KONTRIBUSI KEKUATAN LENGAN, KEKUATAN TUNGKAI, KEKUATAN PERUT, DAN KEKUATAN PUNGGUNG TERHADAP KEMAMPUAN HANDSTAND PADA SISWA KELAS XI SMA N 1 BANDAR SRIBHAWONO

(1)

ii ABSTRAK

KONTRIBUSI KEKUATAN LENGAN, KEKUATAN TUNGKAI, KEKUATAN PERUT, DAN KEKUATAN PUNGGUNG

TERHADAP KEMAMPUAN HANDSTAND PADA SISWA KELAS XI SMA N 1

BANDAR SRIBHAWONO Oleh

AAL ARDIANSYAH

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya kontribusi kekuatan lengan, kekuatan tungkai, kekuatan perut dan kekuatan punggung terhadap kemampuan handstand pada siswa kelas XI SMA N 1 Bandar Sribhawono.

Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Sampel dari penelitian ini berjumlah 45 siswa. Data dikumpulkan melalui tes kekuatan lengan dengan push dynamometer, kekuatan tungkai dengan leg dynamometer, kekuatan perut dengan sit-up, kekuatan punggung dengan back dynamometer, handstand dengan tes kemampuan handstand dan pengukuran serta teknik analisis data menggunakan regresi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kekuatan lengan memiliki koefisien korelasi 0,366 dengan kontribusi sebesar 36,6%, kekuatan tungkai memiliki koefisien korelasi 0,257 dengan kontribusi sebesar 25,7%, kekuatan perut memiliki koefisien korelasi 0,212 dengan kontribusi sebesar 21,2%, kekuatan punggung memiliki koefisien korelasi 0,150 dengan kontribusi sebesar 15,0%.

Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa kekuatan lengan memberikan kontribusi lebih besar terhadap kemampuan handstand dibandingkan dengan variabel lainnya. Rekomendasi dari hasil penelitian ini bahwa untuk memperoleh keberhasilan handstand perlu memperhatikan semua unsur fisik terutama kekuatan otot lengan.

Kata Kunci : Handstand, Kekuatan Lengan, Kekuatan Perut, Kekuatan Punggung, Kekuatan Tungkai.


(2)

KONTRIBUSI KEKUATAN LENGAN, KEKUATAN TUNGKAI, KEKUATAN PERUT, DAN KEKUATAN PUNGGUNG

TERHADAP KEMAMPUAN HANDSTAND PADA SISWA KELAS XI SMA N 1

BANDAR SRIBHAWONO

Oleh

AAL ARDIANSYAH

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Jurusan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(3)

(4)

(5)

(6)

vii

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Aal Ardiansyah, dilahirkan di Desa Sripendowo, Kecamatan Bandar Sribhawono, Kabupaten Lampung Timur, Provinsi Lampung pada tanggal 31 Juli 1993. Penulis adalah anak tunggal buah hati dari pasangan Bapak Sutiyono dan Ibu Endang.

Penulis menyelesaikan pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 3 Sripendowo pada tahun 2005, kemudian Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Bandar Sribhawono pada tahun 2008, dan Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Bandar Sribhawono pada tahun 2011.

Pada tahun 2011, Penulis diterima sebagai mahasiswa Universitas Lampung, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi.

Demikian riwayat hidup penulis sampaikan dan mudah-mudahan penulis dapat menjadi orang yang berguna bagi agama, keluarga, masyarakat, bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.


(7)

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya ini kepada:

Ibunda Endang dan Ayahanda Sutiyono terkasih dan tercinta yang telah memberikan segalanya untukku, membesarkanku, mendidikku dengan penuh

kesabaran dan kasih sayang serta tak pernah henti mendoakan Keberhasilanku dan kebahagiaanku.

Bapak Satimin, Ibu Djumilah, Nenek ku tersayang Katinah, Adek Rizky, Adek Tasya, teteh Tiara dan keluarga besarku yang tersayang. Serta kekasihku

Ratih Novita Sari, sahabat terbaikku Imam, Thomas, Candra, Dodi, Reza, Sofyan, Erlita, Melly, Nindi, Christin, kak Adit, Roy dan teman-teman angkatan

2011 yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu terima kasih atas segala kasih sayang dan perhatian kalian sehingga membuat saya semakin dewasa dan menegerti arti sebuah persahabatan, perjuangan dan pengorbanan sejati.

Semua pihak yang mendukung dan mendoakan keberhasilanku serta almamaterku tercinta

Universitas Lampung.


(8)

viii

MOTTO

“ Manusia tidak merancang untuk gagal, mereka gagal untuk

merancang ”

( William J. Siegel )

Jenius adalah 1 % inspirasi dan 99% keringat. Tidak ada yang

dapat menggantikan kerja keras

“Masalah itu harus di

jalani, hadapi, dan nikmati karena

ALLAH S.W.T mengetahui batas kemampuan umatnya, tidak

akan diberi cobaan melebihi kemampuan umat-

Nya”

Jangan pernah malu untuk maju, karena malu menjadikan kita

takkan pernah mengetahui dan memahami segala sesuatu hal

akan hidup ini

( Aal Ardiansyah )


(9)

x

SANWACANA

Alhamdulillah penulis panjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah Subhanahu Wa-

Ta’ala yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat penulis selesaikan.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat mencapai gelar sarjana pada Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung. Dengan judul Kontribusi Kekuatan Lengan, Kekuatan Tungkai, Kekuatan Perut, dan Kekuatan Punggung

Terhadap Kemampuan Handstand Pada Siswa Kelas XI SMA N 1 Bandar Sribhawono .

Dalam proses penyelesaian skripsi ini, penulis banyak mendapat bimbingan, petunjuk, bantuan, nasihat, saran, dan perhatian dari berbagai pihak, oleh sebab itu pada kesempatan ini penulis sampaikan ucapan terima kasih yang

setinggi-tingginya kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Hermawan, M.Kes sebagai Pembimbing utama, yang dengan tekun dan sabar dalam membimbing penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan;

2. Bapak Drs. Usman Adam, M.Pd sebagai Pembimbing II, terima kasih atas kesabaran dan pengertian selama penulis menyusun skripsi ini;


(10)

xi

sarannya yang telah memberikan banyak masukan dan pengarahan selama masa studi;

4. Bapak dan ibu dosen Penjaskesrek terima kasih telah memberikan ilmu dan pengetahuan semasa penulis menyelesaikan perkuliahan;

5. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung;

6. Ibu Dr. Riswanti Rini, M.Si. selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung;

7. Bapak dan ibu staf tata usaha FKIP Unila terima kasih telah bekerja sama dengan pelayanannya sehingga terselesaikan skripsi ini;

8. Keluarga besarku, ibu dan bapakku serta kekasihku yang telah banyak memberikan nasihat, motivasi dan dukungan;

9. Sahabat dan teman-teman seperjuanganku Penjaskes angkatan 2011 terima kasih atas kebersamaannya;

10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, semoga diberikan kebaikan yang berlimpah dari Allah SWT.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya.

Bandar Lampung, Maret 2015 Penulis


(11)

xii

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 3

C. Batasan Masalah ... 4

D. Rumusan Masalah... 5

E. Tujuan Penelitian... 5

F. Manfaat Penelitian... 6 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA... 7

A. Pengertian Pendidikan Jasmani ... 7

B. Teori Belajar Gerak ... 8

C. Senam ... 16

D. Handstand ... 21

E. Kekuatan Lengan ... 25

F. Kekuatan Tungkai ... 30

G. Kekuatan Perut ... 33

H. Kekuatan Punggung ... 35

I. Penelitian Yang Relevan ... 38

J. Kerangka Pikir ... 39

K. Hipotesis ... 42

BAB III. METODE PENELITIAN ... 44

A. Metode Penelitian ... 44

B. Sampling ... 44

C. Variabel Penelitian ... 46

D. Desain Penelitian ... 47

E. Devinisi Operasional VariabeL ... 48

F. Instrumen Penelitian ... 49

G. Teknik Pengumpulan Data ... 53


(12)

xiii

1. Deskripsi Data ... 63

2. Analisis Data... ... 66

3. Uji Hipotesis... ... 70

B. Pembahasan ... 73

1. Deskripsi Data ... 73

2. Analisis Statistik ... 74

3. Uji Hipotesis ... 76

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN... 79

A. Kesimpulan ... 79

B. Saran ... 80 DAFTAR PUSTAKA ... 81

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 84


(13)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Tabel Uji Normalitas dengan Kolmogrov-Smirnov ... 58 2. Tabel Uji Linieritas ... 59 3. Rangkuman Perhitungan Tes Variabel Bebas (X) dengan Variabel


(14)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Pedoman Penilaian Kemampuan Handstand……….. 85 2. Uji Coba Instrumen………. 87 3. Tabulasi Data Hasil Penelitian…………... 100 4. Perhitungan Data Row Score dan T-Skor Kekuatan

Lengan... 102 5. Perhitungan Data Row Score dan T-Skor Kekuatan

Tungkai... 104 6. Perhitungan Data Row Score dan T-Skor Kekuatan

Perut... 106 7. Perhitungan Data Row Score dan T-Skor Kekuatan

Punggung... 108 8. Perhitungan Data Row score dan T-skor Handstand... 110

9. Data Descriptive... 112 10. Uji Prasyarat Analisis... 113 11. Regresi Linier Sederhana (Tunggal) Kekuatan Lengan (X1)

Terhadap Kemampuan Handstand (Y) ... 118 12. Regresi Linier Sederhana (Tunggal) Kekuatan Tungkai (X2)

Terhadap Kemampuan Handstand (Y) ... 119 13. Regresi Linier Sederhana (Tunggal) Kekuatan Perut (X3)


(15)

xvii

Terhadap Kemampuan Handstand (Y) ... 121

15. Harga Kritik Dari r ... ... 122

16. Nilai Uji-t... 123

17. Dokumentasi Penelitian... 124


(16)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Rangkaian keterampilan gerak handstand sikap awal mengayun

Kak ... 22

2. Rangkaian keterampilan gerak handstand sikap awal mengangkat Kak ... 22

3. Rangkaian keterampilan gerak handstand berguling kebelakang23 4. Otot lengan atas ... 27

5. Otot lengan bawah ... 29

6. Otot-otot yang terdapat pada tungkai atas30 7. Otot-otot yang terdapat pada tungkai ... 31

8. Otot Perut ... 34

9. Otot Punggung ... 37

10. Peta Konsep Kerangka Berpikir ... 40

11. Desain penelitian variabel X dan variabel Y ... 47

12. Push and Pull dynamometer ... 50

13. Leg dynamomer ... 51

14. Sit-Up ... 51

15. Back dynamometer ... 52

16. Grafik Scatterplot ... 60

17. Diagram Data Jenis Kelamin Siswa ... 63

18. Diagram Data Berat Badan Siswa ... 64

19. Diagram Data Tinggi Tubuh Siswa ... 64


(17)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gerak dasar merupakan elemen yang mendasari dari suatu rangkaian gerak. Penguasaan kemampuan gerak dasar akan mendasari keterampilan gerak dalam suatu cabang olahraga. Keterampilan gerak dasar ini harus dikembangkan sejak dini, dengan mengikuti prinsip tertentu sesuai dengan tahap perkembangan siswa.

Setiap anak pada usia muda membutuhkan pembinaan keterampilan multilateral sebagai dasar dari gerak yang diperlukan untuk membangun kebugaran jasmani yang baik maupun mempersiapkan diri menuju pada pengembangan selanjutnya pada suatu cabang olahraga. Pembinaan multilateral adalah pengembangan berbagai keterampilan dan kemampuan motorik (motor ability) dengan adaptasi berbagai kebutuhan beban latihan untuk mengembangkan adaptasi menyeluruh. Berdasarkan pendapat di atas kemampuan multilateral sangat penting dimiliki oleh siswa, manfaat yang diperoleh adalah pengalaman gerak dan kesadaran gerak untuk keberhasilan unjuk kerja dalam berbagai situasi yang bervariasi.

Senam adalah suatu latihan tubuh yang dipilih dan dikonstruk dengan sengaja, dilakukan dengan sadar dan terencana, disusun secara sistematis


(18)

dengan tujuan meningkatkan kesegaran jasmani, mengembangkan keterampilan dan menanamkan nilai-nilai mental spiritual. Senam merupakan aktifitas jasmani yang efektif untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan anak. Gerakan senam sangat sesuai untuk mengisi program pendidikan jasmani. Gerakan senam berpotensi mengembangkan keterampilan gerak dasar sebagai landasan penting bagi penguasaan keterampilan teknik suatu cabang olahraga.

Di Indonesia cabang olahraga senam belum banyak dikenal dan diminati oleh masyarakat dikarenakan kurangnya sosialisasi dan sedikitnya perlombaan yang dilaksanakan. Sehingga masih jarang para ahli atau orang-orang berpendidikan terjun untuk memberikan sumbangsih mereka dalam olahraga senam, yang mengakibatkan terbatasnya informasi dan pengetahuan yang tertuang dalam bentuk buku maupun media lainnya.

Faktor dari siswa juga memberikan dampak yang berarti terhadap proses pembelajaran senam, yaitu faktor kecerdasan (intelegensi) siswa yang berbeda berpengaruh terhadap kemampuan cepat lambatnya menerima materi dan instruksi dari guru. Perbedaan latar belakang kehidupan yaitu antara siswa yang memakai sepeda motor dan siswa yang berjalan kaki ke sekolah memiliki kondisi fisik yang berbeda dan juga perbedaan latar belakang dari segi ekonomi berpengaruh terhadap asupan gizi yang diberikan kepada anak.

Materi pembelajaran senam yang sering diberikan di sekolah adalah senam lantai. Senam lantai merupakan latihan senam yang dilakukan di


(19)

atas matras, unsur-unsur gerakannya terdiri dari mengguling, melompat, meloncat, berputar di udara, menumpu dengan tangan atau kaki untuk mempertahankan sikap seimbang atau pada saat meloncat ke depan atau ke belakang. Senam memiliki beragam gerak yang sangat komplek, antara lain guling ke depan, guling ke belakang, sikap lilin, meroda, dan lain-lain.

Handstand atau berdiri dengan tangan merupakan bagian dari senam lantai, hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Mahendra (2000:

48) “bahwa handstand adalah sikap tegak dengan bertumpu pada kedua tangan dengan siku-siku lurus, kedua kaki rapat dan lurus ke atas”.

Menurut hasil pengamatan di SMA N 1 Bandar Sribhawono, didasarkan data-data yang diperoleh siswa memiliki berbagai kemampuan fisik yang berbeda antara siswa satu dengan siswa yang lainnya. Dengan demikian kemampuan yang dimiliki siswa dalam melakukan handstand berbeda pula. Maka penulis bermaksud mengadakan penelitian tentang

“Kontribusi kekuatan lengan, kekuatan tungkai, kekuatan perut dan

kekuatan punggung terhadap kemampuan handstand pada siswa kelas XI

SMA N 1 Bandar Sribhawono”.

B. Identifikasi Masalah

Latar belakang masalah yang telah dikemukakan mengarah pada

pemikiran adanya berbagai masalah. Dari berbagai masalah yang muncul dapat diidentifikasi sebagai berikut :


(20)

1. Pemberian latihan kondisi fisik saat pemanasan yang kurang tepat mempengaruhi keberhasilan handstand.

2. Kurangnya pemahaman yang dimiliki guru tentang fungsi masing-masing unsur-unsur kondisi fisik yang menunjang keberhasilan handstand.

3. Unsur kondisi fisik seperti kekuatan lengan, kekuatan tungkai, kekuatan perut, dan kekuatan punggung mempengaruhi keberhasilan handstand.

4. Belum diketahuinya seberapa besar kontribusi aspek-aspek fisik yang mempengaruhi kemampuan handstand.

C. Batasan Masalah

Dari banyaknya masalah yang muncul, maka perlu diadakan pembatasan masalah, agar penelitian ini lebih mendalam pengkajiannya. Adapun pembatasan masalahnya yaitu:

1. Kekuatan lengan yang berkontribusi terhadap kemampuan handstand pada siswa kelas XI SMA N 1 Bandar Sribhawono.

2. Kekuatan tungkai yang berkontribusi terhadap kemampuan handstand pada siswa kelas XI SMA N 1 Bandar Sribhawono.

3. Kekuatan perut yang berkontribusi terhadap kemampuan handstand pada siswa kelas XI SMA N 1 Bandar Sribhawono.

4. Kekuatan punggung yang berkontribusi terhadap kemampuan handstand pada siswa kelas XI SMA N 1 Bandar Sribhawono.


(21)

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang di kemukakan, maka dirumuskan suatu masalah sebagai berikut :

1. Apakah ada kontribusi kekuatan lengan terhadap kemampuan handstand pada siswa kelas XI SMA N 1 Bandar Sribhawono ?

2. Apakah ada kontribusi kekuatan tungkai terhadap kemampuan handstand pada siswa kelas XI SMA N 1 Bandar Sribhawono ?

3. Apakah ada kontribusi kekuatan perut terhadap kemampuan handstand pada siswa kelas XI SMA N 1 Bandar Sribhawono ?

4. Apakah ada kontribusi kekuatan punggung terhadap kemampuan handstand pada siswa kelas XI SMA N 1 Bandar Sribhawono ?

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan masalah yang dirumuskan, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui :

1. Besarnya kontribusi kekuatan lengan terhadap kemampuan handstand pada siswa kelas XI SMA N 1Bandar Sribhawono.

2. Besarnya kontribusi kekuatan tungkai terhadap kemampuan handstand pada siswa kelas XI SMA N 1Bandar Sribhawono.

3. Besarnya kontribusi kekuatan perut terhadap kemampuan handstand pada siswa kelas XI SMA N 1Bandar Sribhawono.

4. Besarnya kontribusi kekuatan punggung terhadap kemampuan handstand pada siswa kelas XI SMA N 1Bandar Sribhawono.


(22)

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini penting untuk dilakukan dengan harapan dapat memberikan manfaat antara lain :

1. Bagi Sekolah

Sebagai informasi sekaligus peningkatan penguasaan materi senam khususnya gerakan handstand.

2. Bagi Guru

Sebagai informasi dalam memberikan materi senam kepada siswanya, selain itu dapat membantu guru pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan dalam memberikan latihan unsur kondisi fisik yang tepat. 3. Bagi Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi

Sebagai informasi sekaligus pengembangan ilmu pengetahuan bagi pihak yang ingin melaksanakan penelitian dan pelaksanaan pembelajaran senam lantai.


(23)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A.Pengertian Pendidikan Jasmani

Pendidikan jasmani merupakan wahana pengembangan motorik, pengetahuan, dan penghayatan nilai-nilai moral serta membiasakan diri dari pola hidup sehat yang bermuara pada pengembangan jiwa pribadi peserta didik secara utuh. Isi dari pembelajaran pendidikan jasmani dan kesehatan memuat berbagai permainan olah gerak jasmani yang dapat merangsang peserta didik aktif, kreatif dan menarik sesuai dengan jiwa perkembangan anak yang merasa senang dalam bermain dalam kehidupan sehari-hari baik di rumah maupun di sekolah (Husein, 2008:1)

Pendidikan jasmani merupakan salah satu mata pelajaran dalam kurikulum di sekolah. Mata pelajaran ini beroreantasi pada pelaksanaan misi pendidikan melalui aktivitas jasmani dan pembiasaan perilaku hidup sehat sehari-hari.

Pendidikan jasmani adalah “suatu proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan aktif, sikap sportif, dan kecerdasan emosi. Lingkungan belajar diatur secara seksama untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan seluruh ranah, baik jasmani, psikomotor, dan afektif setiap siswa.


(24)

Pengalaman yang disajikan akan membantu siswa untuk memahami mengapa manusia bergerak dan bagaimana cara melakukan gerakan secara aman, efisien dan efektif” (Depdiknas, 2003:11).

Tamat dan Mirman Muekarto (2005:8), mendefinisikan pendidikan jasmani sebagai usaha untuk mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak ke arah kehidupan yang sehat jasmani dan rohani, usaha tersebut berupa kegiatan jasmani atau fisik yang diprogram secara ilmiah, terarah, dan sistematis. Tujuan yang ingin dicapai dalam mata pelajaran ini adalah “membantu peserta didik untuk kesegaran jasmani dan kesehatan melalui pengenalan dan penanaman sikap positif serta kemampuan gerak dasar dan berbagai aktivitas jasmani” (Depdiknas, 2003:11).

Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani yang lebih diutamakan adalah pemahaman tentang karakteristik pertumbuhan dan perkembangan yang profesional dari ranah belajar yaitu psikomotor, kognitif, dan afektif. Oleh karena itu program pendidikan jasmani harus merupakan suatu program yang memberikan perhatian yang cukup dan seimbang pada ketiga ranah tersebut.

B.Teori Belajar Gerak

Belajar adalah suatu proses yang terjadi di dalam diri manusia seperti proses-proses organik lainnya, misalnya proses-proses pencernaan, proses-proses pernafasan, dan lain sebagainya. Belajar adalah proses yang memungkinkan organisme, manusia berubah tingkah lakunya sebagai hasil pengataman yang


(25)

diperolehnya. Kunci pengertian tentang belajar adalah sebagai hasil pengalaman, pengalaman-pengalaman tertentu itulah yang menentukan kualitas perubahan tingkah laku. Peristiwa belajar terjadi apabila proses perubahan tingkah laku pada diri manusia.

Istilah “belajar” merupakan sesuatu yang biasa didengar di dalam pembicaraan sehari-hari. Di dalam pembicaraan sehari-hari istilah belajar selalu dikaitkan dengan suatu kegiatan membaca atau mengerjakan soal-soal. Belajar adalah kegiatan yang menghasilkan perubahan tingkah laku pada diri individu yang sedang belajar, baik potensial maupun aktual. Perubahan tersebut dalam bentuk kemampuan-kemampuan baru yang dimiliki dalam

waktu yang cukup lama dan perubahan itu terjadi karena berbagai usaha yang dilakukan oleh individu yang bersangkutan.

Berikut ini disampaikan beberapa pendapat ahli tentang belajar, yaitu: (1) Charles Galloway, 1976 (dalam Sugiyanto, 1999:267) mengatakan bahwa “belajar adalah perubahan kecenderungan tingkah laku yang relatif permanen, yang merupakan hasil dan berbuat berulang-ulang”. (2) Ernest R. Hilgard (dalam Sanjaya, 2007:289) dalam bukunya yang berjudul “Introduction to Psychology” mengemukakan: “We may define learning at the process by which an activity originates or-is changed through responding to a situation, provide the changes cannot be attributed the growth or the temporary state of the organism (as fatique or under drugs)”. Terjemahan bebas: “Belajar adalah satu proses dimana ditimbulkan atau dirubahnya suatu kegiatan karena mereaksi terhadap suatu keadaan. Perubahan disebabkan oleh proses pertumbuhan (kematangan) atau keadaan organisme yang sementara (seperti


(26)

kelelahan atau karena pengaruh obat-obatan). (3) Robert N. Gagne, 1977 (dalam Sugiyanto, 1999:267) mendefinisikan bahwa “belajar adalah suatu perubahan pembawaan atau kemampuan yang bertahan dalam jangka waktu tertentu dan tidak semata-mata disebabkan oleh proses pertumbuhan”.

Dari paparan di atas dapat ditegaskan bahwa belajar adalah suatu proses, fungsi, dan juga hasil dari perubahan-perubahan. Perubahan yang terjadi dihasilkan dari pengalaman atau berbuat berulan-ulang. Perubahan yang terjadi bisa bertahan dalam jangka waktu yang relatif lama, maksudnya adalah perubahan itu tidak langsung hilang sesudah kegiatan selesai dilakukan.

1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar dan Hasil Belajar

Faktor-faktor penting yang sangat erat hubungannya dengan proses belajar adalah pengalaman, perkembangan, berfikir, dan tingkah laku, namun demikian kita harus dapat membedakan antara faktor-faktor tersebut dengan pengertian belajar itu sendiri.

Secara garis besar, faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar antara lain adalah bahan atau hal yang dipelajari, kondisi individu, subyek belajar, faktor-faktor lingkungan, dan faktor-faktor instrumental. Faktor-faktor itu dapat berupa perangkat keras (hardware) seperti gedung, ruangan, laboratoriun, perpustakaan, dan sebagainya, atau perangkat lunak (sofware) seperti kurikulum, program-program belajar, panduan belajar, dan sebagainya (Sanjaya, 2007: 300).


(27)

2. Teori-Teori Belajar

Untuk memperdalam pengertian tentang belajar yang sangat penting bagi guru yang tugasnya sehari-hari berusaha untuk menciptakan situasi proses belajar mengajar sesuai tujuan, berikut ini akan dikemukakan beberapa pandangan para ahli psikologi tentang belajar, yaitu:

1. Teori Conditioning dari Pavlov

Pavlov dapat dikatakan sebagai pelopor teori conditioning yang kemudian mempengaruhi perkembangan aliran Behaviorisme dalam psikologi. la adalah seorang ahli psiko-refleksologi dari Rusia, yang terkenal mengadakan percobaan-percobaannya dengan anjing. Dari hasil percobaan-percobaan yang dilakukan dengan anjing itu Pavlov mendapat kesimpulan bahwa gerakan-gerakan reflek itu dapat dipelajari, dapat berubah karena mendapat latihan-latihan, sehingga dari hasil ini ia membedakan dua macam refleks yaitu: refleks bawaan (unconditioned reflex) dan reflek hasil belajar (conditioned reflex). Mungkin beberapa hal yang ada sangkut pautnya dengan belajar yang perlu diperhatikan antara lain ialah: bahwa dalam belajar perlu adanya latihan-latihan dan bahwa kebiasaan-kebiasaan yang telah melekat di dalam diri dapat mempengaruhi dan bahkan mengganggu proses belajar terutama belajar yang bersifat ketangkasan (Sanjaya, 2007: 305).

2. Teori Conditioning dari Watson

Watson adalah salah seorang behavioris dari Amerika, Watson mengadakan percobaan-percobaan tentang perasaan-perasaan takut


(28)

pada anak, dengan menggunakan tikus dan kelinci. Dari hasil percobaannya ia menarik kesimpulan bahwa perasaan takut pada anak dapat diubah dan dilatih. Anak percobaan Watson mula-mula tidak takut kepada kelinci dilatih sehingga menjadi takut kepada kelinci. Kemudian anak tersebut dilatihnya lagi sehingga menjadi tidak takut lagi kepada kelinci. Oleh karena itu, menurut teori conditioning, belajar itu adalah suatu proses perubahan yang terjadi karena adanya syarat-syarat (conditioning) yang kemudian menimbulkan reaksi. Untuk menjadikan seseorang itu belajar, haruslah kita memberikan syarat-syarat tertentu, yang terpenting dalam belajar menurut teori conditioning ialah adanya latihan-latihan yang terus-menerus (Sanjaya, 2007: 306).

3. Teori Belajar Reinforcement dari Thorndike

Teori Reinforcement dari Thorndike telah banyak mempengaruhi dunia pendidikan dan psikologi pendidikan di Amerika Serikat. Thorndike, telah mengembangkan hukum-hukum belajar dan yang terpenting diantaranya adalah: (a) hukum kesiapan (law of readiness) yaitu individu yang siap untuk merespon serta merespon akan menghasilkan respon yang memuaskan, (b) hukum efek (law of effect) yaitu reaksi-reaksi yang membawa kepuasan akan lebih mudah dihubungkan dengan suatu situasi. Sebaliknya, reaksi-reaksi yang tidak membawa kepuasan akan tidak mempunyai hubungan yang kuat dengan situasinya, (c) hukum latihan (law of exercise) yaitu perulangan kegiatan menguatkan hubungannya antara reaksi dengan situasinya, situasi sebagai rangsang


(29)

lingkungan yang aktual yang disebut “trial and error”. Kesimpulan Thorndike, ialah bahwa pengulangan trial and error tersebut akan menghasilkan proses belajar (Sanjaya,2007: 306).

4. Teori Skinner

Skinner memandang bahwa teori Pavlov tentang reflek bersyarat itu hanya tepat untuk dinyatakan tingkah laku responden. Tingkah laku responden adalah tingkah laku yang terjadi setelah dan sebagai hasil dari suatu rangsang. Dalam percobaannya, Skinner mendapatkan tipe tingkah laku yang secara spesifik ditunjukan kepada perangsang lingkungan yang diistilahkannya dengan “Operant behavior”. Oleh sebab itu teorinya disebut “Operant conditioning”. Percobaannya

“operant conditioning” atau “instrumental conditioning” (Sanjaya, 2007: 306).

5. Teori Puposive Behaviorisme dari Tolman

E.L. Tolman telah mengembangkan teori yang dapat dipandang sebagai rantai penghubung antara aliran behaviorisme dengan teori Gestalt dan mengawinkan keuntungan dari keduanya. Tolman menolak konsep reinforcement dalam hubungannya dengan proses belajar. Dalam membedakan antara belajar dan tingkah laku, ia berpendirian bahwa belajar itu terdiri dari berpasangan stimulus atau berasosiasinya stimulus (Sanjaya, 2007: 307).

Bagi Tolman, belajar dapat terjadi dalam keadaan bebas dari setiap performance yang bersamaan. Inilah yang dikenal sebagai “Latent


(30)

Learning”. Menurut Tolman, motivasi itu mempengaruhi performance tetapi tidak mempengaruhi belajar. Confirmation of expectancey juga mempengaruhi performance (Sanjaya, 2007: 300).

6. Teori Gestalt

Salah satu alasan untuk membedakan psikologi Gestalt dengan behaviorisme ialah dalil-dalil dalam behaviorisme dikembangkan dari percobaan-percobaan tentang belajar, sedangkan teori Gestalt terutama dikembangkan dari studi pengamatan. Gestalt artinya bentuk, Ini menunjuk kegiatan (isi belajar) dalam pengorganisasian dunianya sendiri (Sanjaya, 2007: 307).

7. Teori Condition of Learning-Gagne

Sebagai salah satu tokoh dalam psikologi, Gagne berpendapat bahwa belajar dipengaruhi oleh pertumbuhan dan lingkungan namun yang paling besar pengaruhnya adalah lingkungan individu seseorang. Di dalamnya termasuk lingkungan rumah, geografis, sekolah, dan berbagai lingkungan sosial. Berbagai lingkungan itulah yang akan menentukan apa yang akan dipelajari oleh seseorang dan selanjutnya akan menentukan menjadi apa ia nantinya. Bagi Gagne belajar adalah suatu perubahan pada disposisi atau kemampuan individu, yang dapat dipertahankan dan yang tidak sederhana dapat dikembalikan kepada proses pertumbuhan. Dalam rumusan di atas, jelas dinyatakan bahwa hasil belajar mengakibatkan perubahan pada kemampuan seseorang misalnya karena bertambah mampu, atau perubahan pada disposisi


(31)

seperti pada perubahan sikap, minat atau nilai. Perubahan itu tentunya menetap walau hanya sementara. Perubahan tersebut harus dapat dibedakan dari perubahan karena pertumbuhan otot. Menurut Gagne elemen belajar ada tiga buah yaitu: (a) individu yang belajar, sebagai seorang insan yang utuh yang mempunyai otak dan susunan urat saraf, (b) situasi stimulus, (c) responden yang melakukan aksi sebagai akibat dari stimulasi (Sanjaya, 2007: 308).

3. Pengertian Belajar Gerak atau Motorik

Proses belajar gerak berlangsung dalam suatu rangkaian kejadian dari waktu ke waktu dan dalam prosesnya melibatkan sistem saraf pusat, otak, dan ingatan. Dengan demikian tugas utama peserta didik dalam proses belajar gerak adalah menerima dan menginterprestasikan informasi tentang gerakan-gerakan yang akan dipelajari kemudian mengolah dan menginformasikan informasi tersebut sedemikian rupa sehingga memungkinkan realisasi gerakan secara optimal dalam bentuk keterampilan.

John N. Drowtzky, 1975 (dalam Sugiyanto, 1999:269) mengemukakan bahwa belajar gerak adalah “Perubahan secara permanen berupa gerak belajar yang diwujudkan melalui respon-respon muskular yang diekspresikan dalam gerakan tubuh atau bagian tubuh”. Belajar motorik merupakan seperangkat proses yang bertalian dengan latihan atau pengalaman yang mengantarkan ke arah perubahan permanen dalam prilaku terampil (Schmidt, 1982 dalam Rusli Lutan 1988:102). Meskipun


(32)

tekanan belajar motorik yaitu penguasaan keterampilan tidak berarti aspek lain, seperti peranan dominan kognitif diabaikan. Menurut Meinel (1976) dalam Lutan (1988:102), belajar gerak itu terdiri dari tahap penguasaan dan penghalusan gerak atau keterampilan teknik olahraga. Dia menekankan integrasi keterampilan di dalam perkembangan total dari kepribadian seseorang. Oleh karena itu, penguasaan keterampilan baru diperoleh melalui penerimaan dan pemilikan pengetahuan, perkembangan, kordinasi dan kondisi fisik sebagaimana halnya kepercayaan dan semangat juang. Ditambahkannya belajar gerak dalam olahraga mencerminkan suatu kegiatan yang disadari bahwa aktivitas belajar diarahkan untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan. Schnabel (1983) dalam Lutan (2001 : 102) menjelaskan, karakteristik yang dominan dari belajar ialah kreativitas dari pada sikap hanya sekedar menerima dipihak siswa yang belajar.

Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa belajar gerak adalah sebagai tingkah laku atau perubahan kecakapan yang mampu bertahan dalam jangka waktu tertentu, dan bukan berasal dari proses pertumbuhan yang diwujudkan melalui respon–respon.

C.Senam

1. Pengertian Senam

Senam yang dikenal dalam bahasa Indonesia sebagai salah satu cabang olahraga, merupakan terjemahan langsung dari bahasa Inggris Gymnastics, atau Belanda Gymnastiek. Gymnastics sendiri dalam bahasa aslinya


(33)

merupakan serapan kata dari bahasa Yunani, gymnos, yang berarti telanjang. Menurut Hidayat (1995) kata gymnastiek tersebut dipakai untuk menunjukkan kegiatan-kegiatan fisik yang memerlukan keleluasaan gerak sehingga perlu dilakukan dengan telanjang atau setengah telanjang.

Hal ini bisa terjadi karena teknologi pembuatan bahan pakaian belum semaju sekarang, sehingga belum memungkinkan membuat pakaian yang bersifat lentur mengikuti gerak pemakainya. Dalam bahasa Yunani sendiri, gymnastics diturunkan dari kata kerja gymnazein, yang artinya berlatih atau melatih diri. Latihan-latihan ini diperlukan bagi para pemuda Yunani Kuno (sekitar tahun 1000 SM hingga kira-kira tahun 476) untuk menjadi warga negara yang baik sesuai cita-cita negara serta untuk menjadikan penduduknya sebagai manusia harmonis (Mahendra, 2000:8).

Para filosof seperti Socrates, Plato, dan Aristoteles telah mendukung program-program latihan fisik ini, yang dimaksudkan untuk meningkatkan keindahan dan kecantikan, kekuatan, serta efisiensi gerak. Dari jaman ini pulalah tanda-tanda berkembangnya senam medis, massage dan kebugaran dapat ditelusur ulang. Pada waktu itu masyarakat amat mendukung kegiatan-kegiatan fisik untuk memudahkan latihan-latihan militer untuk kaum prianya. Sebagai hasilnya, para pemuda Romawi telah dikenal sebagai pemuda yang kuat, berani, serta pejuang tangguh.

Pada saat itu kata gymnos atau gymnastics mengandung arti yang demikian luas, tidak terbatas pada pengertian seperti yang dikenal dewasa ini. Kata tersebut menunjuk pada kegiatan-kegiatan olahraga seperti gulat, atletik,


(34)

serta bertinju. Sejalan dengan berkembangnya jaman, kemudian arti yang dikandung kata gymnastics semakin menyempit dan disesuaikan dengan kebutuhannya (Mahendra, 2000: 7-9).

Senam menurut Imam Hidayat dkk yang dikutip Sholeh (1992: 2), “Senam adalah latihan tubuh yang dipilih dan diciptakan dengan berencana, disusun secara sistematis dengan tujuan membentuk dan mengembangkan pribadi secara harmonis”. Sedangkan Hidayat (1995) yang dikutip Mahendra (2000 : 9) menyatakan, “Senam adalah suatu latihan tubuh yang dipilih dan dikonstruk dengan sengaja, dilakukan dengan sadar dan terencana, disusun secara sistematis dengan tujuan meningkatkan kesegaran jasmani, mengembangkan keterampilan, dan menanamkan nilai-nilai mental spiritual”.

Dari beberapa pendapat tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa senam adalah latihan jasmani atau olahraga yang bentuk gerakannya dipilih dan disusun secara sistematis berdasarkan prinsip-prinsip tertentu sesuai dengan kebutuhan dan tujuan tertentu.

2. Jenis-jenis Senam

Jenis-jenis senam berdasarkan FIG (Federation Internationale de Gymnastique) yang dikutip dalam Mahendra (2000:11-12) mengklasifikasikan senam menjadi enam kelompok yaitu : (1) Senam Artistik, (2) Senam ritmik sportif, (3) Senam akrobatik, (4) Senam aerobik sport, (5) Senam trampoline, (6) Senam umum.


(35)

Senam ketangkasan juga disebut sebagai senam artistik atau senam pertandingan, karena gerakan dalam senam ketangkasan harus sesuai dengan peraturan yang berlaku dalam pertandingan baik mengenai sikap pada waktu akan melakukan, keindahan, ketepatan dan keseimbangan pada sikap akhir.

Senam ketangkasan merupakan senam yang gerakan-gerakanya digunakan untuk menjaga kebugaran tubuh supaya lebih cekatan (Mitranto, 2010 : 104). Senam ketangkasan dibagi menjadi dua yaitu senam ketangkasan tanpa alat dan senam ketangkasan menggunakan alat. Handstand merupakan salah satu senam ketangkasan tanpa menggunakan alat. Senam ketangkasan tanpa menggunakan alat sering disebut dengan istilah senam lantai (floor exercise).

Senam lantai menurut Margono (2009: 79) yaitu “latihan senam yang dilakukan pada matras, unsur-unsur gerakannya terdiri dari : mengguling, melompat, meloncat, berputar di udara, menumpu dengan tangan atau kaki untuk mempertahankan sikap seimbang atau pada saat meloncat ke depan atau ke belakang”.

Senam artistik terbagi menjadi dua yaitu senam artistik putra dan senam artistik putri. Masing-masing mempunyai nomor perlombaan yang berbeda. Menurut Margono (2009: 79) senam artistik putra terdiri dari enam alat, yaitu : (a) Lantai (floor exercise), (b) Gelang-gelang (rings), (c) Kuda Pelana (pommeld horse), (d) Palang Sejajar (parallel bars), (e) Palang Tunggal (horizontal bar), (f) Kuda Lompat (vaulting horse).


(36)

Sedangkan nomor senam artistik putri terdiri dari empat alat, yaitu : (a) Kuda Lompat (vaulting horse), (b) Palang Bertingkat (uneven bars), (c) Balok Keseimbangan (balance beam), (d) Lantai (floor exercise).

3. Senam Lantai

Menurut Muhajir (2007 : 69), Senam lantai adalah salah satu cabang olahraga yang mengandalkan aktivitas seluruh anggota badan, baik untuk olahraga senam sendiri maupun untuk cabang olahraga lain. Senam lantai mengacu pada gerak yang dikerjakan dengan kombinasi dari kemampuan komponen motorik/gerak seperti kekuatan, kecepatan, keseimbangan, kelentukan, kelincahan, dan ketepatan.

Senam lantai pada umumnya disebut floor exercise, tetapi ada juga yang menamakan tumbling. Senam lantai merupakan salah satu rumpun dari senam. Senam lantai adalah latihan senam yang dilakukan pada matras. Unsur-unsur gerakannya terdiri dari mengguling, melompat, meloncat, berputar di udara, menumpu dengan tangan atau kaki untuk mempertahankan sikap seimbang atau pada saat meloncat ke depan atau ke belakang. Bentuk latihannya merupakan gerakan dasar dari senam perkakas (alat). Pada dasarnya, bentuk-bentuk latihan bagi putra dan putri adalah sama, hanya untuk putri banyak unsur gerak balet. Jenis senam juga disebut latihan bebas karena pada waktu melakukan gerakan pesenam tidak mempergunakan suatu peralatan khusus.


(37)

Disebut senam lantai, karena gerakan senam dilakukan di matras. Senam lantai disebut juga dengan istilah latihan bebas, karena saat melakukannya tidak menggunakan benda atau perkakas lain (Mahendra 2000 : 14).

D.Handstand

1. Pengertian Handstand

Handstand adalah senam lantai yang menggunakan kekuatan tubuh dimana dengan cara berdiri dengan dua tangan dan badan di atas. Handstand merupakan salah satu materi senam yang penguasaan rangkaian keterampilan geraknya dilakukan secara berurutan.

Adisuyanto (2009 : 100-101) berpendapat bahwa keterampilan gerak handstand diperoleh dari berbagai gerak awalan. Beberapa awalan yang dapat menunjang terjadinya gerak akhir handstand bisa diperoleh dari:

1. Sikap awal berdiri, dengan mengayunkan satu kaki.

Keterampilan gerak handstand juga dapat diawali dari sikap berdiri. Posisi tangan di atas lurus dan kemudian diturunkan bersamaan dengan kaki kiri melangkah ke depan. Julurkan telapak tangan hingga ke bawah dan kaki kiri ditekuk. Dorong kaki kiri dan ayunkan kaki kanan hingga lurus ke atas, kemudian kaki kiri menyusul kaki kanan hingga rapat.


(38)

Gambar 1. Rangkaian Keterampilan Gerak Handstand Sikap Awal Berdiri dengan Mengayunkan Satu Kaki

(sumber: Adisuryanto, 2009:101)

2. Sikap awal berdiri, dengan mengangkat dua kaki secara bersama-sama.

Keterampilan gerak dasar handstand dengan awalan mengangkat dua kaki secara bersama-sama sering dikenal dengan istilah (press to handstand). Gerakan ini lebih sulit dilakukan dari awalan yang sebelumnya karena membutuhkan kekuatan pergelangan tangan, tangan, bahu dan otot perut yang benar-benar kuat. Tanpa ditunjang dengan kekuatan empat komponen tersebut anak didik akan mengalami kesulitan dalam pelaksanaannya.


(39)

Gambar 2. Rangkaian Keterampilan Gerak Handstand sikap Awal Berdiri dengan Mengangkat Dua Kaki Secara Bersama-sama (sumber: Biasworo Adisuyanto, 2009:101)

3. Berguling ke belakang dengan posisi kaki lurus

Pelaksanaan gerak dasar handstand dari awalan roll belakang menyudut membutuhkan kekuatan otot lengan, bahu dan perut serta ketepatan mengatur keseimbangan badan saat melakukan gerak dasar handstand. diawali dari duduk kaki lurus, kemudian berguling ke belakang dengan posisi kaki tetap lurus. Letakkan tangan di samping kepala dengan ujung jari menghadap ke bahu. Ketika ujung kaki telah melampaui kepala, ayunkan kedua kaki secara bersama ke atas diiringi kedua tangan mendorong dengan kuat. Secara otomatis, badan terangkat ke atas. Ketika sudah lurus, kencangkan seluruh tubuh mulai dari tangan sampai dengan ujung kaki sehingga keseimbangan dapat diatasi dengan baik.

Gambar 3. Rangkaian Keterampilan Gerak Handstand Berguling Ke Belakang Kaki Lurus


(40)

2. Cara Melakukan Pembelajaran Handstand

Latihan handstand untuk pertama kali perlu dilakukan dengan berbagai bentuk orientasi gerak yang mengarahkan pesenam pada kesadaran dan membiasakan penggunaan kedua lengannya sebagai tumpuan. Agar tumpuan tersebut kuat, kedua lengan harus lurus. Bengkok sedikit saja akan menyebabkan badan kehilangan tumpuannya. Inilah beberapa latihan orientasi gerak untuk menuju sikap handstand :

1) Lompat kelinci pada bangku lengan lurus

2) Lompat kelinci di lantai berusaha mengangkat kaki lebih tinggi

3) Bersandar ke tembok cobalah naik kesikap handstand dengan merayap

4) Menghadap ke tembok, latihan handstand dengan sikap awal yang sebenarnya, satu kaki dilempar terlebih dahulu, disusul kaki yang lainnnya. Kedua tangan dekat ke tembok

5) Dengan bantuan teman.

3. Kesalahan yang Sering Dilakukan Saat Handstand

Dalam melakukan gerakan handstand ada beberapa kesalahan yang sering dilakukan oleh siswa, yaitu :

1. Letak kedua tangan dan kepala bukan merupakan segitiga sama sisi 2. Ketika meluruskan kaki ke atas tidak dibantu dengan mendorongkan

pinggul ke depan secara perlahan

3. Pada saat melakukan tangan masih membengkok, tidak sedikit juga yang tangannya gemetaran karena posisi tumpuan yang kurang benar.


(41)

Kesalahan-kesalahan tersebut di atas harus dihindari pada saat melakukan gerakan handstand. Cara memberi pertolongan pada siswa yang mengalami kesulitan pada saat melakukan handstand adalah :

1. Berdiri di samping siswa yang akan melakukan

2. Bagi siswa yang kurang kuat dalam menolak, guru bersiap memegangi pinggul dan membantu menarik pinggul perlahan-lahan ke atas belakang pada saat siswa melakukan tolakan

3. Ketika siswa sudah bisa mengayunkan kaki ke atas, guru bersiap menangkap pergelangan kaki atau paha siswa

4. Membantu meluruskan dan menjaga keseimbangan pada saat kaki berada di atas.

Cara memberikan bantuan pada gerakan handstand sangat penting dipahami oleh seorang guru pendidikan jasmani maupun pembantu gerakan handstand. Pemberian bantuan handstand yang benar akan lebih mempermudah seseorang dalam melakukan handstand. Akan tetapi jika pemberian bantuan justru salah maka akan dapat menimbulkan rasa takut dan cidera pada siswa.

E.Kekuatan Lengan

Kekuatan merupakan salah satu komponen yang sangat penting untuk menunjang aktivitas fisik. Kerja otot yang maksimal dapat meningkatkan kemampuan kerja seseorang yang akan meningkatkan prestasi individu dalam berolahraga. Senada dengan hal itu (Irianto, 2002: 66) menyatakan “Kekuatan adalah kemampuan otot atau sekelompok otot untuk mengatasi


(42)

tahanan”. Kekuatan dikelompokan menjadi beberapa jenis, yaitu: (1) Kekuatan umum, (2) Kekuatan khusus, (3) Kekuatan eksplosive, (4) Kekuatan daya tahan, (5) Kekuatan maksimum, (6) Kekuatan absolut, dan (7) Kekuatan relatif”.

Menurut Hermawan (2013 : 37) “Otot merupakan suatu organ atau alat yang penting sekali memungkinkan tubuh dapat begerak, dalam menjalankan sistem otot ini tidak bisa dilepaskan dengan kerja saraf. Jadi otot, khususnya otot rangka merupakan sebuah alat yang menguasai gerak aktif dan memelihara sikap tubuh”.

Kekuatan otot merupakan komponen yang sangat penting untuk meningkatkan kondisi fisik secara keseluruhan, hal ini dikarenakan kekuatan merupakan daya penggerak setiap aktifitas fisik. Kekuatan memegang peranan penting dalam melindungi otot dari kemungkinan cedera, dengan kekuatan atlet akan dapat lebih cepat melakukan teknik yang diinginkan dalam cabang olahraga.

Lengan merupakan anggota gerak atas (extremitas superior). Tulang-tulang extremitas superior dari proximal sampai distal adalah : tulang lengan atas (humerus), tulang hasta (ulna), tulang pengupil (radius), tulang pergelangan tangan (carpalia), tulang telapak tangan (metacarpalia), dan tulang jari-jari tangan (palanges) (Syaifudin, 1992 :50). Otot-otot lengan :

1. Otot Lengan Atas


(43)

1. Otot-otot kentul (fleksor)

a. Muskulus biseps brachi (otot lengan berkepala 2)

Otot ini meliputi 2 sendi dan memiliki 2 kepala (kaput), fungsinya membengkokkan lengan bawah siku, meratakan hasta dan mengangkat lengan.

b. Muskulus brakialis (otot lengan dalam), berpangkal di bawah otot segitiga yang fungsinya membengkokkan lengan bawah siku.

c. Muskulus korakobrakialis, berpangkal prosesus korakoid dan menuju ketulang pangkal lengan.

2. Otot-otot kedang (extensor)

Muskulus triseps brarki (otot lengan berkepala 3), dengan kepala luar berpangkal di sebelah belakang tulang pangkal lengan dan menuju ke bawah kemudian bersatu dengan yang lain. Kepala dimulai di sebelah dalam tulang pangkal lengan dan kepala panjang dimulai pada tulang di bawah sendi dan ketiganya mempunyai sebuah urat yang melekat di olekrani.


(44)

(sumber : Wingered 1994:222)

2. Otot Lengan Bawah

Terbagi atas :

1. Otot-otot kedang yang memainkan peranannnya dalam pengetulan di atas sendi siku, sendi-sendi tangan, sendi-sendi jari, dan sebagian dalam gerak silang hasta, yang terbagi menjadi :

a. Muskulus extensor karpi radialis longus b. Muskulus extensor karpi radialis brevis c. Muskulus extensor karpi ulnaris

Ketiga otot ini fungsinya adalah sebagai extensi lengan (menggerakan lengan)

d. Diditonum karpi radialis, yang berfungsi extensi jari tangan kecuali ibu jari

e. Muskulus extensor policis longus, fungsinya untuk extensi ibu jari.

2. Otot-otot ketul yang mengedangkan siku dan tangan serta ibu jari dan meratakan hasta tangan. Otot-otot ini berkumpul sebagai berikut : a. Otot-otot di sebelah telapak tangan, ini terdiri dari 4 lapis, lapis yang

ke 2 di sebelah luar yang berpangkal di tulang pangkal lengan. Di dalam lapis yang 1 terdapat otot-otot yang meliputi sendi siku, sendi antara hasta dan tulang pengumpil sendi dipergelangan yang fungsinya dapat membengkokan jari lengan. Lapis yang ke 4 adalah otot-otot untuk sendi-sendi antara tulang hasta dan tulang pengupil.


(45)

b. Otot-otot di sebelah tulang pengumpil, yang fungsinya membengkokkan lengan di siku, pembengkokkan tangan ke arah tulang pengumpil atau tulang hasta.

c. Otot-otot di sebelah punggung atas, yang fungsinya meluruskan jari tangan.

Gambar 5. Otot Lengan Bawah (sumber : Wingered 1994:222)

Cara melatih kekuatan lengan adalah dengan resistance exercise atau latihan-latihan tahanan, maksudnya latihan-latihan mengangkat, menarik atau mendorong suatu beban, baik beban sendiri maupun beban dari luar (eksternal resistance). Pengembangan kualitas kekuatan yang dilakukan harus mengeluarkan suatu usaha maksimal atau hampir maksimal untuk menahan atau mengangkat beban yang ada. Demikian pula dengan beban yang diberikan harus bertambah sedikit demi sedikit agar kualitas otot dapat berkembang dengan baik (progressive resistance training). Salah satu contoh latihan kekuatan lengan adalah dengan push up.


(46)

F. Kekuatan Tungkai

Setiap jenis keterampilan dalam olahraga dilakukan oleh sekelompok otot tertentu. Kekuatan didefinisikan sebagai kemampuan persyarafan otot untuk mengatasi suatu perlawanan atau hambatan dari luar dan dalam (Fardi, 2004: 6). Kerja otot yang maksimal dapat meningkatkan kemampuan kerja seseorang yang pada akhirnya akan meningkatkan prestasi individu dalam berolahraga. Menurut Sudarminto (1992: 60-61) tungkai terdiri dari tungkai atas dan tungkai bawah. Tungkai atas terdiri atas pangkal paha sampai lutut, sedangkan tungkai bawah terdiri atas lutut sampai kaki.

a. Otot-otot tungkai atas meliputi:

M. abduktor maldanus, M. abduktor brevis, M. abduktor longus. Ketiga otot ini menjadi satu yang disebut M. abduktor femoralis dan berfungsi menggerakkan gerakan abduksi dari femur, M. rektus femuralis, M. vastus lateralis eksternal, M. vastus medialis internal, M vastus inter medial, dan Biseps femoris.

Gambar 6. Otot-otot yang Terdapat pada Tungkai Atas ( Sumber : Pearce, Evelyn C. 2002 : 134 )


(47)

b. Otot-otot tungkai bawah meliputi:

Otot tulang kering depan M. tibialis anterior, berfungsi mengangkut pinggir kaki sebelah tengah dan membengkokkan kaki, M. ekstensor talangus longus berfungsi meluruskan jari telunjuk ke jari tengah, jari manis dan kelingking jari, otot ekstensi jempol berfungsi dapat meluruskan ibu jari kaki, tendo Achilles berfungsi meluruskan kaki di sendi tumit dan membengkokkan tungkai bawah lutut (M. popliteus), M. falangus longus berfungsi membengkokkan empu kaki, M. tibialis posterior berfungsi membengkokkan kaki di sendi tumit dan telapak kaki di sebelah kaki dalam.

Untuk lebih jelas nya dapat dilihat pada gambar :

Gambar 7. Otot-otot yang Terdapat pada Tungkai Bawah ( Sumber : Pearce, Evelyn C. 2002 : 135 )

Cara yang paling berhasil dan paling populer dalam meningkatkan kekuatan adalah dengan resistance exercise atau latihan-latihan tahanan, maksudnya


(48)

latihan mengangkat, mendorong atau menarik suatu beban, baik beban sendiri maupun bobot lain dari luar (external resistance). Pengembangan kualitas kekuatan yang dilakukan harus mengeluarkan suatu usaha maksimal atau hampir maksimal untuk menahan atau mengangkat beban yang ada. Demikian pula dengan beban yang diberikan harus bertambah sedikit demi sedikit agar kualitas otot dapat berkembang dengan baik (progressive resistance training).

Harsono (1988:48) mengatakan, “Latihan tahanan menurut macam kontraksi ototnya dapat digolongkan dalam dua kategori, yaitu isotonic contraction dan isometric contraction”. Dalam isotonic contraction akan tampak suatu gerakan dari anggota-anggota tubuh, hal ini disebabkan karena memanjang dan memendeknya otot tersebut, tipe kontraksi disebut juga dynamic contraction. Sedangkan isometric contraction, otot-otot tidak memanjang atau memendek sehingga tidak akan tampak suatu gerakan yang nyata atau dengan kata lain tidak ada jarak yang ditempuh, tipe kontraksinya disebut static contraction.

Kontraksi otot yang merupakan kombinasi dari kontraksi isotonis dan kontraksi isometris disebut kontraksi auxotonis. Ini dimungkinkan karena kontraksi manusia tidak murni isometris atau murni isotonis saja, misalnya saat mengangkat beban, otot harus meningkatkan tegangan intern (fase isometric). Baru setelah itu otot mampu melaksanakan kerja mekanis melalui pemendekan serabut-serabut ototnya (fase isotonic). Jadi tanpa melakukan fase isometris dan fase isotonis tidak dapat dilakukan. (Ajan dan Baroga, 1988:6).


(49)

Ajan dan Baroga (1988:90-93) menjelaskan bahwa latihan-latihan yang dipakai untuk meningkatkan kekuatan tungkai di antaranya: (1) Front Squat, (2) Back Squat, (3) Jongkok dengan barbell di belakang badan, lengan lurus dekat badan, (4) Lompat maju beberapa kali dengan barbell di punggung, (5) Leg Press, (6) Toe Raises dengan barbell di punggung, (7) One-legged toe raises dari sikap duduk, (8) Fleksi paha ke arah dada dengan barbell di atas lutut, (9) Naik turun bangku dengan barbell di punggung.

G.Kekuatan Perut

Menurut Mahendra ( 2000 : 35) Kekuatan adalah sejumlah daya yang dapat dihasilkan oleh suatu otot ketika otot itu berkontraksi. Kekuatan dapat ditingkatkan dengan menambah beban yang bisa diatasi otot secara progresif sehingga otot tersebut menyesuaikan kekuatanny pada beban itu dengan cara menambah ukurannya yang diistilahkan dengan hyper trophy. Otot perut merupakan otot-otot batang badan (Raven, 1981:12). Lebih lanjut Raven mengatakan bahwa otot perut merupakan otot-otot penegak badan selain otot punggung.

Sebagai otot penegak badan, otot perut dan otot punggung memiliki arti penting dalam sikap dan gerak-gerik tulang belakang. Dinding depan perut dibentuk oleh otot-otot lurus perut yang terletak di sebelah kanan dan di sebelah kiri garis tengah badan. Di sisinya terdapat otot-otot lebar perut yang dapat pula dibagi atas serong luar perut, otot serong dalam perut, dan otot lintang perut. Otot-otot tersebut terentang di antara gelang panggul dan


(50)

rangka dada, merupakan sebuah penutup yang dapat merubah volume rongga perut (Raven, 1981:12).

Untuk lebih jelasnya mengenai bagian-bagian otot perut dapat diperhatikan pada gambar di bawah ini.

Gambar 8. Otot Perut (sumber : Syaifuddin,1992:41)

Otot-otot bagian perut terdiri atas :

1. Muskulus abdominalis internal (dinding perut) 2. Linea alba, yaitu garis di tengah dinding perut 3. Muskulus abdominalis eksternal

4. Muskulus obligus eksternus abdominis 5. Muskulus obligus internus abdominis 6. Muskulus transversus abdominis

Mencermati keberadaan otot perut yang terentang antara gelang panggul dan rongga dada, jika dikaji secara seksama otot memiliki peran yang sangat penting dalam pelaksanaan gerak anggota gerak atas seperti togok. Hal ini


(51)

secara logika dapat dimengerti karena anggota gerak atas dalam melakukan gerakan terutama sekali dalam pelaksanaan handstand memerlukan kekuatan perut. Dengan demikian karena gerakan panggul memerlukan dukungan dan kinerja otot perut, maka dimungkinkan dengan memiliki kekuatan perut yang baik akan memaksimalkan gerak melakukan handstand.

Kekuatan perut adalah kemampuan otot perut untuk melakukan aktivitas gerak atau mendukung gerakan. Dengan kekuatan yang dimiliki otot perut diharapkan dapat melakukan aktivitas gerak yang bertumpu pada perut atau mendukung gerakan yang lain.

Cara melatih kekuatan perut adalah dengan sit-up. Adaun cara melakukannya adalah sebagai berikut :

1) Sikap awal tidur telentang, kedua lutut ditekuk serta kedua siku ditekuk diletakkan di belakang kepala.

2) Badan diangkat dalam posisi duduk, kedua lengan tetap berada di belakang kepala.

3) Gerakan tersebut dilakukan berulang-ulang selama 30 detik, selanjutnya semakin lama semakin ditambah ulangannya.

H.Kekuatan Punggung

Kekuatan adalah tenaga kontraksi otot yang dicapai dalam sekali usaha maksimal (Ismaryati, 2008: 111) dan Bouchard (1975: 25) menyatakan bahwa kekuatan otot adalah kualitas yang memungkinkan pengembangan ketegangan otot dalam kontraksi yang maksimal.


(52)

Otot punggung dibagi menjadi 3 bagian, yaitu : 1. Otot yang Ikut Menggerakan Lengan

a. Trapezius (otot kerudung), terdapat pada semua ruas-ruas tulang punggung yang berpangkal pada tulang kepala belakang dengan fungsi mengangkat dan menarik sendi bahu

b. Muskulus latimus dorsi (otot punggung lebar), berpangkal pada ruas tulang punggung yang kelima dari bawah fasia lumboid, tapi tulang punggung dan iga III di bawah, gunanya menutupi ketiak bagian belakang, memutar tulang pangkal lengan ke dalam

c. Muskulus rumboid (otot belah ketupat), berpangkal dari taju duri, dari tulang leher, ruas tulang punggung, dari sini menuju ke pinggir tengah tulang belikat. Gunanya menggerakkan tulang belikat ke atas dan ke tengah.

2. Otot antara Ruas Tulang Belakang dan Iga

Otot yang bekerja menggerakan tulang iga atau otot bantu pernafasan, terdiri dari 2 otot, yaitu :

a. Muskulus seratus posterior inferior (otot gergaji belakang bawah), gunanya menarik tulang iga ke bawah waktu bernafas

b. Muskulus seratus posterior superior, gunanya menarik tulang iga ke atas waktu bernafas.


(53)

a. Muskulus interspinalis transversi dan muskulus semispinalis, fungsinya untuk sikap dan pergerakan tulang belakang

b. Muskulus sakrospinalis (muskulus erektor spina), fungsinya memelihara dan menjaga kedudukan kolumna vertebra dan pergerakan dari ruas tulang belakang

c. Muskulus quadratus lumborum, terletak antara krista illiaka dan os kosta.

Gambar 9. Otot Punggung (sumber : Syaifuddin,1992:43)

Cara melatih kekuatan perut bisa dilakukan dengan back lift. Adapun cara melakukannya adalah sebagai berikut :

1) Sikap awal tidur telungkup, kaki rapat, dan kedua tangan diletakkan di belakang kepala.

2) Angkat badan hingga dada tidak menyentuh lantai, sedangkan kedua kaki tetap pada posisi semula.

3) Gerakan tersebut dilakukan berulang-ulang selama 30 detik kemudian semakin lama semakin ditambah ulangannya.


(54)

I. Penelitian Yang Relevan

Penelitian relevan berguna untuk melihat adanya suatu kaitan atau hubungan dengan apa yang dibicarakan dan apa yang berlaku. Penelitian relevan ini untuk memperkuat hasil penelitian yang akan diteliti oleh penulis yang berjudul “Kontribusi kekuatan lengan, kekuatan tungkai, kekuatan perut, dan kekuatan punggung terhadap kemampuan handstand pada siswa kelas XI SMA N 1 Bandar Sribhawono”. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kekuatan lengan memeberikan kontribusi terhadap kemampuan handstand sebesar 36,6%, kekuatan tungkai memeberikan kontribusi terhadap kemampuan handstand sebesar 25,7%, kekuatan perut memberikan kontribusi terhadap kemampuan handstand sebesar 21,2%, sedangkan kekuatan punggung memeberikan kontribusi terhadap kemampuan handstand sebesar 15,0%. Dari analisis data tersebut dapat disimpulkan bahwa kekuatan lengan memberikan kontribusi yang lebih besar terhadap kemampuan handstand dibandingkan dengan variabel-variabel independen lainnya.

Untuk memperkuat kesimpulan yang menyatakan bahwa kekuatan lengan memberikan kontribusi yang lebih besar terhadap kemampuan handstand dibandingkan dengan variabel-variabel independen lainnya, maka peneliti akan membandingkan hasil dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Maria Dewanti Widodo yang meneliti tentang “Hubungan kekuatan otot lengan, keseimbangan dan power otot tungkai dengan kemampuan handstand”. Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis data yang diperoleh dari tes kemampuan handstand terlihat bahwa kekuatan otot lengan


(55)

berkontribusi lebih besar dibandingkan dengan variabel independen lainnya yaitu sebesar 46,07%.

Penelitian serupa diteliti oleh Septo Wega Subagio dengan judul “Kontribusi kekuatan otot lengan, power otot tungkai, keseimbangan dan koordinasi mata-tangan-kaki terhadap keterampilan meroda pada siswa kelas X SMK Bandar Lampung”. Hasil dari penelitian ini bahwa dari tes keterampilan meroda terlihat bahwa kekuatan otot lengan berkontribusi lebih besar dibandingkan dengan variabel independen lainnya yaitu sebesar 33,1%.

Penelitian serupa lainnya diteliti oleh Riyan Jaya Sumantri dengan judul “Kontribusi kekuatan otot lengan,panjang lengan, power otot tungkai, panjang tungkai, dan kelentukan dengan keterampilan gerak dasar loncat harimau pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Metro.” Hasil dari penelitian ini bahwa dari tes keterampilan gerak dasar loncat harimau terlihat bahwa kekuatan otot lengan berkontribusi lebih besar dibandingkan dengan variabel independen lainnya yaitu sebesar 68,8%.

Dari pernyataan tersebut maka hasil dari penelitian ini relevan dan bisa ditarik suatu kesimpulan bahwa kekuatan lengan memberikan kontribusi lebih besar terhadap kemampuan handstand dibandingkan dengan variabel independen lainnya.

J. Kerangka Pikir

Handstand adalah salah satu gerakan senam artistik pada alat lantai (floor exercise) yang dalam gerakannya menuntut kualitas fisik yang memadai.


(56)

Dalam gerakan handstand ada beberapa komponen kondisi fisik yang terlibat di dalamnya antara lain: kekuatan otot lengan, kekuatan otot tungkai, kekuatan otot perut dan kekuatan otot punggung. Berdasarkan landasan teori yang telah dikemukakan di atas dapat dirumuskan kerangka pemikiran sebagai berikut :

Gambar 10. Peta Konsep Kerangka Berpikir

Unsur-unsur yang mendukung peningkatan handstand adalah fisik, biomekanik, dan karakteristik. Pada gambar peta konsep kerangka berfikir terdapat tanda panah yang tidak putus-putus yang menunjuk pada handstand yaitu unsur fisik, merupakan bagian yang akan diteliti pada penelitian ini, unsur fisik sangat menunjang dalam peningkatan prestasi dan penguasaan teknik.

Senam Lantai

Fisik

Biomekanik

Karakteristik


(57)

Penampilan yang baik dalam handstand sangat tergantung pada kekuatan otot, karenanya meningkatkan kekuatan pesenam akan meningkatkan pula tingkat prestasinya dalam senam dan sebaliknya keikutsertaan seseorang dalam senam akan otomatis meningkatkan kekuatan seseorang. Kekuatan adalah kemampuan otot atau sekelompok otot untuk mengatasi tahanan (Irianto, 2002:66).

Kekuatan lengan sangat diperlukan dalam melakukan handstand karena kekuatan lengan diperlukan untuk menahan berat tubuh dan menjaga keseimbangan tubuh saat menumpu dengan kedua tangan, posisi badan lurus dengan kedua kaki berada di atas dalam posisi badan terbalik, sehingga tidak jatuh ke depan atau ke belakang. Kekuatan lengan juga berperan untuk mempertahankan lengan tetap lurus saat posisi badan terbalik. Serta diperlukan saat mendorong kedua tangan pada matras setelah meletakkan kedua kaki di matras untuk membantu berdiri tegak. Sehingga kekuatan lengan merupakan faktor dasar yang akan menentukan berhasil atau tidaknya dalam melakukan handstand.

Kekuatan tungkai sangat diperlukan dalam melakukan handstand, sebab kekuatan tungkai berperan menjaga atau menahan posisi kaki tetap lurus saat menahan dalam melakukan handstand. Kekuatan perut sangat diperlukan dalam melakukan handstand karena otot perut merupakan otot-otot penegak badan selain otot punggung. Sebagai otot penegak badan, otot perut memiliki arti penting dalam sikap dan gerak-gerik tulang belakang terutama dalam melakukan gerakan handstand. Dengan kekuatan yang dimiliki otot perut


(58)

akan memungkinkan seseorang melakukan gerakan atau posisi tubuh yang benar saat melakukan handstand yaitu posisi badan tegak lurus. Dengan memperhatikan uraian di atas, kekuatan perut memiliki peranan penting dalam menunjang hasil melakukan gerakan handstand.

Dalam melakukan gerakan handstand secara benar dituntut untuk memiliki kualitas fisik yang bagus, salah satunya adalah memiliki kekuatan punggung. Sesorang yang tidak mempunyai kekuatan punggung memungkinkan hasil saat melakukan handstand tidak sempurna, posisi badan tidak berada pada posisi tegak lurus. Berdasarkan uraian di atas, kekuatan punggung mempunyai peranan penting dalam menunjang hasil melakukan gerakan handstand.

K.Hipotesis

Menurut Sudjana (2005 : 219) hipotesis adalah asumsi atau dugaan mengenai sesuatu hal yang dibuat untuk menjelaskan hal itu yang sering dituntut melakukan pengecekannya.

Berdasarkan kajian teoritis yang berhubungan dengan permasalahan, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:

1) H1 : Ada kontribusi yang signifikan antara kekuatan lengan terhadap kemampuan handstand pada siswa kelas XI SMA N 1 Bandar Sribhawono.

H0 : Tidak ada kontribusi yang signifikan antara kekuatan lengan terhadap kemampuan handstand pada siswa kelas XI SMA N 1 Bandar Sribhawono.


(59)

2) H2 : Ada kontribusi yang signifikan antara kekuatan tungkai terhadap kemampuan handstand pada siswa kelas XI SMA N 1 Bandar Sribhawono.

H0 : Tidak ada kontribusi yang signifikan antara kekuatan tungkai terhadap kemampuan handstand pada siswa kelas XI SMA N 1 Bandar Sribhawono.

3) H3 : Ada kontribusi yang signifikan antara kekuatan perut terhadap

kemampuan handstand pada siswa kelas XI SMA N 1 Bandar Sribhawono.

H0 : Tidak ada kontribusi yang signifikan antara kekuatan perut terhadap kemampuan handstand pada siswa kelas XI SMA N 1 Bandar Sribhawono.

4) H4 : Ada kontribusi yang signifikan antara kekuatan punggung terhadap kemampuan handstand pada siswa kelas XI SMA N 1 Bandar Sribhawono.

H0 : Tidak ada kontribusi yang signifikan antara kekuatan punggung terhadap kemampuan handstand pada siswa kelas XI SMA N 1 Bandar Sribhawono.


(60)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A.Metode Penelitian

Menurut Arikunto (2010:160) “Metodologi penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitian.Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yaitu metode yang digunakan untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapi pada situasi sekarang yang dilakukan dengan menempuh langkah-langkah pengumpulan, klasifikasi, dan analisis pengolahan data untuk membuat gambaran sesuatu (Ali, 1983:120). Dianalisis menggunakan analisis regresi linier sederhana.

Penggunaan metode deskriptif dalam penelitian ini adalah untuk menjelaskan dan menggambarkan dengan cermat tentang fakta-fakta ataupun fenomena yang apa adanya terkait tentang kontribusi kekuatan lengan, kekuatan tungkai, kekuatan perut, dan kekuatan punggung terhadap kemampuan handstand pada siswa kelas XI SMA N 1 Bandar Sribhawono.

B.Sampling

1. Populasi Penelitian

Menurut Arikunto (1998 : 106) “Populasi adalah keseluruhan dari subjek penelitian. Populasi merupakan sumber data yang sangat penting, karena


(61)

tanpa kehadiran populasi penelitian tidak akan berarti serta tidak mungkin terlaksana”. Dari pengertian tersebut populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMA N 1 Bandar Sribhawono tahun pelajaran 2014 – 2015 sebanyak 299 orang. Dengan jumlah laki-laki 162 orang dan perempuan sebanyak 137 orang.

2. Sampel

Menurut Arikunto (2002 : 108) “Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Apabila subjeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua. Sebaliknya jika subjeknya lebih besar dari 100 dapat diambil antara 10-15% atau 20-25%”. Berdasarkan pendapat tersebut penulis mengambil sampel sebesar 15 % dari 299 populasi. Dengan demikian jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 45 siswa. Dengan jumlah laki-laki 24 orang dan perempuan sebanyak 21 orang.

3. Teknik Penarikan Sampel

Penarikan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik proporsional random sampling, dikatakan proporsional karena sampelnya terdiri dari sub-sub populasi, dan dikatakan random karena dalam penelitian ini penentuan sampel dilakukan secara acak dan masing-masing individu diberikan hak yang sama untuk dipilih sebagai sampel.

Sesuai dengan pendapat di atas, maka penulis memberikan hak yang sama kepada setiap populasi untuk memperoleh kesempatan dipilih menjadi sampel sebanyak 45 siswa, seluruh sampel adalah siswa SMA N 1 Bandar


(62)

Sribhawono, dan diambil secara acak dari jumlah 299 orang populasi yang ada tanpa pengecualian dengan cara undian. Cara undian (Hadi, 1993:71) adalah sebagai berikut :

Penarikan sampel dengan cara undian dilakukan dengan cara : 1. Mencatat nama dan memberi nomor urut pada semua populasi.

2. Menuliskan nomor urut dan nama populasi pada selembar kertas yang dipotong kecil-kecil.

3. Menggulung kertas, isinya nama, nomor lalu dimasukkan kedalam kaleng kemudian dikocok.

4. Mengeluarkan kertas tersebut yang berisi nomor dan nama populasi satu persatu sejumlah yang dibutuhkan sebagai sampel.

5. Setelah nama keluar, kertas kembali digulung dan dimasukkan lagi kedalam kaleng yang akan dikocok kembali.

C.Variabel Penelitian

Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi perhatian penelitian (Arikunto, 2002 : 96). Variabel dalam penelitian ini menggunakan 4 (empat) variabel bebas dan 1 (satu) variabel terikat.

1. Variabel Bebas

Variabel bebas adalah variabel yang nilainya tidak tergantung pada variabel lainnya, dalam penelitian ini ada empat variabel bebas, yaitu : 1. Kekuatan lengan (X1)


(63)

2. Kekuatan tungkai (X2) 3. Kekuatan perut (X3) 4. Kekuatan punggung (X4)

2. Variabel Terikat

Variabel terikat adalah variabel yang nilainya bergantung pada variabel lainnya, dalam penelitian ini variabel terikat adalah kemampuan handstand (Y).

D.Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut:

Gambar 11. Desain Penelitian Variabel X dan Variabel Y (Sumber : Arikunto. 1997)

Keterangan :

X1 : kekuatan lengan X2 : kekuatan tungkai X3 : kekuatan perut X4 : kekuatan punggung Y : kemampuan handstand

X

2

X

3

X

4

X

1


(64)

E.Definisi Operasional Variabel

Untuk menghindari terjadinya pengertian yang keliru tentang konsep variabel yang terlibat dalam penelitian ini, maka variabel-variabel tersebut perlu didefinisikan secara operasional sebagai berikut :

1. Kekuatan merupakan salah satu komponen yang sangat penting untuk menunjang aktivitas fisik. Kerja otot yang maksimal dapat meningkatkan kemampuan kerja seseorang yang pada akhirnya akan meningkatkan prestasi individu dalam berolahraga. Senada dengan hal itu (Irianto, 2002: 66) menyatakan “Kekuatan adalah kemampuan otot atau sekelompok otot untuk mengatasi tahanan. Menurut Hermawan (2013 : 37) “otot merupakan suatu organ atau alat yang penting sekali memungkinkan tubuh dapat begerak, dalam menjalankan sistem otot ini tidak bisa dilepaskan dengan kerja saraf. Jadi otot, khususnya otot rangka merupakan sebuah alat yang menguasai gerak aktif dan memelihara sikap tubuh”. Lengan merupakan anggota gerak atas (extremitas superior). Tulang-tulang extremitas superior dari proximal sampai distal adalah : tulang lengan atas (humerus), tulang hasta (ulna), tulang pengupil (radius), tulang pergelangan tangan (carpalia), tulang telapak tangan (metacarpalia), dan tulang jari-jari tangan (palanges) (Syaifudin, 1992 :50). Kekuatan lengan seseorang dapat diketahui dengan tes push dynamometer.

2. Kekuatan tungkai dimaksud adalah komponen kondisi fisik sesorang tentang kemampuan dalam menggunakan otot tungkai untuk menerima beban sewaktu bekerja. Kekuatan tungkai seseorang dapat dapat diketahui dengan tes leg dynamometer.


(65)

3. Kekuatan perut dimaksud adalah komponen kondisi fisik sesorang tentang kemampuan seseorang dalam menerima beban sewaktu bekerja. Otot perut merupakan otot-otot batang badan (Raven, 1981:12). Lebih lanjut Raven mengatakan bahwa otot perut merupakan otot-otot penegak badan selain otot punggung. Kekuatan perut seseorang dapat dapat diketahui dengan tes sit-up.

4. Kekuatan adalah tenaga kontraksi otot yang dicapai dalam sekali usaha maksimal (Ismaryati, 2008: 111) dan Bouchard (1975: 25) menyatakan bahwa kekuatan otot adalah kwalitas yang memungkinkan pengembangan ketegangan otot dalam kontraksi yang maksimal. Punggung merupakan komponen fisik seseorang yang dapat mempengaruhi aktifitas gerak. Kekuatan punggung seseorang dapat diketahui dengan tes back dynamometer.

5. Handstand adalah senam lantai yang menggunakan kekuatan tubuh dimana dengan cara berdiri dengan dua tangan dan badan di atas. Handstand merupakan salah satu materi senam yang penguasaan rangkaian keterampilan geraknya dilakukan secara berurutan.

F. Instrumen Penelitian

Menurut Arikunto (2002 : 136) “Instrumen adalah alat atau fasilitas yang digunakan penelitian dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, sehingga mudah diolah”.


(66)

Tes dan pengukuran yang diukur meliputi :

1. Instrumen pengukuran kekuatan lengan (X1)

Untuk mengukur kekuatan lengan menggunakan suatu alat yang disebut pull dynamometer. Dengan tingkat validitas tes : 0,63 berarti interprestasi hubungannya adalah kuat dan tingkat reliabilitas tes : 0,63 interprestasi hubunganya adalah kuat (Depdiknas, 2003).

Gambar 12. Push and Pull dynamometer (Sumber: Eri Pratikayo D, 2010 : 26)

2. Instrumen pengukuran kekuatan tungkai (X2)

Untuk mengukur kekuatan tungkai menggunakan suatu alat yang disebut leg dynamometer. Dengan tingkat validitas tes : 0,86 berarti interprestasi hubungannya adalah sangat kuat dan reliabilitas tes : 0,90 interprestasi hubungannya adalah sangat kuat (Johnson, at al : 1982 ; 81).


(67)

Gambar 13. Leg Dynamometer (Sumber: Ismaryati (2008 :56)

3. Instrumen pengukuran kekuatan perut (X3)

Untuk mengukur kekuatan perut digunakan Sit-Up test dengan tingkat validitas tes : face validity dan tingkat reliabilitas tes : 0,94 berarti interprestasi hubungannya adalah sangat kuat (Johnson, 1963).

Gambar 14. Sit-Up


(68)

4. Instrumen pengukuran kekuatan punggung (X4)

Untuk mengukur kekuatan punggung menggunakan suatu alat yang disebut back dynamometer dengan tingkat validitas tes : face validity dan reliabilitas tes : 0, 872 berarti interprestasi hubungannya adalah sangat kuat (Sumber: Sport Science Development in zho-day.blogspot.com).

Gambar 15. Back Dynamometer (Sumber: Ismaryati (2008 :56)

5. Instrumen pengukuran kemampuan handstand (Y)

Instrumen yang dipergunakan adalah indikator kemampuan handstand, yang terdiri dari 3 posisi yaitu: 1) posisi awalan; 2) posisi pelaksanaan; dan 3) posisi akhiran. Cara pengambilan nilai adalah dengan menggunakan tes kemampuan handstand mulai dari sikap persiapan, pelaksanaan, dan akhir gerakan. Dengan pemberian nilai mulai dari nilai 0 - 1. Dengan tingkat validitas tes : 0,74 berarti interprestasi hubungannya adalah kuat dan reliabilitas tes : 0,731 interprestasi hubungannya adalah kuat.


(69)

G.Teknik Pengumpulan Data

Menurut Arikunto (2010:265) dijelaskan bahwa metode pengumpulan data merupakan cara yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya. Lebih lanjut dikatakan oleh Arikunto (2010:265) bahwa untuk memperoleh data data yang diinginkan sesuai dengan tujuan peneliti sebagai bagian dari langkah pengumpulan data merupakan langkah yang sukar karena data data yang salah akan menyebabkan kesimpulan-kesimpulan yang ditarik akan salah pula.

Pengumpulan data dilakukan melalui pemberian tes dan pengukuran melalui metode survey dengan pendekatan one shoot model , yaitu peneliti mengamati secara langsung pelaksanaan tes dan pengukuran di lapangan.

1. Kekuatan lengan

Untuk mengukur kekuatan lengan menggunakan suatu alat yang disebut pull dynamometer. Alat yang digunakan antara lain:

a. Pull dynamometer b. Blangko tes c. Alat tulis

Pelaksanaan pull dynamometer :

Peserta tes berdiri tegak dengan kaki direganggangkan dan pandangan lurus ke depan, tangan memegang pull dynamometer dengan kedua tangan lurus di depan dada. Posisi lengan dan tangan lurus sejajar dengan bahu. Dorong alat tersebut sekuat tenaga. Pada saat mendorong alat tidak boleh menempel pada dada, tangan dan siku tetap sejajar dengan bahu.


(1)

62

Hipotesis 2

Kekuatan tungkai memiliki nilai signifikansi (Sig.) 0,000 pada tabel Coefficientsa dengan nilai α (derajat signifkansi) 0,05 artinya 0,000<0,05 atau kekuatan tungkai memberikan kontribusi yang signifikan terhadap kemampuan handstand. Jadi H0 ditolak dan H2 diterima. Ada kontribusi

yang signifikan antara kekuatan tungkai terhadap kemampuan handstand. Hipotesis 3

Kekuatan perut memiliki nilai signifikansi (Sig.) 0,000 pada tabel Coefficientsa dengan nilai α (derajat signifkansi) 0,05 artinya 0,000<0,05 atau kekuatan perut memberikan kontribusi yang signifikan terhadap kemampuan handstand. Jadi H0 ditolak dan H3 diterima. Ada kontribusi

yang signifikan antara kekuatan perut terhadap kemampuan handstand. Hipotesis 4

Kekuatan punggung memiliki nilai signifikansi (Sig.) 0,000 pada tabel Coefficientsa dengan nilai α (derajat signifkansi) 0,05 artinya 0,000<0,05 atau kekuatan punggung memberikan kontribusi yang signifikan terhadap kemampuan handstand. Jadi H0 ditolak dan H4 diterima. Ada kontribusi

yang signifikan antara kekuatan punggung terhadap kemampuan handstand.


(2)

79

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisis data, mengenai Kontribusi Kekuatan Lengan, Kekuatan Tungkai, Kekuatan Perut dan Kekuatan Punggung Terhadap Kemampuan Handstand Pada Siswa Kelas XI SMAN 1 Bandar Sribhawono yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:

1. Ada kontribusi yang signifikan antara kekuatan lengan terhadap kemampuan handstand pada siswa kelas XI SMA N 1 Bandar Sribhawono.

2. Ada kontribusi yang signifikan antara kekuatan tungkai terhadap kemampuan handstand pada siswa kelas XI SMA N 1 Bandar Sribhawono.

3. Ada kontribusi yang signifikan antara kekuatan perut terhadap kemampuan handstand pada siswa kelas XI SMA N 1 Bandar Sribhawono.

4. Ada kontribusi yang signifikan antara kekuatan punggung terhadap kemampuan handstand pada siswa kelas XI SMA N 1 Bandar Sribhawono.


(3)

80

B.Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, terdapat beberapa saran yang ingin peneliti sampaikan, adapun saran yang diberikan peneliti adalah sebagai berikut:

1. Upaya mengajarkan dan meningkatkan kemampuan handstand hendaknya dalam memberikan latihan kondisi fisik yang mengarah pada kontribusi kekuatan lengan, kekuatan tungkai, kekuatan perut dan kekuatan punggung secara berkesinambungan dan saling terkoordinasi dan menguasai teknik dari handstand dengan benar sehingga kemampuan handstand menjadi lebih baik.

2. Pentingnya penelitian lebih lanjut dengan memperhatikan variabel dan sampel dengan jumlah yang lebih besar, agar diperoleh gambaran secara komperhensif dan mendalam.

3. Bagi guru pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan dan pelatih senam lantai, beban latihan untuk tiap unsur kondisi fisik seperti kekuatan lengan, kekuatan tungkai, kekuatan perut dan kekuatan punggung disesuaikan dengan nilai sumbangan tiap variabel terhadap kemampuan handstand.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Edisi Revisi 2010 . Yogyakarta. Rineka Cipta.

Adisuyanto Aka, Biasworo. 2009. Cerdas dan Bugar dengan Senam Lantai. Gramedia PT. Jakarta. Widiasarana Indonesia.

Ajan dan Baroga, Lazar. 1988. Weightlifting: Fitness for All Sport. Budapest, Hungary. International Weightlifting Federation.

Ali, Mohammad. 1983. Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi. Bandung. Angkasa

Bouchard. 1997. Olympic Solidarity. Terjemahan Moeh Soebroto. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah dan Olahraga. Depdiknas. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003

Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Depdiknas, Jakarta.

Dewanti Widodo, Maria. 2011. Hubungan kekuatan otot lengan, keseimbangan dan power otot tungkai dengan kemampuan handstand. (Skripsi). Surakarta. Universitas Sebelas Maret.

Fardi, Adnan. 2004. Pengembangan Motorik. Diktat. Yogyakarta. FIK UNY. Hadi, Sutrisno. 1993. Metodologi Research. UGM Yogyakarta.

Harsono. 1988. Coaching Dan Aspek-Aspek Psikologi Dalam Coaching. CV Tambak Kusuma.

Hermawan, Rahmat. 2013. Ilmu Faal Dasar (Fisiologi). Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Hidayat, Imam. 1996. Senam. Bandung. Diklat. FPOK IKIP.

Husein, Sudirman. 2008. Falsafah Pendidikan Jasmani. Disajikan dalam Seminar Lokakarya Pendidikan Jasmani dan Olahraga: Bandar Lampung.


(5)

Irianto, Djoko Pekik. 2002. Dasar Kepelatihan. Yogyakarta. Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta.

Ismaryati. 2008. Tes dan Pengukuran Olahraga. Surakarta: UNS Press.

Lutan, Rusli, 1998. Belajar Keterampilan Motorik, Pengantar Teori dan Metode. Dirjen Dikti, PPLPTK. Jakarta.

Mahendra, Agus. 2000. Senam. DEPDIKNAS. Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah Proyek Penataran Guru SLTP Setara D-III. Margono, Agus. 2009. Senam. Surakarta. UNS Press.

Mitranto. 2010. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan untuk SD/MI Kelas VI. Jakarta. Pusat Perbukuan, Kementrian Pendidikan Nasional.

Muhajir. 2007. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan untuk SMA Kelas XI. Jakarta. Erlangga.

Pearce, Evelyin C. 1993. Anatomi & Fisiology Untuk Paramedis. Alih Bahasa Sri Yuliani Handoyo. Jakarta. PT. Gramedia.

Raven. 1981. Advances in Legume Systematics. Part 1. Royal Botanic Gargens. Kew.

Sanjaya, Wina. 2007. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Fajar Interpratama Offset: Jakarta.

Setiadi. 2007. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Surabaya. Graha Ilmu. Sholeh, Mahmudi. 1992. Olahraga Pilihan Senam. Jakarta. Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan

Subagio, Septowega : 2014. Kontribusi Kekuatan Otot Lengan, Power Tungkai, Keseimbangan, Dan Koordinasi Mata-Tangan-Kaki Terhadap

Keterampilan Gerak Dasar Meroda Pada Siswa Kelas X SMK Gajah Mada Bandar Lampung. (Skripsi). Lampung FKIP Penjaskesrek. Unila Sudarminto. 1992. Kinesiologi. Jakarta. Depdikbud Dikti P2TK.

Sudjana. 2005. Metode Statistik. Tarsito.Bandung.

Sugiyanto. 1999. Metode Belajar Mengajar. Universitas Terbuka. Bandar Lampung.


(6)

Sumantri, Ryanjaya : 2014 Kontribusi Kekuatan Otot Lengan, Panjang Lengan, Power Otot Tungkai Panjang Tungkai, Dan Kelentukan Terhadap Keterampilan Gerak Dasar Loncat Harimau Pada Siswa Kelas VIII SMP N 1 Metro. (Skripsi). Lampung FKIP Penjaskesrek. Unila.

Syaifuddin. 1992. Anatomi Fisiologi Untuk Siswa Perawat. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran: EGC.

Tamat dan Muekarto, Mirman. 2005. Pendidikan Jasmani. Universitas Terbuka. Bandar Lampung.

Universitas Lampung. 2007. Format Penulisan Karya Ilmiah. Bandar Lampung. Wingered. 1994. The Human Body, Conceps of Anatomy and Physiology.


Dokumen yang terkait

KONTRIBUSI KELENTUKAN, KEKUATAN LENGAN, KEKUATAN TUNGKAI, PANJANG LENGAN DAN PANJANG TUNGKAI TERHADAP HASIL BELAJAR KAYANG PADA SISWA KELAS VII SMP AL AZHAR 3 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

3 21 50

HUBUNGAN KEKUATAN LENGAN, KESEIMBANGAN, KELENTUKAN PUNGGUNG DAN KEKUATAN TUNGKAI DENGAN KEMAMPUAN ROLL KIP PADA SISWA KELAS X SMA PERSADA BANDAR LAMPUNG

0 50 68

HUBUNGAN KEKUATAN TUNGKAI, PANJANG TUNGKAI KEKUATAN OTOT PERUT, DAN KECEPATAN TERHADAP HASIL LOMPAT JAUH GAYA JONGKOKPADA SISWA KELAS X SMA N 1 KOTAGAJAH LAMPUNG TENGAH

3 14 63

KONTRIBUSI KEKUATAN TUNGKAI, POWER LENGAN, KEKUATAN PERUT, DAN KELENTUKAN TERHADAP KEMAMPUAN HANDSPRING PADA MAHASISWA PENJASKES ANGKATAN 2013 FKIP UNIVERSITAS LAMPUNG

0 18 60

KONTRIBUSI POWER LENGAN, TUNGKAI DAN KEKUATAN PUNGGUNG TERHADAP HASIL RENANG GAYA DADA JARAK 10 METER PADA SISWA PUTRA KELAS XI SMA NEGERI 1 NATAR

0 27 53

(ABSTRAK) SUMBANGAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI, KEKUATAN OTOT PERUT, KEKUATAN OTOT LENGAN TERHADAP KEMAMPUAN SMASH NORMAL PADA KLUB BOLA VOLI PORVIT KUDUS TAHUN 2009.

0 0 4

SUMBANGAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI, KEKUATAN OTOT PERUT, KEKUATAN OTOT LENGAN TERHADAP KEMAMPUAN SMASH NORMAL PADA KLUB BOLA VOLI PORVIT KUDUS TAHUN 2009.

0 0 97

(ABSTRAK) SUMBANGAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI, KELENTUKAN TOGOK DAN KEKUATAN OTOT PERUT TERHADAP KEMAMPUAN LOMPAT JAUH GAYA MENGGANTUNG PADA SISWA PUTRA KELAS XI SMA AGUS SALIM SEMARANG.

0 0 2

SUMBANGAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI, KELENTUKAN TOGOK DAN KEKUATAN OTOT PERUT TERHADAP KEMAMPUAN LOMPAT JAUH GAYA MENGGANTUNG PADA SISWA PUTRA KELAS XI SMA AGUS SALIM SEMARANG.

2 54 96

Hubungan antara Kekuatan Otot Lengan dan Kekuatan Otot Tungkai dengan Kemampuan Gulungan Depan.

0 0 1