ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI INDONESIA

(1)

ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI INDONESIA

Oleh

AHMAD BAYU KUSUMA WARDHANA

Beras merupakan salah satu komoditas penting dalam kehidupan sosial masyarakat Indonesia. Posisi komoditas beras bagi sebagian besar penduduk Indonesia adalah sebagai makanan pokok, karena hampir seluruh penduduk Indonesia membutuhkan beras sebagai bahan makanan utamanya disamping merupakan sumber nutrisi penting dalam struktur pangan, sehingga aspek penyediaan menjadi hal yang sangat penting mengingat jumlah penduduk Indonesia yang sangat besar. Dalam hal ini, pemerintah berkewajiban untuk memenuhi kebutuhan konsumsi beras di dalam negeri demi meningkatkan ketahanan pangan di Indonesia.

Penelitian ini bertujuan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan beras di Indonesia serta tingkat elastisitasnya dengan menggunakan metode Ordinay Least Square. Faktor-faktor tersebut yang dinilai berpengaruh terhadap permintaan beras ialah harga beras, pendapatan, dan jumlah penduduk di Indonesia. Data yang digunakan di dalam penelitian ini adalah data kurun waktu tahun 2001-2013. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa harga berpengaruh negatif dan signifikan terhadap permintaan beras di Indonesia, serta pendapatan perkapita maupun jumlah penduduk berpengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan beras di Indonesia.

Kata Kunci : permintaan beras, harga beras, pendapatan perkapita, jumlah penduduk


(2)

ABSTRACT

THE ANALYSIS OF THE DEMAND FOR RICE IN INDONESIA

By

AHMAD BAYU KUSUMA WARDHANA

Rice is one of the important commodities in Indonesian society. The position of the rice commodity for most people in Indonesia are as a staple food, because almost the entire population of Indonesia need rice as a main food source besides an essential nutrient in the food structure, so that aspect of the provision becomes very important considering the number of Indonesian population is very large. In this case, the government is obliged to meet the needs of domestic rice consumption in order to improve food security in Indonesia.

This study aimed to analyze the factors that influence the demand for rice in Indonesia as well as the level of elasticity by using the Least Square method Ordinay. These factors are assessed effect on the demand for rice is rice prices, income, and number of people in Indonesia. The data used in this research is the data the period of 2001-2013. Results of this study explained that the price of a significant negative effect on demand for rice in Indonesia, as well as per capita income and the total population and a significant positive effect on demand for rice in Indonesia.


(3)

Oleh

Ahmad Bayu Kusuma Wardhana

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA EKONOMI

Pada

Jurusan Ekonomi Pembangunan

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(4)

(5)

(6)

(7)

Penulis dilahirkan di Kota Metro pada tanggal 27 September 1991, sebagai anak pertama dari dua bersaudara pasangan Ahmad Yani dan Dra. Hj. Meli Darti Djayasinga, M.M.

Penulis mengawali pendidikan di Taman kanak-kanak Aisyiyah Bustanul Athfal Kota Metro pada tahun 1996. Kemudian melanjutkan pendidikan di Sekolah Dasar Pertiwi Teladan Kota Metro pada tahun 1997. Kemudian setelah lulus pada tahun 2003, penulis melanjutkan pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 02 Kotagajah, Lampung Tengah yang diselesaikan pada tahun 2006. Penulis melanjutkan pendidikan berikutnya di SMA Negeri 01 Kotagajah Lampung Tengah dan lulus pada tahun 2009. Setelah itu, pada tahun 2009 penulis diterima sebagai salah satu mahasiswa jurusan Ekonomi Pembangunan di Fakultas Ekonomi Universitas Lampung, melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).


(8)

Papaku Ahmad Yani..

Mamaku Dra. Hj. Meli Darti Djayasinga, M.M.. Adikku Aldilla Karina Putri..

Kakek Nenekku tercinta.. Sahabat-sahabatku tercinta..


(9)

“Hidup ini adalah pilihan, dan setiap pilihan selalu ada konsekuensinya. Maka bertanggungjawablah atas pilihan tersebut!”

(Ahmad Bayu Kusuma Wardhana)

“Bermimpi tanpa bertindak, berharap tanpa bergerak, seperti pungguk yang merindukan bulan.”


(10)

SANWACANA

Puji syukur kepada Allah SWT yang melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Permintaan Beras di Indonesia”.

Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Satria Bangsawan, S.E., M.Si., sebagai Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

2. Bapak Moneyzar Usman, S.E., M.Si., sebagai Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung yang telah banyak membantu saya. 3. Bapak Muhammad Husaini, S.E., M.Si., sebagai Ketua Jurusan Ekonomi

Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

4. Ibu Asih Murwiati, S.E., M.E, sebagai Sekertaris Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

5. Bapak Dr. I Wayan Suparta, S.E., M.Si., sebagai pembimbing I skripsi. 6. Ibu Zulfa Emalia, S.E., M.Sc., sebagai pembimbing II skripsi.

7. Bapak M.A. Irsan Dalimunthe, S.E., M.Si., sebagai dosen penguji.

8. Bapak Imam Awaluddin, S.E., M.E., sebagai dosen pembimbing akademik. 9. Keluargaku, Papaku Ahmad Yani, Mamaku Dra. Hj. Meli Darti Djayasinga,

M.M., serta adikku Aldilla Karina Putri, atas berkat semangat, doa, dan dukungan moril ataupun materil demi kelancaran kuliahku.


(11)

11.Sahabat-sahabat terbaikku Markus Triwahyudi, Faizal, Falda, Gogor, Ekky, Kristiadi Candra, Septoni Permadi, Ogy Ramzogi, Gerchad Tobing, Mujayin, Wayan, dan Eli Fajar, serta semua teman-temanku di Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Angkatan 2009.

12.Teman-teman Ekonomi Pembangunan Angkatan 2007 Bang Dani, Bang Sena, Bang Pandi, dan Bang Lutfan. Teman-teman Ekonomi Pembangunan Angkatan 2008 Bang Apri, Bang Nasir, Bang Angga, Bang Mizan, Bang Iduy, Bang Ricky (komeng), dan Bang Irfa.

13.Adik-adik tingkatku Angkatan 2010, Angkatan 2011, Angkatan 2012, Angkatan 2013, dan Angkatan 2014 yang tidak dapat disebutkan semua.

14.Teman-teman Seperjuanganku di kos-kosan Asrama Kemala Jaya, Wahidi (Beta), Ivan Putranto, Agung, Bang Ari Ranau, Bang Obi, Bang Rio, Thorik AG, Nasir, Bang Togar, Vicky, Fajar, Revo.

15.Guru-guru dan teman-temanku di SMA N 1 Kotagajah XII IPS 1 (Amazone Club), Wali kelasku Bu Libra. S.pd, Guru Ekonomiku Bu Neny. W. S.pd, Budiono, Firman Syahri, Yusuf Yakub, Patria, Dodok, Dwi, Rudi.

16.Teman-teman KKN Januari-Februari 2013 Desa Bukit Batu, Kecamatan Kasui Kabupaten Waykanan.

17.Pak Sekdes Bukit Batu Kasui Bapak Mohammad Ali yang sudah seperti ayah sendiri ketika menjalani masa KKN.

18.Teman-teman Mapala Unila dan sesama pecinta alam yang sudah seperti keluarga keduaku di kampus.


(12)

20.Teman-teman Margorahayu I Kotagajah, Lampung Tengah.

Semoga Allah SWT menilai sebagai ibadah atas kebaikan semua. Dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi pembaca. Amin.

Bandar Lampung, 22 Mei 2015 Penulis


(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI... i

DAFTAR TABEL... ii

DAFTAR LAMPIRAN... iii

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang... 1

B. Rumusan Masalah... 8

C. Tujuan Penelitian... 9

D. Hipotesis Penelitian... 9

E. Manfaat Penelitian... 10

F. Kerangka Pemikiran... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 12

A. Beras Sebagai Komoditas Pokok... 12

B. Teori Permintaan... 14

C. Elastisitas... 17

D. Harga... 21

E. Pendapatan Perkapita... 22

F. Pertumbuhan Penduduk... 23

G. Penelitian Terdahulu... 24

BAB III METODE PENELITIAN... 28

A. Ruang Lingkup Penelitian... 28

B. Jenis dan Sumber Data... 28

C. Definisi Variabel Operasional... 29

D. Metode Analisis... 30

E. Pengujian Asumsi Klasik... 32

F. Pengujian Hipotesis... 36

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 42

A. Hasil Penelitian... 42

B. Pembahasan... 50

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 54

A. Kesimpulan... 54

B. Saran... 55 DAFTAR PUSTAKA


(14)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Padi di Indonesia ... 4

2. Harga Beras Menurut HPP tahun 2001-2013 ... 5

3. Pendapatan Perkapita Indonesia tahun 2001-2013 ... 7

4. Penduduk Indonesia tahun 2001-2013 ... 8

5. Interpretasi Elastisitas Pendapatan ... 20

6. Interpretasi Elastisitas Silang ... 21

7. Hasil Uji Multikolinieritas ... 44

8. Hasil Uji Heterosekdastisitas No Cross ... 45


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Data Tahunan Permintaan Beras, Harga Beras Berdasarkan Inpres, Pendapatan Perkapita, dan Jumlah Penduduk

di Indonesia tahun 2001-2013... ... L1 2. Hasil Regresi Ordinary Least Square (OLS)... ... L2 3. Hasil Uji Normalitas ... L3 4. Hasil Uji Multikolinieritas... ... L4 5. Hasil Uji Heteroskedastisitas (No Cross Term)... ... L5 6. Hasil Uji Autokorelasi... ... L6 7. Hasil Uji Koefisien Determinan... ... L7


(16)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sektor pangan merupakan bagian dari sektor pertanian yang memiliki peranan sangat penting dalam ketahanan nasional, mewujudkan ketahanan pangan, pembangunan wilayah, pengentasan kemiskinan, penyerapan tenaga kerja dan penerimaan devisa, serta menjadi penarik bagi pertumbuhan industri hulu dan pendorong pertumbuhan untuk industri hilir yang memberikan kontribusi cukup besar terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Sebagai salah satu negara agraris di dunia, peranan tanaman pangan juga telah terbukti secara empiris, baik dikala kondisi ekonomi normal maupun saat menghadapi krisis. Seiring itu pula, kebutuhan sektor pangan di Indonesia khususnya beras terus mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk. Dalam hal ini pemerintah berkewajiban untuk memenuhi kebutuhan konsumsi beras di dalam negeri (Cahyono, 2001).

Beras merupakan salah satu komoditas penting dalam kehidupan sosial masyarakat Indonesia. Posisi komoditas beras bagi sebagian besar penduduk Indonesia adalah sebagai makanan pokok karena hampir seluruh penduduk Indonesia membutuhkan beras sebagai bahan makanan utamanya disamping merupakan sumber nutrisi penting dalam struktur pangan, sehingga aspek penyediaan menjadi hal yang sangat penting mengingat jumlah penduduk


(17)

Indonesia yang sangat besar. Pengenalan komoditi beras kepada masyarakat bukan pengkonsumsi nasi telah mengakibatkan permintaan beras mengalami peningkatan sepanjang tahun. Masyarakat Papua yang sebelumnya bukan sebagai makanan utama, saat ini telah terbiasa dengan mengkonsumsi nasi dalam keseharian mereka, begitu juga dengan masyarakat Indonesia di daerah lainnya (Aziz, 2010).

Beras adalah makanan pokok berpati yang banyak dikonsumsi penduduk Indonesia. Lebih dari 50 persen jumlah kalori dan hampir 50 persen jumlah protein berasal dari beras. Dengan meningkatnya pendapatan dapat

diperkirakan bahwa peranan beras sebagai sumber energi bagi tubuh manusia di masa mendatang akan semakin besar, oleh karena itu sejak REPELITA III pemerintah memberikan prioritas pada kebijakan pangan yang

mengutamakan makanan pokok berpati lainnya untuk mengisi kekurangan beras. Mengingat pentingnya beras untuk rata-rata orang Indonesia akan mengakibatkan ketidakseimbangan penawaran dan permintaan, jika hal itu terjadi akan menimbulkan pengaruh yang tidak stabil pada harga-harga serta dapat menimbulkan reaksi politik dan sosial yang tidak dikehendaki dan cenderung menghambat kegiatan pembangunan ekonomi secara keseluruhan (Mears, 1982).

Selama 30 tahun terakhir Indonesia selalu menjadi negara net importir beras, yaitu negara yang mencukupi kekurangan kebutuhan akan beras dengan cara mengimpor dari negara lain. Pertumbuhan konsumsi beras terutama


(18)

perkapita (Siswanto, 2002). Berikut ini grafik konsumsi beras perkapita Indonesia tahun 2003 - 2012:

Gambar 1 Konsumsi Beras (Kg/perkapita) Indonesia Tahun 2003-2012 Dari Gambar 1 diatas dapat dilihat pertumbuhan konsumsi beras per kapita di Indonesia tahun 2001-2009 berfluktuasi tetapi cenderung meningkat. Tahun 2002 rata-rata konsumsi beras 115,5 kg/kapita/tahun. Tahun 2003 turun menjadi 109,7 kg/kapita/tahun. Penurunan ini terjadi karena masyarakat mulai mengkonsumsi pangan hasil diversifikasi pangan. Selanjutnya di tahun 2004, konsumsi beras naik drastis menjadi 138,81 kg/kapita/tahun, dan 2005-2007 sebesar 139,15 kg/kapita/tahun. Tahun 2005-2007 konsumsi beras nasional sekitar 139 kg/kapita/tahun dan jumlah ini berlangsung sampai tahun 2009 (Sukri, 2009). Konsumsi beras nasional sebesar 139 kg/kapita/tahun masih dinilai sangat tinggi bila dibandingkan negara lainnya di Asia seperti Jepang hanya 60 kg dan Malaysia 80 kg/kapita/tahun. Hal ini mengakibatkan permintaan beras di dalam negeri tinggi dan tidak seimbang dengan ketersediaan sehingga untuk menutupi kekuranggannya dilakukan impor. Pertumbuhan produksi beras tahun 2001-2006 sebesar 0,9 % tetapi kenaikan


(19)

ini tidak mampu mengimbangi kenaikan konsumsi beras yaitu sebesar 2% per tahun yang mengakibatkan Indonesia harus impor beras rata-rata 2 juta ton per tahun (Mulyo, 2011). Berikut ini total produksi padi yang mampu diproduksi Indonesia sejak tahun 2003 - 2012:

Tabel 1 Luas Panen (Ha), Produktivitas (Ku/Ha), dan Produksi Padi di Indonesia

Tahun Luas Panen

(Ha) Produksi (Ton)

Produktivitas (Ku/Ha)

2003 11.488.034 52.137.604 45.38

2004 11.922.974 54.088.468 45.36

2005 11.839.060 54.151.097 45.74

2006 11.786.430 54.454.937 46.20

2007 12.147.637 57.157.435 47.05

2008 12.327.425 60.325.925 48.94

2009 12.883.576 64.398.890 49.99

2010 13.253.450 66.469.394 50.15

2011 13.203.643 65.756.904 49.80

2012 13.443.443 69.045.141 51.36

(Sumber Badan Pusat Statistik, 2012)

Tabel 1 di atas menunjukkan peningkatan produksi padi Indonesia diikuti dengan peningkatan lahan panen. Namun terjadi penurunan produksi di tahun 2011 yang dipengaruhi adanya alih fungsi lahan atau penurunan lahan panen di tahun 2011.

Jika telah diolah menjadi beras jadi, berat padi mentah akan menyusut hingga rata-rata 40 - 50 persen. Tahun 2010 saja produksi padi sebesar 66.469.394 ton menghasilkan produksi beras keseluruhan sebesar 31.872.617 ton (Kementerian Pertanian, 2010). Sedangkan kebutuhan beras Indonesia di tahun 2010 adalah sebesar 33.020.334 ton. Dari kondisi yang telah dijelaskan


(20)

di atas, produksi beras di Indonesia tidak mampu memenuhi kebutuhan konsumsi beras perkapita yang terus meningkat dan masih bergantung pada kebijakan impor.Artinya dapat disimpulkan bahwa Indonesia masih

dikategorikan sebagai negara berketahanan pangan yang rendah, dalam artian rentan terhadap gejolak sosial (Aziz, 2010). Maka demikian, di dalam

penelitian ini penulis ingin menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan beras di Indonesia.

Pada teori permintaan, suatu permintaan komoditas akan sangat dipengaruhi oleh harga barang itu sendiri (Sukirno, 2006). Harga beras sendiri pada dasarnya telah diatur oleh badan Bulog berdasarkan standar harga pembelian pemerintah atau disebut HPP yang ditetapkan pada setiap tahunnya

berdasarkan inpres. Berikut data harga beras menurut HPP berdasarkan inpres tahun 2001 - 2013:

Tabel 2 Harga Beras Menurut Harga Pembelian Pemerintah Tahun 2001 - 2013

Tahun Rupiah/Kg

2001 1050

2002 1181

2003 1700

2004 1700

2005 1740

2006 2250

2007 2575

2008 2800

2009 3000

2010 3300

2011 3300

2012 4150

2013 4210


(21)

Tabel 2 diatas merupakan data fluktuasi harga beras menurut HPP berdasarkan Inpres tahun 2001 hingga 2013.

Menurut teori permintaan, suatu permintaan juga akan dipengaruhi oleh pendapatan perkapita dan jumlah penduduk. Begitu pula menurut penelitian yang dilakukan oleh Harahap (2010). Adapun faktor pendapatan perkapita dan jumlah penduduk yang sama-sama berpengaruh secara nyata terhadap permintaan beras.

Pendapatan per kapita mencerminkan daya beli masyarakat. Jika daya beli masyarakat tinggi, tentu akan mempengaruhi meningkatnya permintaan suatu barang. Pendapatan per kapita merupakan pendapatan rata-rata penduduk suatu negara pada suatu periode tertentu, yang biasanya satu tahun.

Pendapatan perkapita bisa juga diartikan sebagai jumlah dari nilai barang dan jasa rata-rata yang tersedia bagi setiap penduduk suatu negara pada suatu periode tertentu.

Tabel 3 dibawah ini dapat dilihat data pendapatan perkapita penduduk Indonesia yang berfluktuasi terhitung sejak tahun 2001 hingga tahun 2013. Nilai pendapatan perkapita diperoleh dari jumlah pendapatan nasional pada tahun tertentu dibagi dengan jumlah penduduk suatu negara pada tahun tersebut. Pendapatan perkapita Indonesia di tahun 2001 mencapai Rp.6.677.157,00 terus berfluktuasi hingga di tahun 2013 pendapatan perkapita penduduk Indonesia telah mencapai Rp. 10.878.703,00.


(22)

Tabel 3 Pendapatan Perkapita Indonesia tahun 2001 – 2013 (dalam rupiah)

Tahun Pendapatan Per kapita

2001 6.677.157

2002 7.027.286

2003 7.385.471

2004 7.757.025

2005 8.091.330

2006 8.362.351

2007 8.762.313

2008 9.152.800

2009 9.435.800

2010 9.875.839

2011 10.374.658

2012 10.858.756

2013 10.878.703

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2013

Permintaan suatu komoditas juga akan sangat dipengaruhi oleh jumlah penduduk (Sukirno, 2006). Begitu pula yang terjadi pada komoditas bahan pokok makanan seperti halnya beras. Permintaan beras akan sangat

dipengaruhi oleh besarnya jumlah penduduk di suatu negara atau daerah tersebut. Posisi Indonesia yang merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia membuat kebutuhan beras di Indonesia menjadi sangat tinggi. Maka demikian, peranan pemerintah dalam mengendalikam pertumbuhan penduduk juga sangat penting dalam rangka mengurangi besarnya permintaan akan pangan. Pada tahun 2011 saja jumlah penduduk Indonesia telah mencapai 241.182.181 jiwa (BPS, 2011). Berikut ini pertumbuhan jumlah penduduk Indonesia dari tahun 2001 hingga 2013:


(23)

Tabel 4 Penduduk Indonesia Tahun 2001 – 2013 (dalam jiwa)

Tahun Penduduk Indonesia

2001 213,550,530

2002 216,381,625

2003 213,550,530

2004 216,381,625

2005 220,886,060

2006 224,179,086

2007 227,521,205

2008 230,913,149

2009 234,355,661

2010 237,556,363

2011 241,182,181

2012 244,775,795

2013 255,125,823

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2013

Tabel 4 di atas dapat dilihat tingkat pertumbuhan penduduk yang begitu tinggi dan pesat dari tahun 2001 hingga pada tahun 2013 yang mencapai 255,125,823 jiwa. Artinya dengan cepatnya pertumbuhan penduduk menurut data di atas dapat diasumsikan meningkat pula tingkat permintaan akan kebutuhan beras di Indonesia.

B. Permasalahan

Menurut latar belakang serta kondisi tersebut diatas, maka penulis mengambil suatu permasalahan:

1. Apakah harga beras berpengaruh terhadap permintaan beras di Indonesia? 2. Apakah pendapatan perkapita berpengaruh terhadap permintaan beras di


(24)

3. Apakah jumlah penduduk berpengaruh terhadap permintaan beras di Indonesia?

4. Apakah harga beras, pendapatan perkapita, dan jumlah penduduk secara bersama-sama berpengaruh terhadap permintaan beras di Indonesia? 5. Bagaimanakah elastisitas permintaan beras di Indonesia?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Menganalisis pengaruh harga beras terhadap permintaan beras di

Indonesia.

2. Menganalisis pengaruh pendapatan perkapita terhadap permintaan beras di Indonesia.

3. Menganalisis pengaruh jumlah penduduk terhadap permintaan beras di Indonesia.

4. Menganalisis pengaruh harga beras, pendapatan perkapita, dan jumlah penduduk secara bersama-sama terhadap permintaan beras di Indonesia. 5. Menganalisis tingkat elastisitas permintaan beras di Indonesia.

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah, tinjauan pustaka, dan berbagai hasil kajian empiris yang telah dilakukan peneliti-peneliti sebelumnya, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:

a. Diduga harga beras berpengaruh negatif terhadap permintaan beras di Indonesia.


(25)

beras di Indonesia.

c. Diduga jumlah penduduk berpengaruh positif terhadap permintaan beras di Indonesia.

d. Diduga harga beras, pendapatan perkapita, dan jumlah penduduk secara bersama-sama berpengaruh terhadap permintaan beras di Indonesia.

e. Diduga elastisitas harga dan pendapatan terhadap permintaan beras bersifat tidak elastis atau inelastis. Sedangkan elastisitas jumlah penduduk

terhadap permintaan beras bersifat elastis.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini bermanfaat sebagai:

1. Dapat digunakan sebagai bahan kajian agar dapat memberikan kontribusi yang positif sehingga dapat ditemukan suatu solusi yang ideal bagi pemerintah dalam kebijakannya terhadap ketahanan pangan di Indonesia. 2. Dapat dijadikan sebagai pelatihan intelektual yang diharapkan dapat

mempertajam daya pikir ilmiah dan meningkatkan kompetensi pada disiplin ilmu yang dipelajari.

3. Dapat pula bermanfaat sebagai referensi yang positif bagi peneliti lainnya untuk penelitian-penelitian selanjutnya.

F. Kerangka Pemikiran

Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk yang besar dengan total penduduk di tahun 2011 mencapai 241.182.181 jiwa. Jika

melihat besarnya penduduk Indonesia kebutuhan akan pangan tentunya cukup besar mengingat masyarakat Indonesia mayoritas mengkonsumsi beras


(26)

sebagai bahan pokok makanannya. Jika dilihat kondisi saat ini, produksi beras Indonesia masih belum mampu memenuhi kebutuhan beras dalam negeri.Hal itu dapat dilihat dari peningkatan impor beras di Indonesia.Dengan

berdasarkan teori dan penelitian-penelitian sebelumnya, penelitian ini

bertujuan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan beras di Indonesia. Diantaranya harga beras, pendapatan perkapita masyarakat, dan jumlah penduduk sebagai variabel independen.

Gambar 2 Kerangka Pemikiran PENDAPATAN

PERKAPITA

JUMLAH PENDUDUK

PERMINTAAN BERAS HARGA BERAS

PENDEKATAN DEMAND


(27)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Beras sebagai komoditas pokok

Beras merupakan salah satu komoditas penting dalam kehidupan sosial masyarakat Indonesia. Posisi komoditas beras bagi sebagian besar penduduk Indonesia adalah sebagai makanan pokok karena hampir seluruh penduduk Indonesia membutuhkan beras sebagai bahan makanan utamanya disamping merupakan sumber nutrisi penting dalam struktur pangan, sehingga aspek penyediaan menjadi hal yang sangat penting mengingat jumlah penduduk Indonesia yang sangat besar. Pengenalan komoditi beras kepada masyarakat bukan pengkonsumsi nasi telah mengakibatkan permintaan beras mengalami peningkatan sepanjang tahun. Masyarakat Papua yang sebelumnya bukan sebagai makanan utama, saat ini telah terbiasa dengan mengkonsumsi nasi dalam keseharian mereka, begitu juga dengan masyarakat Indonesia di daerah lainnya (Aziz, 2010).

Beras adalah makanan pokok berpati yang banyak dikonsumsi penduduk Indonesia. Lebih dari 50 persen jumlah kalori dan hampir 50 persen jumlah protein berasal dari beras. Dengan meningkatnya pendapatan dapat

diperkirakan bahwa peranan beras sebagai sumber energi bagi tubuh manusia dimasa mendatang akan semakin besar, oleh karena itu sejak REPELITA III pemerintah memberikan prioritas pada kebijakan pangan yang


(28)

mengutamakan makanan pokok berpati lainnya untuk mengisi kekurangan beras. Mengingat pentingnya beras untuk rata-rata orang Indonesia akan mengakibatkan ketidakseimbangan penawaran dan permintaan, jika hal itu terjadi akan menimbulkan pengaruh yang tidak stabil pada harga-harga serta dapat menimbulkan reaksi politik dan sosial yang tidak dikehendaki dan cenderung menghambat kegiatan pembangunan ekonomi secara keseluruhan (Mears, 1982).

Elastisitas harga terhadap permintaan beras menunjukkan persentase perubahan banyaknya beras yang akan dibeli oleh para konsumen sebagai responnya terhadap perubahan harga relatif beras terhadap barang-barang subtitusinya. Elastisitas harga terhadap permintaan mencakup subtitusi dan pendapatan yang sulit dibedakan. Hal ini harus selalu diingat dalam

menginterpretasikan setiap angka elastisitas harga. Pengaruh dari yang pertama, menerangkan penurunan konsumsi apabila harga beras naik, akan terjadi pensubtitusian untuk mempertahankan tingkat konsumsi kalori tertentu, misalnya ke beras yang harganya lebih murah atau ke bahan makanan lain yang lebih murah. Pengaruh dari yang kedua berbeda antara produsen beras dengan konsumennya. Bagi para produsen beras, kenaikan pendapatan mereka berasal dari kenaikan harga beras. Apabila harga barang-barang lain tidak naik, akan memungkinkan mereka untuk membeli

kebutuhan non beras dengan menjual beras yang lebih sedikit daripada sebelumnya, sehingga lebih banyak beras yang disisihkan untuk konsumsi keluarga mereka. Bagi golongan non produsen, jika pendapatannya tidak mengalami kenaikan, penurunan pendapatan riil karena kenaikan harga beras


(29)

menyebabkan mereka mengurangi konsumsi berasnya untuk membatasi pengurangan kebutuhan non beras (Mubyarto, 1975).

B. Teori Permintaan

Inti teori permintaan adalah terjadinya harga keseimbangan sebagai akibat permainan bersama gaya-gaya permintaan dan penawaran. Jika harga berada di atas harga keseimbangan maka jumlah yang ditawarkan lebih besar daripada jumlah yang diminta. Jika harga berada di bawah harga keseimbangan, maka jumlah yang diminta lebih besar dari jumlah yang ditawarkan (Boediono, 2005).

Menurut Sukirno (2006) permintaan seseorang atau suatu masyarakat atas suatu barang ditentukan oleh banyak faktor, diantaranya yang terpenting adalah:

a. Harga barang itu sendiri

Semakin rendah harga suatu komoditi, semakin banyak jumlah yang akan diminta, apabila faktor lain dianggap tetap. Sebaliknya naiknya harga suatu komoditi menyebabkan permintaan terhadap komoditi tersebut turun.

b. Harga barang lain (subtitusi)

Harga barang lain yang mempunyai kaitan erat dengan barang tersebut Hubungan antara sesuatu barang dengan berbagai jenis barang lainnya dapat dibedakan dalam tiga golongan, yaitu: barang pengganti (substitusi), barang penggenap atau pelengkap (komplementer), dan barang yang tidak


(30)

mempunyai kaitan sama sekali (barang netral).

1. Barang pengganti

Sesuatu barang dinamakan barang pengganti apabila dapat

menggantikan fungsi dari barang lain secara sempurna. Contohnya adalah minuman kopi dapat digantikan dengan minuman teh. Apabila harga barang pengganti murah maka permintaan terhadap barang yang digantikannya akan turun.

2. Barang pelengkap

Sesuatu barang dinamakan barang pelengkap apabila barang tersebut selalu digunakan bersama-sama dengan barang-barang yang lain. Contohnya adalah gula sebagai pelengkap dari minuman kopi atau teh. Apabila harga barang pelengkap tinggi maka permintaan terhadap suatu komoditas akan turun.

3. Barang netral

Sesuatu barang dikatakan barang netral apabila barang tersebut tidak mempunyai keterkaitan yang erat dengan barang lain. Contohnya adalah permintaan akan beras tidak berkaitan dengan permintaan akan buku.

c. Tingkat pendapatan perkapita

Pendapatan perkapita mencerminkan daya beli. Makin tinggi tingkat pendapatan, daya beli makin kuat, sehingga permintaan terhadap suatu barang meningkat.


(31)

d. Jumlah penduduk

Semakin banyak jumlah penduduk yang mempunyai selera atau kebiasaan akan kebutuhan barang tertentu, maka semakin besar permintaan terhadap barang tersebut.

Menganalisis permintaan perlu dibedakan antara dua istilah berikut: permintaan dan jumlah barang yang diminta. Di dalam analisis ekonomi, permintaan menggambarkan keseluruhan daripada hubungan antara harga dan permintaan. Sedangkan jumlah barang yang diminta berarti jumlah barang yang diminta pada suatu tingkat harga tertentu (Sukirno, 2006).

Menurut Sukirno (2006), kurva permintaan adalah kurva yang

menggambarkan hubungan antara jumlah barang yang diminta pada berbagai tingkat harga. Kurva permintaan pada umumnya menurun dari kiri atas ke kanan bawah. Hal ini karena adanya hubungan terbalik antara harga dengan jumlah yang diminta.

P (Harga)

P1 P2

Q1 Q2 Q


(32)

Kurva permintaan akan bergeser ke kanan atau ke kiri, yaitu seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 3, jika terdapat perubahan-perubahan terhadap permintaan yang ditimbulkan oleh faktor-faktor bukan harga. Sekiranya harga barang lain, pendapatan para pembeli dan berbagai faktor bukan harga lainnya mengalami perubahan, maka perubahan ini akan menyebabkan kurva

permintaan pindah ke kanan atau ke kiri.

C. Elastisitas

Salah satu ukuran derajad kepekaan yang sering digunakan dalam analisis permintaan adalah elastisitas, yang didefinisikan sebagai persentase perubahan kuantitas yang diminta sebagai akibat dari perubahan nilai salah satu variabel yang menentukan permintaan sebesar satu persen. Persamaan untuk

menghitung elastisitas adalah sebagai berikut:

Elastisitas =

Persen tase perubahan Q

Persentase perubahan X

×

∆Q/Q

∆X/X

=

∆Q ∆X

×

X Q

Dimana Q adalah jumlah barang yang diminta, X adalah variabel dalam fungsi permintaan, dan ΔQ jumlah perubahan ΔX variabel tersebut. Oleh karena itu, setiap variabel independen dalam fungsi permintaan memiliki satu elastisitas (Arsyad, 2002). Faktor yang mempengaruhi elastisitas permintaan yang menyebabkan terjadinya perbedaan nilai elastisitasnya yaitu sebagai berikut:

a. Adanya barang substitusi. Bila suatu barang memiliki substitusi, maka permintaannya cenderung elastis (ED>1)


(33)

pendapatan yang digunakan untuk mendapatkan barang kebutuhan pokok, maka permintaan semakin elastis.

c. Jangka waktu analisis/perkiraan atau pengetahuan konsumen. Dalam jangka pendek permintaan cenderung tidak elastis karena perubahan yang terjadi di pasar belum diketahui konsumen.

d. Tersedianya sarana kredit. Bila terdapat fasilitas kredit, maka permintaan cenderung inelastis atau elastis sempurna.

(Putong, 2002).

Menurut Arsyad (1995) dalam ilmu ekonomi dikenal tiga elastisitas permintaan, yaitu:

a. Elastisitas harga b. Elastisitas pendapatan c. Elastisitas silang

Dari ketiga jenis elastisitas tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Elastisitas Harga (Ep)

Elastisitas harga menunjukkan derajad kepekaan jumlah produk yang diminta terhadap perubahan harga, cateris paribus. Elastisitas harga dapat diperoleh dengan cara:

Ep =persentase perubahan jumlah barang yang diminta

Persentase perubahan harga

= ∆Q

∆P×

P Q

1. Bila Ep > 1, permintaan elastis. Apabila harga naik 1 %, maka jumlah permintaan akan turun lebih dari 1%, begitu juga sebaliknya.


(34)

2. Bila Ep < 1, permintaan inelastis. Apabila harga naik 1 %, maka jumlah permintaan akan turun kurang dari 1%, begitu juga sebaliknya.

3. Bila Ep = 1, elastisitas tunggal (unitary elasticity). Permintaan suatu barang tidak terpengaruh oleh perubahan harga.

4. Bila Ep = 0, permintaan inelastis sempurna. Berapapun kenaikan harga suatu barang mengakibatkan jumlah barang yang diminta tetap.

5. Bila Ep = ~, permintaan elastis sempurna. Kenaikan harga sedikit saja akan menjatuhkan permintaan barang menjadi 0, dimana kurvanya berbentuk horizontal .

b. Elastisitas Pendapatan (EI)

Elastisitas pendapatan adalah persentase perubahan kuantitas suatu barang yang diminta disebabkan oleh perubahan pendapatan (income) sebesar 1 persen.

E

I

=

persentase perubahan jumlah barang yang diminta Persentase perubahan pendapatan

E

I

=

(∆Q/Q) (∆I/I)

×

∆Q

∆I

×

� �

Suatu produk normal yang memiliki koefisien elastisitas pendapatan bernilai tinggi (biasanya lebih besar dari 1), maka dianggap sebagai produk normal atau sekunder sedangkan produk normal koefisien

elastisitas pendapatan di bawah satu (0 < EI <1) dianggap sebagai barang primer atau kebutuhan pokok. Interpretasi nilai elastisitas pendapatan dapat dilihat pada Tabel 5 berikut ini:


(35)

Tabel 5 Interpretasi Elastisitas Pendapatan

Elastisitas Golongan

Barang

Interpretasi

Positif Barang Normal Persentase jumlah yang diminta

meningkat begitu pendapatan naik

Elastisitas Golongan

Barang

Interpretasi

EI > 1 Barang Elastis Persentase jumlah yang diminta

lebih besar dari proporsi kenaikan

pendapatan

0 < EI < 1 Barang Inelastis Persentase jumlah yang diminta

lebih kecil dari prosentase proporsi kenaikan pendapatan

Negatif Inferior Persentase jumlah

barang yang

diminta menurun begitu pendapatan

naik.

Sumber : Lipsey, 1990 dan Gilarso, 2003

c. Elastisitas silang (Ec)

Elastisitas silang adalah koefisien yang menunjukkan persentase perubahan permintaan terhadap suatu barang apabila terjadi perubahan terhadap harga barang lain. Apabila perubahan harga barang Y

menyebabkan permintaan barang X berubah, maka besarnya elastisitas silang dapat dihitung dengan rumus:

Ec =

persentase perubahan jumlah barang X yang diminta


(36)

Nilai elastisitas silang bisa positif, nol atau negatif. Tanda tersebut penting untuk menginterpretasikan nilai elastisitas tersebut. Hal ini seperti yang terdapat pada Tabel 6

Tabel 6 Interpretasi Elastisitas Silang Elastisitas Golongan

Barang

Interpretasi

Positif Subtitusi Kenaikan harga barang subtitusi berakibat meningkatnya jumlah yang diminta untuk barang ini (dan untuk barang subtitusinya berkurang)

Negatif Komplementer Kenaikan harga barang komplementer berakibat turunnya jumlah yang diminta untuk barang ini (juga untuk barang komplemennya)

Sumber : Lipsey, 1990

Berdasarkan Tabel 6 dapat dilihat bahwa barang substitusi mempunyai nilai positif > 0, sehingga dalam penggunaannya dapat mengganti suatu produk dengan fungsi yang sama. Sedangkan elastisitas < 0 atau negatif

menunjukkan barang tersebut adalah barang komplementer sehingga dalam penggunaannya secara bersama-sama dengan produk lain.

D. Harga

Harga adalah suatu nilai tukar yang bisa disamakan dengan uang atau barang lain untuk manfaat yang diperoleh dari suatu barang atau jasa bagi seseorang atau kelompok pada waktu tertentu dan tempat tertentu. Istilah harga

digunakan untuk memberikan nilai finansial pada suatu produk barang atau jasa. Biasanya penggunaan kata harga berupa digit nominal besaran angka terhadap nilai tukar mata uang yang menunjukkan tinggi rendahnya nilai suatu


(37)

kualitas barang atau jasa. Dalam ilmu ekonomi harga dapat dikaitkan dengan nilai jual atau beli suatu produk barang atau jasa sekaligus sebagai variabel yang menentukan komparasi produk atau barang sejenis. Pada beras sendiri memiliki standar harga yang ditentukan oleh Bulog berdasarkan inpres.

E. Pendapatan perkapita yang mencerminkan daya beli masyarakat

Pendapatan per kapita (per capita income) adalah pendapatan rata-rata penduduk suatu negara pada suatu periode tertentu yang biasanya satu tahun. Pendapatan perkapita bisa juga diartikan sebagai jumlah dari nilai barang dan jasa rata-rata yang tersedia bagi setiap penduduk suatu negara pada suatu periode tertentu. Pendapatan perkapita diperoleh dari pendapatan nasional pada tahun tertentu dibagi dengan jumlah penduduk suatu negara pada tahun tersebut.

Konsep pendapatan nasional yang biasa dipakai dalam menghitung pendapatan per kapita pada umumnya adalah Pendapatan Domestik Bruto (PDB) atau Produk Nasional Bruto (PNB). Dengan demikian, pendapatan perkapita dari suatu negara dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

1. PDB Perkapita = PDB ta hun t

Jumla h penduduk pada ta hun t

2. PNB Perkapita = PNB tahun t

Jumlah penduduk pada tahun t

Pendapatan perkapita menunjukan daya beli masyarakat. Semakin tinggi tingkat pendapatan, daya beli makin kuat, sehingga permintaan terhadap suatu


(38)

barang meningkat.

F. Pertumbuhan penduduk dan keterkaitannya terhadap permintaan Pertumbuhan penduduk adalah perubahan populasi sewaktu-waktu, dan dapat dihitung sebagai perubahan dalam jumlah individu dalam sebuah populasi menggunakan "per waktu unit" untuk pengukuran. Sebutan pertumbuhan

penduduk merujuk pada semua spesies, tapi selalu mengarah pada manusia,

dan sering digunakan secara informal untuk sebutan demografinilai pertumbuhan penduduk, dan digunakan untuk merujuk pada pertumbuhan penduduk dunia.

Dalam demografi dan ekologi, nilai pertumbuhan penduduk (NPP) adalah nilai kecil dimana jumlah individu dalam sebuah populasi meningkat. NPP hanya merujuk pada perubahan populasi pada periode waktu unit, sering diartikan sebagai persentase jumlah individu dalam populasi ketika dimulainya periode. Ini dapat dituliskan dalamr umus:

Nilai pertumbuhan =populasi di akhir periode−populasi di awal periode populasi di awal periode

Cara yang paling umum untuk menghitung pertumbuhan penduduk adalah rasio, bukan nilai. Perubahan populasi pada periode waktu unit dihitung sebagai persentase populasi ketika dimulainya periode yang merupakan:


(39)

Menurut teori permintaan, jumlah penduduk akan berpengaruh terhadap permintaan suatu barang. Semakin banyak jumlah penduduk yang mempunyai selera atau kebiasaan akan kebutuhan barang tertentu, maka semakin besar permintaan terhadap barang tersebut.

G. Penelitian Terdahulu

No

. Peneliti Judul Metode Hasil

1. Irawan Analisis Penawaran dan

Permintaan Beras di Luar Jawa

Regresi OLS

- Perilaku areal panen padi di luar Jawa ternyata hanya

dipengaruhi oleh harga padi. Walaupun

demikian elastisitas areal panen terhadap harga padi inelastis. - Produksi di luar Jawa

tidak signifikan pengaruhnya terhadap impor beras

menunjukkan produksi beras di luar Jawa belum mampu menjadi

kontributor yang signifikan untuk

mengurangi impor beras nasional.

- Permintaan beras diluar Jawa tidak dipengaruhi oleh harga beras tetapi sangat ditentukan oleh jumlah penduduknya. Hal ini menunjukkan permintaan beras di masa mendatang akan semakin meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk.

2. Winarto Analisis Permintaan dan

Regresi OLS dan TSLS

Analisis OLS dan TSLS permintaan beras secara simultan dipengaruhi oleh


(40)

Penawaran di Jawa Tengah

harga beras, harga ubi kayu, pendapatan perkapita, dan jumlah penduduk. Namun secara parsial, pada metode OLS seluruh variabel tersebut tidak berpengaruh nyata, sedangkan pada metode TSLS seluruh variabel regresor berpengaruh nyata terhadap permintaan beras.

3. Etik Umiyati, M.Ridwansyah, Wasi Riyanto Permintaan Beras di Provinsi Jambi Regresi OLS

Jumlah penduduk dan pendapatan secara parsial berpengaruh positif dan secara nyata terhadap permintaan beras. Sedangkan harga beras dan harga barang lain menunjukkan pengaruh tidak nyata terhadap permintaan beras. Elastisitas harga beras, harga silang, dan

pendapatan tidak elastis. 4. Hendriani Analisis

Permintaan Beras Di Kabupaten Karawang Regresi OLS

Tingkat permintaan beras di Kabupaten Karawang dipengaruhi oleh harga beras, harga jagung, jumlah penduduk yang berpengaruh signifikan, dan pendapatan perkapita. 5. Wiwin Analisis

Permintaan Beras Di Kabupaten Pati Regresi OLS

harga beras, harga tepung gandum, harga telur ayam ras, pendapatan perkapita, dan jumlah penduduk secara bersama-sama berpengaruh nyata pada permintaan beras di Kabupaten Pati. 6. Cahyono Analisis

Penawaran Dan Permintaan Beras Di Provinsi Lampung Dan Regresi OLS Kenaikan permintaan beras di Lampung banyak dipengaruhi oleh jumlah penduduk dan pendapatan. Sementara urbanisasi akan mengurangi konsumsi beras walau dampaknya kecil.


(41)

Kaitannya Dengan Pasar Beras Domestik Dan Internasional 7. Alias Bin

Abdullah Estimate of Rice Consumption in Asian Countries and the World Towards 2050 time-series and cross-sectional method

Penurunan konsumsi beras di Asia akan menghasilkan over supply beras yang bisa memberikan tekanan pada harga pasar dunia. Pengimporan negara dapat menikmati harga yang lebih murah tetapi produsen beras di dunia bisa menderita dan kemiskinan di daerah pedesaan di Asia akan meningkat. Melemahnya permintaan beras kebawah di wilayah Asia berarti peluang yang lebih besar untuk tanaman lain seperti jagung dan kedelai

meningkatkan pangsa pasar mereka di Asia. Dengan demikian, Asia akan kehilangan daya saing beras dan pertanian secara keseluruhan terhadap biji-bijian lainnya. Karena harga beras semakin rendah, perkebunan beras mungkin tidak menguntungkan lagi. 8. Nuryanti Analisis

Keseimbanga n Sistem Penawaran Dan Permintaan Beras Di Indonesia Regresi OLS Stabilitas keseimbangan sistem penawaran dan permintaan dalam jangka pendek keluar dari

keseimbangan (divergen), namun dalam jangka panjang sistem menuju pada harga keseimbangan dan sistem kembali stabil (konvergen). Implikasi penelitian ini yakni kebijakan harga output (gabah) tidak


(42)

menimbulkan ganguan stabilitas pasar, penawaran dan permintaan beras relatif stabil, artinya cukup aman dilaksanakan.

9. Hasyrul Aziz Harahap Analisis Permintaan Beras Di Sumatera Utara Regresi OLS

Harga beras berpengaruh negatif dan signifikan terhadap permintaan beras, jumlah penduduk dan PDRB berpengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan beras, harga jagung berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap permintaan beras di kabupaten/kota di propinsi Sumatera Utara. Bila ditelaah lebih jauh secara parsial, hasil estimasi menunjukkan pula, bahwa

kontribusi jumlah penduduk memiliki nilai koefisien tertinggi dibanding dengan Variabel lainnya dalam penelitian ini. Disusul oleh varabel harga beras dan PDRB.


(43)

III. METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Berdasarkan sifat penelitiannya, penelitian ini merupakan sebuah penelitian deskriptif kuantitatif. Ruang lingkup penelitian ini adalah untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan beras dengan menggunakan pendekatan permintaan (demand). Dalam hal ini mencakup tentang pengaruh harga beras (HB), pendapatan perkapita (PP), dan jumlah penduduk (JP) terhadap permintaan beras (PB) di Indonesia.

B. Jenis dan Sumber Data

Menurut pengukurannya, penelitian ini menggunakan data kuantitatif yaitu data yang didominasi oleh angka dan mempresentasikan kuantitas dari objek yang diteliti, sedangkan menurut derajat sumbernya, penelitian ini

menggunakan data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari sumber kedua (bukan yang pertama) yang memiliki informasi atau data tersebut.

Data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh dari Kementerian Pertanian, Kementerian Perdagangan, Bulog, dan Badan Pusat Statistik (BPS), serta sumber-sumber lain yang menyajikan informasi-informasi lainnya serta mendukung penelitian ini.


(44)

Data yang digunakan merupakan data runtut waktu (time series) yaitu sekumpulan observasi dalam rentang waktu tertentu. Dalam penelitian ini menggunakan data kurun waktu tahun 2001-2013.

C. Definisi Variabel Operasional

Untuk memudahkan pemahaman terhadap istilah dan variabel yang

digunakan dalam penelitian ini perlu diberikan batasan operasional sebagai berikut:

a. Variabel terikat (Dependen) merupakan variabel yang nilainya tergantung pada nilai variabel lain yang merupakan konsekuensi dari perubahan yang terjadi pada variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah jumlah permintaan beras tahun 2001 – 2013. Permintaan beras (PB) adalah tingkat kebutuhan akan komoditas beras dalam satuan ton.

b. Variabel bebas (Independen) merupakan variabel yang nilainya

berpengaruh terhadap variabel lain. Variabel bebas dalam penelitian ini terdiri dari :

1) Harga Beras (HB)

Variabel harga beras di dalam penelitian ini merupakan harga pembelian pemerintah untuk beras menurut Inpres dalam satuan rupiah.


(45)

2) Pendapatan Perkapita (PP)

Pendapatan per kapita (per capita income) adalah pendapatan rata-rata penduduk suatu negara pada suatu periode tertentu, yang

biasanya satu tahun. Pendapatan per kapita bisa juga diartikan sebagai jumlah dari nilai barang dan jasa rata-rata yang tersedia bagi setiap penduduk suatu negara pada suatu periode tertentu. Pendapatan per kapita diperoleh dari pendapatan nasional Indonesia pada tahun tertentu dibagi dengan jumlah penduduk suatu negara pada tahun tersebut. Variabel ini juga menggunakan satuan rupiah.

3) Jumlah Penduduk (JP)

Jumlah penduduk adalah perubahan populasi sewaktu-waktu dan dapat dihitung sebagai perubahan dalam jumlah individu dalam sebuah populasi menggunakan "per waktu unit" untuk pengukuran. Sebutan pertumbuhan penduduk merujuk pada semua spesies, tapi selalu mengarah pada manusia, dan sering digunakan secara informal untuk sebutan demografinilai pertumbuhan penduduk, dan digunakan untuk merujuk pada pertumbuhan penduduk dunia. Satuan yang digunakan dalam variabel ini adalah jiwa.

D. Metode Analisis

Penelitian ini menggunakan metode ekonometrika untuk keperluan estimasi. Metode yang dipakai adalah metode Ordinary Least Square (OLS), yang merupakan teknik analisis regresi yang bertujuan untuk meminimumkan


(46)

kuadrat kesalahan ei sehingga nilai regresinya akan mendekati nilai yang sesungguhnya.

Alasan penggunaan metode OLS adalah karena metode ini mempunyai sifat dan karakteristik yang optimal, sederhana dalam perhitungan. Beberapa asumsi OLS adalah (Idrus) :

a. Hubungan antara Y (variabel terikat) dan X (variabel bebas) adalah linier dalam parameter.

b. Variabel X adalah variabel tidak stokastik yang nilainya tetap. Nilai X adalah tetap untuk berbagai observasi yang berulang-ulang.

c. Nilai harapan (expected value) atau rata-rata dari variabel gangguan eiadalah nol.

d. Varian dari variabel gangguan ei adalah sama (homoskedastisitas). e. Tidak ada serial korelasi antara gangguan ei atau gangguan ei atau

gangguan ei tidak saling berhubungan dengan ei yang lain. f. Variabel gangguan ei berdistribusi normal.

Dari asumsi-asumsi di atas, metode OLS memilik sifat ideal yangdikenal dengan teorema Gauss-Markov. Metode OLS ini akan menghasilkan estimator yang mempunyai sifat tidak bias, linier, dan mempunyai varian yang minimum (Best Linier Unbiassed Estimators = BLUE).


(47)

Analisis regresi ini menggunakan model estimasi sebagai berikut :

LOG(PB) = β0+ β1LOG(HB) + β2LOG(PP) + β3LOG(JP) +e

Dimana :

PB : Permintaan Beras (Ton) HB : Harga Beras (Rupiah)

PPK : Pendapatan Perkapita (Rupiah) JP : Jumlah Penduduk (Jiwa) β0 : Konstanta

β1,β2,β3, : Koefisien regresi

e : Error

Penggunaan Log di dalam model analisis regresi ini adalah dikarenakan OLS menghasilkan estimator yang mempunyai sifat linier.

E. Pengujian Asumsi Klasik

Ada beberapa masalah yang akan terjadi dalam model regresi linier dimana secara statistik permasalahan tersebut dapat mengganggu model yang telah ditentukan, bahkan dapat menyesatkan kesimpulan yang diambil dari persamaan yang terbentuk, untuk itu perlu melakukan uji penyimpangan klasik yang terdiri dari :

1. Uji Multikolinieritas

Multikolinieritas adalah kondisi adanya hubungan linier antar variabel independen. Karena melibatkan beberapa variabel independen, maka


(48)

multikolinieritas tidak akan terjadi pada persamaan regresi sederhana (Hariwijaya & Triton, 2011).

Uji Multikolinieritas bertujuan untuk menguji ada tidaknya hubungan yang sempurna atau tidak sempurna diantara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan. Multikolinieritas dapat dideteksi dengan melihat ciri-ciri yaitu adanya R2 yang tinggi. Klien mengatakan bahwa multikolineritas dapat menjadi masalah bila derajat multikolinieritasnya tinggi. Jika derajatnya rendah maka multikolinieritas yang terjadi tidak terlalu serius dan tidak membahayakan bagi interprestasi hasil regresi.

Melalui metode yang dikemukakan oleh Klien, derajat kolinieritas dapat dilihat melalui koefisien determinasi parsial dari regresi antara variabel independen dengan variabel independen yang lain dipergunakan dalam metode penelitian. Salah satu cara untuk mengetahui adanya multikolinier adalah dengan langkah pengujian terhadap masing-masing variabel independen untuk mengetahui seberapa jauh korelasinya (r2) kemudian dibandingkan dengan R2 yang didapat dari hasil regresi secara bersama variabel independen dengan variabel dependen, jika ditemukan nilai r2

melebihi nilai R2 pada model penelitian, maka dari model persamaan tersebut terdapat multikolinieritas, dan sebaliknya jika R2 lebih besar dari semua r2 maka ini menunjukan tidak terdapatnya multikolinier pada model persamaan yang diuji.


(49)

2. Uji Heteroskedastisitas

Heterokedastisitas atau varians tak sama adalah kejadian dimana meskipun tingkat variabel dependen (Y) naik seiring dengan naiknya tingkat variabel independen (X), namun varians dari variabel dependen tidak tetap sama di semua tingkat variabel independen (Hariwijaya & Triton, 2011).

Uji Heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual pengamatan satu

kepengamatan lain. Dalam penelitian ini uji heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan metode White. Uji White menggunakan residual kuadrat sebagai variabel dependen, dan variabel independennya terdiri atas variabel independen yang sudah ada, ditambah dengan kuadrat variabel independen, ditambah lagi dengan perkalian variabel independen.

Kriteria pengujian yang digunakan adalah dengan membandingkan besar nilai x2

- hitung (Obs*R-squared) dengan nilai x2

- tabel (chi square) sebagai berikut :

a. Jika nilai x2

- hitung < nilai x2

- tabel, maka dapat dikatakan tidak terdapat masalah heteroskedestisitas.

b. Jika nilai x2

- hitung > nilai x2

- tabel, maka dapat dikatakan terdapat masalah heteroskedastisitas.


(50)

3. Uji Autokorelasi

Autokorelasi adalah adanya hubungan antara residual satu observasi dengan residual observasi lainnya. Autokorelasi dapat terjadi apabila kesalahan penganggu suatu periode korelasi dengan kesalahan pengganggu periode sebelumnya (Hariwijaya & Triton, 2011).

Uji Autokorelasi dilakukan untuk mengetahui apakah terjadi hubungan korelasi kesalahan pengganggu antar periode waktu. Dalam penelitian ini digunakan metode Breusch- Godfrey atau yang biasa dikenal juga dengan metode LM (Langrange Multiplier). Kriteria pengujian yang digunakan adalah sebagai berikut :

a. Jika nilai Obs*R-squared > nilai X²- tabel atau nilai Probability Obs*R-squared < 0.05, maka terjadi autokorelasi.

b. Jika nilai Obs*R-squared < nilai X²- tabel atau nilai Probability Obs*R-squared > 0.05, maka tidak terjadi autokorelasi.

4. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui kenormalan eror term dan variabel-variabel baik variabel bebas maupun terikat, apakah data sudah menyebar secara normal. Dalam penelitian ini menggunakan metode Jarque-Bera. Metode Jarque-Bera adalah uji statistik untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal. Uji ini mengukur perbedaan skewness dan kurtosis data dan dibandingkan dengan apabila datanya bersifat normal.


(51)

Jika residual terdistribusi secara secara normal maka diharapkan nilai statistik JB akan sama dengan nol. Kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut : a. Jika nilai JB-hitung < X2 tabel, maka dapat dikatakan data berdistribusi

normal.

b. Jika nilai JB-hitung > X2 tabel, maka dapat dikatakan data tidak mengikuti distribusi normal.

F. Pengujian Hipotesis

1. Uji Parsial (Uji-t)

Uji-t digunakan untuk mengetahui tingkat signifikansi pengaruh dari masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat.

a. Uji t : Koefisien Regresi Parsial Harga Beras (X1) Ho : β1 = 0

Ha : β1< 0

Dimana b1 adalah koefisien variabel independen keempat nilai parameter hipotesis, biasanya b dianggap = 0. Artinya tidak ada pengaruh variabel X1 terhadap Y. Bila nilai t- hitung < t- tabel maka pada tingkat kepercayaan tertentu Ho ditolak. Hal ini berarti bahwa harga beras (HB) berpengaruh negatif secara nyata (signifikan) terhadap permintaan beras di Indonesia. Nilai t- hitung diperoleh dengan rumus sebagai berikut:

t-hitung = (�1−�)


(52)

Kesalahan baku regresi/standar eror koefisien regresi dengan derajat kebebasan (df) = (n-k) dan tingkat keyakinan 90% atau α = 0,10.

b. Uji t : Koefisien Regresi Parsial Pendapatan Perkapita (X2) Ho : β2 = 0

Ha : β2> 0

Dimana b2 adalah koefisien variabel independen kedua nilai parameter hipotesis, biasanya b dianggap = 0. Artinya tidak ada pengaruh variabel X2 terhadap Y. Bila nilai t- hitung > t- tabel maka pada tingkat kepercayaan tertentu Ho ditolak. Hal ini berarti bahwa pendapatan perkapita (PP) berpengaruh positif secara nyata (signifikan) terhadap permintaan beras di Indonesia. Nilai t- hitung diperoleh dengan rumus sebagai berikut:

t-hitung = (�2−�)

�2

Kesalahan baku regresi/standar eror koefisien regresi dengan derajat kebebasan (df) = (n-k) dan tingkat keyakinan 90% atau α = 0,10.

c. Uji t : Koefisien Regresi Parsial Jumlah Penduduk (X3) Ho : β3 = 0

Ha : β3> 0

Dimana b3 adalah koefisien variabel independen pertama nilai parameter hipotesis, biasanya b dianggap = 0. Artinya tidak ada pengaruh variabel Xi terhadap Y. Bila nilai t- hitung > t- tabel maka pada tingkat kepercayaan tertentu Ho ditolak. Hal ini berarti bahwa jumlah penduduk berpengaruh


(53)

positif secara nyata (signifikan) terhadap permintaan beras di Indonesia. Nilai t- hitung diperoleh dengan rumus sebagai berikut:

t-hitung = (�3−�)

�3

Kesalahan baku regresi/standar eror koefisien regresi dengan derajat kebebasan (df) = (n-k) dan tingkat keyakinan 90% atau α = 0,10.

Penggunaan α = 0,10 atau tingkat keyakinan sebesar 90% di dalam penelitian ini dikarenakan penelitian ini merupakan analisis fenomena sosial yang terjadi di dalam kajian ilmu ekonomi. Adapun pula

penggunaan α = 0,05 atau tingkat keyakinan sebesar 95% digunakan oleh kebanyakan kajian penelitian. Sedangkan penggunaan α = 0,01 atau tingkat keyakinan sebesar 99% biasanya digunakan di dalam kajian kesehatan ataupun matematika (Anonim, 2013).

2. Uji Serempak (Uji F)

Uji statistik F digunakan untuk menguji apakah variabel-variabel independen secara serempak berpengaruh terhadap variabel dependen sehingga nantinya dapat ditentukan apakah model persamaan linear yang diajukan dapat diterima atau tidak.

Dalam uji ini digunakan hipotesis sebagai berikut : H0: β1 = β2 = β3 = 0 diduga tidak ada pengaruh

Ha : β1 ≠ β2 ≠β3≠0 diduga secara bersama-sama X1, X2 mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel Y.


(54)

Nilai F- hitung diperoleh dengan rumus :

� −hitung =

2

(�−1) (1− )2

(�−�)

Dimana :

R2 = Koefisien determinasi k = Jumlah variabel independen n = Jumlah sampel

Kriteria pengujiannya

H0: β1 = β2 = β3 = 0

Ho diterima (F hitung < F tabel) artinya variabel independen secara bersama- sama tidak berpengaruh terhadap variabel dependen Ha : β1 ≠ β2 ≠ β3 ≠0

Ha diterima (F hitung > F tabel) artinya variabel independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen.

3. Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) nilainya berkisar antara 0 dan 1. Semakin besar R2 berarti semakin besar variasi variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variasi variabel-variabel independen.


(55)

Formula untuk mencari nilai R adalah sebagai berikut : R2= SSR

SST atau: R

2

= 1 - SSR

SST

Keterangan:

R2 = Koefisien determinansi berganda.

SSR = Sum of Square Regression, atau jumlah kuadrat regresi, yaitu merupakan total variasi yang dapat dijelaskan oleh garis regresi. SST = Sum of Square Total, atau jumlah kuadrat total, yaitu merupakan

total variasi Y.

SSE = Sum of Square Error, atau jumlah kuadrat error, yaitu

merupakan total variasi yang tidak dapat dijelaskan oleh garis regresi.

Bila R2= 0 artinya variasi dari Y tidak dapat diterangkan oleh X sama sekali. Sementara bila R2= 1, artinya variasi dari Y 100 persen dapat diterangkan oleh X. Jadi, baik atau tidaknya suatu model ditentukan oleh nilai yang memenuhi 0 < R R2< 1.

4. Uji Elastisitas

Salah satu ukuran derajad kepekaan yang sering digunakan dalam analisis permintaan adalah elastisitas, yang didefinisikan sebagai persentase

perubahan kuantitas yang diminta sebagai akibat dari perubahan nilai salah satu variabel yang menentukan permintaan sebesar satu persen. Persamaan untuk menghitung elastisitas adalah sebagai berikut:


(56)

Elastisitas =

Persentase perubahan Q

Persentase perubahan X

×

Q/Q

X/X

=

∆Q

∆X

×

X Q

Dimana Q adalah jumlah barang yang diminta, X adalah variabel dalam fungsi permintaan, dan ΔQ jumlah perubaan ΔX variabel tersebut. Oleh karena itu, setiap variabel independen dalam fungsi permintaan memiliki satu elastisitas (Arsyad, 2002).


(57)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis yang dijelaskan di Bab IV mengenai “Analisis Permintaan Beras di Indonesia tahun 2001-2013”, maka dapat ditarik kesimpulan terkait tujuan penelitian ini, yaitu sebagai berikut :

1. Berdasarkan uji koefisien parsial, harga beras berpengaruh negatif dan signifikan terhadap permintaan beras di Indonesia pada tahun 2001-2013. 2. Berdasarkan uji koefisien parsial, pendapatan perkapita berpengaruh positif

dan signifikan terhadap permintaan beras di Indonesia pada tahun 2001- 2013.

3. Berdasarkan uji koefisien parsial, jumlah penduduk berpengaruh positif dengan tingkat signifikasi tertinggi dibandingkan variabel-variabel lainnya terhadap permintaan beras di Indonesia pada tahun 2001-2013. Permintaan beras di Indonesia cenderung berfluktiatif seiring meningkatnya jumlah penduduk di Indonesia.

4. Berdasarkan Uji Serempak. Variabel independen yaitu harga beras, pendapatan perkapita, dan jumlah penduduk secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap variabel dependen yaitu permintaan beras di Indonesia pada tahun 2001-2013 dengan tingkat kepercayaan 95%.


(58)

5. Elasitisitas harga dan pendapatan terhadap permintaan beras di Indonesia tahun 2001 - 2013 bersifat inelastis. Sedangkan elastisitas jumlah penduduk terhadap permintaan beras di Indonesia tahun 2001 - 2013 bersifat elastis.

B. Saran

Dari berbagai kesimpulan yang telah diuraikan di atas, maka beberapa saran yang dapat diberikan untuk meningkatkan ketahanan pangan dan mengurangi

ketergantungan akan beras antara lain:

1. Harga beras dan pendapatan perkapita memiliki pengaruh dan signifikan terhadap permintaan beras di Indonesia, maka pemerintah diharapkan dapat mengendalikan harga beras dengan mengefektifkan peranan Bulog di dalam persoalan harga dasar pembelian baik ditingkat petani maupun di tingkat penggilingan dan daya beli masyarakat akan dapat menjangkau harga beras. 2. Jumlah penduduk memiliki hubungan positif dan sangat signifikan terhadap permintaan beras di Indonesia. Maka demikian, besarnya kebutuhan beras di Indonesia juga didasari oleh besarnya jumlah penduduk Indonesia sebagai negara penduduk terbesar ke-4 di dunia. Dalam rangka mengurangi konsumsi dan ketergantungan Indonesia yang tinggi pada beras, pemerintah juga harus membuat kebijakan mengendalikan pertumbuhan penduduk yang besar serta melaksanakan diversivikasi pangan secara efektif.

3. Pemerintah harus segera melaksanakan kembali UU Pokok Agraria No. 5 tahun 1960 mengenai penataan struktur penguasaan, pemilikan, pemanfaatan, dan penggunaan tanah, serta menjalankan Reforma Agraria dengan tujuan meningkatkan kembali fungsi lahan dan meningkatkan produktivitas pangan


(59)

di dalam negeri sehingga Indonesia mampu untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri dan mengurangi kebijakan impor.


(60)

DAFTAR PUSTAKA

Agus Widarjono, 2010, “Ekonometrika Pengantar Dan Aplikasinya”, Ekonisia :

Yogyakarta.

Alias Bin Abdullah, 2003, “Estimate of Rice Consumption in Asian Countries and

the World Towards 2050”. Jurnal. Tottori University: Japan.

Arsyad, Lincolin, 1992, ”Ekonomi Pembangunan”, Edisi 2, Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ekonomi YKPN, Yogyakarta.

Badan Pusat Statistik, 2001-2013, ”Indonesia Dalam Angka”, BPS, Indonesia. Bulog, 2001-2013. “Harga Beras berdasarkan Inpres HPP 2001-2013”, Bulog,

Indonesia.

Cahyono, Andi, 2001, Analisis Penawaran Dan Permintaan Beras Di Provinsi Lampung Dan Kaitannya Dengan Pasar Beras Domestik dan

Internasional. skripsi. Institut Pertanian Bogor : Bogor.

Etik Umiyati, Ridwansyah. M, Riyanto. W, 2013, Permintaan Beras di Provinsi

Jambi. Jurnal. Fakultas Ekonomi Universitas Jambi : Jambi.

Harahap, Hasyrul. A, 2010, Analisis Permintaan Beras Di Sumatera Utara. tesis. Universitas Negeri Medan : Medan

Hendriani, 2005, Analisis Permintaan Beras Di Kabupaten Karawang. skripsi. Universitas Tirtayasa : Serang.

Hendrik, Mulyo W, 2011, Analisis Permintaan Beras Di Kabupaten Klaten. skripsi. Universitas Sebelas Maret : Surakarta.

Irawan, Andi, 2006, Analisis Penawaran dan Permintaan Beras di Luar Jawa. Jurnal. Fakultas Ekonomi IPB : Bogor

Kementerian Perdagangan Republik Indonesia, 2001-2013. “Bahan Pokok”,

Kemendag, Indonesia.

Kementerian Pertanian Republik Indonesia, 2001-2013. “Konsumsi Beras


(61)

Ketut. K, 2007, Usulan Harga Eceran Tertinggi Pupuk Berdasarkan Tingkat

Efeftifitas kebijakan Harga Pembelian Gabah. Pusat Analisis Sosek

Ekonomi dan Kebijakan Pertanian.

Mankiw, 2002, ”Makro ekonomi”, Edisi Keenam, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Mears, L.A, 1981, The New Rice Economy of Indonesia, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Nuryanti, 2006, ”Analisis Keseimbangan Sistem Penawaran Dan Permintaan Beras di Indonesia”. jurnal. Institut Pertanian Bogor: Bogor.

Sukirno Sadono, 2006, ”Mikro Ekonomi Teori Pengantar”, Edisi ketiga, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Swastika DKS, 1999, ”Penerapan Model Dinamis Dalam Sistem Penawaran dan

Permintaan Beras di Indonesia”, Informatika Pertanian Volume 8

(Desember 1999).

Todaro P, 2002, ”Pembangunan Ekonomi, Edisi Kesembilan, Erlangga, Jakarta. Triton, Hariwijaya, 2011, Pedoman Penulisan Ilmiah Skripsi dan Tesis. Edisi

Pertama. PT. Suka Buku. Jakarta.

Winarto, Hari, 2009, “Analisis Permintaan dan Penawaran Beras di Jawa

Tengah”. tesis. Universitas Wijaya Kusuma: Purwokerto.

Wiwin, Endang, 2006, “Analisis Permintaan Beras Di Kabupaten Pati”. skripsi. Universitas Sebelas Maret : Surakarta.


(1)

Elastisitas =

Persentase perubahan Q

Persentase perubahan X

×

Q/Q

X/X

=

∆Q

∆X

×

X Q

Dimana Q adalah jumlah barang yang diminta, X adalah variabel dalam fungsi permintaan, dan ΔQ jumlah perubaan ΔX variabel tersebut. Oleh karena itu, setiap variabel independen dalam fungsi permintaan memiliki satu elastisitas (Arsyad, 2002).


(2)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis yang dijelaskan di Bab IV mengenai “Analisis Permintaan Beras di Indonesia tahun 2001-2013”, maka dapat ditarik kesimpulan terkait tujuan penelitian ini, yaitu sebagai berikut :

1. Berdasarkan uji koefisien parsial, harga beras berpengaruh negatif dan signifikan terhadap permintaan beras di Indonesia pada tahun 2001-2013. 2. Berdasarkan uji koefisien parsial, pendapatan perkapita berpengaruh positif

dan signifikan terhadap permintaan beras di Indonesia pada tahun 2001- 2013.

3. Berdasarkan uji koefisien parsial, jumlah penduduk berpengaruh positif dengan tingkat signifikasi tertinggi dibandingkan variabel-variabel lainnya terhadap permintaan beras di Indonesia pada tahun 2001-2013. Permintaan beras di Indonesia cenderung berfluktiatif seiring meningkatnya jumlah penduduk di Indonesia.

4. Berdasarkan Uji Serempak. Variabel independen yaitu harga beras, pendapatan perkapita, dan jumlah penduduk secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap variabel dependen yaitu permintaan beras di Indonesia pada tahun 2001-2013 dengan tingkat kepercayaan 95%.


(3)

5. Elasitisitas harga dan pendapatan terhadap permintaan beras di Indonesia tahun 2001 - 2013 bersifat inelastis. Sedangkan elastisitas jumlah penduduk terhadap permintaan beras di Indonesia tahun 2001 - 2013 bersifat elastis.

B. Saran

Dari berbagai kesimpulan yang telah diuraikan di atas, maka beberapa saran yang dapat diberikan untuk meningkatkan ketahanan pangan dan mengurangi

ketergantungan akan beras antara lain:

1. Harga beras dan pendapatan perkapita memiliki pengaruh dan signifikan terhadap permintaan beras di Indonesia, maka pemerintah diharapkan dapat mengendalikan harga beras dengan mengefektifkan peranan Bulog di dalam persoalan harga dasar pembelian baik ditingkat petani maupun di tingkat penggilingan dan daya beli masyarakat akan dapat menjangkau harga beras. 2. Jumlah penduduk memiliki hubungan positif dan sangat signifikan terhadap permintaan beras di Indonesia. Maka demikian, besarnya kebutuhan beras di Indonesia juga didasari oleh besarnya jumlah penduduk Indonesia sebagai negara penduduk terbesar ke-4 di dunia. Dalam rangka mengurangi konsumsi dan ketergantungan Indonesia yang tinggi pada beras, pemerintah juga harus membuat kebijakan mengendalikan pertumbuhan penduduk yang besar serta melaksanakan diversivikasi pangan secara efektif.

3. Pemerintah harus segera melaksanakan kembali UU Pokok Agraria No. 5 tahun 1960 mengenai penataan struktur penguasaan, pemilikan, pemanfaatan, dan penggunaan tanah, serta menjalankan Reforma Agraria dengan tujuan meningkatkan kembali fungsi lahan dan meningkatkan produktivitas pangan


(4)

di dalam negeri sehingga Indonesia mampu untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri dan mengurangi kebijakan impor.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Agus Widarjono, 2010, “Ekonometrika Pengantar Dan Aplikasinya”, Ekonisia :

Yogyakarta.

Alias Bin Abdullah, 2003, “Estimate of Rice Consumption in Asian Countries and the World Towards 2050”. Jurnal. Tottori University: Japan.

Arsyad, Lincolin, 1992, ”Ekonomi Pembangunan”, Edisi 2, Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ekonomi YKPN, Yogyakarta.

Badan Pusat Statistik, 2001-2013, ”Indonesia Dalam Angka”, BPS, Indonesia. Bulog, 2001-2013. “Harga Beras berdasarkan Inpres HPP 2001-2013”, Bulog,

Indonesia.

Cahyono, Andi, 2001, Analisis Penawaran Dan Permintaan Beras Di Provinsi Lampung Dan Kaitannya Dengan Pasar Beras Domestik dan

Internasional. skripsi. Institut Pertanian Bogor : Bogor.

Etik Umiyati, Ridwansyah. M, Riyanto. W, 2013, Permintaan Beras di Provinsi Jambi. Jurnal. Fakultas Ekonomi Universitas Jambi : Jambi.

Harahap, Hasyrul. A, 2010, Analisis Permintaan Beras Di Sumatera Utara. tesis. Universitas Negeri Medan : Medan

Hendriani, 2005, Analisis Permintaan Beras Di Kabupaten Karawang. skripsi. Universitas Tirtayasa : Serang.

Hendrik, Mulyo W, 2011, Analisis Permintaan Beras Di Kabupaten Klaten. skripsi. Universitas Sebelas Maret : Surakarta.

Irawan, Andi, 2006, Analisis Penawaran dan Permintaan Beras di Luar Jawa. Jurnal. Fakultas Ekonomi IPB : Bogor

Kementerian Perdagangan Republik Indonesia, 2001-2013. “Bahan Pokok”,

Kemendag, Indonesia.

Kementerian Pertanian Republik Indonesia, 2001-2013. “Konsumsi Beras Nasional” Kementan, Indonesia.


(6)

Ketut. K, 2007, Usulan Harga Eceran Tertinggi Pupuk Berdasarkan Tingkat Efeftifitas kebijakan Harga Pembelian Gabah. Pusat Analisis Sosek Ekonomi dan Kebijakan Pertanian.

Mankiw, 2002, ”Makro ekonomi”, Edisi Keenam, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Mears, L.A, 1981, The New Rice Economy of Indonesia, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Nuryanti, 2006, ”Analisis Keseimbangan Sistem Penawaran Dan Permintaan

Beras di Indonesia”. jurnal. Institut Pertanian Bogor: Bogor.

Sukirno Sadono, 2006, ”Mikro Ekonomi Teori Pengantar”, Edisi ketiga, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Swastika DKS, 1999, ”Penerapan Model Dinamis Dalam Sistem Penawaran dan Permintaan Beras di Indonesia”, Informatika Pertanian Volume 8

(Desember 1999).

Todaro P, 2002, ”Pembangunan Ekonomi, Edisi Kesembilan, Erlangga, Jakarta. Triton, Hariwijaya, 2011, Pedoman Penulisan Ilmiah Skripsi dan Tesis. Edisi

Pertama. PT. Suka Buku. Jakarta.

Winarto, Hari, 2009, “Analisis Permintaan dan Penawaran Beras di Jawa Tengah”. tesis. Universitas Wijaya Kusuma: Purwokerto.

Wiwin, Endang, 2006, “Analisis Permintaan Beras Di Kabupaten Pati”. skripsi. Universitas Sebelas Maret : Surakarta.