19
pengawasan di dalam perusahaan meningkat, maka diharapkan dapat meningkat pula penerapan good corporate governance.
2.1.3 Komite Audit
Menurut Peraturan Nomor IX.I.5 lampiran Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor: Kep-643BL2012 pengertian komite audit adalah komite yang dibentuk
oleh dan bertanggung jawab kepada dewan komisaris dalam rangka membantu tugas dan fungsi dewan komisaris. Anggota komite audit diangkat dan diberhentikan oleh
dewan komisaris dan dilaporkan kepada rapat umum pemegang saham. Dalam mewujudkan good corporate governance, keberadaan komite audit
telah diwajibkan untuk dimiliki oleh perusahaan-perusahaan publik di Indonesia. Hal tersebut telah telah tertulis dalam Peraturan Nomor IX.I.5 lampiran Keputusan Ketua
Bapepam dan LK Nomor: Kep-643BL2012 tentang Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit. Di dalam ketentuan peraturan tersebut tertulis
bahwa emiten atau perusahaan publik wajib memiliki komite audit. Oleh karena itu, emiten atau perusahaan publik wajib memiliki piagam Komite Audit audit
committee charter, yang paling kurang memuat: a.
tugas dan tanggung jawab serta wewenang b.
komposisi, struktur, dan persyaratan keanggotaan c.
tata cara dan prosedur kerja d.
kebijakan penyelenggaraan rapat e.
sistem pelaporan kegiatan
20
f. ketentuan mengenai penanganan pengaduanpelaporan sehubungan dugaan
pelanggaran terkait pelaporan keuangan. Komite audit bertindak secara independen dalam melaksanakan tugas dan
tanggung jawabnya. Dalam menjalankan fungsinya, komite audit memiliki tugas dan tanggung jawab antara lain sebagai berikut:
a. Melakukan penelaahan atas informasi keuangan yang akan dikeluarkan
perusahaan terkait dengan informasi keuangan perusahaan. b.
Melakukan penelaahan atas ketaatan perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan lainnya yang berhubungan dengan kegiatan
perusahaan. c.
Memberikan rekomendasi kepada dewan komisaris mengenai penunjukkan akuntan yang didasarkan pada independensi, ruang lingkup penugasan, dan
fee untuk disampaikan pada Rapat Umum Pemegang Saham. d.
Melakukan penelaahan atas pelaksanaan pemeriksaan oleh auditor internal dan pelaksanaan tindak lanjut oleh direksi atas temuan auditor internal.
e. Melakukan penelaahan terhadap pelaksanaan manajemen risiko yang
dilakukan oleh direksi. f.
Menelaah pengaduan yang berkaitan dengan proses akuntansi dan pelaporan keuangan, serta manajemen risiko emiten dan perusahaan publik.
g. Menelaah dan memberikan saran kepada dewan komisaris terkait dengan
potensi adanya benturan kepentingan. h.
Menjaga kerahasiaan dokumen, data, dan informasi perusahaan.
21
Dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya, komite audit memiliki wewenang sebagai berikut:
a. Mengakses dokumen, data, dan informasi perusahaan tentang karyawan,
dana, aset, dan sumber daya perusahaan yang diperlukan. b.
Berkomunikasi langsung atau tidak langsung dengan karyawan dan pihak yang menjalankan fungsi internal dan eksternal audit serta manajemen
risiko. c.
Melibatkan pihak independen di luar anggota komite audit yang diperlukan untuk membantu pelaksanaan tugasnya jika diperlukan.
d. Melakukan kewenangan lain yang diberikan oleh dewan komisaris.
Kualitas komite audit diukur melalui empat proksi, yakni independensi, kompetensi akuntansi atau keuangan, aktivitas, dan ukuran komite audit yang
ketentuannya telah tercantum dalam dalam Peraturan Nomor IX.I.5 lampiran Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor: Kep-643BL2012 tentang Pembentukan
dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit sebagai berikut: a.
Persyaratan Anggota Komite Audit. 1.
Bukan merupakan orang dalam Kantor Akuntan, Kantor Konsultan Hukum, atau pihak lain yang memberi jasa atestasi, jasa non-atestasi,
danatau jasa konsultasi lain kepada Emiten atau Perusahaan Publik yang bersangkutan dalam waktu 6 enam bulan terakhir.
2. Bukan merupakan orang yang bekerja pada Emiten dan Perusahaan
Publik dan mempunyai wewenang dan tanggung jawab untuk
22
merencanakan, memimpin, atau mengendalikan serta mengawasi kegiatan Emiten dan Perusahaan Publik dalam waktu 6 enam bulan
terakhir, kecuali Komisaris Independen. 3.
Tidak mempunyai saham langsung maupun tidak langsung pada Emiten atau Perusahaan Publik. Dalam hal anggota komite audit memperoleh
saham Emiten atau Perusahaan Publik baik langsung maupun tidak langsung akibat suatu peristiwa hukum maka dalam jangka waktu
paling lama 6 enam bulan setelah diperolehnya saham tersebut, wajib mengalihkan sahamnya kepada pihak lain.
4. Tidak mempunyai hubungan afiliasi dengan Emiten atau perusahaan
Publik Komisaris, Direksi, atau Pemegang Saham Utama atau Perusahaan Publik.
5. Tidak mempunyai hubungan usaha baik langsung maupun tidak
langsung yang berkaitan dengan kegiatan usaha Emiten atau Perusahaan Publik.
6. Tidak mempunyai hubungan lain yang dapat mempengaruhi
kemampuannya untuk bertindak independen. b.
Struktur dan Keanggotaan Komite Audit. 1.
Komite Audit paling kurang terdiri dari 3 tiga anggota. sebagian besar anggota komite audit adalah komisaris independen dan anggota lainnya
merupakan pihak luar emiten dan perusahaan publik. c.
Kewajiban anggota komite audit.
23
2. Memiliki integritas yang tinggi, kemampuan, pengetahuan, dan
pengalaman yang memadai, serta mampu berkomunikasi dengan baik. 3.
Memahami laporan keuangan, bisnis perusahaan, proses audit, manajemen risiko, dan memiliki pengetahuan yang memadai tentang
peraturan perundang-undangan dibidang Pasar Modal serta peraturan perundang-undangan lainnya.
d. Paling kurang satu diantara anggota komite audit memiliki keahlian
dibidang akuntansi atau keuangan. e.
Rapat Komite Audit. 1.
Komite audit mengadakan rapat paling kurang sama dengan ketentuan minimal Rapat Dewan Komisaris yang telah ditetapkan dalam
Anggaran Dasar. 2.
Rapat komite audit hanya dapat dilaksanakan apabila dihadiri oleh lebih dari separuh jumlah anggota.
3. Keputusan rapat komite audit diambil berdasar musyawarah untuk
mufakat. 4.
Setiap rapat komite audit dituangkan dalam risalah rapat, termasuk apabila terdapat perbedaan pendapat dissenting opinions, yang
ditandatangani oleh seluruh anggota komite audit yang hadir dan disampaikan kepada dewan komisaris.
2.1.4 Independensi Dewan Komisaris