Eksistensi dan Potensi Modal Sosial Pemerintah

39 Sumber daya alam dan lingkungan hidup dipandang sebagai modal dasar pembangunan yang harus dimanfaatkan untuk membiayai pemerintahan, karena otonomi mensyaratkan kemandirian. Dalam pelaksanaan kewenangannya, sikap formalistik dan sektoral juga mewarnai kultur birokrasi pemerintah daerah.

B. Eksistensi dan Potensi Modal Sosial Pemerintah

Daerah dalam Perspektif Keberlanjutan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup Keberadaan modal sosial dalam konteks pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup di era otonomi daerah, terlihat urgensinya menyangkut logika yang berbeda di antara dua variabel, yaitu variabel otonomi dan variabel pengelolaan sumber daya alam. Otonomi di dalamnya menyangkut penegasan adanya segmentasi teritorial, di mana semangat yang merasukinya masih saja berpusat pada persoalan seputar pembagian hasil ekstraksi sumber daya alam. Sementara itu, sumber daya alam dan lingkungan hidup, batasnya tidak selalu paralel dengan batas wilayah administratif sebuah daerah otonom. Tidak berhimpitnya batas-batas ekologi dengan batas-batas wilayah administratif, meniscayakan dimilikinya modal sosial agar daerah dapat bekerjasama dengan daerah lain dalam mengelola sumber daya alam dan lingkungan hidup 40 untuk mencapai kemanfaatan dan keberlanjutan kelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup. Tanpa modal sosial, penyelenggaraan pemerintahan oleh pemerintah daerah berdasarkan kewenangan otonomi yang dimilikinya, akan selalu melahirkan ego daerah. Eksistensi dan potensi modal sosial pemerintah daerah tampil dalam wujud bentuk keikutsertaan pemerintah dalam jaringan kerjasama antar daerah, semangat kerjasama yang ada pada para aparat birokrasi pemerintah daerah, dan praktek pembuatan Memorandum of Understanding MoU dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan yang berkaitan dengan pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup. Potensi modal sosial tersebut merupakan energi yang positif bagi terselenggaranya pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup yang menjamin keberlanjutan sumber daya alam dan lingkungan hidup, karena dapat menekan sikap ego daerah yang menjadi faktor penghambat terwujudnya pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup secara berkelanjutan. Namun demikian, terdapat berbagai persoalan terkait dengan persoalan modal sosial pemerintah daerah tersebut. Persoalan tersebut di samping karena masih terdapatnya ego daerah, juga karena tanpa mobilisasi dari 41 luar, modal sosial yang ada tidak menjadi aktual. Tidak menjadi aktualnya modal sosial tersebut disebabkan karena adanya hambatan dari aspek regulasi, kultur birokrasi yang formalistik dan tidak progresif, serta masih terdistorsinya makna kerjasama antar daerah yang lebih mengedepankan keuntungan keuangan.

C. Rekonstruksi Birokrasi Pemerintah Daerah Menuju