Pandangan Iman Kristen tentang Hubungan dengan Leluhur dalam Ritual

keselamatan, kesehatan dan perubahan karakter sang anak adalah sebuah cara yang tidak sesuai dengan pemahaman iman Kristen. Pandangan iman Kristen ini menjadi “filter” bagi setiap keluarga yang melakukan penjualan atau pertukaran anak demi keselamatan sang anak. Sebuah pertanyaan yang patut direnungkan oleh para orang tua yang menjual anaknya adalah, “Kepada kuasa siapakah nyawa sang anak diperjualkan atau ditukarkan? Kepada Allah yang benar di dalam Yesus Kristus sebagai sumber keselamatan dan kesejahteraan hidup, atau kepada kuasa-kuasa leluhur dan nenek moyang keluarga yang bersangkutan?”.

2. Pandangan Iman Kristen tentang Hubungan dengan Leluhur dalam Ritual

Penjualan Anak Untuk menjawab kedua pertanyaan mendasar di atas, perlu melihat kembali latar belakang sejarah dan konteks awal terjadinya penjualan anak. Tradisi ini mulai dilakukan pada zaman di mana nenek moyang atau leluhur keluarga masih hidup dalam “zaman kegelapan”, jauh dari pengenalan akan Injil keselamatan dan wahyu Yesus Kristus. Kondisi ini seperti dikatakan Rasul Paulus, “Kamu dahulu sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu. Kamu hidup di dalamnya, karena kamu mengikuti jalan dunia ini, karena kamu mentaati penguasa kerajaan angkasa, yaitu roh yang sekarang sedang bekerja di antara orang-orang durhaka” Efesus 2:1-2. Karena kondisi kegelapan dan ketidaktahuan akan wahyu Yesus Kristus yang menyelamatkan, maka para lelulur mengadakan ikatan perjanjian dengan roh-roh nenek moyang atau ilah-ilah yang diyakini memiliki kuasa untuk mengutuk dan menyelamatkan, dapat memberi kesakitan dan kematian, tetapi juga menyembuhkan, menghidupkan dan memberi kesejahteraan. Dalam keadaan tanpa pengetahuan akan Injil kebenaran dan belum adanya penanganan medis, para leluhur bergantung pada kepercayaan turun temurun bahwa keselamatan dan kesejahteraan hidup bersumber dari penguasa tertinggi yakni ilah-ilah dan roh-roh nenek moyang, sehingga para leluhur mencari jawaban atas kesakitan dan keselamatan dari roh-roh nenek moyang tersebut melalui ritual-ritual yang dikehendaki oleh arwah-arwah atau roh-roh leluhur sebelumnya. Ritual yang dilakukan para leluhur keluarga yang melakukan pembelian dan penjualan anak untuk meminta persetujuan dari roh-roh nenek moyang adalah salah satu bukti adanya ikatan kontak dan perjanjian antara roh-roh nenek moyang dan keturunan keluarga itu turun-temurun. Pada saat pihak pembeli datang ke kuburan pada jam 2.00 subuh untuk bercakap-cakap dengan para leluhur, meminta persetujuan, dan menyembelih babi atau ayam untuk melihat kondisi hati binatang tersebut sebagai tanda penjualan direstui atau tidak; pada saat itulah terjadi kontak transaksi “jual-beli nyawa sang anak” dari keturunan demi keturunan dalam keluarga penjual dengan roh-roh leluhur sebelumnya. Karena itu sampai zaman sekarang tradisi penjualan anak terus berlangsung dan dilakukan dalam keluarga-keluarga yang orang tuanya pernah melakukan tradisi ini sebelumnya, karena ikatan perjanjian yang sejak awal dilakukan telah mengikat keturunan demi keturunan dalam keluarga itu tanpa sebuah pemutusan. Perjanjian di kuburan telah mewakili perjanjian yang mengikat seluruh keturunan; walaupun pada zaman modern ini, banyak keluarga yang melakukan tradisi ini tidak lagi harus pergi ke kuburan, tetapi ikatan sumpah dan janji antara leluhur dan anak-anak dari keturunan keluarga yang mengikat perjanjian ini tidak dapat terlepas dari tradisi ini. Ketua adat Bapak Ruben Klonel menegaskan hal ini, “... bagi keluarga yang sudah pernah melakukan tradisi ini secara turun temurun maka tradisi ini akan dilakukan terus menerus dalam keluarga”. 2 2 Wawancara Bpk. Ruben Klonel, Ketua Adat masyarakat Timor di Takari Kupang, 10 Mei 2012, jam 16.00-18.30 WITA. Dalam kaitan dengan ikatan janji dan kerja sama dengan roh-roh para leluhur ini, sebuah pertanyaan yang penting untuk dpertanyakan adalah, “Bagaimanakah iman Kristen memandang hubungan atau kontak spiritual dengan roh-roh nenek moyang atau arwah-arwah leluhur?” Sebuah teguran Tuhan bagi bangsa Israel melalui nabi Yesaya mengatakan, “Dan apabila orang berkata kepada kamu: Mintalah petunjuk kepada arwah dan roh-roh peramal yang berbisik-bisik dan komat-kamit, maka jawablah: Bukankah suatu bangsa patut meminta petunjuk kepada allahnya? Atau haruskah mereka meminta petunjuk kepada orang-orang mati bagi orang-orang hidup? Yesaya 8:19. Ayat ini mengindikasikan bahwa orang-orang yang hidup seharusnya tidak meminta petunjuk kepada orang-orang mati atau arwah-arwah. Dengan kata lain Alkitab tidak membenarkan adanya kontak atau hubungan dengan orang-orang mati atau arwah para leluhur; sedangkan dalam sejarah tradisi penjualan anak, keluarga haruslah datang menjumpai para leluhur di kuburan dan bercakap-cakap meminta petunjuk tentang penjualan tersebut. Dengan meminta petunjuk dari para leluhur di kuburan, maka telah terjadi ikatan perjanjian antara keturunan keluarga itu turun temurun dengan roh-roh para leluhur. Sekalipun pada zaman modern ini, keluarga-keluarga yang menjalankan tradisi ini tidak lagi harus pergi ke kuburan dan bercakap-cakap dengan roh-roh para leluhur, dan pelaksanaan tradisi ini telah “dikemas” dalam kemasan Kristen, dengan diawali dan diakhiri dengan doa, serta uang pembelian diberikan sebagai nazar ke gereja; tetapi essensi perjanjian telah secara syah dibuat oleh orang tua terdahulu yang mengikat perjanjian atas nama seluruh keluarga dan keturunan turun-temurun dengan roh-roh nenek moyang. Dengan demikian, secara hukum dalam dimensi spirit atau roh, seluruh keturunan telah terikat dalam ikatan janji dengan roh-roh para leluhur. Mengenai tindakan praktis penjualan yang menghubungkan dengan gereja, hanyalah persoalan teknis yang tidak dapat membatalkan esensi janji sebelumnya dengan para leluhur. Menyimak paparan di atas, para keluarga yang terus melaksanakan tradisi penjualan anak perlu mempertanyakan, “Apakah tradisi ini benar-benar mengikatkan sang anak dan keluarga kepada Allah yang benar di dalam Yesus Kristus sebagai sumber keselamatan, atau tradisi ini semakin meneguhkan ikatan perjanjian yang pernah diadakan orang tua terdahulu dengan roh-roh nenek moyang atau leluhur yang telah meninggal?”. Jika mengamati penegasan Yesaya 8:19, secara esensi, di dalam dimensi spirit, sesungguhnya nyawa sang anak tidak diserahkan atau ditukarkan kepada Allah yang benar di dalam Yesus Kristus tetapi dijual dan diserahkan kepada roh-roh leluhur berdasarkan persetujuan terdahulu dengan nenek moyang.”

3. Pandangan Iman Kristen tentang Budaya, Adat dan Tradisi

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pandangan Warga Jemaat terhadapa pendeta Bersuamikan Pelaut di Gereja Masehi Injili Sangihe Talaud (GMIST) Inbar Jakarta T1 712006019 BAB I

0 1 8

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pandangan Warga Jemaat terhadapa pendeta Bersuamikan Pelaut di Gereja Masehi Injili Sangihe Talaud (GMIST) Inbar Jakarta T1 712006019 BAB IV

0 0 5

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kajian Sosio-Teologis terhadad Tradisi Penjualan Anak di Jemaat Gereja Masehi Injili Timor Kodya Kupang T1 712006027 BAB I

0 0 10

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kajian Sosio-Teologis terhadad Tradisi Penjualan Anak di Jemaat Gereja Masehi Injili Timor Kodya Kupang T1 712006027 BAB II

0 0 24

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kajian Sosio-Teologis terhadad Tradisi Penjualan Anak di Jemaat Gereja Masehi Injili Timor Kodya Kupang T1 712006027 BAB V

0 0 11

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kajian Sosio-Teologis terhadad Tradisi Penjualan Anak di Jemaat Gereja Masehi Injili Timor Kodya Kupang

0 0 17

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kajian Sosio-Teologis terhadad Tradisi Penjualan Anak di Jemaat Gereja Masehi Injili Timor Kodya Kupang

0 0 7

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Eklesiologi Gereja Masehi Injili di Timor “Tinjauan Eklesiologis Terhadap Tata GMIT 2010”

0 9 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Sasandu: Tinjauan Soiso-Teologis terhadap Makna Simbol Sasandu dalam Panca Tugas Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT)

0 0 1

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Implementasi Good Corporate Governance Pada Organisasi Nirlaba: Studi Pada Gereja Masehi Injili di Timor Jemaat Pniel Oebobo Kupang

0 0 90