Komitmen Organisasi Analisis Pengendalian Internal, Kesesuaian Kompensasi, dan Komitmen Organisasi terhadap Kecendrungan Kecurangan Akuntansi dengan Menggunakan Perilaku tidak Etis Sebagai Variabel Intervening

dibayarkan berdasarkan hasil kerja. Untuk itu, diperlukan kemampuan untuk menentukan standar yang tepat. Tidak terlalu mudah untuk dicapai dan juga tidak terlalu sulit. Standar yang terlalu mudah tentunya tidak menguntungkan bagi perusahaan. Sedangkan yang terlalu sulit menyebabkan karyawan frustasi d. Kompensasi tidak langsung Kompensasi tidak langsung merupakan kompensasi tambahan yang diberikan berdasarkan kebijaksanaan perusahaan terhadap semua karyawan dalam usaha meningkatkan kesejahteraan para karyawan. Contohnya asuransi kesehatan, asuransi jiwa, dan bantuan perumahan. Penghargaan menjembatani kesenjangan antara tujuan organisasi dengan aspirasi serta pengharapan karyawan. Supaya efektif, kompensasi seharusnya dapat: a. Memenuhi kebutuhan dasar b. Mempertimbangkan adanya keadilan eksternal c. Mempertimbangkan adanya keadilan internal, dan d. Pemberiannya disesuaikan dengan kebutuhan individu, Cascio, 1995:330 dalam Panggabean 2004.

2.1.4 Komitmen Organisasi

Sebagai sikap, komitmen organisasi paling sering didefinisikan sebagai 1 keinginan kuat untuk tetap sebagai anggota organisasi tertentu; 2 keinginan untuk berusaha keras sesuai keinginan organisasi; 3 keyakinan tertentu dan penerimaan nilai dan tujuan organisasi, Luthans 2006. Dengan kata lain, ini merupakan sikap yang merefleksikan loyalitas karyawan pada organisasi dan proses berkelanjutan Universitas Sumatera Utara dimana anggota organisasi mengekspresikan perhatiannya terhadap organisasi dan keberhasilan serta kemajuan yang berkelanjutan. Jika seorang pegawai memiliki komitmen organisasi yang tinggi, maka rasa tanggungjawab nya terhadap organisasi akan tinggi pula. Sehingga pegawai yang memiliki komitmen organisasi yang tinggi akan menjauhkan diri dari perilaku-perilaku yang tidak etis dan kecendrungan kecurangan akuntansi. Menurut teori yang dikembangkan oleh Meyer dan Allen 1991, Komitmen organisasi terdiri dari tiga dimensi yang menunjukkan bahwa orang yang tinggal dengan organisasi, karena mereka ingin afektif, harus normatif, dan perlu berkelanjutan. Karyawan berperilaku sesuai dengan hubungan mereka dengan organisasi. Jika mereka percaya akan adanya hubungan timbal balik di alam, mereka akan cenderung untuk berperilaku konsisten dengan norma-norma organisasi. Akibatnya, komitmen karyawan dan identitas organisasi telah diidentifikasi sebagai penentu perasaan individu dan perilaku dalam pengaturan organisasi, Wilks 2011. 2.1.4 Kecendrungan Kecurangan Akuntansi SPAP, Seksi 316 2001 menjelaskan kecurangan akuntansi sebagai: 1 salah saji yang timbul dari kecurangan pelaporan keuangan yaitu salah saji atau penghilangan secara sengaja jumlah atau pengungkapan dalam laporan keuangan untuk mengelabui pemakai laporan keuangan, 2 salah saji yang timbul dari perlakuan tidak semestinya terhadap aktiva seringkali disebut dengan penyalahgunaan atau penggelapan berkaitan dengan pencurian aktiva entitas yang berakibat laporan keuangan tidak disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Gondodiyoto 2007 menyatakan bahwa berdasarkan Universitas Sumatera Utara pelakunya, kecurangan dapat dikelompokkan pada dua golongan besar, yaitu employee fraud dan management fraud.Employee fraud biasanya disebut internal fraud dan occupational crime yang mengacu pada perbuatan mengambil harta dari majikan pemberi kerja. Adapun management fraud mengacu kepada kejahatan organisasi-onal, perbuatan para manajer untuk membuat laporan keuangan secara curang, mamalsukan, membesar-besarkan atau mengecilkan aktiva atau keuntungan dengan tujuan untuk menipu pihak-pihak diluar organisasi. Sawyer 2006 menyatakan ada banyak istilah untuk kejahatan dengan penipuan, antara lain dapat disebut dengan kecurangan fraud, kejahatan kerah putih white collar crime, dan penggelapan embezzlement. Kecurangan, singkatnya adalah sebuah representasi yang salah atau penyembunyian fakta-fakta yang material untuk memengaruhi seseorang agar mau ambil bagian dalam suatu hal yang berbeda. Kejahatan kerah putih didefinisikan sebagai tindakan atau serangkaian tindakan kejahatan yang dilakukan dengan cara-cara nonfisik melalui penyembunyian ataupun penipuan untuk mendapatkan uang ataupun harta benda, untuk menghindari pembayaran atau hilangnya uang atau harta benda, atau untuk mendapatkan keuntungan bisnis atau pribadi. Penggelapan adalah konversi secara tidak sah untuk kepentingan pribadi harta benda yang secara sah berada di bawah pengawasan pelaku kejahatan. Pada umumnya, diyakini bahwa terdapat tiga kondisi yang menyebabkan terjadinya kecurangan atau penggelapan. Tiga faktor ini bersifat kolektif dan dapat terjadi dengan tingkatan yang berbeda-beda. Faktor-faktor tersebut adalah: Universitas Sumatera Utara 1. Situasi akan kebutuhan Situasi ini dapat disebabkan oleh alasan keuangan karena pengeluaran atau kerugian uang lainnya yang tidak dapat ditutupi oleh seumber daya keuangan yang normal dari individu tersebut. Contohnya adalah: keluarga yang sakit, perjudian, hidup melebihi kemampuan pribadi, affair perselingkuhan, kerugian akibat investasi, kecelakaan, dan kebutuhan untuk pendidikan. Kebutuhan ini juga dapat bersifat psikologis, misalnya, keinginan untuk “hidup dalam marabahaya”, atau untuk membalas dendam atau perlakuan yang tidak adil. Sudah pasti terdapat pengaruh yang memotivasi munculnya pemikiran untuk berusaha harus mendapatkan uang, sering kali dianggap meminjam, dalam kasus-kasus yang lainnya dengan tidak memiliki maksud untuk membayarnya kembali. 2. Lingkungan yang mengundang terjadinya penggelapan Hal ini biasanya merupakan situasi dimana tidak terdapat kontrol, atau dimana kontrolnya lemah,atau dimana terdapat kontrol namun tidak berfungsi. Sering kali kondisi ini terungkap melalui situasi yang tidak disengaja ketika seorang individu, karena suatu kesalahan, menyadari bahwa ia telah menerima uang secara tidak benar, meskipun uang tersebut ia peroleh secara tidak sengaja, dan bahwa kontrol yang seharusnya mencegah kejadian tersebut tidak ada atau tidak berfungsi. Universitas Sumatera Utara 3. Karakteristik perilaku seseorang Kedua kondisi diatas dapat terjadi, namun jika individu tersebut memiliki sifat jujur yang tinggi, kecurangan tidak akan dilakukan. Akan tetapi, kasus-kasus ekstrem dari unsur pertama diatas, ditambah dengan situasi kontrol yang lemah dari unsur yang kedua, dapat menguasai moral dasar seseorang yang menjauhi hal-hal seperti itu dan akan membuka pintu terjadinya penyelewengan, Sawyer 2006. Tinggi Rendah kebutuhan Ada Tidak Ada Kecurangan Rendah Tinggi Kecurangan kontrol Buruk Bagus karakter Gambar 2.1. Kondisi ketiga faktor, Sawyer 2006 Jadi, jika kebutuhan tinggi dan kontrol tidak terlalu bagus, dan jika rasa moralitasnya tidak terlalu tinggi, individu tersebut akan berfikir dan melakukan Universitas Sumatera Utara kecurangan, pemikiran yang bersifat sementara dan bahwa uang yang diambil akan dikembalikan sebelum situasi tersebut terungkap, yang pada kenyataannya jarang terjadi, Sawyer 2006. Sawyer dalam bukunya Sawyer‟s Internal Auditing 2006 menyatakan ada 40 bentuk umum kecurangan yaitu: 1. Pemalsuan cap stempel 2. Mencuri barang dagangan, peralatan, persediaan, dan barang-barang perlengkapan lainnya 3. Mengambil sejumlah kecil uang kas dan mesin kasir 4. Tidak mencatat penjualan barang, dan mengantongi uangnya 5. Menciptakan kelebihan dana kas dan register dengan melakukan kurang pencatatan 6. Pembebanan berlebihan pada akun-akun pengeluaran atau menggunkaan uang muka untuk kepentingan pribadi 7. Memutar penagihan atas rekening pelanggan 8. Mengambil pembayaran dari rekening pelanggan, mengeluarkan tanda terima diatas secarik kertas atau dari buku tanda terima yang dibuat sendiri 9. Menagih rekening, mengambil uangnya, dan kemudian membiayakannya; mengambil pembayaran rekening yang sudah dibiayakan dan tidak melaporkannya Universitas Sumatera Utara 10. Membiayakan rekening pelanggan dan mencuri uangnya 11. Mengeluarkan kredit untuk klaim dan pengembalian oleh pelanggan palsu 12. Tidak memberikan setoran harian ke bank, atau menyetorkan sebagian dari uang saja 13. Mengganti tanggal pada slip setoran untuk menutupi pencurian 14. Membulatkan penjumlahan setoran-kemudian mencoba untuk mengejarnya di akhir bulan 15. Mencantumkan penggunaan tenaga bantuan tambahan fiktif dalam penggajian, atau meningkatkan tarif atau jam kerjanya 16. Masih mencantumkan karyawan dalam daftar gaji meskipun telah melewati tanggal akhir masa kerja aktualnya 17. Memalsukan penambahan daftar gaji; menahan upah yan gbelum diklaim 18. Menghancurkan, mengubah, atau membatalkan karcis penjualan dan mengambil uang hasil penjualannya 19. Mengambil penerimaan penjualan kas dengan menggunakan rekening pembebanan palsu 20. Mencatat diskon kas yang tidak sah 21. Meningkatkan jumlah voucher kas kecil danatau jumlah totalnya dalam mempertanggungjawabkan pembayaran Universitas Sumatera Utara 22. Menggunakan tanda terima pengeluaran pribadi untuk mendukung pembayaran-pembayaran palsu 23. Menggunakan salinan dari voucher asli yang sudah digunakan sebelumnya, atau menggunakan voucher tahun lalu yang telah disetujui dengan benar dengan mengganti tanggalnya 24. Membayar faktur-faktur palsu, yang dibuat sendiri atau diperoleh melalui kolusi dengan pemasok 25. Meningkatkan jumlah dari faktur pemasok melalui kolusi 26. Membebankan pembelian-pembelian pribadi ke perusahaan melalui penyalahgunaan order pembelian 27. Menagih barang curian ke rekening fiktif 28. Mengirimkan barang curian ke rumah karyawan atau keluarganya 29. Memalsukan persediaan utnuk menutupi pencurian atau kejahatan 30. Mengambil cek yang dibayarkan kepada organisasi atau pemasok 31. Meningkatkan cek bank yang dibatalkan agar sama dengan jurnal-jurnal fiktif 32. Memasukkan lembar buku besar fiktif 33. Melakukan penjumlahan yang salah dari penerimaan kas dan buku pengeluaran Universitas Sumatera Utara 34. Dengan sengaja mengacaukan pembukuan ke akun kontrol dan akun rincian 35. Menjual limbah dan bahan baku sisa serta mengantongi hasil penjualannya 36. “Menjual” kunci-kunci pintu atau kombinasi dari lemari besi 37. Menimbulkan saldo kredit di buku besar dan mengkonversinya ke kas 38. Memalsukan konosemen bill of lading dan membagi dua hasilnya dengan pengirim 39. Mendapatkan cek-cek kosong yang tidak dijaga dan memalsukan tanda tangan 40. Memberikan harga khusus atau istimewa kepada pelanggan, atau memberikan bisnis kepada pemasok yang disukai, untuk mendapatkan “imbalan balik”

2.1.5 Perilaku Tidak Etis

Dokumen yang terkait

Analisis Pengendalian Internal, Kesesuaian Kompensasi, dan Komitmen Organisasi terhadap Kecendrungan Kecurangan Akuntansi dengan Menggunakan Perilaku tidak Etis Sebagai Variabel Intervening

2 69 130

PENGARUH KEEFEKTIFAN PENGENDALIAN INTERNAL, KETAATAN ATURAN AKUNTANSI DAN KESESUAIAN KOMPENSASI TERHADAP KECENDERUNGAN KECURANGAN AKUNTANSI DENGAN PERILAKU TIDAK ETIS SEBAGAI VARIABEL INTERVENING PADA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA.

24 175 281

Analisis Pengendalian Internal, Kesesuaian Kompensasi, dan Komitmen Organisasi terhadap Kecendrungan Kecurangan Akuntansi dengan Menggunakan Perilaku tidak Etis Sebagai Variabel Intervening

0 0 15

Analisis Pengendalian Internal, Kesesuaian Kompensasi, dan Komitmen Organisasi terhadap Kecendrungan Kecurangan Akuntansi dengan Menggunakan Perilaku tidak Etis Sebagai Variabel Intervening

0 0 2

Analisis Pengendalian Internal, Kesesuaian Kompensasi, dan Komitmen Organisasi terhadap Kecendrungan Kecurangan Akuntansi dengan Menggunakan Perilaku tidak Etis Sebagai Variabel Intervening

0 0 9

Analisis Pengendalian Internal, Kesesuaian Kompensasi, dan Komitmen Organisasi terhadap Kecendrungan Kecurangan Akuntansi dengan Menggunakan Perilaku tidak Etis Sebagai Variabel Intervening

0 0 3

Analisis Pengendalian Internal, Kesesuaian Kompensasi, dan Komitmen Organisasi terhadap Kecendrungan Kecurangan Akuntansi dengan Menggunakan Perilaku tidak Etis Sebagai Variabel Intervening

0 0 24

KUESIONER PENELITIAN FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KECENDERUNGAN KECURANGAN AKUNTANSI DENGAN PERILAKU TIDAK ETIS SEBAGAI VARIABEL INTERVENING

0 0 31

PENGARUH KEEFEKTIFAN PENGENDALIAN INTERNAL DAN KESESUAIAN KOMPENSASI TERHADAP KECENDERUNGAN KECURANGAN AKUNTANSI

1 17 10

ANALISIS PENGARUH PENGENDALIAN INTERN KETAATAN PADA ATURAN AKUNTANSI DAN ASIMETRI INFORMASI TERHADAP KECENDRUNGAN KECURANGAN AKUTANSI DENGAN PERILAKU TIDAK ETIS SEBAGAI VARIABEL INTERVENING Devyanthi Syarif, SE., M.Ak devyanthi.sjarifyahoo.co.id ABSTRAK -

1 1 20