mengawasi dan mengontrol satu sama lain. Kekuasaan yang dimaksud adalah:
1. Kekuasaan Legislatif, sebagai pembuat Undang-Undang yang
nantinya dijadikan sebagai patokan untuk berinteraksi baik secara kelembagaan maupun individual di dalam negara.
2. Kekuasaan Eksekutif, sebagai pelaksana Undang-Undang,
yang mempunyai kekuasaan untuk memaksakan penerapan Undang-Undang tersebut kepada pihak-pihak yang harus
melaksanakan. 3.
Kekuasaan Yudikatif, sebagai lembaga peradilan yang menjadi pilar untuk menegakkan Undang-Undang serta
mengadili pelanggaran Undang-Undang dengan segala konsekuensinya.
Menurut Montesquieu, dengan adanya pemisahan kekuasaan ini diharapkan kemerdekaan bagi setiap individu
dijamin terhadap tindakan sewenang-wenang dari penguasa. Montesquieu menekankan bahwa seseorang akan cenderung
untuk mendominasi kekuasaan bila kekuasaan tersebut terpusat pada satu orang. Oleh karena itulah dibutuhkan pemisahan
kekuasan untuk mencegah adanya dominasi satu kekuasaan terhadap kekuasaan lainnya. Bisa dilihat hampir diseluruh
negara menerapkan konsep Trias Politica dalam kehidupan
berpolitik. Dalam suatu negara bisa dikatakan negara berdemokrasi dalam kehidupan berpolitik apabila diterapkannya
konsep ini. Karena pada dasarnya kekuasaan di suatu negara tidak boleh dilimpahkan pada satu struktur kekuasaan politik
atau satu lembaga independen saja melainkan harus terpisah dengan lembaga-lembaga negara yang berbeda.
Dengan terpisahnya tiga kewenangan di tiga lembaga yang berbeda tersebut, diharapkan jalannya pemerintahan negara
tidak timpang, terhindar dari korupsi pemerintahan oleh satu lembaga, dan akan memunculkan mekanisme
check and balances saling koreksi dan saling mengimbangi. Biarpun dalam
prakteknya, jalanya Trias Politika di tiap negara tidak selamanya mulus atau tanpa halangan.
Di Indonesia sendiri menurut UUD 1945 Negara Kesatuan Republik Indonesia sebelum diamandemen terdapat pembagian
kekuasaan negara:
1. MPR memegang kekuasaan konstitutif.
2. Presiden memegang kekuasaan eksekutif.