Tatanan Tektonik (Tectonic Setting)
2.6.4. Tatanan Tektonik (Tectonic Setting)
Tatanan tektonik yang ada disuatu wilayah sangat dipengaruhi oleh posisi tektonik yang bekerja di wilayah tersebut. Sebagaimana sudah dijelaskan pada sub bab sebelumnya, interaksi antar lempeng yang terjadi pada batas-batas lempeng konvergen, divergen dan transform akan menghasilkan tatanan tektonik tertentu (gambar 2-21).
Gambar 2-21 Tatanan Tektonik pada Batas Lempeng Divergen, Batas Lempeng Konvergen, dan Batas Lempeng Transform
Tatanan tektonik yang terjadi pada batas lempeng konvergen, dimana lempeng samudra dan lempeng samudra saling bertemu akan menghasilkan suatu rangkaian busur gunungapi (volcanic arc) yang arahnya sejajar / simetri dengan arah palung (trench). Cekungan Busur Belakang (Back Arc Basin) berkembang dibagian belakang busur gunungapi (gambar 2-22). Contoh kasus dari model ini adalah rangkaian gunungapi di kepulauan Philipina yang merupakan hasil tumbukan lempeng laut Philipina dengan lempeng samudra Pasifik.
Gambar 2-22 Tatanan Tektonik pada Batas Lempeng Konvergen (lempeng samudra dan
lempeng samudra)
Pada batas lempeng konvergen, dimana terjadi tumbukan antara lempeng samudra dan lempeng benua (gambar 2-23), maka tatanan tektoniknya dicirikan oleh Palung (Trench), Prisma Akresi (Accretion Prism), Cekungan Busur Muka (Forearc Basin), Busur Kepulauan Gunungapi (Volcanic Island Arc), dan Cekungan Busur Belakang (Backarc Basin).
Gambar 2-23 Komponen komponen pada Zona Subduksi (lempeng samudra dan lempeng benua) : Palung (Trench), Struktur Tinggian / Prisma Akresi (Structural High); Cekungan Busur Muka (Forearc Basin), Jalur Busur Gunungapi (Volcanic Arc); dan Cekungan Busur Belakang (Backarc Basin.
Contoh klasik dari batas lempeng konvergen, dimana terjadi tumbukan antara lempeng samudra dan lempeng benua adalah kepulauan Indonesia, khususnya jalur pulau-pulau: Sumatra, Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan berakhir di kepulauan Banda. Pada gambar 2-24 diperlihatkan batas konvergensi antara lempeng India-Australia dan lempeng benua Eurasia (pulau Sumatra). Kedua lempeng dibatasi oleh suatu lajur yang dikenal sebagai Palung Laut Subduksi (Subduction Trench) yang merupakan hasil subduksi antara kedua lempeng tersebut diatas, sedangkan gambar 2-25 memperlihatkan tatanan tektonik pulau Sumatra yang tersusun dari Prisma Akrasi/Accretionary Wedge (Pulau Siemelue, P.Nias, P. Telo, P.Engganau, P. Batu, P. Mentawai); Cekungan Busur Luar / Muka (Forearc Basin); Busur Gunungapi (Volcanic Arc) dan Cekungan Busur Belakang (Backarc Basin).
Gambar 2-24 Batas Lempeng Konvergen (Lempeng Benua India-Australia dan Lempeng Benua Eurasia diwakili oleh pulau Sumatra)
Gambar 2-25 Tatanan Tektonik Pulau Sumatra: Palung Sunda (Sunda Trench), Jalur
Prisma Akresi (P.Simelue, P. Nias, P. Nias, P. Enggano), Cekungan Busur Muka (Forearc Basin), Jalur Gunungapi (Volcanic Arc), dan
Cekungan Busur Belakang (Backarc Basin).
Batas lempeng konvergen yang berupa batas suture dapat kita lihat antara pertemuan lempeng benua India dengan lempeng benua Eurasia. Kedua lempeng tersebut dibatasi oleh suatu jalur pegunungan yang dikenal dengan pegunungan Himalaya. Pada gambar 2-26 ditandai oleh garis warna biru.
Gambar 2-26 Zona Suture sebagai batas lempeng konvergen (Lempeng Benua India dan Lempeng Benua Eurasia)
Tatanan tektonik pada batas lempeng Divergen, dimana lempeng benua mengalami pemekaran (continental rifting) dengan terbentuknya laut baru dapat kita lihat terutama di Pematang Tengah Samudra (Pemisahan Benua Amerika dan Afrika), Laut Merah (Benua Afrika dan Semenanjung Sinai / Jazirah Arab) serta Rifting yang terjadi di Afrika Timur Bagian Utara (gambar 2-27).
Gambar 2-27 Pembentukan rift di benua Afrika Timur Bagian Utara (Ethiopian Rift; East African Rift)