Hipotesis Penelitian

2.5. Hipotesis Penelitian

Menurut Imam Ghozali dalam bukunya yang berjudul Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS (2006, hal. 84), hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang kebenarannya harus diuji secara empiris. Hipotesis menyatakan hubungan apa yang kita cari atau ingin kita pelajari. Hipotesis adalah keterangan sementara dari hubungan fenomena-fenomena yang kompleks. Oleh karena itu, perumusan hipotesis menjadi sangat penting dalam sebuah penelitian.

Masih menurut Ghozali (2006, hal. 84), ada dua jenis hipotesis yang digunakan dalam penelitian, antara lain:

1. Hipotesis nol atau null hypotheses (Ho) Hipotesis ini menyatakan tidak ada perbedaan antara dua variabel, atau tidak adanya pengaruh variabel X terhadap variabel Y.

2. Hipotesis kerja atau alternatif (Ha) Hipotesis ini menyatakan adanya hubungan antara variabel X dan Y, atau adanya perbedaan antara dua kelompok.

Beberapa hipotesis yang diuji dalam penelitian ini, dalam rangka menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian adalah sebagai berikut.

1. Perubahan interest rate berpengaruh terhadap volatilitas return saham bank-bank di Indonesia

Menurut Herman (2003) dikutip Meta (2006, hal. 24), pengertian dari suku bunga adalah harga dari penggunaan uang untuk jangka waktu tertentu atau harga dari penggunaan uang yang dipergunakan pada saat ini dan akan dikembalikan pada saat mendatang. Volatilitas suku bunga SBI yang fluktuatif akan mempengaruhi volatilitas return saham Menurut Iswardono (1999) dikutip Sugeng (2004, hal. 34), kenaikan suku bunga akan berakibat terhadap menurunnya return saham begitu juga sebaliknya. Dalam menghadapi kenaikan suku bunga, para pemegang saham akan menahan sahamnya sampai tingkat suku bunga kembali pada tingkat yang dianggap normal. Sebaliknya, jika tingkat suku bunga jangka panjang meningkat maka pemegang saham cenderung menjual sahamnya karena harga jualnya tinggi. Menurut Saunders dan Yourougou (1990), tingkat pendapatan dan beban suatu bank dipengaruhi langsung oleh perubahan suku bunga pasar. Hal ini terjadi karena pada hakikatnya sumber utama pendapatan bank adalah dari pendapatan bunga atas kredit yang telah disalurkannya kepada para debitur, sedangkan sumber utama bebannya adalah beban bunga yang diberikannya kepada nasabah penyimpan. Beberapa penelitian empiris terdahulu seperti Lynge dan Zumwalt (1980), Flannery dan James (1984), Booth dan Officer (1985), Scott dan Peterson (1986), dan Bae (1990) menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara return saham perusahaan-perusahaan finansial dengan perubahan suku bunga pasar. Di sisi lain, juga terdapat beberapa penelitian yang Menurut Herman (2003) dikutip Meta (2006, hal. 24), pengertian dari suku bunga adalah harga dari penggunaan uang untuk jangka waktu tertentu atau harga dari penggunaan uang yang dipergunakan pada saat ini dan akan dikembalikan pada saat mendatang. Volatilitas suku bunga SBI yang fluktuatif akan mempengaruhi volatilitas return saham Menurut Iswardono (1999) dikutip Sugeng (2004, hal. 34), kenaikan suku bunga akan berakibat terhadap menurunnya return saham begitu juga sebaliknya. Dalam menghadapi kenaikan suku bunga, para pemegang saham akan menahan sahamnya sampai tingkat suku bunga kembali pada tingkat yang dianggap normal. Sebaliknya, jika tingkat suku bunga jangka panjang meningkat maka pemegang saham cenderung menjual sahamnya karena harga jualnya tinggi. Menurut Saunders dan Yourougou (1990), tingkat pendapatan dan beban suatu bank dipengaruhi langsung oleh perubahan suku bunga pasar. Hal ini terjadi karena pada hakikatnya sumber utama pendapatan bank adalah dari pendapatan bunga atas kredit yang telah disalurkannya kepada para debitur, sedangkan sumber utama bebannya adalah beban bunga yang diberikannya kepada nasabah penyimpan. Beberapa penelitian empiris terdahulu seperti Lynge dan Zumwalt (1980), Flannery dan James (1984), Booth dan Officer (1985), Scott dan Peterson (1986), dan Bae (1990) menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara return saham perusahaan-perusahaan finansial dengan perubahan suku bunga pasar. Di sisi lain, juga terdapat beberapa penelitian yang

H 01 : Perubahan interest rate tidak berpengaruh negatif terhadap volatilitas return saham bank-bank di Indonesia.

H a1 : Perubahan interest rate berpengaruh negatif terhadap volatilitas return

saham bank-bank di Indonesia.

2. Perubahan exchange rate berpengaruh terhadap volatilitas return saham bank-bank di Indonesia.

Nilai tukar mata uang ( exchange rate ), sering disebut kurs, merupakan harga mata uang terhadap mata uang lainnya. Kurs merupakan salah satu harga yang terpenting dalam perekonomian terbuka mengingat pengaruh yang demikian besar bagi neraca transaksi berjalan maupun variabel-variabel makroekonomi yang lainnya. Menurut Mankiw dalam bukunya yang berjudul Brief Principles of Macroeconomics (2009, hal. 287), nilai tukar mata uang atau kurs valuta asing terdiri dua jenis yaitu:

a. Nominal Exchange Rate, merupakan kurs yang ditentukan atas pertukaran mata uang suatu negara dengan mata uang negara lain.

b. Real Exchange Rate, merupakan kurs yang ditentukan atas pertukaran barang atau jasa dari suatu negara dengan negara lain.

Adapun perubahan yang terjadi pada exchange rate dapat berupa empat hal yaitu:

a. Depresiasi ( depreciation ) merupakan penurunan harga mata uang nasional terhadap mata uang asing akibat terjadinya tarik-menarik antara supply dan demand di dalam pasar.

b. Apresiasi ( appreciation ) merupakan peningkatan harga mata uang nasional terhadap mata uang asing akibat terjadinya tarik-menarik antara supply dan demand di dalam pasar.

c. Devaluasi ( devaluation ) merupakan penurunan harga mata uang nasional terhadap mata uang asing yang dilakukan secara resmi oleh pemerintah di suatu negara.

d. Revaluasi ( revaluation ) merupakan peningkatan harga mata uang nasional terhadap mata uang asing yang dilakukan secara resmi oleh pemerintah di suatu negara.

Saat ini standar mata uang utama yang dipakai dalam perdagangan internasional adalah Dollar Amerika (US Dollar), Yen Jepang (JPY), Poundsterling Inggris (GBP), Dollar Australia (AUD) dan Euro Uni Eropa (EUR). Dari keseluruhan mata uang tersebut Dollar Amerika memiliki pengaruh dan peranan yang paling besar.

Pengamatan exchange rate sangat penting dilakukan mengingat perubahan exchange rate sangat menentukan nilai trading book neraca bank, yang secara berkala dilakukan mark-to-market . Apabila bank memiliki net exposure pada sisi aktiva, maka penguatan kurs mata uang domestik terhadap mata uang asing akan menyebabkan translation loss . Sebaliknya, jika bank memiliki net exposure pada sisi pasiva, maka pelemahan kurs mata uang domestik terhadap mata uang asing akan menimbulkan kerugian bagi bank (Kasman, 2011). Beberapa penelitian empiris yang telah meneliti pengaruh perubahan exchange rate terhadap return saham perbankan yaitu Grammatikos et al . (1986) dan Chamberlain et al . (1997). Pada hasil penelitian Grammatikos et al. (1986), ditemukan bukti yang kuat bahwa pergerakan exchange rate berpengaruh signifikan pada return saham perbankan. Berbeda dengan hasil penelitian Chamberlain et al. (1997), pergerakan exchange rate hanya ditemukan signifikan terhadap return sebagian besar saham-saham bank di US, namun tidak ditemukan signifikan pada sebagian besar saham-saham bank di Jepang. Dari beberapa paparan di atas diajukan hipotesis sebagai berikut:

H 02 : Perubahan exchange rate tidak berpengaruh negatif terhadap volatilitas return saham bank-bank di Indonesia. Ha 2 : Perubahan exchange rate berpengaruh negatif terhadap volatilitas return saham bank-bank di Indonesia.

3. Perubahan inflation rate berpengaruh terhadap volatilitas return saham bank-bank di Indonesia

Menurut Herman (2003) dikutip Meta (2006, hal 21), inflasi adalah suatu keadaan yang ditandai dengan peningkatan harga-harga pada umumnya atau turunnya nilai mata uang yang beredar. Indikator inflasi adalah sebagai berikut ( www.bi.go.id ):

a. Indeks Harga Konsumen (IHK) merupakan indikator yang umum digunakan untuk menggambarkan pergerakan harga. Perubahan IHK dari waktu ke waktu menunjukkan pergerakan harga dari paket barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat. Tingkat inflasi di Indonesia biasanya diukur dengan Indeks Harga Konsumen (IHK).

b. Indeks Harga Perdagangan Besar merupakan indikator yang menggambarkan pergerakan harga dari komoditi-komoditi yang diperdagangkan di suatu daerah.

Menurut Nurdin (1999) dikutip Meta (2006, hal 23), tingkat inflasi yang tinggi menunjukkan bahwa risiko investasi cukup besar sebab inflasi yang tinggi akan

mengurangi tingkat pengembalian ( rate of return ) dari investor. Selain itu pada kondisi inflasi yang tinggi maka harga barang-barang atau bahan baku mempunyai kecenderungan untuk meningkat. Peningkatan harga barang-barang dan bahan baku akan membuat biaya produksi menjadi tinggi, sehingga akan berpengaruh pada penurunan jumlah permintaan, baik secara individual maupun menyeluruh sebagai dampak dari penurunan data beli masyarakat. Akibatnya jumlah penjualan akan menurun pula, penurunan jumlah penjualan ini akan menurunkan pendapatan perusahaan. Hal ini tentu berdampak pada lebih

tingginya risiko kredit yang harus dihadapi oleh industri perbankan, sehingga dapat berpengaruh negatif terhadap kinerja industri perbankan. Beberapa penelitian terdahulu yang meneliti tentang dampak inflasi terhadap return saham perbankan adalah Lajeri dan Dermine (1999), Boyd et al. (2001), dan Cole et al. (2008). Dalam penelitian Lajeri dan Dermine (1999), diperoleh kesimpulan bahwa dalam periode ekonomi sedang mengalami inflasi yang volatile , terdapat hubungan yang negatif antara return saham perbankan dengan tingkat inflasi. Sejalan dengan hal tersebut, dalam penelitian Boyd et al. (2001) ditemukan bahwa semakin tinggi tingkat inflasi, maka semakin tinggi pula volatilitas return saham bank. Hal ini terjadi karena pada saat periode inflasi tinggi, perbankan akan mengurangi penyaluran kredit, sebagai dampak dari meningkatnya risiko kredit, dan oleh karenanya perbankan menjadi kurang efektif dalam mengalokasikan modalnya. Berbeda dengan kedua penelitian sebelumnya, Cole et al. (2008) menemukan bahwa terdapat hubungan yang positif antara return saham perbankan dengan tingkat pertumbuhan ekonomi. Perekonomian yang tumbuh pada umumnya dicirikan dengan banyaknya lapangan pekerjaan, penurunan pengangguran, dan peningkatan inflasi, sesuai dengan Kurva Philips (Mankiw, 2009, hal. 387). Dari beberapa paparan diatas diajukan hipotesis sebagai berikut:

H 03 : Perubahan inflation rate tidak berpengaruh negatif terhadap volatilitas return saham bank-bank di Indonesia.

Ha 3 : Perubahan inflation rate berpengaruh negatif terhadap volatilitas return saham bank-bank di Indonesia.