D. Struktur Organisasi di KPP Pratama Medan Polonia
Struktur Organisasi adalah suatu bagan yang menggambarkan secara sistematis mengenai penetapan tugas-tugas, fungsi dan wewenang serta tanggung
jawab masing-masing dengan tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Tujuanya adalah untuk membina keharmonisan kerja.
Berdasarkan keputusan Presiden RI No 23 tahun 1997 tentang perubahan keputusan Presiden No 15 tahun 1984 tentang susunan suatu organisasi
departemen, maka Direkrorat Jenderal pajak terdiri dari susunan sebagai berikut : 1.
Sekretariat Direktorat Jenderal, 2.
Direktorat Perencanaan dan Potensi Perpajakan, 3.
Direktorat Peraturan Perpajakan, 4.
Direktorat Hubungan Perpajakan Internasional, 5.
Direktorat Pajak Penghasilan, 6.
Direktorat Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak tidak Langsung lainnya, 7.
Direktorat Pajak Bumi dan Bangunan, 8.
Direktorat Pemeriksa Pajak, 9.
Pusat Penyuluhan Perpajakan, 10.
Pusat Pegolahan Data dan Informasi Perpajakan, dan 11.
Pusat Pedidikan dan Latihan Perpajakan. Sedangkan Kantor Pelayanan Pajak adalah sebagai berikut :
1. Sub Bagian Umum,
2. Seksi Ekstensifikasi,
3. Seksi Pengolahan Data Informasi PDI,
Universitas Sumatera Utara
4. Seksi Penagihan,
5. Seksi Pengawasan dan Konsultasi Waskon,
6. Seksi Pemeriksaan,
7. Kelompok Fungsional,
8. Seksi Pelayanan.
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia memakai struktur organisasi garis staf yang dipakai oleh Kepala Kantor Wilayah I Direktorat
Jenderal Pajak Sumatera bagian Utara, dimana semua pegawainya merupakan Pegawai Negeri Sipil Departemen Keuangan RI.
E. Bidang-Bidang Kerja KPP 1. Sub Bagian Umum
Sub bagian umum mempunyai tugas membantu dan menunjang kelancaran tugas kantor dalam mengkoordinasikan tugas dan fungsi pelayanan
kesekretariatan terutama melakukan urusan tata usaha, kepegawaian, keuangan dan rumah tangga serta perlengkapan. Sub bagian umum terdiri dari :
a. Koordinator pelaksanaan dan pegawaian, yang bertugas membantu urusan tata usaha, kepegawaian dan laporan.
b. Koordinator pelaksanaan keuangan, yang bertugas membantu keuangan. c. Koordinator pelaksanaan rumah tangga, yang bertugas membantu urusan
rumah tangga dan perlengkapan.
Universitas Sumatera Utara
2. Seksi ekstensifikasi
Seksi ekstensifikasi mempunyai tugas melakukan urusan tata usaha wajib pajak, penerimaan dan pengecekan Surat Pemberitahuan SPT Tahunan serta
penerbitan Surat Ketetapan Pajak SKP. Untuk menyelenggarakan tugas tersebut seksi ini mempunyai fungsi dalam pendaftaran wajib pajak, penatausahaan
penerimaan dan pengecekan SPT, pengurusan kearsipan berkas wajib pajak. Seksi Ekstensifikasi terdiri dari :
a. Kordinator Pelaksanaan Pelayanan Terpadu Mempunyai tugas membantu urusan penerimaan surat pemberitahuan, surat
wajib pajak lainnya, serta melakukan penatausahaan pendaftaran wajib pajak dan pemindahan, dan pencabutan identitas wajib pajak.
b. Kordinator Pelaksana Surat Pemberitahuan Pajak Mempunyai tugas membantu urusan penelitian Surat Pemberitahuan Tahunan PPh dan penyelesaian
permohonan penundaan penyampaian SPT Tahunan PPh. c. Kordinator Pelaksana Ketetapan dan Arsip Wajib Pajak
3. Seksi Pengolahan Data dan Informasi
Memiliki tugas dalam hal pengumpulan, pengolahan data, penyajian informasi perpajakan, perekaman dokumen perpajakan, urusan tata usaha
penerimaan perpajakan, pengalokasian, dan penatausahaan bagi hasil Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, pelayanan dukungan teknis. Seksi
pengolahan data dan informasi terdiri dari :
Universitas Sumatera Utara
a. Koordinator pelaksana Pengolahan Data dan Informasi I, yang bertugas membantu melakukan urusan pengolahan data dan penyajian informasi serta
pembuatan monografi pajak. b. Koordinator pelaksana Pengolahan Data dan Informasi II, yang bertugas
membantu melakukan pelaksanaan pemberian dukungan teknis komputer. c. Koordinator pelaksana Pengolahan Data dan Informasi III, yang bertugas
membantu melakukan urusan penggalian potensi perpajakan dan ekstensifikasi pajak.
4 . Seksi Penagihan
Memiliki tugas dalam hal pelaksanaan dan penatausahaan penagihan aktif, piutang pajak, penundaan dan angsuran tunggakan pajak, dan usulan
penghapusan piutang pajak sesuai ketentuan yang berlaku, serta untuk menyelenggarakan tugas tersebut, seksi ini mempunyai fungsi sebagai berikut :
a. Penatausahaan Surat Ketetapan Pajak, Surat Tagihan Pajak, Surat Keputusan Pembetulan Keberatan Putusan Banding Pengurang atau Pembatalan
Ketetapan Pajak dan Surat Keputusan Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi,
b. Menjawab konfirmasi data Tunggakan Wajib Pajak, c. Usulan Pemeriksaan dalam rangka penagihan pajak,
d. Penghapusan Piutang Pajak, dan
Universitas Sumatera Utara
e. Penerbitan dan penyampaian Surat Teguran, Surat Paksa, Surat Perintah Pelaksanaan Penyitaan, Pencabutan Sita, Pelaksanaan Lelang, dan Permohonan
Pembatalan Lelang.
5. Seksi Pemeriksaan
Memiliki tugas dalam hal pelaksanaan penyusunan rencana pemeriksaan, pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitan dan penyaluran surat
perintah pemeriksaan pajak serta administrasi pemeriksaan pajak lainnya.
6. Seksi Pengawasan dan Konsultasi
Memiliki tugas dalam hal mengkoordinasikan pengawasan kepatuhan wajib pajak PPh, PPN dan PPnBM, BPHTB, dan pajak lainnya, bimbingan atau
himbauan kepada wajib pajak dan konsultasi teknis perpajakan, penyusunan profil wajib pajak, analisa kinerja wajib pajak dalam rangka melakukan intensifikasi, dan
melakukan evaluasi banding berdasarkan ketentuan yang berlaku. Dalam satu KPP terdapat 4 empat kepala seksi pengawasan dan konsultasi yang pembagian
tugasnya didasarkan pada cakupan wilayah tertentu yaitu : a. Waskon I AR I, AR II, AR III
b. Waskon II AR I, AR II, AR III c. Waskon III AR I, AR II, AR III
d. Waskon IV AR I, AR II, AR III
7. Seksi Pelayanan
Memiliki tugas dalam hal penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan, pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan
Universitas Sumatera Utara
pengolahan surat pemberitahuan dan surat lainnya, penyuluhan perpajakan, pelaksanaan registrasi wajib pajak, serta kerjasama perpajakan sesuai ketentuan
yang berlaku.
8. Kelompok Jabatan Fungsional
Kelompok fungsional yang terdiri atas Pejabat Fungsional Pemeriksa dan Pejabat Fungsional Penilai yang bertanggungjawab secara langsung kepada Kepala
Kantor KPP Pratama Medan Polonia. Dalam melaksanakan pekerjaannya, Pejabat Fungsional Pemeriksa berkoordinasi dengan seksi pemeriksaan.
Universitas Sumatera Utara
BAB III Gambaran Data Praktek
A. Pengertian Pajak Pertambahan Nilai
Pajak Pertambahan Nilai PPN yang ditetapkan dengan Undang-Undang Nomor 8 tahun 1983 berbeda dengan Pajak Penjualan PPn yang digantikannya.
Pajak Pertambahan Nilai merupakan pajak yang dikenakan terhadap pertambahan nilai value added yang timbul akibat dipakainya faktor-faktor produksi disetiap
jalur perusahaan dalam menyiapkan, menghasilkan, menyalurkan, dan memperdagangkan barang atau pemberian pelayanan jasa kepada para konsumen.
Sedangkan Pajak Penjualan dikenakan terhadap nilai jual setiap perpindahanpertukarang barang dan jasa, sehingga menimbulkan adanya pajak
berganda. Untuk barang yang tergolong mewah, pajak berganda ini masih diberlakukan dengan adanya Pajak Penjualan atas Barang Mewah.
1. Karakteristik Pajak Pertambahan Nilai PPN
Beberapa karakteristik Pajak Pertambahan Nilai adalah Sebagai berikut : a. Pajak Pertambahan Nilai Merupakan Pajak Tidak Langsung
Pemikul beban pajak dengan penangung jawab atas pembayaran pajak kekas Negara berada pada pihak yang berbeda. Pemikul beban pajak adalah
pembeli barang kena pajak atau penerima jasa kena pajak. Sedangkan penanggung jawab atas pembayaran pajak kekas Negara adalah pengusaha kena
Universitas Sumatera Utara
pajak yang bertindak selaku penjual barang kena pajak atau pengusaha jasa kena pajak.
b. Pajak
Objektif Yang dimaksud dengan pajak objektif adalah suatu jenis pajak yang saat
timbulnya kewajiban pajak ditentukan oleh faktor objektif, yaitu adanya keadaan, peristiwa, atau perbuatan hokum yang dapat dikenakan pajak yang juga disebut
dengan nama objek pajak. c. Multi Stage Tax
Multi Stage Tax adalah karakteristik Pajak Pertambahan Nilai yang dikenakan pada setiap mata rantai jalur produksi maupun jalur distribusi. Setiap
penyerahan barang yang menjadi objek Pajak Pertambahan Nilai mulai dari tingkat pabrikan manufactured kemudian ditingkat pedagang whosaler dalam
berbagai bentuk atau nama sampai dengan tingkat pedagang pengecer retailer dikenakan Pajak Pertambahan Nilai.
d. Mekanisme Pemungutan Pajak Pertambahan Nilai Menggunakan Faktur Pajak Sebagai konsekuensi penggunaan metode kredit untuk menghitung Pajak
Pertambahan Nilai yang terutang maka pada setiap penyerahan barang kena pajak atau jasa kena pajak, pengusaha kena pajak bersangkutan diwajibkan untuk
membuat faktur pajak sebagi bukti pemungutan pajak. e. Pajak Pertambahan Nilai adalah Pajak atas Konsumsi Barang Kena Pajak
Universitas Sumatera Utara
Pajak pertambahan nilai hanya dikenakan atas konsumsi barang kena pajak atau jasa kena pajak yang dilakukan di dalam negeri.
f. Pajak
Pertambahan Nilai Bersifat Netral
Netralisai pajak pertambahan nilai PPN dibentuk oleh dua factor, yaitu : 1. PPN dikenakan baik atas konsumsi barang maupun jasa.
2. Dalam pemungutannya, PPN menganut prinsip tempat tujuan Destination Principle
Dalam mekanisme pemungutannya, PPN mengenal dua prinsip pemungtan yaitu :
1. Prinsip tempat asal Origin Principle : PPN dipungut ditempat asal barang atau jasa yang akan dikonsumsi.
2. Prinsip tempat Tujuan destination Principle : PPN dipungut ditempat barang atau jasa dikonsumsi
g. Tidak Menimbulkan Dampak Pengenaan Pajak Berganda Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas nilai tambahnya saja.
Universitas Sumatera Utara
B. Dasar Pengenaan Pajak dan Tarif Pajak Pertambahan Nilai PPN 1. Dasar Pengenaan Pajak DPP
Untuk menghitung besarnya pajak yang terutang diperlukan adanya dasar pengenaan pajak DPP. Pajak yang terutang dihitung dengan cara mengalikan
tarif pajak dengan DPP. Yang dimaksud dengan DPP adalah jumlah harga jual, penggantian, nilai
import, nilai eksport, atau nilai lain yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan yang dipakai sebagai dasar untuk menghitung pajak yang terutang
Selanjutnya yang dimaksud dengan harga jual, pergantian, nilai eksport, dan nilai import adalah sebagai berikut :
1. Harga jual Harga jual ialah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta
atau seharusnya diminta oleh penjual karena penyerahan BKP, tidak termasuk PPN yang dipungut menurut UU PPN dan PPnBM dan potongan harga yang
dicantumkan dalam faktur pajak. Apabila PKP selain menerbitkan faktur pajak juga menerbitkan faktur
penjualan, maka potongan harga yang tercantum dalam faktur pajak tersebut juga tercantum dalam faktur penjualan. Tidak termasuk dalam pengertian potongan
harga adalah bonus, premi, komisi, atau balas jasa lainnya yang diberikan dalam rangka menjualkan BKP.
Universitas Sumatera Utara
2. Penggantian Penggantian ialah nilai berupa uang termasuk semua biaya yang diminta
atau seharusnya diminta oleh pemberi jasa karena menyerahkan JKP, tidak termasuk pajak yang dipungut menurut undang undang dan potongan harga yang
dicantumkan dalam faktur pajak. 3.
Nilai Eksport
Nilai import adalah nilai berupa uang yang menjadi dasar perhitungan bea masuk ditambah pungutan lainnya yang dikenakan berdasarkan ketentuan
dalam peraturan perundang-undangan pabean untuk import BKP, tidak termasuk PPN yang dipungut menurut UU PPN dan PPnBM.
Nilai import yang menjadi dasar pengenaan pajak adalah harga patokan import atau cost insurance freight CIF sebagai dasar perhitungan bea masuk
ditambah dengan semua biaya dan pungutan lain menurut ketentuan perundang- undangan pabean.
2. Tarif Pajak Pertambahan Nilai PPN
Tarif Pajak Pertambahan PPN diatur dalam Pasal 7 Undang-Undang PPN, yaitu sebagai berikut :
a. Tarif Pajak Pertambahan Nilai adalah 10 sepuluh persen b. Tarif Pajak Pertambahan Nilai sebesar 0 diterapkan atas :
Universitas Sumatera Utara
1. Eksport Barang Kena Pajak Berwujud 2. Eksport Barang Kena Pajak Tidak Berwujud, dan
3. Eksport Jasa Kena Pajak c. Tarif pajak sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dapat diubah menjadi paling
rendah 5 lima persen dan paling tinggi 15 lima belas persen yang perubahan tarifnya diatur dengan Peraturan Pemerintah
C. Pajak Masukan dan Pajak Keluaran 1. Pajak Masukan
Menurut Undang-Undang PPN No.18 pasal 1 angka 24 pajak masukan adalah pajak pertambahan nilai yang seharusnya sudah dibayar oleh pengusaha kena
pajak karena perolehan barang kena pajak danatau perolehan jasa kena pajak danatau pemanfaatan barang kena pajak tidak berwujud dari luar daerah pabean
danatau pemanfaatan jasa kena pajak dari luar daerah pabean danatau import barang kena pajak.
2. Pajak Keluaran
Menurut Undang-Undang PPN No.18 pasal 1 angka 25 pajak keluaran adalah Pajak Pertambahan Nilai terutang yang wajib dipungut oleh pengusaha kena pajak
yang melakukan penyerahan barang kena pajak, penyerahan jasa kena pajak, eksport barang kena pajak berwujud, eksport barang kena pajak tidak berwujud
danatau eksport jasa kena pajak.
Universitas Sumatera Utara
D. Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak Pertambahan Nilai
Menurut surat edaran DIRJEN pajak Nomor SE-75PJ2008 tanggal 16 desember 2008 menyampaikan salinan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor
PER-48PJ2008 tentang tata cara pengembalian kelebihan pembayaran pajak pertambahan nilai dengan cara :
1. Meneliti kelengkapan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran Pajak Pertambahan Nilai berupa faktur pajak danatau dokumen tertentu yang
kedudukannya dipersamakan dengan faktur pajak. 2. Bukti-bukti atau dokumen pendukung untuk menguiji keabsahan faktur pajak
sebagaimana dimaksud dalam butir 1 diatur lebih lanjut dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak tentang Kebijakan Pemeriksaan Pajak.
3. Saat permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak adalah saat diterimanya SPT massa PPN dengan cara mengisi kolom yang telah tersedia
atau diterimanya surat permohonan dalam hal permohonan disampaikan melalui surat tersendiri.
4. Kelengkapan permohonan restitusi dapat disampaikan secara lengkap
bersamaan dengan penyampaian permohonan atau disusulkan setelah disampaikannya permohonan pengembalian tetapi tidak melampaui jangka
waktu 1 satu bulan sejak permohonan pengembalian diterima.
Universitas Sumatera Utara
5. Mengingat bahwa batas waktu penyelesaian permohonan pengembalian bagi PKP yang memenuhi persyaratan tertentu adalah 12 duabelas bulan,
sedangkan PKP selain PKP kriteria tertentu atau PKP yang memenuhi persyaratan tertentu atau PKP yang memenuhi persyaratan tertentu diberikan
waktu untuk memenuhi kelengkapan permohonan selama 1 bulan, dengan demikian jangka waktu penyelesaian permohonan pengembalian pembayaran
pajak untuk PKP selain PKP kriteria tertentu atau PKP yang memenuhi persyaratan tertentu, oleh KPP praktis hanya 11 bulan.
6. Dalam rangka pelayanan kepada wajib pajak, kepala kpp dapat menerbitkan surat permintaan kelengkapan permohonan restitusi kepada PKP agar
permohonan pengembalian yang diajukannya dapat segera diproses. Dalam hal kepala KPP menerbitkan surat permintaan kelengkapan permohonan restitusi,
disarankan agar surat tersebut disampaikan melalui faksimili sehingga PKP dapat segera memenuhi.
7. Dalam hal PKP selain PKP criteria tertentu atau PKP yang memenuhi persyaratan tertentu tidak menyampaikan atau kurang menyampaikan
kelengkapan permohonan restitusi sampai dengan jangka waktu untuk memenuhi kelengkapan permohonan pengembalian berakhir, maka permohonan
pengembalian diproses berdasarkan kelengkapan yang adaditerima. 8. Dalam hal permohonan pengembalian PKP diproses berdasarkan kelengkapan
yang adaditerima, maka kepala KPP harus memberitahukan kepada PKP
Universitas Sumatera Utara
dengan menerbitkan surat pemberitahuan penyelesaian permohonan pengembalian diproses dengan berdasarkan kelengkapan yang
adaditerima.Penerbitan Surat Pemberitahuan oleh kepala KPP paling lambat adalah saat disampaikannya permberitahuan hasil pemeriksaan.
9. Dalam meneliti kelengkapan permohonan restitusi yang diterimanya, petugas atau pemeriksa pajak agar mencocokan kelengkapan tersebut dengan lembar
checklist buktidokumen kelemngkapan permohonan pengembalian PPN yang dibuat PKP. Selain itu, petugas atau pemeriksa pajak juga harus mencantumkan
jumlah masing-masing dokumen yang diterima. Demikian juga apabila terdapat kelengkapan yang masih harus disampaikan agar diberitahukan kepada PKP.
10. Direktur Jenderal Pajak setelah melakukan pemeriksaan atas permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak harus menerbitkan surat ketetapan
pajak paling lama 12 duabelas bulan sejak permohonan diterima secara lengkap.
11. Direktur Jenderal Pajak setelah melakukan penelitian atas permohonan
pengembalian yang diajukan oleh PKP kriteria tertentu harus menerbitkan surat keputusan pengembalian pendahuluan kelebihan pajak paling lambat 1
satu bulan sejak diterimanya permohonan pengembalian. 12.
Direktur Jenderal Pajak setelah melakukan penelitian atas permohonan pengembalian yang diajukan oleh PKP yang memenuhi persyaratan tertentu
Universitas Sumatera Utara
harus menerbitkan surat keputusan pengembalian pendahuluan kelebihan pajak paling lambat 1 satu bulan sejak saat diterimanya permohonan pengembalian.
E. Penerbitan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar SKPLB