Wayang Kayon
2.4 Wayang Kayon
Wayang kayon juga disebut wayang gunungan, karena bentuknya yang mirip sebuah gunung. Wayang tersebut adalah cip- taan Kanjeng Sunan Kalijaga tokoh wali zaman keraton Demak. Ha- sil daya cipta tersebut tersirat suatau ungkapan bergeloranya sema- ngat yang menuju ke satu cita-cita demi keselamatan jiwa manusia untuk dapat terhindar dari bencana karena nafsu yang tak terkendali- kan, dengan mensucikan diri berdasarkan ke-Imanan. Ungkapan ter- sebut kecuali tersirat pada susunan Candrasengkala yang diperun- tukkan sebagai data tahun di buatnya wayang kayon itu, yang berbu- nyi: “Geni dadi sucining jadad” (th. 1443 C), juga sesuai dengan wak-
tu sedang bergeloranya penyebarluasan agama Islam yang dipe- lopori oleh para Wali. Kata-kata “kayon” berasal dari bahasa Arab “Al Khayu” yang artinya hidup, atau berasal dari bahasa kawi “Kayun” yang artinya karsa/karep/kehendak, atau keinginan. Dengan demi- kian kata-kata kayon sedikit banyak telah mengungkapkan pula tuju- an atau maksud yang terkandung di dalam bentuk wayang tersebut, sehingga dengan adanya kayon maka dapat diambil kesimpulan bahwa siapapun yang masih mempunyai keinginan berarti masih mempunyai kehidupan.
Berbeda dengan wayang-wayang lainnya, wayang kayon adalah sebuah wayang yang penuh dengan beraneka macam gam- bar/pahatan yang diterapkan sedemikian rupa sehingga menjadi se- buah bentuk perwujudan yang indah dan serasi dengan pewarnaan merah kehitam-hitaman atau gambar api yang berkobar, dan atau air samudra yang kibiru-biruan.
Pada saat kayon belum bergerak tanda belum ada kehidu- pan dan sebaliknya pada saat kayon bergerak tanda sudah ada kehi- dupan. Isi kayon (isen-isen kayon) ada tujuh bagian. Tujuh bagian tersebut dalam kehidupan melambangkan jumlah hari yaitu minggu, senin, selasa, rabu, kamis ,jumat, sabtu dan juga dilengkapi dengan kebutuhan sehari-hari. Di samping tujuh bagian tersebut sama de- ngan jumlah hari, akan tetapi sesuai dengan wujud pada kayon, ma- ka bagian-bagian tersebut juga berarti isi yang ada pada kayon. Isen-isen tersebut adalah pohon, binatang, samudra, gapura, penja-
ga, warna-warni cahaya, gapit. Pohon dengan dahan-dahan yang bercabang-cabang be- serta daun dan bunganya, penuh dengan binatang dan jenis unggas atau burung yang hinggap di pohon. Di bawah pohon digambarkan adanya berbagai binatang buas seperti macan, banteng dan lainnya. Ada pula yang diberikan seekor ular besar (ular naga) yang melilit pada pokok pohon. Adapun tafsir mengenai gambar pohon pada wa- yang kayon baik dari segi nama atau sebutan maupun arti yang ter- kandung di dalamnya, antara lain pohon hidup yaitu sumber hidup, pohon kebahagiaan yaitu sumber kebahagiaan, pauh jenggi/puh jenggi yaitu sumber keagungan, waringin sungsang yaitu sumber hi- dup berada di atas, kalpataru adalah sumber/induk keagungan/ kelu- huran, pohon purwaning dumadi adalah sumber asal mula makluk hi- dup, pohon sangkan paran yaitu sumber asal dan tujuan hidup. Ada- pun tafsir mengenai pohon dengan lilitan seekor ular adalah sebagai lambang badan jasmani dan rohkhani yang bersatu, yang diibaratkan sebagai kayu mati rinambatan hardawalika.
Gambar binatang dan unggas atau burung-burung yang bermacam-macam adalah menggambarkan macam tingkatan hidup yang terdapat di dunia ini. Di bawah pohon terdapat gambar kolam/- beji sebagai lambang air, yaitu salah satu anasir terjadinya manusia. Pada bagian bawah wayang kayon terdapat pintu gerbang. Gambar