ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI SUMATERA UTARA.

(1)

ANALISIS PERMINTAAN BERAS

DI SUMATERA UTARA

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Sains

Program Studi Ilmu Ekonomi

Oleh :

HASYRUL AZIZ HARAHAP

NIM : 809162031

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


(2)

ANALISIS PERMINTAAN BERAS

DI SUMATERA UTARA

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Sains

Program Studi Ilmu Ekonomi

Oleh :

HASYRUL AZIZ HARAHAP

NIM : 809162031

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


(3)

(4)

(5)

i

ABSTRAK

Hasyrul Aziz Harahap. Analisis Permintaan Beras di Sumatera Utara. Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2013.

Indonesia masih sering dikategorikan sebagai negara berketahanan pangan rendah, dalam artian rentan terhadap gejolak sosial dan kenaikan harga pangan global.Dimana setiap tahunnya jumlah permintaan beras dalam negeri atau lokal terus meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk. Penelitian ini bertujuan untuk melihat dan mengetahui seberapa besar pengaruh harga beras, harga jagung dan jumlah penduduk serta PDRB terhadap permintaan beras di Sumatera Utara. Dalam mengukur dan menganalisa digunakan data runtun waktu (time series) dan silang tempat (cross section) atas 25 Kabupaten/ kota pada periode 2005 – 2010. Analisa data menggunakan metode efek tetap (fixed effect). Penggunaan metode ini dapat menjelaskan perbedaan karakteristik permintaan beras masing-masing kabupaten/kota di Sumatera Utara. Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan antara harga beras, jumlah penduduk dan PDRB terhadap permintaan beras di Sumatera Utara. Sedangkan harga jagung tidak berpengaruh terhadap permintaan beras di Sumatera Utara. Besarnya pengaruh tersebut ditunjukkan oleh nilai koefisien variable-variabel bebas, yakni : -5.215489 untuk variabel harga beras, 13.08473 untuk jumlah penduduk, 4.736669 untuk variabel PDRB.

Kata Kunci : Permintaan Beras, Harga Beras, Harga Jagung, Jumlah Penduduk, PDRB.


(6)

ii

ABSTRACT

Hasyrul Aziz Harahap.. Demand Analysis of Rice in North Sumatera. Postgraduate Of The State University Of Medan, 2013.

Indonesia is often categorized as low food resilient nation, in the sense vulnerable to social unrest and rising global food prices. Where every year the number of requests or local domestic rice continue to increase along with the increasing number of people. This study aims to look at and determine how much influence the price of rice, corn prices and the number of population and GDP of the demand for rice in North Sumatra. Used in measuring and analyzing time series data (time series) and the cross-point (cross section) of the 25 districts / municipalities in the period from 2005 to 2010. Data analysis using fixed effects (fixed effect). The use of this method may explain differences in the characteristics of the rice demand of each district / city in North Sumatra. The results showed a significant effect between the price of rice, the population and GDP of the demand for rice in North Sumatra. While corn prices do not influence of the demand for rice in North Sumatra. The magnitude of the effect is shown by the coefficient of independent variables, namely: -5.215489 for the variable price of rice, 13.08473 for the population, 4.736669 for the variable GDP.


(7)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala berkat dan karunia yang dilimpahkan-Nya kepada penulis dalam menuntut ilmu dan menyelesaikan penelitian tesis ini yang berjudul “Analisis Permintaan Beras di Sumatera Utara”.

Selama melaksanakan penelitian ini penulis banyak mendapat bantuan baik moril dan materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si selaku Rektor Universitas Negeri Medan. 2. Bapak Prof. Dr. H. Abdul Muin Sibuea, M.Pd selaku Direktur Program

Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

3. Bapak Dr. H. Dede Ruslan, M.Si, selaku Ketua Program Studi Ilmu Ekonomi, sekaligus selaku Pembimbing I.

4. Bapak Dr. Eko Wahyu Nugrahadi, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Ekonomi Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan, sekaligus selaku Penguji.

5. Bapak Indra Maipita, M.Si, Ph.D selaku pembimbing II, Bapak Dr. Muhammad Yusuf, M.Si. selaku Penguji, dan Bapak Dr. Arwansyah, M.Si, selaku Penguji yang telah banyak memberikan masukan yang sangat berharga bagi penulis.

6. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen program Studi Ilmu Ekonomi yang telah banyak memberikan ilmu dan pengetahuan selama menempuh pendidikan di Program Sekolah Pascasarjana Unimed.


(8)

7. Ayahanda H. Harpan Harahap, SE, MM dan Ibunda Almh. Doharni Hutasuhut Istriku Leily Fadhilah Sirait, ST, serta adik-adikku tersayang Kinan Efran Harahap, SP dan Rahman Thahir Harahap, yang sangat saya cintai, terimakasih atas investasi tulus semua ini, doa yang mengalir tanpa henti, motivasi semangat pantang menyerah untuk menjalani pendidikan setinggi-tingginya, selalu memberikan dukungan, doa yang tulus, ketegaran menjalani cobaan, ketenangan dimasa-masa sulit dan tawa keceriaan yang selalu hadir ditengah-tengah keluarga.

8. Rekan-rekan mahasiswa angkatan VII Program Studi Ilmu Ekonomi Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan yang telah menjalin keakraban bersama, suka duka, dukungan dan semangatnya selama menjalani perkuliahan ini.

Penulis masih mengharapkan masukan maupun kritikan yang membangun dalam penelitian tesis ini. Akhirnya penulis menyadari bahwa karya belumlah sempurna, semoga karya ini dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan, pemerintahan dan masyarakat.

Medan, Januari 2013 Penulis


(9)

v

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ……….... i

ABSTRACT ………... KATA PENGANTAR ………... ii iii DAFTAR ISI ……….... v

DAFTAR TABEL ……… vii

DAFTAR GAMBAR ……….. viii

BAB I PENDAHULUAN ……… 1

1.1. Latar Belakang ………... 1

1.2. Rumusan Masalah ………... 9

1.3. Tujuan Penelitian ………... 9

1.4. Manfaat Penelitian ………... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ……….. 10

2.1. Kerangka Teori ………... 10

2.2. Penelitian Terdahulu ……… 36

2.3. Kerangka Penelitian ………. 39

2.4. Hipotesis ………... 40

BAB III METODE PENELITIAN ……… 41

3.1. Ruang Lingkup Penelitian ………... 41

3.2. Jenis dan Sumber Data ……… 41

3.3. Pembentukan Model ……… 41


(10)

vi

3.5. Metode Analisis ……….. 43

3.6. Uji Asumsi Klasik dan Signifikansi ……… 45

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ……… 50

4.1. Gambaran Umum ………. 50

4.2. Model Penelitian ……….. 61

4.3. Hasil Estimasi Model ……….. 62

4.4. Analisis Kuantitatif dan Pengujian ……….. 64

4.5. Analisis Ekonomi ……… 70

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ……… 75

5.1. Kesimpulan ……….. 75

5.2. Saran ………. 76

DAFTAR PUSTAKA ……….. 77


(11)

vii

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 4.1. Perkembangan Harga Eceran Beras Di Sumatera Utara

Tahun 2006-2010 (TRp/Kg) ……….. 55

Tabel 4.2. Perkembangan Jumlah Penduduk Kabupaten/ Kota di Propinsi Sumatera Utara Tahun 2005-2010 ………... 58

Tabel 4.3. Perkembangan PDRB Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Kabupaten/ kota Propinsi Sumatera Utara Tahun 2005-2010 (Milyar Rp) ………... 60

Tabel 4.4. Hasil Estimasi Model ………. 63

Tabel 4.5. Matriks Korelasi Variabel Bebas ………... 65

Tabel 4.6. Nilai TOL dari Korelasi Variabel Bebas ……… 65


(12)

vii

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 4.1. Perkembangan Harga Eceran Beras Di Sumatera Utara

Tahun 2006-2010 (TRp/Kg) ……….. 55

Tabel 4.2. Perkembangan Jumlah Penduduk Kabupaten/ Kota di Propinsi Sumatera Utara Tahun 2005-2010 ………... 58

Tabel 4.3. Perkembangan PDRB Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Kabupaten/ kota Propinsi Sumatera Utara Tahun 2005-2010 (Milyar Rp) ………... 60

Tabel 4.4. Hasil Estimasi Model ………. 63

Tabel 4.5. Matriks Korelasi Variabel Bebas ………... 65

Tabel 4.6. Nilai TOL dari Korelasi Variabel Bebas ……… 65


(13)

viii

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1.1. Harga Eceran Beras di Pasar Ibukota Kabupaten/ Kota Sumatera

Utara Tahun 2005-2010 (Rp/ Kg) ... 4

Gambar 1.2. Rata-rata Produksi Padi di Sumatera Utara Tahun 2005 – 2010 … 5 Gambar 1.3. Perkembangan Penduduk Sumatera Utara Tahun 2005-2010 …… 6

Gambar 1.4. Harga Eceran Jagung di Sumatera Utara Tahun 2005-2010 …….. 7

Gambar 1.5. PDRB Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Sumatera Utara Tahun 2005-2010 ………... 8

Gambar 2.1. Efek Substitusi dan Efek Pendapatan Untuk Barang Normal …. 16 Gambar 2.2. Kurva Compensated Demand dan Uncompensated Demand ... 18

Gambar 2.3. Surplus Konsumen dan Surplus Produsen ………... 29

Gambar 2.4. Grafik Permintaan Inelastis ………. 30

Gambar 2.5. Grafik Permintaan Elastis ……… 31

Gambar 2.6. Penentuan Harga Dasar dan Pembelian Kelebihan Hasil oleh Pemerintah ………... 32

Gambar 2.7. Pemerintah Mensubsidi Selisih Antara Harga Yang Dibayar Konsumen dan Harga Dasar ………... 33

Gambar 2.8. Harga Atap/ Tertinggi (Ceiling Price) ………. 34

Gambar 2.9. Kombinasi Harga Dasar (floor price) Dengan Harga Atasp/ Tertinggi (ceiling price) ………... 35

Gambar 4.1. Perkembangan Produksi Padi Sumatera Utara Tahun 2005-2010 . 51 Gambar 4.2. Perkembangan Produksi Jagung dan Harga Jagung Propinsi Sumatera Utara Tahun 2005-2010 ………. 52

Gambar 4.3. Perkembangan Harga Padi di Propinsi Sumatera Utara Tahun 2005-2010 ………... 53

Gambar 4.4. Perkembangan Jumlah Penduduk di Propinsi Sumatera Utara Tahun 2005-2010 ………... 57


(14)

ix

Gambar 4.5. Perkembangan Pendapatan Per Kapita Propinsi Sumatera Utara Tahun 2005-2010 (Rupiah) ……… 59 Gambar 4.6. Hasil Uji Hausman Pada Distribusi Chi Kuadrat ……….. 62 Gambar 4.7. Uji Auto Korelasi dengan Metode Durbin Watson ……… 66


(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sebagai komoditas pangan utama masyarakat Indonesia, kecukupan produksi beras nasional sangat penting sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi terwujudnya ketahanan pangan nasional. Menurut Suryana dkk (2001) beras sebagai bahan makanan pokok tampaknya tetap mendominasi pola makan orang Indonesia. Bahkan Surono (2001) memperkirakan tingkat pasrtisipasi konsumsi beras baik di kota maupun di desa, di Jawa maupun di luar Jawa sekitar 97 persen hingga 100 persen. Ini berarti hanya sekitar 3 persen dari total rumah tangga di Indonesia yang tidak mengkonsumsi beras. Beras menjadi tetap dominan disebabkan beras lebih baik sebagai sumber energi maupun nutrisi dibandingkan dengan jenis makanan pokok lainnya. Selain itu, beras juga menjadi sumber protein utama, yaitu mencapai 40 persen. (Surono, 2001:126).

Indonesia sebagai salah satu negara yang penduduknya sebagian besar bermata pencarian dari sektor pertanian, pada tahun 1984 – 1986 pernah menjadi salah satu negara swasembada beras. Pemerintah pada masa itu berupaya meningkatkan produksi beras melalui pengenalan benih IR dan lokal yang sangat responsif terhadap pupuk kimia dan untuk mendukung upaya tersebut maka pemerintah memberikan kemudahan atau insentif kepada petani agar dapat menerapkan teknologi tersebut. Dukungan yang diberikan pemerintah antara lain adalah memberikan subsidi input, investasi pada irigasi dan kelembagaan sampai ditingkat petani. Kenyataan ini menunjukkan bahwa upaya yang dilakukan


(16)

2

tersebut memberikan hasil dengan tercapainya tingkat swasembada beras pada tahun 1984 dan membawa Indonesia menjadi net exporting country (Suryana, 2001:87).

Akhir tahun 1980an hingga tahun 1995, Indonesia tidak lagi negara swasembada beras, bahkan sebagai salah satu negara pengimpor beras. Hal ini semakin diperparah lagi dengan terjadinya krisis (1997-1998) yaitu dengan larangan monopoli impor oleh Bulog dan diizinkannya pihak swasta untuk impor beras. Pada periode ini ternyata impor beras mencapai jumlah fantastik yaitu mencapai 5,8 juta ton sehingga berdampak pada rendahnya harga beras di pasar internasional pada saat itu (BPS, 2008:451).

Pada tahun 1998 inilah Indonesia mengalami krisis beras yang paling parah. Harga beras di pasara semakin meningkat di satu pihak, sedangkan di pihak lain pendapatan riil masyarakat semakin berkurang dan jumlah orang miskin terus bertambah karena krisis moneter dan ekonomi yang berlangsung sejak pertengahan tahun 1997, sehingga sebagian besar masyarakat sulit menjangkau beras yang tersedia di pasar dan harganya tidak stabil. Harga pasar yang pada Juli 1998 mencapai sekitar Rp. 2.200 per kg atau 2,2 kali lipat dari harga pertengahan tahun 1997 (BPS, 2008:451).

Setalah tahun 2000, jumlah impor beras Indonesia mengalami tren penurunan. Selama tahun 2003-2006 tingkat impor beras Indonesia menurun dengan rata-rata 33,6 persen per tahun. Hal tersebut merupakan kondisi yang cukup menggembirakan karena terdapat kecenderungan bahwa ketergantungan Indonesia terhadap beras impor mulai berkurang.


(17)

3

Dari kondisi tersebut dapat disimpulkan bahwa Indonesia masih sering dikategorikan sebagai negara berketahanan pangan rendah, dalam artian rentan terhadap gejolak sosial dan kenaikan harga pangan global. Dalam keadaan harus melakukan impor, jumlah impor beras Indonesia berkisar antara lima hingga sepuluh persen dari total kebutuhan beras nasional. Dana yang besar diperlukan untuk membiayai penyediaan beras impor, dimana setiap tahunnya jumlah permintaan beras dalam negeri atau lokal terus meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk.

Pemerintah telah menetapkan bahwa Sumatera Utara sebagai salah satu propinsi lumbung berasnya Indonesia dari 14 propinsi sentra produksi padi yang diharapkan akan mampu untuk meningkatkan produksi pertaniannya. Dari beberapa daerah yang menghasilkan beras, kabupaten Simalungun, Langkat, Deli Serdang dan Serdang Bedagai merupakan daerah penyuplai beras terbesar di Sumatera Utara.

Berdasarkan data BPS, harga eceran beras di beberapa pasar di kabupaten/ kota di Sumatera Utara rata-rata mengalami kenaikan dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2010. Untuk tahun 2010 harga eceran beras tertinggi di pasar Kota Binjai sebesar Rp. 8.879,17/ kg, sedangkan harga eceran beras terendah di pasar kota Pematang Siantar sebesar Rp. 6.341,25/ kg. Lebih jelas dan lengkap harga eceran beras selama tahun 2005 – 2010 di beberapa pasar di kabupaten/ kota di Sumatera Utara dapat dilihat pada tabel 1.1.


(18)

4

Gambar 1.1. Harga Eceran Beras di Pasar Ibukota Kabupaten/ Kota Sumatera Utara Tahun 2005 – 2010 (Rp/ Kg)

Sumber : BPS Propinsi Sumatera Utara ( 2006-2011;451)

Dari gambar 1.1. terlihat bahwa hampir semua pasar ibukota kabupaten/ kota di Sumatera Utara harga eceran beras terus mengalami peningkatan dari tahun 2005-2010, kecuali pasar di kota Medan sebagai ibukota propinsi Sumatera


(19)

5

Utara harga beras eceran mengalami fluktuasi dari tahun 2005 sebesar Rp. 4.262,00/ kg naik pada tahun 2006 sebesar Rp. 5.244,95/ Kg, lalu naik lagi pada tahun 2007 sebesar Rp. 6.055,00/ kg, namun pada tahun 2008 mengalami penurunan harga sebesar Rp. 5.729,00/ kg naik pada tahun 2009 sebesar Rp. 6.793,23/ kg dan mengalami kenaikan kembali pada tahun 2010 sebesar Rp. 6.838,41/ kg.

Ada kecenderungan kuat bahwa di sektor pertanian selalu dituntut menyediakan beras dengan harga murah untuk mengamankan variabel makro (inflasi, pertumbuhan ekonomi dan keseimbangan pasar). Sektor pertanian juga dituntut mendukung sektor industri dengan menyediakan beras murah bagi para pekerja kota. Perlakuan ini tak lepas dari posisi strategis beras, saat ini 96 persen penduduk negeri ini bergantung pada beras (Khudori, 2006:75).

Rata-rata produksi padi di Sumatera Utara dari tahun 2005 sampai tahun 2010 terus mengalami peningkatan.

42,43 42,85 43,85 43,15 43,56 44,00 41 42 43 44 45 46 47 48

2005 2006 2007 2008 2009 2010

Tahun R a ta -r a ta P ro d u k si ( K w /H a )

Gambar 1.2. Rata-rata Produksi Padi di Sumatera Utara Tahun 2005 – 2010

Sumber : BPS Propinsi Sumatera Utara ( 2006-2011;144)

Ini menunjukkan bahwa permintaan beras di Sumatera Utara terus meningkat selama kurun waktu tahun 2005 sampai tahun 2010, rata-rata produksi


(20)

6

padi mengalami peningkatan yang signifikan. Peningkatan produksi padi disebabkan permintaan akan beras juga meningkat seiring dengan kenaikan laju pertumbuhan penduduk yang setiap tahun berdasarkan data BPS juga mengalami peningkatan. Keterkaitan ini tentu saja karena beras adalah makanan pokok penduduk di Sumatera Utara. Sehingga ketika penduduk Sumatera Utara mengalami peningkatan secara langsung permintaan beras juga akan turut meningkat. 12.33 12.64 12.83 13.04 13.25 12.98 11.8 12 12.2 12.4 12.6 12.8 13 13.2 13.4

2005 2006 2007 2008 2009 2010

Gambar 1.3. Perkembangan Penduduk Sumatera Utara Tahun 2005-2010

Sumber : BPS Propinsi Sumatera Utara (2006-2011;45)

Dari gambar 1.3 menunjukkan pertumbuhan penduduk yang terus meningkat dari periode tahun 2005 hingga tahun 2009. Dimana pada tahun 2005 jumlah penduduk Sumatera Utara mencapai 12,33 juta jiwa, meningkat di tahun 2006 sebesar 12,64 juta jiwa, tahun 2007 sebesar 12,83 juta jiwa serta di tahun 2008 dan 2009 masing-masing sebesar 13,04 juta jiwa dan 13,25 juta jiwa. Tahun 2010 berdasarkan hasil sensus penduduk, jumlah penduduk Sumatera Utara mencapai 12,98 juta jiwa.

Pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali akan berakibat pada meningkatnya kebutuhan pangan terutama makanan pokok yaitu beras. Akibatnya


(21)

7

permintaan beras setiap tahun akan meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk. Dengan kata lain untuk menekan permintaan beras salah satu solusinya adalah harus diupayakan pengendalian pertumbuhan penduduk.

Selain beras, jagung merupakan salah satu komoditas utama tanaman pangan sebagai sumber karbohidrat kedua setelah beras yang sangat berperan dalam menunjang ketahanan pangan. Lainnya, jagung juga memiliki fungsi sebagai diversifikasi konsumsi pangan sehingga dapat mengurangi ketergantungan terhadap makanan pokok beras. Selain sebagai bahan konsumsi, jagung sangat berperan dalam industri pakan dan juga industri pangan yang memerlukan pasokan terbesar dibanding untuk konsumsi langsung.

Tahun 2005 harga jagung di Sumatera Utara sebesar Rp. 2.103 per Kg, tahun 2006 meningkat menjadi Rp. 2.450,- per Kg. hingga akhir tahun 2010 harga jagung mencapai Rp. 3.395,- per kg. Ini menunjukkan bahwa harga jagung setiap tahun mengalami kenaikan yang cukup signifikan di Sumatera Utara.

2,103 2,450

2,613 3,101

3,295 3,395

0 1000 2000 3000 4000

2005 2006 2007 2008 2009 2010

Tahun Harga

Gambar 1.4. Harga Eceran Jagung di Sumatera Utara Tahun 2005-2010

Sumber : BPS Propinsi Sumatera Utara (2006-2011;480)

Namun demikian masyarakat Sumatera Utara khususnya mengkonsumsi makanan belum beragam, bergizi dan berimbang sesuai pola pangan harapan, dimana kalori yang dihasilkan lebih kurang 60 persen masih bersumber dari


(22)

8

karbohidrat dengan makanan pokok utama adalah beras dengan tingkat konsumsi lebih kurang 140 kg/kapita/tahun dan tergolong sebagai daerah konsumsi terbesar di Indonesia karena rata-rata nasional lebih kurang 112/kg/kapita/tahun (Lubis, 2005:112).

Faktor lain yang dianggap mempengaruhi permintaan beras adalah tingkat pertumbuhan ekonomi yang dihitung berdasarkan Produk Domesti Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan tahun 2000. Semakin tinggi PDRB suatu daerah akan semakin tinggi tingkat pendapatan yang pada gilirannya akan meningkatkan pola konsumsi masyrakat.

Jika dilihat dari sudut PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000 di Sumatera Utara, berdasarkan data BPS, PDRB tahun 2005 sampai tahun 2010 dapat dilihat pada Gambar 1.5. berikut.

118,640.90 9.138,73 8.675.863 8.344.283 7.775.393 7.383.039 0.00 20,000.00 40,000.00 60,000.00 80,000.00 100,000.00 120,000.00 140,000.00

2005 2006 2007 2008 2009 2010

Tahun M il y a r Ru p ia h

Gambar 1.5. PDRB Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Sumatera Utara Tahun 2005-2010


(23)

9

1.2. Rumusan Masalah

Dari uraian-uraian tersebut, penulis merumuskan masalah-masalah sebagai berikut : Bagaimana pengaruh harga beras, harga jagung dan jumlah penduduk serta PDRB terhadap permintaan beras di Sumatera Utara?

1.3. Tujuan Penelitian

Untuk melihat dan mengetahui seberapa besar pengaruh harga beras, harga jagung dan jumlah penduduk serta PDRB terhadap permintaan beras di Sumatera Utara.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Menjadi bahan informasi dan masukan bagi pemerintah daerah sebagai bahan pertimbangan dalam upaya memutuskan dan mengimplementasikan kebijakan di bidang perberasan.

2. Sebagai masukan bagi kaum akademisi untuk lebih banyak lagi melakukan kajian dan penelitian tentang permintaan beras dan faktor yang mempengaruhinya khususnya di Sumatera Utara yang relatif masih sangat relevan untuk diteliti.


(24)

75

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

5.1. Kesimpulan

1. Secara keseluruhan, hasil estimasi menunjukkan bahwa, harga beras berpengaruh negatif dan signifikan terhadap permintaan beras, jumlah penduduk dan PDRB berpengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan beras, harga jagung berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap permintaan beras di kabupaten/ kota di propinsi Sumatera Utara.

2. Bila ditelaah lebih jauh secara parsial, hasil estimasi menunjukkan pula, bahwa kontribusi jumlah penduduk memiliki nilai koefisien tertinggi dibanding dengan variabel lainnya dalam penelitian ini. Disusul oleh varabel harga beras dan PDRB.

3. Secara jelas tampak bahwa, kebutuhan akan konsumsi pangan beras sebagai bahan makanan pokok di kabupaten/ kota di propinsi Sumatera Utara belum tergantikan oleh komoditi lain seperti jagung, dan lain-lain. Sehingga kebutuhan beras akan terus meningkat seiring dengan peningkatan pertumbuhan penduduk dan peningkatan harga pengganti beras yaitu jagung.

4. Komoditas lainnya seperti jagung yang memiliki kandungan karbohidrat yang tidak jauh berbeda dengan komoditas padi, belum dapat menjadi makanan pengganti beras, sehingga kebutuhan akan komoditas jagung masih sebatas untuk kebutuhan lainnya seperti pakan, dan lain-lain.


(25)

76

5.2. Saran

1. Pemerintah selayaknya mengendalikan angka kelahiran penduduk dengan pelaksanaan program keluarga berencana (KB) sebagai salah satu program pengendalian laju pertumbuhan penduduk yang efektif. Jumlah penduduk yang besar dan tidak terkendali akan berpengaruh terhadap kebutuhan konsumsi pangan khususnya makanan pokok yaitu beras, semakin besar jumlah penduduk maka kebutuhan pangan juga akan semakin tinggi. 2. Sosialisasi sebaiknya dilakukan oleh pemerintah untuk secara bertahap

merubah pola konsumsi makanan pokok, yang tadinya makanan pokok penduduk adalah beras menjadi jagung atau komoditas lain yang memiliki komposisi sejenis dengan beras.

3. Pemerintah juga harus sering melakukan operasi pasar sabagai salah satu bentuk pengendalian harga beras disamping program-program lainya. Dengan terkendalinya harga beras di pasar, seluruh lapisan masyarakat dapat memenuhi kebutuhan pokoknya yaitu beras dengan harga yang relatif terjangkau. Hasil estimasi dalam penelitian ini menunjukkan bahwa harga beras mempengaruhi permintaan beras dengan nilai koefisien yang tertinggi.

4. Masyarakat sebaiknya juga secara bertahap melakukan perubahan pola konsumsi dari makanan pokok beras menjadi makanan pokok beras diselingi dengan jagung.


(26)

77

DAFTAR PUSTAKA

AAK, 1990, ”Budi Daya Tanaman Padi”, Kanisius, Yogyakarta.

Agus. F, 2004, ”Konvensi dan Hilangnya Multi Fungsi Lahan Sawah”, Balai Penelitian Tanah, Bogor, dalam Tabloid Sinar Tani, 29 Januari 2004.

Akbar, Arief RM, 2002, ”Model Simulasi Penyediaan Kebutuhan Beras

Nasional”, Makalah Pengantar falsafah Sains, LPB, Bogor.

Amang, B dan Husein Sawit, M, 1999, ”Kebijakan Beras dan Pangan Nasional”, IPB Press, Bogor.

Anwar, A, 1993, ”Dampak Alih Fungsi Lahan Sawah Menjadi Lahan Non

Pertanian di Sektor Wilayah Pedesaan”, Jurnal Perencanaan Wilayah dan

Kota No. 10, Institut Teknologi Bandung.

Ariani Mewa dkk, 2001, ”Bagaimana Dampak Krisis Ekonomi Terhadap

Ketahanan Pangan Golongan Miskin”, Bulletin Agro Ekonomi Volume 1

Nomor 2.

Arifin, B. 2006, ”Analisis Ekonomi Disparitas Harga Gabah dan Harga Beras”, Kompas 13 Februari 2006, Kolom Head Line, Jakarta.

Arsyad, Lincolin, 1992, ”Ekonomi Pembangunan”, Edisi 2, Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ekonomi YKPN, Yogyakarta.

Badan Ketahanan Pangan/ Sekretaris Dewan Ketahanan Pangan Propinsi Sumatera Utara, 2005, ”Draft Rancangan Kebijakan dan Program

Peningkatan Kebijakan Ketahanan Pangan Tahun 2005”, Medan.

Badan Pusat Statistik, 2006-2011, ”Sumatera Utara Dalam Angka”, BPS, Sumatera Utara, Medan.

Boediono, 1981, Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No. 5 : Ekonomi Moneter. BPFE, Yogyakarta.

Case, K.L. & Fair, R.C, 2005, ”Prinsip-prinsip Ekonomi Mikro”. Edisi 7. Jakarta: Indeks Kelompok Gramedia.

Clements, K.W. Anthony, and Saroja Selvanathan, 1996, ”Applied Demand

Analysis : A Survey”, The Economic Record, Vol 72, No. 216, March

1996.

Cooper, Chris, John Fletcher, David Gilbert, dan Stephen Wanhill, 1992, ”Tourism: Principle & Practise” London, Pitman Publishing.


(27)

78

Eachern Mc William A, 2001, ”Ekonomi Mikro Pendekatan Kontemporer”, Edisi Pertama Salemba Empat, Jakarta.

Gujarati Damodar, 2005, ”Ekonometrika Dasar”, Penerbit Erlangga, Jakarta. Hadi, Nasrul, 2004, ”Mengganti Padi dengan Kelapa Sawit”, Jambi : Dinas

Kehutanan Dan Perkebunan Kabupaten Tanjung Jabung Timur.

Hanemann, W.M, 1991, ”Willngness To Pay and Willingness To Accept : How

Much Can They Differ?”, The American Economic Review, Vol 81, No. 3

June 1991.

Hartono, J, 2002, ”Teori Ekonomi Mikro : Analisis Matematis”, Penerbit Andi Yogyakarta.

Irawan, 2000, ”Perilaku Suplai Padi Indonesia dan Implikasinya Terhadap

Peningkatan Produksi Dalam Prosiding Perspektif Pembangunan Pertanian dan Kehutanan Tahun 2001 Kedepan”, ISBN:979-8094-68-9.

Joesron, Tati Suhartati dan Fathorrozi M, 2003, ”Teori Ekonomi Mikro,

Dilengkapi Beberapa Bentuk Fungsi Produksi”, Penerbit Salemba Empat,

Jakarta.

Kadariah, 1994, ”Teori Ekonomi Mikroi”, Lembaga Penerbit FE-UI, Jakarta. Khudori, 11 Januari 2006, ”Ekonomi Politik Beras”, Kompas, Kamis 5 Januari

2006, Kolom Opini, Jakarta.

Kompas, 2006, ”Beras Kenaikan Harga Dipicu Naiknya Biaya Produksi”, Kolom Bisnis dan Keuangan, Jakarta.

---, 22 Januari 2006, ”Harga OP Tidak Berubah”, Kolom Sumatera Bagian Utara, Jakarta.

---, 16 Februari 2007, ”Bulog Mengakui Adanya Penyimpangan OP

Beras”, Head Line, Jakarta.

---, 9 April 2007, ”10 Juta Ton Beras Berpotensi Hilang, Konversi Lahan

Irigasi Mencapai 3.099 Juta Ton”, Kolom Bisnis dan Keuangan, Jakarta.

Koutsoyiannis, 1994, ”Modern Microeconomics” 2nd edition, The MacMillan Press Ltd, London.

Lubis A. Efendi, 2005, ”Perencanaan Koorporasi Peningkatan Ketahanan

Pangan di Propinsi Sumatera Utara. Prosiding Seminar Sehari Strategi Penguatan Ketahanan Pangan”, 4 Juli 2005, Medan.


(28)

79

Mubyarto, 1993, ”Pengantar Ekonomi Pertanian”, Edisi Ke tiga, LP3ES, Yogyakarta.

Nicholson, W, 2005, ”Mikroekonomi Intermediate dan Aplikasinya”, Edisi Kedelapan, Alih Bahasa IGD Bayu Mahendra dan Abdul Aziz, Jakarta: Penerbit Erlangga.

Noor, Muhammad, 1996, ”Padi Lahan Marjinal”, Penerbit Swadaya, Jakarta. Nuryanti, Sri, 2005, ”Analisa Keseimbangan Sistem Penawacan Dan Permintaan

Beras di Indonesia”, Jurnal Agri Ekonomi Volume 23 no. 1.

Pindyck, R.S. and D. L. Rubinfeld. 1991. Econometric Models and Economic Forecasts. 3rd.ed. Singapore: McGraw-Hill International Edition.

Pindyck, R.S. and D. L. Rubinfeld. 2001. Microeconomics. Sixth Edition. New Jersey: Pearson Education, Inc.

Purwono, d, 1997, ”Ketersediaan Ikan dan Akseptabilitasnya Oleh Konsumen

Dalam Estimasi Permintaan Rumah Tangga Terhadap Beberapa Jenis Ikan Segar (Survai di kota pantai dan pegunungan Jawa Tengah)”,

Disertasi, Universitas Padjajaran, Bandung.

Pusat Pengembangan Ketersediaan Pangan, 2007, ”Analisis Permintaan dan

Produksi Beras di Indonesia, 2001-2004”, Info Ketersediaan Pangan, Web

Propinsi.

Rusmarilin, H dan Asmin P, 2005, ”Diversifikasi Pangan Sebagai Salah Satu

Upaya Peningkatan Ketahanan Pangan. Prosiding Seminar Sehari Strategi Penguatan Ketahanan Pangan”, 4 Juli 2005, Medan.

Romer, P. M. 1990. “Endogenous Technological Change”. Journal of Political Economy 98: S71-S102.

Romer, P. M. 1992. “Two Strategies for Economic Development: Using Ideas and Producing Ideas”. Annual Conference an Economic Development. Washington D.C. World Bank.

Romer, P. M. 1993. “Idea Gaps and Object Gaps in Economic Development”. Journal of Monetary Economics. 32: 543-573.

Saragih B, 2001, ”Pembangunan Pertanian 2001-2004”, Departemen Pertanian, Jakarta.

Sembiring H dan Moehar Daniel, 2003 (a), ”Prospek Pengembangan

Pengelolaan Tanaman Terpadu Padi Sawah Di Sumatera Utara Tahun 2009. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Spesifik Lokasi Mendukung Ketahanan Pangan dan Agribisnis Untuk Meningkatkan Pendapatan


(29)

80

Petani Dalam Era Globalisasi”, Pusat Penelitian dan Pengembangan

Sosial Ekonomi Pertanian, Badan Penelitian Dan pengembangan Pertanian Departemen Pertanian, Jakarta.

Sembiring H dan Moehar Daniel, 2003 (b), ”Kontribusi PTT dan Prediksi

Tanaman Terpadu Padi Sawah Di Sumatera Utara Tahun 2009. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Spesifik Lokasi Mendukung Ketahanan Pangan dan Agribisnis Untuk Meningkatkan Pendapatan Petani Dalam Era Globalisasi”, Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi

Pertanian, Badan Penelitian Dan pengembangan Pertanian Departemen Pertanian, Jakarta.

Sihombing L, 2005, ”Food Security : Analisis Ketersediaan dan Akses (Studi

Kasus Propinsi Sumatera Utara), Prosiding Seminar Sehari Strategi Penguatan Ketahanan Pangan”, 4 Juli 2005, Medan.

Silitonga C, 1996, ”Perkembangan Ekonomi Nasional 1969-1995”, PERHEPI, Jakarta.

Soekartawi, 1993, ”Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian, Teori dan Aplikasi”, Edisi Revisi, Jakarta : Rajawali.

Sudarsono, 1995, ”Pengantar Ekonomi Mikro”, Cetakan ke-8, Jakarta: LP3ES. Sugema I, 2005, ”Krisis Kebijakan Beras”, Kompas Jumat, 20 Januari 2006,

Kolom Opini, Jakarta.

Sugiarto, 2005, ”Ekonomi Mikro Sebuah Kajian Komprehendip”, PT. Gramedia Utama, Jakarta.

Sukirno Sadono, 2006, ”Mikro Ekonomi Teori Pengantar”, Edisi ketiga, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Sumarno, 2006, ”Pentingnya Setiap Propinsi Berswasembada Beras”, Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Harian Sinar Tani, Edisi 1, 7 Maret no. 3139.

Surono, S, 2001, :Perkembangan Produksi dan Kebutuhan Impor Beras serta

Kebijakan Pemerintah untuk Melindungi Petani”, dalam A. Suryana dan

Sudi Mardianto (penyunting), Bunga Rampai Ekonomi Beras, Jakarta, LPEM-FEUI.

Suryana A dan Hermanto, 2001, ”Kebijakan Ekonomi Perberasan Nasional,

Ekonomi Padi dan Beras Indonesia”, Badan penelitian dan pengembangan


(30)

81

Swastika DKS, 1999, ”Penerapan Model Dinamis Dalam Sistem Penawaran dan

Permintaan Beras di Indonesia”, Informatika Pertanian Volume 8

(Desember 1999).

Todaro P, 2002, ”Pembangunan Ekonomi”, Edisi Kesembilan, Erlangga, Jakarta. Waspada, 1 Desember 2005, ”Hasil Pertanian tapsel di Atas Standar Nasional”,

Kolom Bisnis dan Teknologi, Medan.

---, 2 Desember 2005, ”Sumut Impor Beras 14.000 Ton”, Kolom Bisnis dan Teknologi, Medan.

---, 28 Januari 2006, ”Kita Memang Harus Tolak Beras Impor”, Tajuk Rencana, Kolom Opini, Medan.

---, 2 Februari 2007, ”25 Daerah Minta Jatah Raskin 2007”, Kolom Bisnis dan teknologi, Medan.


(1)

5.2. Saran

1. Pemerintah selayaknya mengendalikan angka kelahiran penduduk dengan pelaksanaan program keluarga berencana (KB) sebagai salah satu program pengendalian laju pertumbuhan penduduk yang efektif. Jumlah penduduk yang besar dan tidak terkendali akan berpengaruh terhadap kebutuhan konsumsi pangan khususnya makanan pokok yaitu beras, semakin besar jumlah penduduk maka kebutuhan pangan juga akan semakin tinggi. 2. Sosialisasi sebaiknya dilakukan oleh pemerintah untuk secara bertahap

merubah pola konsumsi makanan pokok, yang tadinya makanan pokok penduduk adalah beras menjadi jagung atau komoditas lain yang memiliki komposisi sejenis dengan beras.

3. Pemerintah juga harus sering melakukan operasi pasar sabagai salah satu bentuk pengendalian harga beras disamping program-program lainya. Dengan terkendalinya harga beras di pasar, seluruh lapisan masyarakat dapat memenuhi kebutuhan pokoknya yaitu beras dengan harga yang relatif terjangkau. Hasil estimasi dalam penelitian ini menunjukkan bahwa harga beras mempengaruhi permintaan beras dengan nilai koefisien yang tertinggi.

4. Masyarakat sebaiknya juga secara bertahap melakukan perubahan pola konsumsi dari makanan pokok beras menjadi makanan pokok beras diselingi dengan jagung.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

AAK, 1990, ”Budi Daya Tanaman Padi”, Kanisius, Yogyakarta.

Agus. F, 2004, ”Konvensi dan Hilangnya Multi Fungsi Lahan Sawah”, Balai Penelitian Tanah, Bogor, dalam Tabloid Sinar Tani, 29 Januari 2004.

Akbar, Arief RM, 2002, ”Model Simulasi Penyediaan Kebutuhan Beras Nasional”, Makalah Pengantar falsafah Sains, LPB, Bogor.

Amang, B dan Husein Sawit, M, 1999, ”Kebijakan Beras dan Pangan Nasional”, IPB Press, Bogor.

Anwar, A, 1993, ”Dampak Alih Fungsi Lahan Sawah Menjadi Lahan Non Pertanian di Sektor Wilayah Pedesaan”, Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota No. 10, Institut Teknologi Bandung.

Ariani Mewa dkk, 2001, ”Bagaimana Dampak Krisis Ekonomi Terhadap Ketahanan Pangan Golongan Miskin”, Bulletin Agro Ekonomi Volume 1 Nomor 2.

Arifin, B. 2006, ”Analisis Ekonomi Disparitas Harga Gabah dan Harga Beras”, Kompas 13 Februari 2006, Kolom Head Line, Jakarta.

Arsyad, Lincolin, 1992, ”Ekonomi Pembangunan”, Edisi 2, Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ekonomi YKPN, Yogyakarta.

Badan Ketahanan Pangan/ Sekretaris Dewan Ketahanan Pangan Propinsi Sumatera Utara, 2005, ”Draft Rancangan Kebijakan dan Program Peningkatan Kebijakan Ketahanan Pangan Tahun 2005”, Medan.

Badan Pusat Statistik, 2006-2011, ”Sumatera Utara Dalam Angka”, BPS, Sumatera Utara, Medan.

Boediono, 1981, Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No. 5 : Ekonomi Moneter. BPFE, Yogyakarta.

Case, K.L. & Fair, R.C, 2005, ”Prinsip-prinsip Ekonomi Mikro”. Edisi 7. Jakarta: Indeks Kelompok Gramedia.

Clements, K.W. Anthony, and Saroja Selvanathan, 1996, ”Applied Demand Analysis : A Survey”, The Economic Record, Vol 72, No. 216, March 1996.

Cooper, Chris, John Fletcher, David Gilbert, dan Stephen Wanhill, 1992, ”Tourism: Principle & Practise” London, Pitman Publishing.


(3)

Eachern Mc William A, 2001, ”Ekonomi Mikro Pendekatan Kontemporer”, Edisi Pertama Salemba Empat, Jakarta.

Gujarati Damodar, 2005, ”Ekonometrika Dasar”, Penerbit Erlangga, Jakarta. Hadi, Nasrul, 2004, ”Mengganti Padi dengan Kelapa Sawit”, Jambi : Dinas

Kehutanan Dan Perkebunan Kabupaten Tanjung Jabung Timur.

Hanemann, W.M, 1991, ”Willngness To Pay and Willingness To Accept : How Much Can They Differ?”, The American Economic Review, Vol 81, No. 3 June 1991.

Hartono, J, 2002, ”Teori Ekonomi Mikro : Analisis Matematis”, Penerbit Andi Yogyakarta.

Irawan, 2000, ”Perilaku Suplai Padi Indonesia dan Implikasinya Terhadap Peningkatan Produksi Dalam Prosiding Perspektif Pembangunan Pertanian dan Kehutanan Tahun 2001 Kedepan”, ISBN:979-8094-68-9. Joesron, Tati Suhartati dan Fathorrozi M, 2003, ”Teori Ekonomi Mikro,

Dilengkapi Beberapa Bentuk Fungsi Produksi”, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Kadariah, 1994, ”Teori Ekonomi Mikroi”, Lembaga Penerbit FE-UI, Jakarta. Khudori, 11 Januari 2006, ”Ekonomi Politik Beras”, Kompas, Kamis 5 Januari

2006, Kolom Opini, Jakarta.

Kompas, 2006, ”Beras Kenaikan Harga Dipicu Naiknya Biaya Produksi”, Kolom Bisnis dan Keuangan, Jakarta.

---, 22 Januari 2006, ”Harga OP Tidak Berubah”, Kolom Sumatera Bagian Utara, Jakarta.

---, 16 Februari 2007, ”Bulog Mengakui Adanya Penyimpangan OP Beras”, Head Line, Jakarta.

---, 9 April 2007, ”10 Juta Ton Beras Berpotensi Hilang, Konversi Lahan Irigasi Mencapai 3.099 Juta Ton”, Kolom Bisnis dan Keuangan, Jakarta. Koutsoyiannis, 1994, ”Modern Microeconomics” 2nd edition, The MacMillan

Press Ltd, London.

Lubis A. Efendi, 2005, ”Perencanaan Koorporasi Peningkatan Ketahanan Pangan di Propinsi Sumatera Utara. Prosiding Seminar Sehari Strategi Penguatan Ketahanan Pangan”, 4 Juli 2005, Medan.


(4)

Mubyarto, 1993, ”Pengantar Ekonomi Pertanian”, Edisi Ke tiga, LP3ES, Yogyakarta.

Nicholson, W, 2005, ”Mikroekonomi Intermediate dan Aplikasinya”, Edisi Kedelapan, Alih Bahasa IGD Bayu Mahendra dan Abdul Aziz, Jakarta: Penerbit Erlangga.

Noor, Muhammad, 1996, ”Padi Lahan Marjinal”, Penerbit Swadaya, Jakarta. Nuryanti, Sri, 2005, ”Analisa Keseimbangan Sistem Penawacan Dan Permintaan

Beras di Indonesia”, Jurnal Agri Ekonomi Volume 23 no. 1.

Pindyck, R.S. and D. L. Rubinfeld. 1991. Econometric Models and Economic Forecasts. 3rd.ed. Singapore: McGraw-Hill International Edition.

Pindyck, R.S. and D. L. Rubinfeld. 2001. Microeconomics. Sixth Edition. New Jersey: Pearson Education, Inc.

Purwono, d, 1997, ”Ketersediaan Ikan dan Akseptabilitasnya Oleh Konsumen Dalam Estimasi Permintaan Rumah Tangga Terhadap Beberapa Jenis Ikan Segar (Survai di kota pantai dan pegunungan Jawa Tengah)”, Disertasi, Universitas Padjajaran, Bandung.

Pusat Pengembangan Ketersediaan Pangan, 2007, ”Analisis Permintaan dan Produksi Beras di Indonesia, 2001-2004”, Info Ketersediaan Pangan, Web Propinsi.

Rusmarilin, H dan Asmin P, 2005, ”Diversifikasi Pangan Sebagai Salah Satu Upaya Peningkatan Ketahanan Pangan. Prosiding Seminar Sehari Strategi Penguatan Ketahanan Pangan”, 4 Juli 2005, Medan.

Romer, P. M. 1990. “Endogenous Technological Change”. Journal of Political Economy 98: S71-S102.

Romer, P. M. 1992. “Two Strategies for Economic Development: Using Ideas and Producing Ideas”. Annual Conference an Economic Development. Washington D.C. World Bank.

Romer, P. M. 1993. “Idea Gaps and Object Gaps in Economic Development”. Journal of Monetary Economics. 32: 543-573.

Saragih B, 2001, ”Pembangunan Pertanian 2001-2004”, Departemen Pertanian, Jakarta.

Sembiring H dan Moehar Daniel, 2003 (a), ”Prospek Pengembangan Pengelolaan Tanaman Terpadu Padi Sawah Di Sumatera Utara Tahun 2009. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Spesifik Lokasi Mendukung Ketahanan Pangan dan Agribisnis Untuk Meningkatkan Pendapatan


(5)

Petani Dalam Era Globalisasi”, Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian, Badan Penelitian Dan pengembangan Pertanian Departemen Pertanian, Jakarta.

Sembiring H dan Moehar Daniel, 2003 (b), ”Kontribusi PTT dan Prediksi Tanaman Terpadu Padi Sawah Di Sumatera Utara Tahun 2009. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Spesifik Lokasi Mendukung Ketahanan Pangan dan Agribisnis Untuk Meningkatkan Pendapatan Petani Dalam Era Globalisasi”, Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian, Badan Penelitian Dan pengembangan Pertanian Departemen Pertanian, Jakarta.

Sihombing L, 2005, ”Food Security : Analisis Ketersediaan dan Akses (Studi Kasus Propinsi Sumatera Utara), Prosiding Seminar Sehari Strategi Penguatan Ketahanan Pangan”, 4 Juli 2005, Medan.

Silitonga C, 1996, ”Perkembangan Ekonomi Nasional 1969-1995”, PERHEPI, Jakarta.

Soekartawi, 1993, ”Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian, Teori dan Aplikasi”, Edisi Revisi, Jakarta : Rajawali.

Sudarsono, 1995, ”Pengantar Ekonomi Mikro”, Cetakan ke-8, Jakarta: LP3ES. Sugema I, 2005, ”Krisis Kebijakan Beras”, Kompas Jumat, 20 Januari 2006,

Kolom Opini, Jakarta.

Sugiarto, 2005, ”Ekonomi Mikro Sebuah Kajian Komprehendip”, PT. Gramedia Utama, Jakarta.

Sukirno Sadono, 2006, ”Mikro Ekonomi Teori Pengantar”, Edisi ketiga, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Sumarno, 2006, ”Pentingnya Setiap Propinsi Berswasembada Beras”, Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Harian Sinar Tani, Edisi 1, 7 Maret no. 3139.

Surono, S, 2001, :Perkembangan Produksi dan Kebutuhan Impor Beras serta Kebijakan Pemerintah untuk Melindungi Petani”, dalam A. Suryana dan Sudi Mardianto (penyunting), Bunga Rampai Ekonomi Beras, Jakarta, LPEM-FEUI.

Suryana A dan Hermanto, 2001, ”Kebijakan Ekonomi Perberasan Nasional, Ekonomi Padi dan Beras Indonesia”, Badan penelitian dan pengembangan Pertanian Departemen Pertanian, Jakarta.


(6)

Swastika DKS, 1999, ”Penerapan Model Dinamis Dalam Sistem Penawaran dan Permintaan Beras di Indonesia”, Informatika Pertanian Volume 8 (Desember 1999).

Todaro P, 2002, ”Pembangunan Ekonomi”, Edisi Kesembilan, Erlangga, Jakarta. Waspada, 1 Desember 2005, ”Hasil Pertanian tapsel di Atas Standar Nasional”,

Kolom Bisnis dan Teknologi, Medan.

---, 2 Desember 2005, ”Sumut Impor Beras 14.000 Ton”, Kolom Bisnis dan Teknologi, Medan.

---, 28 Januari 2006, ”Kita Memang Harus Tolak Beras Impor”, Tajuk Rencana, Kolom Opini, Medan.

---, 2 Februari 2007, ”25 Daerah Minta Jatah Raskin 2007”, Kolom Bisnis dan teknologi, Medan.