a. Air Bersih
Air bersih yaitu air yang sudah terpenuhi syarat fisik dan syarat kimia namun syarat bakteriologi belum terpenuhi. Secara umum penggunaan air bersih antara lain
akan diolah menjadi air siap minum, untuk keperluan MCK mandi, cuci, dan kakus. Dari segi kualitas, air bersih harus memenuhi syarat, yaitu :
1 Syarat Fisik : air tidak boleh berwarna, tidak boleh berasa, tidak boleh berbau,
suhu di bawah suhu udara sejuk 25
o
C dan jernih. 2
Syarat Kimia : tidak mengandung racun dan zat-zat mineral atau zat-zat lain tidak dalam jumlah yang berlebihan. Sutrisno, 2006.
b. Air Minum
Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Kepmenkes
RI, 2010. Air minum adalah air minum rumah tangga yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat
langsung diminum. PP Nomor 16 Tahun 2005.
c. Air Kotor atau Air Limbah
Air limbah adalah air buangan yang berasal dari rumah tangga termasuk tinja manusia dari lingkungan permukiman. PP Nomor 16 Tahun 2005. Air limbah
adalah sisa dari suatu hasil usaha danatau kegiatan yang berwujud cair. Sumber pencemar air berdasarkan karakteristik limbah yang dihasilkan dapat dibedakan
menjadi sumber limbah domestik dan sumber limbah non-domestik. Sumber limbah domestik umumnya berasal dari daerah pemukiman penduduk dan sumber limbah
non-domestik berasal dari kegiatan seperti industri, pertanian dan peternakan,
Universitas Sumatera Utara
perikanan, pertambangan, atau kegiatan yang bukan berasal dari wilayah pemukiman. Permen LH Nomor 01 Tahun 2010.
2.2 Sungai Tamiang
Sungai Tamiang memiliki dua persimpangan yakni sungai Simpang Kanan dan sungai Simpang Kiri terletak di Kabupaten Aceh Tamiang Provinsi Aceh. Sungai
Tamiang membelah Kota Kualasimpang sekaligus menjadi batas antara Kecamatan Kota Kualasimpang dengan Kecamatan Karang Baru. Selain transportasi darat
masyarakat menjadikan sungai Tamiang menjadi sarana transportasi alternatif dengan menggunakan sampan dan boat bermotor sebagai sarana transportasi.
Di hulu sungai Tamiang berbatasan dan menjadi satu aliran dengan sungai di Kecamatan Pinding Kabupaten Gayo Luwes. Melintasi gugusan Gunung Leuser yang
berupa hutan lindung dan sampai ke wilayah Kabupaten Aceh Tamiang menyatu dengan sungai Tenggulun. Sungai Tenggulun menyatu dengan sungai Simpang Kiri.
Sungai Simpang Kiri dan sungai Simpang Kanan menjadi satu di pusat Kota Kualasimpang, kemudian menuju daerah Kecamatan Rantau dan membelah dua
kecamatan lainnya, yaitu Kecamatan Seruway dan Kecamatan Bendahara, dan terakhir menuju muara ke laut.
Di sepanjang DAS baik di daerah hulu dan hilir, sungai Tamiang terancam oleh aktivitas pabrik pengolahan kelapa sawit, perkebunan khususnya kelapa sawit
karet dan coklat, pertanian, perikanan, pertambangan jenis galian C dan sarana transportasi air. Sedangkan di pemukiman dan perkotaan, sungai Tamiang terancam
dengan aktivitas pasar, bengkel, hotel, rumah sakit, restoran atau rumah makan, Industri makanan dan minuman ringan serta pemukiman masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
2.2.1 Karakteristik Air Sungai Tamiang
Berdasarkan hasil pemantauan Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kabupaten Aceh Tamiang pada tanggal 5-8 Mei 2009 di delapan lokasi, ternyata
kualitas air sungai Tamiang menunjukkan kekeruhan yang sangat tinggi yaitu sebesar 124-176
Nephelometric Turbility Units
NTU. Bahkan pada bulan Juni 2009 kekeruhan air sungai Tamiang mencapai angka 307-672 NTU.
Sementara pada kondisi
hujan kekeruhannya
mencapai 450
NTU. http:www.serambinews.com200906
.
Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Bapedal Provinsi Aceh mengatakan, saat ini Bapedal Provinsi Aceh masih fokus ada pemantauan sungai
Tamiang karena melihat tingkat pencemaran lebih besar serta potensi kerusakan di hulu sungai, dimana dengan mudahnya masyarakat membuka perkebunan dan
pertanian sehingga penggunaan pestisida yang berbahan kimia mencemari air sungai. Di samping itu sungai Tamiang juga mengalami sendimentasi akibat material yang
berasal dari hulu sungai, seperti sungai Tenggulun, sungai di kawasan Pulau Tiga, dan Perlak.
http:www.rakyataceh.com201104 . Kekeruhan air sungai Tamiang
juga meningkat karena kerusakan hutan di sepanjang DAS yang diduga terjadi akibat penebangan
liar dan
pembukaan perkebunan
sawit. http:www.suara-
tamiang.com201106 .
.
2.2.2 Pencemaran Air Sungai Tamiang
Pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia sehingga kualitas
air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya. PP Nomor 20 Tahun 1990.
Universitas Sumatera Utara
Pencemaran air adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, danatau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia sehingga
melampaui baku mutu air limbah yang telah ditetapkan. Permen LH Nomor 01 Tahun 2010.
Berdasarkan pemantauan yang dilakukan Bapedal Provinsi Aceh pada enam titik mulai dari hulu sungai hingga ke hilir, ternyata diketahui sungai Tamiang di
Kabupaten Aceh Tamiang telah tercemar limbah yang berasal dari bahan kimia pertanian seperti insektisida dan pestisida. Berasal dari industri pabrik kelapa sawit
dan limbah organik dari aktifitas rumahtangga, aktifitas pertanian dan perkebunan. Disana ada 11 unit pabrik kelapa sawit, walaupun limbahnya terlebih dahulu diolah,
karena banyaknya pabrik maka potensi pencemaran tetap tinggi. Saat ini Bapedal Provinsi Aceh masih fokus pada pemantauan sungai Tamiang karena melihat tingkat
pencemaran lebih besar serta potensi kerusakan di hulu sungai, dimana dengan mudahnya masyarakat membuka perkebunan dan pertanian sehingga penggunaan
pestisida yang
berbahan kimia
mencemari air
sungai. http:www.rakyataceh.com201104
.
2.2.3 Pengolahan Air Sungai Tamiang
Yani M, 2010 dalam Tesis berjudul Studi Karateristik Kimiawi Air Sungai Tamiang dan Pengolahannya dengan Zeolit-Polyaluminium Clorida PAC Sebagai
Sumber air bersih, menyimpulkan bahwa : 1.
Berdasarkan karakteristik kimia kualitas air yang dilakukan pada penelitian sebelum dilakukan pengolahan mengacu pada PP No. 82 Tahun 2001 untuk
kategori air golongan I untuk parameter Temperatur 28
o
C, pH 7,58, TDS 107,2 mgL, TSS 28,8 mgL, DO 6,6768 mgL, BOD 1,15746 mgL, COD 8.22476
mgL, NH
3
0,35726 mgL, NO
3
1,09706 mgL, P-PO
4
0,1085 mgL, Fe 0,60966
mgL dan minyak tidak terdeteksi sehingga dapat dikatakan perairan sungai
Universitas Sumatera Utara
Tamiang tergolong ke dalam perairan masih layak dijadikan sebagai sumber bahan baku air minum.
2. Berdasarkan karakteristik kimiawi kualitas air yang dilakukan pada penelitian
setelah dilakukan pengolahan menggunakan Zeolit-PAC dengan kadar PAC 0,23 mgL dan Zeolit 0,4 diperoleh kondisi yang maksimal. Mengacu pada
Kepmenkes No. 907 Tahun 2002 sebagai sumber air minum hasil penelitian pH 7,2, TDS 12mgL, NH
3
0,0094 mgL, dan Fe 0,0303 mgL dengan persentase penurunan TDS 88,8 , NH
3
97,36 dan Fe 94,9 . 3.
Zeolit senyawa alam lebih dominan membentuk senyawa komplek dan membentuk ikatan, sementara PAC lebih dominan bekerja secara fisika dengan
membentuk koagulan, sehingga modifikasi Zeolit-PAC merupakan kondisi yang paling ideal digunakan untuk penjernihan air untuk air minum.
2.3 Hutan Bakau
Mangrove
Daerah penyebaran mangrove di Indonesia umumnya terdapat di pantai timur Sumatera, muara sungai Kalimantan, bagian selatan dan tenggara Sulawesi, pulau-
pulau di Maluku, serta pantai utara dan selatan Papua. Dari sekitar 91 spesies tumbuhan yang telah teridentifikasi di ekosistem mangrove, kawasan timur Indonesia
mempunyai jumlah spesies terbanyak. Di Provinsi Maluku Utara terdapat 84 spesies. Di bagian barat Indonesia, jumlah spesies terbanyak terdapat di Provinsi Nanggroe
Aceh Darussalam dan Provinsi Kepulauan Riau masing-masing terdapat 74 dan 76 spesies. Kordi K, 2012.
Sebagian mangrove dijumpai disepanjang pantai terlindung yang berlumpur, bebas dari angin yang kencang dan arus air. Mangrove juga dapat tumbuh di atas
pantai berpasir dan berkarang, dan di pulau-pulau kecil. Menurut Kordi K, 2012, mangrove tumbuh dengan baik di pantai berlumpur yang terlindung, umumnya
pohon-pohonnya berbatang lurus dan tingginya dapat mencapai 35-45 m. Di pantai
Universitas Sumatera Utara
berpasir atau terumbu karang, mangrove tumbuh kerdil, rendah, dan batangnya seringkali bengkok. Daun-daun berbagai jenis tumbuhan dalam hutan mangrove
biasanya mempunyai tekstur yang serupa.
Tanaman di ekosistem mangrove juga memiliki daun sklerofil, yaitu daun berkutikula tebal dan kaku yang juga berguna untuk menahan retakpatah daun yang
dapat terjadi kalau jaringan daun berada pada titik layu. Daun semacam ini juga berguna melawan pertukaran gas yang dipaksakan daun-daun terlipat karena tekanan
angin keras. Notohadiprawiro, 1986 dalam Kordi K, 2012.
Pohon-pohon di hutan mangrove beradaptasi secara morfologi maupun fisiologi. Adaptasi tersebut antara lain dapat terlihat pada bentuk sistem perakaran
yang khas dan unik pada tumbuhan manggrove. Perakaran ini berfungsi antara lain membantu mangrove bernafas dan tegak berdiri. Kustanti A. 2011, perakaran yang
khas yang merupakan adaptasi terhadap kondisi yang kadang-kadang terendam air laut. Pada setiap jenis menunjukkan penampakan perakaran yang berbeda.
Mengembangkan struktur akar yang sangat ekstensif dan membentuk jaringan horizontal yang lebar, berguna untuk memperkokoh pohon dan juga berfungsi untuk
mengambil unsur hara dan menahan sedimen. Pada genus
Rhizophoraceae
mempunyai akar tongkatpenyangga yang mempunyai lentisel,
avicenniaceae
mempunyai akar bertipe cakar ayam yang mempunyai pneumatofora, dan lain sebagainya.
Kayu pada hutan mangrove menghasilkan kayu yang berkualitas baik, sehingga dapat digunakan untuk konstruksi bangunan dan kayu bakar. Sebagai kayu
bakar, semua bagian mangrove, yang terdiri dari batang, ranting, dan akar diambil. Kayu mangrove bermutu tinggi, yaitu menghasilkan panas yang sangat baik, tahan
lama pada saat dibakar dan menghasilkan arang yang baik.
Universitas Sumatera Utara
Potensi dan manfaat hutan mangrove berupa, hasil hutan kayu, hasil hutan nonkayu, ikan kakap, beronang, belanak, kuwe, tembang, teri, ikan hias,, kustase
kepiting bakau, udang, moluska kerang bakau, kerang hijau, kerang alang, kerang darah, popaco, ekinodermata, bahan pangan nonikan, sumber obat-obatan, kawasan
wisata, pengembangan ilmu dan teknologi, akuakultur. Kordi K, 2012. Sedangkan Kustanti A. 2011, produk nonkayu diantaranya adalah kerupuk jeruju, manisan api-
api dan propagul, keripik api-api, dodol
sonneratia
, madu lebah, buahpropagul sebagai sumber bibit, daunan sebagai sumber pakan ternak, terasi, udang, bandeng,
kerang-kerangan, aneka kerajinan kulit kerang, ikan belanak, dan lain sebagainya.
2.4. Karbon Aktif