PEMBUKAAN UUD 1945 004

PEMBUKAAN UUD 1945
Pokok-pokok Pikiran dalam Pembukaan UUD 1945
Pokok-pokok pikiran yang terkandung di dalam Pembukaan UUD 1945 adalah
sebagai berikut:
1. Pokok pikiran Pertama: “Negara- begitu bunyinya – melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia untuk
berdasar atas persatuan mewujudkan keadilan bagi seluruh rajyat
Indonesia”. Dalam Pembukaan ini, diterima aliran pengertian Negara
persatuan, Negara yang melindungi dan meliputi segenap bangsa seluuhnya.
Jadi, Negara mengatasi segala paham golongan, mengatasi segala paham
perseorangan. Negara menurut pengertian “Pembukaan” itu menghendaki
persatuan menghendaki persatuan yang meliputi segenap bangsa Indonesia.
Inilah suatu dasar Negara yang tidak boleh dilupakan.
Contohnya:
1.
2.
3.
4.
5.
6.


Mengikuti peraturan perundang undangan yang berlaku
Menjadi Warga Negara yang baik , disiplin dan memegang teguh Pancasila
Membangung Kesatuan yang memberi motivasi untuk seluruh masyarakat
Memberikan pelatihan bagi generasi penerus bangsa
Menunjukkan rasa kepedulian tinggi terhadap bangsa dan Negara
Menanamkan Tekad demi kemajuan Bangsa dan Negara

2. Pokok pikiran Kedua : “Negara hendak mewujudkan keadilan sosial
bagi seluruh rakyat” Hal ini merupakan pokok pikiran keadilan sosial. Pokok
pikiran yang hendak diwujudkan oleh Negara bagi seluruh rakyat ini
didasarkan pada kesadaran bahwa manusia Indonesia mempunyai hak dan
kewajiban yang sama untuk menciptakan keadilan sosial dalam kehidupan
masyarakat.
Contohnya:
1.Mengembangkan sikap gotong royong dan kekeluargaan dengan
lingkungan masyarakat sekitar.
2.Tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat merugikan kepentingan
orang lain/umum, seperti mencoret-coret tembok/pagar sekolah atau orang
lain, merusak sarana sekolah/umum, dan sebagainya.
3. Suka bekerja keras dalam memecahkan atau mencari jalan keluar(solusi)

atas masalah-masalah pribadi, masyarakat, bangsa, dan negara.

4.Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang
merata dan berkeadilan sosial melalui karya nyata, seperti melatih tenaga
produktif untuk terampil dalam sablon, perbengkelan, teknologi tepat guna,
membuat pupuk kompos, dan sebagainya.
5. Tidak boleh memaksakan kehendak, melakukan intimidasi dan berbuat
anarkis (merusak) kepada orang/barang milik orang lain jika kita tidak
sependapat.
3. Pokok pikiran Ketiga : “Negara yang berkedaulatan rakyat berdasar
atas kerakyatan dan permisyawaratan/perwakilan”. Oleh karena iti, sisten
begara yang terbentuk dalam UUD 1945 harus berdasar atas kedaulatan
rakyat dan berdasar atas permusyawaratan/perwakilan. Memang aliran ini
sesuai dengan sifat “masyarakat Indonesia”. Ini adalah pokok pikiran
kedaulatan rakyat, yang menyatakan bahwa kedaulatan adalah ditangan
rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat.
Contohnya:
1. mengikuti pemilihan umum sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku.
2. melaksanakan peraturan perundang-undangan yang berlaku dengan penuh
tanggung jawab.

3.Berperan serta dalam memilih anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi, DPRD
Kabupaten/Kota, dan BPD.
4.Berperan serta memilih calon presiden dan wakil presiden dalam pemilu.
5.Tidak mengganggu jalanan pemilihan umum.

4. Pokok pikran Keempat : “Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha
Esa menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab”. Oleh karena itu,
UUD 1945 harus mengandung isi yang mewajibkan pemerintah dan lain-lain
penyelenggara Negara untuk memelihara budi pekerti kemanusiaan yang
luhur dan memegang teguh cita-cita moral rakyat yang luhur. Hal ini
menegaskan pokok pikiran Ketuhanan Yang Maha Esa dan Kemanusiaan yang
adil dan beradab.
Contohnya:
1.Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan
ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing.
2.Percaya dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan agama
dan kepercayaannya masing-masing.
3.Tidak melakukan penistaan dari suatu agama seperti melakukan
pembakaran rumah rumah ibadah.


4.Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
5.Menjalani perintah agama sesuai ajaran agama yang dianut masingmasing. Kita tidak boleh membeda-bedakan cara bergaul hanya karena ras,
suku dan agama