganik yang dapat menunjang keberhasilan reklamasi lahan bekas
tambang timah. Keberhasilan tersebut tergantung dari kondisi tanah, tingkat
adaptibilitas tanaman, pertumbuhan tanaman dan keberadaan mikroorganisme
tanah

yang

mampu

bersimbiosis

secara

mutualisme

dengan

tanaman.

Pertumbuhan tanaman jarak pagar yang optimal diharapkan mampu merevegetasi
lahan bekas tambang timah sehingga tujuan dari reklamasi untuk memperbaiki
lahan bekas tambang agar kondisinya aman, stabil dan tidak mudah tererosi dapat
tercapai.

Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kontribusi bahan
organik dan anorganik pada pemantapan pertumbuhan tanaman jarak pagar
(Jatropha curcas L.) di lahan bekas tambang timah dan responnya terhadap
keragaman mikroba tanah. Kombinasi bahan organik dan anorganik dimaksudkan
untuk mencari dosis yang sesuai bagi pertumbuhan optimal tanaman jarak pagar
di lahan bekas tambang timah.

Hipotesis
Tanggap karakter morfologi dan produksi jarak pagar (Jatropha curcas)
akan berbeda pada tiap perlakuan kombinasi bahan organik dan anorganik.

Manfaat penelitian
Penelitian ini diharapkan akan menghasilkan input teknis budidaya yang
paling mendukung pertumbuhan awal jarak pagar di lahan bekas tambang timah.
Informasi tersebut akan memperkaya pengembangan strategi yang efektif dalam
upaya revegetasi di lahan bekas tambang timah bagi rehabilitasi lingkungan
dengan waktu yang singkat.

TINJAUAN PUSTAKA
Rehabilitasi Lahan Bekas Tambang Timah
Penelitian Amriwansyah (1990) pada tiga lokasi tambang timah di Pulau
Bangka memberikan hasil bahwa proses aktifitas penambangan berpengaruh nyata
meningkatkan persentase pasir dan menurunkan persentase debu, liat, bahan
organik tanah, bobot fisik tanah, air tersedia, pH tanah, alumunium dapat ditukar,
nitrogen total, fosfor tersedia, kalium tersedia serta kapasitas tukar kation.
Saptaningrum (2001) dalam penelitiannya juga mendapatkan bahwa lahan bekas
tambang memiliki sifat fisik dan kimia tanah yang rendah dalam menunjang
pertumbuhan tanaman revegetasi yang dilakukan oleh PT Timah. Lahan yang
terdegradasi akibat penambangan tersebut selain miskin bahan organik dan hara
yang tersedia juga menyebabkan penurunan propagul mikroba dan penyusutan
populasi mikrobiota yang akan mempengaruhi siklus hara (Herrera 1993).
Upaya yang dapat dilakukan untuk mengembalikan kondisi lahan dalam
keadaan normal antara lain dengan melakukan reklamasi yang mengarah pada
kegiatan revegetasi dan rehabilitasi ekosistem. Keberhasilan reklamasi tersebut
tergantung dari kondisi tanah, tingkat adaptibilitas tanaman, pertumbuhan
tanaman dan keberadaan mikroorganisme tanah yang mampu bersimbiosis secara
mutualisme dengan tanaman. Upaya rehabilitasi tailing timah yang pernah
dilakukan antara lain dengan penggunaan amelioran bahan organik dan tanah
mineral pada tanaman jati, aplikasi bio-organik, tanaman penutup Centrosema
mucoides dan C. pubescens serta inokulasi mikoriza, aplikasi berbagai jenis
kotoran (ayam, sapi dan babi) pada bibit rumput, pemanfaaan mulsa pada bibit
Acacia mangium dan Paraserianthes falcataria serta pemupukan NPK (Nurtjahya
2008; Kusumastuti 2005).
Menurut Bradshaw (1983), masalah-masalah yang dijumpai dalam
merehabilitasi lahan bekas tambang adalah masalah fisik, kimia (nutrients dan
toxicity) dan biologi. Masalah fisik tanah mencakup tekstur dan struktur tanah.
Akibat dari kegiatan pertambangan mempengaruhi solum tanah dan terjadinya
pemadatan tanah, mempengaruhi stabilitas tanah dan bentuk lahan. Masalah kimia

tanah berhubungan dengan reaksi tanah (pH), kekurangan unsur hara dan
keracunan mineral. Sedangkan kendala biologi seperti tidak adanya penutupan
vegetasi dan tidak adanya mikroorganisme potensial dapat diatasi dengan
perbaikan kondisi

tanah, pemilihan

jenis pohon, dan pemanfaatan

mikroorganisme.
Komponen yang paling besar berperan dalam reklamasi biologis adalah
tumbuhan. Ini karena berbagai kelebihan yang dimiliki antara lain sistem
perakaran yang mampu mencegah erosi sekaligus menyimpan air. Tajuk pohon
akan menahan terpaan air hujan, sebagai pengatur mikroklimat di lingkungan
tumbuh, termasuk mempertahankan kelembaban, suhu dan cahaya matahari pada
lingkungan tumbuh. Di samping itu juga deposit serasah akan berperan sebagai
bahan baku organik untuk tanah.
Diperlukan suatu studi awal untuk melihat apakah spesies tanaman cocok
dengan kondisi lahan bekas tambang, terutama untuk jenis-jenis yang cepat
tumbuh, tajuknya terbentuk dengan cepat dan daunnya mudah didekomposisi.
Penggunaan tanaman jarak pagar untuk merevegetasi lahan bekas tambang timah
diharapkan akan mampu merehabilitasi lahan kritis tersebut. Menurut Lugo
(1997), penanaman pohon-pohon akan memberi keuntungan bagi kegiatan
rehabilitasi lahan, karena akan memungkinkan terjadinya suksesi “Jump-start”
(permulaan yang sangat cepat), memberikan naungan, memodifikasi kondisi
ekstrim dari kerusakan lahan.
Jarak Pagar (Jatropha curcas Linn.)
Tanaman jarak pagar (Jatropha curcas L.) termasuk famili Euphorbiaceae,
merupakan tanaman tahunan berhabitus semak dengan tinggi hingga lebih
5 meter, batangnya berkayu, berbentuk silindris dan bergetah dengan sistem
percabangan tidak teratur. Tanaman jarak pagar memiliki daun tunggal, berwarna
hijau muda sampai hijau tua. Bentuk daun agak menjari yang tersusun berselangseling (Prihandana & Hendroko 2006; Hariyadi 2005; Heller 1996).
Bunga jarak pagar merupakan bunga majemuk berbentuk malai
(inflorescence) yang berwarna kuning kehijauan. Bunga berkelamin tungal
(unisexual) dan berumah satu (monoecious), namun sering juga ditemukan bunga

hermaprodit. Dalam tiap inflorescence, bunga betina berkisar 0 hingga 30 bunga
(Wiesenhutter 2003; Henning 2000).
Buah atau kapsul jarak pagar berbentuk bulat telur yang terbagi tiga ruang
berisi masing-masing satu biji. Proses pemasakan buah pada malai tidak serentak
dan memerlukan 90 hari dari pembungaan hingga masak. Biji berbentuk bulat
lonjong berwarna coklat kehitaman hingga hitam dengan berat berkisar 0,4 – 0,6
gram/biji (Prihandana & Hendroko 2006; Wiesenhutter 2003).
Makkar et al. (1997) melaporkan bahwa dari 18 provenan yang
dikumpulkan dari Afrika Barat, Amerika Utara dan Tengah serta Asia terdapat
variasi dalam berat biji (0,49-0,86 g), persentase bobot kernel (4-64%), protein
kasar (19-31%) dan minyak (43-59%). Produksi biji tanaman jarak pagar yang
diperoleh (Heller 1996) pada tahun pertama dapat mencapai 794 kg/ha atau 318
g/pohon sedangkan Jones & Miller (1992) memperoleh 0,4 ton/ha/tahun. Di India,
jarak pagar mulai berproduksi pada tahun kedua dan mampu menghasilkan biji
berkisar 0,4-12 ton/ha/tahun (Lele 2005).
Produktifitas yang sangat beragam dari tanaman jarak pagar tersebut
dipengaruhi oleh sifat genetik tanaman, kondisi iklim dan tanah setempat serta
input produksi yang diberikan. Teknis budidaya yang mempengaruhi produktifitas
tanaman jarak pagar antara lain adalah pemupukan, pengairan serta jarak tanam
(Heller 1996; Jones & Miller 1992). Penanaman tanpa irigasi di Cape Verde,
Amerika Latin hasilnya antara 780-2.250 kg/ha, di India dengan penerapan irigasi
hasilnya dapat mencapai 12 ton/ha dan di Mali, Afrika hasil tanaman jarak pagar
berkisar 2-2,4 ton/ha (Wiesenhutter 2003) sedangkan Heller (1996) hanya
memperoleh 700-900 kg/ha pada tanaman populasi pagar yang juga ditanam di
Cape Verde.
Program revegetasi lahan bekas tambang dengan jarak pagar telah
dilakukan di lahan tambang bauksit (Allolerung 2008) dan areal bekas
penambangan batu kapur PT Indocement (Permana 2008). Kandungan hara P
pada lahan penambangan bauksit tergolong sangat tinggi. Jumlah buah yang
dihasilkan tanaman jarak pagar yang ditanam di lahan bekas penambangan ini
sebanyak 110-160 buah/tanaman. Hasil produksi tersebut didukung dengan
pemberian pupuk anorganik Urea:TSP:KCl masing-masing sebanyak 50 gram per

tanaman ditambah dengan bahan organik berupa kotoran babi padat sebanyak 5 kg
ditambah kotoran cairnya 10 liter per tanaman. Pada lahan bekas penambangan
batu kapur pertumbuhan jarak pagar usia 6 bulan yang didukung dengan
pemberian pupuk kandang sebanyak 2 kg per tanaman akan menghasilkan
tanaman dengan tinggi 57,6 cm dan produksi bobot kering biji 55,9 gram per
pohon.

Pemupukan
Kemampuan jarak pagar untuk dapat tumbuh di berbagai kondisi lahan
mulai dari daerah beriklim sangat kering hingga sangat basah serta lahan marginal
(Foidhl et al, 1996; Heller 1996; Gubitz et al. 1999; Openshaw 2000) ternyata
memberi anggapan yang salah kalau tanaman ini akan tetap mampu berproduksi
tanpa perlu adanya pemeliharaan. Penanganan budidaya yang tepat akan sangat
menentukan pengembangan jarak pagar untuk menghasilkan produksi yang tinggi
pada berbagai kondisi lahan terutama lahan bekas tambang yang tergolong kritis.
Pemupukan di lahan bekas tambang timah dilakukan untuk mengatasi
kendala fisik dan kimia serta biologi melalui pemberian hara anorganik maupun
organik, sehingga unsur hara dapat tersedia bagi tanaman untuk meningkatkan
produksi yang diperoleh. Hasnam (2007) merekomendasikan penggunaan bahan
organik berupa pupuk kandang sebanyak 4–5 kg/lubang tanam/tahun sedangkan
untuk pupuk anorganik bagi jarak pagar pada tahun pertama diberikan sebanyak
40 gram (Urea), 100 gram (SP-36) dan 20 gram (KCl) tiap lubang tanam.
Menurut Novizan (2002), (a) pupuk organik mampu menyediakan unsur
hara makro dan mikro meskipun dalam jumlah yang jauh lebih kecil, (b) dapat
memperbaiki granulasi tanah berpasir dan tanah padat sehingga dapat
meningkatkan kualitas aerasi, memperbaiki drainase tanah dan meningkatkan
kemampuan tanah dalam menyimpan air, (c) mengandung asam humat (humus)
yang mampu meningkatkan kapasitas tukar kation tanah, (d) penambahan pupuk
organik dapat meningkatkan aktivitas mikroorganisme tanah, (e) dan pada tanah
masam, penambahan pupuk organik dapat membantu meningkatkan pH tanah.
Hal tersebut diperkuat oleh pernyataan Miyagawa (2005), mengenai efek
positif dari aplikasi kompos pada lahan pertanian, dari sisi: (a) kandungan nutrisi:

kandungan nutrisi dalam kompos sangat beragam, penambahan pupuk anorganik
yang dikombinasikan dengan kompos akan memperkaya efek pemupukan,
(b) meningkatkan kemampuan kimiawi: aplikasi dari kompos dapat meningkatkan
KTK (kapasitas tukar kation) tanah, kuantitas dari kation penting artinya untuk
menjaga keberadaan nutrisi dalam tanah, (c) meningkatkan kemampuan fisik:
aplikasi kompos secara kontinu dapat membentuk struktur agregat tanah.
Fenomena ini akan meningkatkan permeabilitas tanah, (d) meningkatkan aktifitas
mikroba tanah. Aplikasi kompos akan meningkatkan jumlah hewan tanah
berukuran kecil seperti cacing dan serangga tanah, penghancuran kompos yang
lebih cepat oleh binatang tersebut akan memudahkan penguraian kompos oleh
mikroba.
Urea (CO(NH2)2) mengandung 46% nitrogen (N), Fungsi utama dari unsur
N adalah untuk merangsang pertumbuhan tanaman secara keseluruhan. Defisiensi
hara N akan membatasi pertumbuhan karena tidak ada pembentukan protoplasma.
Kelebihan hara N akan menyebabkan pertumbuhan vegetatif lebih dominan,
batang menjadi lunak dan berair, menunda pembentukan bunga, kerontokan bunga
dan pematangan buah terhambat (Tisdale et al. 1985). Pupuk SP36 mengandung
36% fosfor dalam bentuk P2O5. Fosfor berperan dalam membantu percepatan
asimilasi dan respirasi sekaligus mempercepat pembungaan dan pemasakan buah
atau biji. Pada lahan masam, fosfor akan bereaksi dengan ion Fe (besi) dan Al
(alumunium) membentuk besi fosfat atau alumunium fosfat yang bersifat sukar
larut dalam air sehingga tidak dapat diserap tanaman (Soepardi et al. 1983).
Pupuk KCl mengandung 60% K2O dan khlor. Kalium dimanfaatkan dalam
mengatur metabolisme karbohidrat, nitrogen dan sintesa protein, mempercepat
jaringan meristematik, mengaktifkan beberapa enzim dan menambah resistensi
tanaman (Setyamidjaya 1986).

BAHAN DAN METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Percobaan lapangan dilakukan di lokasi bekas tambang timah TS 1.33
Desa Kimhin, Kecamatan Sungai Liat, Kabupaten Bangka Induk, Propinsi
Kepulauan Bangka Belitung. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari hingga
September 2007, penelitian laboratorium dilakukan pada bulan November 2007
hingga Februari 2008 di Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi IPB.

Bahan dan Alat
Bahan yang diperlukan adalah bibit tanaman jarak pagar berumur 3 bulan
hasil perbanyakan dari biji aksesi Lampung. Amelioran berupa kotoran ayam,
kompos dari bahan serbuk gergaji yang diperkaya dengan mikroba, dolomit, dan
top soil. Pupuk anorganik Urea, SP36, KCl. Bahan kimia untuk analisis hara N,
P, dan K tanaman dengan metode Kjehdal (N), Bray I (P) dan Morgan-Wolf (K),
bahan kimia untuk analisis hara tanah serta bahan pembuatan media PDA (Potato
Dextrose Agar) untuk media fungi dan media NB juga King’s B untuk media
bakteri.
Peralatan yang diperlukan adalah meteran, jangka sorong, gunting, oven,
timbangan analitik, votex, cawan petri, erlenmeyer, dan laminar air flow.

Rancangan Percobaan
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK), dengan 2
faktor. Faktor pertama, pupuk anorganik (A) Urea:SP36:KCl yaitu A0 = 0 (0%),
A1 = 20g:50g:10g (50%),

A2 = 30g:75g:15g (75%) dan A3 = 40g:100g:20g

(100%). Faktor kedua, amelioran (B) yaitu tanpa amelioran (B0) = 0, kotoran
ayam (B1) = 4 kg, kompos (B2) = 4 kg, top soil (B3) = 4 kg, dolomit (B4) = 0,5 kg,
kombinasi topsoil dan dolomit (B5) = 2 kg topsoil dan 0,25 kg dolomit.
Kombinasi perlakuan sebanyak 24 kombinasi dengan 3 ulangan.

Tabel 1 Kombinasi perlakuan pupuk anorganik dan amelioran

A0B0
A0B1
A0B2
A0B3
A0B4
A0B5
A1B0
A1B1
A1B2
A1B3
A1B4
A1B5
A2B0
A2B1
A2B2
A2B3
A2B4
A2B5
A3B0
A3B1
A3B2
A3B3
A3B4
A3B5

PERLAKUAN
Anorganik (%)
0
0
0
0
0
0
50
50
50
50
50
50
75
75
75
75
75
75
100
100
100
100
100
100

Amelioran
0
kotoran ayam
kompos
top soil
dolomit
top soil + dolomit
0
kotoran ayam
kompos
top soil
dolomit
top soil + dolomit
0
kotoran ayam
kompos
top soil
dolomit
top soil + dolomit
0
kotoran ayam
kompos
top soil
dolomit
top soil + dolomit

Model statistik yang digunakan adalah:

Υijk = µ + αi + βj + (αβ)ij + εijk
Keterangan :
i = 1, 2, 3
j = 1, 2, 3
Υijk = respon pengamatan pada unit percobaan yang mendapat perlakuan
pemupukan anorganik pada taraf ke-I dan perlakuan amelioran pada
taraf ke-j dengan ulangan ke-k.
µ
= rataan umum
αi
= pengaruh perlakuan pemupukan anorganik ke-i.
βj
= pengaruh perlakuan amelioran ke-j.
(αβ)ij = pengaruh interaksi perlakuan pemupukan anorganik ke-I dan amelioran
ke-j dengan ulangan ke-k
εijk = pengaruh galat dari perlakuan pemupukan anorganik ke-I dan amelioran
ke-j dengan ulangan ke-k

Uji F dilakukan untuk mengetahui pengaruh masing-masing perlakuan
yang diberikan terhadap pertumbuhan tanaman jarak pagar. Hipotesis yang
dipakai adalah:
Ho = perlakuan tidak memberikan pengaruh pada parameter yang di amati.
H1 = perlakuan memberikan pengaruh terhadap parameter yang diamati.
Analisis sidik ragam akan dilakukan dengan uji F, keputusan yang diambil
terhadap hasil uji F sebagai berikut, jika :
F hitung ≤ F tabel, Ho diterima
F hitung ≥ F tabel, H1 diterima.
Dari hasil uji F, jika memberikan pengaruh yang nyata

maka dilakukan uji

lanjutan dengan Uji Duncan.

Tahapan Penelitian
Persiapan lahan dimulai dengan membersihkan lahan dari sampah dan
tumbuhan pengganggu. Lahan di bagi menjadi 3 blok (ulangan), tiap blok dibagi
menjadi 24 petak perlakuan, Jarak tanam yang dipergunakan dalam satu petak
perlakuan adalah 2 x 2 m. Jarak antar petak pengamatan 3 m dan jarak antar blok
3 meter. 1 petak perlakuan terdapat 9 tanaman, tiap blok terdiri dari 216 tanaman
sehingga jumlah keseluruhan tanaman pada lahan percobaan sebanyak 648
tanaman. Kemudian disiapkan lubang tanam dengan ukuran 40 cm x 40 cm x 40
cm.
Pemberian amelioran (pupuk kandang, kompos, top soil, dolomit serta
kombinasi top soil dan dolomit) dilakukan 1 minggu sebelum tanam. Perlakuan
pemberian pupuk Urea, SP36 dan KCl diberikan pada saat tanam. Pemberian
pupuk dilakukan dengan mencampurkan seluruh bahan organik dan anorganik
dengan tailing pada lubang tanam.
Bibit tanaman jarak pagar aksesi Lampung dimasukkan ke lubang tanam
yang telah tercampur antara tailing dengan bahan amelioran selanjutnya pada
perlakuan yang diberikan pupuk anorganik dilakukan penambahan Urea, SP36
dan KCl sesuai dosis perlakuan yang kemudian juga dicampurkan ke dalam
lubang tanam.

Tidak dilakukan pemeliharaan intensif terhadap tanaman jarak pagar,
berupa penyiangan gulma, pengendalian hama penyakit maupun penyiraman.
Pengamatan dilakukan terhadap karakter morfologi dan produksi tanaman
jarak pagar untuk mengetahui kemantapan pertumbuhan tanaman pada kondisi
lapangan. Selain pengamatan kedua karakter tersebut juga dilakukan pengambilan
sampel terhadap tanaman untuk menganalisa serapan hara. Identifikasi terhadap
mikroorganisme di daerah perakaran tanaman jarak pagar dilakukan di
laboratorium.

Parameter Pengamatan
Karakteristik Lahan Bekas Tambang Timah dan Bahan Organik
Menganalisis sifat fisika dan kimia lahan TS 1.33, serta vegetasi yang ada
di lahan tersebut.
Respon morfologi jarak pagar (Jatropha curcas)
Tinggi tanaman (cm), tinggi tanaman diukur dari batas munculnya daun
pertama hingga titik timbuh. Diameter batang (mm), pengukuran dilakukan
dengan menggunakan jangka sorong pada tanda munculnya daun pertama. Jumlah
daun (helai), pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah daun sempurna
yang muncul sejak 2 MST (minggu setelah tanam) hingga minggu ke 15. Jumlah
cabang, pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah cabang yang muncul
dihitung sejak 2 MST hingga minggu ke 15. Bobot kering tajuk (g), tajuk dipanen
kemudian dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 75 - 80 oC dikeringkan selama
2 x 24 jam, kemudian tajuk ditimbang dengan timbangan analitik. Bobot kering
akar (g), akar dipisahkan dari tajuknya kemudian dicuci sampai bersih dan
dimasukkan ke oven bersuhu 75 - 80 oC dikeringkan selama 2 x 24 jam, kemudian
tajuk ditimbang dengan timbangan analitik. Bobot kering total, pengukuran
dilakukan dengan menjumlahkan bobot kering tajuk dan bobot kering akar.

Respon produksi jarak pagar (Jatropha curcas)
Persentase umur berbunga dihitung dari jumlah tanaman yang berbunga
hingga umur tanaman 8 bulan dari populasi perlakuan tiap ulangan. Umur
berbunga dilakukan dengan mencatat waktu pembungaan yang ditandai dengan
mekarnya bunga pada kluster. Persentase tanaman panen dihitung dari jumlah
tanaman yang berhasil dipanen buahnya pada saat tanaman berumur 8 bulan.
Umur panen pertama dilakukan pada saat sudah ada buah di kluster yang bisa
dipanen. Buah yang dipanen adalah buah yang berwarna kuning. Jumlah buah per
tanaman, penghitungan dilakukan dengan menghitung jumlah buah yang berhasil
dipanen hingga tanaman berusia 8 bulan. Jumlah biji per tanaman, parameter
jumlah biji per tanaman diukur dari biji yang berhasil dipanen hingga tanaman
berusia 8 bulan. Bobot kering biji per tanaman, diukur dari total biji yang berhasil
dipanen hingga tanaman berusia 8 bulan.

Analisis serapan hara tanaman
Analisis hara tanaman. Pengamatan dilakukan dengan mengambil sampel
dari daun yang telah berkembang sempurna yang merupakan daun ke-5 dan ke-6
dari titik tumbuh. Unsur yang dianalisis adalah kandungan N, P dan K pada
tanaman berdasarkan metode Kjehdal (N), Bray I (P) dan Morgan-Wolf (K).

Analisis mikroba tanah
- Isolasi cendawan asal tanah
Isolasi dilakukan untuk melihat perubahan keragaman cendawan yang ada
di rhizosfer tanaman akibat pengaruh revegetasi dengan jarak pagar dan
pemberian amelioran. Metode yang dipergunakan adalah metode pengenceran,
dengan mengeringkan sampel tanah pada suhu ruang selama 3 – 5 hari. Tumbuk
sampel tanah dengan mortar porselen hingga homogen. Saring sampel tanah
dengan saringan (mesh) berukuran 1 – 2 mm untuk menghomogenkan sampel
tanah dan memisahkan pengotor yang berukuran besar. Timbang dan masukkan
1 gram sampel tanah ke dalam erlenmeyer yang berisi 99 ml akuades steril (10-2)
kemudian voteks hingga homogen (sediaan I). Masukkan 1 ml sediaan I ke dalam

9 ml akuades steril (10-3), voteks hingga homogen (sediaan II). Lanjutkan proses
pengenceran hingga diperoleh pengenceran 10 -4 (sediaan III). Tuang dan sebar 0,1
ml sediaan III pada media agar PDA (Lampiran 8). Inkubasi biakan pada suhu
ruang selama 3 hingga 7 hari.

- Isolasi bakteri asal tanah
Pengamatan hanya ditujukan pada kehadiran bakteri pelarut fosfat
Bacillus dan Pseudomonas di rhizosfer tanaman jarak pagar melalui penggunaan
media selektif. Bakteri tanah diisolasi dengan cara mengambil sebanyak 1 g
sampel tanah tiap perlakuan dimasukkan dalam 9 ml garam fisiologis (0,85%
NaCl) steril, dilakukan pengenceran 10 -4. Bacillus sp. diisolasi dengan cara
memanaskan suspensi tanah hasil pengenceran pada suhu 80oC selama 15 –20
menit. Kemudian sebanyak 100 µl suspensi tanah dari masing-masing
pengenceran disebar dalam medium NB (Lampiran 8) sebagai media umum untuk
pertumbuhan bakteri dan medium King’s B (Lampiran 8) sebagai medium selektif
Pseudomonas. Medium diinkubasi selama 24 jam dalam suhu ruang. Isolat-isolat
bakteri yang tumbuh, dimurnikan pada medium yang sama dan diidentifikasi
dengan pewarnaan gram.
Pewarnaan gram terhadap biakan Pseudomonas. Sp dan Bacillus sp.
berumur 18-20 jam dibuat olesan pada kaca objek dan difiksasi dengan panas di
atas api bunsen. Selanjutnya diwarnai dengan kristal violet selama 1 menit
kemudian dibilas dengan akuades dan diwarnai dengan iodium gram selama 2
menit. Selanjutnya olesan dicuci dengan akuades dan pemucatan dilakukan
dengan etanol 95% tetes demi tetes selama 30 detik dan selanjutnya dicuci dengan
aquades selama 30 detik. Setelah itu olesan diwarnai dengan safranin selama 30
detik dan dibilas dengan aquades dan dikering udarakan serta diamati dibawah
mikroskop. Jika bakteri bersifat gram negatif maka akan berwarna merah, dan jika
bersifat gram positif maka akan berwarna ungu.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Karakteristik Lahan Bekas Tambang Timah dan Amelioran
Hasil analisis laboratorium terhadap kondisi lahan TS 1.33 di desa Kim
Hin, Sungailiat Kabupaten Bangka Induk dan bahan organik dalam hal ini pupuk
kandang, kompos serta topsoil disajikan pada Lampiran 3. Analisis dilakukan di
Balai Penelitian Tanah, Bogor.
Berdasarkan kelas tekstur tanah (Hanafiah 2005), tekstur tanah dari bekas
tambang timah TS 1.33 tergolong pasir hingga pasir berlempung dengan
komposisi pasir sebesar 83%, liat 13% dan debu 4% (Gambar 1). Tekstur pasir
dan liat slime yang berupa liat halus apabila mengendap akan menghasilkan
endapan tanah sangat keras seperti keramik. Kondisi tersebut menyulitkan
perakaran tanaman untuk menembus pori-pori tanah. Perakaran tanaman menjadi
terkonsentrasi hanya di lubang tanam dan tidak mampu menyebar seperti halnya
perakaran tanaman di lahan yang miskin hara (Lampiran 6).

Gambar 1 Kondisi lahan bekas tambang timah TS 1.33 Pulau Bangka.
Berdasarkan kriteria Puslittanak (1993) hara N, P dan K yang terkandung
dalam tailing timah di TS 1.33 tergolong sangat rendah berturut-turut sebesar
0,02%, 15 ppm dan 48 ppm. Tingkat kemasaman dari lahan bekas tambang TS
1.33 termasuk kategori masam dengan pH 5,1.

Perlakuan bahan organik berupa kotoran ayam yang ditambahkan pada
lubang tanam sebagai penunjang pertumbuhan jarak pagar di lahan bekas tambang
timah dapat meningkatkan kandungan unsur hara makro dan mikro serta
kandungan bahan organiknya. Kandungan N organik tergolong sedang (0,36%),
sedangkan P dan K tergolong sangat tinggi (1620 mg/100g dan 414 mg/100g)
dengan tingkat kemasaman yang bersifat agak alkalis dengan pH 7,6.
Kompos yang digunakan dalam perlakuan kali ini adalah kompos yang
dibuat dari limbah serbuk gergaji yang diberi aktivator mikroba berupa
Trichoderma harzianum, T. pseudokoningii dan Aspergillus sp. Analisis
kandungan hara kompos ini juga memiliki kandungan bahan organik yang sangat
tinggi dengan kandungan N, P dan K masing-masing sebesar 0,76%, 66 mg/100g
dan 157 mg/100g. Tingkat kemasaman dari kompos bersifat netral dengan pH 6,8.
Seperti halnya kondisi lahan tailing TS 1.33 yang kandungan haranya
rendah, maka topsoil yang dipergunakan sebagai perlakuan yang ditujukan untuk
mendukung pertumbuhan jarak pagar di lokasi bekas pertambangan timah ternyata
juga memiliki tingkat kandungan hara N tergolong rendah sebesar 0,17%
sedangkan P dan K tergolong sangat rendah sebesar 6 mg/100g dan 8 mg/100g.
Tingkat kemasaman dari topsoil tergolong masam dengan pH 4,8 lebih rendah
dari pH tailing, namun kandungan bahan organik topsoil tergolong sedang dengan
kandungan C organik sebesar 2,17%.
Dolomit mengandung 30% CaCO3 dan 19% MgCO3 yang setara dengan
110% kapur kalsit. Struktur kristal dolomit lebih kasar sehingga akan terurai dan
berekasi lebih lama sehingga cocok dipergunakan di lahan berpasir.
Vegetasi yang bisa ditemui di lahan bekas tambang timah TS 1.33 adalah
akasia (Acacia mangium) dan rumput jarum merah (Eleocharis retroflexa). Akasia
merupakan tanaman revegetasi yang dilakukan oleh PT Timah untuk mereklamasi
lahan bekas tambang timah. Pertumbuhan tanaman akasia di lahan bekas tambang
timah cukup baik namun penambangan inkonvensional yang dilakukan
masyarakat secara liar membuat penanaman akasia menjadi tidak efektif. Lahan
yang telah ditumbuhi akasia dibongkar untuk kembali dilakukan penambangan
timah.

Respon Morfologi Jarak Pagar (Jatropha curcas)
Tinggi Tanaman Jarak Pagar
Pada faktor tunggal, perlakuan pupuk anorganik berpengaruh nyata
meningkatkan tinggi tanaman dari jarak pagar (Gambar 2a). Perlakuan amelioran
berupa kotoran ayam (B1) juga nyata berpengaruh meningkatkan tinggi tanaman
sedangkan kompos (B2), topsoil (B3), dolomit (B4), dan kombinasi topsoil dan
dolomit (B5) tidak berbeda nyata dengan perlakuan tanpa amelioran (B0)
(Gambar 2b).
60
tinggi tan(cm) -

tinggi tan (cm)

60

40

20

0

40

20

0
A0

A1

A2

A3

B0

B1

faktor anorganik

B2

B3

B4

B5

faktor amelioran

(a)

(b)

Gambar 2 (a) Tinggi tanaman jarak pagar terhadap faktor pupuk anorganik,
(b) Tinggi tanaman jarak pagar terhadap faktor amelioran.

tinggi tan (cm) --

80

60

40

20

0

B0 B1 B2 B3 B4 B5 B0 B1 B2 B3 B4 B5 B0 B1 B2 B3 B4 B5 B0 B1 B2 B3 B4 B5
A0

Gambar 3

A1

perlakuan

A2

A3

Tinggi tanaman jarak pagar terhadap kombinasi perlakuan pupuk
anorganik dan amelioran.

Pemberian pupuk anorganik pada ketiga taraf dosis 50%, 75% dan 100%
yang diberikan secara tunggal tanpa amelioran maupun yang dikombinasikan
dengan amelioran memberikan pengaruh beda nyata terhadap tanaman dengan

perlakuan-perlakuan tanpa pupuk anorganik (A0), kecuali pada perlakuan tunggal
kotoran ayam