Pendekatan-pendekatan lain dalam pembelajaran

2. Pendekatan-pendekatan lain dalam pembelajaran

a. Pendekatan Spiral

Pendekatan ini biasanya dipakai untuk mengajarkan konsep. Dengan pendekatan spiral, suatu konsep tidak diajarkan dari awal sampai selesai, tetapi diberikan dengan kedalaman secara bertahap/bergradasi dan dalam beberapa selang waktu yang berpisah-pisah.

Contoh, penyajian konsep fungsi yang diajarkan di SD, SMP, dan SMA diberikan secara bertingkat, dengan keluasan dan kedalaman materi yang berbeda.

Di SD: Fungsi cukup dikenalkan melalui lambang-lambang tanpa didefinisikan atau diberikan pengertian fungsi. Contoh: ∆ + = . Jika ∆= , maka nilai = …..

Kegiatan Pembelajaran 2

Di SMP: Pengertian Fungsi sudah diberikan dan juga contoh-contohnya. Misalnya: =

− . Untuk = − , tentukan nilai .

Di SMA: Pengertian Fungsi diulang dan soal-soal tentang fungsi lebih diperdalam dan

diperluas bahkan sampai fungsi komposisi.

b. Pendekatan Induktif

Pendekatan induktif menggunakan penalaran induktif. Contoh-contoh diberikan terlebih dahulu, baru kemudian para peserta didik diajak untuk menarik suatu simpulan yang berkaitan dengan contoh-contoh yang sudah diberikan sebelumnya. Pendekatan ini sangat cocok untuk dilaksanakan dalam pembelajaran di Pendidikan Dasar.

c. Pendekatan Deduktif/Formal

Pendekatan deduktif menggunakan penalaran deduktif. Pengertian/ definisi diberikan terlebih dahulu, baru kemudian para peserta didik diajak untuk memberikan contoh-contoh yang sesuai dengan pengertian atau definisi yang sudah diberikan sebelumnya. Pendekatan ini lebih cocok untuk peserta didik SMA atau yang sederajat, atau untuk pembelajaran di kalangan Perguruan Tinggi.

Materi bahan ajar disusun dan disajikan sesuai dengan karakteristik matematika itu sendiri, yakni bersifat deduktif-aksiomatis formal. Pendekatan deduktif/formal biasanya dimulai dari istilah-istilah yang tidak didefinisikan, ditetapkan definisi- definisi, aksioma-aksioma, kemudian diikuti oleh teorema-teorema atau lemma yang harus dibuktikan. Dalam menyelesaiakn soalnya juga harus taat azas dengan keformalannya.

Contoh: Perkuliahan Analisis Real atau Struktur Ajabar di Jurusan Matematika.

d. Pendekatan Informal

Kalau pembahasan suatu bagian dari sebuah sistem formal tidak dilakukan secara dedutif-aksiomatis formal secara penuh dan ketat, maka dikatakan bahwa pembelajarannya menggunakan pendekatan informal (tidak formal). Sebagai contoh, misalnya mengenalkan suatu rumus dan menggunakannya untuk menyelesaikan soal-soal, tanpa membuktikan kebenaran rumusnya terlebih dahulu. Jadi, rumus tersebut langsung dipakai dan dianggap sudah benar. Pendekatan

Modul PKB Guru Matematika SMA

informal sering digunakan pada mata-mata pelajaran terapan atau kadang-kadang diterapkan guru di SMK.

e. Pendekatan Analitik

Pendekatan analitik adalah cara pamahaman di mana prosedur yang ditempuh didekati dari apa yang belum diketahui ke arah yang sudah diketahui. Dalam

pendekatan analitik, masalah yang ingin diselesaikan perlu dipecah-pecah dahulu sehingga menjadi jelas hubungan antara bagian-bagian yang belum diketahui itu, sehingga sampai ke hal yang sudah di ketahui.

Contoh: Diketahui

cos ° = dan < < . Hitunglah nilai tan °. Penyelesaiannya perlu dicari sin ° lebih dahulu, baru kemudian dicari nilai

tan °. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan analitik, sebab dimulai dari yang tidak diketahui, yaitu sin °, baru kemudian tan ° dicari

dengan rumus tan ° =

si

cs°

f. Pendekatan Sintetik

Pada pendekatan sintetik, pembahasan mulai dari hal-hal yang diketahui sampai kepada yang belum diketahui. Langkah-langkah secara berurutan ditempuh dengan mengaitkan hal yang diketahui dengan hal-hal lain yang diperlukan dan tidak diketahui dari soal, hingga akhirnya apa yang ingin dicari dapat ditemukan.

Contoh: Diketahui cos ° = , tan ° = , dan < < . Hitunglah nilai sin °.

Penyelesaiannya dimulai dari yang diketahui yakni nilai cos ° dan

tan °. Dari rumus tan ° = ° , cs° cos ° = , dan tan ° = maka diperoleh = si °

si

5 Selanjutnya akan diperoleh hasil, nilai sin ° = .

g. Pendekatan Intuitif

Pembelajaran matematika dengan pendekatan intuitif, peserta didik banyak diberi kesempatan untuk mencoba-coba sendiri berdasarkan intuisinya, menemukan

Kegiatan Pembelajaran 2

dengan caranya sendiri tentang konsep atau materi yang akan diberikan guru. Tugas-tugas atau cara yang dipilih guru kepada peserta didiknya dapat berbentuk permainan, nyanyian, keadaan, atau persoalan sehari-hari yang menarik, yang memuat konsep matematika yang akan diajarkan. Pendekatan ini banyak dipakai dalam penerapan model pembelajaran Realistic Mathematics Education (RME).

h. Pendekatan berdasarkan Alat yang Dipakai Guru Pendekatan Melalui Geometri

Untuk menjelaskan bahwa = = = guru dapat saja melakukannya dengan menggambar di papan tulis sebuah bangun persegi. Kemudian gambar persegi

tersebut diarsir separuh, seperempat, atau seperdelapan. Mungkin saja, cara ini dipandang oleh guru sebagai cara yang terdekat atau termudah untuk menjelaskan konsep pecahan-pecahan yang ekuivalen kepada para peserta didiknya. Karena persegi merupakan objek geometri, maka penggunaan gambar bangun geometri untuk menjelaskan konsep pecahan ini disebut dengan Pendekatan Geometri.

Pendekatan Melalui Benda Konkret

Untuk menjelaskan bahwa = = = guru dapat saja melakukannya dengan membawa misalnya sebuah Apel (benda konkret) kemudian buah apel tersebut

diiris separuh, seperempat, atau seperdelapan dengan pisau. Mungkin saja, cara ini dipandang oleh guru sebagai cara yang terdekat atau termudah untuk menjelaskan konsep pecahan-pecahan yang ekuivalen kepada para peserta didiknya. Karena buah apel merupakan objek konkret, maka penggunaan benda konkret untuk menjelaskan konsep pecahan ini disebut dengan Pendekatan Benda Konkret.

Pendekatan Melalui Garis Bilangan

Untuk menjelaskan bahwa = = = guru dapat menggambarkannya melalui sebuah Garis Bilangan. Mungkin saja, cara ini dipandang oleh guru sebagai cara yang

terdekat atau termudah untuk menjelaskan konsep pecahan-pecahan yang ekuivalen kepada para peserta didiknya. Karena Garis Bilangan dipakai guru untuk menjelaskan konsep pecahan ini maka pendekatan pembelajaran yang dipakai guru disebut dengan Pendekatan Garis Bilangan.

Pendekatan dengan Memanfaatkan Alat Peraga

Modul PKB Guru Matematika SMA

Pendekatan dengan Alat Peraga sering dan dianjurkan untuk menjekaskan suatu konsep atau teorema untuk para peserta didik Pendidikan Dasar. Contoh: Untuk mengenalkan jenis-jenis segitiga/segiempat, guru dapat menggunakan Alat Peraga model segitiga/segiempat dari plastik sedotan yang didalamnya diisi benang untuk merangkai potongan-potongan sedotannya sehingga membentuk model segitiga/segiempat.