KONTRIBUSI KELENTUKAN, KEKUATAN LENGAN, KEKUATAN TUNGKAI, PANJANG LENGAN DAN PANJANG TUNGKAI TERHADAP HASIL BELAJAR KAYANG PADA SISWA KELAS VII SMP AL AZHAR 3 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

(1)

KONTRIBUSI KELENTUKAN, KEKUATAN LENGAN, KEKUATAN TUNGKAI, PANJANG LENGAN DAN PANJANG TUNGKAI TERHADAP

HASIL BELAJAR KAYANG PADA SISWA KELAS VII SMP AL AZHAR 3 BANDAR LAMPUNG

TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Oleh

SATRIA WIJAYA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mendapat Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(2)

ABSTRAK

KONTRIBUSI KELENTUKAN, KEKUATAN LENGAN, KEKUATAN TUNGKAI, PANJANG LENGAN DAN PANJANG TUNGKAI TERHADAP

HASIL BELAJAR KAYANG PADA SISWA KELAS VII SMP AL AZHAR 3 BANDAR LAMPUNG

TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Oleh

SATRIA WIJAYA

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kontribusi kelentukan, kekuatan lengan, kekuatan tungkai, panjang lengan, dan panjang tungkai terhadap hasil belajar kayang pada siswa kelas VII SMP Al Azhar 3 Bandar Lampung, tahun pelajaran 2012/2013.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasional. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Al Azhar 3 Bandar Lampung yang berjumlah 220 siswa, dengan jumlah sampel 20% dari populasi, yaitu dengan teknik sampel 22 siswa. Instrumen yang digunakan tes kelentukan, pull and push dynamometer, leg strength test, anthropometry mengukur panjang lengan dan panjang tungkai, instrument test kemampuan kayang dilihat dari kemampuan dan sikap yang sempurna.

Hasil penelitian menunjukan korelasi : 1) ada hubungan yang sangat kuat antara kelentukan dengan kayang sebesar 0,833, karna r hitung = 0,833 ≥ r tabel = 0,423, 2) Ada hubungan yang kuat antara kekuatan lengan dengan kayang sebesar 0,617, 3) ada hubungan yang cukup kuat antara kekuatan tungkai dengan kayang sebesar 0,611, 4) ada hubungan yang cukup kuat antara panjang lengan dengan kayang sebesar 0,650, 5) ada hubungan yang cukup kuat antara panjang tungkai dengan kayang sebesar 0,522.

Dapat disimpulkan bahwa kelentukan, kekuatan otot lengan, kekuatan otot tungkai, panjang lengan, panjang tungkai memiliki hubungan terhadap hasil belajar kayang pada siswa kelas VII SMP Al Azhar 3 Bandar Lampung, dan yang paling besar kontribusinya adalah kelntukan sebesar 69,35%.


(3)

(4)

(5)

(6)

DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR GAMBAR ...

DAFTAR TABEL ...

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Rumusan Masalah ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 6

E. Manfaat Penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 8

A. Hakikat Pendidikan Jasmani ... 8

B. Tujuan Pendidikan jasmani ... 9

C. Fungsi Pendidikan Jasmani ... 10

D. Ruang Lingkup Pendidikan Jasmani SMP ... 11

E. Senam Dasar... 12

F. Senam Lantai ... 15

G. Bentuk Latihan Senam Lantai ... 16

H. Gerakan Kayang ... 18

I. Titik Berat Badan ... 19

J. Kelentukan ... 21

K. Kekuatan Lengan ... 22

L. Kekuatan Tungkai ... 22

M. Panjang Lengan ... 23

N. Panjang Tungkai... 24

O. Keramgka Fikir ... 25


(7)

B. Variabel Penelitian ... 29

C. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 29

D. Populasi dan Sampel ... 31

E. Intrumen Penelitian ... 31

F. Tes Kekuatan Lengan ... 32

G. Tes Kekuatan Tungkai ... 33

H. Tes Panjang Lengan ... 34

I. Tes Panjang Tungkai ... 34

J. Instrument Tes Kemampuan Kayang ... 35

K. Teknik Analisis Data ... 36

IV.HASIL DAN PEMBAHASAN ... 40

A. Hasil Analisis ... 40

B. Pembahasan ... 46

V. SIMPULAN DAN DARAN ... 48

A. Simpulan ... 48

B. Saran ... 48

DAFTAR PUSTAKA ... LAMPIRAN ... 52


(8)

I. PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Pendidikan Jasmani sebagai bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan, yang diarahkan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa melalui aktivitas jasmani yang disusun secara sistematis sehingga dapat dijadikan sebagai media untuk mencapai perkembangan individu secara menyeluruh. Melalui Pendidikan Jasmani, siswa disosialisasikan ke dalam aktivitas jasmani termasuk keterampilan berolahraga.

Oleh karena itu, banyak yang meyakini dan mengatakan bahwa pendidikan jasmani merupakan bagian dari pendidikan menyeluruh dan sekaligus memiliki potensi yang strategis untuk mendidik. Namun demikian pelaksanaan pendidikan jasmani di Indonesia terasa masih belum cukup memuaskan apabila dibandingkan dengan mata pelajaran yang lain atau dibandingkan dengan perannya sebagai bagian dari pendidikan secara umum. Kelemahan itu tampak dalam beberapa aspek seperti :

1. Faktor ketenagaan khususnya guru yang menangani bidang studi tersebut selain jumlahnya memang masih kekurangan, kualifikas dan kompetensinya juga masih rendah (sebagian guru) .


(9)

2. Infrastruktur olahraga pendukung, termasuk sarana dan prasarana yang memungkinkan siswa untuk memperoleh kesempatan yang lebih banyak untuk aktif bergerak atau bermain sesuai dengan fitrahnya.

3. Kekurangan dana untuk menyelenggarakan program yang akan menghasilkan perubahan bermakna dan hasil belajar yang diharapkan.

4. Pemahaman dan penguasaan dasar-dasar pendidikan jasmani secara mendalam perlu dimiliki oleh setiap penyelenggara pendidikan jasmani. Upaya ini juga berkaitan dengan penyelarasan landasan teoritis dengan penerapan di lapangan.

Salah satu materi pembelajaran dalam Pendidikan Jasmani adalah mempraktikkan gerakan kayang dengan koordinasi yang baik. Tujuan pembelajaran kayang ini adalah siswa dapat melakukan teknik dasar kayang dari posisi berdiri serta nilai disiplin, keberanian dan tanggungjawab. Ini berarti siswa akan mempelajari bentuk dan manfaat senam dan juga dapat mempraktikkan teknik dasar kayang tersebut.

Materi pokok Pendidikan Jasmani diklasifikasikan menjadi enam aspek, yaitu: teknik/keterampilan dasar permainan dan olahraga; aktivitas pengembangan; uji diri/ senam, aktivitas ritmik, aquatik (aktivitas air), dan pendidikan luar kelas (out door). Salah satu keterampilan senam yang harus diajarkan dalam mata pelajaran Pendidikan Jasmani adalah mempraktikkan keterampilan senam lantai serta nilai kedisiplinan, keberanian dan tanggung jawab. Gerakan-gerakan dasar dalam senam lantai yang dipelajari pada semester pertama ini adalah teknik guling depan, guling belakang, kayang dan meroda. Dalam pelaksanaan gerakan senam lantai ini siswa akan memperoleh pengalaman pendidikan gerak dengan berkembangnya


(10)

daya tahan otot, kekuatan otot, kelentukan, koordinasi, maupun keseimbangan.

Senam dapat diartikan sebagai setiap bentuk latihan fisik yang disusun secara sistematis dengan melibatkan gerakan-gerakan yang terpilih dan terencana untuk mencapai tujuan tertentu. Berdasarkan pengertian tersebut, olahraga senam mempunyai sistematika tersendiri serta tujuan yang hendak dicapai, seperti daya tahan, kekuatan, kelenturan dan koordinasi yang baik. Senam adalah kegiatan utama yang bermanfaat untuk mengembangkan komponen fisik dan kemampuan gerak. Selain itu, senam dapat pula menyumbang pengayaan perbendaharaan gerak pelakunya. Dasar-dasar senam akan sangat baik untuk pengembangan pelurusan tubuh, penguasaan dan kesadaran tubuh secara umum, serta keterampilan-keterampilan senam.

Senam lantai merupakan salah satu bagian dari senam yang memerlukan semua keahlian dasar senam. Salah satu senam lantai yang merupakan materi yang dipelajari siswa SMP adalah mempraktikkan senam lantai gerakan kayang. Kayang adalah posisi badan bertumpu dengan empat titik dalam keadaan terbalik dengan meregang dan mengangkat perut dan panggul, sehingga semua anggota tubuh melengkung seperti busur.

Kayang juga membutuhkan komponen fisik dan kemampuan gerak sehingga siswa akan berkembang daya tahan ototnya, kekuatan, kelentukan, koordinasi, kelincahan dan keseimbangannya. Dalam gerakan kayang kelentukan sangat dibutuhkan untuk memudahkan pelaksanaan gerak. Selain itu kelentukan adalah komponen penting untuk menghasilkan gerakan yang maksimal.


(11)

Kelentukan dapat diartikan sebagai kemampuan otot dan persendian untuk bergerak secara leluasa dalam ruang gerak yang maksimal. Apabila seseorang memiliki fleksibilitas atau kelentukan yang optimal, maka akan menambah efisiensi dalam melakukan gerak. Kelentukan dalam gerakan kayang terjadi pada seluruh anggota badan, baik anggota tubuh bagian atas yang terdiri dari lengan, sendi bahu, dada, perut, punggung dan anggota tubuh bagian bawah, yaitu pinggang, paha, dan kaki.

Menurut hasil observasi penulis di SMP Al Azhar 3 Bandar Lampung berdasarkan hasil penilaian guru diketahui bahwa hasil belajar siswa SMP Al Azhar 3 Bandar Lampung yang terdiri dari 5 kelas, sebagian besar siswa masih rendah kemampuan melakukan gerakan kayang. Siswa rata-rata kesulitan melakukan gerakan kayang dari posisi berdiri, sebelum kedua tangan tiba untuk posisi kayang badan siswa sudah jatuh ke matras karena kurangnya kelentukan togok atau tubuh siswa. Jikapun otot perut, pinggang dan punggung dapat melenting dengan baik, tapi kadang kekuatan otot perutnya kurang sehingga belum sempurna lentingan tubuh siswa sudah jatuh dengan cepat, kurangnya kelenturan juga mengakibatkan posisi kayang dilakukan tidak sempurna.

Peneliti melihat kesalahan yang sering dilakukan siswa saat kayang antara lain salah satu tangan atau kedua tangan ditempatkan terlalu jauh di dari titik berat badan, sedangkan posisi kedua tangan yang baik dalam kayang adalah semakin dekat dengan posisi kedua kaki sehingga sikap kayang yang dilakukan kurang sempurna. Faktor lain yang penulis lihat sebagai penyebab masih rendahnya tingkat fleksibilitas/kelentukan siswa sehingga perut, pinggang dan punggung tidak


(12)

dapat melenting dengan sempurna atau dengan kata lain masih rendahnya kelentukan siswa sehingga tidak dapat mempertahankan sikap kayang sehingga sikap tubuh kurang optimal.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti memandang perlu untuk mengadakan penelitian yang berjudul ”Kontribusi Kelentukan Terhadap Hasil Belajar Kayang Pada Siswa Kelas VII SMP Al Azhar 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013”. Dengan mengetahui kontribusi yang diberikan faktor kondisi fisik dengan kemampuan kayang tersebut semoga penelitian ini dapat memberikan informasi yang berguna sehingga guru dapat melakukan perbaikan agar siswa dapat berhasil melakukan gerakan kayang dengan sempurna.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian di atas dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut :

1. Kurang memahaminya teori kelentukan, kekuatan lengan, kekuatan tungkai terhadap hasil belajar kayang.

2. Karna pada dasarnya semua cabang olah raga memerlukan kelentukan 3. Kurangnya perhatian dari guru maupun pelatih terhadap kelentukan C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, dan batasan masalah, maka penelitian ini dapat dirumuskan masalah seberapa besar kontribusi kelentukan, kekuatan lengan, kekuatan tungkai, panjang lengan, panjang tungkai terhadap hasil belajar


(13)

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat mengetahui gambaran jelas berapa besar 1. Hubungan kelentukan terhadap hasil belajar kayang

2. Hubungan kekuatan lengan terhadap hasil belajar kayang 3. Hubungan kekuatan tungkai terhadap hasil belajar kayang 4. Hubungan panjang lengan terhadap hasil belajar kayang 5. Hubungan panjang tungkai terhadap hasil belajar kayang

Sampel penelitian adalah siswa kelas VII SMP Al Azhar 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi: a. Bagi Penulis

Bagi penulis, penelitian ini dapat menjadi pengalaman yang berguna dan bermanfaat dalam penerapan pembelajaran kayang

b. Bagi siswa

Penelitian ini dapat meningkatkan pengetahuan tentang kelentukan, kekuatan, panjang lengan dan tungkai terhadap hasil belajar kayang.

c. Mahasiswa Penjaskes


(14)

d. Program Studi Penjaskes

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi gambaran dalam kajian serta pengembangan ilmu dalam pembelajaran, khususnya dalam mata kuliah kayang.

e. Bagi Pihak Sekolah

Untuk mencanangkan program belajar ekstrakurikuler agar kemampuan atau hobi anak dengan senam lantai dapat tersalurkan sesuai dengan keinginannya.

f. Bagi Guru

Hasil penelitian inisebagai acuan untuk mengajar anak didiknya dalam pembelajaran senam lantai, khususnya dalam kayang.


(15)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Hakikat Pendidikan Jasmani

Pendidikan Jasmani adalah suatu proses pendidikan seseorang sebagai perseorangan atau anggota masyarakat yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui berbagai kegiatan jasmani untuk memperoleh pertumbuhan jasmani, kesehatan dan kesegaran jasmani, kemampuan dan keterampilan, kecerdasan dan pembentukan watak, serta kepribadian yang harmonis dalam rangka pembentukan manusia Indonesia berkualitas berdasarkan Pancasila. (Kurikulum Penjas SMP, 2004).

Pendidikan jasmani adalah suatu proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan aktif, sikap sportif, dan kecerdasan emosi. Lingkungan belajar diatur secara seksama untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan seluruh ranah, baik jasmani, psikomotor, kognitif dan afektif setiap siswa. Pengalaman yang disajikan akan membantu siswa untuk memahami mengapa manusia bergerak dan bagaimana cara melakukan gerakan secara aman, efisien dan efektif.

Disinilah pentingnya Pendidikan Jasmani, karena menyediakan ruang untuk belajar menjelajahi lingkungan kemudian mencoba kegiatan yang sesuai minat anak dan menggali potensi dirinya. Melalui pendidikan jasmani anak-anak menemukan saluran yang tepat untuk memenuhi


(16)

kebutuhannya akan gerak, menyalurkan energi yang berlebihan agar tidak mengganggu keseimbangan perilaku dan mental anak, menanamkan dasar-dasar keterampilan yang berguna dan merangsang perkembangan yang bersifat menyeluruh, meliputi aspek fisik, mental, emosi, sosial dan moral.

B. Tujuan Pendidikan Jasmani

Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Pendidikan Jasmani tahun 2004 dijelaskan bahwa mata pelajaran Pendidikan Jasmani bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

a. Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai aktivitas jasmani dan olahraga yang terpilih.

b. Meningkatkan pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang baik. c. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan gerak dasar.

d. Meletakkan landasan karakter moral yang kuat melalui internalisasi nilai-nilai yang terkandung di dalam Pendidikan Jasmani.

e. Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggungjawab, kerjasama, percaya diri dan demokratis.

f. Mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri, orang lain dan lingkungan.

g. Memahami konsep aktivitas jasmani dan olahraga di lingkungan yang bersih sebagai informasi untuk mencapai pertumbuhan fisik yang sempurna, pola hidup sehat dan kebugaran, terampil, serta memiliki sikap yang positif.


(17)

C. Fungsi Pendidikan Jasmani

Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Pendidikan Jasmani tahun 2004 bahwa fungsi Pendidikan Jasmani adalah sebagai berikut:

1) Aspek Organik

a. Menjadikan fungsi system tubuh menjadi lebih baik sehingga individu dapat memenuhi tuntutan lingkungan secara memadai serta memiliki landasan untuk pengembangan keterampilan.

b. Meningkatkan kekuatan yaitu jumlah tenaga maksimum yang dikelurkan oleh otot atau kelompok otot.

2) Aspek Neuromuskuler

a) Meningkatkan keharmonisan antara fungsi saraf dan otot.

b)Mengembangkan keterampilan lokomotor, seperti; berjalan, berlari, melompat, meloncat, meluncur, melangkah, mendorong, bergulir, dan menarik.

3) Aspek Perseptual

a) Mengembangkan kemampuan menerima dan membedakan isyarat.

b)Mengembangkan keseimbangan tubuh (statis, dinamis), yaitu; kemampuan mempertahankan keseimbangan statis dan dinamis.

4) Aspek Kognitif

a) Mengembangkan kemampuan menggali, menemukan sesuatu, memahami, memperoleh pengetahuan dan membuat keputusan.

b)Meningkatkan pengetahuan peraturan permainan, keselamatan, dan juga etika. 5) Aspek Sosial


(18)

b)Belajar berkomunikasi dengan orang lain.

c) Mengembangkan rasa memiliki dan rasa di terima di masyarakat. 6) Aspek Emosional

a) Mengembangkan respon yang sehat terhadap aktifitas jasmani. b)Mengembangkan reaksi yang positif sebagai penonton.

c) Melepas ketegangan melalui aktivitas fisik yang tepat.

D. Ruang Lingkup Pendidikan Jasmani SMP

Adapun ruang lingkup mata pelajaran Pendiidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Pendidikan Jasmani tahun 2004 meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

1)Permainan dan olahraga terdiri dari berbagai jenis permainan dan olahraga baik terstruktur maupun tidak yang dilakukan secara perorangan maupun beregu misalnya atletik, kasti, sepak bola, bola basket, tenis meja, bulutangkis, dan beladiri, serta aktivitas lainnya.

2)Aktivitas pengembangan berisi tentang kegiatan yang berfungsi untuk membentuk postur tubuh yang ideal dan pengembangan komponen kebugaran jasmani meliputi: mekanika sikap tubuh, komponen kebugaran jasmani, dan bentuk postur tubuh serta aktivitas lainnya.

3)Aktivitas senam berisi tentang kegiatan yang berkontribusi dengan ketangkasan seperti: senam ketangkasan sederhana, ketangkasan tanpa alat, ketangkasan dengan alat, senam lantai, dan aktivitas fisik lainnya yang bertujuan untuk melatih keberanian, kapasitas diri, dan pengembangan aspek pengetahuan yang relevan serta nilai-nilai yang terkandung di dalamanya.

4)Aktivitas ritmik berisi tentang kontribusi gerak dengan irama dan juga pengembangan aspek pengetahuan yang relevan serta nilai-nilai yang terkandung di dalamnya meliputi: gerak


(19)

bebas, senam pagi, SKJ, dan senam aerobic serta aktivitas lainnya.

5)Aktifitas air berisi tentang kegiatan di air, seperti: permainan air, gaya-gaya renang, dan keselamatan di air, serta pengembangan aspek pengaetahuan yang relevan serta nilai-nilai yang terkandung didalamnya.

6)Pendidikan luar kelas berisi tentang kegiatan di luar kelas/sekolah dan di alam bebas lainnya, seperti: bermain di lingkungan sekolah, taman, berkemah, dan kegiatan petualangan (haiking, menelusuri sungai, dan lainnya), serta pengembangan aspek pengetahuan yang relevan sarta nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.

7)Kesehatan, meliputi penanaman budaya hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari, khususnya yang terkait dengan perawatan tubuh agar tetap sehat, merawat lingkungan yang sehat, memilih makanan dan minuman yang sehat, mencegah dan merawat cidera, mengatur waktu istirahat yang tepat dan berperan aktif dalam kegiatan P3K dan UKS. Aspek kesehatan merupakan aspek tersendiri, dan secara implisit masuk ke dalam semua aspek.

E. Senam Dasar

Senam yang di kenal dalam bahasa indonesia sebagai salah satu cabang olahraga, merupakan terjemahan langsung darai bahasa inggris Gymnastics, atau belanda Gmnastiek. Menurut Roji (2006:110) senam adalah olahraga dengan gerakan–gerakan latihan fisik secara sistematis, dan dirangkai secara keseluruhan dengan tujuan membentuk dan mengembangkan kepribadian secara harmonis.


(20)

Agus Mahendra (2001:10) mengatakan bahwa senam merupakan aktivitas fisik yang dapat membantu mengoptimalkan perkembangan anak. Gerakan-gerakan senam sangat sesuai untuk mendapatkan penekanan di dalam program Pendidikan Jasmani, terutama karena tuntutan fisik yang dipersyaratkannya, seperti kekuatan dan daya tahan otot dari seluruh bagian tubuh. Di samping itu, senam juga besar sumbangannya pada perkembangan gerak fundamental yang penting bagi aktivitas fisik cabang olahraga lain, terutama dalam hal bagaimana mengontrol sikap dan gerak secara efektif dan efisien.

Menurut Peter H.werner (1994:5) dalam Agus Mahendra (2001:13) mengatakan bahwa senam dapat diartikan sebagai bentuk latihan tubuh pada lantai atau pada alat yang di rancang untuk meningkatkan daya tahan, kekuatan, kelincahan, koordinasi, serta kontrol tubuh. Jadi fokusnya adalah tubuh bukan alatnya, bukan pola geraknya, karena gerak apapun yang digunakan tujuan utamanya adalah peningkatan kualitas fisik serta penguasaan pengontrolannya.

Dalam Muhajir (2007:202) dijelaskan bahwa senam merupakan kegiatan yang paling bermanfaat untuk mengembangkan komponen fisik seperti daya tahan otot, kekuatan, kelentukan, koordinasi, kelincahan dan keseimbangan. Senam juga dapat menyumbangkan pengayaan perbendaharaan gerak pelakunya. Dengan dasar-dasar senam akan sangat baik untuk mengembangkan pelurusan tubuh, penguasaan dan kesadaran tubuh secara umum sehingga siswa mampu menggunakan kemampuan berpikir kreatifnya, dan menguasai keterampilan-keterampilan senam.Dan secara umum menurut FIG (Federation International de Gymnastique) senam dibedakan menjadi 6 macam yaitu senam artistik (arsistic gymnastics), senam ritmik


(21)

sportif (sportive rythmic gymnastics), senam akrobatik (acrobatic gymnastics), senam aerobik sport (sport gymnastics), senam trompolin (trompolinning gymnastics), dan senam umum (general gymnastics).

Namun untuk pendidikan, akan muncul istilah senam kependidikan. Senam ini diterapkan pada kegiatan pembelajaran senam yang sasaran utamanya diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan kependidikan. Dalam senam kependidikan, anak belajar pada tingkatannya masing-masing untuk mengembangkan pengertian dan keterampilan dalam menerapkan konsep-konsep gerak. Oleh karena itu, para guru harus menyadari bahwa senam dalam pendidikan jasmani di sekolah tentu harus berbeda dengan olympiade. Hakikat gerak senam akan selalu berkontribusi dengan pernyatan tentang apa yang bergerak, dimana bergeraknya, serta bagaimana geraknya. Dalam dunia pendidikan, senam seharusnya diartikan sebagai istilah umum untuk berbagai macam kegiatan fisik yang didalamnya anak mampu medemonstrasikan, dengan melawan gaya atau kekuatan alam, kemampuan untuk menguasai tubuhnya secara meyakinkan dalam situasi yang berbeda-beda. Dengan begitu, kegiatan senam pendidikan tidak hanya berisi keterampilan akrobatik semata, melainkan menjangkau kegiatan-kegiatan latihan yang mengguankan permainan, lomba, serta pengembangan fisik khusus untuk memperbaiki postur tubuh.

Prasetio 2009 Senam adalah olahraga dengan gerakan–gerakan latihan fisik secara sistematis, dan dirangkai secara keseluruhan dengan tujuan membentuk dan mengembangkan kepribadian secara harmonis. Senam lantai pada prinsipnya disebut floor exercise. Senam mempunyai banyak jenis diantaranya adalah senam lantai, senam ketangkasan, senam aerobic, maupun senam ritmik.


(22)

Jenis senam tersebut mempunyai variasi gerakan yang berbeda. Namun Unsur-unsur gerakan dominan senam terdiri dari a. Mengguling, b. Melompat, c. Meloncat, d. Berputar di udara, e. Menumpu dengan tangan atau kaki

Dalam penelitian ini yang akan kita diteliti adalah senam lantai. Gerakan-gerakan itu bertujuan untuk melenturkan gerak tubuh. Gerakan pada senam lantai yang sering dilakukan adalah gerakan melenting. Gerakan melenting dikenal juga dengan kayang. Untuk melakukan gerakan melenting diperlukan kelenturan tubuh yang maksimal. Hal itu dikarena gerakan melenting harus dilakukan dengan cara melipat tubuh secara telentang.

F. Senam Lantai

Menurut Agus Mahendra (2001:4) senam lantai pada umumnya disebut floor exercise, tetapi ada juga yang menamakan tumbling. Senam lantai merupakan salah satu rumpun dari senam. Senam lantai adalah latihan senam yang dilakukan pada matras. Unsur-unsur gerakannya terdiri dari mengguling, melompat, meloncat, berputar di udara, menumpu dengan tangan atau kakiuntuk memperthankan sikap seimbang atau pada saat meloncaat kedepan atau ke belakang. Bentuk latihannya merupakan gerakan dasar dari senam perkakas atau alat. Pada dasarnya, bentuk-bentuk latihan bagi putra dan putri adalah sama, hanya untuk putri anyak unsur gerak balet. Jenis senam juga di sebut latihan bebas karena pada waktu melakukan gerakan pesenam tidak mempergunakan suatu peralatan khusus.


(23)

Sebelum mempelajari gerakan dasar diperlukan pembinaan dan pembentukan fisik yang teratur, hal ini perlu karena adanya fisik yang sudah terbentuk akan memudahkan dalam mempelajari gerakan-garakan dasar. Beberapa contoh gerakan dasar senam lantai :

1. Roll depan

Roll depan ialah gerakan badan berguling ke arah depan melalui bagian belakang badan (tengkuk), pinggul, pinggang, dan panggul bagian belakang.

2. Teknik kayang

Kayang ialah suatu bentuk sikap badan terlentang yanng membusur, bertupu pada kedua kaki dan kedua tangan siku-siku dan lutut lurus.

3. Sikap lilin

Sikap lilin diawali dengan posisi tidur telentang, posisi kedua tangan ditekuk dekat sisi telinga, kemudian angkat ke dua kaki (rapat) lurus keatas dengan tangan menopang pinggang.

4. Meroda

Gerakan meroda merupakan gerakan memutar badan dengan sikap menyamping arah gerakan dan tumpuan berat badan ketika berputar menggunakan kedua tangan dan kaki

G. Bentuk Latihan Senam Lantai

Senam dasar merupakan berbagai bentuk dan ragam gerakan senam yang dilakukan seseorang terutama untuk latihan pembentukan tubuh dan sering juga dilakukan sebagai latihan pendahuluan sebelum melakukan senam dasar.


(24)

Menurut Sayuti Sahara (2004:7) ada tiga macam latihan yang harus diperhatikan dalam latihan senam dasar yaitu:

1. Latihan kelentukan

Latihan kelentukan adalah bentuk-bentuk latihan badan atau tubuh yang bertujuan agar badan atau tubuh yang kaku mudah untuk digerakan kesegala arah sesuai dengan yang diinginkan. Atau dengan kata lain agar badan menjadi lentur, mudah digerakkan. Latihan keletukan biasanya meliputi, latihan peregangan atau penguluran dan pelemasan otot, pelemasan persendian, dan pelepasan (setelah melakukan gerakan otot-otot dan persendian dilepaskan).

2. Latihan kekuatan dan kecepatan

Latihan kekuatan bertujuan untuk melatih kekuatan otot, persendian, dan persyarafan. Sedangkan latihan kecepatan untuk melatih meningkatkan gerakan yang akan dilakukan sesuai dengan kebutuhannya. Latihan kekuatan dan kecepatan dapat dilakukan antara lain dengan

push-up, sit- ups,back lift, squat jumps, squat thrust, mendorong, menarik, mengangkat, jalan, lari, dan melompat.

3. Latihan keseimbangan

Latihan keseimbangan bertujuan untuk melatih badan agar keadaannya seimbang. Latihan keseimbangan dapat dilakukan antara lain dengan memperkecil bidang tumpuan. Misalkan berdiri dengan satu kaki. Untuk memperkecil bidang tumpuan, maka tumit diangkat tinggi, berjalan di atas balok titian dsb.


(25)

H. Gerakan Kayang

Kayang adalah salah satu teknik dasar dalam senam yang harus dipelajari dalam mata pelajaran Pendidikan Jasmani di SMP. Menurut Roji (2006:119) gerakan kayang adalah sikap badan

terlentang seperti “busur” dengan bertumpu pada kedua kaki dan tangan sedangkan lutut dan

sikutnya dalam posisi lurus. Saat kayang posisi tubuh bertumpu dengan empat titik dalam keadaan terbalik dengan meregang dan mengangkat perut dan panggul. Latihan/ gerakan kayang dapat melatih kelenturan otot perut, pinggang dan punggung.

Gambar 1. Gerakan Kayang, Roji (2006:119)

Menurut Roji (2006:119) tahapan-tahapan melakukan gerakan kayang adalah sebagai berikut : a. Sikap permulaan berdiri, kedua tangan menumpu pada pinggul.

b. Kedua kaki ditekuk, siku tangan ditekuk, kepala di lipat ke belakang.

c. Kedua tangan diputar ke belakang sampai menyentuh matras sebagai tumpuan. d. Posisi badan melengkung bagai busur.


(26)

Roji (2006:120) menjelaskan agar gerakan kayang dapat dengan mudah dilakukan, maka perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

a. Memiliki kekuatan otot perut, punggung dan paha.

b. Memiliki kelentukan persendian bahu, ruas-ruas tulang belakang, dan persendian panggul serta kelenturan otot perut.

c. Memiliki kekuatan lengan dan bahu untuk menopang.

Adapun kesalahan-kesalahan yang sering dilakukan saat melakukan gerakan kayang yaitu : a. Jarak kedua tangan dan kaki terlalu jauh.

b. Siku-siku bengkok disebabkan kekakuan persendian siku dan bahu.

c. Badan kurang melengkung (membusur), disebabkan kurang lemas/lentuknya bagian punggung dan kekakuan pada otot perut.

d. Sikap kepala yang terlalu menengadah. e. Kurang keseimbangan.

Dengan demikian seorang siswa dapat melakukan gerakan kayang dengan sempurna jika terdapat aspek kondisi fisik yang mendukung dan menghindari kesalahan-kesalahan yang sering dilakukan saat kayang.

I. Titik Berat Badan

Menurut Imam Hidayat (1999:9) titik berat adalah titik di mana gaya berat benda atau anggota tubuh itu bekerja. Titik berat adalah titik yang mewakili berat dari benda/tubuh. Oleh karena anggota tubuh manusia letaknya dapat berubah-ubah, maka titik berat badan (TBB) manusia juga letaknya tidak selalu tetap.


(27)

Gambar 2. Letak Titik Berat Badan.

Adapun letak titik berat badan pada sikap anatomis menurut Imam Hidayat (1999: 10) adalah sebagai berikut :

1. Pada sikap tegak/sikap sempurna, tinggi dari titik berat badan kurang lebih 57% dari tinggi badannya.

2. Letak titik berat badan, kurang lebih 2,5 cm di bawah promontorium (antara ruas pinggang dan tulang kemudi).

3. Titik berat badan berada di dalam panggul, di depan tulang kemudian kedua.

4. Titik berat badan adalah maya, oleh karena itu ada kemungkinan titik berat tersebut berada di luar benda atau badan.

Pada saat melakukan gerakan kayang, seseorang harus mengetahui prinsip-prinsip dasar gerak agar menghasilkan gerakan yang benar dan baik. Pada saat akan membuat sikap kayang atau busur maka prinsip kesetimbangan yang dipahami adalah prinsip kesetimbangan ke I, yaitu badan selalu dalam keadaan setimbang selama proyeksi dari titik berat badan tersebut jatuh dalam bidang tumpuannya. Maka agar titik berat badan jatuh pada bidang tumpuan, saat badan


(28)

ke belakang maka panggul bergeser atau maju ke depan bukan kaki yang bergesar ke belakang. Hal tersebut akan menyebabkan TBB turun sedikit dari posisi siap tetapi tetap berada pada garis vertikal sehingga proyeksinya jatuh pada bidang tumpuan kaki.

Letak titik berat badan berubah sesuai dengan perubahan sikap dan sangat menentukan terhadap teknik gerak. Dengan mengetahui titik berat badan dan hukum-hukum kesetimbangan dalam sikap dan gerak tubuh diharapkan dapat membuat sikap yang benar dan bergerak dengan dengan benar pula, dapat memperbaiki sikap dan gerakan yang salah, serta meningkatkan efisiensi dan keterampilan dalam kegiatan olahraga.

J. Kelentukan (flexibility)

Sutarmin, (2010:79) Kelentukan merupakan kemampuan tubuh untuk melakukan latihan-latihan dengan amplitude gerakan yang besar atau luas, dengan kata lain kelentukan merupakan kemampuan pergtelangan/persendian untuk dapat melakukan gerakan-gerkan kesemua arah secara optimal. Adapun metode untuk melatih kelentukan yang perlu diperhatikan pada prinsip latihannya adalah:

1) Dimulai dengan latihan kelentukan umum.

2) Kelentukan-kelentukan khusus suatu cabang olahraga harus dilatih dan dicapai dengan amplitude gerakan seoptimal mungkin, karena diperlukan untuk pertandingan dan peningkatan prestasi.


(29)

4) Latihan-latihan kelentukan harus diberikan sebelum dan sesudah latihan kekuatan dan latihan kecepatan guna menghindari kekakuan otot dan membantu pemulihan.

5) Program pengembangan kelentukan perlu juga dikombinasikan dengan latihan kekuatan karena tanpa kekuatan amplitude gerakan yang besar tidak dapat dicapai.

K. Kekuatan Lengan

Kekuatan menurut M. Sajoto (1995:58) adalah kemampuan kondisi fisik yang menyangkut masalah kemampuan seseorang atlet pada saat mempergunakan sekelompok ototnya untuk melakukan kerja dengan menahan beban yang diangkatnya. Agus Mukholid, (2007:49) mengatakan kekuatan otot atau muscular strength adalah tegangan yang dapat dikerahkan oleh otot atau sekelompok otot terhadap beban atatu tahanan dengan sekali usaha secara maksimal. Kekuatan otot bisa diartikan sebagai kemampuan menggunakan gaya tegang untuk melawan beban atau hambatan.

L. Kekuatan Tungkai

Kekuatan adalah komponen kondisi fisik seseorang tentang kemampuannya dalam mempergunakan otot untuk menerima beban sewaktu bekerja, kekuatan merupakan kemampuan dasar kondisi fisik, tanpa kekuatan seseorang tidak akan bisa berlari cepat, melompat, mendorong, menarik, menahan, memukul, mengangkat dan lain sebagainya. kekuatan otot dapat digambarkan sebagai kemampuan otot menahan beban baik berupa beban eksternal (eksternal force) maupun beban internal (internal force). Kekuatan otot sangat berkontribusi dengan sistem


(30)

neuromuskuler yaitu seberapa besar kemampuan sistem saraf mengaktifasi otot untuk melakukan kontraksi. Sehingga semakin banyak serabut otot yang teraktifasi, maka semakin besar pula kekuatan yang dihasilkan otot tersebut. Kekuatan otot dari kaki, lutut serta pinggul harus juga kuat untuk mempertahankan keseimbangan tubuh saat adanya gaya dari luar. Kekuatan otot tersebut berkontribusi langsung dengan kemampuan otot untuk melawan gaya garvitasi serta beban eksternal lainnya yang secara terus menerus mempengaruhi posisi tubuh. Adapun tulang pembentuk tungkai adalah 1) tulang panggul, 2) Femur, 3) Tibia, 4) Tarsaks, 5) Martacarpalia, 6) Fibula, 7) Patela. Untuk lebih jelasnya lihatlah gambar di bawah sebagi berikut:

Gambar 3. Tulang-Tulang Pembentuk Tungkai. Pate, (1993) M. Panjang Lengan

Lengan memberikan gambaran tentang keadaan jaringan otot dan lapisan lemak yang ada dilengan. Cara mengukur panjang lengan adalah:

1) Rentangkan kedua lengan yang akan diukur

2) Ukur panjang lengan dengan alat ukur rentang lengan berdad dibagian depan dada dan posisikan alat pengukur rentang lengan sama panjang dengan panjang lengan.


(31)

3) Lihatlah atau baca yang tertera pada alat ukur, lalu jumlahkan dari kedua angka pada alat ukur.

Untuk lebih jelaslah perhatikan gambar alat ukur lengan sebagai berikut:

Gambar 4. Alat ukur panjang lengan N. Panjang Tungkai

Cara mengukur panjang lengan adalah:

1) Siapkan alat ukur pengukur panjag lutut, letakkan di atas permukaan lantai yang datar. 2) Berbaringlah di atas lantai yang datar.

3) Letakkan kaki di atas bidang datar, dan letakkan alat ukur diatas tungkai.

4) Ukur dari tungkai sampai batas lutut dengan penggaris alat pengukur panjang lutut. 5) Catat hasilnya.


(32)

Gambar 5. Pengukuran panjang tungkai

O. Kerangka Pikir

Kemampuan bergerak secara efesien adalah dasar awal yang perlu diperlukan untuk penampilan yang terampil, penampilan keterampilan olahraga adalah hasil dari kerja otot yang sangat terkoordinasi untuk menghasilkan gerakan yang diharapkan. Keberhasilan dalam belajar teknik tergantung kekhususan unsur kondisi fisik yang dominan, yang merupakan peningkatan dari komponen-komponen fisik dasar seperti daya tahan, kekuatan, fleksibilitas/kelentukan dan koordinasi yang baik.

Suharjana (2004:70) menerangkan bahwa kelentukan adalah kemampuan otot atau persendian untuk bergerak secara leluasa dalam ruang gerak yang maksimal, kekuatan otot atau muscular strength adalah tegangan yang dapat dikerahkan oleh otot atau sekelompok otot terhadap beban atatu tahanan dengan sekali usaha secara maksimal, kekuatan otot bisa diartikan sebagai kemampuan menggunakan gaya tegang untuk melawan beban atau hambatan. Kelentukan, kekuatan otot tungkai dan lengan, serta panjang lengan dan tungkai yang dimilikinya oleh seseorang dapat memperbaiki sikap tubuh dalam gerakan kayang.


(33)

Pada gerak dasar kayang, perut dan panggul diangkat ke atas, di mana rentang gerakan (kelentukan) sendi bahu meluas semaksimal mungkin agar kedua tangan dapat diputar ke belakang sampai menyentuh matras sebagai tumpuan, serta kekuatan otot lengan dan tungkai yang maksimal juga memiliki kontribusi erat maksimalnya gerakan kayang. Selain itu daya memanjang terjadi pada jaringan ikat otot-otot paha (hamstring), otot dada (pektoralis) dan otot perut, sedangkan otot punggung (vertebra) memendek. Lapisan-lapisan jaringan ikat membentuk kesatuan susunan otot rangka yang berfungsi sebagai penghubung antar serabut otot dan tulang.

Dalam melakukan gerakan kayang dibutuhkan kelentukan anggota tubuh baik bagian atas maupun bagian bawah. Kelentukan optimal dibutuhkan pada kayang agar otot-otot yang mendukung batang tubuh dapat bergerak dengan efisien dan memudahkan melakukan lentingan saat akan melentingkan badan kebelakang. Sehingga menahan badan agar mendapat posisi kayang sempurna.

P. Hipotesis

Berdasarkan teori dan kerangka pikir yang dikemukakan di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:

H1 : Ada Hubungan yang signifikan kelentukan terhadap hasil belajar kayang pada siswa kelas VII SMP Al Azhar 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013

H0 : Tidak ada Hubungan kelentukan dengan kemampuan kayang pada siswa kelas VII SMP Al Azhar 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013


(34)

H2 : Ada Hubungan yang signifikan kekuatan lengan terhadap hasil belajar kayang pada siswa kelas VII SMP Al Azhar 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013

H0 : Tidak ada Hubungan kekuatan lengan, dengan kemampuan kayang pada siswa kelas VII SMP Al Azhar 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013

H3 : Ada Hubungan yang signifikan kekuatan tungkai terhadap hasil belajar kayang pada siswa kelas VII SMP Al Azhar 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013

H0 : Tidak ada Hubungan kekuatan tungkai dengan kemampuan kayang pada siswa kelas VII SMP Al Azhar 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013

H4 : Ada Hubungan yang signifikan panjang lengan terhadap hasil belajar kayang pada siswa kelas VII SMP Al Azhar 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013

H0 : Tidak ada Hubungan panjang lengan dengan kemampuan kayang pada siswa kelas VII SMP Al Azhar 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013

H5 : Ada Hubungan yang signifikan panjang tungkai terhadap hasil belajar kayang pada siswa kelas VII SMP Al Azhar 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013

H0 : Tidak ada Hubungan panjang tungkai dengan kemampuan kayang pada siswa kelas VII SMP Al Azhar 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013


(35)

III. METODELOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Berdasarkan tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui kontribusi kelentukan dengan kemampuan kayang pada siswa kelas VII SMP Al Azhar 3 Bandar Lampung, maka metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasional. Menurut Arikunto (1991) Penelitian deskriptif korelasional atau penelitian korelasional yaitu untuk mengetahui seberapa erat kontribusi antara kedua variabel atau lebih. Tujuan penelitian korelasional untuk menemukan ada tidaknya kontribusi dan apabila ada, seberapa eratnya kontribusi serta berarti atau tidaknya kontribusi itu.

Menurut Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar (2008:131) Penelitian deskriptif korelasi adalah penelitian untuk mengetahui apakah ada kontribusi antara dua variabel atau lebih dan untuk mengetahui berapa besarnya sumbangan (kontribusi) variabel bebasnya (dependent variable) atau X terhadap variabel terikat (independent variable) atau Y.

Peneliti menduga bahwa unsur kelentukan tubuh bagian atas dan tubuh bagian bawah memberikan kontribusi yang berarti dengan kemampuan kayang.


(36)

Kontribusi kelentukan tubuh bagian atas dan tubuh bagian bawah dengan kemampuan kayang dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 6. Kerangka Pikir. Keterangan :

X1,2,3,4,5 : Kelentukan, kekuatan lengan, kekuatan tungkai, panjang lengan, panjang tungkai

Y : Kemampuan kayang

B. Variabel Penelitian

Variabel adalah suatu gejala yang bervariasi yang menjadi obyek penelitian (Suharsimi Arikunto, 1991:118). Sedangkan dalam penelitian ini ada dua variabel bebas dan satu variabel terikat.

1. Variabel bebas adalah yang mempengaruhi, yaitu kelentukan, kekuatan lengan, kekuatan tungkai, panjang lengan, panjang tungkai (X).

2. Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi, yaitu kemampuan kayang (Y).

C. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Untuk menyamakan persepsi mengenai variabel-variabel yang akan diukur dalam penelitian ini, maka perlu dipaparkan definisi operasional variabel sebagai berikut:

Y

X1

X2

X3

X4


(37)

1. Kontribusi adalah sumbangan, sokongan. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005: 520) Dalam setiap cabang olahraga unsur kondisi fisik memberikan kontribusi dalam penguasaan teknik gerak bukan hanya sebagai faktor pendukung, tetapi terkadang juga sebagai unsur utama.

2. Kelentukan merupakan kemampuan tubuh untuk melakukan latihan-latihan dengan amplitude gerakan yang besar atau luas, dengan kata lain kelentukan merupakan kemampuan pergtelangan/persendian untuk dapat melakukan gerakan-gerkan kesemua arah secara optimal.

3. Kayang adalah adalah sikap badan terlentang seperti “busur” dengan bertumpu pada kedua kaki dan tangan sedangkan lutut dan sikutnya dalam posisi lurus. 4. Kekuatan menurut adalah kemampuan kondisi fisik yang menyangkut

masalah kemampuan seseorang atlet pada saat mempergunakan sekelompok ototnya untuk melakukan kerja dengan menahan beban yang diangkatnya.

Jadi pengertian yang dimaksud dalam penelitian ini bahwa kontribusi kelentukan, kekuatan lengan, kekuatan tungkai, panjang lengan, panjang tungkai dengan kemampuan kayang adalah seberapa besar sumbangan yang akan diberikan oleh faktor kelentukan kelentukan, kekuatan lengan, kekuatan tungkai, panjang lengan, panjang tungkai terhadap keberhasilan siswa melakukan gerakan kayang yang benar sesuai dengan prinsip gerak, titik berat badan dan prinsip kesetimbangan.


(38)

D. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Menurut Suharsimi Arikunto (1997:108) Populasi adalah keseluruhan dari subjek penelitian. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Al Azhar 3 Bandar Lampung yang berjumlah 220 siswa.

2. Sampel

Menurut Suharsimi Arikunto (1997:108) Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Apabila subjeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua. Sebaliknya jika subjeknya lebih besar dari 100 dapat diambil antara 10-15% atau 20-25%. Karena seluruh siswa kelas VII berjumlah 220 siswa. Maka teknik pengambilan sampel adalah dengan purposive random sampling. Dengan perhitungan diambil 20% dari populasi, yaitu 22 siswa. Pengambilan masing-masing kelas akan disesuaikan dengan jumlah siswa pada setiap kelas (proporsi).

E. Instrumen

1. Instrumen Tes Kelentukan Tubuh

Untuk mengukur kelentukan seseorang menggunakan Trunk Extention Tingkat reliabilitas 0,72 dan validitas tergolong fase validity.

Tujuan : Mengukur kemampuan tubuh berektensi kearah belakang Alat : Menggunakan alat ukur digital (satuan cm).

Cara Pelaksanaan :

1) Peserta berada pada posisi badan telungkup

2) Lutut bagian belakang lurus (lutut tidak boleh ditekuk)

3) Pelan-pelan lentingkan badan dengan posisi tangan lurus ke depan mendorong mistar skala ke atas.


(39)

4) Usahakan agar ujung jari tangan mendorong skala sejauh mungkin. Sikap ini dipertahankan 3 detik.

5) Tes dilakukan 2 kali berturut-turut Hasil tes :

1) Yang diukur adalah tanda bekas jari yang tampak pada mistar skala 2) Hasil yang dicatat adalah angka skala yang dapat dicapai oleh kedua ujung jari yang terjauh.

Penilaian : Skor terjauh dari dua kali kesempatan dicatat sebagai skor dalam satuan cm.

Gambar 7. Trunk Extention Test (Digital). Sumber : Depdiknas Pusegjas. 2000

F. Tes Kekuatan Lengan

Tes kekuatan otot lengan (pull and push strenght test) yang bertujuan untuk mengukur kekuatan otot lengan dalam menarik dan mendorong. Setalah dilakukan pengukuran maka didistribusikan melalui tabel norma tes kekuatan lengan.


(40)

Norma tes kekuatan lengan putra

No Klasifikasi Standar Nilai

1 Sangat baik > 44

2 Baik 34-43

3 Sedang 25-33

4 Kurang 18-24

5 Kurang sekali <17

Tabel 1. Pelatihan Kesehatan Olahraga , (2000:74) Norma tes kekuatan lengan putri

No Klasifikasi Standar Nilai

1 Sangat baik > 39

2 Baik 30-38

3 Sedang 22-29

4 Kurang 15-21

5 Kurang sekali <14

Tabel 2. Pelatihan Kesehatan Olahraga , (2000:74)

G. Tes Kekuatan Tungkai

Tes kekuatan otot tungkai (leg strength test) yang bertujuan untuk mengukur kekuatan otot tungkai, dan didistribusikan dengan tabel norma tes tersebut.

Norma tes kekuatan otot tungkai putra

No Klasifikasi Standar Nilai

1 Sangat baik > 241

2 Baik 214-240

3 Sedang 160-213

4 Kurang 137-159

5 Kurang sekali <137

Tabel 3. Pelatihan Kesehatan Olahraga , (2000:74) Norma tes kekuatan otot tungkai putri

No Klasifikasi Standar Nilai

1 Sangat baik > 136

2 Baik 114-135

3 Sedang 66-113

4 Kurang 49-65

5 Kurang sekali <49


(41)

H. Tes Panjang Lengan

Lengan memberikan gambaran tentang keadaaan keadaan jaringan otot dan lapisan lemak yang ada dilengan. Cara mengukur panjang lengan adalah:

1) Rentangkan kedua lengan yang akan diukur

2) Ukur panjang lengan dengan alat ukur rentang lengan berdad dibagian depan dada dan posisikan alat pengukur rentang lengan sama panjang dengan panjang lengan.

3) Lihatlah atau baca yang tertera pada alat ukur, lalu jumlahkan dari kedua angka pada alat ukur.

Untuk lebih jelaslah perhatikan gambar alat ukur lengan sebagai berikut:

Gambar 8. Alat ukur panjang lengan I. Panjang Tungkai

Cara mengukur panjang lengan adalah:

1) Siapkan alat ukur pengukur panjag lutut, letakkan di atas permukaan lantai yang datar.

2) Berbaringlah di atas lantai yang datar.

3) Letakkan kaki di atas bidang datar, dan letakkan alat ukur diatas tungkai. 4) Ukur dari tungkai sampai batas lutut dengan penggaris alat pengukur panjang

lutut.


(42)

Untuk lebih jelaslah perhatikan gambar pengukuran tungkai sebagai berikut:

Gambar 9. Cara pengukuran panjang tungkai

J. Instrumen Tes Kemampuan Kayang

Adapun penilaian dari kemampuan kayang dapat dilihat dari kemampuan tubuh membentuk sikap busur yang sempurna (Roji, 2006). Semakin baik kelentukan siswa, maka nilai yang didapat akan semakin baik (sempurna).

Gambar 10. Kemampuan Kayang

Keterangan :

Nilai 5 : Sikap kayang sempurna. Posisi badan setimbang karena titik berat badan (tbb) jatuh pada tumpuan kakinya.


(43)

Nilai 4 : Sikap kayang baik, tetapi posisi tangan dan kaki terlalu jauh dari titik berat badan (tbb).

Nilai 3 : Sikap kayang cukup. Posisi togok melenting tidak sempurna, kepala menengadah lebih tinggi dari posisi badan.

Nilai 2 : Sikap kayang kurang. Karena tidak ada lentingan tubuh bagian bawah. Tbb jauh dari tumpuan kaki atau dari garis v, posisi ini tidak mungkin dapat bangun.

Nilai 1 : Tidak dapat melakukan kayang.

K. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data menggunakan teknik korelasi carl pearson dan korelasi ganda. Sekontribusi penelitian ini adalah penelitian sampel, maka diperlukan uji persyaratan untuk menentukan teknik analisis statistik yang digunakan. Uji persyaratan yang diperlukan adalah uji normalitas dan uji linearitas sebaran data. Secara lebih jelas pengujian analisis data dari uji prasyarat hingga pengujian hipotesis adalah sebagai berikut:

1. Uji Normalitas

Uji normalitas adalah uji untuk melihat apakah data penelitian yang diperoleh mempunyai distribusi atau sebaran normal atau tidak. Untuk pengujian normalitas ini adalah menggunakan uji Liliefors (Sudjana, 2005: 466). Dari perhitungan tersebut akan diperoleh L hitung . Dengan taraf signifikan 0,05 atau taraf kepercayaan 95% data berdistribusi normal jika Nilai L tabel lebih besar dari L hitung . Sebaliknya jika L hitung lebih besar dari L tabel maka data tersebut berdistribusi tidak normal.


(44)

2. Pengujian Hipotesis

a. Mencari Koefisien Korelasi

Untuk mengetahui kontribusi antara variabel bebas dan variabel terikat dapat digunakan korelasi product moment dan korelasi ganda. Menurut Sudjana (2005: 369) Koefisien korelasi antara variabel X1 dengan Y, dan X2 dengan Y dapat dicari dengan menggunakan rumus korelasi Carl Pearson :

 

2

2

 

2

i 2 i i i X -X -X X -X r           n n n i Keterangan :  i X

r = Koefisien korelasi n = Jumlah sampel X = Skor variabel X Y = Skor variabel Y

∑X = Jumlah skor variabel X

∑Y = Jumlah skor variabel Y ∑X2

= Jumlah kuadrat skor variabel X

∑Y2

= Jumlah kuadrat skor variabel Y

Dalam Sugiyono (2008: 226) Kuatnya kontribusi antar variabel dinyatakan dalam koefisien korelasi. Koefisien korelasi positif terbesar = 1 dan koefisien korelasi negatif terbesar = -1, sedangkan yang terkecil adalah 0. Bila kontribusi antara dua variabel atau lebih itu mempunyai koefisien korelasi = 1 atau -1, maka kontribusi tersebut sempurna. Jika didapat r = -1 maka terdapat korelasi negatif sempurna, artinya setiap peningkatan pada variabel tertentu maka terjadi penurunan pada variabel lainnya. Sebaliknya jika didapat r = 1, maka diperoleh korelasi positif sempurna. Artinya ada kontribusi yang positif antara variabel, dan kuat atau


(45)

tidaknya kontribusi ditunjukkan oleh besarnya nilai koefisien korelasi. Dan koefisien korelasi adalah 0 maka tidak terdapat kontribusi.

Tabel 5. Interpretasi koefisien korelasi nilai r. Interval Koefisien

Korelasi

Interpretasi Kontribusi 0,80 - 1,00

0,60 - 0,79 0,40 - 0,59 0,20 - 0,39 0,00 - 0,19

Sangat kuat Kuat Cukup kuat Rendah Sangat rendah

Untuk mengetahui apakah koefisien korelasi hasil perhitungan signifikan atau tidak, maka perlu dibandingkan dengan r tabel Product Moment, dengan taraf signifikan 0,05 (taraf kepercayaan 95%).

Kaidah pengujian signifikan : Jika r hitung ≥ r tabel , maka tolak Ho artinya ada kontribusi yang signifikan dan jika r hitung < r tabel, maka terima Ho artinya tidak ada kontribusi yang signifikan.

Untuk mengetahui kontribusi variabel X terhadap Y dicari dengan menggunakan rumus koefisien determinasi (Sudjana, 2005: 369).

Adapun rumus koefisien determinasi sebagai berikut : KP = r2

x 100 % Keterangan :

KP = Nilai koefisien determinasi r2 = Koefisien korelasi dikuadratkan


(46)

b. Mencari Korelasi Ganda

Untuk mencari kontribusi kedua variabel bebas dengan variabel terikat dengan menggunakan rumus Korelasi Ganda ( )

   

2 X X X X Y X Y X 2 Y X 2 Y X Y X X 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 r 1 r r r 2 r r R     Keterangan : Y X X1 2

R

: Koefisien korelasi ganda antar variabel X1 dan X2 secara bersama-sama dengan variabel Y

Υ X1

r : Koefisien korelasi X1 terhadap Y Υ

X2

r : Koefisien korelasi X2 terhadap Y

2

1X

X

r : Koefisien korelasi X1 terhadap X2

Untuk mengetahui sumbangan kedua variabel bebas dengan variabel terikat, koefisien determinasi dicari dengan mengalikan koefisisen korelasi ganda yang telah dikuadratkan (R2) dengan 100%.


(47)

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, maka simpulan yang dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel. Simpulan Hubungan Antar Variabel X dengan Y.

1. Ada kontribusi yang signifikan kelenturan sebesar 69,35 % terhadap kemampuan kayang.

2. Ada kontribusi yang signifikan kekuatan lengan sebesar 38,12 % terhadap kemampuan kayang.

3. Ada kontribusi yang signifikan kekuatan tungkai sebesar 37,30 % terhadap kemampuan kayang.

4. Ada kontribusi yang signifikan panjang lengan sebesar 31,38 % terhadap kemampuan kayang.

5. Ada kontribusi yang signifikan panjang tungkai sebesar 30,47 % terhadap kemampuan kayang.

Dari kelima hubungan variabel di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kelentukan memiliki hubungan yang paling besar terhadap keberhasilan kayang sebesar 69,35%.


(48)

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas maka dapat diajukan saran sebagai berikut : 1. Bagi siswa dalam usaha meningkatkan hasil belajar kayangnya agar perlu

mengetahui unsur-unsur kondisi fisik penentu peningkatan hasil yang optimal. 2. Guru Pendidikan Jasmani dalam usaha meningkatkan kayang maka perlu

memperhatikan kondisi fisik siswa sehingga dapat direncanakan program khusus guna tercapainya prestasi yang diharapkan.

3. Bagi peneliti lain bahwa masih ada unsur lain yang mempengaruhi penguasaan kayang, hal ini dapat diteliti kembali guna menjadi bahan pertimbangan dalam upaya meningkatkan penguasaan kayang.


(49)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (1998). Prosedur Penelitian, Rineka Cipta : Yogyakarta. ... (2006). Prosedur Penelitian, Rineka Cipta : Yogyakarta. Hazeldine, R.. 1989. Fitness For Sport. Trowbridge: Edwood Burn

Limited, hal. 93-99.

Hermawan, Rahmat. Ilmu Faal : Fisiologi. Univesitas Lampung.

Irianto, Pekik. (2007). Panduan Gizi Lengkap Keluarga dan Olahraga : Yogyakarta

Mahendra, Agus. 2001. Pembelajaran Senam. Penerbit Direktorat Jenderal Olahraga Depdiknas, Jakarta

Muhajir. 2007. Pendidikan Jasmani Untuk Kelas 1 SMP. Bandung : Yudhistira Mukholis Agus. 2004. Pendidikan Jasmani Teori dan Praktek. Erlangga : Jakarta. Nurhasan. (1986). Tes dan Pengukuran, Karunika Universitas Terbuka : Jakarta. Pusat Pengembangan Kualitas Jasmani. 2000. Buku Pedoman dan Modul

Pelatihan Kesehatan Olahraga. Depdiknas. Jakarta. .

Ridwan, (2005). Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru, Karyawan dan Penelitian Pemula, Alfabeta : Bandung.

Roji. 2007. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. Erlangga : Jakarta Sodikin, Chandra. (2010). Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan Untuk

SMP/MTS Kelas VIII, Jakarta : CV. Arya Duta

Syarifudin Aip (1997). Filsafah dan Sejarah Pendidikan Jasmani : Jakarta

Sujana, Nana. 1991. Teori-Teori Belajar untuk Pengajaran. Lembaga penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta.


(50)

Suparno. (2001). Pintar Berbahasa Indonesia. Rineka Cipta : Jakarta.

Suranto, Heru. (1991). Pengetahuan Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, Jakarta : Universitas Terbuka

Surayin. (1998). Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, Jakarta : Yudhistira

Tim Penyusun Kamus Bahasa Pusat. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Penerbit Balai Pustaka : Jakarta.

Usman, Husaini. 2008. Metodologi Penelitian Sosial. Bumi Aksara. Jakarta. Unila. (2008). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas Lampung, Bandar


(1)

tidaknya kontribusi ditunjukkan oleh besarnya nilai koefisien korelasi. Dan koefisien korelasi adalah 0 maka tidak terdapat kontribusi.

Tabel 5. Interpretasi koefisien korelasi nilai r. Interval Koefisien

Korelasi

Interpretasi Kontribusi 0,80 - 1,00

0,60 - 0,79 0,40 - 0,59 0,20 - 0,39 0,00 - 0,19

Sangat kuat Kuat Cukup kuat Rendah Sangat rendah

Untuk mengetahui apakah koefisien korelasi hasil perhitungan signifikan atau tidak, maka perlu dibandingkan dengan r tabel Product Moment, dengan taraf signifikan 0,05 (taraf kepercayaan 95%).

Kaidah pengujian signifikan : Jika r hitung ≥ r tabel , maka tolak Ho artinya ada kontribusi yang signifikan dan jika r hitung < r tabel, maka terima Ho artinya tidak ada kontribusi yang signifikan.

Untuk mengetahui kontribusi variabel X terhadap Y dicari dengan menggunakan rumus koefisien determinasi (Sudjana, 2005: 369).

Adapun rumus koefisien determinasi sebagai berikut : KP = r2

x 100 % Keterangan :

KP = Nilai koefisien determinasi r2 = Koefisien korelasi dikuadratkan


(2)

39

b. Mencari Korelasi Ganda

Untuk mencari kontribusi kedua variabel bebas dengan variabel terikat dengan menggunakan rumus Korelasi Ganda ( )

   

2 X X X X Y X Y X 2 Y X 2 Y X Y X X 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 r 1 r r r 2 r r R     Keterangan : Y X X1 2

R

: Koefisien korelasi ganda antar variabel X1 dan X2 secara bersama-sama dengan variabel Y

Υ X1

r : Koefisien korelasi X1 terhadap Y

Υ X2

r : Koefisien korelasi X2 terhadap Y 2

1X

X

r : Koefisien korelasi X1 terhadap X2

Untuk mengetahui sumbangan kedua variabel bebas dengan variabel terikat, koefisien determinasi dicari dengan mengalikan koefisisen korelasi ganda yang telah dikuadratkan (R2) dengan 100%.


(3)

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, maka simpulan yang dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel. Simpulan Hubungan Antar Variabel X dengan Y.

1. Ada kontribusi yang signifikan kelenturan sebesar 69,35 % terhadap kemampuan kayang.

2. Ada kontribusi yang signifikan kekuatan lengan sebesar 38,12 % terhadap kemampuan kayang.

3. Ada kontribusi yang signifikan kekuatan tungkai sebesar 37,30 % terhadap kemampuan kayang.

4. Ada kontribusi yang signifikan panjang lengan sebesar 31,38 % terhadap kemampuan kayang.

5. Ada kontribusi yang signifikan panjang tungkai sebesar 30,47 % terhadap kemampuan kayang.

Dari kelima hubungan variabel di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kelentukan memiliki hubungan yang paling besar terhadap keberhasilan kayang sebesar 69,35%.


(4)

50

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas maka dapat diajukan saran sebagai berikut : 1. Bagi siswa dalam usaha meningkatkan hasil belajar kayangnya agar perlu

mengetahui unsur-unsur kondisi fisik penentu peningkatan hasil yang optimal. 2. Guru Pendidikan Jasmani dalam usaha meningkatkan kayang maka perlu

memperhatikan kondisi fisik siswa sehingga dapat direncanakan program khusus guna tercapainya prestasi yang diharapkan.

3. Bagi peneliti lain bahwa masih ada unsur lain yang mempengaruhi penguasaan kayang, hal ini dapat diteliti kembali guna menjadi bahan pertimbangan dalam upaya meningkatkan penguasaan kayang.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (1998). Prosedur Penelitian, Rineka Cipta : Yogyakarta. ... (2006). Prosedur Penelitian, Rineka Cipta : Yogyakarta. Hazeldine, R.. 1989. Fitness For Sport. Trowbridge: Edwood Burn

Limited, hal. 93-99.

Hermawan, Rahmat. Ilmu Faal : Fisiologi. Univesitas Lampung.

Irianto, Pekik. (2007). Panduan Gizi Lengkap Keluarga dan Olahraga : Yogyakarta

Mahendra, Agus. 2001. Pembelajaran Senam. Penerbit Direktorat Jenderal Olahraga Depdiknas, Jakarta

Muhajir. 2007. Pendidikan Jasmani Untuk Kelas 1 SMP. Bandung : Yudhistira Mukholis Agus. 2004. Pendidikan Jasmani Teori dan Praktek. Erlangga : Jakarta. Nurhasan. (1986). Tes dan Pengukuran, Karunika Universitas Terbuka : Jakarta.

Pusat Pengembangan Kualitas Jasmani. 2000. Buku Pedoman dan Modul

Pelatihan Kesehatan Olahraga. Depdiknas. Jakarta. .

Ridwan, (2005). Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru, Karyawan dan Penelitian Pemula, Alfabeta : Bandung.

Roji. 2007. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. Erlangga : Jakarta Sodikin, Chandra. (2010). Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan Untuk

SMP/MTS Kelas VIII, Jakarta : CV. Arya Duta

Syarifudin Aip (1997). Filsafah dan Sejarah Pendidikan Jasmani : Jakarta

Sujana, Nana. 1991. Teori-Teori Belajar untuk Pengajaran. Lembaga penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta.


(6)

Suparno. (2001). Pintar Berbahasa Indonesia. Rineka Cipta : Jakarta.

Suranto, Heru. (1991). Pengetahuan Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, Jakarta : Universitas Terbuka

Surayin. (1998). Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, Jakarta : Yudhistira

Tim Penyusun Kamus Bahasa Pusat. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Penerbit Balai Pustaka : Jakarta.

Usman, Husaini. 2008. Metodologi Penelitian Sosial. Bumi Aksara. Jakarta. Unila. (2008). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas Lampung, Bandar


Dokumen yang terkait

KONTRIBUSI KELENTUKAN, KEKUATAN LENGAN, KEKUATAN TUNGKAI, PANJANG LENGAN DAN PANJANG TUNGKAI TERHADAP HASIL BELAJAR KAYANG PADA SISWA KELAS VII SMP AL AZHAR 3 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

3 21 50

KONTRIBUSI PANJANG TUNGKAI KEKUATAN OTOT TUNGKAI DAN LINGKAR PAHA DENGAN HASIL TENDANGAN PENALTY SEPAKBOLA PADA SEKOLAH SEPAKBOLA BINTANG UTARA PRATAMA BANDAR LAMPUNG

0 47 60

HUBUNGAN KEKUATAN TUNGKAI, PANJANG TUNGKAI KEKUATAN OTOT PERUT, DAN KECEPATAN TERHADAP HASIL LOMPAT JAUH GAYA JONGKOKPADA SISWA KELAS X SMA N 1 KOTAGAJAH LAMPUNG TENGAH

3 14 63

KONTRIBUSI KELINCAHAN DAN KEKUATAN OTOT LENGAN TERHADAP BACKHAND PADA PERMAINAN BULU TANGKIS SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 20 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 7 50

HUBUNGAN POWER OTOT TUNGKAI POWER OTOT LENGAN KELENTUKAN DAN KESEIMBANGAN DENGAN HASIL BELAJAR KAYANG PADA SISWA KELAS X SMK YAGSMI BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

1 19 67

KONTRIBUSI KEKUATAN LENGAN, PANJANG LENGAN, POWER TUNGKAI, PANJANG TUNGKAI, DAN KELENTUKAN TERHADAP KETERAMPILAN GERAK DASAR LONCAT HARIMAU PADA SISWA KELAS VIII SMP N 1 METRO

2 54 70

KONTRIBUSI KEKUATAN LENGAN, KEKUATAN TUNGKAI, KEKUATAN PERUT, DAN KEKUATAN PUNGGUNG TERHADAP KEMAMPUAN HANDSTAND PADA SISWA KELAS XI SMA N 1 BANDAR SRIBHAWONO

3 34 83

HUBUNGAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI PANJANG TUNGKAI DAN LINGKAR PAHA TERHADAP AKURASI PASSING DALAM PERMAINAN SEPAKBOLA PADA SISWA EKSTRAKULIKULER SEPAKBOLA SMP DHARMA PALA PANJANG BANDAR LAMPUNG TA 2014/2015

0 34 73

KONTRIBUSI POWER OTOT LENGAN, KEKUATAN OTOT TUNGKAI DAN KELENTUKAN TERHADAP HASIL ROLL BELAKANG PADA SISWA PUTRA KELAS VII SMP N 1 PESISIR T

2 29 67

KONTRIBUSI KEKUATAN OTOT LENGAN, POWER TUNGKAI, KELENTUKAN TUNGKAI, DAN KESEIMBANGAN TERHADAP HASIL LOMPAT KANGKANG PADA SISWA SISWI KELAS VIII SMPN 3 NATAR LAMPUNG SELATAN

2 24 65