Definisi Silsilah

4.1 Definisi Silsilah

Menurut Kamus Basa Sunda oleh M.A. Satjadibrata, arti sil- silah itu ialah rangkaian keturunan seseorang yang ada kaitannya dengan orang lain yang menjadi istrinya dan sanak keluarganya. Sil- silah tersebut adalah merupakan suatu susunan keluarga dari atas ke bawah dan ke samping, dengan menyebutkan nama keluarganya.

Arti silsilah itu bersifat universal, yang artinya orang-orang di seluruh dunia mempunyai silsilah keturunannya dan pula, di selu- ruh benua akan dimaklumi, bahwa semua orang pasti akan menga- gungkan leluhurnya. Kita sering membaca silsilah keturunan para ra- ja yang termasuk sejarah atau silsilah para penguasa yang memerin- tah suatau daerah, baik yang ditulis pada prasasti maupun benda la- in yang artinya bukan hanya untuk dikenal saja, tetapi untuk di- agungkan oleh segenap masyarakatnya, dan dikenang akan jasa-ja- sanya.

Jelas bagi kita, bahwa yang dimaksud dengan silsilah itu, ialah suatu daftar susunan nama orang-orang yang merupakan su- sunan keturunan dari suatu warga atau dinasti (wangsa), misalnya Dinasti Sriwijaya, Dinasti Syailendra, dan dinasti-dinasti lainya yang pernah berkuasa.

Demikian pula dalam pewayangan, ada salah satu nama keluarga besar yang menggunakan nama leluhurnya, contoh Kura- wa. Kurawa artinya keturunan raja Kuru yang dahulu pernah meme- rintah negara Astina dan menjadi leluhur prabu Suyudana beserta adik-adiknya. Demikian pula dengan keluarga Pandawa atau sering disebut Barata Pandawa. Nama barata adalah juga merupakan na- ma leluhurnya, yang pernah berkuasa di Astina, sehingga diabadikan oleh para Pandawa degan Sebutan keluarga Barata Pandawa.

Apa sebabnya Pandawa dan Kurawa memakai dua nama leluhurnya yang berbeda, padahal mereka itu dari satu nenek mo- yang ? mereka hanya menggunakan nama leluhurnya yang dipan- dang pada saat itu memerintah, sebagai orang yang patut dan wajar untuk diabadikan namanya menurut meraka masing-masing.

4.1.1 Maksud Adanya Silsilah

Maksud penyusunan silsilah ini adalah sebagai ucapan syu- kur kepada para leluhurnya yang telah memberi bimbingan serta me- ngayomi dan yang lebih utama lagi, adalah bahwa seseorang lahir ke dunia, adalah karena adanya leluhurnya itu.

Penyusunan silsilah keturunan ini mempunyai arti yang penting bagi suatu keluarga, seperti untuk mengetahui keturunan si- apa orang itu, untuk mengetahui siapa dan bagaimana leluhurnya itu, dan yang utama sekali, ialah bagaimana pandangan masyarakat terhadap leluhurnya itu, untuk dijadikan kenangan secara turun-te- murun, agar keturunannya tidak kehilangan jejak leluhurnya, agar dapat dijadikan kebanggaan seluruh keturunannya dan dapat pula dijadikan contoh bila leluhurnya salah seorang pahlawan.

Dari segi lainpun silsilah ini mempunyai maksud yang pen- ting pula dan dapat dibenarkan oleh agama dan negara manapun ju-

ga. Ada beberapa sudut pandang tentang adanya silsilah, yaitu dari sudut perorangan, dari sudut lingkungan masyarakat, dan dari sudut kepercayaan.

Ditinjau dari segi perorangan, pangagunggan leluhurnya itu dimaksudkan agar perilaku yang pernah dijalankan para leluhurnya menjadi contoh bagi keturunnan yang ditinggalkan dan diceritakan kembali kepada keturunan berikutnya tentang betapa besar jasanya dan keagunganya leluhur mereka tersebut. Dalam hal ini tentu hanya kebaikan-kebaikan saja yang diceritakan kembali, Demikian pula ka- dang-kadang ada yang menceritakan kagagahan dan kesaktiannya.

Maksud silsilah seseorang dalam lingkungan masyarakat ini, adalah untuk dikenal dan dikenang oleh masyarakat agar dijadi- kan seorang pahlawan dalam sejarah hidup bangsa tersebut. Se- dangkan maksud utama penggunaan silsilah ini adalah sebagai tan-

da terima kasih kepada para leluhurnya atas suatu usaha pemulya- an, sebagai kenangan akan kebaikannya dan usahanya dalam me- ngayomi dan menjaga keselamatan keturunannya atau usaha peles- tarian keturunannya. Sesuai dengan kepercayaan penduduk, di Bali misalnya, lain lagi dengan di Jawa atau daerah lain yang menganut ajaran Islam, demikian pula dengan masyarakat yang memeluk aga- ma lain. Walaupun berbeda kepercayaan, tetapi di setiap suku bang- sa memegang teguh terhadap adat-istiadatnya. atau kebiasaan da- lam cara mengagungkan leluhurnya.

Ditinjau dari segi kepercayaan, telah menjadi kewajiban se- seorang atau sekeluarga untuk mengenang dan mengagungkan lelu- hurnya dengan cara dan peraturan kepercayaannya masing-masing yang dianutnya. Bagi penganut ajaran Islam, para leluhurnya terse- but tidak boleh disembah dan dipuja, kecuali dikenang dan diagung- kan, karena hanya Tuhan sajalah yang disembah dan dipuja. Mak- sud mengagungkan leluhurnya tersebut, agar kebaikan-kebaikan yang pernah dilaksanakan para leluhurnya menjadi bagian bagi ketu- runannya dan masyarakat yang ada di sekitarnya.

Adapun tujuan penyusunan silsilah adalah sebagai usaha pumuliaan artinya untuk memuliakan leluhurnya, usaha pelestarian kebijakan leluhurnya artinya agar leluhurnya itu tetap dikenang dan

segala perilaku yang baik dijadikan contoh keturunannya. Kedua usaha tersebut disebut Dwi Dharma Bakti.

4.1.2 Penampilan Silsilah

Secara umum, penampilan silsilah tersebut hanya dipergu- nakan oleh orang-orang penting saja yang pada umumnya ditulis da- lam buku-buku sejarah. Sedangkan pada zaman pemerintahan Hin- dia Belanda antara tahun 1610 sampai tahun 1942, hanya para raja dan para bupati saja yang silsilahnya ditullis dan disusun dalam ki- tab-kitab sejarah.

Pada zaman Pra sejarah atau kepercayaan Animisme Dina- misme di Indonesia, di mana masyarakat mendewakan semua ben-

da hidup dari roh nenek moyangnya. Jelas bagi kita bahwa bangsa Indonesia sejak dahulu telah terbiasa mengagungkan leluhurnya yang diwujudkan dengan jalan upacara penyembahan leluhurnya, baik di rumah maupun di tempat yang khusus yang disediakan seca- ra beramai-ramai.

Ketika kebudayaan Hindu berkembang di Indonesia pada umumnya, di Jawa pada khususnya, penyembahan terhadap roh itu tidaklah hilang hanya sifat dan bentuknya yang berubah. Selain me- ngagungkan leluhurnya dengan jalan menceritakan kembali kebaik- annya, juga disatukan dengan penyembahan dan pemujaan terha- dap para dewa yang menjadi mitos India, seperti Dewa Siwa, Dewa Wisnu, Dewa Brahma dan ada pula yang menyembah Batari Durga. Dengan jalan demikian, maka kesusasteraanpun ada dua macam, yaitu Kitab Ramayana dan Kitab Mahabharata, disamping itu terda- pat pula cerita-cerita legenda rakyat, seperti Prabu Mikukuhan, Sri Sadana, dan lain-lainya.

Lakon-lakon tersebut di atas, dipergelarkan di muka umum, sehingga tidak terbatas pada lingkungan keluarga saja, namun umumpun dapat mendengarkan kabaikan-kabaikan apa yang diper- buat oleh leluhurnya itu. Hal tersebut jelas bahwa pangagungan ke- pada leluhur bangsa Indonesia itu sangat menguntungkan bagi ke- mekaran kebudayaan Hindu, karena dalam upacara tersebut dapat pula disisipkan kisah para dewa, yang disampaikan kepada masya- rakat dalam bentuk cerita Ramayana dan Mahabharata. Akhirnya ke- dua cerita yaitu cerita dari India dan legenda rakyat disatukan, de- ngan jalan cerita pokok dalam pergelaran tersebut, ialah kisah-kisah dari India dan adat kebiasaan hidup dan kehidupan serta kebiasaan lingkungan diambil dari kisah-kisah legenda rakyat.

Adapun cerita Mahabharata tersebut mengisahkan kepahla- wanan Pandawa yang dianggap sebagai leluhur bangsa India, kare- na leluhur Pandawa menurut gaya India ialah raja Barata yang per- nah memimpin di India. Karena silsilah Mahabharata gaya India ter- sebut tidak sesuai dengan adat kebiasaan dan lingkungan hidup bangsa Jawa, maka silsilah Mahabharata tersebut dirubah, seperti

yang kita lihat pada Kitab Pustaka Raja Purwa, karya R, Ng. Rong- gowarsito. Disamping itu perlu pula diketahui bahwa Mahabharata adalah hasil sastra India yang berpusatkan kepada Dewa Siwa dan Kitab.