a. Bahan hukum primer, yaitu Undang-undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris, Peraturan Jabatan Notaris, Peraturan Kode
etik Ikatan Notaris Indonesia. Bertujuan untuk memperoleh ketentuan Yuridis tentang permasalahan yang akan di bahas.
b. Bahan hukum sekunder antara lain yaitu buku-buku tentang notaris dan
buku-buku atau
literatur yang
berhubungan dengan
permasalahan dalam penelitian ini. c. Bahan Hukum Tertier antara lain kamus-kamus hukum, Kamus
Bahasa Indonesia Modern, Kamus lengkap Inggris – Indonesia.
4. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini, yaitu : a. Penelitian Kepustakaan, dilakukan untuk memperoleh data sekunder
guna mendapatkan landasan teoritis berupa pendapat-pendapat para ahli atau pihak-pihak yang berwenang dan juga untuk memperoleh
informasi baik dalam bentuk-bentuk ketentuan formal maupun data, melalui naskah resmi yang ada atau pun bahan hukum yang berupa
Peraturan Perundang-undangan yang berlaku, buku-buku hasil penelitian, dokumentasi, majalah, jurnal, surat kabar, internet dan
sumber lainnya dengan masalah-masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini.
b. Penelitian Lapangan, untuk mendapatkan data primer dengan cara melakukan wawancara secara mendalam dengan beberapa sumber
yang terkait dalam permasalahan ini antara lain Pengurus Pusat dan Pengurus Wilayah Ikatan Notaris Indonesia INI di Jakarta.
5. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini teknik analisis data yang digunakan adalah analisis kualitatif. Maka dari data yang telah dikumpulkan secara lengkap
dan telah dinyatakan valid, lalu diproses melalui langkah-langkah yang bersifat umum, yakni
11
: a. Reduksi data, adalah data yang diperoleh di lapangan ditulisdiketik
dalam bentuk uraian atau laporan yang teperinci. Laporan tersebut direduksi, dirangkum, dipilih hal-hal yang pokok, difokuskan pada hal-
hal yang penting, dicari tema dan polanya. b. Mengambil kesimpulan dan verifikasi, yaitu data yang telah terkumpul
telah direduksi, lalu berusaha untuk mencari maknanya, kemudian mencari pola, hubungan, persamaan, hal-hal yang sering timbul dan
kemudian disimpulkan.
11
Iskandar, Metodologi Penelitian Kualitatif, Gunung Persada Press, Jakarta, 2009.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Kode Etik Notaris 1. Kode Etik Notaris
Kode etik notaris menurut definisi Ikatan Notaris Indonesia INI adalah seluruh kaedah moral yang ditentukan oleh perkumpulan yang
berlaku bagi seluruh anggota perkumpulan maupun orang lain yang memangku dan menjalankan jabatan Notaris baik dalam pelaksanaan
jabatan maupun dalam kehidupan sehari-hari. Kode etik notaris memuat unsur material tentang kewajiban, larangan, pengecualian dan sanksi
yang akan dijatuhkan terhadap seorang notaris yang terbukti melakukan pelanggaran Kode etik, selain itu diatur juga mengenai tata cara
penegakan kode etik
12
.
Etik itu sendiri berasal dari kata etika atau “Ethos” dalam bahasa
Yunani yang berarti memiliki watak kesusilaan atau beradat. Etika adalah
tata cara aturan tentang tingkah laku manusia sejauh berkaitan dengan
norma-norma atau tentang tingkah laku manusia dari sudut baik dan buruk. Menurut Soekanto arti dari etika itu adalah:
12
Pengurus Pusat Ikatan Notaris Indonesia ”Jati diri Notaris Indonesia dulu, sekarang, dan di masa datang” Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.2008. Halaman 194.
a ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk, tentang hak dan kewajiban moral akhlak;
b kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak; c nilai mengenai benar dan salah yang dianut oleh satu golongan atau
masyarakat umum
13
.
Sudarmanto memberikan pengertian etika, yaitu : 1. Nilai-nilai dan norma-norma moral yang dipegang oleh seseorang atau
sekelompok orang dalam masyarakat untuk mengatur tingkah lakunya. 2. Etika juga berarti kumpulan asas atau nilai moral.
3. Etika bisa pula dipahami sebagai ilmu tentang yang baik dan yang buruk.
Etika adalah kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan norma-norma yang hidup di masyarakat yang diakui secara umum
sebagai suatu kaedah moral sebagai pedoman dalam berprilaku, sehingga etika pada suatu masyarakat tertentu atau organisai tertentu
akan selalu berbeda yang akan menyesuaikan dengan kondisi dan kultur masyarakat atau organisasi tersebut. Etika secara etimologis diartikan
sama dengan moral berupa nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan manusia atau kelompok dalam mengatur perilakunya
14
.
13
Ibid, halaman 12
14
Frans Hendra Winata, Persepsi Masyarakat Terhadap Profesi Hukum diIndonesia, Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta 2003.
Etika berkaitan erat dengan moral, integritas dan perilaku yang tercermin dari hati nurani seseorang, hati nurani merupakan kesadaran
yang diucapkan dalam menjawab pertanyaan apakah sesuatu yang dilakukan seseorang, baik atau tidak baik, etis atau tidak etis sedangkan
nilai adalah suatu fenomena, yang tiap kali mewujudkan diri dalam kaitannya dengan apa yang baik dan buruk ,benar dan salah
15
. Nilai yang kemudian diramu akan melahirkan suatu yang disebut budaya, sehingga
budaya pada tiap masyarakat akan berbeda tergantung nilai yang hidup pada masyarakat tersebut. Budaya inilah yang akan melahirkan moral dan
mental pada setiap individu, jika budaya korupsi, manipulasi dan kemaksiatan dianut dan dipelihara oleh sebuah masyarakat, maka lahirlah
individu-individu yang bermoral dan bermental korupsi, manipulasi dan gemar bermaksiat sebagaimana budaya yang berkembang tersebut.
Moralitas perbuatan manusia dalam arti perbuatan baik dan buruk, benar atau salah, patut atau tidak patut ditentukan oleh faktor keluarga,
pengaruh lingkungan, pendidikan dan pergaulan yang didasarkan pada budaya atau nilai-nilai yang telah “diramu”sedangkan moral adalah
ajaran mengenai baik dan buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban dan sebagainya
16
.
15
Herlien Budiono, Asas Keseimbangan bagi Hukum Perjanjian Indonesia,, PT. Citra Aditya Bakti,Bandung 2006.
16
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga, Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional, Balai
Pustaka, Jakarta 2005.
Secara garis besar etika profesi muncul karena dua alasan
17
. Pertama, etika profesi berfungsi sebagai mekanisme yang dilakukan
organisasi untuk mengontrol perbuatan para anggotanya dan kemudian mengoreksinya jika perbuatan anggota tersebut dipandang kurang etis.
Kedua, etika profesi berfungsi sebagai penyelaras hubungan antara rekan se profesi. Etika yang pertama disebut sebagai hukuman, dan etika yang
kedua disebut sebagai konsolidasi. Etika yang bergaya hukuman adalah etika yang menginginkan semua berjalan sempurna sebagai konsekuensi
dari pendekatan ini yang lebih condong membela kepentingan eksternal, etika ini cenderung menghabiskan sumber dayanya untuk mengawasi
para anggota. Mereka melihat para profesional harus dicurigai karena berpotensi menyalahgunakan keahliannya untuk untuk kepentingan diri
sendiri yang akan merusak citra luhur profesi
18
.
Kode Etik dalam arti materiil adalah norma atau peraturan yang praktis baik tertulis maupun tidak tertulis mengenai etika berkaitan dengan
sikap serta pengambilan putusan hal-hal yang fundamental dari nilai dan standar perilaku orang yang dinilai baik atau buruk dalam menjalankan
profesinya yang secara mandiri dirumuskan, ditetapkan dan ditegakkan oleh organisasi profesi Notaris. Kode Etik Notaris adalah seluruh kaidah
17
www.geogle.com, kode etik notaris, akses minggu 11 desember 2010 jam 16.00, Semarang.
18
Pengurus Pusat Ikatan Notaris Indonesia ”Jati diri Notaris Indonesia dulu, sekarang, dan di masa datang” Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.2008. Halaman 197.
moral yang ditentukan oleh perkumpulan Notaris berdasar keputusan konggres perkumpulan yang mengatur tentang hal itu dan yang berlaku
bagi serta wajib ditaati oleh setiap dan semua anggota perkumpulan yang menjalankan tugas jabatan Notaris
19
.
Ikatan Notaris Indonesia INI merupakan satu satunya organisasi profesi notaris berbadan hukum yang diakui oleh pemerintah yang ada di
Indonesia.Kode etik dalam pembahasan ini adalah Kode Etik Notaris yang dikeluarkan oleh INI yang berlaku universal baik bagi anggota
perkumpulan maupun orang lain yang memangku jabatan notaris
20
.Dalam menjalankan jabatannya Notaris memiliki kewajiban etis yang telah
ditentukan oleh perkumpulan sebagaimana pada Pasal 3 tiga Kode Etik Notaris Ikatan Notaris Indonesia antara lain:
1. Memiliki moral, akhlak serta kepribadian yang baik. 2. Menghormati dan menjunjung tinggi harkat dan jabatan notaris.
3. Menjaga dan membela kehormatan perkumpulan. 4. Bertindak jujur, mandiri, tidak berpihak, penuh rasa tanggungjawab
berdasarkan peraturan perundang-undangan dan isi sumpah jabatan notaris.
5. Meningkatkan ilmu pengetahuan yang telah dimiliki tidak terbatas pada ilmu pengetahuan hokum dan kenotariatan.
19
Ibid, halaman 198
20
Ibid, halaman 199
6. Mengutamakan pengabdian kepada kepentingan masyarakat dan Negara.
7. Memberikan jasa pembuatan akta dan jasa kenotariatan lainnya untuk masyarakat yang tidak mampu tanpa memungut honorarium.
8. Menetapkan satu kantor di tempat kedudukan notaris yang bersangkutan.
9. Memasang satu buah papan nama sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
10. Hadir, mengikuti dan berpartisipasi aktif dalam setiap kegiatan yang diselenggarakan oleh perkumpulan, menghormati, mematuhi,
melaksanakan setiap dan seluruh perkumpulan. 11. Membayar uang iuran perkumpulan secara tertib.
12. Membayar uang duka untuk membantu ahli waris teman sejawat yang meninggal dunia.
13. Melaksanakan dan mematuhi semua ketentuan tentang honorarium yang ditetapkan perkumpulan.
14. Menjalankan jabatan notaris terutama dalam pembuatan, pembacaan, dan penandatanganan akta dilakukan dikantornya,
kecuali karena alasan-alasan yang sah. 15. Menciptakan suasana kekeluargaan dan kebersamaan dalam
melaksanakan tugas jabatan dan kegiatan sehari-hari serta salaing memperlakukan rekan sejawat secara baik, saling menghormati,
menghargai, membantu serta selalu berusaha menjalin komunikasi dan tali silaturahmi.
16. Memperlakukan setiap klien yang datang dengan baik, tidak membedakan, status ekonomi dan atau status sosialnya.
17. Melakukan perbuatan-perbuatan yang secara umum disebut sebagai kewajiban untuk ditaati dan dilaksanakan antara lain
namun tidak terbatas pada ketentuan yang tercantum dalam UUJN dan AD ART Ikatan Notaris Indonesia
21
.
Selain memiliki kewajiban etis dalam melaksanakan jabatannya, seorang notaris juga memiliki larangan etis dan pengecualian
22
. Agar dapat menjalankan tugasnya dengan baik sebagai pelayan
masyarakat, seorang profesional harus menjalankan jabatannya dengan menyelaraskan antara keahlian yang dimilikinya dengan menjunjung tinggi
kode etik profesi. Adanya kode etik bertujuan agar suatu profesi dapat dijalankan dengan moralmartabat, motivasi dan orientasi pada
keterampilan intelektual serta berargumentasi secara rasional dan kritis serta menjunjung tinggi nilai-nilai moral. Untuk melindungi kepentingan
masyarakat umum dan menjamin pelaksanaan jabatan notaris yang dipercayakan oleh undang-undang dan masyarakat pada umumnya, maka
adanya pengaturan secara hukum mengenai pengawasan terhadap
21
Pengurus Pusat Ikatan Notaris Indonesia Ibid, halaman 203-205.
22
Ibid, halaman 205-207.
pelaksanaan jabatan notaris sangat tepat, karena dalam menjalankan jabatannya yang diamanatkan oleh undang-undang tetapi juga berfungsi
sebagai pengabdi hukum yang meliputi bidang yang sangat luas. Dengan adanya kode etik kepercayaan masyarakat akan suatu
profesi dapat diperkuat, karena setiap klien mempunyai kepastian bahwa kepentingannya akan terjamin. Kode etik profesi juga penting sebagai
sarana kontrol sosial. Agar kode etik profesi dapat berfungsi sebagaimana mestinya maka paling tidak ada dua syarat yang mesti dipenuhi. Pertama,
kode etik itu harus dibuat oleh profesi itu sendiri, Kode etik tidak akan efektif, kalau diterima begitu saja dari atas, dari instansi pemerintah atau
instansi lain, karena tidak akan dijiwai oleh cita-cita dan nilai-nilai yang hidup dalam kalangan profesi itu sendiri. Kedua, agar kode etik berhasil
dengan baik adalah bahwa pelaksanaannya diawasi terus-menerus
23
.
Kedudukan notaris sebagai pejabat umum sebagai salah satu organ negara yang mendapat amanat dari sebagian tugas dan
kewenangan negara yaitu berupa tugas, kewajiban dan wewenang dalam rangka pemberian pelayanan kepada masyarakat umum di bidang
keperdataan. Jabatan yang diemban notaris adalah suatu jabatan kepercayaan yang diamanatkan oleh undang-undang dan masyarakat,
untuk itulah seorang notaris bertanggung jawab untuk melaksanakan
23
www.geogle.com, kode etik notaris, akses minggu 11 desember 2010 jam 16.00, Semarang.
kepercayaan yang diberikan kepadanya dengan selau menjunjung tinggi etika hukum dan martabat serta keluhuran jabatannya, jika haI tersebut
diabaikan maka akan berbahaya bagi masyarakat umum yang dilayaninya.
Dalam menjalankan jabatannya seorang notaris harus mematuhi seluruh kaedah moral yang telah ditenukan. Selain tanggung jawab dari
etika profesi, adanya integritas dan moral yang baik merupakan persyaratan penting yang harus dimiliki oleh seorang notaris. Oleh karena
itu notaris harus senantiasa menjalankan jabatannya menurut kode etik notaris yang ditetapkan dalam Kongres Ikatan Notaris Indonesia di
Bandung pada tanggal 28 januari 2005 yang telah mengatur mengenai kewajiban, dan larangan yang harus dipatuhi oleh Notaris dalam
menegakkan kode etik notaris dan mematuhi Undang-undang yang mengatur tentang Jabatan Notaris yaitu Undang-Undang Nomor 30 Tahun
2004 tentang Jabatan Notaris. Hubungan antara Kode Etik itu sendiri dengan Undang-undang
Nomor 30 tentang Jabatan Notaris adalah bahwa Kode etik sebagai kumpulan kaedah moral yang berlaku bagi serta wajib ditaati oleh setiap
dan semua anggota perkumpulan dan semua orang yang menjalankan tugas jabatan sebagai notaris, termasuk didalamnya para pejabat
sementara notaris, notaris pengganti dan notaris pengganti khusus.
Sanksi atas pelanggaran kode etik bersifat internal yang dijatuhkan oleh anggota Dewan Kehormatan sedangkan pelanggaran terhadap
Undang –undang Jabatan Notaris sanksinya bersifat eksternal yang dijatuhkan oleh Anggota Majelis Pengawas, sedangkan Organisasi profesi
notaris Ikatan Notaris Indonesia sebagai wadah perkumpulan bagi para notaris mempunyai peranan dan pengaruh yang besar dalam
mengarahkan perilaku anggotanya untuk mematuhi nilai-nilai etis
24
.
2. Dewan Kehormatan Notaris Ikatan Notaris Indonesia
Dalam Undang-undang Jabatan Notaris Pasal 82 ayat 1 disebutkan bahwa “Notaris berhimpun dalam satu wadah organisasi
notaris”. Satu-satunya organisasi notaris yang diakui serta berbadan hokum ialah Ikatan Notaris Indonesia INI sebagai yang berdiri sejak
tanggal 1 Juli 1908, dan telah diakui sebagai badan hukum berdasarkan Penetapan Pemerintah tanggal 5 September 1908 Nomor 9 dan telah
mendapat pengesahan dari pemerintah berdasarkan Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia pada tanggal 23 Januari 1995 Nomor C2-
1022.HT.01.06. Tahun 1995 dan telah diumumkan di dalam Berita Negara Republik Indonesia tanggal 7 April 1995 Nomor 28 Tambahan Nomor 1P-
1995
25
.
24
Pengurus Pusat Ikatan Notaris Indonesia op cit, halaman 209.
25
www.geogle.com, kode etik notaris, akses minggu 11 desember 2010 jam 16.00, Semarang.
Ikatan Notaris Indonesia sebagai organisasi yang profesional dituntut untuk selalu meningkatkan kualitas, baik kualitas ilmu maupun
kualitas moralnya serta senantiasa menjunjung tinggi keluhuran martabat Notaris, sehingga dalam memberikan pelayanannya kepada masyarakat
senantiasa berpedoman kepada kode etik profesi dan berdasarkan Undang-Undang tentang Jabatan Notaris, yaitu Undang- Undang Nomor
30 Tahun 2004. Terwujudnya organisasi notaris yang solid, diharapkan mampu membawa dan menjaga para anggotanya bersifat profesional
dalam menjalankan jabatannya. Sebagaimana fitrah organisasi profesi yang selalu melekat dan menjadi identitas utamanya yaitu selalu
meningkatkan kemampuannya melalui peningkatan kualitas, baik kualitas ilmu, maupun integritas moralnya, serta senantiasa menjunjung tinggi
keluhuran martabatnya berdasarkan kode etik profesi
26
.
Ikatan Notaris
Indonesia merupakan
organisasi Notaris
sebagaimana yang dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris yang telah mengamanatkan agar
diwujudkan satu wadah organisasi Notaris untuk berhimpun bagi notaris sebagaimana dimaksud dalam Pasal 82 ayat 1 yang menyatakan bahwa
notaris berhimpun dalam satu wadah organisasi notaris. Sudah seharusnya dan sudah waktunya Ikatan Notaris Indonesia
INI sebagai organisasi profesi mampu secara lebih nyata memberikan
26
Ibid.
kontribusinya dalam upaya penegakkan hukum. Ikatan Notaris Indonesia sebagai wadah bagi notaris diharapkan dapat berperan aktif dalam
memberikan arah dan tuntunan bagi anggotanya dalam menjalankan jabatannya sehingga para notaris dapat memberikan jaminan kepastian
hukum dan perlindungan hukum bagi penerima jasa notaris dan masyarakat luas. Untuk menjaga kehormatan dan keluhuran martabat
jabatan notaris, perkumpulan mempunyai kode etik notaris yang ditetapkan oleh kongres dan merupakan kaidah moral yang wajib ditaati
oleh setiap anggota perkumpulan. Dewan Kehormatan merupakan alat perlengkapan perkumpulan
yang terdiri dari beberapa orang anggota yang dipilih dari anggota biasa dan werda notaris, yang berdedikasi tinggi dan loyal terhadap
perkumpulan, berkepribadian baik, arif dan bijaksana, dan dapat menjadi panutan bagi anggota yang diangkat oleh kongres untuk masa jabatan
yang sama dengan masa jabatan kepengurusan. Dewan Kehormatan berwenang melakukan pemeriksaan atas pelanggaran terhadap kode etik
dan menjatuhkan
sanksi kepada
pelanggarnya sesuai
dengan kewenangannya dan bertugas untuk
27
: 1. Melakukan pembinaan, bimbingan, pengawasan, pembenahan
anggota dalam menjunjung tinggi kode etik;
27
Hadi Setia Tunggal, ’’Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Jabatan Notaris”
2. Memeriksa dan mengambil keputusan atas dugaan pelanggaran ketentuan kode etik yang bersifat internal atau yang tidak mempunyai
masyarakat secara Iangsung; 3. Memberikan saran dan pendapat kepada majelis pengawas atas
dugaan pelanggaran kode etik dan jabatan Notaris
28
. Pengawasanan atas pelaksaanaan kode etik dilakukan dengan cara
sebagai berikut : a. Pada tingkat pertama oleh Pengurus Daerah Ikatan Notaris
Indonesia dan Dewan Kehormatan Daerah b.Pada tingkat banding oleh Pengurus Wilayah Ikatan Notaris Indonesia
dan Dewan Kehormatan Wilayah c. Pada tingkat terakhir oleh Pengurus Pusat Ikatan Notaris Indonesia dan
Dewan Kehormatan Pusat
29
.
B. Tinjauan Umum tentang Notaris 1. Sejarah Notaris sebagai Pejabat Umum
Berbicara mengenai sejarah Notariat di Indonesia, yang dikenal saat ini kiranya tidak terlepas dari sejarah lembaga ini di Negeri Belanda,
dimulai sejak permulaan abad ke 17 dengan adanya Vereenigde Oost Ind.Compagnie VOC di Indonesia pada tanggal 27 Agustus 1620 yaitu
28
Anonim, Himpunan Etika Profesi : Berbagai Kode Etik Asosiasi Indonesia,Pustaka Yustisia, Yogyakarta,
2006, hal. 123.
29
Keputusan Kongres Ikatan Indonesia I.N.I tentang Kode Etik
beberapa bulan setelah dijadikannya Jakarta sebagai ibukota oleh Gubernur Jenderal Jan Pietereszoon Coen pada waktu itu, sejak tanggal
27 Agustus 1620, Melchior Kerchem, sekertaris dari College van Schepenen urusan perkapalan kota di Jakarta, diangkat sebagai notaris
pertama di Indonesia
30
. Pada tanggal 16 Juni 1625 dikeluarkan instruksi bagi para notaris di Indonesia, yang berisi 10 pasal , yang diantaranya
menetapkan bahwa notaris wajib merahasiakan segala sesuatu yang dipercayakan kepadanya dan tidak boleh menyerahkan salinan akata
kepada orang lain yang tidak berkepentingan. Tanggal 7 Maret 1822 Stb.No.11 dikeluarkan instruksi yang mengatur secara hukum batas-
batas dan wewenang bagi seorang notaris
31
. Baru dalam tahun 1860 pemerintah Belanda mmandang perlu untuk menyesuaikan peraturan-
peraturan jabatan notaris dengan yang ada di negeri Belanda dan karenanya sebagai pengganti dari peraturan yang lama di undangkanlah
Peraturan Jabatan Notaris Reglemen op Het Notaris Ambt in Nederlands Indie Stbl.1860:3 pada tanggal 1 Juli 1860 sebagai dasar kelembagaan
notaris di Indonesia hingga saat ini
32
.
30
Berdasarkan sejarah istilah Notaris berasal dari Notarii atau Notarius, yaitu mereka yang mencatat atau menuliskan pidato yang diucapkan oleh Cato dalam Senat Romawi sekitar abad ke-5 dan abad ke-6. Nama
Notarii diberikan kepada mereka sebagai penulis atau pencatat khusus untuk Kaisar berkaitan dengan hasil rapat dan musyawarah kerajaan, jabatan notarii merupakan jabatan kepercayaan yang harus diangkat oleh
kaisar sendiri. Dr.Habib Adjie,’’Hukum Notaris Indonesia” Refika Aditama, Bandung. 2009.
31
Ibid, halaman 4
32
Ibid, halaman 4.
Setelah Indonesia Merdeka keberadaan Notaris di Indonesia tetap diakui berdasarkan Pasal II aturan peralihan UUD 1945 yaitu “segala
peraturan perundang-undangan yang masih ada tetap berlaku selama belum diadakan yang baru menurut Undang-undang Dasar ini”
33
. Sejak tahun 1948 kewenangan pengangkatan notaris dilakukan oleh menteri
kehakiman berdasarkan Peraturan Pemerintah Tahun 1948 Nomor 60, tanggal 30 Oktober 1948 tentang Lapangan Pekerjaan, Susunan,
Pimpinan, dan Tugas Kementerian Kehakiman
34
. Pada tanggal 13 November 1954 dikeluarkan Undang-Undang
Nomor 33 Tahun 1954 tentang Wakil Notaris dan Wakil Notaris sementara. Pasal 2 ayat 1 undang-undang tersebut menegasan bahwa
dalam hal notaris tidak ada mennnteeeri kehakiman dapat menunjuk seorang yang diwajibkan menjalankan pekerjaan-pekerjaan notaris atau
disebut wakil notaris, sambil menunggu ketetapan dari menteri kehakiman ketua pengadilan negeri dapat menunjuk seorang untuk sementara
menjalankan pekerjaan notaris. Mereka yang ditunjuk dengan kewajiban itu disebut sebagai Wakil Notaris Sementara, sedangkan yang disebut
Notaris adalah mereka yang diangkat berdasarkan ketentuan Pasal 2 ayat 1 Reglement op Het Notaris Ambt in Nederlands Indie Stbl.1860:3.
33
Seandainya hasil amandemen UUD 1945 menghapus Aturan Peralihan tersebut, maka tamatlah riwayat yang
namanya Lembaga Notaris di Indonesia, Dr.Habib Adjie, Ibid, halaman 4.
34
Ibid, halaman 5.
Keberadaan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 1954 sekaligus menegaskan berlakunya Reglement tentang Jabatan Notaris di Indonesia.
Sampai dengan Tahun 1954 Notaris yang masih berada di Indonesia adalah Notaris berkewarganagaraan Belanda, yang di angkat
oleh Gubernur Jenderal berdasarkan ketentuan Pasal 3 Reglemen op Het Notaris Ambt in Nederlands Indie Stbl.1860:3
35
, ketentuan tersebut akhirnya dicabut oleh Undang-Undaang Nomor 33 Tahun 1954
.Limapuluh tahun kemudian yaitu pada Tanggal 6 Oktober 2004 lahirlah Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris atau
yang lebih dikenal dengan UUJN, dengan lahirnya UUJN ini maka dinyatakan tidak berlaku lagi :
1. Reglemen op Het Notaris Ambt in Nederlands Indie Stbl.1860:3, 2. Ordonantie 16 September 1931 tentang Honorarium Notaris.
3. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 1954 tentang Wakil Notaris dan Wakil Notaris Sementara.
4. Pasal 54 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2004 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1986 tentang Pe
radilan Umum. 5. PP Nomor 11 Tahun 1949, tentang Sumpah janji jabatan Notaris.
35
Gubernur Jenderal adalah pangkat pegawai negeri Belanda tertinggi di Indonesia pada masa penjajahan,dengan tugas menjalankan pemerintahan umum atas nama Kepala Negara Raja Belanda di
daerah jajahannya, Ensiklopedi Nasional Indonesia, Delta Pamungkas,Jakarta 2004, halaman 247.
Pasal 1 angka 1 UUJN menyebutkan bahwa Notaris adalah Pejabat Umum yang berwenang untuk membuat akta otentik dan
kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Undang –undang ini. Dengan lahirnya UUJN tersebut, telah terjadi pembaharuan dan
pengaturan kembali secara menyeluruh dalam suatu undang-undang yang mengatur jabatan notris sehingga dapat tercipta suatu unifikasi hukum
yang berlaku untuk semua penduduk diseluruh wilayah Negara Republik Indonesia
36
.
2. Kewenangan Notaris Sebagai Pejabat Umum
Dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris, kedudukan Notaris sebagai Pejabat Umum berwenang untuk
membuat akta otentik mengenai semua perbuatan, perjanjian dan penetapan yang diharuskan oleh suatu peraturan umum. Pasal 1
Undang-undang tersebut menyatakan bahwa Notaris adalah pejabat umum yang berwenang umtuk membuat akta otentik dan kewenangan
lainnya sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang ini. Wewenang tersebut meliputi empat hal
37
:
a. Notaris Harus Berwenang Sepanjang Menyangkut Akta yang Harus Dibuat itu.
36
Penjelasan umum Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris.
37
Habib Adjie, “Meneropong Khazanah Notaris dan PPAT Indonesia” Citra Aditya Bakti, Bandung
2009,halaman 35.
Wewenang notaris dalam pembuatan akta otentik sepanjang tidak dikecualikan kepada pihak atau pejabat lainnya mengandung makna
bahwa wewenang tersebut bersifat umum sedangkan pihak lain mempunyai wewenang terbatas. Wewenang ini merupakan suatu batasan
bahwa notaris tidak boleh melakukan suatu tindakan diluar wewenag tersebut. Tindakan notaris diluar wewenang yang sudah di tentukan
tersebut dikatagorikan sebagai perbuatan melanggar hukum jika menimbulkan permasalahan bagi para pihak, baik secara materiil maupun
imatriil dapat diajukan gugatan ke pengadilan. b. Notaris Harus Berwenang sepanjang mengenai Orang untuk
kepentingan siapa Akta itu Dibuat Meskipun notaris dapat membuat akta untuk setiap orang tetapi ada batasan tertentu menurut pasal 52
UUJN notaris tidak diperkenankan membuat akta untuk diri sendiri, isterisuami, atau orang lain yang mempunyai hubungan keluarga
dengan notaris, baik karena perkawinan atau hubungan darah dalam garis keturunan lurus ke bawah dan atau keatas tanpa pembatasan
derajat , serta dalam garis ke samping sampai derajat ke tiga, dan menjadi pihak untuk diri sendiri ataupun dalam suatu kedudukan atau
dengan perantaraan kuasa. c. Notaris Harus Berwenang Sepanjang Mengenai Tempat, dimana Akta
itu Dibuat
Pasal 18 ayat 1 UUJN menentukan bahwa notaris mempunyai tempat kedudukan di daerah kabupaten atau kota. Sedangkan wilayah
jabatan notaris
meliputi seluruh
wilayah propinsi
dari tempat
kedudukannya pasal 18 ayat 2, Pengertian dari pasal-pasal tersebut bahwa dalam menjalankan jabatannya notaris tidak harus berada ditempat
kedudukannya dikabupaten atau kota tetapi di seluruh wilayah propinsi d. Notaris Harus Berwenang Sepanjang Mengenai Waktu Pembuatan
Akta itu Dalam hal ini notaris harus menjamin kepastian waktu para penghadap
yang tercantum dalam akta, dan dalam pembuatan akta seorang notaris harus dalam keadaan aktif artinya tidak sedang cuti jabatan atau
diberhentikan sementara waktu
38
.
Disamping itu sebagai pejabat, Notaris adalah orang kepercayaan yang harus dapat menangkap keinginan para klien dan menjabarkannya
lebih lanjut didalam akta Notaris. Semuanya ini dilakukan berdasarkan peraturan Perundang-undangan yang berlaku. Kegiatan Notaris lainnya
selain pembuatan akta otentik, misalnya menguruskan pendaftaran fidusia pada Kantor Pendaftaran Fidusia, pengurusan pengesahan sebagai
badan hukum bagi perseroan terbatas pada instansi yang berwenang.
38
Ibid, halaman 14.
Kewenangan lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 UUJN yaitu pada Pasal 15 ayat 2 UUJN yang berbunyi, Notaris berwenang
pula : a. Mengesahkan tanda tangan dan menetapkan kepastian tanggal surat di
bawah tangan dengan mendaftar dalam buku khusus. b. Membukukan surat-surat di bawah tangan dengan mendaftar dalam
buku khusus. c. Membuat copy dari asli surat-surat di bawah tangan berupa salinan
yang membuat uraian sebagaimana ditulis dan digambarkan dalam surat yang bersangkutan.
d. Melakukan pengesahan kecocokan fotokopi dengan surat lainnya; e. Memberikan penyuluhan hukum sehubungan dengan pembuatan akta;
f. Membuat akta yang berkaitan dengan pertanahan dan g. Membuat akta risalah lelang.
Fungsi yang dijalankan Notaris bersifat publik berdasarkan ketentuan Pasal 16 ayat 1 huruf d UUJN karena masyarakat dalam hal
ini cukup minta bantuan Notaris sebagai layaknya seorang pejabat yang menjalankan tugasnya seperti pegawai pencatat sipil atau juru sita namun
perbedaannya bahwa Notaris mendapat honorarium berdasarkan Undang-undang yang menyatakan bahwa seorang Notaris menggaji
dirinya sendiri, dari honorarium atas jasa hukum yang diberikannya dalam pembuatan akta yang dilakukannya.
3. Kewajiban dan Larangan Notaris