Pengantar Ilmu Hukum 005

Pengantar Ilmu Hukum
Pengantar Ilmu Hukum merupakan sebuah pelajaran dasar tentang
hukum, yang menjelaskan hukum secara garis besar. Pengantar Ilmu
hukum sebagai pengenalan pertama tentang hukum, sebagai langkah
awal untuk mempelajari hukum kedepannya, dan yang akan menjadi akar
bagi ilmu hukum itu sendiri.
A. Pengertian Ilmu Hukum
Ilmu hukum adalah Ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang
hukum. Didalamnya berbicara tentang segala sesuatu yang
menyagkut dan berhubungan dengan hukum.
Menurut kamus Perpustakaan Hukum bahwa Ilmu Hukum dikenal
dengan nama “Jurisprudence” yang berasal dari kata ‘ Jus’, ‘Juris’ yang
artinya hukum atau hak, dan kata ‘ Prudence’ berarti melihat kedepan
atau mempunyai keahlian, dan arti umum Jurisprudence adalah ilmu
pengetahuan yang mempelajari ilmu hukum.
Menurut Prof. Purbacaraka dan Soerjono Soekanto ilmu hukum
merupakan:
1. Ilmu hukum mencakup ilmu tentang kaidah atau norma yaitu
ilmu yang menelaah hukum sebagai kaidah dengan dokmatik
hukum dan sistematik hukum.
2. Ilmu hukum tentang pengertian, ilmu tentang pengertianpengertian hukum seperti subyek hukum, kejadian hukum, dan

peristiwa hukum.
3. Ilmu tentang kenyataan yang menyoroti hukum sebagai
prikelakuan dan sikap kita mencakup sosiologi hukum,
antropologi hukum, dan fisiologi hukum.
B. Pengertian Hukum
Hukum adalah sekumpulan aturan-aturan yang bersifat memaksa,
didalamnya
terdapat
berbagai
norma-norma
yang
apabila
melanggarnya dapat dikenakan sanksi-sanksi sesuai perbuatannya.
Hukum bertujuan sebagai alat untuk mengatur tingkah laku manusia
agar tercipta ketertiban dan kesejahtraan dalam hidup bermasyarakat.
Hukum memiliki pengertian yang sangat luas sehingga banyak
pandangan-pandangan dari kalangan akademisi yang mendefinisikan
tentang pengertian hukum itu sendiri. Adapun beberapa pandangan
para sarjana ilmu hukum tentang pengertian hukum, diantaranya:
1. Prof. Mr. E.M. Meyers


Dalam bukunya “De Algemene begrippen van het Burgerlijk Rech”
mengatakan bahwa: Hukum ialah semua aturan yang
mengandung pertimbangan kesusilaan, ditujukan kepada tingkah
laku manusia dalam masyarakat, dan yang menjadi pedoman
bagi Penguasa-penguasa Negara dalam melakukan tugasnya”.
2. Drs. E. Utrecht, S.H.
Memberikan
batasan bahwa “Hukum adalah himpunan
peraturan-peraturan (perintah-perintah dan larangan-larangan)
yang mengurus tata tertib suatu masyarakat dan karena itu harus
ditaati harus ditaati oleh masyarakat itu”.
3. S.M. amin, S.H.
Dalam bukunya yang berjudul “Bertamasya ke Alam Hukum”,
hukum dirumuskan sebagai “Kumpulan-kumpulan peraturanperaturan yang terdiri dari norma dan sanksi-sanksi itu disebut
hukum dan tujuan hukum adalah mengadakan ketertiban dalam
pergaulan manusia, sehingga keamanan dan ketertiban
terpelihara”.1
C. Unsur-unsur Hukum
Adapun beberapa rumusan unsur-unsur hukum yang telah

ditetapkan oleh para Sarjana Hukum Indonesia diantaranya:
1. Pergaulan mengenai tingkah laku manusia
2. Peraturan itu diadakan oleh badan-badan resmi dan yang
berwajib
3. Peraturan itu bersifat memaksa
4. Sanksi yang tegas bagi yang melanggar peraturan.
Manusia merupakan makhluk sosial tentunya tidak bisa hidup
sendri melainkan hidup bersama dengan manusia lainnya, sehingga
dalam bergaul, berinteraksi dan menalani hidup bermasyarakat
haruslah mentaati kaedah-kaedah hukum yang ada, menalani hidup
yang rukun, saling menghormati agar tercipta hidup yang seajahtera.
Akan tetapi tidaklah semua orang dapat mentaati kaedah-kaedah
hukum peraturan-peraturan yang telah dibuat, sehingga diperlukan
adanya unsur memaksa dalam setiap peraturan agar peraturan
tersebut dapat dapatuhi dan ditaati. Adanya sifat memaksa dan
mengatur dalam hukum akan lebih menjamin hidup yang tertib,
dimana setiap pelanggaran dapat memberikan sanksi yang tegas dan
1Kansil, C.S.T., Drs, SH, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia , Balai
Pustaka, Jakarta, 1989, hal.38.


yang memiliki efek jera agar kesalahan yang pernah dilakukan tidak
kembali dilakukan dimasa yang akan datang.
D. Ciri-ciri Hukum
Untuk dapat lebih mengenal hukum, tentunya terlebih dahulu kita
harus mengetahui ciri-ciri hukum itu sendiri, diantaranya yaitu:
1. Adanya perintah dan/atau larangan
2. Perintah dan larangan itu harus ditaati/dipatuhi setiap orang
3. Harus adanya sanksi yang tegas.
Ketiga ciri-ciri hukum diatas merupakan suatu yang harus ada
pada hukum itu sendiri, dengan adanya perintah dan larangan itu
maka setiap orang diwajibkan untuk mematuhi segala sesuatu yang
telah menjadi perintah ataupun larangan tersebut dan tidak bertindak
semena-mena sehingga tata-tertib dalam hidup bermsyarakat tetap
terpelihara dengan sebaik-baiknya. Hukum merupakan peraturan yang
beragam yang mana didalamnya terdapat berbagai peraturan yang
menentukan dan mengatur tata cara berhubungan seseorang dengan
orang lainnya dalam kehidupan bermasyarakat.
Barangsiapa yang melanggar suatu peraturan atau kaedah hukum
maka dapat dijatukan sanksi terhadap dirinya sebagai akibat dari
pelanggaran yang dilakukannya. Hukuman yang akan diberikan tentu

sesuai pelanggaran yang dilakukannya, adapun beberapa jenis
hukuman yang termaktub dalam Pasal 10 Kitab Undang-undang
Hukum Pidana (KUPH) adalah:
1. Pidana pokok terdiri dari:
a. Pidana mati
b. Pidana penjara
c. Pidanan kurungan
d. Pidana denda
2. Adapun pidana tambahan terdiri dari:
a. Pidana pencabutan hak-hak tertentu
b. Pidana perampasan barang-barang tertentu
c. Pidana pengumuman keputusan hakim.2
E. Tujuan Hukum
Tujuan hukum adalah untuk menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan
serta menjamin kepastian hukum yang ada didalam masyarakat
hukum tersebut. Dalam pergaulan hidup dimasyarakat akan
menimbulkan berbagai macam hubungan-hubungan antara orang
yang satu dengan orang yang lainnya, antara kelompok yang satu
dengan kelompok yang lainnya, dimana hubungan tersebut timbul
2Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).


karena adanya berbagai macam kepentingan dalam masyarakat
tersebut. Sehingga dalam menjalani hubungan tersebut membutuhkan
adanya sebuah aturan yang dapat menjamin keseimbangan dan
kesetabilan dalam suatu pergaulan dimasyarakat, serta dalam
menjalin hubungan tersebut tidak terjadi kekacauan yang tidak
diinginkan.
Untuk dapat tercapainya tujuan hukum yang menjunjung tinggi
nilai-nilai keadilan serta terjaminnya kepastian hukum yang akan
berimbas pada keseimbangan dalam masyarakat, maka haruslah
segala aturan hukum tersebut dibuat atas keinginan dan kebutuhan
bersama serta atas kesadaran diri dari setiap anggota masyarakat
tersebut. Dengan demikian dapat tercipta peraturan-peraturan hukum
yang memiliki sifat memaksa dan mengatur setiap anggota
masyarakat, setelah terciptanya peraturan hukum tersebut maka
setiap anggota masyarakat hukum harus taat dan patuh terhadap
peraturan hukum tersebut. Setiap pelanggaran peraturan hukum yang
berlakuharus mendapat sanksi yang tegas sebagai reaksi terhadap
perbuatannya yang melanggar ketentuan-ketentuan dalam peraturan
hukum tersebut.

Untuk dapat menjaga agar setiap peraturan-peraturan hukum
tersebut dapat berlangsung dan diimplementasikan secara terus
menerus serta dapat diterima dalam kehidupan bermasyarakat dan
bernegara, maka setiap peraturan hukum tersebut haruslah sesuai
dan tidak bertentangan dengan asas-asas keadilan pada masyarakat
tersebut.
Adapun beberapa pendapat para ahli hukum yang terkenal
tentang tujuan dari hukum diantaranya sebagai berikut:
1. Prof. Subekti, S.H.
Didalam buku yang ditulis berjudul “Dasar-dasar Hukum dan
Pengadilan” Prof. Subekti, S.H.,mengatakanbahwa hukum itu
mengabdi pada tujuan Negara yang dalam pokoknya adalah
untuk mendatangkan kemakmuran dan kebahagiaan pada
rakyatnya.
Hukum menurut Prof. Subekti, S.H., melayani tujuan Negara
tersebut dengan menyelenggarakan “Keadilan” dan “ketertiaban”,
adapun syarat-syarat yang pokok untuk dapat mendatangkan
kebahagiaan dan kemakmuran. Ditegaskan selanjutnya, bahwa
keadilan itu kiranya dapat digambarkan sebagai suatu keadaan
keseimbangan yang membawa ketentraman di dalam hati setiap

orang, dan jika diusik atau dilanggar maka akan menimbulkan
kegoncangan dan kegelisahaan.

Keadilan
selalu
mengandung
unsur
“penghargaan”,
“penilaian”atau “pertimbangan” dan karena itu ia lazim
dilambangkan dengan suatu “neraca keadilan”. Dikatakan bahwa
keadilan itu menuntut bahwa “dalam keadaan yang sama maka
tiap orang mesti menerima bagian yang sama pula”.3

2. Prof. Mr. Dr. L.J. Van Apeldoorn
Didalam bukunya “Inleiding tot de studie van het
Nederlandse recht” mengatakan bahwa tujuan hukum adalah
mengatur pergaulan hidup manusia secara damai. Hukum
menghendaki perdamaian.
Perdamaian diantara manusia dipertahankan oleh hukum
dengan

melakukan
perlindungan
terhadap
kepentingankepentingan mengenai hukum manusia tertentu, kemerdekaan,
keselamatan, harta benda, jiwa terhadap pihak yang ingin
merugikannya.
Kepentingan perseorangan akan selalu bertentangan dengan
kepentingan setiap golongan manusia. Segala pertentangan
kepentingan ini bisa menjadi bahan pertikaian bahkan bisa
menjelma menjadi sebuah peperangan seandainya hukum tak
bertindak menjadi suatu perantara untuk mempertahankan
sebuah perdamaian.
Adapun hukum mempertahankan perdamaian dengan
menimbang kepentingan yang bertentangan itu secara teliti dan
mengadakan keseimbangan diantaranya, karena hukum hanya
dapat mencapai tujuan, jika ia menuju peraturan yang adil;
artinya
peraturan
yang
terdapat

keseimbangan
antara
kepentingan-kepentingan yang dilindungi, pada setiap orang
memperoleh sebanyak mungkin yang menjadi bagiannya.
Keadilan itu tidak dipandang sama artinya dengan kesamarataan.
Keadilan bukan berarti bahwa tiap-tiap orang memperoleh bagian
yang sama.
Dalam tulisannya “Rhetorica” Aristoteles membedakan dua
macam keadilan, yaitu keadilan “distributif” dan keadilan
“komulatif”. Keadilan “distributif” adalah keadilan yang
memberikan kepada setiap orang jatah menurut jasanya
(pembagian menurut hak masing-masing). Sedangkan keadilan
“komulatif” adalah keadilan yang memberikan kepada setiap
orang dengan tidak mengingat jasa-jasa perseorangan.4

3Kansil, C.S.T., Drs, SH, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Balai
Pustaka, Jakarta, 1989, hal. 41.
4Ibid, hal. 42.

3. Teori Etis

Ada teori yang mengajarkan bahwa hukuman itu sematamata menghendaki keadilan. Teori-teori yang mengajarkan
mengenai hal tersebut dinamakan teori etis, karena menurut
teori-teori itu, isi hukum semata-mata harus ditentukan oleh
kesadaran etis kita mengenai apa yang adil dan apa yang tidak
adil.
Teori ini menrutu Prof. Van Apeldoorn berat sebelah, karena ia
melebih-lebihkan kadar keadilan hukum, sebab ia tak cukup
memperhatikan kondisi yang sebenarnya.
Hukum menetapkan peraturan-peraturan umum yang
menjadi
petunjuk
untuk
orang-orang
dalam
pergaulan
masyarakat. Jika hukum semata-mata menghendaki keadilan, jadi
semata-mata mempunyai tujuan memberi tiap-tiap orang tentang
apa yang patut diterimanya, maka ia tidak dapat membentuk
peraturan-peraturan umum.
Tertib hukum yang tak mempunyai peraturan hukum, tertulis
atau tidak tertulis, tak mungkin, kata Prof. Van Apeldoorn. Tak
adanya peraturan umum, berarti ketidak tentuan yang sungguhsungguh mengenai apa yang disebut adil atau tidak adil. Dan
ketidaktentuan inilah yang akan selalu menyebabkan perselisihan
antar anggota masyarakat, jadi menyebabkan keadaan yang tidak
teratur.
Dengan demikian hukum harus menentukan peraturan
umum, harus menyamaratakan. Tetapi keadilan
melarang
menyamaratakan; keadilan menuntut supaya setiap perkara
harus ditimbang tersendiri.
Oleh karena itu kadang-kadang pembentunk undang-undang
sebanyak mungkin memenuhi tuntutan tersebut dengan
merumuskan peraturan-peraturan yang sedemian rupa, sehingga
hakim diberikan kelonggaran yang besar dalam melakukan
peraturan-peraturan tersebut atas hal-hal yang khusus.5
Dalam hukum ada dua teori berkaitan yang dengan tujuan
hukum diantaranya yaitu teori utilities dan teori etis. Teori utilities,
yang menganggap hukum dapat memberikan manfaat kepada
orang banyak dalam masyarakat. Sedangkan Teori Etis memiliki
tolak ukur pada etika dimana isi hukum ditentukan oleh keyakinan
kita yang sesuai dengan nilai etis tentang keadilan dan
ketidakadilan. Dimana bertujuan untuk mencapai keadilan dan
memberikannya kepada setiap anggota masyarakat yang menjadi
haknya.
5Ibid, hal. 43.

Pada hakekatnya, tujuan hukum adalah manfaat dalam
menyalurkan kebahagiaan atau kenikmatan yang besar bagi
jumlah yang terbesar. Terkait dengan tujuan hukum, penulis
mencoba merangkum beberapa pendapat para ahli mengenai
tujuan hukum yaitu:
a. Tujuan hukum menurut Prof. Subekti S.H. adalah untuk
menyelenggarakan ketertiban dan keadilan sebagai syarat
untuk mendatangkan kebahagiaan dan kemakmuran.
b. Tujuan hukum menurut Van Apeldor adalah untuk mengatur
pergaulan hidup yang ada dimasyarakat secara damai
dengan melindungi segala kepentingan hukum manusia,
semisal kemerdekaan jiwa, harta benda, dan kehormatan.
c. Tujuan hukum menurut Aristoteles (teori etis) adalah
hanyalah
untuk
mencapai
keadilan,
yang
berarti
memberikan sesuatu kepada setiap orang yang telah
menjadi haknya. Dikatakan teori etis karena hukumnya berisi
tentang kesadaran etis mengenai apa yang adil dan apa
yang tidak adil.
d. Tujuan hukum menurut Geny untuk mencapai keadailan dan
sebagai
unsur
daripada
keadilan
disebutkannya
”kepentingan daya guna dan kemanfaatan”.
e. Tujuan hukum menurut Jeremy Bentham (teori utilitis) adalah
untuk mencapai kemanfaatan. Berarti hukum untuk
menjamin kebahagiaan bagi banyak orang atau masyarakat.
f. Tujuan hukum menurut Purnadi dan Soerjono Soekanto
adalah untuk mencapai kedamaian hidup manusia
mencakup ketertiban eksternal antarpribadi dan ketenangan
internal pribadi.