INDIKATOR KINERJA TUPOKSI

B.2. INDIKATOR KINERJA TUPOKSI

Indikator Kinerja Tupoksi Direktorat Pelayanan Kesehatan Primer adalah sebagai berikut:

1. INDIKATOR PERTAMA

Jumlah kabupaten/kota yang mendapat pembinaan tentang klinik

Definisi Operasional:

Jumlah kabupaten/kota yang mendapat pembinaan tentang klinik dari pusat/provinsi dalam bentuk kunjungan lapangan, pertemuan atau konsultasi daerah ke pusat.

Cara Perhitungan:

Jumlah kumulatif kabupaten/kota yang mendapat pembinaan klinik dari pusat/provinsi dalam bentuk kunjungan lapangan, pertemuan atau konsultasi daerah ke pusat.

Target :

Target indikator jumlah kabupaten/kota yang mendapat pembinaan tentang klinik pada tahun 2016 adalah sebanyak 20 kabupaten/kota.

Tabel 6 Target dan Indikator Jumlah kabupaten/kota yang mendapat pembinaan tentang klinik

TTT Jumlah

0 20 21 65 175 345 yang

kabupaten/kota

mendapat

pembinaan tentang klinik

Pencapaian indikator tahun 2016 :

Capaian indikator tidak dapat dibandingkan dengan tahun 2015 karena ini merupakan indikator baru setelah perubahan SOTK di Kementerian Kesehatan. Pada tahun 2016 ditargetkan 20 kabupaten/kota yang mendapatkan pembinaan tentang klinik dan tercapai 21 kabupaten/kota atau tercapai 105% yang terletak di 16 provinsi. Data capaian diperoleh dari Direktorat Pelayanan Kesehatan Primer, dan dinas kesehatan provinsi/kabupaten/kota.

Permasalahan:

Target jumlah kabupaten/kota yang mendapatkan pembinaan tentang klinik telah tercapai, namun masih banyak terdapat perbedaan persepsi mengenai peraturan tentang klinik dan belum adanya petunjuk teknis penyelenggaraan klinik.

Rencana Tindak Lanjut:

Review Permenkes Nomor 9 Tahun 2014 Tentang Klinik dan penyusunan draft lampiran Permenkes tentang Juknis Penyelenggaraan Klinik.

Keuangan :

Total anggaran yang dialokasikan untuk mendukung Indikator jumlah kabupaten/kota yang mendapat pembinaan tentang klinik adalah sebesar Rp. 906.720.000,- dan terdapat nilai blokir mandiri Rp.150.497.000,- sehingga anggaran yang dapat digunakan adalah Rp.756.223.000,- dengan realisasi

Rp.750.851.382,- atau 99,29%.

Untuk mencapai indikator jumlah kabupaten/kota yang mendapat pembinaan tentang klinik dilakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut : 1). Pertemuan Lintas Sektor dan Lintas Program dalam Rangka Peningkatan

Pelayanan Kesehatan Primer di Klinik.  Sasaran Kegiatan:

Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota, Lintas sektor dari K/L, Asosiasi Dinas Kesehatan, Asosiasi dan Perhimpunan Klinik, Klinik milik Pemerintah dan Swasta, Organisasi Kemasyarakatan, dan lintas program di lingkungan Kementerian Kesehatan.

 Output: Rekomendasi

perbaikan dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan di klinik dengan review Permenkes Nomor 9 Tahun 2015 Tentang Klinik dan penyusunan draft lampiran Permenkes tentang Juknis Penyelenggaraan Klinik.

 Keuangan: Kegiatan telah dilaksanakan dengan total angggaran untuk kegiatan ini sebesar Rp.327.660.000,- dan terdapat nilai blokir mandiri Rp.88.290.000,- sehingga anggaran yang dapat digunakan adalah Rp.239.370.000,- dengan realisasi Rp.239.057.585,- atau 99,87%.

Foto-foto Pertemuan LS/LP dalam rangka peningkatan yankes primer di klinik

2). Monitoring dan Evaluasi dalam Rangka Bimbingan Teknis Peningkatan Pelayanan Kesehatan di Klinik.

 Sasaran Kegiatan: Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan kabupaten/kota dan klinik pratama milik pemerintah dan swasta.

 Output:

1. Terlaksananya monitoring dan evaluasi pelayanan kesehatan di 17 klinik pada 9 provinsi terpilih (Gorontalo, Lampung, Jakarta, Jawa Tengah, Kalimantan Timur, Riau, Kepulauan Riau, Sulawesi Utara dan Nusa Tenggara Timur)

2. Laporan hasil kegiatan monitoring dan evaluasi menjadi masukan dalam pembuatan petunjuk teknis penyelenggaraan klinik

 Keuangan: Kegiatan telah dilaksanakan dengan total angggaran untuk kegiatan ini sebesar Rp.255.939.000,- dan terdapat nilai blokir mandiri Rp.56.801.000,- sehingga anggaran yang dapat digunakan adalah Rp.199.138.000,- dengan realisasi Rp.196.660.752,- atau 98,76%.

Monitoring dan evaluasi di Klinik Medika Antapani, Bandung, Jawa Barat

Monev di Klinik BNN Provinsi Lampung Monev di LAPAS Kelas I Provinsi Lampung

3). Pendampingan pada Pelayanan Kesehatan di Klinik.  Sasaran Kegiatan:

Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan kabupaten/kota dan klinik pratama milik pemerintah dan swasta.

 Output: Terlaksananya pembinaan teknis pelayanan kesehatan primer pada 17 provinsi (Kalimantan Tengah, Riau, Gorontalo, Jawa Barat, Aceh, NTT, Kalimantan Barat, Banten, Sumatera Selatan, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sumatera Utara, Sulawesi Tengah, Maluku, Jawa Tengah, DI. Yogyakarta, dan Jawa Timur).

 Keuangan: Kegiatan telah dilaksanakan dengan total angggaran untuk kegiatan ini sebesar Rp.323.121.000,- dan terdapat nilai blokir mandiri Rp.5.406.000,- sehingga anggaran yang dapat digunakan adalah Rp.317.715.000,- dengan realisasi Rp.315.133.045,- atau 99,19%.

Foto-foto Pendampingan Klinik

2. INDIKATOR KEDUA

Sebagaimana uraian di atas, maka dalam pencapaian sasaran strategis yang menjadi indikator kedua adalah:

Jumlah Praktik Perorangan dokter dan atau dokter gigi yang sesuai

standar

Definisi Operasional:

Jumlah praktik mandiri dokter dan atau dokter gigi yang sesuai dengan standar adalah tempat praktik mandiri dokter dan atau dokter gigi yang sesuai dengan standar pada PMK tentang Praktik Mandiri Dokter dan Dokter Gigi

Cara Perhitungan:

Jumlah kumulatif tempat praktik mandiri dokter dan atau dokter gigi yang sesuai dengan standar

Target :

Tahun 2016: 0 Praktik Perorangan dokter dan atau dokter gigi yang sesuai standar

Tabel 7 Target dan Indikator Jumlah Praktik Perorangan dokter dan atau dokter gigi yang sesuai standar

TTT Jumlah Praktik Perorangan

0 0 0 0 102 205 dokter dan atau dokter gigi yang sesuai standar

Pencapaian indikator tahun 2016 :

Capaian indikator tidak dapat dibandingkan dengan tahun 2015 karena ini merupakan indikator baru setelah perubahan SOTK di Kementerian Kesehatan. Sesuai dengan target tahun 2016, maka saat ini masih 0 jumlah praktik perorangan dokter dan atau dokter gigi yang sesuai standar

Permasalahan:

Tahun 2016 merupakan awal proses penyusunan pedoman yang akan digunakan untuk panduan penyelenggaraan praktik mandiri dokter dan dokter gigi

Rencana Tindak Lanjut:

Secara substansi draft pedoman penyelenggaraan praktik mandiri dokter dan dokter gigi sudah selesai dan dikirim ke biro hukum Kementerian Kesehatan untuk pembahasan lebih lanjut hingga disahkan menjadi peraturan meneteri kesehatan. Sehingga selanjutnya akan dilaksanakan kegiatan:

1. Sosialisasi tentang kebijakan praktik mandiri dokter dan dokter gigi

2. Pemetaan dan pendataan praktik mandiri dokter dan dokter gigi

3. Penyusunan pedoman pembinaan instrumen monitoring evaluasi praktik mandiri dokter dan dokter gigi

4. Pembinaan serta monitoruing dan evaluasi pelaksanaan penyelenggaraan praktik mandiri dokter dan dokter gigi

Keuangan :

Total anggaran yang dialokasikan untuk mendukung Indikator Jumlah Praktik Perorangan dokter dan atau dokter gigi yang sesuai standar adalah sebesar Rp.838.849.000,- dan terdapat nilai blokir mandiri Rp.514.195.000,-sehingga anggaran yang dapat digunakan adalah Rp.324.654.000,- dengan realisasi

Rp.267.672.482,- atau 82,45%.

Untuk mencapai indikator Jumlah Praktik Perorangan dokter dan atau dokter gigi yang sesuai standar dilakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut :

1). Pertemuan Koordinasi Lintas Program Lintas Sektor Praktik Perorangan  Sasaran Kegiatan: Lintas Program di lingkungan Kementerian Kesehatan serta lintas sektor yang terdiri dari Profesi (IDI dan PDGI), KKI, Dinas Kesehatan Provinsi maupun Kab/Kota

 Output: Diperolehnya masukan dari Lintas program, lintas sektor dan organisasi profesi tentang penetapan standar pelayanan di praktik perorangan tenaga kesehatan

 Keuangan: Kegiatan telah dilaksanakan dengan total angggaran untuk kegiatan ini sebesar Rp.759.599.000,- dan terdapat nilai blokir mandiri Rp.514.195.000,- sehingga anggaran yang dapat digunakan adalah Rp.245.404.000,- dengan realisasi Rp.188.422.482,- atau 76,78%.

Foto-foto kegiatan

2). Pencetakan Buku  Sasaran Kegiatan:

Lintas Program di lingkungan Kementerian Kesehatan serta lintas sektor yang terdiri dari Dinas Kesehatan Provinsi maupun Kab/Kota serta Puskesmas dan Organisasi Profesi (IDI, PDGI, Pokja DLP)

 Output: Tercetaknya buku :

a. Factsheet Panduan Praktek Klinis

b. Factsheet Program Dokter Layanan Primer

c. Permenkes Nomor 89 Tahun 2015 tentang Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut

d. Rencana Aksi Nasional Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut

 Keuangan: Kegiatan telah dilaksanakan dengan total angggaran untuk kegiatan ini sebesar Rp.79.250.000,- dengan realisasi Rp.79.250.000,- atau 100% .

3. INDIKATOR KETIGA

Sebagaimana uraian di atas, maka dalam pencapaian sasaran strategis yang menjadi indikator ketiga adalah:

Jumlah Puskesmas yang menjadi Wahana Pendidikan DLP

Definisi Operasional:

Puskesmas yang menjadi wahana pendidikan Dokter Layanan Primer (DLP) adalah Puskesmas yang memenuhi persyaratan yang digunakan sebagai tempat penyelenggaraan pendidikan Dokter Layanan Primer

Cara Perhitungan:

Jumlah Puskesmas yang menjadi wahana pendidikan Dokter Layanan Primer sesuai dengan standar

Target :

Tahun 2016: 0 puskesmas Tahun 2016 merupakan tahun pertama dari penyusunan NSPK tentang Puskesmas sebagai wahana pendidikan DLP

Tabel 8 Target dan Indikator Jumlah Puskesmas sebagai Wahana Pendidikan DLP yang sesuai standar

TTT Jumlah

sesuai standar

Pencapaian indikator tahun 2016 :

Capaian indikator tidak dapat dibandingkan dengan tahun 2015 karena ini merupakan indikator baru setelah perubahan SOTK di Kementerian Kesehatan. Sesuai dengan target tahun 2016, karena masih dalam penyiapan NSPK , maka saat ini masih 0 jumlah puskesmas yang menjadi wahana pendidikan dokter layanan primer.

Permasalahan:

1. Tahun 2016 merupakan awal proses penyusunan pedoman yang akan digunakan untuk panduan penyelenggaraan puskesmas sebagai wahana pendidikan dokter layanan primer

2. Penyusunan NSPK belum sampai pada tahap penetapan Permenkes karena terdapat penolakan program DLP oleh pihak profesi IDI, sehingga PP tentang Pendidikan Kedokteran sebagai dasar penetapan wahana pendidikan DLP belum selesai

Rencana Tindak Lanjut:

1. Kementerian Kesehatan dan Dinas Kesehatan Provinsi akan melakukan advokasi kepada IDI

2. Kementerian kesehatan akan melakukan pemenuhan sarana dan prasarana di FKTP melalui anggaran DAK

3. Dinas kesehatan akan mendorong FKTP di wilayahnya untuk dapat terakreditasi dan memenuhi sarana prasarananya sesuai dengan standar puskesmas sehingga dapat dikembangkan menjadi wahana pendidikan bagi DLP

Keuangan :

Total anggaran yang dialokasikan untuk mendukung Indikator Jumlah Puskesmas sebagai Wahana Pendidikan DLP yang sesuai standar adalah sebesar Rp.3.083.341.000,- dan terdapat nilai blokir mandiri Rp.928.827.000,- sehingga anggaran yang dapat digunakan adalah Rp.2.154.514.000,- dengan

realisasi Rp.2.029.847.130,- atau 94,21%.

Untuk mencapai indikator Jumlah Puskesmas sebagai Wahana Pendidikan DLP yang sesuai standar dilakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut :

1). Pertemuan Koordinasi Lintas Program Lintas Sektor Program Dokter Layanan Primer

 Sasaran Kegiatan: Lintas Program di lingkungan Kementerian Kesehatan serta lintas sektor yang terdiri dari Profesi IDI, Fakultas Kedokteran di 10 Provinsi, Pokja DLP, Dinas Kesehatan Provinsi maupun Kab/Kota dan Puskesmas

 Output:

1. Terlaksananya koordinasi dengan anggota Pokja DLP dan Fakultas Kedokteran yang akan menyelenggarakan pendidikan DLP dalam penyelenggaraan program DLP

2. Menentukan lokasi wahana pendidikan DLP dimasing-masing FK

 Keuangan: Kegiatan telah dilaksanakan dengan total angggaran untuk kegiatan ini sebesar Rp.1.904.097.000,- dan terdapat nilai blokir mandiri Rp.432.697.000,- sehingga anggaran yang dapat digunakan adalah Rp.1.471.400.000,- dengan realisasi Rp.1.455.399.588,- atau 98,91%.

Foto-foto kegiatan

2). Pendampingan di Pelayanan Perorangan  Sasaran Kegiatan:

Dinas Kesehatan Provinsi, Kab/Kota, Puskesmas, FK

 Output:

1. Visitasi Wahana Pendidikan DLP

2. Pendampingan kegiatan pelayanan perorangan

 Keuangan: Kegiatan telah dilaksanakan dengan total angggaran untuk kegiatan ini sebesar Rp.387.144.000,- dan terdapat nilai blokir mandiri Rp.100.080.000,- sehingga anggaran yang dapat digunakan adalah Rp.287.064.000,- dengan realisasi Rp.282.662.742,- atau 98,47%.

Foto-foto kegiatan

3). Pertemuan Koordinasi Lintas Program Lintas Sektor Program Dokter Layanan Primer (Refocusing)  Sasaran Kegiatan:

Lintas Program di lingkungan Kementerian Kesehatan serta lintas sektor yang terdiri dari Profesi IDI, Fakultas Kedokteran, Pokja DLP, Dinas Kesehatan Provinsi maupun Kab/Kota dan Puskesmas

 Output: Tersosialisasinya program dokter layanan primer

 Keuangan: Kegiatan telah dilaksanakan dengan total angggaran untuk kegiatan ini sebesar Rp.792.100.000,- dan terdapat nilai blokir mandiri

Rp.396.050.000,- sehingga anggaran yang dapat digunakan adalah Rp.396.050.000,- dengan realisasi Rp.291.784.800,- atau 73,67% .

Foto-foto kegiatan

4. INDIKATOR KEEMPAT

Sebagaimana uraian di atas, maka dalam pencapaian sasaran strategis yang menjadi indikator keempat adalah:

Jumlah Provinsi yang mendapatkan pembinaan pelayanan

kesehatan primer

Definisi Operasional:

Jumlah provinsi yang mendapat pembinaan tentang pelayanan kesehatan primer dalam bentuk kunjungan lapangan dan atau pertemuan dengan mempergunakan instrumen pembinaan yankes primer

Cara Perhitungan:

Jumlah kumulatif provinsi yang mendapat pembinaan tentang pelayanan kesehatan primer dalam bentuk kunjungan lapangan dan atau pertemuan dengan mempergunakan instrumen pembinaan yankes primer

Target :

Tahun 2016: 0 provinsi Tahun 2016 merupakan tahun pertama dari indikator ini.

Tabel 9 Target dan Indikator Jumlah Provinsi yang mendapatkan pembinaan pelayanan kesehatan primer

TTT Jumlah

0 0 11 9 22 34 mendapatkan pembinaan pelayanan

Pencapaian indikator tahun 2016 :

Capaian indikator tidak dapat dibandingkan dengan tahun 2015 karena ini merupakan indikator baru setelah perubahan SOTK di Kementerian Kesehatan. Pada tahun 2016 ditargetkan 0 provinsi yang mendapatkan pembinaan pelayanan kesehatan primer dan tercapai 11 provinsi. Data capaian diperoleh dari Direktorat Pelayanan Kesehatan Primer.

Permasalahan:

Rencana Tindak Lanjut:

Mengalokasikan kembali dana pembinaan pada tahun 2017.

Keuangan :

Total anggaran yang dialokasikan untuk mendukung Indikator Jumlah Provinsi yang mendapatkan pembinaan pelayanan kesehatan primer adalah sebesar

Rp.1.416.930.000,-

dan terdapat nilai blokir mandiri Rp.469.593.000,- sehingga anggaran yang dapat digunakan adalah Rp.947.337.000,- dengan

realisasi Rp.807.293.379,- atau 85,22%.

Untuk mencapai indikator Jumlah Provinsi yang mendapatkan pembinaan pelayanan kesehatan primer dilakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut : 1). Bimbingan Teknis di Bidang Pelayanan Kesehatan Primer

 Sasaran Kegiatan: Dinas Kesehatan Provinsi maupun Kab/Kota dan Puskesmas

 Output: Terlaksananya koordinasi dengan Dinas kesehatan prov/kab/kota dalam pelayanan kesehatan primer.

 Keuangan: Kegiatan telah dilaksanakan dengan total angggaran untuk kegiatan ini

sebesar Rp.266.763.000,- dan terdapat nilai blokir mandiri Rp.84.363.000,- sehingga anggaran yang dapat digunakan adalah Rp.182.400.000,- dengan realisasi Rp.139.927.100,- atau 76,71% .

2). Pelaksanaan Bimbingan Teknis dan Evaluasi daerah Prioritas Nasional

 Sasaran Kegiatan: Peserta LP dan Lintas Sektor (Dit. Kesehatan Keluarga, Dit. Kesehatan Gizi, Dit. Promkes dan Pemberdayaan Masyarakat, Dit. Kesling, Dit. P2PL, Dit. Surveilans & Karantina Kesehatan, Dit. P2PTZ, Dit. P2 Tidak Menular, Dit. P2M Kes Jiwa dan Napza, Dit. Obat Publik, Dit. Yan Kefarmasian, Pusat P2JK, Pusat Penelitian & Pengembangan SD & Yankes, Pusdiknakes, PPSDM Kesehatan, Biro Ropeg, Dit.

Jangmed, Dit. Rujukan, Dit. Mutu dan Akreditasi, Dit. Kesehatan Tradisional, PI Setditjen Kesehatan Masyarakat), Provinsi, Kabupaten dan Puskesmas.

 Output:

1. Pemantauan & Evaluasi Pasca Investigasi Kematian Balita di Kec. Mbua, Kab. Nduga Provinsi Papua

2. Bimtek & Evaluasi di Kota Prabumulih

3. Pemantauan & Evaluasi Yankes Primer di Kota Surabaya, Kota Kupang dan Kota Banjarmasin

4. Pemantauan & Evaluasi Program Keluarga Sehat di Jawa Barat di Puskesmas Citerep, Puskesmas Ciomas,

5. Pemantauan & Evaluasi Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Lolak Kab. Bolmong, Puskesmas Bunaken, dan Puskesmas Bahu di Kota Manado Provinsi Sulawesi Utara.

 Keuangan: Kegiatan telah dilaksanakan dengan total angggaran untuk kegiatan ini sebesar Rp.300.267.000,- dan terdapat nilai blokir mandiri Rp.56.850.000,- sehingga anggaran yang dapat digunakan adalah Rp.243.417.000,- dengan realisasi Rp.221.392.379,- atau 90,95%.

Foto-foto kegiatan Pelaksanaan Bimtek & Evaluasi Daerah Prioritas

Nasional

3). Dukungan pelayanan kesehatan pada Sail Selat Karimata 2016

 Sasaran Kegiatan: Lintas Program di lingkungan Kementerian Kesehatan serta lintas sektor yang terdiri dari Kemenko Maritim, TNI AL, TNI AU, Dewan Kelautan Indonesia, Dinkes Prov.Kalimantan Barat, Dinkes Kab.Kayong Utara

 Output: Dukungan penyelenggaraan pelayanan kesehatan pada saat acara puncak Sail Karimata di kab.Kayong Utara, provinsi Kalimantan Barat tahun 2016

 Keuangan: Kegiatan telah dilaksanakan dengan total angggaran untuk kegiatan ini sebesar Rp.798.900.000,- dan terdapat nilai blokir mandiri Rp.280.000.000,- sehingga anggaran yang dapat digunakan adalah Rp.518.900.000,- dengan realisasi Rp.443.353.900,- atau 85,44%.

Foto-foto kegiatan

Foto-foto kegiatan kegiatan Sail

4). Dukungan pelayanan kesehatan pada mayor event  Sasaran Kegiatan

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, Dinas Kesehatan Kab.Bandung, Kota Bandung, Kota Tasikmalaya

 Output: Dukungan penyelenggaraan pelayanan kesehatan pada saat mudik lebaran tahun 2016

 Keuangan: Kegiatan telah dilaksanakan dengan total angggaran untuk kegiatan ini sebesar Rp.51.000.000,- dan terdapat nilai blokir mandiri Rp.480.380.000,- sehingga anggaran yang dapat digunakan adalah Rp.2.620.000,- dengan realisasi Rp.2.620.000,- atau 100%.

5. INDIKATOR KELIMA

Sebagaimana uraian di atas, maka dalam pencapaian sasaran strategis yang menjadi indikator kelima adalah:

Jumlah Provinsi yang mendapatkan alokasi anggaran sesuai

prioritas

Definisi Operasional:

Jumlah provinsi yang mendapatkan alokasi anggaran dekonsentrasi bidang yankes primer sesuai prioritas

Cara Perhitungan:

Jumlah provinsi yang mendapatkan alokasi anggaran dekonsentrasi bidang yankes primer sesuai prioritas pada tahun berjalan

Target :

Target 2016, 33 Provinsi yang mendapatkan alokasi anggaran dekonsentrasi

Tabel 10 Target dan Indikator Jumlah Provinsi yang mendapatkan alokasi anggaran sesuai prioritas

TTT Jumlah

anggaran sesuai prioritas

Pencapaian indikator tahun 2016 :

Capaian indikator tidak dapat dibandingkan dengan tahun 2015 karena ini merupakan indikator baru setelah perubahan SOTK di Kementerian Kesehatan. Pada tahun 2016 ditargetkan 33 provinsi yang mendapatkan alokasi anggaran dekonsentrasi dan tercapai 31 provinsi provinsi atau tercapai 93,93%. Data capaian diperoleh dari E-Monev DJA.

Permasalahan:

Adanya efisiensi anggaran pada tahun 2016, sehingga anggaran untuk tiap- tiap menu dekonsentrasi mengalami pemotongan.

Rencana Tindak Lanjut:

Mengalokasikan kembali dana dekonsentrasi pada tahun 2017.

Keuangan :

Anggaran dana dekonstrasi untuk mendukung indikator Jumlah Provinsi yang mendapatkan

prioritas ini sebesar Rp.38.712.765.000,- dan terdapat nilai blokir Rp.14.634.473,-sehingga anggaran yang dapat digunakan adalah Rp.24.078.292.000,- dengan realisasi

Rp.21.618.265.595,- atau 89,78%.

Untuk mencapai indikator Jumlah Provinsi yang mendapatkan alokasi anggaran sesuai prioritas, kegiatan dilakukan di daerah dengan dana dari pusat.

6. INDIKATOR KEENAM

Sebagaimana uraian di atas, maka dalam pencapaian sasaran strategis yang menjadi indikator keenam adalah:

Jumlah laporan Yankes Primer yang terintegrasi

Definisi Operasional:

Jumlah laporan elektronik yang dilaporkan ke Bappenas (e-Monev Bappenas) dan DJA (e-Monev DJA)

Cara Perhitungan:

Jumlah laporan elektronik yang dilaporkan ke Bappenas (e-Monev Bappenas) dan DJA (e-Monev DJA) pada tahun berjalan

Target :

Target 2016 : 2 laporan yang terintegrasi.

Tabel 11 Target dan Indikator Jumlah laporan Yankes Primer yang terintegrasi

TTT Jumlah laporan Yankes

0 2 2 2 2 2 Primer yang terintegrasi

Pencapaian indikator tahun 2016 :

Capaian indikator tidak dapat dibandingkan dengan tahun 2015 karena ini merupakan indikator baru setelah perubahan SOTK di Kementerian Kesehatan. Pada tahun 2016 ditargetkan 2 laporan (E-Monev DJA dan E-Monev Bappenas) yang terintegrasi dan tercapai 2 laporan atau tercapai 100%. Data capaian diperoleh dari Direktorat Pelayanan Kesehatan Primer.

Permasalahan:

Adanya blokir mandiri pada tahun 2016 yang menyebabkan pagu anggaran Direktorat Pelayanan Kesehatan Primer tetap namun anggaran tidak bisa direalisasikan.

Rencana Tindak Lanjut:

Mengefektifkan anggaran pada tahun 2017 serta pelaporannya melalui website http://monev.anggaran.depkeu.go.id/ dan http://e-monev.bappenas.go.id/

Keuangan :

Total anggaran yang dialokasikan untuk mendukung Indikator Jumlah Provinsi yang mendapatkan pembinaan pelayanan kesehatan primer adalah sebesar Rp.108.226.000,- dan terdapat nilai blokir mandiri Rp.50.950.000,-sehingga anggaran yang dapat digunakan adalah Rp.57.276.000,- dengan realisasi

Rp.56.722.500,- atau 99,03%.

Untuk mencapai indikator Jumlah Provinsi yang mendapatkan pembinaan pelayanan kesehatan primer dilakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut : 1). Penyusunan Dokumen Keuangan

 Sasaran Kegiatan Pengelola Keuangan Direktorat

 Output Laporan Keuangan Direktorat Pelayanan Kesehatan Primer Tahun 2016

 Keuangan Kegiatan telah dilaksanakan dengan total angggaran untuk kegiatan ini sebesar Rp.57.000.000,- dan terdapat nilai blokir mandiri Rp.50.950.000,- sehingga anggaran yang dapat digunakan adalah Rp. 6.050.000,- dengan realisasi Rp.5.497.000,- atau 90,85%.

2). Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP)  Sasaran Kegiatan Pengelola Program Direktorat  Output Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Direktorat Pelayanan Kesehatan Primer Tahun 2016.

 Keuangan Kegiatan telah dilaksanakan dengan total angggaran untuk kegiatan ini sebesar Rp.51.226.000,- dengan realisasi Rp.51.225.500,- atau 99,99%.

7. INDIKATOR KETUJUH

Sebagaimana uraian di atas, maka dalam pencapaian sasaran strategis yang menjadi indikator ketujuh adalah:

Jumlah regulasi baru/revisi yang dihasilkan

Definisi Operasional:

Jumlah Norma/Standar/Prosedur/Kriteria yang dihasilkan baik baru maupun revisi, yang selesai pembahasan di Direktorat Pelayanan Kesehatan Primer

Cara Perhitungan:

Jumlah Norma/Standar/Prosedur/Kriteria yang dihasilkan baik baru maupun revisi, yang selesai pembahasan di Direktorat Pelayanan Kesehatan Primer pada tahun berjalan

Target :

Target 2016 : 5 regulasi yang dihasilkan Tabel 12 Target dan Indikator Jumlah regulasi baru/revisi yang dihasilkan

TTT Jumlah regulasi baru/revisi

0 5 7 5 5 5 yang dihasilkan

Pencapaian indikator tahun 2016 :

Capaian indikator tidak dapat dibandingkan dengan tahun 2015 karena ini merupakan indikator baru setelah perubahan SOTK di Kementerian Kesehatan. Pada tahun 2016 ditargetkan 5 regulasi baru/revisi yang dihasilkan dan tercapai 7 regulasi baru/revisi yang dihasilkan atau tercapai 140%. Data capaian diperoleh dari Direktorat Pelayanan Kesehatan Primer.

Permasalahan: -

Rencana Tindak Lanjut:

Regulasi yang masih berupa draft di tahun 2017 diupayakan untuk dibuat Permenkes nya.

Keuangan :

Total anggaran yang dialokasikan untuk mendukung Indikator Jumlah regulasi baru/revisi yang dihasilkan adalah sebesar Rp.3.403.769.000,- dan terdapat nilai blokir mandiri Rp.1.207.810.000,-sehingga anggaran yang dapat digunakan adalah Rp.2.195.959.000,- dengan realisasi Rp.2.003.015.267,-

atau 91,21%.

Untuk mencapai indikator Jumlah Provinsi yang mendapatkan pembinaan pelayanan kesehatan primer dilakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut :

1) Penyusunan NSPK Puskesmas sebagai Wahana Pendidikan

 Sasaran Kegiatan: Progran Lintas Program/Lintas Sektor : Kemendagri, Konsultan: dr. Sri Hastuti Naonggolan, MPH, Popy Yuniar, SKM, MSc, dr. Octarina, dr. Solah Imari, MSc. Dit. Kesehatan Keluarga, Dit. Kesehatan Gizi, Dit. Promkes dan Pemberdayaan Masyarakat, Dit. Kesling, Dit. P2PL, Dit. Surveilans & Karantina Kesehatan, Dit. P2PTZ, Dit. P2 Tidak Menular, Dit. P2M Kes Jiwa dan Napza, Dit. Obat Publik, Dit. Yan Kefarmasian, Pusat P2JK, Pusat Penelitian & Pengembangan SD & Yankes, Pusdatin, Pusdiknakes, PPSDM Kesehatan, Biro Ropeg, Dit. Jangmed, Dit. Rujukan, Dit. Mutu dan Akreditasi, Dit. Kesehatan Tradisional, PI Setditjen Kesehatan Masyarakat, Daerah : Dinkes Provinsi Jawa TImur, Dinkes Provinsi Kalimantan Selatan, Dinkes Nusa Tenggara Timur, Dinkes Provinsi DKI Jakarta, Dinkes Kota Surabaya, Dinkes Kota Banjarmasin, Dinkes Kota Kupang, Dinkes Kota Bandung, Dinkes Kota Jawa Tengah, Dinkes Jakarta Timur, Dinkes Jakarta Barat, Dinkes Jakarta Utara.

 Output:

Draft NSPK Wahana Pendidikan  Keuangan:

Kegiatan telah dilaksanakan dengan total angggaran untuk kegiatan ini sebesar Rp.555.484.000,- dan terdapat nilai blokir mandiri Rp.38.201.000,- sehingga anggaran yang dapat digunakan adalah Rp. 517.283.000,- dengan realisasi Rp. 507.264.757,- atau 98,06%.

Foto-foto kegiatan Penyusunan NSPK Puskesmas Sebagai Wahana

Pendidikan

2). Penyusunan NSPK dalam rangka penguatan manajemen Puskesmas.  Sasaran Kegiatan: Lintas Program Kemkes, Lintas Sektor Terkait, Dinkes Provinsi dan Kab/Kota terpilih, Organisasi Profesi, Akademisi, Asosiasi Dinas Kesehatan, Expert.

 Output: Output yang diperoleh dari kegiatan Penyusunan NSPK dalam rangka Penguatan Manajemen Puskesmas yaitu : - Permenkes Nomor 44 tahun 2016 tentang Pedoman Manajemen

Puskesmas. - Draft awal Pedoman Puskesmas Rawat Inap

 Keuangan : Kegiatan telah dilaksanakan dengan total angggaran untuk kegiatan ini sebesar

nilai blokir mandiri Rp.463.514.000,- sehingga anggaran yang dapat digunakan adalah Rp.440.148.000,- dengan realisasi Rp. 439.286.620,- atau 99,80%.

Foto-foto kegiatan Penyusunan NSPK Penguatan Manajemen Puskesmas

3). Penyusunan NSPK dalam Rangka Mendukung Peningkatan Pelayanan Kesehatan Primer di Klinik  Sasaran Kegiatan:

Dinas Kesehatan provinsi, Dinas Kesehatan kabupaten/kota, lintas sektor dari Kementerian/lembaga, organisasi profesi, asosiasi dan perhimpunan klinik, klinik milik Pemerintah dan Swasta dan lintas program di Kementerian Kesehatan.

 Output: Draft Revisi Permenkes Nomor 9 Tahun 2014 Tentang Klinik dan draft lampiran Permenkes tentang Juknis Penyelenggaraan Klinik

 Keuangan: Kegiatan telah dilaksanakan dengan total angggaran untuk kegiatan ini sebesar Rp.830.959.000,- dan terdapat nilai blokir mandiri Rp.397.236.000,- sehingga anggaran yang dapat digunakan adalah Rp.433.723.000,- dengan realisasi Rp.420.914.600,- atau 97,05%.

4). Pertemuan Penyusunan N/S/P/K dalam rangka penguatan pelayanan kesehatan di praktik perorangan  Sasaran Kegiatan:

Lintas Program di lingkungan Kementerian Kesehatan serta lintas sektor yang terdiri dari Profesi (IDI dan PDGI), KKI, Dinas Kesehatan Provinsi maupun Kab/Kota, Pokja DLP.

 Output:

NSPK dibidang pelayanan praktik perorangan meliputi:

1. Draft pedoman penyelenggaraan praktik mandiri dokter dan dokter gigi

2. Draft pedoman penyelenggaraan bidan praktik mandiri

3. Draft Pedoman Wahana Pendidikan Bagi DLP

 Keuangan: Kegiatan telah dilaksanakan dengan total angggaran untuk kegiatan ini sebesar Rp.1.113.664.000,- dan terdapat nilai blokir mandiri Rp.308.859.000,- sehingga anggaran yang dapat digunakan adalah Rp.804.805.000,- dengan realisasi Rp.635.549.290,- atau 78,97%.

Foto-foto kegiatan

8. INDIKATOR KEDELAPAN

Sebagaimana uraian di atas, maka dalam pencapaian sasaran strategis yang menjadi indikator kedelapan adalah:

Jumlah pegawai yang memiliki kompetensi yang sesuai tugas

dan fungsi

Definisi Operasional:

1. Merupakan jumlah pegawai Direktorat Pelayanan Kesehatan Primer yang berkompeten dan berbudaya kinerja untuk menjalankan tugas pokok dan fungsinya

2. Kompetensi pegawai adalah kemampuan pegawai untuk melaksanakan perkerjaan sesuai tugas dan fungsi jabatan

3. Budaya kinerja pegawai adalah perilaku kinerja pegawai yang berorientasi pada

pelayanan, memiliki integritas, komitmen, disiplin dan kerjasama

4. Kompetensi dan budaya kinerja dapat dilihat dari prestasi kerja pegawai

5. Prestasi kerja pegawai dapat diukur berdasarkan nilai SKP dan nilai perilaku kerja

Cara Perhitungan:

Nilai prestasi kerja lebih dari 75 (baik dan sangat baik)

Target :

Target 2016 : 74 orang Tabel 13 Target dan Indikator Jumlah pegawai yang memiliki kompetensi yang

sesuai tugas dan fungsi

0 74 74 74 74 74 Jumlah pegawai yang

memiliki kompetensi yang sesuai tugas dan fungsi

Pencapaian indikator tahun 2016 :

Capaian indikator tidak dapat dibandingkan dengan tahun 2015 karena ini merupakan indikator baru setelah perubahan SOTK di Kementerian Kesehatan. Pada tahun 2016 ditargetkan 74 orang pegawai dan tercapai 74 orang pegawai atau tercapai 100%. Data capaian diperoleh dari Direktorat Pelayanan Kesehatan Primer.

Permasalahan:

Karena adanya efisiensi anggaran maka kegiatan peningkatan kompetensi pegawai yang pada awalnya di anggarkan pada tahun 2016 dihapuskan.

Rencana Tindak Lanjut:

Akan dilanjutkan di tahun 2017 dengan diusulkan juga kegiatan peningkatan kompetensi, misalnya pelatihan barang dan jasa, pelatihan perbendaharaan dan lain sebagainya.

Keuangan :

Total anggaran yang dialokasikan untuk mendukung Indikator Jumlah pegawai yang memiliki kompetensi yang sesuai tugas dan fungsi adalah sebesar Rp.535.650.000 dengan realisasi Rp 514.015.600 ,- atau 95,96%.

Untuk mencapai indikator Jumlah Provinsi yang mendapatkan pembinaan pelayanan kesehatan primer dilakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut : 1). Peningkatan Kapasitas Pegawai Direktorat Pelayanan Kesehatan Primer

 Sasaran Kegiatan:

Karyawan Direktorat Pelayanan Kesehatan Primer

 Output: Tim building Direktorat Pelayanan Kesehatan Primer

 Keuangan: Kegiatan telah dilaksanakan dengan total angggaran untuk kegiatan ini sebesar Rp.535.650.000,- dengan realisasi Rp. 514.015.600,- atau 95,96%.

Foto-foto outbond Peningkatan Kapasitas Pegawai

9. INDIKATOR KESEMBILAN

Sebagaimana uraian di atas, maka dalam pencapaian sasaran strategis yang menjadi indikator kesembilan adalah:

Persentase kenaikan anggaran pelayanan kesehatan primer

Definisi Operasional:

Persentase kenaikan anggaran pelayanan kesehatan primer

Cara Perhitungan:

Selisih anggaran pada tahun berjalan dengan jumlah anggaran pada tahun

sebelumnya dibandingkan jumlah anggaran pada tahun sebelumnya dikali 100%

Target :

Target 2016 : 10% kenaikan anggaran dibandingkan tahun 2015.

Tabel 14 Target dan Indikator Persentase kenaikan anggaran pelayanan kesehatan primer

TTT Persentase

kesehatan primer

Pencapaian indikator tahun 2016 :

Pada tahun 2016 ditargetkan kenaikan anggaran 10% dari tahun 2015, namun anggaran Tahun 2016 turun sebesar 35,91% dibandingkan tahun 2015.

Permasalahan:

Adanya efisiensi anggaran

Rencana Tindak Lanjut:

Mengusulkan anggarannya kembali di tahun 2017

Keuangan :

Total anggaran yang dialokasikan untuk mendukung Indikator Persentase kenaikan anggaran pelayanan kesehatan primer adalah

sebesar

Rp.2.532.699.000,-

dan terdapat nilai blokir mandiri Rp.506.471.000,- sehingga anggaran yang dapat digunakan adalah Rp.2.026.228.000,- dengan

realisasi Rp.1.892.319.984,- atau 93,39%.

Untuk mencapai indikator Jumlah Provinsi yang mendapatkan pembinaan pelayanan kesehatan primer dilakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut : 1). Pengelolaan Program dan Anggaran Tahun 2016

 Sasaran Kegiatan:

Pengelola program dan anggaran direktorat.

 Output: Kesepakatan sistem pengelolaan anggaran tahun 2016

 Keuangan: Kegiatan telah dilaksanakan dengan total angggaran untuk kegiatan ini sebesar Rp.371.990.000,- dan terdapat nilai blokir mandiri Rp.38.343.000,- sehingga anggaran yang dapat digunakan adalah Rp. 333.647.000,- dengan realisasi Rp.280.988.200,- atau 84,21%.

2). Penyusunan Program Anggaran.  Sasaran Kegiatan:

Pengelola program dan anggaran direktorat.

 Output:

Dokumen anggaran tahun 2017.

 Keuangan : Kegiatan telah dilaksanakan dengan total angggaran untuk kegiatan ini sebesar Rp.67.650.000,- dengan realisasi Rp.64.528.000,- atau 95,38%.

3). Pencetakan Bahan Arsip  Sasaran Kegiatan:

Jabatan fungsional arsiparis

 Output: Folder arsip dan map pemisah arsip

 Keuangan: Kegiatan telah dilaksanakan dengan total angggaran untuk kegiatan ini sebesar Rp.40.850.000,- dan terdapat nilai blokir mandiri Rp.30.850.000,- sehingga anggaran yang dapat digunakan adalah Rp.10.000.000,- dengan realisasi Rp.9.200.000,- atau 92%.

4). Penyusutan arsip  Sasaran Kegiatan: Jabatan fungsional arsiparis

 Output: Daftar pertelaan arsip direktorat tahun 2016.

 Keuangan: Kegiatan telah dilaksanakan dengan total angggaran untuk kegiatan ini sebesar Rp.145.000.000,- dan terdapat nilai blokir mandiri Rp.86.000.000,- sehingga anggaran yang dapat digunakan adalah Rp.59.000.000,- dengan realisasi Rp.58.482.500,- atau 99,12% dari anggarannya

Foto-foto kegiatan Penyusutan Arsip

Foto-foto kegiatan Penyusutan Arsip

5). Pendampingan Pada Pelayanan Kesehatan Primer  Sasaran Kegiatan:

Dinas Kesehatan prov/kab/kota serta lintas program dan lintas sektor

 Output: Laporan pendampingan program pada pelayanan kesehatan primer

 Keuangan: Kegiatan telah dilaksanakan dengan total angggaran untuk kegiatan ini sebesar Rp.114.475.000,- dan terdapat nilai blokir mandiri Rp.38.500.000,- sehingga anggaran yang dapat digunakan adalah Rp.75.975.000,- dengan realisasi Rp.70.222.000,- atau 92,43%.

6). Operasional Perkantoran  Sasaran Kegiatan: Pengelola keuangan dan anggaran direktorat

 Output: Honor pengelola anggaran serta terselenggaranya operasional direktorat

 Keuangan: Kegiatan telah dilaksanakan dengan total angggaran untuk kegiatan ini sebesar Rp.1.416.260.000,- dan terdapat nilai blokir mandiri Rp.217.778.000,- sehingga anggaran yang dapat digunakan adalah Rp.1.198.482.000,- dengan realisasi Rp.1.139.779.284,- atau 95,10%.

7). Pengadaan Alat Pengolah Data  Sasaran Kegiatan: Karyawan direktorat pelayanan kesehatan primer

 Output:

Alat pengolah data berupa pc 5 unit dan laptop 6 unit

 Keuangan: Kegiatan telah dilaksanakan dengan total angggaran untuk kegiatan ini sebesar Rp.179.774.000,- dengan realisasi Rp.179.774.000,- atau 100%.

8). Pengadaan Alat Inventaris Kantor  Sasaran Kegiatan: Karyawan direktorat pelayanan kesehatan primer dan arsiparis

 Output: Lemari arsip 12 unit dan filling cabinet 3 unit

 Keuangan: Kegiatan telah dilaksanakan dengan total angggaran untuk kegiatan ini sebesar Rp.196.700.000,- dan terdapat nilai blokir mandiri Rp.95.000.000,- sehingga anggaran yang dapat digunakan adalah

Rp.101.700.000,- dengan realisasi Rp.89.346.000,- atau 87,85%.